SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
 Home
Wednesday 25th May 2016

 Salam Tabligh
 Tafsir Al-Qur’an
 Tuntunan Aqidah
 Tuntunan Akhlak
 Tuntunan Ibadah
 Tuntunan Muamalah
 Syarah Hadist
HomeTuntunan IbadahKeutamaan & Tatacara Shalat Berjamaah
Keutamaan & Tatacara Shalat Berjamaah
Posted by: tuntunanislamMaret 9, 2015Reply
Related Posts
 Ramadhan Syahrun Mubarakun
 Shalat Jenazah
 Shalat Sunnah Wudhu
 Shalat Tahiyatul Masjid
 Shalat Istikharah Mohon Petunjuk Allah
 Seputar Shalat Gerhana (Shalat Kusufain)
 Tatacara Shalat Dhuha
Shalat berjamaah diperintahkan oleh Nabi SAW dengan penekanan khusus. Para alim-ulama
Islam semenjak awal sejarahnya telah mencoba menyelami alasan di balik itu. Ini bukan karena
sekadar mencari pembenar untuk meyakin-yakinkan diri sendiri. Melainkan karena gairah untuk
lebih memahami rahasia di balik perintah Rasul yang maksum itu. Kita di zaman modern ini
ternyata masih saja bisa menemukan makna itu lewat aneka bentuk pengkajian — termasuk
melalui media seperti ini.
Selama hidupnya Nabi SAW selalu menyerukan ditegakkannya shalat. Padahal, perintah shalat
dalam ayat-ayat Al Quran juga seolah diucapkan dalam satu tarikan nafas dengan perintah
bersedekah. Tidak kurang ada 25 tempat dalam Al Quran yang menyerukan shalat setarikan
nafas dengan bersedekah, berzakat atau memberi kepada sesama. Dengan demikian secara
implisit Al Quran menggariskan adanya “fungsi sosial” dari shalat seperti itu.
Karena melihat fakta demikian, dapat dimaklumi bahwa shalat yang benar haruslah dilakukan
secara berjamaah. Sebab, untuk menunaikan perintah lanjutan yang sangat erat kaitannya dengan
perintah shalat —yakni bersedekah atau memberi kepada sesama itu— maka shalat harus
dilakukan secara berjamaah. Sudah tentu dengan cara ”berjamaah yang berkualitas”.
Nabi Geram Kepada yang Tidak Berjamaah
Dalil tentang keutamaan shalat berjamaah kita peroleh dari hadits Ibnu Umar, yang menyatakan
bahwa Rasulullah SAW bersabda,
… ‫ص‬َ‫ال‬‫ص‬‫ة‬‫ص‬ ‫ا‬‫ْل‬ َ‫م‬‫ص‬‫ا‬‫ص‬َِ ‫ص‬َ‫ص‬ْ‫ص‬َ ‫ص‬ ‫ا‬ِ ‫ن‬ْ‫ا‬‫ص‬‫ن‬َ‫ص‬‫ة‬ ‫اا‬ْ‫ص‬َ‫ن‬ ‫ن‬ِ‫ص‬َ‫ا‬‫ْل‬ ‫ن‬‫م‬‫ص‬‫ا‬‫ص‬َ ‫ا‬ ‫ن‬ْ َ ‫ص‬َ‫ا‬َ‫ص‬َ ‫ن‬
”Shalat jama’ah melebihi shalat sendirian dengan (pahala) dua puluh tujuh derajat.”
(Muttafaqun ‘alaih Fathul Bari II: 131 nomor 645; Muslim I: 450 nomor 650; Tirmidzi I: 138
nomor 215; Nasa’i II nomor 103 dan Ibnu Majah I: 259 nomor 789).
Tentu saja masih banyak hadits yang mendukung itu, baik tentang besaran pahala, maupun
keutamaan yang lain. Tentang besaran pahala, ada hadits sahih yang menyebut angka 25 derajat.
Apapun halnya, angka-angka itu menunjukkan kelebihan shalat berjamaah yang jauh di atas
shalat yang dilaksanakan secara soliter. Tidak salah pula kiranya kalau angka itu tidak dipahami
secara eksak-matematis, melainkan dalam pengertian kiasan, yang pada intinya menunjukkan
keutamaan luarbiasa dari shalat berjamaah.
Ada hadits Nabi yang memperlihatkan betapa junjungan kita itu merasa sangat geram manakala
umatnya shalat sendiri-sendiri.
Rasulullah saw. bersabda, “Mau aku rasanya menyuruh orang untuk shalat… kemudian aku
pergi bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar untuk mendatangi mereka yang tidak
ikut shalat dan membakar rumah-rumah mereka …. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
dengan lafal dari Muslim).
Tentu saja hadits tersebut sifatnya pengandaian; untuk menggambarkan betapa sungguh-sungguh
seruan Nabi untuk berjamaah. Faktanya, sepanjang sejarah tidak sampai ada rumah yang dibakar
Nabi karena alasan itu — bahkan untuk alasan lain manapun. Kaum muslimin sudah cukup
diyakinkan dengan seruan Nabi yang dimuliakan mereka, atau cukup dengan pelbagai bentuk
pahala yang dijanjikan, tidak sampai perlu dipaksa-paksa. Tentu saja ada pengecualiannya,
