SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 26
ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK
DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT
Oleh :
M. Yahya
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Padang
Abstrak
Provinsi Sumatera Barat memiliki luas wilayah cukup besar yaitu sekitar 42.297,30 Km2
(4.297.300 ha),
termasuk 375 buah pulau besar dan kecil. Mata pencaharian sebagian besar warga di Provinsi ini adalah
sebagai pertani, buruh perkebunan dan nelayan. Diantara hasil dari sektor pertanian/ perkebunan dan
perikanan adalah padi, kakao /coklat, kelapa, pisang, kopi, teh, kayu, rotan, karet, dan lain-lain) sementara itu
hasil dari sektor perikanan adalah ikan, udang dan lain-lain. Para petani di daerah-daerah terpencil atau
pedesaan di Sumatera Barat masih mengeringkan hasil-hasil pertaniannya dengan menggunakan metoda
pengeringan tradisional yaitu penjemuran secara langsung di bawah sinaran matahari, karena tidak dapat
menggunakan alat pengering nonkovensional yaitu alat pengering yang bersumberkan energi listrik dari PT
PLN (Persero), sebab daerah mereka belum dijangkau aliran listrik. Pengeringan tradisional memerlukan
waktu yang lama serta menghasilkan kualitas rendah. Tujuan penelitian adalah menciptakan dan menguji alat
pengering hasil-hasil pertanian (biji kakao/coklat) yang bersumberkan energi surya, serta membandingkannya
dengan metoda tradisional. Efisiensi termal alat pengering maksimum, minimum dan rata-rata, masing-masing
diperoleh adalah : 59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas matahari maksimum, minimum dan rata-rata
yang diterima alat pengering, masing-masing adalah: 937 Watt/m2
, 395 Watt/m2
, dan 687 Watt/m2
. Pada alat
pengering, dengan kapasitas 48 kg biji kakao dan kadar air awal 66% untuk mencapai kadar air akhir 6%
dibutuhkan waktu empat hari (18 Jam). Sedangkan menggunakan metoda tradisional, untuk waktu yang sama
(18 jam) kadar air akhir hanya dapat dicapai 20%. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan: Efisiensi termal
alat pengering berbanding terbalik dengan intensitas matahari dan berbanding lurus dengan laju penguapan air
bahan. Alat pengering ini lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan metoda tradisional karena waktu
pengeringan singkat.
Kata kunci: Pengering, hasil-hasil pertanian, daerah pedesaan, energi listrik, energi surya
PENDAHULUAN
Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12
kabupaten, 143 kecamatan, dengan jumlah
penduduk 4.375.080 jiwa/ 1.133.628 kepala
keluarga (KK) dengan luas total wilayah
sekitar 42.297,30 Km2
(4.297.300 ha);
termasuk 375 buah pulau besar dan kecil
(Bappenas, 2013). Mata pencaharian sebagian
besar warga di Provinsi ini adalah sebagai
pertani, buruh perkebunan dan nelayan.
Diantara hasil dari sektor pertanian/
perkebunan dan perikanan adalah padi, kakao
(coklat)kelapa, pisang, kopi, teh, kayu, rotan,
karet dan lain-lain) (Dinas Perkebunan
Provinsi Sumatera Barat, 2009), sementara itu
hasil dari sektor perikanan adalah ikan, udang
dan lain-lain. Agar dapat disimpan dalam
jangka waktu lama atau sebelum dipasarkan
maka salah satunya hasil-hasil ini harus
dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air dari bahan sampai batas
tertentu di mana perkembangan mikrobiologi
dan enzim yang menyebabkan pembusukan
terhambat atau terhenti. Namun ada beberapa
masalah utama yang dihadapi petani di
Sumatera Barat khususnya di daerah-daerah
terpencil atau pedesaan di antaranya adalah :
1. Petani masih mengeringkan hasil-hasil
pertanian dengan menggunakan metoda
pengeringan tradisional yaitu
penjemuran secara langsung di bawah
sinaran matahari. Metoda pengeringan
ini mempunyai beberapa kelemahan
seperti: memerlukan tempat penjemuran
yang luas, memerlukan waktu yang lama
dan kualitas hasil pengeringan rendah.
Kualitas hasil pengeringan yang rendah
memberi dampak kepada ekonomi
petani yaitu kurangnya pendapatan dan
kesejahteraan, hal ini disebabkan oleh
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 27
produk yang dikeringkan tersebut dijual
dengan harga murah. Hal ini juga salah
satu penghalang program pemerintah
untuk meningkatkan pendidikan
nasional karena tidak mampunya petani
membiayai pendidikan anak-anak
mereka.
2. Petani tidak dapat menggunakan alat
pengering nonkovensional yaitu alat
pengering yang bersumberkan energi
listrik dari PT. PLN (Persero), karena
daerah mereka belum dialiri listrik.
Untuk mengatasi masalah petani di daerah
terpencil atau pedesaan di Sumatera Barat
dalam mengeringkan hasil-hasil pertaniannya.
Maka diperlukan menciptakan inovasi-inovasi
baru khususnya teknologi pengeringan yang
tidak menggunakan energi listrik.
Tujuan penelitian adalah menciptakan alat
pengering hasil-hasil pertanian yang
bersumberkan energi surya dan kemudian
menguji prestasinya, serta membandingkan
dengan metoda tradisional. Pemanfaatan energi
surya sebagai sumber energi alat pengering
sangat sesuai dikembangkan di Provinsi
Sumatera Barat karena Sumatera Barat terletak
di garis katulistiwa (daerah tropis) dan
menerima energi surya cukup besar yaitu rata-
rata sinaran matahari harian sebesar 4,5
kWh/m2
/hari dengan variasi bulanan sekitar
9% dan dengan rata-rata jumlah jam sinaran
matahari antara 6 hingga 8 jam (Ajar Pratoto,
1991).
BAHAN DAN METODE
Deskripsi Alat
Alat pengering hasil-hasil pertanian
merupakan alat pengering di mana sebagian
besar energi yang digunakan dalam proses
pengeringan adalah energi surya. Alat
pengering ini terdiri dari sistem sel surya,
kipas, lorong pengering dan turbin ventilator,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. Sel
surya mnghasilkan daya 50 Wp dan kipas yang
digunakan 4 buah dengan Model: 120 x 120 x
38, AC 220-240V, 60Hz, 014A. Pengering
lorong terdiri dari kolektor surya, ruang
pengering, penutup transparan, isolator dan
rangka. Kolektor surya menggunakan plat
penyerap tipe plat datar dan diberi sirip pada
bagian bawahnya. Dimensi kolektor: Panjang
1,5 meter dan lebar 1,20 meter, sedangkan
dimensi ruang pengering: Panjang 4 meter dan
lebar 1,20 meter. Cara kerja alat pengering ini:
udara dari lingkungan dialirkan ke bagian
bawah plat penyerap bersirip kolektor surya
dengan menggunakan kipas, kipas digerakkan
oleh sel surya. Pada kolektor surya udara
dipanaskan dengan memamfaatkan energi dari
matahari, dan seterusnya udara panas dialirkan
ke ruang pengering untuk proses pengeringan.
Selanjutnya udara basah diisap dan dibuang ke
lingkungan oleh turbin ventilator melalui
cerobong.
Gambar 1: Photo Alat pengering untuk daerah
pedesaan
Gambar 2: Photo Battery dan Kipas
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 28
Tempat dan Prosedur Pengujian
Penelitian dilakukan di halaman Institut
Teknologi Padang, Sumatera Barat. Hasil
pertanian yang dikeringkan dalam penelitian
ini adalah biji kakao, jumlah biji kakao
dikeringkan 48 kg. Pengeringan dimulai dari
Jam 9:00 sampai jam 16:00. Data dicatat
setiap 1 (satu) jam meliputi suhu bola basah
dan kering lingkungan, suhu plat penyerap
kolektor, suhu ruang pengering, intensitas
matahari, kecepatan aliran udara, dan
perubahan berat bahan.
Analisa kadar air
Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan
air persatuan bobot bahan (Surachman.dkk,
2008). Kadar air biji kakao dianalisa
menggunakan metode gravimetri. Sampel
dikeringkan dengan oven pada temperatur
105o
C sampai tidak terjadi perubahan berat.
Kadar air ditentukan dengan menggunakan
kadar air basis basah yaitu merupakan
perbandingan massa air di dalam bahan dengan
massa bahan basah seperti berikut:
.
dW
W
W
WW
W
M

