SlideShare a Scribd company logo
Analisis Status dan Situasi
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
di India – Bagian 1
Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Bogor, 30 Maret 2019
India
• Luas wilayah: 3.827.263 km2 (negara terluas ke-7 di dunia).
• Panjang pantai: 7.517 km (5.423 km semenanjung India, dan
sisanya Kepulauan Andaman dan Nicobar).
• Panjang perbatasan: 15.000 km dengan negara tetangga:
• di sebelah barat Pakistan (3.190 km), China (2.659 km), Nepal
(1.770 km);
• di sebelah utara Bhutan (659 km);
• di sebelah timur Myanmar (1.468 km) dan Bangladesh (4.142 km).
• Ternak (sensus 2012): 305 juta ekor bovine (sapi, kerbau,
mithun dan yak), 65 juta domba, 135 juta kambing, dam 10 juta
babi. Jumlah ternak yang peka terhadap PMK = 515 juta ekor.
OIE PVS Evaluation Report India, February 2018
Peta India
• Ibukota: New Delhi.
• 29 negara bagian
ditambah 7 wilayah
persatuan (union
territory).
• Penduduk: Populasi
ke-2 terbesar di dunia
dengan sekitar 1,3
miliar.
• Pemerintah Federal
dengan pemerintah
Negara Bagian.
Industri peternakan dan ekspor
daging kerbau India
Sektor peternakan di India
• Sektor peternakan merupakan bagian penting dari ekonomi
India, berkontribusi:
- 8-10% tenaga kerja;
- 4-6% PDB nasional; dan
- 28-32% PDB pertanian.
• Populasi sapi (Bos Taurus/Bos indicus) dan kerbau (Bubalus
bubalis) tahun 2018 diperkirakan 305 juta ekor (sapi 197 juta
dan kerbau 108 juta ekor).
• Kebanyakan negara bagian membatasi atau melarang
penyembelihan sapi karena sensitivitas agama, sehingga
sektor peternakan bergantung terutama pada pemotongan
kerbau betina dan jantan yang tidak produktif.
Sumber: GAIN Report Number: IN7108 (2017)
India adalah negara dengan populasi
sapi dan kerbau terbesar di dunia
• Ekspor daging kerbau: 66 negara.
• Jumlah RPH: 3600
• Jumlah RPH teregistrasi: 1783
• Ritel daging skala kecil: 25.000
• RPH dengan fasilitas pemrosesan
yang disetujui APEDA: 77
• Produksi daging kerbau: 3 juta ton
• Ekspor daging kerbau: 13,5 juta
ton (2017-2018)
https://www.vetextension.com/current-livestock-animal-husbandry-statistics-india/
Negara bebas PMK dan dengan zona
bebas PMK yang mengimpor daging
kerbau dari India (2017-2018)
Negara bebas PMK tanpa
vaksinasi:
1. Filipina
2. Indonesia
3. Brunei Darussalam
4. Amerika Serikat
5. Singapura
6. Jerman
Negara dengan zona bebas
PMK tanpa vaksinasi:
1. Malaysia (Sabah dan
Sarawak)
2. Namibia (1 zona)
3. Afrika Selatan (1 zona)
Negara dengan zona bebas
PMK dengan vaksinasi:
1. Turki (1 zona)DGCIS (APEDA website); OIE website
Perbandingan
ekspor daging
kerbau India
terbesar ke
10 negara
(data APEDA,
2017-2018)
Vietnam
64%
Malaysia
10%
Mesir
8%
Irak
5%
Saudi Arabia
3%
Filipina
4%
Indonesia
2%
UEA
3%
Algeria
1%
Populasi kerbau menurut kabupaten (2012)
• Populasi kerbau tertinggi di
negara bagian Uttar Pradesh
• Kontribusi Uttar Pradesh
kepada total produksi
daging = 18,23%.
Kontribusi populasi kerbau per negara
bagian di India
28%
12%
10% 10%
8% 7% 6% 5% 5%
3%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Uttar Pradesh memiliki populasi
kerbau terbesar di India
Sumber: GAIN Report Number: IN7108 (2017)
Status PMK India menurut OIE:
“negara dengan program
pengendalian resmi PMK”
Status negara/zona bebas PMK dan
program pengendalian resmi PMK
Status ‘OIE endorsed official
control programme for FMD’
• Prosedur baru untuk persetujuan status PMK dari Negara
Anggota yang disebut: ‘Endorsement by the OIE of a national
official control programme for FMD’ (program pengendalian
resmi PMK) diadopsi pada Mei 2014 dalam OIE General
Session ke-79 (Resolusi No. 19).
• Pengakuan ini berarti program pengendalian PMK di negara
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Chapter 8.8. OIE TAHC mengenai PMK.
• Daftar negara yang pertama kali ditetapkan dengan status
tersebut adalah: Algeria, Bolivia, Ekuador, Moroko and Tunisia.
Sumber: https://www.oie.int/doc/ged/D13546.PDF
Insentif untuk mendapatkan status
‘Program pengendalian resmi PMK’
• Motivasi untuk kemajuan menuju eradikasi PMK
• Advokasi siskeswannas terhadap pemerintahnya
• Insentif negosiasi perdagangan
• Akses pendanaan
• Dukungan politik
• Latihan untuk penyiapan pengakuan status bebas
• Penguatan pendekatan regional
Sumber: Weber-Vintzel & Domenech (2014). Presentation on Submission to the OIE for official
recognition of FMD country status and endorsement of official control programme.
Prosedur mendapatkan status
‘Program pengendalian resmi PMK’
• Negara Anggota mengajukan aplikasi untuk persetujuan
‘Program pengendalian resmi PMK’ yang dimuat dalam Artikel
1.11.5. OIE TAHC (kuesioner yang harus diisi oleh Negara
Anggota).
• Negara Anggota harus menyampaikan:
- dokumen yang berisi bukti-bukti yang menyatakan bahwa
Artikel 8.8.39. telah diimplementasikan secara benar dan
telah disupervisi.
- Detil program pengendalian nasional resmi PMK.
• Negara Anggota harus menyampaikan formulir untuk
rekonfirmasi tahunan (annual reconfirmation) untuk
persetujuan program pengendalian resmi PMK.
Standar prosedur untuk aplikasi mengenai
‘Program pengendalian resmi PMK’
SOP Persetujuan ‘program pengendalian
resmi PMK’ dan SOP Rekonfirmasi tahunan
1. SOP untuk pengakuan
resmi status penyakit dan
untuk persetujuan
program nasional
pengendalian resmi dari
Negara Anggota.
2. SOP untuk rekonfirmasi
pengakuan resmi status
penyakit dan persetujuan
program nasional
pengendalian resmi dari
Negara Anggota.
1
2
Persyaratan untuk mengajukan aplikasi
‘program pengendalian resmi PMK’ ke OIE
1. Pendahuluan (geografi negara/zona, demografi ternak/satwa liar, RPH
dan pasar).
2. Sistim veteriner (legislasi, siskeswannas, hasil PVS, partisipasi sektor
swasta, identifikasi ternak dsb).
3. Program pengendalian PMK:
a. Epidemiologi (sejarah penyakit, kepadatan ternak, lalulintas ternak, estimasi
prevalensi PMK).
b. Surveilans PMK (definisi kasus, insentif untuk melapor, surveilans klinis dan
surveilans serologi atau virulogi, strain yang bersirkulasi, pelatihan, pendekatan
berbasis masyarakat).
c. Diagnosis PMK (apabila dilakukan di negara tersebut, jejaring laboratorium,
kapabilitas uji dan jenis uji, prosedur jaminan mutu, prosedur akreditasi laboratorium,
penanganan agen patogen hidup termasuk biosafety dan biosecurity, uji profesiensi).