yakni: kaum munafik.
Dalam variasi riwayat yang lain Nabi SAW melengkapi pengandaian itu dengan kalimat berikut:
“… Shalat Isya’ dan shalat Fajar adalah shalat yang paling dirasakan berat bagi orang-orang
munafik. Padahal kalau saja mereka tahu, niscaya mereka akan mendatangi masjid bahkan
kalau perlu dengan merangkak sekalipun.”
Memang nyaris tidak ada perkecualian bagi setiap lelaki untuk berjamaah di masjid. Dalam
kondisi apapun, setiap laki-laki hendaknya shalat berjamaah dengan dasar hukum sunnah
muakadah (yang dikuatkan hingga mendekati wajib). Bahkan jika dia buta pun, tetap diharuskan
untuk berjamaah di masjid. (Lihat boks: Ikuti Arah Kumandang Adzan.) . Untuk kaum
perempuan, Nabi memberi kemudahan tidak harus berjamaah di masjid. Namun karena
berjamaah itu nilainya 27 derajat lebih tinggi, maka sudah tentu perempuan pun harus
menunaikannya —kendati itu dilaksanakan di rumah.
Jamaahnya di Mana?
Para laki-laki sudah tentu berjamaahnya di masjid. Hal itu lebih utama. Sementara bagi
perempuan, hendaknya suaminya jangan sampai melarang jika mereka bermaksud berjamaah di
masjid. Tuntunan Nabi tentang itu termaktub dalam hadits berikut:
“Janganlah kalian melarang para wanita (pergi) ke masjid dan hendaklah mereka keluar
dengan tidak memakai wangi-wangian.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, hadits shahih)
Dari situ kita tahu bahwa perempuan pergi ke masjid itu diseyogyakan manakala manfaatnya
lebih besar atau kalau mudaratnya (dampak dari ‘memakai wangi-wangian’) bisa dihindarkan.
Frasa “memakai wangi-wangian” dalam teks hadits itu hendaknya tidak dipahami harafiah;
bukannya terlarang memakai parfum, melainkan harus dipahami sebagai “hal itu akan memberi
dampak tertentu kepada orang lain (laki-laki)”. Kita tahu, parfum adalah peranti yang sangat
efektif untuk menarik perhatian orang lain. Selain itu, jika tidak ditekankan demikian, ada
kemungkinan terjadi jamaah saling berlomba mengenakan parfum. Bahkan di zaman sekarang
pun, sudah tentu segi negatif dari hal ini akan segera tampak.
Dengan demikian, jika disesuaikan dengan konteks zaman kita sekarang, di mana keadaan sudah
sangat kondusif, aman dan damai, maka perempuan shalat berjamaah di masjid merupakan
keniscayaan. Namun perlu segera diingat bahwa ada hadits sahih yang menyitir sabda Nabi yang
dinilai shahih oleh Abu Daud sebagai berikut:
“Janganlah kamu sekalian mencegah istri-istrimu pergi ke masjid, namun (ingat) rumah-rumah
mereka lebih baik bagi mereka.”
Tatacara Shalat Berjamaah
Bagaimana shalat jamaah dilaksanakan? Ada beberapa topik terkait dengan pelaksanaan shalat
berjamaah, yakni: penetapan imam, posisi imam dan makmum, cara makmum menyusul karena
terlambat (masbuq), ahlaq sebagai imam, ahlaq sebagai makmum terhadap imam, keutamaan
setelah shalat.
Penetapan imam. Untuk menetapkan imam yang didahulukan ialah orang yang lebih banyak
memiliki hafalan Al Quran dan lebih memahami hukum Islam. Apabila di kalangan para jamaah
itu dinilai setara, maka didahulukan yang lebih pandai dan lebih mengetahui tentang sunnah-
sunnah Nabi SAW. Kriteria lainnya adalah didahulukan orang yang lebih dahulu berhijrah.
Apabila sama juga, maka didahulukan yang lebih tua usianya.
“Rasulullah SAW berkata kepada kami: “Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum
adalah yang paling hafal al Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka
sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dahulu hijrahnya. Apabila mereka
sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian
menjadi imam atas seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki
permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya” [HR Muslim]
