1. Artikel Penelitian
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 1, Januari 2010
Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merah
dalam Mengurangi Gejala
Keputihan Fisiologis
Farida Zubier,*
Kusmarinah Bramono,*
Sandra Widaty,*
Hanny Nilasari,*
Melva Louisa,**
Yeva Rosana***
*
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
**
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
***
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak: Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari genitalia eksterna merupakan hal
yang kerap dikeluhkan seorang wanita. Piper crocatum extract atau ekstrak daun sirih merah
diketahui memiliki kandungan kimia yang berefek antiseptik dan antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek antiseptik sabun ekstrak sirih merah dan melihat efeknya
dalam mengurangi gejala keputihan fisiologis pada daerah genital dengan disain uji klinik
terbuka, komparatif, 2 kelompok berpasangan. Dari 52 subjek yang ditapis, 35 subjek memenuhi
kriteria seleksi dan ikut serta dalam uji klinik hingga selesai. Sabun ekstrak sirih merah atau
kontrol yang dioleskan pada perineum mengurangi koloni Candida albicans dan Staphylococ-
cus epidermidis. Tidak ditemukan Streptococcus sp. pada perineum yang dioles produk uji
maupun kontrol. Sabun ekstrak sirih merah mengurangi skor klinis total (kulit kemerahan,
bau, skor lendir, edema dan skuamasi) dari 1,40 menjadi 0,20 setelah penggunaan selama 1
minggu. Evaluasi kartu harian subjek pada hari ke-1 dan hari ke-8 menunjukkan bahwa produk
sirih merah menurunkan skor keputihan dari 0,65 pada hari pertama penggunaan produk
menjadi 0,24 pada hari ke-8. Hanya ada satu kejadian yang tidak diinginkan yaitu skuamasi.
Kata kunci: ekstrak sirih merah, keputihan, Candida sp., Staphylococcus epidermidis, Strepto-
coccus sp.
9
2. Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 1, Januari 2010
The efficacy of Piper crocatum Extract in Reducing the Symptoms of
Physiological Fluor Albus
Farida Zubier,*
Kusmarinah Bramono,*
Sandra Widaty,*
Hanny Nilasari,*
Melva Louisa,**
Yeva Rosana***
*Department of Dermato-Venereology Faculty of Medicine University of Indonesia/
Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta,
**Department of Pharmacology and Therapeutic Faculty of Medicine University of Indonesia,
***Department of Microbiology Faculty of Medicine University of Indonesia
Abstract: Leukorrhea or increased vaginal discharge is a common complaint female adolescences.
Piper crocatum extract or red betel vine extract is known to have antiseptic and antibacterial
effect. The aim of the study was to investigate the antiseptic effect of Piper crocatum extract soap
in the reduction of symptoms of physiologic leukorrhea in the external genitalia area. This was an
open, comparative, 2 parallel groups, clinical trial. Thirty five out of 52 screened subjects met the
selection criteria and finished the clinical trial. In the evaluation of Candida sp, Streptococcus sp.
and Staphylococcus epidermidis on the product-smeared or control-smeared perineum, it was
found that the colony of Candida sp. and Streptococcus epidermidis is less on the product-
smeared perineum than in the control-smeared perineum. Streptococcus sp. was not found in both
product-smeared or control-smeared perineum. Piper crocatum extract soap reduced the total
score (skin redness, unpleasant odor, score of vaginal discharge, edema and squammation) from
1,40 to 0,20 after one week. From the analysis of the subjects’ diary card it was found that Piper
crocatum extract soap reduced the score of vaginal discharge from 0,65 (Day 1) to 0,24 (Day 8).
There is no adverse event recorded except for one event of squammation.
Key words: red betel vine extract, leucorrhea, Candida sp., Staphylococcus epidermidis, Strepto-
coccus sp.
