SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
i
TUGAS HIDROLOGI TERAPAN
SEMESTER III (TIGA)
KODE MATA KULIAH : MKK-305
JUMLAH SKS : 2
Disusun Oleh :
Nama : Rendi Fahreza
Nim : 1322201005
Jurusan : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2015/2016
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
Jl. Yos Sudarso KM. 8 Rumbai – Pekanbaru
Nama : Rendi Fahreza
Nim : 1322201005
Mata Kuliah : HIDROLOGI TERPAN
Dosen Pembimbing : Fadrizal Lubis ST., MT.
Kelas : B (Non Reguler)
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS BESAR HIDROLOGI TERAPAN
No Tanggal Keterangan Paraf
Pekanbaru,…………. 2016
Dosen Pembimbing
Fadrizal Lubis ST., MT.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas Hidrologi Terapan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan tugas saya selanjutnya.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Serta berharap
agar tugas ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin
Pekanbaru, 18 Oktober 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI/PERSETUJUAN ....................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2. IDENSIFIKASI MASALAH....................................................................... 1
1.3. RUMUSAN MASALAH............................................................................. 2
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1. PENGKURAN PRESIPITASI..................................................................... 3
2.2. ALAT PENGUKUR HUJAN ...................................................................... 3
2.2.1. PENGUKURAN HUJAN DENGAN RADAR............................... 4
2.2.2. KRITERIA PEMILIHAN ALAT PENGUKUR HUJAN............... 5
2.2.3. KRITERIA PENENTUAN JUMLAH JARINGAN ....................... 5
2.3. PENGUKURAN KLIMATOLOGI ............................................................. 5
2.3.1. PENGUKURAN LAMA PENYINARAN MATAHARI ............... 5
2.3.2. PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA................................... 6
2.3.3. PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA.................................. 6
2.3.4. PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN ....................................... 7
2.3.5. PENGUKURAN EVAPORASI DAN TRANSPIRASI.................. 8
2.4. PENGUKURAN ALIRAN AIR .................................................................. 8
2.4.1. PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR SUNGAI....................... 8
2.4.2. PENGUKURAN DEBIT................................................................. 8
2.5. PENGUKURAN INFILTRASI ................................................................... 9
2.6. PENGUKURAN KELEMBABAN TANAH .............................................. 9
2.7. PENGUKURAN PARAMETER AIR TANAH.......................................... 10
2.7.1. PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR TANAH........................ 10
2.7.2. PENGUKURAN DEBIT AIR TANAH.......................................... 11
2.7.3. PENGUKURAN POROSITAS LAPISAN PEMBAWA AIR........ 11
2.7.4. PENGAMATAN MATA AIR......................................................... 11
2.7.5. PENGUKURAN SIFAT-SIFAT FISIK AIR TANAH ................... 11
BAB III. DATA DAN ANALISIS.................................................................... 14
3.1. LOKASI PENELITIAN............................................................................... 14
3.2. PENGUMPULAN DATA ........................................................................... 14
3.3. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ................................................. 14
iv
3.3.1. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS ........................ 13
3.3.2. PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN........................ 14
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................... 16
4.1. PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA........................................ 16
4.1.1. PERHITUNGAN DATA MENTAH............................................... 16
4.1.2. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS NORMAL...... 16
4.1.3. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS GUMBEL ...... 16
4.1.4. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LOG NORMAL
.......................................................................................................... 21
4.1.5. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LOG PEARSON
TYPE III........................................................................................... 23
4.2. PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN RENCANA................ 26
BAB V. PENUTUP............................................................................................ 34
5.1. KESIMPULAN............................................................................................ 34
5.2. SARAN ........................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu hidrologi di dunia sebenarnya telah ada sejak orang mulai
mempertanyakan dari mana asal mula air yang berada di sekitar kita yaitu
tepatnya pada abad ke -16. Pada zaman Leonardo Da Vinci dan Bernad Palissy
pengenalan tentang hidrologi mulai dikenal, mereka menemukan konsep siklus
Hidrologi secara benar, melalui penyelidikan ( hubungan infiltrasi sampai kepada
terjadinya mata iar ). Ketidakmampuan orang dahulu dalam menetapkan
pengertian yang tepat karena di dasari pada anggapan bahwa tanah terlalu kedap
sehingga tidak mungkin air masuk ke dalam tanah karena jumlah hujan tidak
cukup banyak untuk dapat menimbulkan air yang sebesar seperti yang sering kita
lihat di sungai, danau dan laut. Seiring dengan perkembangan zaman dan akhirnya
dengan ditemukannya alat pengukur dan pengembangan hidrolika, maka
membuka kemungkinan dilaksanakannya percobaan-percobaan Hidrologi.
Perkembangan hidrologi di indonesia tidak diketahui dengan jelas. Pada
pendidikan tinggi pada tahun 60 – an mata kuliah hidrologi masih merupakan
mata kuliah lain seperti irigasi, bangunan tenaga air. Dan mulai awal tahun 70an
ilmu hidrologi mulai berkembang dengan pesat, diantaranya ditandai dengan
cukup banyaknya penemuan ilmiah dalam bentuk seminar, loka karya yang
mempersoalkan ilmu hidrologi secara kualitatif dan kuantitatif dan kemudian
menjadi pesat. Dan seiring dengan berjalannya waktu, munculnya organisasi
seperti Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia( HATHI ) di Indonesia sangat
mendukung perkembangan tersebut. Dan pada bulan januari tahun 2001 HATHI
melakukan seminar tentang “ Peningkatan Profesionalisme dan Penerapan
Teknologi Air Dalam Pembangunan Daerah “ yang berlangsung di Jakarta. Dan
ini menandakan semakin berperannya HATHI dalam perkembangan ilmu – ilmu
hidrolik di Indonesia.
2
1.2. Rumusan Masalah
Pada pembahasan kali ini penulis akan memproses dan menghitung hujan
rencana dari data curah hujan yang di peroleh dari BMKG dengan beberapa
metode peritungan antara lain :
1. Perhitungan hujan rencana dengan metode Probabilitas Normal.
2. Perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel.
3. Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Normal.
4. Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Person Type III.
5. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Talbot.
6. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Ishiguro.
7. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Sherman.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Maksud dan tujan penulis dalam pembuatan tugas besar ini adalah agar kita
dapat memahami bagaimana cara menghitung atau merencanakan suatu bangunan
air dengan memperhatikan curah hujan yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Presipitasi
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosphere ke permukaan
bumi, presipitasi bias berwujud dalam 2 bentuk :
a. Presipitasi cair : Hujan, embun.
b. Presipitasi beku : salju, hujan es, dan lain sebagainya.
Presipitasi termasuk factor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi
hidrologi pada suatu D.A.S. seorang perencana harus dapat menentukan variasi
karakteristik hujan di suatu D.A.S, dari hasil pengumpulan, perhitunga/analisa
data, serta dapat menentukan bagaimana pengukurannya maupun cara
menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain tergantung pada data yang
tersedia, maka kebutuhan akan data hujan akan tergantung pula pada kebutuhan
lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan atau harus data tahunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Presipitasi :
1. Adanya uap air di atmosphere
2. Faktor-faktor metereologis
3. Lokasi daerah, sehubungan dengan system sirkulasi secara umum
4. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.
2.2 Alat Pengkur Hujan
Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan
a. Alat pengukur hujan biasa
b. Alat pengukur hujan automatis
4
2.2.1 Pengukuran hujan dengan radar
Cara terbaru mengukur hujan adalah dengan microwave radar. Radar
dipakai untuk mendapatakan informasi kasar dari distribusi hujan.
Prinsip kerja yaitu Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan, apabila
jumlah refleksi energi tergantung kepada ukuran butir-butir hujan dan jarak
terhadap pemancar. Adapun sebab-sebab kesalahan dalam merekam pengukuran
dengan alat penakar hujan automatic adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan dalam membaca skala
2. Kehilangan air hujan yang tidak terukur akibat percikan air dan akibat angin
3. Kemiringan mulut penakar/collector mempengaruhi jumlah air yang
tertangkap Beda 10%. Kemiringan menyebabkan 1,5% pengurangan air
hujan.
Adapun keuntungan penggunaan alat pengukur hujan otomatis adalah sebagai
berikut :
1. Hujan direkam secara otomatis, sehingga tidak perlu ditunggui terus-menerus
dan dapat diletakkan pada lokasi yang jauh dari pengamat.
2. Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai intensitas setiap saat.
3. Dapat memperkecil kesalahan pembacaan.
Adapun kerugian penggunaan alat pengukur hujan otomatis adalah sebagai
berikut:
1. Biaya lebih mahal
2. kesalahan elektris dan mekanik bias terjadi.
5
2.2.2. Kriteria pemilihan alat pengukur hujan
Adapun kriteria pemilihan alat pengukur hujan dapat dilihat dari :
1. Mutu alat
2. Sebanding dengan alat-alat pengukur hujan yang sudah ada di daerah yang
sama
3. Biaya pemasangan
4. Kesulitan pemeliharaan (sehubungan dengan mudah masuknya debu dan
kotoran)
5. Kesulitan untuk diobservasi/ditinjau
6. Tidak mudah dirusak/dicuri
2.2.3. Kriteria penentuan jumlah/kerapatan jaringan pos-pos
hujan/klimatologi.
Adapun kriteria dalam penentuan jumlah atau kerapatan jaringan pos-pos hujan
atau klimatologi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dari study (missal untuk distribusi hujan, mencari data hujan rata-rata,
surface run off).
2. Sifat klimatologi daerah tersebut (missal: homogen atau heterogen).
3. Keadaan daerah yang bersangkutan (missal : keadaan tanahnya yang
memungkinkan pengembangan pertanian dan sebagainya)
4. Jumlah pengamat.
2.3 Pengukuran Klimatologi
Selain pengukuran hujan, maka pengukuran radiasi matahari, derajat hari,
angin, temperature, kelembaban udara serta penguapan seringkali dibutuhkan
untuk mendapatkan gambaran lokal tentang cuaca di suatu daerah
2.3.1 Pengukuran lama penyinaran matahari
Dengan alat “Campbell stokes Recorder”. Campbell stokes Recorder ini
dipasang di atas pasangan bata. Alat ini terdiri dari bola gelas padat dengan
diameter 4 inches yang dipasang konsentris di dalam suatu bidang cekung,
berbentuk bola, dengan diameter sedemikian sehingga sinar matahari difokuskan
dengan tajam.
6
2.3.2 Pengukuran temperatur udara
Temperature udara harus diukur 2 meter di atas permukaan tanah/air.
Pengamatan / pencatatan temperature yang kontinu patut diharapkan, tetapi bila
tidak ada maka pencatatan temperature dengan interval waktu 1 jam, 2 jam atau 6
jam dapat dianggap cukup. Di dalam mengukur temperatur udara, thermometer
harus terlindung dari sinar matahari dengan pertukaran udara bebas / ventilasi
yang tidak terbatas. Pengukuran temperatur udara dan radiasi matahari biasanya
dilakukan pada lokasi yang sama. Temperatur udara diukur dengan sepasang
thermometer (maksimum dan minimum) yang dipasang dalam sangkar meteo.
Thermometer maksimum dapat mencatat temperatur tertinggi dalam hari itu,
karena dengan adanya penyempitan pada pipa kapiler di atas bejana/bola air raksa.
Air raksa di dalam bola/bejana yang berkembang akibat suhu udara naik, akan
terdorong keluar melalui bagian penyempitan pipa kapiler. Keadaan ini tidak
dapat kembali walaupun suhu udara menurun. Thermometer minimum berisi
cairan alkohol dengan bejana alkohol berbentuk garpu atau bola dapat
menunjukkan suhu minimum selama waktu pemasangan sampai pembacaan.
Temperatur rata-rata harian =
2
minrtemperatu+maksimumtemperatur
2.3.3 Pengukuran kelembaban udara
Pengukuran kelembaban udara dilakukan pada lokasi yang sama dengan
pengukuran temperatur udara. Kelembaban udara dinyatakan oleh tekanan uap
oleh koefisien hygrometric atau kelembaban relative sebab sesungguhnya tekanan
uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban sebenarnya.
Titik embun adalah temperatur di mana udara menjadi jenuh dengan uap
air. Temperatur ini akan dilampaui oleh keadaan uap air (udara lembab) yang
sedang didinginkan sehingga zat air akan mulai berkondensasi.
Kelembaban relatif: adalah persentasi uap air maksimum di dalam udara
pada saat pencatatan. Kelembaban diukur dengan psychrometer yang dilengkapi
dengan 2 thermometer yang serupa. Themometer thermocouple ini berfungsi
untuk mencatat temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang
memberikan hasil memadai. Bola thermometer dari thermometer bola basah
dibungkus dengan kain tipis dan dibasahi dengan air bersih. Sedang pada
7
thermometer bola kering dibiarkan tetap kering. Penurunan temperatur bola basah
yang disebabkan oleh penguapan airnya tergantung pada keadaan uap air di udara.
Sehingga untuk menentukan titik embun dan kelembaban relatif dapat
ditentukan dengan tabel psychrometer setelah selisih temperatur bola basah dan
bola kering dketahui.
The Unaspirat Psychrometer
2.3.4 Pengukuran kecepatan angin
Kecepatan angin diukur dekat dengan pengukuran evaporasi, pada
ketinggian 2 meter di atas permukaan air / tanah. Berbagai tipe anemometer
dipakai untuk menentukan kecepatan angin rata-rata harian. Rotor dengan 3
mangkuk atau anemometer fan adalah pengukur kecepatan angin yang terbaik.
Alat ini dilengkapi dengan gaya torsi pemula yang besar, dengan sistem rantai dan
counter penjumlahan atau hubungan/peralatan elektris yang berfungsi untuk
mencatat gerakan angin. Pembacaan counter pada anemometer harus dilakukan
dengan interval tertentu, misalkan harian.
8
gambar : Anemometer
2.3.5 Pengukuran evaporasi dan transpirasi
Memperkirakan evaporasi permukaan air bebas dan permukaan tanah serta
memperkirakan transpirasi dari tanaman adalah penting dalam studi hidrologi.
Syarat penampilan stasiun evaporasi adalah lokasi stasiun harus datar dan bebas
dari halangan.
2.4 Pengkuran Aliran Air
Ada beberapa macam pengukuran aliran air yaitu sebagai berikut :
2.4.1 Pengukuran evelasi muka air sungai, danau dan reservoir
Tujuan pengukuran elevasi muka air adalah untuk meramalkan aliran daerah
banjir, merencanakan dimensi bangunan yang akan dibangun pada sungai atau
didekatnya. Elevasi muka air adalah elevasi permukaan air pada saluran sungai,
danau, diukur relative terhadap datum. Pemilihan tempat untuk melakukan
pengukuran tergantung pada :
1. Tujuan pengumpulan data
2. Kemudahan dalam mencapai tempatnya
3. Kesanggupan dari pengamat.
2.4.2 Pengukuran debit
Pada umumnya pengukuran debit dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Pengukur ini pada umumnya mempunyai hubungan erat dengan usaha untuk
mendapatkan rating curve. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin teliti
9
analisa datanya, tetapi dalam menentukan jumlah pengukuran yang dilakukan
tergantung pada :
1. Tujuan pengukuran
2. Kepekaan sungai
3. Ketelitian yang ingin dicapai.
2.5 Pengukuran Infiltrasi
Presipitasi/hujan yang jatuh di atas permukaan tanah sebagian atau
semuanya akan mengisi pori-pori tanah. Pergerakan air kea rah bawah ini
disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Kecepatan pergerakan aliran
gravitasi bebas dibatasi oleh ukuran pori-pori. Makin kecil pori-pori, berarti
makin besar gaya geser sehingga pada pori-pori yang besar, gaya kapiler dapat
diabaikan dan air akan bergerak kebawah akibat gravitasi.
2.6 Pengukuran Kelembaban Tanah
Soil moisture/lembab tanah adalah sejumlah air yang tersimpan di dalam ruang
pori dari lapisan tanah tak jenuh.
1. Metode pengukuran kelembaban tanah
Gravity method, contoh tanah diambil dengan tabung yang dimasukkan ke
dalam tanah, contoh tanah ditimbang. Kemudian dikeringkan dalam oven dan
tanah kering ditimbang kembali untuk dapat mengevaluasi berat serta volume
air soil yang terdapat dalam contoh tanah. Contoh-contoh tanah diambil
dengan kedalaman yang berbeda, untuk mendapatkan nilai lembab tanah pada
suatu profil. Walaupun penyelidikan ini mudah dan murah, hasil metode ini
hanya dapat dikatakan baik, apabila dilakukan pengukuran contoh-contoh
tanah yang dapat mewakili nilai soil moisture rata-rata pada suatu area kecil.
Kerugiannya : teknik pengambilan contoh tanah, mengganggu keadaan tanah.
Nuclear method, metode ini lebih teliti, dan tidak mengganggu keadaan soil
moisture. Alat ini terdiri dari, nuclear probe, pipa dari metal yang dipasang
pada tanah, alat penghitung dan pencatat
10
2.7 Pengukuran parameter air tanah
Air tanah adalah air yang terjadi terdapat di bawah muka tanah pada lapisan
jenuh, dan tekanan hydrostatic adalah sama atau lebih besar dari tekanan
atmosphere.
Air tanah merupakan salah satu bagian siklus hidrologi yang bersifat
rahasia, karena manusia tidak dapat melihat aliran air di dalam tanah. Manusia
membuat lubang kemudian mengamati air tanah dalam sumur itu, baik dengan
metode elektrik, maupun metode sonic. Lubang tanah yang dibuat untuk
mengamati air tanah ada 3 jenis yaitu :
a. Piezometer
Terdiri dari pipa casing bamboo atau PVC yang dilubangi bagian ujung
bawahnya, kemudian dimasukkan kedalam lubang bor sampai menembus
formasi geologi yang hendak diamati muka airnya. Casing ini diikat terhadap
formasi geologi dengan lempung yang ditimbun diantara dinding tanah pada
lubang bor dan pipa. Tinggi muka air di dalam piezometer menunjukkan
tinggi tekan air di titik ujung bawah dari piezometer.
b. Sumur pengamat
Terdiri dari pipa yang dindingnya digergaji dan langsung dimasukkan lubang
bor tanpa dinding pengikat, tidak menembus lapisan kedap air, karena
sumuran ini berfungsi sebagai tempat pengamatan muka air bebas.
c. Sumur produksi
Sumur produksi berfungsi sebagai sumuran pengamat bagi air dari lapisan
pembawa air yang tertekan. Casing yang dipasang di sini diikat terhadap
formasi geologis dengan lempung sampai kedalaman permukaan lapisan
pembawa airnya. Dinding pipa setebal lapisan pembawa air digergaji.
Permukaan air di dalam sumur menyatakan tinggi tekan air rata-rata untuk
titik-titk pada interval pipa yang berlubang.
2.7.1. Pengukuran Elevasi muka air tanah
Prosedur pengukuran adalah:
1. Mengukur elevasi muka tanah pada sumur itu dengan alat altimeter.
2. Mengukur ketinggian bibir sumur terhadap muka tanah
11
3. Mengukur kedalaman permukaan air dari bibir sumur dengan alat water level
indicator
4. Mengukur dasar sumur dari bibir sumur
5. Mengetahui konstruksi sumurnya
2.7.2. Pengukuran Debit Air Tanah
Dengan melakukan kegiatan pemompaan uji selama interval waktu tertentu
pada konstruksi sumur, akan didapatkan perkiraan debit jenis air tanah di suatu
tempat pada formasi tertentu.
2.7.3. Pengukuran porositas/permeabilitas lapisan pembawa air
Contoh-contoh tanah diambil di tempat-tempat yang representative dan
diselidiki dalam laboratorium dengan peralatan khusus. Dari hasil penyelidikan
ini, didapatkan harga rata-rata permeabilitas yang menggambarkan keadaan di
lapangan. Nilai permeabilitas bias juga didapatkan dari hasil kegiatan pemompaan
uji.
2.7.4. Pengamatan mata air
Lokasi dan ketinggian mata air dicatat, disamping debit mata airnya. Pengukuran
debit mata air dapat dilakukan dengan :
1. Ember yang diketahui volumenya dan stopwatch sebagai pengamatan waktu.
2. Ambang ukur
3. Flow meter/current meter
2.7.5. Pengukuran sifat-sifat fisik air tanah lainnya
Pengukuran sifat fisik air tanah lainnya dapat dilakukan dengan alat-alat
elektrik. Electro conductivity meter adalah alat untuk mengukur daya hantar listrik
(kadar garam). Logger adalah peralatan yang dilengkapi dengan sinar gamma atau
neutron untuk mendeteksi jenis batuan dan muka airnya.
BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tugas ini dilakukan di Stasiun Pengamatan Lirik, Jl. Lintas
Timur Sumatra, Kel. Sidomulyo, Kec. Lirik, Kab. Indragiri Hulu, Prov. Riau.
Gambar 3.1 Denah lokasi penelitian
3.2. Pengumpulan Data
Data-data yang akan digunakan dalam perencanaan dan analisa yang
dibutuhkan untuk perhitungan curah hujan dan intensitas curah hujan adalah :
1. Data curah hujan bulanan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran
3.3. Pengelolaan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan diproses dengan menggunakan rumus-
rumus yang berlaku untuk menentukan curah hujan dan intensitas rencana.
13
3.3.1. Perhitungan distribusi probabilitas
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan probabilitas hujan dalam
menentukan hujan rencana adalah sebagai berikut : (I Made Kamiana, 2011).
1. Distribusi probabilitas Normal
SKXX TT . (3.1)
Dimana :
XT= Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata dari data curah hujan (x) mm.
S = Standar deviasi dari data hujan (x) mm
KT= Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T
2. Distribusi probabilitas Log Normal
XLog.SKXLogLogX TT  (3.2)
Dimana :
Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T.
XLog = Nilai rata-rata dari Log X =
n
XLog
n
1i
i
S Log X = Deviasi standar dari Log X =
 