Hadits di atas sekaligus menyebut adab shalat yang harus kita indahkan. Yakni, jangan menjadi
imam terhadap keluarga seseorang kecuali orang itu mengijinkan atau meminta. Bahkan sekadar
“menduduki permadani di rumah” seseorang pun hendaknya harus seijin si pemilik. Untuk yang
terakhir ini, bisa saja itu dalam konteks shalat; namun bisa jadi tidak berkaitan dengan shalat.
Karena itu, khususnya dalam komunitas jamaah shalat baru (misalnya di suatu masjid yang
jamaahnya semula tidak saling kenal) seseorang tidak boleh maju dan mengangkat diri sendiri,
melainkan diangkat dan dipilih jamaahnya. Mengapa? Karena dengan maju mengangkat diri
sendiri itu berarti dia menganggap dialah yang paling memenuhi kriteria imam seperti hadits di
atas. Nah, bukankah itu jumawa? Akhlaq yang dituntunkan Nabi SAW mencegah kita berlaku
demikian.
Jika Datang Telat Berjamaah
Adab yang dituntunkan Nabi SAW, kita datang ke masjid untuk berjamaah dengan suasana hati
tenang dan tidak tergesa-gesa. Shalat pun diharuskan untuk tuma’ninah, tenang, las-lasan (bhs
Jawa). Manakala shalat jamaah sudah didirikan, orang yang datang belakangan hendaknya juga
tidak buru-buru, tidak perlu tergesa-gesa demikian rupa sehingga galau (kemrungsung – Jw).
Orang yang datang terlambat itu (disebut masbuq), berusaha bergabung dengan shalat jamaah
yang sedang berlangsung dan tidak mendirikan shalat sendiri. Terlebih lagi kalau dia hanya
sendirian. Untuk keadaan seperti ini sunnah Nabi menuntunkan sebagai berikut: Dia takbiratul
ihram lebih dulu, lalu takbir untuk mengikuti gerakan yang paling mungkin dia ikuti. Kalau dia
menemukan imam sudah sujud, maka dia langsung mengikuti imam — pendeknya dia mengikuti
imam dalam keadaan imam sedang melakukan gerakan shalat apapun.
Kalau saja saat dia bergabung imam sudah dalam keadaan tahiyat akhir —sehingga tinggal
menunaikan salam— maka dia langsung duduk bersimpuh tahiyat akhir. Namun ketika imam
mengucap salam, dia tidak mengikuti salam, melainkan bangkit berdiri dan menggenapkan
kekurangan jumlah rakaatnya. Jika dia bergabung tadi masih sempat mengikuti ruku’, maka dia
dihitung sudah mengikuti 1 (satu) rakaat. Tapi kalau dia bergabung tepat saat imam mengucap
“samiallahu liman hamidah”, maka itu belum dihitung satu rakaat. Jadi dia menggenapkan
kekurangannya.
POSISI IMAM DAN MAKMUM DALAM SHALAT JAMAAH
Berdasar dalil Sunah Nabi SAW yang sahih dan makbulah, posisi imam dan makmum adalah
sebagai berikut:
1. Jika imam dan makmum sama-sama laki-laki, dan makmum pun hanya seorang, maka dia
berdiri di sebelah kanannya sejajar dengan posisi imam.
2. Jika imam laki-laki diikuti satu atau lebih jamaah perempuan, maka posisi makmum berada di
belakang imam.
3. Jika imam dua orang atau lebih dan semuanya sama jenis kelaminnya: Makmum berdiri
membentuk shaf di belakang imam. Shaf dibentuk dimulai tepat dari belakang imam, terus
dipenuhi ke sebelah kanan, baru diteruskan dengan memenuhi sebelah kiri imam dan kirinya lagi
sampai penuh.
4. Jika makmumnya laki-laki dan perempuan, maka makmum laki-laki di depan, lalu makmum
perempuan di belakang makmum laki-laki. Ini berlaku untuk jumlah berapapun makmumnya.
Cara menyusun shafnya dimulai dari tengah (tepat di belakang imam), lalu untuk lebih afdal
dengan memenuhi dulu sisi kanan dari belakang imam diteruskan dari belakang imam ke kiri.
5. Imam perempuan jika diikuti oleh makmum perempuan mengikuti tatacara sebagai
berikut:
o Untuk makmum seorang, berdiri di sebelah kanan imam:
o
o Untuk makmum perempuan lebih dari seorang dan bahkan dengan shaf yang lebih
dari satu, posisi imam berada di tengah-tengah shaf pertama, lalu shaf berikutnya
berjajar di belakangnya:
o
o
Baca:
JAWABAN PAK AR 10 PERTANYAAN SEPUTAR SHALAT DAN DOA
Prev
Next







