MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Analisis Novel Banun
1. Nama : Nindya Eka Apsari
Kelas : XI MIPA 7
Absen : 25
Interpretasi Cerpen “Banun”
A. Analisis Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema dari cerpen “Banun” adalah keteguhan prinsip seseorang. Pada cerpen
tersebut digambarkan Banun Kikir yang sangat teguh dalam memegang prinsipnya
sebagai orang tani. Orang tani yang dimaksudkan adalah orang yang tahani yaitu orang
yang menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dari
bercocok tanam, itulah sebabnya Banun dijuluki sebagai Banun Kikir.
2. Latar
a. Latar tempat
Latar tempat pada novel tersebut adalah di hutan, di sawah dan pekarangan, dan
di rumah Banun. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat di hutan merupakan tempat
berburu babi yang pasti terdapat lapak lemang-tapai milik Banun, di sawah dan
pekarangan merupakan tempat Banun Kikir menanam berbagai macam tanaman dan
sayurannya, di rumah Banun pada saat Palar menyampaikan keinginannya untuk
menikahkan Rustam dengan Rimah.
b. Latar waktu
Latar waktu pada cerpen “Banun” adalah saat petang atau sore hari, hari Selasa
dan Sabtu, serta hari Jum’at. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada saat petang setelah
bergelimang lumpur sawah, Banun memikul daun-daun kelapa kering yang akan
digunakan untuk bahan bakar tungkunya. Kemudian hari Selasa dan Sabtu
merupakan hari berburu babi yang pasti didatangi oleh Banun. Lalu hari Jum’at
merupakan hari dimana Banun datang berkunjung ke rumah anak-anaknya,
menjenguk cucu, secara bergiliran.
c. Latar suasana
Latar suasana dalam cerpen “Banun” adalah menegangkan, hal itu dapat
dibuktikan saat Banun Kikir yang menolak lamaran Palar selama dua kali yang
membuat Palar sakit hati sehingga bertekad untuk membalas dendam kepada Banun
yaitu dengan memaklumatkan Banun sebagai perempuan paling kikir di kampung
itu.
3. Penokohan
2. a. Banun
Pada cerpen tersebut Banun merupakan tokoh utama yang mempunyai sifat
penyabar, ulet, pekerja keras, pantang menyerah. Hal ini dapat dibuktikan pada saat
Banun mendapat gunjingan dari tetangga-tetangganya karena kekikirannya tetapi
Banun Kikir tetap tidak menghiraukan gunjingan tersebut. Kemudian pada saat orang
tani modern yang lain sudah melupakan hakikat orang tani yang sesungguhnya,
Banun masih tetap memegang teguh adat istiadat yang dimana hakikat orang tani
sesungguhnya itu menahan diri untuk tidak membeli sesuatu yang dapat diperoleh
dengan cara bercocok tanam.
b. Palar
Pada cerpen “Banun”, tokoh Palar merupakan tokoh antagonis yang memiliki
sifat pemalas, pendendam, dan berpikiran buruk tentang sesuatu. Hal ini dapat
dibuktikan pada saat lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Banun, Palar kemudia
bertekad untuk membalas dendam dengan cara memaklumatkan Banun sebagai
perempuan terkikir di kampung itu. Kemudian dia juga mempunyai perangai buruk
yang dianggap Banun sebagai penghinaan pada jalan hidup orang tani. Sifat
pemalasnya ditunjukkan Palar yang tidak sanggup menjalankan lelaku orang tani.
c. Rimah dan Nami
Pada cerpen tersebut, tokoh Rimah dan Nami merupakan tokoh sampingan yang
mempunyai sifat penyayang dan mudah terpengaruh. Hal ini ditunjukkan saat
gunjingan terhadap Banun yang tak kunjung reda, mereka memprotes Banun yang
tetap berperilaku kikir, kemudian Banun menjelaskan kepada anak-anaknya hakikat
orang tani yang sesungguhnya.
4. Alur
Alur yang digunakan pada cerpen “Banun” adalah alur campuran. Hal tersebut
dapat dibuktikan pada awal cerita menggambarkan kehidupan Banun Kikir, kemudian di
akhir cerita menggambarkan alasan kenapa Banun disebut Banun Kikir.
5. Amanat
Amanat yang dapat dipetik dari cerpen tersebut adalah jangan pernah menyerah
apabila melakukan pekerjaan dengan tetap berpegang teguh kepada prinsip hidup dan
tidak menghiraukan gunjingan orang lain. Karena setiap usaha yang dilakukan secara
terus-menerus dengan telaten dan sabar maka akan menumbuhkan hasil yang maksimal.
Terlihat pada perjuangan Banun yang seorang diri menafkahi anak-anaknya dengan tetap
memegang teguh hakikat orang tani sesungguhnya dan tidak menghiraukan gunjingan
orang lain, akhirnya Banun dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga gelar sarjana dan
dia akhirnya menjadi orang sukses di kampungnya.
3. 6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah sudut pandang
orang ketiga pengamat. Hal ini dapat dilihat dari cara pengarang menuliskan cerita
dengan menonjolkan tokoh utama dalam konteks yang terbatas.
7. Gaya Bahasa
a. Perangai lintah darat itu sudah merajalela, ....
Kalimat tersebut menggunakan majas simbolik karena melukiskan suatu dengan
perbandingan benda-benda lain sebagai simbol.
b. Lagi pula, bukankah ada tauke yang selalu berkenan memberi pinjaman, selama
orang tani masih mau menyemai benih?
Kalimat tersebut menggunakan majas retoris karena merupakan penegasan
dengan menggunakan kalimat tanya retoris yang sebenarnya tidak memerlukan
jawaban karena sudah mengetahuinya.
c. Namun, lantaran sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, ....
Kalimat tersebut menggunakan majas hiperbola karena melebih-lebihkan kata
yang dimaksud.
d. Di sepanjang usianya, Banun Kikir tak pernah membeli minyak tanah untuk
mengasapi dapur keluarganya.
Kalimat tersebut menggunakan majas alusio karena menggunakan ungkapan.
e. ... cabai, seledri, bawang, lengkuas, jahe, kunyit, gardamunggu, jeruk nipis, ....
Kalimat tersebut menggunakan majas asidenton karena menyebutkan beberapa
barang tanpa menggunakan kata penghubung.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari cerpen tersebut adalah kita sebagai generasi
penerus harus menjunjung tinggi adat istiadat yang ada, seperti Banun yang tetap
memegang teguh hakikat orang tani yaitu menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu
yang dapat diperoleh dengan bercocok tanam. Selain itu, kita juga harus tetap teguh pada
pendirian atau prinsip kita, apabila ada yang menggunjing kita, maka kita harus bersabar
dan bertawakal serta mengambil sisi positifnya. Semua usaha yang kita lakukan pasti akan
membuahkan hasil yang sebanding dengan usaha kita.
Cerpen “Banun” sudah baik yaitu dengan memberi tahu pembaca adat istiadat yang
sudah berkembang dari jaman dahulu dan kita dianjurkan untuk melestarikan adat istiadat
yang sudah ada agar tidak punah dimakan waktu. Cerpen tersebut juga mengajarkan kita
untuk saling menghormati prinsip masing-masing dan tidak memandang orang dengan
sebelah mata.