5,0
1
2
1

n
LogXLogX
n
i
i
KT = Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari nilai T
3. Distribusi probabilitas Log Perason Type III
XLog.SKXLogLogX TT  (3.3)
Dimana :
Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T.
XLog = Nilai rata-rata dari Log X =
n
XLog
n
1i
i
S Log X = Deviasi standar dari Log X =
 
5,0
1
2
1

n
LogXLogX
n
i
i
KT = Variabel standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan (Cs)
14
4. Distribusi probabilitas Gumbel
SKXX T . (3.4)
Dimana :
XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata dari data curah hujan (x) mm.
S = Standar deviasi dari data hujan (x) mm
K = Faktor frekuensi, K =
n
nt
S
YY .
Yt = Reduced variate
Sn = Redused standar deviasi
Yn = Reduced mean
3.3.2. Perhitungan intensitas curah hujan
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan probabilitas hujan dalam
menentukan intensitas rencana adalah sebagai berikut : (I Made Kamiana, 2011),
yaitu :
1. Intensitas menurut Talbot
bt
a
I

 (3.5)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (,emit atau jam)
a dan b = Tetapan
n = Jumlah data
  
))(()(
)(
2
22
IIIn
xtInItxI
a



))(()(
)()).((
2
2
IIIn
xtIntxII
b



2. Intensitas menurut Ishiguro
bt
a
I

 (3.6)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
15
t = Durasi hujan (,emit atau jam)
a dan b = Tetapan
n = Jumlah data
 