Most view article
 Shalat Sunnah yang Utama - 105087 Views
 Sikap Orang-orang Munafik - 73846 Views
 Keutamaan & Tatacara Shalat Berjamaah - 70953 Views
 Shalat Jum’at dan Tatacaranya - 65403 Views
 10 PERTANYAAN SEPUTAR SHALAT DAN DOA - 45759 Views
 Recent
 Popular

Ramadhan Syahrun Mubarakun

Tidak Mencela Melaknat Bicara Kotor

Dilarang Bergunjing (Ghibah)

Jual-Beli Dilarang

Jual-Beli Diperbolehkan
Next »
Statistik
Copyright © Rumah Kreatif | powered by FP Rumah Kreatif
back to top





More Related Content

What's hot

Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]badruzaman82
 
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'Yodhia Antariksa
 
tajuk 3 fikh as-solah
 tajuk 3  fikh as-solah tajuk 3  fikh as-solah
tajuk 3 fikh as-solahNURUL AZREEN
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahALI FIKRI
 
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatAncaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatNila Fauziah
 
Pengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan PensyariatannyaPengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan PensyariatannyaAnas Sa'dullah
 
Shalat tarawih kls 6
Shalat tarawih kls 6Shalat tarawih kls 6
Shalat tarawih kls 6Amran Jaya
 
KPT 5033 Solat Berjemaah
KPT 5033 Solat BerjemaahKPT 5033 Solat Berjemaah
KPT 5033 Solat Berjemaahwannazrs
 
Hakikat dan Keutamaan Shalat
Hakikat dan Keutamaan ShalatHakikat dan Keutamaan Shalat
Hakikat dan Keutamaan ShalatAkhmad Junaidi
 
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahIltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahMuhammad Jamhuri
 

What's hot (19)

Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
 
PPT Sholat Tarawih dan Witir
PPT Sholat Tarawih dan WitirPPT Sholat Tarawih dan Witir
PPT Sholat Tarawih dan Witir
 
Data yasmin
Data yasminData yasmin
Data yasmin
 
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
Panduan Meraih Kenikmatan Shalat Khusyu'
 
Ppt tarawih
Ppt tarawihPpt tarawih
Ppt tarawih
 
tajuk 3 fikh as-solah
 tajuk 3  fikh as-solah tajuk 3  fikh as-solah
tajuk 3 fikh as-solah
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
 
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatAncaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
 
Pengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan PensyariatannyaPengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan Pensyariatannya
 
Shalat jumat
Shalat jumatShalat jumat
Shalat jumat
 
Shalat tarawih kls 6
Shalat tarawih kls 6Shalat tarawih kls 6
Shalat tarawih kls 6
 
Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01Tafsir surat al ma'un-01
Tafsir surat al ma'un-01
 
KPT 5033 Solat Berjemaah
KPT 5033 Solat BerjemaahKPT 5033 Solat Berjemaah
KPT 5033 Solat Berjemaah
 
1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat
 
Mengenali Tasauf
Mengenali TasaufMengenali Tasauf
Mengenali Tasauf
 
Solat Khusyu
Solat KhusyuSolat Khusyu
Solat Khusyu
 
Khusyu[1]
Khusyu[1]Khusyu[1]
Khusyu[1]
 