Pendahuluan
Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari geni-
talia eksterna merupakan hal yang kerap dikeluhkan seorang
wanita.1
Lebih dari 75% wanita dewasa pernah mengalami
keputihan sepanjang siklus hidupnya.1,2
Bila ditinjau dari
penyebabnya, maka keputihan dapat dibedakan menjadi
keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Salah satu
penyebab keputihan patologis adalah jamur Candida sp.
terutama spesies Candida albicans yang sebenarnya
merupakan flora normal vagina. Penyebab lain adalah bakteri,
antara lain Streptococcus sp., meskipun jarang. Candida sp.
dan Streptococcus sp. dapat ditemukan pada arena genital
luar (perineum) yang dapat masuk ke dalam vagina setelah
berhubungan seksual.3
Keputihan dapat disertai dengan
keluhan subjektif rasa gatal, bau yang tidak sedap dan rasa
tidak nyaman saat berhubungan seksual akibat terlalu banyak
lendir vagina serta rasa basah di daerah kelamin.1,3
Piper crocatum extract atau ekstrak daun sirih merah
adalah salah satu bahan tradisional yang telah lama
dimanfaatkan secara empiris untuk mengobati berbagai
penyakit antara lain diabetes melitus, hemorrhoid, inflamasi,
kanker, peningkatan kadar asam urat, hipertensi, hepatitis
dan gastritis.4,5
Daun sirih merah mempunyai daya antiseptik
dua kali lebih tinggi dari daun sirih hijau. Kandungan kimia
dalam ekstrak sirih merah antara lain adalah minyak atsiri,
hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, alilprokatekol, karvakrol,
eugenol, p-cymene, cineole, cariofelen, kadimen estragol,
terpen dan fenil propada. Karvakrol bersifat desinfektan dan
antijamur sehingga digunakan sebagai obat antiseptik untuk
bau mulut dan keputihan.5
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
khasiat antiseptik dan antibakteri sirih merah. Penelitian yang
dilakukan oleh Safihtri dan Fahma6
menunjukkan bahwa
ekstrak sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, tanin
dan minyak atsiri. Alkaloid inilah yang terutama bersifat
sebagai antimikroba.5-7
Juliantina et al.7
dalam penelitiannya
membuktikan bahwa ekstrak sirih merah memiliki efek
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia
coli. Hingga saat ini belum diketahui efek antiseptik sabun
ekstrak sirih merah secara klinik terhadap Candida sp. dan
Streptococcus sp.
Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merah dalam Mengurangi Gejala Keputihan Fisiologis
10
3. Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merah dalam Mengurangi Gejala Keputihan Fisiologis
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 1, Januari 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
sabun ekstrak sirih merah (Resik VTM
) dalam mengurangi
gejala keputihan fisiologis dan bau tidak sedap pada daerah
genital wanita serta efek antiseptiknya terhadap Candida
sp., Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus sp.
Metode
Studi ini merupakan uji klinik terbuka, komparatif, 2
kelompok berpasangan untuk mengetahui kemampuan sabun
ekstrak sirih merah (Resik VTM
) dalam mengurangi gejala
keputihan fisiologis dan bau tidak sedap pada daerah geni-
tal wanita, serta efek antiseptik terhadap Candida sp., Sta-
phylococcus epidermidis dan Streptococcus sp.
Protokol studi, informed consent dan semua informasi
sehubungan dengan uji klinik telah mendapatkan persetujuan
dari Komite Etik FKUI dan Komisi Etik BPOM. Studi ini
dilakukan dengan mematuhi kaidah-kaidah CUKB (cara uji
klinik yang baik).
Penelitian dilakukan di Divisi Infeksi Menular Seksual,
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin FKUI/RSUPN–
CM. Kultur Candida albicans dilakukan di Divisi
Dermatomikologi,DepartemenIlmuKesehatanKulitKelamin
FKUI/RSUPN–CM. Kultur bakteri (Streptococcus sp, Staph.
epidermidis) dilakukan di Departemen Mikrobiologi FKUI.