))(()(
))(()(
2
22
IIIn
ItxInItIx
a



))(()(
)())((
2
2
IIIn
txIntIxI
b



3. Intensitas menurut Sherman
n
t
a
I  (3.7)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (,emit atau jam)
a dan b = Tetapan
n = Jumlah data
))(()(
))(.())((
aLog 2
2
LogtLogtLogtn
LogtLogILogtLogtLogI



))(()(
).())((
2
2
LogtLogtLogtn
LogILogtnLogtLogI
n



16
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana
4.1.1. Perhitungan data mentah
Dari lampiran curah hujan stasiun lirik didapatkan data data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data mentah curah hujan bulanan
No Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Januari 53,40 23,50 27,00 36,20 48,00
2 Februari 29,30 53,20 28,70 33,00 60,30
3 Maret 60,20 50,00 78,40 34,50 40,00
4 April 180,20 32,80 24,10 33,00 35,40
5 Mei 88,00 79,30 54,90 36,00 42,00
6 Juni 80,30 33,50 29,70 14,50 28,00
7 Juli 36,70 48,70 28,20 11,00 35,00
8 Agustus 52,30 21,10 14,50 68,70 32,00
9 September 26,70 20,00 30,60 79,00 24,00
10 Oktober 48,50 55,60 27,20 49,50 44,00
11 Nopember 81,50 54,30 26,20 64,50 39,00
12 Desember 42,60 40,00 20,70 29,00 58,00
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
4.1.2. Perhitungan distribusi probabilitas Normal
Tabel 4.2 Perhitungan data dengan probabilitas Normal
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
1 53.40 9.12 83.27
2 29.30 -14.98 224.25
3 60.20 15.93 253.61
4 180.20 135.93 18475.61
5 88.00 43.73 1911.88
6 80.30 36.03 1297.80
7 36.70 -7.58 57.38
8 52.30 8.02 64.40
9 26.70 -17.58 308.88
10 48.50 4.22 17.85
)( xxi  2
)( xxi 
17
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
11 81.50 37.23 1385.70
12 42.60 -1.68 2.81
13 23.50 -20.78 431.60
14 53.20 8.93 79.66
15 50.00 5.72 32.78
16 32.80 -11.48 131.68
17 79.30 35.03 1226.75
18 33.50 -10.78 116.10
19 48.70 4.43 19.58
20 21.10 -23.18 537.08
21 20.00 -24.28 589.28
22 55.60 11.33 128.26
23 54.30 10.03 100.50
24 40.00 -4.28 18.28
25 27.00 -17.28 298.43
26 28.70 -15.58 242.58
27 78.40 34.13 1164.52
28 24.10 -20.18 407.03
29 54.90 10.63 112.89
30 29.70 -14.58 212.43
31 28.20 -16.08 258.41
32 14.50 -29.78 886.55
33 30.60 -13.68 187.01
34 27.20 -17.08 291.56
35 26.20 -18.08 326.71
36 20.70 -23.58 555.78
37 36.20 -8.08 65.21
38 33.00 -11.28 127.13
39 34.50 -9.78 95.55
40 33.00 -11.28 127.13
41 36.00 -8.28 68.48
42 14.50 -29.78 886.55
43 11.00 -33.28 1107.23
44 68.70 24.43 596.58
45 79.00 34.73 1205.83
46 49.50 5.22 27.30
47 64.50 20.23 409.05
48 29.00 -15.28 233.33
49 48.00 3.72 13.88
)( xxi  2
)( xxi 
18
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
50 60.30 16.03 256.80
51 40.00 -4.28 18.28
52 35.40 -8.88 78.77
53 42.00 -2.28 5.18
54 28.00 -16.28 264.88
55 35.00 -9.28 86.03
56 32.00 -12.28 150.68
57 24.00 -20.28 411.08
58 44.00 -0.28 0.08
59 39.00 -5.28 27.83
60 58.00 13.73 188.38
2656.50 38889.99
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata )(x
n
x
x
n
i
i
 1
= 28,44
60
99,38889
 mm
b. Standar Deviasi (S)
 
1
1
2




n
xx
S
n
i
i
= 67,25
160
99,38889


S mm
2. Menghitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari lampiran 3.5, didapat untuk T = 5
tahun maka nilai KT = 0,84
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
.SKxX TT 
  65,8425,67x0,8444,28XT  mm

)( xxi  2
)( xxi 
19
4.1.3. Perhitungan distribusi probabilitas Gumbel
Tabel 4.3 Perhitungan data dengan probabilitas Gumbel
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
1 53.40 9.12 83.27
2 29.30 -14.98 224.25
3 60.20 15.93 253.61
4 180.20 135.93 18475.61
5 88.00 43.73 1911.88
6 80.30 36.03 1297.80
7 36.70 -7.58 57.38
8 52.30 8.02 64.40
9 26.70 -17.58 308.88
10 48.50 4.22 17.85
11 81.50 37.23 1385.70
12 42.60 -1.68 2.81
13 23.50 -20.78 431.60
14 53.20 8.93 79.66
15 50.00 5.72 32.78
16 32.80 -11.48 131.68
17 79.30 35.03 1226.75
18 33.50 -10.78 116.10
19 48.70 4.43 19.58
20 21.10 -23.18 537.08
21 20.00 -24.28 589.28
22 55.60 11.33 128.26
23 54.30 10.03 100.50
24 40.00 -4.28 18.28
25 27.00 -17.28 298.43
26 28.70 -15.58 242.58
27 78.40 34.13 1164.52
28 24.10 -20.18 407.03
29 54.90 10.63 112.89
30 29.70 -14.58 212.43
31 28.20 -16.08 258.41
32 14.50 -29.78 886.55
33 30.60 -13.68 187.01
34 27.20 -17.08 291.56
35 26.20 -18.08 326.71
36 20.70 -23.58 555.78
)( xxi  2
)( xxi 
20
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
37 36.20 -8.08 65.21
38 33.00 -11.28 127.13
39 34.50 -9.78 95.55
40 33.00 -11.28 127.13
41 36.00 -8.28 68.48
42 14.50 -29.78 886.55
43 11.00 -33.28 1107.23
44 68.70 24.43 596.58
45 79.00 34.73 1205.83
46 49.50 5.22 27.30
47 64.50 20.23 409.05
48 29.00 -15.28 233.33
49 48.00 3.72 13.88
50 60.30 16.03 256.80
51 40.00 -4.28 18.28
52 35.40 -8.88 78.77
53 42.00 -2.28 5.18
54 28.00 -16.28 264.88
55 35.00 -9.28 86.03
56 32.00 -12.28 150.68
57 24.00 -20.28 411.08
58 44.00 -0.28 0.08
59 39.00 -5.28 27.83
60 58.00 13.73 188.38
2656.50 38889.99
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata )(x
n
x
x
n
i
i
 1
= 28,44
60
99,38889
 mm
b. Standar Deviasi (S)
 
1
1
2




n
xx
S
n
i
i
= 67,25
160
99,38889


S mm

)( xxi  2
)( xxi 
21
2. Menghitung nilai K
Dengan jumlah data (n) = 60 data maka di dapat :
Yn = 0,5521 (lampiran 3.3)
Sn = 1,1750 (lampiran 3.3)
Dengan periode ulang T = 5 tahun didapat :
Yt = 1,4999 (lampiran 3.4)
Dengan Yn, Sn dan Yt yang sudah didapat maka nilai K dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
n
nt
S
YY
K

 = 81,0
1750,1
5521,04999,1


3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
K.SxXT 
  64,9825,67x0,8144,28XT  mm
4.1.4. Perhitungan distribusi probabilitas Log Normal
Tabel 4.4 Perhitungan data dengan probabilitas Log Normal
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4)
1 53.40 1.7275 0.0185
2 29.30 1.4669 0.0156
3 60.20 1.7796 0.0354
4 180.20 2.2558 0.4411
5 88.00 1.9445 0.1245
6 80.30 1.9047 0.0981
7 36.70 1.5647 0.0007
8 52.30 1.7185 0.0161
9 26.70 1.4265 0.0272
10 48.50 1.6857 0.0089
11 81.50 1.9112 0.1021
12 42.60 1.6294 0.0014
13 23.50 1.3711 0.0486
14 53.20 1.7259 0.0180
15 50.00 1.6990 0.0115
16 32.80 1.5159 0.0057
17 79.30 1.8993 0.0947
18 33.50 1.5250 0.0044
 2
i xLogxLog 
22
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4)
19 48.70 1.6875 0.0092
20 21.10 1.3243 0.0714
21 20.00 1.3010 0.0844
22 55.60 1.7451 0.0236
23 54.30 1.7348 0.0205
24 40.00 1.6021 0.0001
25 27.00 1.4314 0.0257
26 28.70 1.4579 0.0179
27 78.40 1.8943 0.0917
28 24.10 1.3820 0.0439
29 54.90 1.7396 0.0219
30 29.70 1.4728 0.0141
31 28.20 1.4502 0.0200
32 14.50 1.1614 0.1851
33 30.60 1.4857 0.0112
34 27.20 1.4346 0.0246
35 26.20 1.4183 0.0300
36 20.70 1.3160 0.0760
37 36.20 1.5587 0.0011
38 33.00 1.5185 0.0053
39 34.50 1.5378 0.0029
40 33.00 1.5185 0.0053
41 36.00 1.5563 0.0012
42 14.50 1.1614 0.1851
43 11.00 1.0414 0.3027
44 68.70 1.8370 0.0602
45 79.00 1.8976 0.0937
46 49.50 1.6946 0.0106
47 64.50 1.8096 0.0475
48 29.00 1.4624 0.0167
49 48.00 1.6812 0.0080
50 60.30 1.7803 0.0356
51 40.00 1.6021 0.0001
52 35.40 1.5490 0.0018
53 42.00 1.6232 0.0010
54 28.00 1.4472 0.0209
55 35.00 1.5441 0.0023
56 32.00 1.5051 0.0075
57 24.00 1.3802 0.0447
58 44.00 1.6435 0.0027
 2
i xLogxLog 
23
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4)
59 39.00 1.5911 0.0000
60 58.00 1.7634 0.0295
95.49 2.7304
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata  xLog
n
xLog
xLog
n
1i
ii
 = 5916,1
60
49,95
 mm
b. Standar Deviasi (S Log x)
 
1
xLogxLog
xLogS 1
2
i




n
n
i
= 2151,0
160
7304,2
xLogS 

 mm
2. Menghitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs dari lampiran 3.6b, didapat
untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,84
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
xLog.SKxLogX TT 
  1,770,2151x0,841,5916XT 
mm59,19XT 
4.1.5. Perhitungan distribusi probabilitas Log Pearson Type III
Tabel 4.5 Perhitungan data dengan probabilitas Log Pearson Type III
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 53.40 1.7275 0.0185 0.0025
2 29.30 1.4669 0.0156 -0.0019
3 60.20 1.7796 0.0354 0.0066
4 180.20 2.2558 0.4411 0.2930
5 88.00 1.9445 0.1245 0.0440
6 80.30 1.9047 0.0981 0.0307