 … (1)
dengan:
MW = Kadar air basis basah (%)
WW = Massa air (kg)
Wd = Massa padatan (kg)
Analisa efisiensi termal alat pengering
Efisiensi termal alat pengering merupakan
perbandingan antara energi yang digunakan
untuk proses pengeringan terhadap energi yang
masuk ke dalam sistem pengering
(Surachman.dkk, 2008). Untuk menghitung
efisiensi termal alat tersebut digunakan
persamaan sebagai berikut:
SSLP
EV
thp
QQ
Q
η

 ... (2)
dengan:
fgairev .HmQ  ... ( 3)
LPTLP AIQ  ... (4)
SSTSS AIQ  ... (5)
di mana:
thPη : Efisiensi termal alat pengering (%)
Qev : Panas penguapan (Watt)
QLP : Energi surya yang diterima
pengering lorong (Watt)
QSS : Energi surya yang diterima sel
surya (Watt)
airm : Laju penguapan air bahan (kg/s)
fgH : Panas laten penguapan (kJ/kg)
IT : Intensitas matahari (W/m2
)
ALP : Luas pengering lorong (m2
)
ASS : Luas sel surya (m2
)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian terhadap sebuah alat pengering
hasil-hasil pertanian telah dilakukan, hasil
pertanian yang dikeringkan biji kakao.
Pengujian dilakukan selama empat hari
dimulai jam 9:00 sampai jam 16:00 dengan
kapasitas pengeringan 48 kg. Biji kakao
dikeringkan dari kadar air awal kakao 66 %
sehingga kadar air akhir 6%. Dari pengujian
diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Gambar
(3-10) seperti berikut :
Gambar 3 dan 4 menunjukkan variasi
intensitas matahari, temperatur lingkungan,
temperatur udara keluar kolektor, dan
temperatur rata-rata ruang pengering dengan
waktu pada hari pertama sampai ke empat.
Dari Gambar 3 dan 4 tersebut dapat dilihat
bahwa temperatur udara keluar kolektor dan
temperatur rata-rata ruang pengering
berbanding lurus dengan intensitas matahari,
makin tinggi intensitas matahari semakin
tinggi temperatur udara keluar kolektor serta
temperatur rata-rata ruang pengering, hal ini
disebabkan oleh energi matahari yang diserap
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 29
plat penyerap dan material diruang pengering
juga tinggi. Di samping itu juga terlihat
temperatur rata-rata ruang pengering lebih
tinggi dari temperatur udara yang keluar dari
kolektor, hal ini disebabkan oleh ruang
pengering juga menerima sinaran matahari.
Pada hari ke dua pengujian hanya dilakukan
dua hari, dari jam 10:00 sampai 12:00 karena
hari hujan. Temperatur tertinggi udara keluar
kolektor dan ruang pengering, masing-masing
adalah: hari pertama 43,5o
C, 45,2 o
C dengan
intensitas matahari 843 Watt/m2
, hari ke kedua
41,2o
C,43,1o
C dengan intensitas matahari 843
Watt/m2
, hari ketiga 43,0o
C, 52,2 o
C dengan
intensitas matahari 904 Watt/m2
, dan
sedangkan hari ke empat 49,9o
C, 56,3 o
C
dengan intensitas matahari 936 Watt/m2
.
Gambar 5 dan 6 memperlihatkan variasi kadar
air bahan pada hari pertama sampai hari ke
empat terhadap waktu dengan menggunakan
alat pengering dan metoda trasional. Dari
Gambar 5 dan 6 dapat dilihat laju pengeringan
bahan dengan menggunakan alat pengering
lebih besar dari menggunakan cara/metoda
tradisional karena temperatur udara di dalam
ruang pengering lebih tinggi jika dibandingkan
dengan metoda tradisonal, dan juga proses
perpindahan panas antara bahan dengan udara
secara dengan konveksi paksa karena udara
dialirkan menggunakan kipas, sedangkan
metoda tradisional secara konveksi alamiah.
Pada alat pengering, untuk mencapai kadar air
akhir 6% (standar SNI) dari kadar air awal
66% diperlukan waktu empat hari (18 Jam),
sedangkan menggunakan cara tradisonal lebih
empat hari.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan variasi
intensitas matahari, energi panas penguapan
dan energi panas (surya) yang diterima alat
pengering dengan waktu pada hari pertama
sampai hari ke empat. Dari gambar 7 dan 8
dapat dilihat bahwa energi panas yang diterima
alat pengering berbanding lurus dengan
intensitas matahari, makin tinggi intensitas
matahari semakin tinggi energi panas yang
diterima alat pengering. Sedangkan, energi
panas penguapan bergantung kepada lamanya
proses pengeringan, makin lama proses
pengeringan semakin rendah energi panas
penguapan, hal ini dikarenakan oleh laju
penguapan air bahan semakin rendah. Panas
yang digunakan untuk penguapan air bahan
dan energi yang diterima alat pengering
tertinggi masing-masing adalah : Pada hari
pertama 1711Watt dengan intensitas matahari
727 Watt/m2
dan 5565 Watt dengan intensitas
matahari 843 Watt/m2
. Hari ke dua 1374Watt
dengan intensitas matahari 425 Watt/m2
dan
2808 Watt dengan intensitas matahari 425
Watt/m2
. Hari ke tiga 1074 Watt dengan