d. Apabila tidak dilakukan di dalam negeri, sebutkan laboratorium mana di negara lain
yang melakukan diagnosis, termasuk logistik pengiriman sampel dan lama waktu
hasil diterima.
Persyaratan untuk mengajukan aplikasi
‘program pengendalian resmi’ ke OIE (lanjt.)
4. Strategi:
a. Organisasi, legilasi dan implementasi program.
b. Strategi pengendalian di seluruh wilayah negara, zona dan pengendalian lalu lintas
ternak.
c. Jenis vaksin yang digunakan, spesies yang divaksin dan lisensi vaksin.
d. Gambaran implementasi kebijakan ‘stamping out’ dan dalam situasi seperti apa.
e. Gambaran dalam keadaan wabah, bukti dampak tindakan pengendalian,
penurunan jumlah wabah dan distribusinya, termasuk penjelasan tentang wabah
primer dan sekunder.
5. Pencegahan PMK:
a. Koordinasi antar negara
b. Gambaran tindakan yang efektif untuk mecegah introduksi agen patogen.
c. Tindakan untuk membatasi hewan domestik, feral dan liar akses terhadap produk
hewan.
d. Prosedur pengendalian impor, termasuk aksi yang dilakukan di bawah legislasi jika
impor illegal terdeteksi.
e. Rencana kerja dan jangka waktu pelaksanaan program.
f. Penilaian terhadap evolusi program sejak awal dan pengukuran indikator kinerja.
g. Jelaskan pendanaan untuk program dan anggaran tahunan yang disediakan.
Persyaratan untuk mengajukan aplikasi
‘program pengendalian resmi’ ke OIE (lanj.)
7. Tindakan pengendalian dan respon darurat.
a. Rencana cadangan (contingency plan) dalam menangani wabah dan pelatihan
simulasi PMK dalam 5 tahun terakhir.
b. Dalam situasi terduga atau terkonfirmasi wabah PMK:
i. Tindakan karantina dilaksanakan terhadap kasus terduga, sambil menunggu diagnosis,
prosedur lain terkait dengan kasus terduga (seperti hewan diam di tempat).
ii. Indikasikan prosedur sampling, pengiriman dan pengujian yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengkonfirmasi adanya agen patogen.
iii. Jelaskan aksi apa yang diambil untuk mengendalikan situasi dan di sekitar peternakan
dimana wabah terkonfirmasi.
iv. Jelaskan prosedur pengendalian atau pemberantasan (seperti penelusuran ke depan dan ke
belakang; desinfeksi peternakan, kendaraan dan peralatan; vaksinasi termasuk distribusi
vaksin dan rantai dingin; kebijakan ‘stamping-out’; pengendalian lalulintas; pengendalian
satwa liar, ternak gembalaan dan ternak peliharaan; metoda disposal karkas dan material
terkontaminasi, dekontaminasi, kampanye kesadaran masyarakat, vaksinasi darurat).
v. Kriteria dan prosedur untuk mengkonfirmasikan suatu wabah telah sukses dikendalikan atau
diberantas, termasuk strategi stok ulang, penggunaan hewan sentinel program surveilans
serologi).
vi. Detil kompensasi yang disediakan untuk pemilik ternak, peternak, dll jika hewan dipotong dan
jelaskan jadwal waktu pembayaran.
vii. Upaya dalam mencapai target titik kritis pengendalian.
Elemen kunci untuk status ‘Program
pengendalian resmi PMK’ (Artikel 8.8.39.)
• Bukti-bukti kapasitas Siskeswannas (Penilaian PVS)
• Rencana yang dapat diaplikasikan di seluruh wilayah negara
• Bukti pelaporan penyakit
• Informasi epidemiologi penyakit di negara tersebut
• Tindakan-tindakan pengendalian untuk mencegah introduksi PMK
• Surveilans menurut OIE Code
• Rencana detil mengenai jangka waktu ke depan dan kejadian
penting yang dimaksudkan/indikator kinerja
• Akses/kapabilitas diagnostik
• Program vaksinasi
• Rencana darurat
Sumber: Weber-Vintzel & Domenech (2014). Presentation on Submission to the OIE for official
recognition of FMD country status and endorsement of official control programme.
Resolusi OIE – Program Pengendalian
Resmi PMK (2014-2018)
• Negara yang ditarik dari status tersebut: Algeria (2016); Venezuela (2018)
Resolusi OIE Negara dengan status program pengendalian
resmi PMK
Resolusi No. 16
(Mei 2014)
Algeria, Bolivia, Ekuador, Moroko, Tunisia
Resolusi No. 18
(Mei 2015)
Algeria, Bolivia, China, Ekuador, India, Moroko,
Namibia, Venezuela
Resolusi No. 17
(Mei 2016)
Bolivia, China, Ekuador, India, Kazakhstan, Moroko,
Mongolia, Namibia, Thailand, Venezuela
Resolusi No. 23
(Mei 2017)
China, India, Kazakhstan, Moroko, Mongolia
Namibia, Thailand, Venezuela
Resolusi No. 23
(Mei 2018)
China, India, Mongolia, Moroko, Namibia,
Thailand
Status PMK India
• India mendapatkan status ‘OIE
endorsed official control
programme for FMD’ pada
tahun 2015 (lihat sertifikat)
• OIE tidak bertanggung jawab
atas publikasi dan upaya
mempertahankan status
tersebut berdasarkan:
- informasi yang tidak akurat,
atau
- tidak melapor ke OIE
mengenai terjadinya
perubahan yang signifikan
dalam implementasi tindakan-
tindakan pengendalian yang
relevan
sampai waktu persetujuan
berikutnya.
Keterkaitan antara “OIE program
pengendalian resmi PMK” dengan
PCP-FMD
Program pengendalian resmi PMK
India sebagai bagian Strategi Global
• FAO dan OIE pada tahun 2012 secara bersama mengembangkan Strategi
Pengendalian PMK Global, dibawah kerangka GF-TADs (Global
Framework for the progressive control of Transboundary Animal Diseases).
PCP-FMD =
Progressive Control
Pathway for Foot and
Mouth Disease
Control.
• Ada 6 tahapan
(tahap 0 s/d 5).
PCP-FMD untuk negara endemik PMK
• PCP-FMD – TIDAK untuk negera bebas yang ingin
mendapatkan kembali status PMK setelah terjadinya
suatu serangan wabah.
• Negara-negara yang sebelumnya bebas PMK (seperti:
Indonesia, Australia, Filipina dstnya) yang ingin
mendapatkan kembali secara cepat status bebas setelah
terjadinya suatu serangan wabah, harus mengikuti
persyaratan OIE untuk status bebas PMK.
Presentasi “FMD Progressive Control Pathway (PCP-FMD)” - Gunel Ismayilova (European
Commission for the Control of Foot-and-Mouth Disease (2016).
Gambaran kunci dari PCP-FMD
0
1
2
3
4
Pertahankan sirkulasi nol dan
serangan; berhenti lakukan vaksinasi
Risiko PMK tidak dikendalikan, tidak
ada informasi yang dipercaya
Identifikasi risiko dan opsi
pengendalian
Implementasi pengendalian berbasis
risiko
Implementasi strategi pengendalian
untuk mengeliminasi sirkulasi virus
Pertahankan sirkulasi nol dan
serangan
5
Untuk ke tahap 1: Lakukan studi
epidemiologi PMK yang komprehensif
Untuk ke tahap 2: Kembangkan
Rencana Strategis berdasarkan risiko
Untuk ke tahap 3: Kembangkan strategi
agresif untuk mengeliminasi PMK
Untuk ke tahap 4: Tidak ada lagi