 2
i xLogxLog 
 2
i xLogxLog   3
i xLogxLog 
24
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4) (5)
7 36.70 1.5647 0.0007 0.0000
8 52.30 1.7185 0.0161 0.0020
9 26.70 1.4265 0.0272 -0.0045
10 48.50 1.6857 0.0089 0.0008
11 81.50 1.9112 0.1021 0.0326
12 42.60 1.6294 0.0014 0.0001
13 23.50 1.3711 0.0486 -0.0107
14 53.20 1.7259 0.0180 0.0024
15 50.00 1.6990 0.0115 0.0012
16 32.80 1.5159 0.0057 -0.0004
17 79.30 1.8993 0.0947 0.0291
18 33.50 1.5250 0.0044 -0.0003
19 48.70 1.6875 0.0092 0.0009
20 21.10 1.3243 0.0714 -0.0191
21 20.00 1.3010 0.0844 -0.0245
22 55.60 1.7451 0.0236 0.0036
23 54.30 1.7348 0.0205 0.0029
24 40.00 1.6021 0.0001 0.0000
25 27.00 1.4314 0.0257 -0.0041
26 28.70 1.4579 0.0179 -0.0024
27 78.40 1.8943 0.0917 0.0277
28 24.10 1.3820 0.0439 -0.0092
29 54.90 1.7396 0.0219 0.0032
30 29.70 1.4728 0.0141 -0.0017
31 28.20 1.4502 0.0200 -0.0028
32 14.50 1.1614 0.1851 -0.0796
33 30.60 1.4857 0.0112 -0.0012
34 27.20 1.4346 0.0246 -0.0039
35 26.20 1.4183 0.0300 -0.0052
36 20.70 1.3160 0.0760 -0.0209
37 36.20 1.5587 0.0011 0.0000
38 33.00 1.5185 0.0053 -0.0004
39 34.50 1.5378 0.0029 -0.0002
40 33.00 1.5185 0.0053 -0.0004
41 36.00 1.5563 0.0012 0.0000
42 14.50 1.1614 0.1851 -0.0796
43 11.00 1.0414 0.3027 -0.1665
44 68.70 1.8370 0.0602 0.0148
45 79.00 1.8976 0.0937 0.0287
 2
i xLogxLog   3
i xLogxLog 
25
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4) (5)
46 49.50 1.6946 0.0106 0.0011
47 64.50 1.8096 0.0475 0.0104
48 29.00 1.4624 0.0167 -0.0022
49 48.00 1.6812 0.0080 0.0007
50 60.30 1.7803 0.0356 0.0067
51 40.00 1.6021 0.0001 0.0000
52 35.40 1.5490 0.0018 -0.0001
53 42.00 1.6232 0.0010 0.0000
54 28.00 1.4472 0.0209 -0.0030
55 35.00 1.5441 0.0023 -0.0001
56 32.00 1.5051 0.0075 -0.0006
57 24.00 1.3802 0.0447 -0.0094
58 44.00 1.6435 0.0027 0.0001
59 39.00 1.5911 0.0000 0.0000
60 58.00 1.7634 0.0295 0.0051
95.49 2.7304 0.0961
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata  xLog
c. Standar Deviasi (S Log x)
 
1
xLogxLog
xLogS 1
2
i




n
n
i
= 2151,0
160
7304,2
xLogS 

 mm
b. Koefisien kepencengan Cs atau G
 
   3
1
3
i
LogS21
xLogxLog
xnn
n
Cs
n
i




=
  
   
2,0
0961,05859
7304,260
3

2. Menghitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs dari lampiran 3.6b, didapat
untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,83

 2
i xLogxLog   3
i xLogxLog 
26
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
xLog.SKxLogX TT 
  1,770,2151x0,831,5916XT 
mm58,90XT 
4.2. Menghitung Intensitas Hujan Rencana
1. Perhitungan data mentah
Dari lampiran curah hujan stasiun lirik didapatkan data data sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Data mentah curah hujan menitan
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
2. Merubah data hujan menjadi intensitas hujan sebagai berikut :
   00,240
5
6020

Dimana :
20 = Curah Hujan (mm)
5 = Durasi (menitan)
Intensitas rata-rata =
dataJumlah
intensitasJumlah
Dimana n = 10 data
Selanjutnya perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
27
Tabel 4.7 Perhitungan intensitas curah hujan
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
3. Menghitung Standar Deviasi (S) intensitas curah hujan
Tabel 4.8 Perhitungan Standar Deviasi (S)
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
(240 – 220)2
= 324
Sehingga deviasi standar (S) = 86,58
110
31176
5,0







4. Menghitung intensitas hujan rencana (mm/jam) dengan metode Gumbel
Tabel 4.9 Koefisien Sn, Yn, Yt dan K
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
28
a. Perhitungan intensitas curah hujan durasi 5 menitan.
b. Perhitungan intensitas curah hujan durasi 10 menitan
c. Perhtingan intensitas curah hujan 15 menitan
d. Perhitungan intensitas curah hujan 30 menitan
29
e. Perhitungan intensitas curah hujan 45 menitan
f. Perhitungan intensitas curah hujan 60 menitan
g. Perhitungan intensitas curah hujan 120 menitan
h. Perhitungan intensitas curah hujan 180 menitan
30
i. Perhitungan intensitas curah hujan 360 menitan
j. Perhitungan intensitas curah hujan 720 menitan
k. Perhitungan intensitas curah hujan 1440 menitan
l. Perhitungan intensitas curah hujan 2880 menitan
31
5. Perhitungan intensitas curah hujan di rekapitulasi
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
31
6. Perhitungan tiga jenis rumus intensitas curah hujan
Tabel 4.10 Perhtiungan tiga rumus intensitas curah hujan periode 2 tahun
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
32
a. Intensitas menurut Talbot
bt
a
I


Dimana :
  
))(()(
)(
2
22
IIIn
tInII
a t



))(()(
)()).((
2
2
IIIn
tInII
b t



   713,4314
)776,735)(776,735()800,90112(12
)694,1512558(12800,90112372,38205



a
44,18
)776,735)(776,735()800,90112(12
)694,1512558(12)372,38205).(776,735(



b
Sehingga :
44,18
713,4314


t
I
untuk t = 5 menit
038,184
44,18)5(
713,4314


I
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10s
b. Intensitas menurut Sherman
n
t
a
I 
Dimana :
))(()(
))(.())((
aLog 2
2
LogtLogtLogtn
LogtLogILogtLogtLogI



))(()(
).())((
2
2
LogtLogtLogtn
LogILogtnLogtLogI
n



Sehingga perhitungan sebagai berikut :
17,3
)149,24)(149,24()000,57(12
)149,24)(583,26()000,57)(861,16(
aLog 



33,1465a
33
87,0
)149,24)(149,24()000,57(12
)583,26(12)000,57)(861,16(



n
Sehingga :
87,0
33,1465
t
I 
Untuk t = 5 menit
394,358
)5(
33,1465
87,0
I
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10
c. Intensitas menurut Ishiguro
bt
a
I


Dimana :
 
))(()(
))(()(
2
22
IIIn
ItInItI
a



))(()(
)())((
2
2
IIIn
tIntII
b



Sehingga perhitungan sebagai berikut :
  57,226
)776,735)(776,735()800,90112(12
)776,735)(585,315384(12)800,90112(845,3932



a
65,1
)776,735)(776,735()800,90112(12
)585,315384(12)845,3932)(776,735(



b
Sehingga :
65,1
57,226


t
I
Untuk t = 5 menit
531,386
65,15
57,226


I
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10
32
d. Membuta kurva Intensitas Curah Hujan untuk Tiga Metode
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Intensitas(mm/jam)
Lamanya Curah Hujan t (menit)
Metode Talbot
Metode Sherman
Metode Ishiguro
32
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan diatas yang telah dijabarkan, maka dapat di simpulkan
sebagai berikut :
1. Metode Probabilitas Normal
.SKxX TT 
  65,8425,67x0,8444,28XT  mm
2. Metode Probabilitas Gumbel
K.SxXT 
  64,9825,67x0,8144,28XT  mm
3. Metode Probabilitas Log Normal
xLog.SKxLogX TT 
  1,770,2151x0,841,5916XT 
mm59,19XT 
4. Metode Probabilitas Log Pearson Type III
xLog.SKxLogX TT 
  1,770,2151x0,831,5916XT 
mm58,90XT 
35
5. Intensitas curah hujan menggunakan tiga rumus di tampilkan pada formula
berikut ini :
a. Metode Talbot didapat rumus
44,18
713,4314


t
I
b. Metode Sherman didapat rumus
87,0
33,1465
t
I 
c. Metode Ishiguro didapat rumus
65,1
57,226


t
I
5.2. Saran
Dalam proses perhitungan ada baiknya memperoleh data yang benar-benar
valid dan tidak mengandung banyak angka karena jika terlalu banyak angka maka
perhitungan pun akan semakin rumit paling tidak cukup 3 angka saja. Kemudian
dalam proses perhitungan ada baiknya mempersiapkan alat-alat tulis seperti
bolpoint, pensil, penghapus, kalkulator dll. Dan untuk akurasi perhitungan penulis
menyarankan agar menggunakan program computer yaitu Ms. Excel untuk lebih
akuratnya perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hino, Hasebe. (1984). Identification and Prediction of Nonlinier Hydrologic
systems by the Filter-separation Autoregressive (AR) Method : Extension to
Hourly Hydrologic Data. Journal of Hidrology : 68:182 - 210.
Titiek. (2005). Analisis Agihan Hujan Berdasarkan Data Hidrograf. Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Tesis.
Uniadi. (2005). Penurunan Hidrograf Satuan Tanpa Data Hujan. Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Tesis.
Ir. Joyce Martha w, Ir. Wanny adidarma Dipl.H ; “ mengenal dasar-dasar
hidrologi.
http://pazfauzi.blogspot.com/2010/07/hidrologi-bahan-makalah.html

More Related Content

What's hot

Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMarfizal Marfizal
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasiWSKT
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupEqi Arzaqi
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahAnalisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahMellyAnggraeni2
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aceh Engineering State
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk21010115410004
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)afifsalim
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)candrosipil
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Lampung University
 
Aliran Air Tanah
Aliran Air TanahAliran Air Tanah
Aliran Air TanahRiyadi Joe
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencanavieta_ressang
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif
287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif
287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektifAswar Amiruddin
 

What's hot (20)

Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutup
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahAnalisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
 
Bendungan tipe urugan
Bendungan tipe uruganBendungan tipe urugan
Bendungan tipe urugan
 
Siklus hidrologi
Siklus hidrologiSiklus hidrologi
Siklus hidrologi
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
 
Aliran Air Tanah
Aliran Air TanahAliran Air Tanah
Aliran Air Tanah
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif
287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif
287880846 langkah-langkah-hitungan-fetch-efektif
 

Similar to Curah Hujan Rencana

analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeterAhmad Kanzu Firdaus
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4MOSES HADUN
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdfssuser087c2d
 
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruWord Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruAfwan Alkarimy
 
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-wadukGland Billy
 
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-wadukWerdhi S
 
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-wadukByox Olii
 
Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Desliana Hana
 
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docxINTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docxAgusIftidah
 
PKM Bencana Alam.pdf
PKM Bencana Alam.pdfPKM Bencana Alam.pdf
PKM Bencana Alam.pdfalimudinalim
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Penjaga Tani
 
01. Laporan Akhir Perencanaan Air Bersih Unand_u_Pencairan.docx
01. Laporan Akhir Perencanaan Air  Bersih Unand_u_Pencairan.docx01. Laporan Akhir Perencanaan Air  Bersih Unand_u_Pencairan.docx
01. Laporan Akhir Perencanaan Air Bersih Unand_u_Pencairan.docxErigasEka
 
Satishkumarsuppiahaz990189 d03ttt
Satishkumarsuppiahaz990189 d03tttSatishkumarsuppiahaz990189 d03ttt
Satishkumarsuppiahaz990189 d03tttPensil Dan Pemadam
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi Tetes
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi TetesKalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi Tetes
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi TetesRikaMudrikah1
 

Similar to Curah Hujan Rencana (20)

analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
Cover mutiara
Cover mutiaraCover mutiara
Cover mutiara
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf
 
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruWord Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
 