intensitas matahari 937 Watt/m2
dan 6183 Watt
dengan intensitas matahari 425 Watt/m2
. Hari
ke empat 459 Watt dengan intensitas matahari
936 Watt/m2
dan 6175 Watt dengan intensitas
matahari 936 Watt/m2
.
Gambar 9 dan 10 menunjukkan variasi
intensitas matahari dan efisiensi termal alat
pengering dengan waktu pada hari pertama
sampai hari ke empat. Pada Gambar 9 dan 10
sangat jelas terlihat bahawa efisiensi termal
alat pengering berbanding terbalik dengan
intensitas matahari dan berbanding lurus
dengan laju penguapan air bahan. Makin tinggi
intensitas matahari yang diterima oleh alat
pengering semakin kecil efisiensi alat, hal ini
disebabkan banyaknya panas yang hilang
melalui penutup kaca ke lingkungan. Sedangan
semakin tinggi laju penguapan air bahan
semakin tinggi efisensi alat tersebut, hal ini
disebabkan jumlah air yang diuapkan dalam
bahan cukup banyak.
Efisiensi termal alat pengering maksimum,
minimum dan rata-rata, masing-masing adalah:
59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas
matahari maksimum, minimum dan rata-rata
yang diterima alat pengering, masing-masing
adalah: 937 Watt/m2
, 395 Watt/m2
, dan 687
Watt/m2
.
Gambar 3: Variasi intensitas matahari,
temperatur lingkungan, temperatur udara
keluar kolektor dan temperatur rata-rata ruang
pengering dengan waktu.
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 30
Gambar 4: Variasi intensitas matahari,
temperatur lingkungan, temperatur udara
keluar kolektor, dan temperatur rata-rata ruang
pengering dengan waktu.
Gambar .5: Variasi kadar air terhadap waktu
dengan menggunakan alat pengering dan
metoda tradisional.
Gambar 6 : Variasi kadar air terhadap waktu
dengan menggunakan alat pengering dan
metoda tradisional.
Gambar 7: Variasi intensitas matahari, energi
panas diterima alat pengering dan energi panas
penguapan dengan waktu.
Gambar 8: Variasi intensitas matahari, energi
panas diterima alat pengering dan energi panas
penguapan dengan waktu.
Gambar 9 : Variasi intensitas matahari dan
efisiensi termal alat dengan waktu.
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 31
Gambar 10: Variasi intensitas matahari dan
efisiensi termal alat dengan waktu.
KESIMPULAN
Sebuah alat pengering hasil-hasil pertanian
dengan sumber energi utama energi surya yang
akan digunakan di daerah-daerah terpencil atau
pedesaan di Sumatera Barat telah dibuat dan
diuji. Bahan yang dikeringkan adalah biji
kakao dengan kapasitas 48 kg. Pengujian
dilakukan dengan kadar air awal 66% basis
basah sehingga kadar air akhir 6% basis basah
(sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
SNI). Pada pengujian juga membandingkan
waktu yang dibutuhkan mencapai kadar air
akhir biji kakao dengan menggunakan alat
pengering dan metoda tradisional, dari hasil
pengujian dapat disimpulkan: Efisiensi termal
alat pengering berbanding terbalik dengan
intensitas matahari dan berbanding lurus
dengan laju penguapan air bahan. Makin tinggi
intensitas matahari yang diterima oleh alat
pengering semakin kecil efisiensi alat, hal ini
disebabkan banyaknya panas yang hilang
melalui penutup kaca ke lingkungan. Sedankan
semakin tinggi laju penguapan air bahan
semakin tinggi efisensi alat tersebut, hal ini
disebabkan jumlah air yang diuapkan dalam
bahan cukup banyak.
Efisiensi termal alat pengering maksimum,
minimum dan rata-rata, masing-masing adalah:
59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas
matahari maksimum, minimum dan rata-rata
yang diterima alat pengering, masing-masing
adalah: 937 Watt/m2
, 395 Watt/m2
, dan 687
Watt/m2
. Waktu pengeringan alat ini lebih
cepat jika dibandingkan dengan menggunakan
metoda tradisional, untuk waktu yang sama (18
jam) kadar air akhir yang dicapai oleh alat
pengering 6%, sedangkan menggunakan
metoda tradisional 20%.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ajar Pratoto, 1991, Kemungkinan
Pemanfaatan Energi Surya Untuk Proses
Termal Di Sumatera Barat. Seminar
Nasional” Energi dan Iklim”, Universitas
Andalas, Padang, 23-24 September 1991.
[2] Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera
Barat. 2009. Data Statistik 2008. Statistik
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2008. Dinas Perkebunan
Provinsi Sumatera Barat, Padang.
[3] http://www.bappenas.go.id, 2011, Status
lingkungan hidup daerah Provinsi
Sumatera Barat.
[4] Surachman H, Fachrudin D, Sutopo, dan
Sumarsono M. 2008. Pengembangan dan
pengujian kinerja termal pengering lorong
hibrid energi surya-biomassa terpadu. J.
Sains dan Teknologi Indonesia 10(3) 157-
164.