Hakikat dan Keutamaan Shalat
Hakikat dan Keutamaan ShalatHakikat dan Keutamaan Shalat
Hakikat dan Keutamaan Shalat
 
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahIltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
 

Similar to Sholat

3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamahasni furoida
 
agama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ahagama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ahAfrina Kurnia
 
Imam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhila
Imam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhilaImam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhila
Imam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhilaSyifa Dhila
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbihAnisK9
 
Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3
Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3
Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3mas_mughni
 
Menjadi imam shalat jamaah
Menjadi imam shalat jamaahMenjadi imam shalat jamaah
Menjadi imam shalat jamaahNovia Sumanti
 
Fiqh Shalat jum’at.pptx
Fiqh Shalat jum’at.pptxFiqh Shalat jum’at.pptx
Fiqh Shalat jum’at.pptxAlmahdiMuhammad
 
Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)
Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)
Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)asilahani
 
RPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi Revisi
RPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi RevisiRPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi Revisi
RPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi Revisikreasi_cerdik
 
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Andre Milanisti
 
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Andre Milanisti
 
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Andre Milanisti
 

Similar to Sholat (20)

3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah
 
Adzan dan iqomah
Adzan dan iqomahAdzan dan iqomah
Adzan dan iqomah
 
Materi Adzan dan Iqama
Materi Adzan dan IqamaMateri Adzan dan Iqama
Materi Adzan dan Iqama
 
Shalat jamaah
Shalat jamaahShalat jamaah
Shalat jamaah
 
agama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ahagama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ah
 
Materi fiqih vii
Materi fiqih viiMateri fiqih vii
Materi fiqih vii
 
Imam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhila
Imam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhilaImam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhila
Imam dan khotib (X SCI A/Smandabdl) by syifadhila
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
Kuliah Mingguan Fiqh Wanita (Siri 7)
Kuliah Mingguan Fiqh Wanita (Siri 7)Kuliah Mingguan Fiqh Wanita (Siri 7)
Kuliah Mingguan Fiqh Wanita (Siri 7)
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3
Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3
Fiqih kelas 7 sm 1 pelajaran 3
 
Menjadi imam shalat jamaah
Menjadi imam shalat jamaahMenjadi imam shalat jamaah
Menjadi imam shalat jamaah
 
Fiqh Shalat jum’at.pptx
Fiqh Shalat jum’at.pptxFiqh Shalat jum’at.pptx
Fiqh Shalat jum’at.pptx
 
Hukum-Shalat
Hukum-ShalatHukum-Shalat
Hukum-Shalat
 
Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)
Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)
Solat berjemaah masbuq, muwafiq, istikhlaf & (1)
 
RPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi Revisi
RPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi RevisiRPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi Revisi
RPP Fiqih Kelas 7 MTs Kurtilas Edisi Revisi
 
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
 
Rppfiqihkelas7mts
Rppfiqihkelas7mtsRppfiqihkelas7mts
Rppfiqihkelas7mts
 
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
 
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
Rppfiqihkelas7mtskurtilasedisirevisi 141126084558-conversion-gate01
 