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk
 
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk
 
01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk01 perencanaan bendungan-waduk
01 perencanaan bendungan-waduk
 
Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;
 
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docxINTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
 
PKM Bencana Alam.pdf
PKM Bencana Alam.pdfPKM Bencana Alam.pdf
PKM Bencana Alam.pdf
 
makalah dryer
makalah dryermakalah dryer
makalah dryer
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)
 
01. Laporan Akhir Perencanaan Air Bersih Unand_u_Pencairan.docx
01. Laporan Akhir Perencanaan Air  Bersih Unand_u_Pencairan.docx01. Laporan Akhir Perencanaan Air  Bersih Unand_u_Pencairan.docx
01. Laporan Akhir Perencanaan Air Bersih Unand_u_Pencairan.docx
 
Perencanaan hidrology
Perencanaan hidrologyPerencanaan hidrology
Perencanaan hidrology
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Satishkumarsuppiahaz990189 d03ttt
Satishkumarsuppiahaz990189 d03tttSatishkumarsuppiahaz990189 d03ttt
Satishkumarsuppiahaz990189 d03ttt
 
Penyusunan materi
Penyusunan materiPenyusunan materi
Penyusunan materi
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi Tetes
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi TetesKalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi Tetes
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi Tetes
 

Recently uploaded

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 

Recently uploaded (6)