endemik PMK pada ternak domestik
Untuk ke tahap 5: Aplikasi status resmi
(OIE) “bebas dengan vaksinasi”
Aplikasi status resmi (OIE) “bebas
tanpa vaksinasi” dan hentikan PCP
Tahap PCP Tujuan tiap tahapan Indikator hasil
Strategi nasional reduksi risiko
untuk mendukung upaya regional
Progressive Control Pathway FMD
PCP: alat untuk menangani
situasi di negara yang belum
bebas PMK dan membantu
negara tersebut mencapai
kemajuan secara bertahap
dalam pengendalian PMK
menuju sasaran akhir yaitu
pemberantasan.
India
Negara dengan status “OIE-officially
endorsed FMD Control Programmes”
sama dengan PCP Tahap 3.
Apa artinya tahap 3 dalam PCP-FMD?
• Tahap 3: Terjadi reduksi dari insidensi wabah secara
progresif di negara tersebut, diikuti dengan eliminasi
sirkulasi virus PMK pada hewan domestik paling tidak di
satu zona dari negara tersebut (negara dengan ‘OIE
program pengendalian resmi PMK’)
• Tahap 4: Terdapat bukti dan fakta bahwa virus PMK tidak
lagi bersirkulasi secara endemik pada hewan domestik di
wilayah negara atau zona tersebut (negara dengan ’OIE
bebas PMK dengan vaksinasi’).
DAN UNTUK MAJU KE TAHAP 4:
Presentasi “FAO-EuFMD-OIE Progressive Control Pathway for FMD” – Keith Sumption.
Karakteristik tahap 3 PCP FMD
• Tingkat yang baik dalam perencanaan kontingensi.
• Akses terhadap cadangan/bank vaksin untuk situasi
darurat.
• Respon cepat terhadap risiko.
• Kemampuan untuk meregulasi pergerakan (lalulintas)
hewan.
Persyaratan minimum untuk tetap berada
dalam Tahap (gagal untuk memenuhi akan
mengarah kepada tahap yang lebih rendah)
Tahap 3 Deteksi dan respon cepat terhadap
semua kejadian wabah PMK
Situasi Global PMK (April 2018)
Keterkaitan antara “OIE program
pengendalian resmi PMK” dengan
OIE PVS Pathway
Pentingnya OIE PVS bagi negara dengan
‘program pengendalian resmi PMK’
• Sejalan dengan ‘FAO-OIE Global FMD Control Strategy’,
suatu negara harus juga mendemonstrasikan secara
progresif penguatan Siskeswannas (Veterinary Services)
(KOMPONEN 2).
• OIE PVS merupakan suatu pendorong dan penjamin
untuk efikasi dan keberlanjutan tindakan-tindakan terkait
PMK berjalan dengan baik di negara tersebut.
• Negara tersebut harus mencapai tingkat kemajuan yang
diperlukan untuk sejumlah kompetensi kritis (critical
competences) dari alat evaluasi OIE PVS yang relevan
dengan tahapan PCP-FMD.
OIE PVS Pathway
• OIE PVS Pathway adalah suatu
proses yang terus menerus yang
bertujuan untuk meningkatkan
secara berkesinambungan
kepatuhan Siskeswannas terhadap
standar-standar internasional dan
efisiensi berkelanjutan.
• OIE PVS Pathway merupakan
komponen 2 dari “Global Foot and
Mouth Disease Strategy”
(penguatan Siskeswannas)
Hasil PVS India (Februari 2018)
• Perdagangan daging kerbau tanpa
tulang dan tanpa glandula paling
banyak ke negara tertular PMK, tetapi
pasar ekspor mungkin dapat tertutup
jika PMK meningkat secara dramatis.
• India memiliki suatu rekam jejak yang
baik dalam penyampaian laporan-
laporan rutin periodik dan ‘ad hoc’ ke
OIE/WAHIS.
• Akurasi dari laporan-laporan status
kesehatan hewan rutin tersebut
dipertanyakan mengingat
keterbatasan sistim surveilans yang
dimiliki.
Hubungan antara FMD PCP
dengan OIE PVS Pathway
• Penetapan tahap PCP harus disetujui oleh GF-TADS
regional dan Komite Global.
• Penetapan skor dari OIE PVS Pathway dibuat oleh suatu
misi OIE yang dikirimkan ke negara yang dinilai.
Kompetensi kritis OIE PVS
• Dari 47 kompetensi kritis OIE PVS, 33 dinilai relevan
secara langsung dengan pengendalian PMK.
• Untuk setiap kompetensi kritis tersebut, level 3 dari 5
dipertimbangkan sebagai persyaratan minimum.
4 komponen dasar
Tingkat kemajuan (Level of Advancement)
OIE PVS Pathway
• 5 tingkat kemajuan (kualitatif) untuk setiap kompetensi
kritis (critical competency).
• Suatu tingkat yang lebih tinggi mengasumsikan
pemenuhan seluruh standar dibawahnya.
Level of advancement 5 - Pemenuhan seluruh standar OIE
Level of advancement 4
Level of advancement 3
Level of advancement 2
Level of advancement 1
- Pemenuhan minimum standar OIE
- Tidak memenuhi standar OIE
Hubungan antara Tahapan PCP FMD dengan
Kompetensi Kritis OIE PVS Pathway
7 Kompetensi kritis OIE PVS pada
tahap 1 PCP FMD
Kompetensi kritis OIE PVS
Tahap 1
PCP FMD
PVS
India
I-2.A. Kompetensi professional dokter hewan 3 2
I-3. Pendidikan berkelanjutan 3 2
I-6.B. Koordinasi eksternal 3 3
II-3. Analisis risiko 3 2
III-2. Konsultasi dengan para pemangku kepentingan 3 4
IV-1. Penyiapan legislasi dan regulasi 3 2
II-5.B. Surveilans epidemiologi aktif 3 4
10 Kompetensi kritis OIE PVS pada
tahap 2 PCP FMD
Kompetensi kritis OIE PVS
Tahap 2
PCP FMD
PVS
India
I-2.B. Kompetensi paraprofesional veteriner 3 2
III-3. Keterwakilan resmi 3 2
III-6. Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan dalam
program bersama
3 4
IV-2. Implementasi legislasi dan regulasi dan kepatuhan 3 1
II-5.A. Surveilans epidemiologi pasif 3 3
II-1. Akses terhadap diagnosis laboratorium veteriner 2/3 4
II-2. Jaminan mutu laboratorium 3 2
IV-6. Transparansi 3 3
I-1.A. Tenaga dokter hewan dan profesional lainnya 3 4
I-1.B. Tenaga paraprofesional veteriner dan staf teknis
lainnya
3 3
12 Kompetensi kritis OIE PVS pada
tahap 3 PCP FMD
Kompetensi kritis OIE PVS
Tahap 3
PCP FMD
PVS
India
I-6.A. Koordinasi internal (rantai komando) 3 4
I-11. Manajemen sumberdaya dan operasi 3 2
II-11. Isu-isu darurat 3 N/A
III-4. Akreditasi / otorisasi / delegasi 3/4 3
III-5.A. Otoritas ‘Veterinary Statutory Body’ (VSB) 3/4 3
III-5.B. Kapasitas ‘Veterinary Statutory Body’ (VSB) 3 2
II-6. Respon darurat 3 4
II-7. Pencegahan, pengendalian & pemberantasan penyakit 3 3
II-8. Inspeksi ante mortem dan post mortem 3 3
II-12.A. Identifikasi ternak dan pengendalian lalu lintas ternak 3 3
I-7. Sumberdaya fisik 3 3
I-8. Dana operasional 4/5 4
Pemenuhan tahap 3 FMD PCP
dengan pengukuran skor OIE PVS
• Jumlah kompetensi kritis sampai tahap 3 FMD
PCP adalah 7 + 10 + 12 = 29.
• Jumlah yang tidak mencapai persyaratan
minimum standar OIE (<3) = 10.
• Jumlah yang mencapai persyaratan minimum
standar OIE (3/4) = 19.
• Persentase pencapaian = 19/29 = 65,5%.
Bersambung ke
Analisis Status dan Situasi
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
di India – Bagian 2
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Jakarta, 30 Maret 2019