Sholat

  • 1.  Home Wednesday 25th May 2016   Salam Tabligh  Tafsir Al-Qur’an  Tuntunan Aqidah  Tuntunan Akhlak  Tuntunan Ibadah  Tuntunan Muamalah  Syarah Hadist HomeTuntunan IbadahKeutamaan & Tatacara Shalat Berjamaah Keutamaan & Tatacara Shalat Berjamaah Posted by: tuntunanislamMaret 9, 2015Reply Related Posts  Ramadhan Syahrun Mubarakun  Shalat Jenazah  Shalat Sunnah Wudhu  Shalat Tahiyatul Masjid  Shalat Istikharah Mohon Petunjuk Allah  Seputar Shalat Gerhana (Shalat Kusufain)
  • 2.  Tatacara Shalat Dhuha Shalat berjamaah diperintahkan oleh Nabi SAW dengan penekanan khusus. Para alim-ulama Islam semenjak awal sejarahnya telah mencoba menyelami alasan di balik itu. Ini bukan karena sekadar mencari pembenar untuk meyakin-yakinkan diri sendiri. Melainkan karena gairah untuk lebih memahami rahasia di balik perintah Rasul yang maksum itu. Kita di zaman modern ini ternyata masih saja bisa menemukan makna itu lewat aneka bentuk pengkajian — termasuk melalui media seperti ini. Selama hidupnya Nabi SAW selalu menyerukan ditegakkannya shalat. Padahal, perintah shalat dalam ayat-ayat Al Quran juga seolah diucapkan dalam satu tarikan nafas dengan perintah bersedekah. Tidak kurang ada 25 tempat dalam Al Quran yang menyerukan shalat setarikan nafas dengan bersedekah, berzakat atau memberi kepada sesama. Dengan demikian secara implisit Al Quran menggariskan adanya “fungsi sosial” dari shalat seperti itu. Karena melihat fakta demikian, dapat dimaklumi bahwa shalat yang benar haruslah dilakukan secara berjamaah. Sebab, untuk menunaikan perintah lanjutan yang sangat erat kaitannya dengan perintah shalat —yakni bersedekah atau memberi kepada sesama itu— maka shalat harus dilakukan secara berjamaah. Sudah tentu dengan cara ”berjamaah yang berkualitas”. Nabi Geram Kepada yang Tidak Berjamaah Dalil tentang keutamaan shalat berjamaah kita peroleh dari hadits Ibnu Umar, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, … ‫ص‬َ‫ال‬‫ص‬‫ة‬‫ص‬ ‫ا‬‫ْل‬ َ‫م‬‫ص‬‫ا‬‫ص‬َِ ‫ص‬َ‫ص‬ْ‫ص‬َ ‫ص‬ ‫ا‬ِ ‫ن‬ْ‫ا‬‫ص‬‫ن‬َ‫ص‬‫ة‬ ‫اا‬ْ‫ص‬َ‫ن‬ ‫ن‬ِ‫ص‬َ‫ا‬‫ْل‬ ‫ن‬‫م‬‫ص‬‫ا‬‫ص‬َ ‫ا‬ ‫ن‬ْ َ ‫ص‬َ‫ا‬َ‫ص‬َ ‫ن‬ ”Shalat jama’ah melebihi shalat sendirian dengan (pahala) dua puluh tujuh derajat.” (Muttafaqun ‘alaih Fathul Bari II: 131 nomor 645; Muslim I: 450 nomor 650; Tirmidzi I: 138 nomor 215; Nasa’i II nomor 103 dan Ibnu Majah I: 259 nomor 789). Tentu saja masih banyak hadits yang mendukung itu, baik tentang besaran pahala, maupun keutamaan yang lain. Tentang besaran pahala, ada hadits sahih yang menyebut angka 25 derajat. Apapun halnya, angka-angka itu menunjukkan kelebihan shalat berjamaah yang jauh di atas shalat yang dilaksanakan secara soliter. Tidak salah pula kiranya kalau angka itu tidak dipahami secara eksak-matematis, melainkan dalam pengertian kiasan, yang pada intinya menunjukkan keutamaan luarbiasa dari shalat berjamaah. Ada hadits Nabi yang memperlihatkan betapa junjungan kita itu merasa sangat geram manakala umatnya shalat sendiri-sendiri. Rasulullah saw. bersabda, “Mau aku rasanya menyuruh orang untuk shalat… kemudian aku pergi bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar untuk mendatangi mereka yang tidak ikut shalat dan membakar rumah-rumah mereka …. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dengan lafal dari Muslim).
  • 3. Tentu saja hadits tersebut sifatnya pengandaian; untuk menggambarkan betapa sungguh-sungguh seruan Nabi untuk berjamaah. Faktanya, sepanjang sejarah tidak sampai ada rumah yang dibakar Nabi karena alasan itu — bahkan untuk alasan lain manapun. Kaum muslimin sudah cukup diyakinkan dengan seruan Nabi yang dimuliakan mereka, atau cukup dengan pelbagai bentuk pahala yang dijanjikan, tidak sampai perlu dipaksa-paksa. Tentu saja ada pengecualiannya, yakni: kaum munafik. Dalam variasi riwayat yang lain Nabi SAW melengkapi pengandaian itu dengan kalimat berikut: “… Shalat