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 

Curah Hujan Rencana

  • 1. i TUGAS HIDROLOGI TERAPAN SEMESTER III (TIGA) KODE MATA KULIAH : MKK-305 JUMLAH SKS : 2 Disusun Oleh : Nama : Rendi Fahreza Nim : 1322201005 Jurusan : Teknik Sipil Fakultas : Teknik UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2015/2016
  • 2. DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LANCANG KUNING Jl. Yos Sudarso KM. 8 Rumbai – Pekanbaru Nama : Rendi Fahreza Nim : 1322201005 Mata Kuliah : HIDROLOGI TERPAN Dosen Pembimbing : Fadrizal Lubis ST., MT. Kelas : B (Non Reguler) LEMBAR ASISTENSI TUGAS BESAR HIDROLOGI TERAPAN No Tanggal Keterangan Paraf Pekanbaru,…………. 2016 Dosen Pembimbing Fadrizal Lubis ST., MT.
  • 3. ii KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas Hidrologi Terapan tepat pada waktunya. Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas saya selanjutnya. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Serta berharap agar tugas ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin Pekanbaru, 18 Oktober 2016 Penyusun
  • 4. iii DAFTAR ISI LEMBAR ASISTENSI/PERSETUJUAN ....................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1 1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1 1.2. IDENSIFIKASI MASALAH....................................................................... 1 1.3. RUMUSAN MASALAH............................................................................. 2 1.4. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3 2.1. PENGKURAN PRESIPITASI..................................................................... 3 2.2. ALAT PENGUKUR HUJAN ...................................................................... 3 2.2.1. PENGUKURAN HUJAN DENGAN RADAR............................... 4 2.2.2. KRITERIA PEMILIHAN ALAT PENGUKUR HUJAN............... 5 2.2.3. KRITERIA PENENTUAN JUMLAH JARINGAN ....................... 5 2.3. PENGUKURAN KLIMATOLOGI ............................................................. 5 2.3.1. PENGUKURAN LAMA PENYINARAN MATAHARI ............... 5 2.3.2. PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA................................... 6 2.3.3. PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA.................................. 6 2.3.4. PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN ....................................... 7 2.3.5. PENGUKURAN EVAPORASI DAN TRANSPIRASI.................. 8 2.4. PENGUKURAN ALIRAN AIR .................................................................. 8 2.4.1. PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR SUNGAI....................... 8 2.4.2. PENGUKURAN DEBIT................................................................. 8 2.5. PENGUKURAN INFILTRASI ................................................................... 9 2.6. PENGUKURAN KELEMBABAN TANAH .............................................. 9 2.7. PENGUKURAN PARAMETER AIR TANAH.......................................... 10 2.7.1. PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR TANAH........................ 10 2.7.2. PENGUKURAN DEBIT AIR TANAH.......................................... 11 2.7.3. PENGUKURAN POROSITAS LAPISAN PEMBAWA AIR........ 11 2.7.4. PENGAMATAN MATA AIR......................................................... 11 2.7.5. PENGUKURAN SIFAT-SIFAT FISIK AIR TANAH ................... 11 BAB III. DATA DAN ANALISIS.................................................................... 14 3.1. LOKASI PENELITIAN............................................................................... 14 3.2. PENGUMPULAN DATA ........................................................................... 14 3.3. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ................................................. 14
  • 5. iv 3.3.1. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS ........................ 13 3.3.2. PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN........................ 14 BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................... 16 4.1. PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA........................................ 16 4.1.1. PERHITUNGAN DATA MENTAH............................................... 16 4.1.2. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS NORMAL...... 16 4.1.3. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS GUMBEL ...... 16 4.1.4. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LOG NORMAL .......................................................................................................... 21 4.1.5. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LOG PEARSON TYPE III........................................................................................... 23 4.2. PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN RENCANA................ 26 BAB V. PENUTUP............................................................................................ 34 5.1. KESIMPULAN............................................................................................ 34 5.2. SARAN ........................................................................................................ 35 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 37
  • 6. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu hidrologi di dunia sebenarnya telah ada sejak orang mulai mempertanyakan dari mana asal mula air yang berada di sekitar kita yaitu tepatnya pada abad ke -16. Pada zaman Leonardo Da Vinci dan Bernad Palissy pengenalan tentang hidrologi mulai dikenal, mereka menemukan konsep siklus Hidrologi secara benar, melalui penyelidikan ( hubungan infiltrasi sampai kepada terjadinya mata iar ). Ketidakmampuan orang dahulu dalam menetapkan pengertian yang tepat karena di dasari pada anggapan bahwa tanah terlalu kedap sehingga tidak mungkin air masuk ke dalam tanah karena jumlah hujan tidak cukup banyak untuk dapat menimbulkan air yang sebesar seperti yang sering kita lihat di sungai, danau dan laut. Seiring dengan perkembangan zaman dan akhirnya dengan ditemukannya alat pengukur dan pengembangan hidrolika, maka membuka kemungkinan dilaksanakannya percobaan-percobaan Hidrologi. Perkembangan hidrologi di indonesia tidak diketahui dengan jelas. Pada pendidikan tinggi pada tahun 60 – an mata kuliah hidrologi masih merupakan mata kuliah lain seperti irigasi, bangunan tenaga air. Dan mulai awal tahun 70an ilmu hidrologi mulai berkembang dengan pesat, diantaranya ditandai dengan cukup banyaknya penemuan ilmiah dalam bentuk seminar, loka karya yang mempersoalkan ilmu hidrologi secara kualitatif dan kuantitatif dan kemudian menjadi pesat. Dan seiring dengan berjalannya waktu, munculnya organisasi seperti Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia( HATHI ) di Indonesia sangat mendukung perkembangan tersebut. Dan pada bulan januari tahun 2001 HATHI melakukan seminar tentang “ Peningkatan Profesionalisme dan Penerapan Teknologi Air Dalam Pembangunan Daerah “ yang berlangsung di Jakarta. Dan ini menandakan semakin berperannya HATHI dalam perkembangan ilmu – ilmu hidrolik di Indonesia.
  • 7. 2 1.2. Rumusan Masalah Pada pembahasan kali ini penulis akan memproses dan menghitung hujan rencana dari data curah hujan yang di peroleh dari BMKG dengan beberapa metode peritungan antara lain : 1. Perhitungan hujan rencana dengan metode Probabilitas Normal. 2. Perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel. 3. Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Normal. 4. Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Person Type III. 5. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Talbot. 6. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Ishiguro. 7. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Sherman. 1.3. Tujuan dan Manfaat Maksud dan tujan penulis dalam pembuatan tugas besar ini adalah agar kita dapat memahami bagaimana cara menghitung atau merencanakan suatu bangunan air dengan memperhatikan curah hujan yang ada.
  • 8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Presipitasi Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosphere ke permukaan bumi, presipitasi bias berwujud dalam 2 bentuk : a. Presipitasi cair : Hujan, embun. b. Presipitasi beku : salju, hujan es, dan lain sebagainya. Presipitasi termasuk factor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi hidrologi pada suatu D.A.S. seorang perencana harus dapat menentukan variasi karakteristik hujan di suatu D.A.S, dari hasil pengumpulan, perhitunga/analisa data, serta dapat menentukan bagaimana pengukurannya maupun cara menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain tergantung pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan akan tergantung pula pada kebutuhan lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan atau harus data tahunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Presipitasi : 1. Adanya uap air di atmosphere 2. Faktor-faktor metereologis 3. Lokasi daerah, sehubungan dengan system sirkulasi secara umum 4. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain. 2.2 Alat Pengkur Hujan Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan a. Alat pengukur hujan biasa b. Alat pengukur hujan automatis
  • 9. 4 2.2.1 Pengukuran hujan dengan radar Cara terbaru mengukur hujan adalah dengan microwave radar. Radar dipakai untuk mendapatakan informasi kasar dari distribusi hujan. Prinsip kerja yaitu Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan, apabila jumlah refleksi energi tergantung kepada ukuran butir-butir hujan dan jarak terhadap pemancar. Adapun sebab-sebab kesalahan dalam merekam pengukuran dengan alat penakar hujan automatic adalah sebagai berikut : 1. Kesalahan dalam membaca skala 2. Kehilangan air hujan yang tidak terukur akibat percikan air dan akibat angin 3. Kemiringan mulut penakar/collector mempengaruhi jumlah air yang tertangkap Beda 10%. Kemiringan menyebabkan 1,5% pengurangan air hujan. Adapun keuntungan penggunaan alat pengukur hujan otomatis adalah sebagai berikut : 1. Hujan direkam secara otomatis, sehingga tidak perlu ditunggui terus-menerus dan dapat diletakkan pada lokasi yang jauh dari pengamat. 2. Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai intensitas setiap saat. 3. Dapat memperkecil kesalahan pembacaan. Adapun kerugian penggunaan alat pengukur hujan otomatis adalah sebagai berikut: 1. Biaya lebih mahal 2. kesalahan elektris dan mekanik bias terjadi.
  • 10. 5 2.2.2. Kriteria pemilihan alat pengukur hujan Adapun kriteria pemilihan alat pengukur hujan dapat dilihat dari : 1. Mutu alat 2. Sebanding dengan alat-alat pengukur hujan yang sudah ada di daerah yang sama 3. Biaya pemasangan 4. Kesulitan pemeliharaan (sehubungan dengan mudah masuknya debu dan kotoran) 5. Kesulitan untuk diobservasi/ditinjau 6. Tidak mudah dirusak/dicuri 2.2.3. Kriteria penentuan jumlah/kerapatan jaringan pos-pos hujan/klimatologi. Adapun kriteria dalam penentuan jumlah atau kerapatan jaringan pos-pos hujan atau klimatologi adalah sebagai berikut : 1. Tujuan dari study (missal untuk distribusi hujan, mencari data hujan rata-rata, surface run off). 2. Sifat klimatologi daerah tersebut (missal: homogen atau heterogen). 3. Keadaan daerah yang bersangkutan (missal : keadaan tanahnya yang memungkinkan pengembangan pertanian dan sebagainya) 4. Jumlah pengamat. 2.3 Pengukuran Klimatologi Selain pengukuran hujan, maka pengukuran radiasi matahari, derajat hari, angin, temperature, kelembaban udara serta penguapan seringkali dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran lokal tentang cuaca di suatu daerah 2.3.1 Pengukuran lama penyinaran matahari Dengan alat “Campbell stokes Recorder”. Campbell stokes Recorder ini dipasang di atas pasangan bata. Alat ini terdiri dari bola gelas padat dengan diameter 4 inches yang dipasang konsentris di dalam suatu bidang cekung, berbentuk bola, dengan diameter sedemikian sehingga sinar matahari difokuskan dengan tajam.
  • 11. 6 2.3.2 Pengukuran temperatur udara Temperature udara harus diukur 2 meter di atas permukaan tanah/air. Pengamatan / pencatatan temperature yang kontinu patut diharapkan, tetapi bila tidak ada maka pencatatan temperature dengan interval waktu 1 jam, 2 jam atau 6 jam dapat dianggap cukup. Di dalam mengukur temperatur udara, thermometer harus terlindung dari sinar matahari dengan pertukaran udara bebas / ventilasi yang tidak terbatas. Pengukuran temperatur udara dan radiasi matahari biasanya dilakukan pada lokasi yang sama. Temperatur udara diukur dengan sepasang thermometer (maksimum dan minimum) yang dipasang dalam sangkar meteo. Thermometer maksimum dapat mencatat temperatur tertinggi dalam hari itu, karena dengan adanya penyempitan pada pipa kapiler di atas bejana/bola air raksa. Air raksa di dalam bola/bejana yang berkembang akibat suhu udara naik, akan terdorong keluar melalui bagian penyempitan pipa kapiler. Keadaan ini tidak dapat kembali walaupun suhu udara menurun. Thermometer minimum berisi cairan alkohol dengan bejana alkohol berbentuk garpu atau bola dapat menunjukkan suhu minimum selama waktu pemasangan sampai pembacaan. Temperatur rata-rata harian = 2 minrtemperatu+maksimumtemperatur 2.3.3 Pengukuran kelembaban udara Pengukuran kelembaban udara dilakukan pada lokasi yang sama dengan pengukuran temperatur udara. Kelembaban udara dinyatakan oleh tekanan uap oleh koefisien hygrometric atau kelembaban relative sebab sesungguhnya tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban sebenarnya. Titik embun adalah temperatur di mana udara menjadi jenuh dengan uap air. Temperatur ini akan dilampaui oleh keadaan uap air (udara lembab) yang sedang didinginkan sehingga zat air akan mulai berkondensasi. Kelembaban relatif: adalah persentasi uap air maksimum di dalam udara pada saat pencatatan. Kelembaban diukur dengan psychrometer yang dilengkapi dengan 2 thermometer yang serupa. Themometer thermocouple ini berfungsi untuk mencatat temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang memberikan hasil memadai. Bola thermometer dari thermometer bola basah dibungkus dengan kain tipis dan dibasahi dengan air bersih. Sedang pada