Subjek yang masuk dalam populasi studi adalah wanita
umur 16-45 tahun; lulusan SMP; telah membaca dan
menandatangani informed consent; berada dalam kondisi
sehat tanpa penyakit kulit atau kondisi fisik lain yang menurut
Peneliti dapat mempengaruhi aplikasi atau evaluasi area studi;
setuju berhenti menggunakan produk perawatan area
kewanitaan lain selama studi berlangsung kecuali produk
yang disediakan untuk studi; setuju untuk tidak melakukan
perawatan khusus pada area kewanitaan selama studi
berlangsung dan setuju untuk mematuhi seluruh persyaratan
studi.
Yangtermasukdalamkriteriaeksklusiadalahsubjekyang
sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan; sedang
menstruasi; sedang menggunakan obat-obatan untuk
keputihan; mempunyai riwayat sakit kanker jenis apapun
dalam 5 tahun terakhir; memiliki riwayat/sedang dalam
perawatan penyakit kulit dan/atau mempunyai karsinoma
kulit pada area kewanitaan; subjek merasa memiliki kulit
perineum yang sangat sensitif atau pernah mengalami reaksi
setelah menggunakan sabun atau produk perawatan di area
kewanitaan; subjek telah berpartisipasi dalam studi yang
menggunakan perineum sebagai area tes dalam 3 bulan
terakhir atau sedang berpartisipasi dalam studi apapun saat
ini (baik sebagai panelis atau tim pelaksana studi); tidak
menderita keputihan akibat kandidosis, trikomoniasis,
vaginosis bakterial, atau gonore dan infeksi genital non-
spesifik.
Produk yang diteliti adalah Produk sabun Resik-V
Ekstrak Sirih Merah produksi PT Kinocare Era Kosmetindo
yang mengandung bahan aktif Piper crocatum extract.
Prosedur Studi
Peneliti menginformasikan seluruh aspek dari penelitian
ini, kemudian subjek dimintai tanda-tangan dalam 2 formulir
yangterpisah;1formulirdibawapulangolehpasien,1formulir
lainnya disimpan oleh Peneliti.
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dicatat keluhan jumlah lendir dengan skor 0-3, serta ada
tidaknya bau tak sedap. Kemudian subjek diperiksa dalam
posisi litotomi di atas meja ginekologi. Peneliti memeriksa
dan menilai secara klinis kondisi dinding perineum subjek
mengenai: kulit kemerahan, keputihan, bau, edema dan
skuamasi. Oleh peneliti, secara steril dilakukan pencucian
area genital (dinding perineum) sisi kanan dengan campuran
5 mL akuades dan 5 ml produk uji dan didiamkan 3 menit.
Kemudian swab yang dibasahi dengan kaldu nutrien
diusapkan di sisi kanan atas, dan diinokulasi pada media
biakan Sabouraud untuk kultur jamur. Sedangkan dari sisi
kanan bawah diambil sediaan usap dengan swab yang
dibasahi kaldu nutrien, kemudian dicelupkan ke tabung yang
berisi 3 mL kaldu nutrien, divorteks lalu diambil 100 µL,
diinokulasikan ke medium plat agar darah untuk kultur bakteri.
Prosedur pencucian dan pengambilan sediaan usap yang
sama juga dilakukan pada perineum kiri, tetapi bahan pencuci
berupa akuades 10 mL, sebagai kontrol. Setelah pengambilan
spesimen usap tersebut di atas, kedua sisi dinding perineum
dibilas dengan larutan aquades steril.
Selanjutnya setiap subjek diberi kartu catatan harian
dan 1 botol produk uji untuk dipakai sendiri di rumah. Produk
uji digunakan 2 kali sehari, pagi dan sore selama 7 hari. Cara
penggunaan adalah sebagai berikut: area genital dicuci
dengan air bersih, kemudian produk ditakar dengan tutup
botol, dituangkan ke telapak tangan subjek dan dicampur
dengan air sama banyak, dibasuhkan pada area genital secara
merata, didiamkan selama 3 menit, selanjutnya dibilas hingga
bersih dan area genital tersebut dikeringkan dengan tisu.
Perubahan keluhan jumlah lendir dan bau dicatat subjek dalam
buku harian.