Isya’ dan shalat Fajar adalah shalat yang paling dirasakan berat bagi orang-orang munafik. Padahal kalau saja mereka tahu, niscaya mereka akan mendatangi masjid bahkan kalau perlu dengan merangkak sekalipun.” Memang nyaris tidak ada perkecualian bagi setiap lelaki untuk berjamaah di masjid. Dalam kondisi apapun, setiap laki-laki hendaknya shalat berjamaah dengan dasar hukum sunnah muakadah (yang dikuatkan hingga mendekati wajib). Bahkan jika dia buta pun, tetap diharuskan untuk berjamaah di masjid. (Lihat boks: Ikuti Arah Kumandang Adzan.) . Untuk kaum perempuan, Nabi memberi kemudahan tidak harus berjamaah di masjid. Namun karena berjamaah itu nilainya 27 derajat lebih tinggi, maka sudah tentu perempuan pun harus menunaikannya —kendati itu dilaksanakan di rumah. Jamaahnya di Mana? Para laki-laki sudah tentu berjamaahnya di masjid. Hal itu lebih utama. Sementara bagi perempuan, hendaknya suaminya jangan sampai melarang jika mereka bermaksud berjamaah di masjid. Tuntunan Nabi tentang itu termaktub dalam hadits berikut: “Janganlah kalian melarang para wanita (pergi) ke masjid dan hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangi-wangian.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, hadits shahih) Dari situ kita tahu bahwa perempuan pergi ke masjid itu diseyogyakan manakala manfaatnya lebih besar atau kalau mudaratnya (dampak dari ‘memakai wangi-wangian’) bisa dihindarkan. Frasa “memakai wangi-wangian” dalam teks hadits itu hendaknya tidak dipahami harafiah; bukannya terlarang memakai parfum, melainkan harus dipahami sebagai “hal itu akan memberi dampak tertentu kepada orang lain (laki-laki)”. Kita tahu, parfum adalah peranti yang sangat efektif untuk menarik perhatian orang lain. Selain itu, jika tidak ditekankan demikian, ada kemungkinan terjadi jamaah saling berlomba mengenakan parfum. Bahkan di zaman sekarang pun, sudah tentu segi negatif dari hal ini akan segera tampak. Dengan demikian, jika disesuaikan dengan konteks zaman kita sekarang, di mana keadaan sudah sangat kondusif, aman dan damai, maka perempuan shalat berjamaah di masjid merupakan keniscayaan. Namun perlu segera diingat bahwa ada hadits sahih yang menyitir sabda Nabi yang dinilai shahih oleh Abu Daud sebagai berikut: “Janganlah kamu sekalian mencegah istri-istrimu pergi ke masjid, namun (ingat) rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” Tatacara Shalat Berjamaah
  • 4. Bagaimana shalat jamaah dilaksanakan? Ada beberapa topik terkait dengan pelaksanaan shalat berjamaah, yakni: penetapan imam, posisi imam dan makmum, cara makmum menyusul karena terlambat (masbuq), ahlaq sebagai imam, ahlaq sebagai makmum terhadap imam, keutamaan setelah shalat. Penetapan imam. Untuk menetapkan imam yang didahulukan ialah orang yang lebih banyak memiliki hafalan Al Quran dan lebih memahami hukum Islam. Apabila di kalangan para jamaah itu dinilai setara, maka didahulukan yang lebih pandai dan lebih mengetahui tentang sunnah- sunnah Nabi SAW. Kriteria lainnya adalah didahulukan orang yang lebih dahulu berhijrah. Apabila sama juga, maka didahulukan yang lebih tua usianya. “Rasulullah SAW berkata kepada kami: “Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling hafal al Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dahulu hijrahnya. Apabila mereka sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian menjadi imam atas seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya” [HR Muslim] Hadits di atas sekaligus menyebut adab shalat yang harus kita indahkan. Yakni, jangan menjadi imam terhadap keluarga seseorang kecuali orang itu mengijinkan atau meminta. Bahkan sekadar “menduduki permadani di rumah” seseorang pun hendaknya harus seijin si pemilik. Untuk yang terakhir ini, bisa saja itu dalam konteks shalat; namun bisa jadi tidak berkaitan dengan shalat. Karena itu, khususnya dalam komunitas jamaah