More Related Content

What's hot

Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Tata Naipospos
 
Lecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantina
Lecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantinaLecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantina
Lecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantina
Andrew Hutabarat
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Andrew Hutabarat
 
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Tata Naipospos
 
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Tata Naipospos
 
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...
Tata Naipospos
 

What's hot (6)

Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
 
Lecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantina
Lecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantinaLecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantina
Lecture 2 kesehatan perlind tanam - ltr blkg karantina
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
 
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
 
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
 
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...
 

Similar to Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 1) - Ditjen PKH, Bogor, 30 Maret 2019

Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Tata Naipospos
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tata Naipospos
 
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Tata Naipospos
 
Isi Standar Pelayanan 2023.pdf
Isi Standar Pelayanan 2023.pdfIsi Standar Pelayanan 2023.pdf
Isi Standar Pelayanan 2023.pdf
Syahrul Ostid
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Tata Naipospos
 
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Tata Naipospos
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Tata Naipospos
 
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Tata Naipospos
 
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Tata Naipospos
 
Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...
Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...
Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...
Tata Naipospos
 
Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...
Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...
Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...
Tata Naipospos
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Tata Naipospos
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Tata Naipospos
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Tata Naipospos
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Tata Naipospos
 
Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...
Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...
Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...
Tata Naipospos
 
SNI dan Halal
SNI dan HalalSNI dan Halal
Antigen kmk446-2021.pdf
Antigen kmk446-2021.pdfAntigen kmk446-2021.pdf
Antigen kmk446-2021.pdf
sumberagung5
 

Similar to Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 1) - Ditjen PKH, Bogor, 30 Maret 2019 (20)

Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
 
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
 
Isi Standar Pelayanan 2023.pdf
Isi Standar Pelayanan 2023.pdfIsi Standar Pelayanan 2023.pdf
Isi Standar Pelayanan 2023.pdf
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
 
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
 
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
 
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
 
Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...
Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...
Dampak Importasi Daging Kerbau Terhadap Perkembangan PMK Serta Penanganannya ...
 
Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...
Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...
Metoda Audit Negara dari Aspek Veteriner Dalam Kerangka Perdagangan Internasi...
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
 
Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...
Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...
Sistim Pelayanan Kesehatan Hewan Berbasis Masyarakat - CIVAS, Bogor, 9 Desemb...
 
SNI dan Halal
SNI dan HalalSNI dan Halal
SNI dan Halal
 
Antigen kmk446-2021.pdf
Antigen kmk446-2021.pdfAntigen kmk446-2021.pdf
Antigen kmk446-2021.pdf
 

More from Tata Naipospos

Risk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdf
Risk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdfRisk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdf
Risk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdf
Tata Naipospos
 
Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...
Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...
Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...
Tata Naipospos
 
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Risk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdf
Risk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdfRisk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdf
Risk mapping Penyakit Hewan dan Zoonosis di Kenya Afrika - 30 Januari 2024.pdf
 
Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...
Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...
Mengenal Otoritas Veteriner dan Eksistensinya di Indonesia - IMAKAHI VISI 202...
 
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 

Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 1) - Ditjen PKH, Bogor, 30 Maret 2019

  • 1. Analisis Status dan Situasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di India – Bagian 1 Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Bogor, 30 Maret 2019
  • 2. India • Luas wilayah: 3.827.263 km2 (negara terluas ke-7 di dunia). • Panjang pantai: 7.517 km (5.423 km semenanjung India, dan sisanya Kepulauan Andaman dan Nicobar). • Panjang perbatasan: 15.000 km dengan negara tetangga: • di sebelah barat Pakistan (3.190 km), China (2.659 km), Nepal (1.770 km); • di sebelah utara Bhutan (659 km); • di sebelah timur Myanmar (1.468 km) dan Bangladesh (4.142 km). • Ternak (sensus 2012): 305 juta ekor bovine (sapi, kerbau, mithun dan yak), 65 juta domba, 135 juta kambing, dam 10 juta babi. Jumlah ternak yang peka terhadap PMK = 515 juta ekor. OIE PVS Evaluation Report India, February 2018
  • 3. Peta India • Ibukota: New Delhi. • 29 negara bagian ditambah 7 wilayah persatuan (union territory). • Penduduk: Populasi ke-2 terbesar di dunia dengan sekitar 1,3 miliar. • Pemerintah Federal dengan pemerintah Negara Bagian.
  • 4. Industri peternakan dan ekspor daging kerbau India
  • 5. Sektor peternakan di India • Sektor peternakan merupakan bagian penting dari ekonomi India, berkontribusi: - 8-10% tenaga kerja; - 4-6% PDB nasional; dan - 28-32% PDB pertanian. • Populasi sapi (Bos Taurus/Bos indicus) dan kerbau (Bubalus bubalis) tahun 2018 diperkirakan 305 juta ekor (sapi 197 juta dan kerbau 108 juta ekor). • Kebanyakan negara bagian membatasi atau melarang penyembelihan sapi karena sensitivitas agama, sehingga sektor peternakan bergantung terutama pada pemotongan kerbau betina dan jantan yang tidak produktif. Sumber: GAIN Report Number: IN7108 (2017)
  • 6. India adalah negara dengan populasi sapi dan kerbau terbesar di dunia • Ekspor daging kerbau: 66 negara. • Jumlah RPH: 3600 • Jumlah RPH teregistrasi: 1783 • Ritel daging skala kecil: 25.000 • RPH dengan fasilitas pemrosesan yang disetujui APEDA: 77 • Produksi daging kerbau: 3 juta ton • Ekspor daging kerbau: 13,5 juta ton (2017-2018) https://www.vetextension.com/current-livestock-animal-husbandry-statistics-india/
  • 7. Negara bebas PMK dan dengan zona bebas PMK yang mengimpor daging kerbau dari India (2017-2018) Negara bebas PMK tanpa vaksinasi: 1. Filipina 2. Indonesia 3. Brunei Darussalam 4. Amerika Serikat 5. Singapura 6. Jerman Negara dengan zona bebas PMK tanpa vaksinasi: 1. Malaysia (Sabah dan Sarawak) 2. Namibia (1 zona) 3. Afrika Selatan (1 zona) Negara dengan zona bebas PMK dengan vaksinasi: 1. Turki (1 zona)DGCIS (APEDA website); OIE website
  • 8. Perbandingan ekspor daging kerbau India terbesar ke 10 negara (data APEDA, 2017-2018) Vietnam 64% Malaysia 10% Mesir 8% Irak 5% Saudi Arabia 3% Filipina 4% Indonesia 2% UEA 3% Algeria 1%
  • 9. Populasi kerbau menurut kabupaten (2012) • Populasi kerbau tertinggi di negara bagian Uttar Pradesh • Kontribusi Uttar Pradesh kepada total produksi daging = 18,23%.
  • 10. Kontribusi populasi kerbau per negara bagian di India 28% 12% 10% 10% 8% 7% 6% 5% 5% 3% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% Uttar Pradesh memiliki populasi kerbau terbesar di India Sumber: GAIN Report Number: IN7108 (2017)
  • 11. Status PMK India menurut OIE: “negara dengan program pengendalian resmi PMK”
  • 12. Status negara/zona bebas PMK dan program pengendalian resmi PMK