Pemeriksaan ulang dilakukan pada hari terakhir aplikasi
produk uji. Dilakukan penilaian secara obyektif oleh peneliti
mengenai kondisi klinis dan diulang pemeriksaan kultur jamur
Candida sp. dan bakteri dari spesimen usap perineum.
Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi untuk menilai efikasi adalah evaluasi
kulturjamurdanbakteri,evaluasiklinisolehPenelitimengenai
kondisi klinis daerah perineum subjek serta evaluasi skor
keputihan oleh subjek berdasarkan kartu catatan harian.
Evaluasi keamanan dengan mencatat seluruh kejadian yang
tidak diinginkan.
Uji Statistik
Direncanakan analisis statistik menggunakan uji t
berpasangan atau uji Wilcoxon, tergantung sebaran data.
11
4. Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 1, Januari 2010
Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merah dalam Mengurangi Gejala Keputihan Fisiologis
Hasil Penelitian
Jumlah Subjek
Direncanakan jumlah minimal subjek yang direkrut
adalah 30 orang.
Pada pelaksanaan uji klinik, dari 52 subjek yang ditapis,
35 subjek memenuhi kriteria seleksi dan mendapatkan produk
uji. Ke-35 pasien dapat menyelesaikan studi. Alur pasien
selama studi digambarkan dalam flow-chart pada Gambar 1.
Demografi 35 pasien yang masuk dalam randomisasi
tercantum dalam Tabel 1.
skrining = 52
memenuhi kriteria seleksi = 35
menyelesaikan studi = 35
Gambar 1. Alur Pasien dalam Uji Klinik
Tabel 1. Demografi Pasien
Umur (tahun) Berat badan Tinggi badan
(kg) (cm)
Mean (SD) 35,5 (5,16) 53,4 (9,56) 154,2 (4,44)
Median 35,0 52,0 155,0
Range 26-45 33-79 144-162
Evaluasi Daerah Perineum oleh Peneliti
Evaluasi klinis daerah perineum menurut peneliti
sebelum dan sesudah penggunaan sabun ekstrak sirih merah
(Tabel 2) menunjukkan bahwa: 1) Sirih merah mengurangi
kejadian kulit kemerahan dari 11,4% (4/35) menjadi 2,9% (1/
35);2)Sirihmerahmengurangijumlahlendir.Padakunjungan
pertama terdapat 10 subjek (28,6%) pasien dengan skor=2
dan 25 subjek (71,4%) dengan skor =1. Pada kunjungan ke-
2, tidak ada subjek dengan skor = 2; 5 subjek (14,3%) dengan
skor = 1 dan 30 subjek (85,7%) dengan skor = 0; 3) Satu (1)
subjek mengalami skuamasi pada kunjungan kedua; 4) Tidak
ada kejadian edema pada daerah perineum selama uji klinik;
5) Produk sirih merah secara bermakna mengurangi skor to-
tal (kulit kemerahan, bau, jumlah lendir,edemadanskuamasi)
dari 1,40 menjadi 0,20 setelah penggunaan selama 1 minggu.