More Related Content

What's hot

Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Muhammad Kennedy Ginting
 
Soal dan jawaban tugas teknologi dasar telematika
Soal dan jawaban tugas teknologi dasar telematikaSoal dan jawaban tugas teknologi dasar telematika
Soal dan jawaban tugas teknologi dasar telematikaYgrex Thebygdanns
 
Berita acara serah terima barang
 Berita acara serah terima barang Berita acara serah terima barang
Berita acara serah terima barangLegal Akses
 
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XIPowerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XIwisnuwms
 
Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)
Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)
Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)Wa Ode Aisyah Aisyah
 
Modul 5 (usaha dan energi)
Modul 5 (usaha dan energi)Modul 5 (usaha dan energi)
Modul 5 (usaha dan energi)kahfi1439
 
Perencanaan fasilitas dan tata letak
Perencanaan fasilitas dan tata letakPerencanaan fasilitas dan tata letak
Perencanaan fasilitas dan tata letakEty Dwi Susanti
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaLegal Akses
 
Form laporan-kerja-karyawan
Form laporan-kerja-karyawanForm laporan-kerja-karyawan
Form laporan-kerja-karyawanEndar Dongoran
 
Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)
Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)
Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)Mitha Viani
 
Peranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidup
Peranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidupPeranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidup
Peranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidupSMP N1 Salak
 
PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11
PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11
PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11Thasya Riesthiara Putri
 
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistemAplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistemWirandaErzaPratama
 

What's hot (20)

Sumber-sumber Energi
Sumber-sumber EnergiSumber-sumber Energi
Sumber-sumber Energi
 
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
 
Form mkt18 (surat kesepakatan pembatalan)
Form mkt18 (surat kesepakatan pembatalan)Form mkt18 (surat kesepakatan pembatalan)
Form mkt18 (surat kesepakatan pembatalan)
 
Soal dan jawaban tugas teknologi dasar telematika
Soal dan jawaban tugas teknologi dasar telematikaSoal dan jawaban tugas teknologi dasar telematika
Soal dan jawaban tugas teknologi dasar telematika
 
Company Profile tes.pdf
Company Profile tes.pdfCompany Profile tes.pdf
Company Profile tes.pdf
 
Berita acara serah terima barang
 Berita acara serah terima barang Berita acara serah terima barang
Berita acara serah terima barang
 
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XIPowerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
 
Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)
Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)
Materi Ekonomi dan Akuntansi Dasar khusus SMA (Oleh; Bapak Sukirman Ngaru)
 
sumber energi fisika unnes
sumber energi fisika unnessumber energi fisika unnes
sumber energi fisika unnes
 
Modul 5 (usaha dan energi)
Modul 5 (usaha dan energi)Modul 5 (usaha dan energi)
Modul 5 (usaha dan energi)
 
Ppt pemanasan global
Ppt pemanasan globalPpt pemanasan global
Ppt pemanasan global
 
Surat keterangan kerja aswan
Surat keterangan kerja aswanSurat keterangan kerja aswan
Surat keterangan kerja aswan
 
Perencanaan fasilitas dan tata letak
Perencanaan fasilitas dan tata letakPerencanaan fasilitas dan tata letak
Perencanaan fasilitas dan tata letak
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Form laporan-kerja-karyawan
Form laporan-kerja-karyawanForm laporan-kerja-karyawan
Form laporan-kerja-karyawan
 
Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)
Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)
Biaya Akuisisi, Maintenance, Depresiasi (Accounting For Non Accountant)
 
Peranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidup
Peranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidupPeranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidup
Peranan generasi muda dalam konservasi alam & lingkungan hidup
 
PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11
PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11
PowerPoint Pemanasan Global (Global Warming) kelas 11
 
Pengukuran kerja
Pengukuran kerjaPengukuran kerja
Pengukuran kerja
 
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistemAplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistem
Aplikasi integral dalam menghitung banyak polutan yang masuk ke ekosistem
 

Similar to Jurnal Teknik Mesin

Makalah osn pertamina
Makalah osn pertaminaMakalah osn pertamina
Makalah osn pertaminaMuya Avisiena
 
Program kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malang
Program kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malangProgram kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malang
Program kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malangkomang deliana putra
 
345 1198-1-pb
345 1198-1-pb345 1198-1-pb
345 1198-1-pbDidin5
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Ifan Ifan
 
1. kontrak belajar motor bakar
1. kontrak belajar motor bakar1. kontrak belajar motor bakar
1. kontrak belajar motor bakarAtikah Mujahidah
 
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016sttm cileungsi
 
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...Tri Luthfiani
 
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG YOHANIS SAHABAT
 
Laporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun CuacaLaporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun CuacaN Naomi
 
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahRancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahSandi Purnama Jaya
 
Poster pemanfaatan sampah
Poster pemanfaatan sampahPoster pemanfaatan sampah
Poster pemanfaatan sampahIrma Safitri
 
10394-62940-1-PB.pdf
10394-62940-1-PB.pdf10394-62940-1-PB.pdf
10394-62940-1-PB.pdfcahyadi1969
 
pompa air tenaga angin
pompa air tenaga anginpompa air tenaga angin
pompa air tenaga anginbinaaprilia
 
PENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1 & PANAS BUMI
PENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1  &  PANAS BUMIPENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1  &  PANAS BUMI
PENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1 & PANAS BUMIYOHANIS SAHABAT
 
Lmcp1532 bekalan tenaga
Lmcp1532 bekalan tenagaLmcp1532 bekalan tenaga
Lmcp1532 bekalan tenagaErin Rosli
 
Rancang bangun kolektor surya
 Rancang bangun kolektor surya Rancang bangun kolektor surya
Rancang bangun kolektor suryaHelmas Tanjung
 

Similar to Jurnal Teknik Mesin (20)

Makalah osn pertamina
Makalah osn pertaminaMakalah osn pertamina
Makalah osn pertamina
 
Program kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malang
Program kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malangProgram kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malang
Program kreativitas mahasiswa_ai_(komang_deliana_putra)_itn_malang
 
345 1198-1-pb
345 1198-1-pb345 1198-1-pb
345 1198-1-pb
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
 
1. kontrak belajar motor bakar
1. kontrak belajar motor bakar1. kontrak belajar motor bakar
1. kontrak belajar motor bakar
 
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
 
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
 
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
 
Laporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun CuacaLaporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun Cuaca
 
RENEWABLE ENERGY
RENEWABLE ENERGYRENEWABLE ENERGY
RENEWABLE ENERGY
 
Rktm kp karang agung
Rktm kp karang agungRktm kp karang agung
Rktm kp karang agung
 
Met1
Met1Met1
Met1
 
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahRancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
 
Poster pemanfaatan sampah
Poster pemanfaatan sampahPoster pemanfaatan sampah
Poster pemanfaatan sampah
 
10394-62940-1-PB.pdf
10394-62940-1-PB.pdf10394-62940-1-PB.pdf
10394-62940-1-PB.pdf
 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkg
 
pompa air tenaga angin
pompa air tenaga anginpompa air tenaga angin
pompa air tenaga angin
 
PENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1 & PANAS BUMI
PENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1  &  PANAS BUMIPENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1  &  PANAS BUMI
PENGENALAN INDUSTRI MIGAS 1 & PANAS BUMI
 
Lmcp1532 bekalan tenaga
Lmcp1532 bekalan tenagaLmcp1532 bekalan tenaga
Lmcp1532 bekalan tenaga
 
Rancang bangun kolektor surya
 Rancang bangun kolektor surya Rancang bangun kolektor surya
Rancang bangun kolektor surya
 

Recently uploaded

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 

Recently uploaded (6)