  • 13. Status ‘OIE endorsed official control programme for FMD’ • Prosedur baru untuk persetujuan status PMK dari Negara Anggota yang disebut: ‘Endorsement by the OIE of a national official control programme for FMD’ (program pengendalian resmi PMK) diadopsi pada Mei 2014 dalam OIE General Session ke-79 (Resolusi No. 19). • Pengakuan ini berarti program pengendalian PMK di negara tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Chapter 8.8. OIE TAHC mengenai PMK. • Daftar negara yang pertama kali ditetapkan dengan status tersebut adalah: Algeria, Bolivia, Ekuador, Moroko and Tunisia. Sumber: https://www.oie.int/doc/ged/D13546.PDF
  • 14. Insentif untuk mendapatkan status ‘Program pengendalian resmi PMK’ • Motivasi untuk kemajuan menuju eradikasi PMK • Advokasi siskeswannas terhadap pemerintahnya • Insentif negosiasi perdagangan • Akses pendanaan • Dukungan politik • Latihan untuk penyiapan pengakuan status bebas • Penguatan pendekatan regional Sumber: Weber-Vintzel & Domenech (2014). Presentation on Submission to the OIE for official recognition of FMD country status and endorsement of official control programme.
  • 15. Prosedur mendapatkan status ‘Program pengendalian resmi PMK’ • Negara Anggota mengajukan aplikasi untuk persetujuan ‘Program pengendalian resmi PMK’ yang dimuat dalam Artikel 1.11.5. OIE TAHC (kuesioner yang harus diisi oleh Negara Anggota). • Negara Anggota harus menyampaikan: - dokumen yang berisi bukti-bukti yang menyatakan bahwa Artikel 8.8.39. telah diimplementasikan secara benar dan telah disupervisi. - Detil program pengendalian nasional resmi PMK. • Negara Anggota harus menyampaikan formulir untuk rekonfirmasi tahunan (annual reconfirmation) untuk persetujuan program pengendalian resmi PMK.
  • 16. Standar prosedur untuk aplikasi mengenai ‘Program pengendalian resmi PMK’
  • 17. SOP Persetujuan ‘program pengendalian resmi PMK’ dan SOP Rekonfirmasi tahunan 1. SOP untuk pengakuan resmi status penyakit dan untuk persetujuan program nasional pengendalian resmi dari Negara Anggota. 2. SOP untuk rekonfirmasi pengakuan resmi status penyakit dan persetujuan program nasional pengendalian resmi dari Negara Anggota. 1 2
  • 18. Persyaratan untuk mengajukan aplikasi ‘program pengendalian resmi PMK’ ke OIE 1. Pendahuluan (geografi negara/zona, demografi ternak/satwa liar, RPH dan pasar). 2. Sistim veteriner (legislasi, siskeswannas, hasil PVS, partisipasi sektor swasta, identifikasi ternak dsb). 3. Program pengendalian PMK: a. Epidemiologi (sejarah penyakit, kepadatan ternak, lalulintas ternak, estimasi prevalensi PMK). b. Surveilans PMK (definisi kasus, insentif untuk melapor, surveilans klinis dan surveilans serologi atau virulogi, strain yang bersirkulasi, pelatihan, pendekatan berbasis masyarakat). c. Diagnosis PMK (apabila dilakukan di negara tersebut, jejaring laboratorium, kapabilitas uji dan jenis uji, prosedur jaminan mutu, prosedur akreditasi laboratorium, penanganan agen patogen hidup termasuk biosafety dan biosecurity, uji profesiensi). d. Apabila tidak dilakukan di dalam negeri, sebutkan laboratorium mana di negara lain yang melakukan diagnosis, termasuk logistik pengiriman sampel dan lama waktu hasil diterima.
  • 19. Persyaratan untuk mengajukan aplikasi ‘program pengendalian resmi’ ke OIE (lanjt.) 4. Strategi: a. Organisasi, legilasi dan implementasi program. b. Strategi pengendalian di seluruh wilayah negara, zona dan pengendalian lalu lintas ternak. c. Jenis vaksin yang digunakan, spesies yang divaksin dan lisensi vaksin. d. Gambaran implementasi kebijakan ‘stamping out’ dan dalam situasi seperti apa. e. Gambaran dalam keadaan wabah, bukti dampak tindakan pengendalian, penurunan jumlah wabah dan distribusinya, termasuk penjelasan tentang wabah primer dan sekunder. 5. Pencegahan PMK: a. Koordinasi antar negara b. Gambaran tindakan yang efektif untuk mecegah introduksi agen patogen. c. Tindakan untuk membatasi hewan domestik, feral dan liar akses terhadap produk hewan. d. Prosedur pengendalian impor, termasuk aksi yang dilakukan di bawah legislasi jika impor illegal terdeteksi. e. Rencana kerja dan jangka waktu pelaksanaan program. f. Penilaian terhadap evolusi program sejak awal dan pengukuran indikator kinerja. g. Jelaskan pendanaan untuk program dan anggaran tahunan yang disediakan.
  • 20. Persyaratan untuk mengajukan aplikasi ‘program pengendalian resmi’ ke OIE (lanj.) 7. Tindakan pengendalian dan respon darurat. a. Rencana cadangan (contingency plan) dalam menangani wabah dan pelatihan simulasi PMK dalam 5 tahun terakhir. b. Dalam situasi terduga atau terkonfirmasi wabah PMK: i. Tindakan karantina dilaksanakan terhadap kasus terduga, sambil menunggu diagnosis, prosedur lain terkait dengan kasus terduga (seperti hewan diam di tempat). ii. Indikasikan prosedur sampling, pengiriman dan pengujian yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkonfirmasi adanya agen patogen. iii. Jelaskan aksi apa yang diambil untuk mengendalikan situasi dan di sekitar peternakan dimana wabah terkonfirmasi. iv. Jelaskan prosedur pengendalian atau pemberantasan (seperti penelusuran ke depan dan ke belakang; desinfeksi peternakan, kendaraan dan peralatan; vaksinasi termasuk distribusi vaksin dan rantai dingin; kebijakan ‘stamping-out’; pengendalian lalulintas; pengendalian satwa liar, ternak gembalaan dan ternak peliharaan; metoda disposal karkas dan material terkontaminasi, dekontaminasi, kampanye kesadaran masyarakat, vaksinasi darurat). v. Kriteria dan prosedur untuk mengkonfirmasikan suatu wabah telah sukses dikendalikan atau diberantas, termasuk strategi stok ulang, penggunaan hewan sentinel program surveilans serologi). vi. Detil kompensasi yang disediakan untuk pemilik ternak, peternak, dll jika hewan dipotong dan jelaskan jadwal waktu pembayaran. vii. Upaya dalam mencapai target titik kritis pengendalian.