shalat baru (misalnya di suatu masjid yang jamaahnya semula tidak saling kenal) seseorang tidak boleh maju dan mengangkat diri sendiri, melainkan diangkat dan dipilih jamaahnya. Mengapa? Karena dengan maju mengangkat diri sendiri itu berarti dia menganggap dialah yang paling memenuhi kriteria imam seperti hadits di atas. Nah, bukankah itu jumawa? Akhlaq yang dituntunkan Nabi SAW mencegah kita berlaku demikian. Jika Datang Telat Berjamaah Adab yang dituntunkan Nabi SAW, kita datang ke masjid untuk berjamaah dengan suasana hati tenang dan tidak tergesa-gesa. Shalat pun diharuskan untuk tuma’ninah, tenang, las-lasan (bhs Jawa). Manakala shalat jamaah sudah didirikan, orang yang datang belakangan hendaknya juga tidak buru-buru, tidak perlu tergesa-gesa demikian rupa sehingga galau (kemrungsung – Jw). Orang yang datang terlambat itu (disebut masbuq), berusaha bergabung dengan shalat jamaah yang sedang berlangsung dan tidak mendirikan shalat sendiri. Terlebih lagi kalau dia hanya sendirian. Untuk keadaan seperti ini sunnah Nabi menuntunkan sebagai berikut: Dia takbiratul ihram lebih dulu, lalu takbir untuk mengikuti gerakan yang paling mungkin dia ikuti. Kalau dia menemukan imam sudah sujud, maka dia langsung mengikuti imam — pendeknya dia mengikuti imam dalam keadaan imam sedang melakukan gerakan shalat apapun. Kalau saja saat dia bergabung imam sudah dalam keadaan tahiyat akhir —sehingga tinggal menunaikan salam— maka dia langsung duduk bersimpuh tahiyat akhir. Namun ketika imam mengucap salam, dia tidak mengikuti salam, melainkan bangkit berdiri dan menggenapkan kekurangan jumlah rakaatnya. Jika dia bergabung tadi masih sempat mengikuti ruku’, maka dia
  • 5. dihitung sudah mengikuti 1 (satu) rakaat. Tapi kalau dia bergabung tepat saat imam mengucap “samiallahu liman hamidah”, maka itu belum dihitung satu rakaat. Jadi dia menggenapkan kekurangannya. POSISI IMAM DAN MAKMUM DALAM SHALAT JAMAAH Berdasar dalil Sunah Nabi SAW yang sahih dan makbulah, posisi imam dan makmum adalah sebagai berikut: 1. Jika imam dan makmum sama-sama laki-laki, dan makmum pun hanya seorang, maka dia berdiri di sebelah kanannya sejajar dengan posisi imam. 2. Jika imam laki-laki diikuti satu atau lebih jamaah perempuan, maka posisi makmum berada di belakang imam.
  • 6. 3. Jika imam dua orang atau lebih dan semuanya sama jenis kelaminnya: Makmum berdiri membentuk shaf di belakang imam. Shaf dibentuk dimulai tepat dari belakang imam, terus dipenuhi ke sebelah kanan, baru diteruskan dengan memenuhi sebelah kiri imam dan kirinya lagi sampai penuh. 4. Jika makmumnya laki-laki dan perempuan, maka makmum laki-laki di depan, lalu makmum perempuan di belakang makmum laki-laki. Ini berlaku untuk jumlah berapapun makmumnya.
  • 7. Cara menyusun shafnya dimulai dari tengah (tepat di belakang imam), lalu untuk lebih afdal dengan memenuhi dulu sisi kanan dari belakang imam diteruskan dari belakang imam ke kiri.
  • 8. 5. Imam perempuan jika diikuti oleh makmum perempuan mengikuti tatacara sebagai berikut: o Untuk makmum seorang, berdiri di sebelah kanan imam: o o Untuk makmum perempuan lebih dari seorang dan bahkan dengan shaf yang lebih dari satu, posisi imam berada di tengah-tengah shaf pertama, lalu shaf berikutnya berjajar di belakangnya: o o Baca: JAWABAN PAK AR 10 PERTANYAAN SEPUTAR SHALAT DAN DOA
  • 9. Prev Next        Most view article  Shalat Sunnah yang Utama - 105087 Views  Sikap Orang-orang Munafik - 73846 Views  Keutamaan & Tatacara Shalat Berjamaah - 70953 Views  Shalat Jum’at dan Tatacaranya - 65403 Views  10 PERTANYAAN SEPUTAR SHALAT DAN DOA - 45759 Views  Recent  Popular  Ramadhan Syahrun Mubarakun
  • 10.  Tidak Mencela Melaknat Bicara Kotor  Dilarang Bergunjing (Ghibah)  Jual-Beli Dilarang  Jual-Beli Diperbolehkan Next » Statistik Copyright © Rumah Kreatif | powered by FP Rumah Kreatif back to top    