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 

Jurnal Teknik Mesin

  • 1. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 26 ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT Oleh : M. Yahya Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak Provinsi Sumatera Barat memiliki luas wilayah cukup besar yaitu sekitar 42.297,30 Km2 (4.297.300 ha), termasuk 375 buah pulau besar dan kecil. Mata pencaharian sebagian besar warga di Provinsi ini adalah sebagai pertani, buruh perkebunan dan nelayan. Diantara hasil dari sektor pertanian/ perkebunan dan perikanan adalah padi, kakao /coklat, kelapa, pisang, kopi, teh, kayu, rotan, karet, dan lain-lain) sementara itu hasil dari sektor perikanan adalah ikan, udang dan lain-lain. Para petani di daerah-daerah terpencil atau pedesaan di Sumatera Barat masih mengeringkan hasil-hasil pertaniannya dengan menggunakan metoda pengeringan tradisional yaitu penjemuran secara langsung di bawah sinaran matahari, karena tidak dapat menggunakan alat pengering nonkovensional yaitu alat pengering yang bersumberkan energi listrik dari PT PLN (Persero), sebab daerah mereka belum dijangkau aliran listrik. Pengeringan tradisional memerlukan waktu yang lama serta menghasilkan kualitas rendah. Tujuan penelitian adalah menciptakan dan menguji alat pengering hasil-hasil pertanian (biji kakao/coklat) yang bersumberkan energi surya, serta membandingkannya dengan metoda tradisional. Efisiensi termal alat pengering maksimum, minimum dan rata-rata, masing-masing diperoleh adalah : 59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas matahari maksimum, minimum dan rata-rata yang diterima alat pengering, masing-masing adalah: 937 Watt/m2 , 395 Watt/m2 , dan 687 Watt/m2 . Pada alat pengering, dengan kapasitas 48 kg biji kakao dan kadar air awal 66% untuk mencapai kadar air akhir 6% dibutuhkan waktu empat hari (18 Jam). Sedangkan menggunakan metoda tradisional, untuk waktu yang sama (18 jam) kadar air akhir hanya dapat dicapai 20%. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan: Efisiensi termal alat pengering berbanding terbalik dengan intensitas matahari dan berbanding lurus dengan laju penguapan air bahan. Alat pengering ini lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan metoda tradisional karena waktu pengeringan singkat. Kata kunci: Pengering, hasil-hasil pertanian, daerah pedesaan, energi listrik, energi surya PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten, 143 kecamatan, dengan jumlah penduduk 4.375.080 jiwa/ 1.133.628 kepala keluarga (KK) dengan luas total wilayah sekitar 42.297,30 Km2 (4.297.300 ha); termasuk 375 buah pulau besar dan kecil (Bappenas, 2013). Mata pencaharian sebagian besar warga di Provinsi ini adalah sebagai pertani, buruh perkebunan dan nelayan. Diantara hasil dari sektor pertanian/ perkebunan dan perikanan adalah padi, kakao (coklat)kelapa, pisang, kopi, teh, kayu, rotan, karet dan lain-lain) (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, 2009), sementara itu hasil dari sektor perikanan adalah ikan, udang dan lain-lain. Agar dapat disimpan dalam jangka waktu lama atau sebelum dipasarkan maka salah satunya hasil-hasil ini harus dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dari bahan sampai batas tertentu di mana perkembangan mikrobiologi dan enzim yang menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Namun ada beberapa masalah utama yang dihadapi petani di Sumatera Barat khususnya di daerah-daerah terpencil atau pedesaan di antaranya adalah : 1. Petani masih mengeringkan hasil-hasil pertanian dengan menggunakan metoda pengeringan tradisional yaitu penjemuran secara langsung di bawah sinaran matahari. Metoda pengeringan ini mempunyai beberapa kelemahan seperti: memerlukan tempat penjemuran yang luas, memerlukan waktu yang lama dan kualitas hasil pengeringan rendah. Kualitas hasil pengeringan yang rendah memberi dampak kepada ekonomi petani yaitu kurangnya pendapatan dan kesejahteraan, hal ini disebabkan oleh
  • 2. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 27 produk yang dikeringkan tersebut dijual dengan harga murah. Hal ini juga salah satu penghalang program pemerintah untuk meningkatkan pendidikan nasional karena tidak mampunya petani membiayai pendidikan anak-anak mereka. 2. Petani tidak dapat menggunakan alat pengering nonkovensional yaitu alat pengering yang bersumberkan energi listrik dari PT. PLN (Persero), karena daerah mereka belum dialiri listrik. Untuk mengatasi masalah petani di daerah terpencil atau pedesaan di Sumatera Barat dalam mengeringkan hasil-hasil pertaniannya. Maka diperlukan menciptakan inovasi-inovasi baru khususnya teknologi pengeringan yang tidak menggunakan energi listrik. Tujuan penelitian adalah menciptakan alat pengering hasil-hasil pertanian yang bersumberkan energi surya dan kemudian menguji prestasinya, serta membandingkan dengan metoda tradisional. Pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi alat pengering sangat sesuai dikembangkan di Provinsi Sumatera Barat karena Sumatera Barat terletak di garis katulistiwa (daerah tropis) dan menerima energi surya cukup besar yaitu rata- rata sinaran matahari harian sebesar 4,5 kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9% dan dengan rata-rata jumlah jam sinaran matahari antara 6 hingga 8 jam (Ajar Pratoto, 1991). BAHAN DAN METODE Deskripsi Alat Alat pengering hasil-hasil pertanian merupakan alat pengering di mana sebagian besar energi yang digunakan dalam proses pengeringan adalah