  • 12. 7 thermometer bola kering dibiarkan tetap kering. Penurunan temperatur bola basah yang disebabkan oleh penguapan airnya tergantung pada keadaan uap air di udara. Sehingga untuk menentukan titik embun dan kelembaban relatif dapat ditentukan dengan tabel psychrometer setelah selisih temperatur bola basah dan bola kering dketahui. The Unaspirat Psychrometer 2.3.4 Pengukuran kecepatan angin Kecepatan angin diukur dekat dengan pengukuran evaporasi, pada ketinggian 2 meter di atas permukaan air / tanah. Berbagai tipe anemometer dipakai untuk menentukan kecepatan angin rata-rata harian. Rotor dengan 3 mangkuk atau anemometer fan adalah pengukur kecepatan angin yang terbaik. Alat ini dilengkapi dengan gaya torsi pemula yang besar, dengan sistem rantai dan counter penjumlahan atau hubungan/peralatan elektris yang berfungsi untuk mencatat gerakan angin. Pembacaan counter pada anemometer harus dilakukan dengan interval tertentu, misalkan harian.
  • 13. 8 gambar : Anemometer 2.3.5 Pengukuran evaporasi dan transpirasi Memperkirakan evaporasi permukaan air bebas dan permukaan tanah serta memperkirakan transpirasi dari tanaman adalah penting dalam studi hidrologi. Syarat penampilan stasiun evaporasi adalah lokasi stasiun harus datar dan bebas dari halangan. 2.4 Pengkuran Aliran Air Ada beberapa macam pengukuran aliran air yaitu sebagai berikut : 2.4.1 Pengukuran evelasi muka air sungai, danau dan reservoir Tujuan pengukuran elevasi muka air adalah untuk meramalkan aliran daerah banjir, merencanakan dimensi bangunan yang akan dibangun pada sungai atau didekatnya. Elevasi muka air adalah elevasi permukaan air pada saluran sungai, danau, diukur relative terhadap datum. Pemilihan tempat untuk melakukan pengukuran tergantung pada : 1. Tujuan pengumpulan data 2. Kemudahan dalam mencapai tempatnya 3. Kesanggupan dari pengamat. 2.4.2 Pengukuran debit Pada umumnya pengukuran debit dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Pengukur ini pada umumnya mempunyai hubungan erat dengan usaha untuk mendapatkan rating curve. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin teliti
  • 14. 9 analisa datanya, tetapi dalam menentukan jumlah pengukuran yang dilakukan tergantung pada : 1. Tujuan pengukuran 2. Kepekaan sungai 3. Ketelitian yang ingin dicapai. 2.5 Pengukuran Infiltrasi Presipitasi/hujan yang jatuh di atas permukaan tanah sebagian atau semuanya akan mengisi pori-pori tanah. Pergerakan air kea rah bawah ini disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Kecepatan pergerakan aliran gravitasi bebas dibatasi oleh ukuran pori-pori. Makin kecil pori-pori, berarti makin besar gaya geser sehingga pada pori-pori yang besar, gaya kapiler dapat diabaikan dan air akan bergerak kebawah akibat gravitasi. 2.6 Pengukuran Kelembaban Tanah Soil moisture/lembab tanah adalah sejumlah air yang tersimpan di dalam ruang pori dari lapisan tanah tak jenuh. 1. Metode pengukuran kelembaban tanah Gravity method, contoh tanah diambil dengan tabung yang dimasukkan ke dalam tanah, contoh tanah ditimbang. Kemudian dikeringkan dalam oven dan tanah kering ditimbang kembali untuk dapat mengevaluasi berat serta volume air soil yang terdapat dalam contoh tanah. Contoh-contoh tanah diambil dengan kedalaman yang berbeda, untuk mendapatkan nilai lembab tanah pada suatu profil. Walaupun penyelidikan ini mudah dan murah, hasil metode ini hanya dapat dikatakan baik, apabila dilakukan pengukuran contoh-contoh tanah yang dapat mewakili nilai soil moisture rata-rata pada suatu area kecil. Kerugiannya : teknik pengambilan contoh tanah, mengganggu keadaan tanah. Nuclear method, metode ini lebih teliti, dan tidak mengganggu keadaan soil moisture. Alat ini terdiri dari, nuclear probe, pipa dari metal yang dipasang pada tanah, alat penghitung dan pencatat
  • 15. 10 2.7 Pengukuran parameter air tanah Air tanah adalah air yang terjadi terdapat di bawah muka tanah pada lapisan jenuh, dan tekanan hydrostatic adalah sama atau lebih besar dari tekanan atmosphere. Air tanah merupakan salah satu bagian siklus hidrologi yang bersifat rahasia, karena manusia tidak dapat melihat aliran air di dalam tanah. Manusia membuat lubang kemudian mengamati air tanah dalam sumur itu, baik dengan metode elektrik, maupun metode sonic. Lubang tanah yang dibuat untuk mengamati air tanah ada 3 jenis yaitu : a. Piezometer Terdiri dari pipa casing bamboo atau PVC yang dilubangi bagian ujung bawahnya, kemudian dimasukkan kedalam lubang bor sampai menembus formasi geologi yang hendak diamati muka airnya. Casing ini diikat terhadap formasi geologi dengan lempung yang ditimbun diantara dinding tanah pada lubang bor dan pipa. Tinggi muka air di dalam piezometer menunjukkan tinggi tekan air di titik ujung bawah dari piezometer. b. Sumur pengamat Terdiri dari pipa yang dindingnya digergaji dan langsung dimasukkan lubang bor tanpa dinding pengikat, tidak menembus lapisan kedap air, karena sumuran ini berfungsi sebagai tempat pengamatan muka air bebas. c. Sumur produksi Sumur produksi berfungsi sebagai sumuran pengamat bagi air dari lapisan pembawa air yang tertekan. Casing yang dipasang di sini diikat terhadap formasi geologis dengan lempung sampai kedalaman permukaan lapisan pembawa airnya. Dinding pipa setebal lapisan pembawa air digergaji. Permukaan air di dalam sumur menyatakan tinggi tekan air rata-rata untuk titik-titk pada interval pipa yang berlubang. 2.7.1. Pengukuran Elevasi muka air tanah Prosedur pengukuran adalah: 1. Mengukur elevasi muka tanah pada sumur itu dengan alat altimeter. 2. Mengukur ketinggian bibir sumur terhadap muka tanah
  • 16. 11 3. Mengukur kedalaman permukaan air dari bibir sumur dengan alat water level indicator 4. Mengukur dasar sumur dari bibir sumur 5. Mengetahui konstruksi sumurnya 2.7.2. Pengukuran Debit Air Tanah Dengan melakukan kegiatan pemompaan uji selama interval waktu tertentu pada konstruksi sumur, akan didapatkan perkiraan debit jenis air tanah di suatu tempat pada formasi tertentu. 2.7.3. Pengukuran porositas/permeabilitas lapisan pembawa air Contoh-contoh tanah diambil di tempat-tempat yang representative dan diselidiki dalam laboratorium dengan peralatan khusus. Dari hasil penyelidikan ini, didapatkan harga rata-rata permeabilitas yang menggambarkan keadaan di lapangan. Nilai permeabilitas bias juga didapatkan dari hasil kegiatan pemompaan uji. 2.7.4. Pengamatan mata air Lokasi dan ketinggian mata air dicatat, disamping debit mata airnya. Pengukuran debit mata air dapat dilakukan dengan : 1. Ember yang diketahui volumenya dan stopwatch sebagai pengamatan waktu. 2. Ambang ukur 3. Flow meter/current meter 2.7.5. Pengukuran sifat-sifat fisik air tanah lainnya Pengukuran sifat fisik air tanah lainnya dapat dilakukan dengan alat-alat elektrik. Electro conductivity meter adalah alat untuk mengukur daya hantar listrik (kadar garam). Logger adalah peralatan yang dilengkapi dengan sinar gamma atau neutron untuk mendeteksi jenis batuan dan muka airnya.
  • 17. BAB III DATA DAN PERHITUNGAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tugas ini dilakukan di Stasiun Pengamatan Lirik, Jl. Lintas Timur Sumatra, Kel. Sidomulyo, Kec. Lirik, Kab. Indragiri Hulu, Prov. Riau. Gambar 3.1 Denah lokasi penelitian 3.2. Pengumpulan Data Data-data yang akan digunakan dalam perencanaan dan analisa yang dibutuhkan untuk perhitungan curah hujan dan intensitas curah hujan adalah : 1. Data curah hujan bulanan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran 3.3. Pengelolaan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul akan diproses dengan menggunakan rumus- rumus yang berlaku untuk menentukan curah hujan dan intensitas rencana.
  • 18. 13 3.3.1. Perhitungan distribusi probabilitas Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan probabilitas hujan dalam menentukan hujan rencana adalah sebagai berikut : (I Made Kamiana, 2011). 1. Distribusi probabilitas Normal SKXX TT . (3.1) Dimana : XT= Hujan rencana dengan periode ulang T tahun X = Nilai rata-rata dari data curah hujan (x) mm. S = Standar deviasi dari data hujan (x) mm KT= Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T 2. Distribusi probabilitas Log Normal XLog.SKXLogLogX TT  (3.2) Dimana : Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T. XLog = Nilai rata-rata dari Log X = n XLog n 1i i S Log X = Deviasi standar dari Log X =   5,0 1 2 1  n LogXLogX n i i KT = Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari nilai T 3. Distribusi probabilitas Log Perason Type III XLog.SKXLogLogX TT  (3.3) Dimana : Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T. XLog = Nilai rata-rata dari Log X = n XLog n 1i i S Log X = Deviasi standar dari Log X =   5,0 1 2 1  n LogXLogX n i i KT = Variabel standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan (Cs)
  • 19. 14 4. Distribusi probabilitas Gumbel SKXX T . (3.4) Dimana : XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun X = Nilai rata-rata dari data curah hujan (x) mm. S = Standar deviasi dari data hujan (x) mm K = Faktor frekuensi, K = n nt S YY . Yt = Reduced variate Sn = Redused standar deviasi Yn = Reduced mean 3.3.2. Perhitungan intensitas curah hujan Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan probabilitas hujan dalam menentukan intensitas rencana adalah sebagai berikut : (I Made Kamiana, 2011), yaitu : 1. Intensitas menurut Talbot bt a I   (3.5) Dimana : I = Intensitas hujan (mm/jam) t = Durasi hujan (,emit atau jam) a dan b = Tetapan n = Jumlah data    ))(()( )( 2 22 IIIn xtInItxI a    ))(()( )()).(( 2 2 IIIn xtIntxII b    2. Intensitas menurut Ishiguro bt a I   (3.6) Dimana : I = Intensitas hujan (mm/jam)
  • 20. 15 t = Durasi hujan (,emit atau jam) a dan b = Tetapan n = Jumlah data   ))(()( ))(()( 2 22 IIIn ItxInItIx a    ))(()( )())(( 2 2 IIIn txIntIxI b    3. Intensitas menurut Sherman n t a I  (3.7) Dimana : I = Intensitas hujan (mm/jam) t = Durasi hujan (,emit atau jam) a dan b = Tetapan n = Jumlah data ))(()( ))(.())(( aLog 2 2 LogtLogtLogtn LogtLogILogtLogtLogI    ))(()( ).())(( 2 2 LogtLogtLogtn LogILogtnLogtLogI n   
  • 21. 16 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana 4.1.1. Perhitungan data mentah Dari lampiran curah hujan stasiun lirik didapatkan data data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data mentah curah hujan bulanan No Bulan Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 Januari 53,40 23,50 27,00 36,20 48,00 2 Februari 29,30 53,20 28,70 33,00 60,30 3 Maret 60,20 50,00 78,40 34,50 40,00 4 April 180,20 32,80 24,10 33,00 35,40 5 Mei 88,00 79,30 54,90 36,00 42,00 6 Juni 80,30 33,50 29,70 14,50 28,00 7 Juli 36,70 48,70 28,20 11,00 35,00 8 Agustus 52,30 21,10 14,50 68,70 32,00 9 September 26,70 20,00 30,60 79,00 24,00 10 Oktober 48,50 55,60 27,20 49,50 44,00 11 Nopember 81,50 54,30 26,20 64,50 39,00 12 Desember 42,60 40,00 20,70 29,00 58,00 (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) 4.1.2. Perhitungan distribusi probabilitas Normal Tabel 4.2 Perhitungan data dengan probabilitas Normal No Curah Hujan (1) (2) (3) (4) 1 53.40 9.12 83.27 2 29.30 -14.98 224.25 3 60.20 15.93 253.61 4 180.20 135.93 18475.61 5 88.00 43.73 1911.88 6 80.30 36.03 1297.80 7 36.70 -7.58 57.38 8 52.30 8.02 64.40 9 26.70 -17.58 308.88 10 48.50 4.22 17.85 )( xxi  2 )( xxi 
  • 22. 17 No Curah Hujan (1) (2) (3) (4) 11 81.50 37.23 1385.70 12 42.60 -1.68 2.81 13 23.50 -20.78 431.60 14 53.20 8.93 79.66 15 50.00 5.72 32.78 16 32.80 -11.48 131.68 17 79.30 35.03 1226.75 18 33.50 -10.78 116.10 19 48.70 4.43 19.58 20 21.10 -23.18 537.08 21 20.00 -24.28 589.28 22 55.60 11.33 128.26 23 54.30 10.03 100.50 24 40.00 -4.28 18.28 25 27.00 -17.28 298.43 26 28.70 -15.58 242.58 27 78.40 34.13 1164.52 28 24.10 -20.18 407.03 29 54.90 10.63 112.89 30 29.70 -14.58 212.43 31 28.20 -16.08 258.41 32 14.50 -29.78 886.55 33 30.60 -13.68 187.01 34 27.20 -17.08 291.56 35 26.20 -18.08 326.71 36 20.70 -23.58 555.78 37 36.20 -8.08 65.21 38 33.00 -11.28 127.13 39 34.50 -9.78 95.55 40 33.00 -11.28 127.13 41 36.00 -8.28 68.48 42 14.50 -29.78 886.55 43 11.00 -33.28 1107.23 44 68.70 24.43 596.58 45 79.00 34.73 1205.83 46 49.50 5.22 27.30 47 64.50 20.23 409.05 48 29.00 -15.28 233.33 49 48.00 3.72 13.88 )( xxi  2 )( xxi 