  • 21. Elemen kunci untuk status ‘Program pengendalian resmi PMK’ (Artikel 8.8.39.) • Bukti-bukti kapasitas Siskeswannas (Penilaian PVS) • Rencana yang dapat diaplikasikan di seluruh wilayah negara • Bukti pelaporan penyakit • Informasi epidemiologi penyakit di negara tersebut • Tindakan-tindakan pengendalian untuk mencegah introduksi PMK • Surveilans menurut OIE Code • Rencana detil mengenai jangka waktu ke depan dan kejadian penting yang dimaksudkan/indikator kinerja • Akses/kapabilitas diagnostik • Program vaksinasi • Rencana darurat Sumber: Weber-Vintzel & Domenech (2014). Presentation on Submission to the OIE for official recognition of FMD country status and endorsement of official control programme.
  • 22. Resolusi OIE – Program Pengendalian Resmi PMK (2014-2018) • Negara yang ditarik dari status tersebut: Algeria (2016); Venezuela (2018) Resolusi OIE Negara dengan status program pengendalian resmi PMK Resolusi No. 16 (Mei 2014) Algeria, Bolivia, Ekuador, Moroko, Tunisia Resolusi No. 18 (Mei 2015) Algeria, Bolivia, China, Ekuador, India, Moroko, Namibia, Venezuela Resolusi No. 17 (Mei 2016) Bolivia, China, Ekuador, India, Kazakhstan, Moroko, Mongolia, Namibia, Thailand, Venezuela Resolusi No. 23 (Mei 2017) China, India, Kazakhstan, Moroko, Mongolia Namibia, Thailand, Venezuela Resolusi No. 23 (Mei 2018) China, India, Mongolia, Moroko, Namibia, Thailand
  • 23. Status PMK India • India mendapatkan status ‘OIE endorsed official control programme for FMD’ pada tahun 2015 (lihat sertifikat) • OIE tidak bertanggung jawab atas publikasi dan upaya mempertahankan status tersebut berdasarkan: - informasi yang tidak akurat, atau - tidak melapor ke OIE mengenai terjadinya perubahan yang signifikan dalam implementasi tindakan- tindakan pengendalian yang relevan sampai waktu persetujuan berikutnya.
  • 24. Keterkaitan antara “OIE program pengendalian resmi PMK” dengan PCP-FMD
  • 25. Program pengendalian resmi PMK India sebagai bagian Strategi Global • FAO dan OIE pada tahun 2012 secara bersama mengembangkan Strategi Pengendalian PMK Global, dibawah kerangka GF-TADs (Global Framework for the progressive control of Transboundary Animal Diseases). PCP-FMD = Progressive Control Pathway for Foot and Mouth Disease Control. • Ada 6 tahapan (tahap 0 s/d 5).
  • 26. PCP-FMD untuk negara endemik PMK • PCP-FMD – TIDAK untuk negera bebas yang ingin mendapatkan kembali status PMK setelah terjadinya suatu serangan wabah. • Negara-negara yang sebelumnya bebas PMK (seperti: Indonesia, Australia, Filipina dstnya) yang ingin mendapatkan kembali secara cepat status bebas setelah terjadinya suatu serangan wabah, harus mengikuti persyaratan OIE untuk status bebas PMK. Presentasi “FMD Progressive Control Pathway (PCP-FMD)” - Gunel Ismayilova (European Commission for the Control of Foot-and-Mouth Disease (2016).
  • 27. Gambaran kunci dari PCP-FMD 0 1 2 3 4 Pertahankan sirkulasi nol dan serangan; berhenti lakukan vaksinasi Risiko PMK tidak dikendalikan, tidak ada informasi yang dipercaya Identifikasi risiko dan opsi pengendalian Implementasi pengendalian berbasis risiko Implementasi strategi pengendalian untuk mengeliminasi sirkulasi virus Pertahankan sirkulasi nol dan serangan 5 Untuk ke tahap 1: Lakukan studi epidemiologi PMK yang komprehensif Untuk ke tahap 2: Kembangkan Rencana Strategis berdasarkan risiko Untuk ke tahap 3: Kembangkan strategi agresif untuk mengeliminasi PMK Untuk ke tahap 4: Tidak ada lagi endemik PMK pada ternak domestik Untuk ke tahap 5: Aplikasi status resmi (OIE) “bebas dengan vaksinasi” Aplikasi status resmi (OIE) “bebas tanpa vaksinasi” dan hentikan PCP Tahap PCP Tujuan tiap tahapan Indikator hasil
  • 28. Strategi nasional reduksi risiko untuk mendukung upaya regional
  • 29. Progressive Control Pathway FMD PCP: alat untuk menangani situasi di negara yang belum bebas PMK dan membantu negara tersebut mencapai kemajuan secara bertahap dalam pengendalian PMK menuju sasaran akhir yaitu pemberantasan. India Negara dengan status “OIE-officially endorsed FMD Control Programmes” sama dengan PCP Tahap 3.
  • 30. Apa artinya tahap 3 dalam PCP-FMD? • Tahap 3: Terjadi reduksi dari insidensi wabah secara progresif di negara tersebut, diikuti dengan eliminasi sirkulasi virus PMK pada hewan domestik paling tidak di satu zona dari negara tersebut (negara dengan ‘OIE program pengendalian resmi PMK’) • Tahap 4: Terdapat bukti dan fakta bahwa virus PMK tidak lagi bersirkulasi secara endemik pada hewan domestik di wilayah negara atau zona tersebut (negara dengan ’OIE bebas PMK dengan vaksinasi’). DAN UNTUK MAJU KE TAHAP 4: Presentasi “FAO-EuFMD-OIE Progressive Control Pathway for FMD” – Keith Sumption.