energi surya. Alat pengering ini terdiri dari sistem sel surya, kipas, lorong pengering dan turbin ventilator, seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. Sel surya mnghasilkan daya 50 Wp dan kipas yang digunakan 4 buah dengan Model: 120 x 120 x 38, AC 220-240V, 60Hz, 014A. Pengering lorong terdiri dari kolektor surya, ruang pengering, penutup transparan, isolator dan rangka. Kolektor surya menggunakan plat penyerap tipe plat datar dan diberi sirip pada bagian bawahnya. Dimensi kolektor: Panjang 1,5 meter dan lebar 1,20 meter, sedangkan dimensi ruang pengering: Panjang 4 meter dan lebar 1,20 meter. Cara kerja alat pengering ini: udara dari lingkungan dialirkan ke bagian bawah plat penyerap bersirip kolektor surya dengan menggunakan kipas, kipas digerakkan oleh sel surya. Pada kolektor surya udara dipanaskan dengan memamfaatkan energi dari matahari, dan seterusnya udara panas dialirkan ke ruang pengering untuk proses pengeringan. Selanjutnya udara basah diisap dan dibuang ke lingkungan oleh turbin ventilator melalui cerobong. Gambar 1: Photo Alat pengering untuk daerah pedesaan Gambar 2: Photo Battery dan Kipas
  • 3. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 28 Tempat dan Prosedur Pengujian Penelitian dilakukan di halaman Institut Teknologi Padang, Sumatera Barat. Hasil pertanian yang dikeringkan dalam penelitian ini adalah biji kakao, jumlah biji kakao dikeringkan 48 kg. Pengeringan dimulai dari Jam 9:00 sampai jam 16:00. Data dicatat setiap 1 (satu) jam meliputi suhu bola basah dan kering lingkungan, suhu plat penyerap kolektor, suhu ruang pengering, intensitas matahari, kecepatan aliran udara, dan perubahan berat bahan. Analisa kadar air Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan (Surachman.dkk, 2008). Kadar air biji kakao dianalisa menggunakan metode gravimetri. Sampel dikeringkan dengan oven pada temperatur 105o C sampai tidak terjadi perubahan berat. Kadar air ditentukan dengan menggunakan kadar air basis basah yaitu merupakan perbandingan massa air di dalam bahan dengan massa bahan basah seperti berikut: . dW W W WW W M   … (1) dengan: MW = Kadar air basis basah (%) WW = Massa air (kg) Wd = Massa padatan (kg) Analisa efisiensi termal alat pengering Efisiensi termal alat pengering merupakan perbandingan antara energi yang digunakan untuk proses pengeringan terhadap energi yang masuk ke dalam sistem pengering (Surachman.dkk, 2008). Untuk menghitung efisiensi termal alat tersebut digunakan persamaan sebagai berikut: SSLP EV thp QQ Q η   ... (2) dengan: fgairev .HmQ  ... ( 3) LPTLP AIQ  ... (4) SSTSS AIQ  ... (5) di mana: thPη : Efisiensi termal alat pengering (%) Qev : Panas penguapan (Watt) QLP : Energi surya yang diterima pengering lorong (Watt) QSS : Energi surya yang diterima sel surya (Watt) airm : Laju penguapan air bahan (kg/s) fgH : Panas laten penguapan (kJ/kg) IT : Intensitas matahari (W/m2 ) ALP : Luas pengering lorong (m2 ) ASS : Luas sel surya (m2 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian terhadap sebuah alat pengering hasil-hasil pertanian telah dilakukan, hasil pertanian yang dikeringkan biji kakao. Pengujian dilakukan selama empat hari dimulai jam 9:00 sampai jam 16:00 dengan kapasitas pengeringan 48 kg. Biji kakao dikeringkan dari kadar air awal kakao 66 % sehingga kadar air akhir 6%. Dari pengujian diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Gambar (3-10) seperti berikut : Gambar 3 dan 4 menunjukkan variasi intensitas matahari, temperatur lingkungan, temperatur udara keluar kolektor, dan temperatur rata-rata ruang pengering dengan waktu pada hari pertama sampai ke empat. Dari Gambar 3 dan 4 tersebut dapat dilihat bahwa temperatur udara keluar kolektor dan temperatur rata-rata ruang pengering berbanding lurus dengan intensitas matahari, makin tinggi intensitas matahari semakin tinggi temperatur udara keluar kolektor serta temperatur rata-rata ruang pengering, hal ini disebabkan oleh energi matahari yang diserap
  • 4. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 29 plat penyerap dan material diruang pengering juga tinggi. Di samping itu juga terlihat temperatur rata-rata ruang pengering lebih tinggi dari temperatur udara yang keluar dari kolektor, hal ini disebabkan oleh ruang pengering juga menerima sinaran matahari. Pada hari ke dua pengujian hanya dilakukan dua hari, dari jam 10:00 sampai 12:00 karena hari hujan. Temperatur tertinggi udara keluar kolektor dan ruang pengering, masing-masing adalah: hari pertama 43,5o C, 45,2 o C dengan intensitas matahari 843 Watt/m2 , hari ke kedua 41,2o C,43,1o C dengan intensitas matahari 843 Watt/m2 , hari ketiga 43,0o C, 52,2 o C dengan intensitas matahari 904 Watt/m2 , dan sedangkan hari ke empat 49,9o C, 56,3 o C dengan intensitas matahari 936 Watt/m2 . Gambar 5 dan 6 memperlihatkan variasi kadar air bahan pada hari pertama sampai hari ke empat terhadap waktu dengan menggunakan alat pengering dan metoda trasional. Dari Gambar 5 dan 6 dapat dilihat laju pengeringan bahan dengan menggunakan alat pengering lebih besar dari menggunakan cara/metoda tradisional karena temperatur udara di dalam ruang pengering lebih tinggi jika dibandingkan dengan metoda tradisonal, dan juga proses perpindahan panas antara bahan dengan udara secara dengan konveksi paksa karena udara dialirkan menggunakan kipas, sedangkan metoda tradisional secara konveksi alamiah. Pada alat pengering, untuk mencapai kadar air akhir 6% (standar SNI) dari kadar air awal 66% diperlukan waktu empat hari (18 