  • 23. 18 No Curah Hujan (1) (2) (3) (4) 50 60.30 16.03 256.80 51 40.00 -4.28 18.28 52 35.40 -8.88 78.77 53 42.00 -2.28 5.18 54 28.00 -16.28 264.88 55 35.00 -9.28 86.03 56 32.00 -12.28 150.68 57 24.00 -20.28 411.08 58 44.00 -0.28 0.08 59 39.00 -5.28 27.83 60 58.00 13.73 188.38 2656.50 38889.99 (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) Dari data diatas dapat dihitung : 1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh : a. Harga rata-rata )(x n x x n i i  1 = 28,44 60 99,38889  mm b. Standar Deviasi (S)   1 1 2     n xx S n i i = 67,25 160 99,38889   S mm 2. Menghitung nilai KT Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari lampiran 3.5, didapat untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,84 3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5) .SKxX TT    65,8425,67x0,8444,28XT  mm  )( xxi  2 )( xxi 
  • 24. 19 4.1.3. Perhitungan distribusi probabilitas Gumbel Tabel 4.3 Perhitungan data dengan probabilitas Gumbel No Curah Hujan (1) (2) (3) (4) 1 53.40 9.12 83.27 2 29.30 -14.98 224.25 3 60.20 15.93 253.61 4 180.20 135.93 18475.61 5 88.00 43.73 1911.88 6 80.30 36.03 1297.80 7 36.70 -7.58 57.38 8 52.30 8.02 64.40 9 26.70 -17.58 308.88 10 48.50 4.22 17.85 11 81.50 37.23 1385.70 12 42.60 -1.68 2.81 13 23.50 -20.78 431.60 14 53.20 8.93 79.66 15 50.00 5.72 32.78 16 32.80 -11.48 131.68 17 79.30 35.03 1226.75 18 33.50 -10.78 116.10 19 48.70 4.43 19.58 20 21.10 -23.18 537.08 21 20.00 -24.28 589.28 22 55.60 11.33 128.26 23 54.30 10.03 100.50 24 40.00 -4.28 18.28 25 27.00 -17.28 298.43 26 28.70 -15.58 242.58 27 78.40 34.13 1164.52 28 24.10 -20.18 407.03 29 54.90 10.63 112.89 30 29.70 -14.58 212.43 31 28.20 -16.08 258.41 32 14.50 -29.78 886.55 33 30.60 -13.68 187.01 34 27.20 -17.08 291.56 35 26.20 -18.08 326.71 36 20.70 -23.58 555.78 )( xxi  2 )( xxi 
  • 25. 20 No Curah Hujan (1) (2) (3) (4) 37 36.20 -8.08 65.21 38 33.00 -11.28 127.13 39 34.50 -9.78 95.55 40 33.00 -11.28 127.13 41 36.00 -8.28 68.48 42 14.50 -29.78 886.55 43 11.00 -33.28 1107.23 44 68.70 24.43 596.58 45 79.00 34.73 1205.83 46 49.50 5.22 27.30 47 64.50 20.23 409.05 48 29.00 -15.28 233.33 49 48.00 3.72 13.88 50 60.30 16.03 256.80 51 40.00 -4.28 18.28 52 35.40 -8.88 78.77 53 42.00 -2.28 5.18 54 28.00 -16.28 264.88 55 35.00 -9.28 86.03 56 32.00 -12.28 150.68 57 24.00 -20.28 411.08 58 44.00 -0.28 0.08 59 39.00 -5.28 27.83 60 58.00 13.73 188.38 2656.50 38889.99 (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) Dari data diatas dapat dihitung : 1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh : a. Harga rata-rata )(x n x x n i i  1 = 28,44 60 99,38889  mm b. Standar Deviasi (S)   1 1 2     n xx S n i i = 67,25 160 99,38889   S mm  )( xxi  2 )( xxi 
  • 26. 21 2. Menghitung nilai K Dengan jumlah data (n) = 60 data maka di dapat : Yn = 0,5521 (lampiran 3.3) Sn = 1,1750 (lampiran 3.3) Dengan periode ulang T = 5 tahun didapat : Yt = 1,4999 (lampiran 3.4) Dengan Yn, Sn dan Yt yang sudah didapat maka nilai K dapat dihitung dengan persamaan berikut : n nt S YY K   = 81,0 1750,1 5521,04999,1   3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5) K.SxXT    64,9825,67x0,8144,28XT  mm 4.1.4. Perhitungan distribusi probabilitas Log Normal Tabel 4.4 Perhitungan data dengan probabilitas Log Normal No Curah Hujan (xi) Log xi (1) (2) (3) (4) 1 53.40 1.7275 0.0185 2 29.30 1.4669 0.0156 3 60.20 1.7796 0.0354 4 180.20 2.2558 0.4411 5 88.00 1.9445 0.1245 6 80.30 1.9047 0.0981 7 36.70 1.5647 0.0007 8 52.30 1.7185 0.0161 9 26.70 1.4265 0.0272 10 48.50 1.6857 0.0089 11 81.50 1.9112 0.1021 12 42.60 1.6294 0.0014 13 23.50 1.3711 0.0486 14 53.20 1.7259 0.0180 15 50.00 1.6990 0.0115 16 32.80 1.5159 0.0057 17 79.30 1.8993 0.0947 18 33.50 1.5250 0.0044  2 i xLogxLog 
  • 27. 22 No Curah Hujan (xi) Log xi (1) (2) (3) (4) 19 48.70 1.6875 0.0092 20 21.10 1.3243 0.0714 21 20.00 1.3010 0.0844 22 55.60 1.7451 0.0236 23 54.30 1.7348 0.0205 24 40.00 1.6021 0.0001 25 27.00 1.4314 0.0257 26 28.70 1.4579 0.0179 27 78.40 1.8943 0.0917 28 24.10 1.3820 0.0439 29 54.90 1.7396 0.0219 30 29.70 1.4728 0.0141 31 28.20 1.4502 0.0200 32 14.50 1.1614 0.1851 33 30.60 1.4857 0.0112 34 27.20 1.4346 0.0246 35 26.20 1.4183 0.0300 36 20.70 1.3160 0.0760 37 36.20 1.5587 0.0011 38 33.00 1.5185 0.0053 39 34.50 1.5378 0.0029 40 33.00 1.5185 0.0053 41 36.00 1.5563 0.0012 42 14.50 1.1614 0.1851 43 11.00 1.0414 0.3027 44 68.70 1.8370 0.0602 45 79.00 1.8976 0.0937 46 49.50 1.6946 0.0106 47 64.50 1.8096 0.0475 48 29.00 1.4624 0.0167 49 48.00 1.6812 0.0080 50 60.30 1.7803 0.0356 51 40.00 1.6021 0.0001 52 35.40 1.5490 0.0018 53 42.00 1.6232 0.0010 54 28.00 1.4472 0.0209 55 35.00 1.5441 0.0023 56 32.00 1.5051 0.0075 57 24.00 1.3802 0.0447 58 44.00 1.6435 0.0027  2 i xLogxLog 
  • 28. 23 No Curah Hujan (xi) Log xi (1) (2) (3) (4) 59 39.00 1.5911 0.0000 60 58.00 1.7634 0.0295 95.49 2.7304 (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) Dari data diatas dapat dihitung : 1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh : a. Harga rata-rata  xLog n xLog xLog n 1i ii  = 5916,1 60 49,95  mm b. Standar Deviasi (S Log x)   1 xLogxLog xLogS 1 2 i     n n i = 2151,0 160 7304,2 xLogS    mm 2. Menghitung nilai KT Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs dari lampiran 3.6b, didapat untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,84 3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5) xLog.SKxLogX TT    1,770,2151x0,841,5916XT  mm59,19XT  4.1.5. Perhitungan distribusi probabilitas Log Pearson Type III Tabel 4.5 Perhitungan data dengan probabilitas Log Pearson Type III No Curah Hujan (xi) Log xi (1) (2) (3) (4) (5) 1 53.40 1.7275 0.0185 0.0025 2 29.30 1.4669 0.0156 -0.0019 3 60.20 1.7796 0.0354 0.0066 4 180.20 2.2558 0.4411 0.2930 5 88.00 1.9445 0.1245 0.0440 6 80.30 1.9047 0.0981 0.0307   2 i xLogxLog   2 i xLogxLog   3 i xLogxLog 
  • 29. 24 No Curah Hujan (xi) Log xi (1) (2) (3) (4) (5) 7 36.70 1.5647 0.0007 0.0000 8 52.30 1.7185 0.0161 0.0020 9 26.70 1.4265 0.0272 -0.0045 10 48.50 1.6857 0.0089 0.0008 11 81.50 1.9112 0.1021 0.0326 12 42.60 1.6294 0.0014 0.0001 13 23.50 1.3711 0.0486 -0.0107 14 53.20 1.7259 0.0180 0.0024 15 50.00 1.6990 0.0115 0.0012 16 32.80 1.5159 0.0057 -0.0004 17 79.30 1.8993 0.0947 0.0291 18 33.50 1.5250 0.0044 -0.0003 19 48.70 1.6875 0.0092 0.0009 20 21.10 1.3243 0.0714 -0.0191 21 20.00 1.3010 0.0844 -0.0245 22 55.60 1.7451 0.0236 0.0036 23 54.30 1.7348 0.0205 0.0029 24 40.00 1.6021 0.0001 0.0000 25 27.00 1.4314 0.0257 -0.0041 26 28.70 1.4579 0.0179 -0.0024 27 78.40 1.8943 0.0917 0.0277 28 24.10 1.3820 0.0439 -0.0092 29 54.90 1.7396 0.0219 0.0032 30 29.70 1.4728 0.0141 -0.0017 31 28.20 1.4502 0.0200 -0.0028 32 14.50 1.1614 0.1851 -0.0796 33 30.60 1.4857 0.0112 -0.0012 34 27.20 1.4346 0.0246 -0.0039 35 26.20 1.4183 0.0300 -0.0052 36 20.70 1.3160 0.0760 -0.0209 37 36.20 1.5587 0.0011 0.0000 38 33.00 1.5185 0.0053 -0.0004 39 34.50 1.5378 0.0029 -0.0002 40 33.00 1.5185 0.0053 -0.0004 41 36.00 1.5563 0.0012 0.0000 42 14.50 1.1614 0.1851 -0.0796 43 11.00 1.0414 0.3027 -0.1665 44 68.70 1.8370 0.0602 0.0148 45 79.00 1.8976 0.0937 0.0287  2 i xLogxLog   3 i xLogxLog 
  • 30. 25 No Curah Hujan (xi) Log xi (1) (2) (3) (4) (5) 46 49.50 1.6946 0.0106 0.0011 47 64.50 1.8096 0.0475 0.0104 48 29.00 1.4624 0.0167 -0.0022 49 48.00 1.6812 0.0080 0.0007 50 60.30 1.7803 0.0356 0.0067 51 40.00 1.6021 0.0001 0.0000 52 35.40 1.5490 0.0018 -0.0001 53 42.00 1.6232 0.0010 0.0000 54 28.00 1.4472 0.0209 -0.0030 55 35.00 1.5441 0.0023 -0.0001 56 32.00 1.5051 0.0075 -0.0006 57 24.00 1.3802 0.0447 -0.0094 58 44.00 1.6435 0.0027 0.0001 59 39.00 1.5911 0.0000 0.0000 60 58.00 1.7634 0.0295 0.0051 95.49 2.7304 0.0961 (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) Dari data diatas dapat dihitung : 1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh : a. Harga rata-rata  xLog c. Standar Deviasi (S Log x)   1 xLogxLog xLogS 1 2 i     n n i = 2151,0 160 7304,2 xLogS    mm b. Koefisien kepencengan Cs atau G      3 1 3 i LogS21 xLogxLog xnn n Cs n i     =        2,0 0961,05859 7304,260 3  2. Menghitung nilai KT Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs dari lampiran 3.6b, didapat untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,83   2 i xLogxLog   3 i xLogxLog 
  • 31. 26 3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5) xLog.SKxLogX TT    1,770,2151x0,831,5916XT  mm58,90XT  4.2. Menghitung Intensitas Hujan Rencana 1. Perhitungan data mentah Dari lampiran curah hujan stasiun lirik didapatkan data data sebagai berikut : Tabel 4.6 Data mentah curah hujan menitan (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) 2. Merubah data hujan menjadi intensitas hujan sebagai berikut :    00,240 5 6020  Dimana : 20 = Curah Hujan (mm) 5 = Durasi (menitan) Intensitas rata-rata = dataJumlah intensitasJumlah Dimana n = 10 data Selanjutnya perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
  • 32. 27 Tabel 4.7 Perhitungan intensitas curah hujan (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) 3. Menghitung Standar Deviasi (S) intensitas curah hujan Tabel 4.8 Perhitungan Standar Deviasi (S) (Sumber : Analisis Perhitungan 2016) (240 – 220)2 = 324 Sehingga deviasi standar (S) = 86,58 110 31176 5,0        4. Menghitung intensitas hujan rencana (mm/jam) dengan metode Gumbel Tabel 4.9 Koefisien Sn, Yn, Yt dan K (Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
  • 33. 28 a. Perhitungan intensitas curah hujan durasi 5 menitan. b. Perhitungan intensitas curah hujan durasi 10 menitan c. Perhtingan intensitas curah hujan 15 menitan d. Perhitungan intensitas curah hujan 30 menitan
  • 34. 29 e. Perhitungan intensitas curah hujan 45 menitan f. Perhitungan intensitas curah hujan 60 menitan g. Perhitungan intensitas curah hujan 120 menitan h. Perhitungan intensitas curah hujan 180 menitan
  • 35. 30 i. Perhitungan intensitas curah hujan 360 menitan j. Perhitungan intensitas curah hujan 720 menitan k. Perhitungan intensitas curah hujan 1440 menitan l. Perhitungan intensitas curah hujan 2880 menitan
  • 36. 31 5. Perhitungan intensitas curah hujan di rekapitulasi (Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
  • 37. 31 6. Perhitungan tiga jenis rumus intensitas curah hujan Tabel 4.10 Perhtiungan tiga rumus intensitas curah hujan periode 2 tahun (Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
  • 38. 32 a. Intensitas menurut Talbot bt a I   Dimana :    ))(()( )( 2 22 IIIn tInII a t    ))(()( )()).(( 2 2 IIIn tInII b t       713,4314 )776,735)(776,735()800,90112(12 )694,1512558(12800,90112372,38205    a 44,18 )776,735)(776,735()800,90112(12 )694,1512558(12)372,38205).(776,735(    b Sehingga : 44,18 713,4314   t I untuk t = 5 menit 038,184 44,18)5( 713,4314   I Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10s b. Intensitas menurut Sherman n t a I  Dimana : ))(()( ))(.())(( aLog 2 2 LogtLogtLogtn LogtLogILogtLogtLogI    ))(()( ).())(( 2 2 LogtLogtLogtn LogILogtnLogtLogI n    Sehingga perhitungan sebagai berikut : 17,3 )149,24)(149,24()000,57(12 )149,24)(583,26()000,57)(861,16( aLog     33,1465a
  • 39. 33 87,0 )149,24)(149,24()000,57(12 )583,26(12)000,57)(861,16(    n Sehingga : 87,0 33,1465 t I  Untuk t = 5 menit 394,358 )5( 33,1465 87,0 I Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 c. Intensitas menurut Ishiguro bt a I   Dimana :   ))(()( ))(()( 2 22 IIIn ItInItI a    ))(()( )())(( 2 2 IIIn tIntII b    Sehingga perhitungan sebagai berikut :   57,226 )776,735)(776,735()800,90112(12 )776,735)(585,315384(12)800,90112(845,3932    a 65,1 )776,735)(776,735()800,90112(12 )585,315384(12)845,3932)(776,735(    b Sehingga : 65,1 57,226   t I Untuk t = 5 menit 531,386 65,15 57,226   I Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10
  • 40. 32 d. Membuta kurva Intensitas Curah Hujan untuk Tiga Metode 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Intensitas(mm/jam) Lamanya Curah Hujan t (menit) Metode Talbot Metode Sherman Metode Ishiguro
  • 41. 32
  • 42. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari perhitungan diatas yang telah dijabarkan, maka dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Metode Probabilitas Normal .SKxX TT    65,8425,67x0,8444,28XT  mm 2. Metode Probabilitas Gumbel K.SxXT    64,9825,67x0,8144,28XT  mm 3. Metode Probabilitas Log Normal xLog.SKxLogX TT    1,770,2151x0,841,5916XT  mm59,19XT  4. Metode Probabilitas Log Pearson Type III xLog.SKxLogX TT    1,770,2151x0,831,5916XT  mm58,90XT 
  • 43. 35 5. Intensitas curah hujan menggunakan tiga rumus di tampilkan pada formula berikut ini : a. Metode Talbot didapat rumus 44,18 713,4314   t I b. Metode Sherman didapat rumus 87,0 33,1465 t I  c. Metode Ishiguro didapat rumus 65,1 57,226   t I 5.2. Saran Dalam proses perhitungan ada baiknya memperoleh data yang benar-benar valid dan tidak mengandung banyak angka karena jika terlalu banyak angka maka perhitungan pun akan semakin rumit paling tidak cukup 3 angka saja. Kemudian dalam proses perhitungan ada baiknya mempersiapkan alat-alat tulis seperti bolpoint, pensil, penghapus, kalkulator dll. Dan untuk akurasi perhitungan penulis menyarankan agar menggunakan program computer yaitu Ms. Excel untuk lebih akuratnya perhitungan.
  • 44. DAFTAR PUSTAKA Hino, Hasebe. (1984). Identification and Prediction of Nonlinier Hydrologic systems by the Filter-separation Autoregressive (AR) Method : Extension to Hourly Hydrologic Data. Journal of Hidrology : 68:182 - 210. Titiek. (2005). Analisis Agihan Hujan Berdasarkan Data Hidrograf. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Tesis. Uniadi. (2005). Penurunan Hidrograf Satuan Tanpa Data Hujan. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Tesis. Ir. Joyce Martha w, Ir. Wanny adidarma Dipl.H ; “ mengenal dasar-dasar hidrologi. http://pazfauzi.blogspot.com/2010/07/hidrologi-bahan-makalah.html