  • 31. Karakteristik tahap 3 PCP FMD • Tingkat yang baik dalam perencanaan kontingensi. • Akses terhadap cadangan/bank vaksin untuk situasi darurat. • Respon cepat terhadap risiko. • Kemampuan untuk meregulasi pergerakan (lalulintas) hewan. Persyaratan minimum untuk tetap berada dalam Tahap (gagal untuk memenuhi akan mengarah kepada tahap yang lebih rendah) Tahap 3 Deteksi dan respon cepat terhadap semua kejadian wabah PMK
  • 32. Situasi Global PMK (April 2018)
  • 33. Keterkaitan antara “OIE program pengendalian resmi PMK” dengan OIE PVS Pathway
  • 34. Pentingnya OIE PVS bagi negara dengan ‘program pengendalian resmi PMK’ • Sejalan dengan ‘FAO-OIE Global FMD Control Strategy’, suatu negara harus juga mendemonstrasikan secara progresif penguatan Siskeswannas (Veterinary Services) (KOMPONEN 2). • OIE PVS merupakan suatu pendorong dan penjamin untuk efikasi dan keberlanjutan tindakan-tindakan terkait PMK berjalan dengan baik di negara tersebut. • Negara tersebut harus mencapai tingkat kemajuan yang diperlukan untuk sejumlah kompetensi kritis (critical competences) dari alat evaluasi OIE PVS yang relevan dengan tahapan PCP-FMD.
  • 35. OIE PVS Pathway • OIE PVS Pathway adalah suatu proses yang terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkesinambungan kepatuhan Siskeswannas terhadap standar-standar internasional dan efisiensi berkelanjutan. • OIE PVS Pathway merupakan komponen 2 dari “Global Foot and Mouth Disease Strategy” (penguatan Siskeswannas)
  • 36. Hasil PVS India (Februari 2018) • Perdagangan daging kerbau tanpa tulang dan tanpa glandula paling banyak ke negara tertular PMK, tetapi pasar ekspor mungkin dapat tertutup jika PMK meningkat secara dramatis. • India memiliki suatu rekam jejak yang baik dalam penyampaian laporan- laporan rutin periodik dan ‘ad hoc’ ke OIE/WAHIS. • Akurasi dari laporan-laporan status kesehatan hewan rutin tersebut dipertanyakan mengingat keterbatasan sistim surveilans yang dimiliki.
  • 37. Hubungan antara FMD PCP dengan OIE PVS Pathway • Penetapan tahap PCP harus disetujui oleh GF-TADS regional dan Komite Global. • Penetapan skor dari OIE PVS Pathway dibuat oleh suatu misi OIE yang dikirimkan ke negara yang dinilai.
  • 38. Kompetensi kritis OIE PVS • Dari 47 kompetensi kritis OIE PVS, 33 dinilai relevan secara langsung dengan pengendalian PMK. • Untuk setiap kompetensi kritis tersebut, level 3 dari 5 dipertimbangkan sebagai persyaratan minimum. 4 komponen dasar
  • 39. Tingkat kemajuan (Level of Advancement) OIE PVS Pathway • 5 tingkat kemajuan (kualitatif) untuk setiap kompetensi kritis (critical competency). • Suatu tingkat yang lebih tinggi mengasumsikan pemenuhan seluruh standar dibawahnya. Level of advancement 5 - Pemenuhan seluruh standar OIE Level of advancement 4 Level of advancement 3 Level of advancement 2 Level of advancement 1 - Pemenuhan minimum standar OIE - Tidak memenuhi standar OIE
  • 40. Hubungan antara Tahapan PCP FMD dengan Kompetensi Kritis OIE PVS Pathway
  • 41. 7 Kompetensi kritis OIE PVS pada tahap 1 PCP FMD Kompetensi kritis OIE PVS Tahap 1 PCP FMD PVS India I-2.A. Kompetensi professional dokter hewan 3 2 I-3. Pendidikan berkelanjutan 3 2 I-6.B. Koordinasi eksternal 3 3 II-3. Analisis risiko 3 2 III-2. Konsultasi dengan para pemangku kepentingan 3 4 IV-1. Penyiapan legislasi dan regulasi 3 2 II-5.B. Surveilans epidemiologi aktif 3 4
  • 42. 10 Kompetensi kritis OIE PVS pada tahap 2 PCP FMD Kompetensi kritis OIE PVS Tahap 2 PCP FMD PVS India I-2.B. Kompetensi paraprofesional veteriner 3 2 III-3. Keterwakilan resmi 3 2 III-6. Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan dalam program bersama 3 4 IV-2. Implementasi legislasi dan regulasi dan kepatuhan 3 1 II-5.A. Surveilans epidemiologi pasif 3 3 II-1. Akses terhadap diagnosis laboratorium veteriner 2/3 4 II-2. Jaminan mutu laboratorium 3 2 IV-6. Transparansi 3 3 I-1.A. Tenaga dokter hewan dan profesional lainnya 3 4 I-1.B. Tenaga paraprofesional veteriner dan staf teknis lainnya 3 3
  • 43. 12 Kompetensi kritis OIE PVS pada tahap 3 PCP FMD Kompetensi kritis OIE PVS Tahap 3 PCP FMD PVS India I-6.A. Koordinasi internal (rantai komando) 3 4 I-11. Manajemen sumberdaya dan operasi 3 2 II-11. Isu-isu darurat 3 N/A III-4. Akreditasi / otorisasi / delegasi 3/4 3 III-5.A. Otoritas ‘Veterinary Statutory Body’ (VSB) 3/4 3 III-5.B. Kapasitas ‘Veterinary Statutory Body’ (VSB) 3 2 II-6. Respon darurat 3 4 II-7. Pencegahan, pengendalian & pemberantasan penyakit 3 3 II-8. Inspeksi ante mortem dan post mortem 3 3 II-12.A. Identifikasi ternak dan pengendalian lalu lintas ternak 3 3 I-7. Sumberdaya fisik 3 3 I-8. Dana operasional 4/5 4
  • 44. Pemenuhan tahap 3 FMD PCP dengan pengukuran skor OIE PVS • Jumlah kompetensi kritis sampai tahap 3 FMD PCP adalah 7 + 10 + 12 = 29. • Jumlah yang tidak mencapai persyaratan minimum standar OIE (<3) = 10. • Jumlah yang mencapai persyaratan minimum standar OIE (3/4) = 19. • Persentase pencapaian = 19/29 = 65,5%.
  • 45. Bersambung ke Analisis Status dan Situasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di India – Bagian 2 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Jakarta, 30 Maret 2019