Jam), sedangkan menggunakan cara tradisonal lebih empat hari. Gambar 7 dan 8 menunjukkan variasi intensitas matahari, energi panas penguapan dan energi panas (surya) yang diterima alat pengering dengan waktu pada hari pertama sampai hari ke empat. Dari gambar 7 dan 8 dapat dilihat bahwa energi panas yang diterima alat pengering berbanding lurus dengan intensitas matahari, makin tinggi intensitas matahari semakin tinggi energi panas yang diterima alat pengering. Sedangkan, energi panas penguapan bergantung kepada lamanya proses pengeringan, makin lama proses pengeringan semakin rendah energi panas penguapan, hal ini dikarenakan oleh laju penguapan air bahan semakin rendah. Panas yang digunakan untuk penguapan air bahan dan energi yang diterima alat pengering tertinggi masing-masing adalah : Pada hari pertama 1711Watt dengan intensitas matahari 727 Watt/m2 dan 5565 Watt dengan intensitas matahari 843 Watt/m2 . Hari ke dua 1374Watt dengan intensitas matahari 425 Watt/m2 dan 2808 Watt dengan intensitas matahari 425 Watt/m2 . Hari ke tiga 1074 Watt dengan intensitas matahari 937 Watt/m2 dan 6183 Watt dengan intensitas matahari 425 Watt/m2 . Hari ke empat 459 Watt dengan intensitas matahari 936 Watt/m2 dan 6175 Watt dengan intensitas matahari 936 Watt/m2 . Gambar 9 dan 10 menunjukkan variasi intensitas matahari dan efisiensi termal alat pengering dengan waktu pada hari pertama sampai hari ke empat. Pada Gambar 9 dan 10 sangat jelas terlihat bahawa efisiensi termal alat pengering berbanding terbalik dengan intensitas matahari dan berbanding lurus dengan laju penguapan air bahan. Makin tinggi intensitas matahari yang diterima oleh alat pengering semakin kecil efisiensi alat, hal ini disebabkan banyaknya panas yang hilang melalui penutup kaca ke lingkungan. Sedangan semakin tinggi laju penguapan air bahan semakin tinggi efisensi alat tersebut, hal ini disebabkan jumlah air yang diuapkan dalam bahan cukup banyak. Efisiensi termal alat pengering maksimum, minimum dan rata-rata, masing-masing adalah: 59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas matahari maksimum, minimum dan rata-rata yang diterima alat pengering, masing-masing adalah: 937 Watt/m2 , 395 Watt/m2 , dan 687 Watt/m2 . Gambar 3: Variasi intensitas matahari, temperatur lingkungan, temperatur udara keluar kolektor dan temperatur rata-rata ruang pengering dengan waktu.
  • 5. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 30 Gambar 4: Variasi intensitas matahari, temperatur lingkungan, temperatur udara keluar kolektor, dan temperatur rata-rata ruang pengering dengan waktu. Gambar .5: Variasi kadar air terhadap waktu dengan menggunakan alat pengering dan metoda tradisional. Gambar 6 : Variasi kadar air terhadap waktu dengan menggunakan alat pengering dan metoda tradisional. Gambar 7: Variasi intensitas matahari, energi panas diterima alat pengering dan energi panas penguapan dengan waktu. Gambar 8: Variasi intensitas matahari, energi panas diterima alat pengering dan energi panas penguapan dengan waktu. Gambar 9 : Variasi intensitas matahari dan efisiensi termal alat dengan waktu.
  • 6. Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No. 2, Oktober 2013 : 26 - 31 31 Gambar 10: Variasi intensitas matahari dan efisiensi termal alat dengan waktu. KESIMPULAN Sebuah alat pengering hasil-hasil pertanian dengan sumber energi utama energi surya yang akan digunakan di daerah-daerah terpencil atau pedesaan di Sumatera Barat telah dibuat dan diuji. Bahan yang dikeringkan adalah biji kakao dengan kapasitas 48 kg. Pengujian dilakukan dengan kadar air awal 66% basis basah sehingga kadar air akhir 6% basis basah (sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI). Pada pengujian juga membandingkan waktu yang dibutuhkan mencapai kadar air akhir biji kakao dengan menggunakan alat pengering dan metoda tradisional, dari hasil pengujian dapat disimpulkan: Efisiensi termal alat pengering berbanding terbalik dengan intensitas matahari dan berbanding lurus dengan laju penguapan air bahan. Makin tinggi intensitas matahari yang diterima oleh alat pengering semakin kecil efisiensi alat, hal ini disebabkan banyaknya panas yang hilang melalui penutup kaca ke lingkungan. Sedankan semakin tinggi laju penguapan air bahan semakin tinggi efisensi alat tersebut, hal ini disebabkan jumlah air yang diuapkan dalam bahan cukup banyak. Efisiensi termal alat pengering maksimum, minimum dan rata-rata, masing-masing adalah: 59%, 19%, dan 34%, sedangkan intensitas matahari maksimum, minimum dan rata-rata yang diterima alat pengering, masing-masing adalah: 937 Watt/m2 , 395 Watt/m2 , dan 687 Watt/m2 . Waktu pengeringan alat ini lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan metoda tradisional, untuk waktu yang sama (18 jam) kadar air akhir yang dicapai oleh alat pengering 6%, sedangkan menggunakan metoda tradisional 20%. DAFTAR PUSTAKA [1] Ajar Pratoto, 1991, Kemungkinan Pemanfaatan Energi Surya Untuk Proses Termal Di Sumatera Barat. Seminar Nasional” Energi dan Iklim”, Universitas Andalas, Padang, 23-24 September 1991. [2] Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat. 2009. Data Statistik 2008. Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, Padang. [3] http://www.bappenas.go.id, 2011, Status lingkungan hidup daerah Provinsi Sumatera Barat. [4] Surachman H, Fachrudin D, Sutopo, dan Sumarsono M. 2008. Pengembangan dan pengujian kinerja termal pengering lorong hibrid energi surya-biomassa terpadu. J. Sains dan Teknologi Indonesia 10(3) 157- 164.