Kultur bakteri seluruh sediaan usap baik pada kun-
jungan pertama maupun pada kunjungan ulang tidak
menunjukkan Streptococcus sp, hanya ditemukan Staphy-
lococcus epidermidis. Evaluasi kultur jamur dan bakteri
menunjukkan bahwa (Tabel 3): 1) Pada kunjungan pertama,
Tabel 2. Evaluasi Klinis Daerah Perineum oleh Peneliti sete-
lah Penggunaan Sabun Ekstrak Sirih Merah Selama
1 Minggu
Kunjungan Tindak Wilcoxon p-value
pertama lanjut test
n (%) n (%)
Jumlah Subjek 35 35
Kulit kemerahan
0 = normal, tidak 31 (88,6) 34 (97,1) - 1.00 0,32
terjadi keme- (NS)
rahan
1 = sedikit, hanya 4 (11,4) 1 (2,9)
daerah labia
minor
2 = merah, daerah - -
labia minor dan
minor atau le-
bih luas
Bau
0 = tidak berbau 35 (100,0) 35 (100,0) - -
1 = berbau - -
Jumlah lendir
0 = tidak ada duh - 30 (85,7) - 4,98 <0,001
genital
1 = ada sedikit duh 25 (71,4) 5 (14,3)
genital
2 = ada duh genital 10 (28,6) -
tapi tidak me-
ngalir
3 = duh genital - -
banyak sampai
mengalir
Edema
0 = tidak ada edema 35 (100,0) 35 (100,0)
1 = ada edema - -
Skuamasi
0 = tidak ada skua- 35 (100,0) 34 (97,1) -1,00 0,32
masi (NS)
1 = ada skuamasi - 1 (2,9)
Skor Total
0 - 29 (82,9)
1 21 (60,0) 5 (14,3)
2 14 (40,0) 1 (2,9)
Mean 1,40 0,20 -5,11 <0,001
Median 1,0 0,0
Range 1-2 0-2
jumlah koloni Candida sp. dan Staph. Epidermidis pada
perineum yang dioles sirih merah lebih sedikit dibandingkan
yang dioles kontrol, namun tidak berbeda bermakna; 2) Pada
kunjungan ulang, jumlah koloni Candida sp. dan Staph.
epidermidis tidak berbeda bermakna dengan jumlah koloni
pada kunjungan ulang.
Evaluasi Kartu Catatan Harian Subjek
Evaluasi kartu harian subjek pada hari ke-1 dan hari ke-
8 menunjukkan bahwa produk sirih merah secara bermakna
menurunkan skor keputihan dari 0,65 pada hari pertama
penggunaan produk menjadi 0,24 pada hari ke-8.
12
5. Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merah dalam Mengurangi Gejala Keputihan Fisiologis
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 1, Januari 2010
Tabel 3. Evaluasi Mikrobiologis di Daerah Perineum pada
Kunjungan Pertama dan Kunjungan Ulang
Sirih Merah Kontrol Uji Wil- Nilai p
coxon
Jumlah koloni Candida sp. /cc kunjungan pertama
Mean 192,34 556,11 -1,668 0,095
(NS)
Median 42,0 40,0
Range 0-2000 0-5000
Jumlah koloni Candida sp. /cc tindak lanjut
Mean - 575,43
Median - 20,0
Range - 0-5000
Jumlah koloni Staph epidermidis/cc (104
) pada kunjungan
pertama
Mean1 196,12 1647,0 -1,248 0,212
(NS)
Median 580,0 964,0
Range 0-7620 0-8770
Jumlah koloni Staph epidermidis/cc (104
) tindak lanjut
Mean - 1214,0
Median - 830,0
Range - 0-7680
Pada hari pertama ada 1 subjek dengan skor=1 pada
bau, pada hari ke-8 skor bau pada semua subjek adalah 0.
(Gambar2)
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD)
KTD pada uji klinik ini, ada 1 kejadian skuamasi yang
telah tercatat pada Tabel 3.
Diskusi
Pada uji klinik terbuka, komparatif, 2 kelompok ber-
pasangan ini menunjukkan bahwa sabun ekstrak sirih merah
yang dioleskan pada perineum dapat mengurangi koloni
Candida sp.dan Staphylococcus epidermidis. Pada
pemeriksaan Streptococcus sp. pada subjek, tidak ditemukan
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
Keputihan Bau
Haripertama
Harike-8
Gambar 2. Evaluasi Skor Keputihan dan Skor Bau Berdasar-
kan Kartu Harian Subjek Hari ke-1 dan Hari ke-
8 Setelah Menggunakan Produk Sirih Merah.
*p<0,05
koloni bakteri tersebut baik pada perineum yang dioles
produk uji maupun kontrol. Hal ini dapat diduga disebabkan
oleh karena subjek merupakan subjek sehat dengan keputihan
fisiologis, sehingga akan kecil kemungkinannya untuk
mendapatkan koloni ini, walaupun menurut Hillier,8
Strepto-
coccus sp. umumnya dapat ditemukan pada satu dari tiga
wanita sehat dalam konsentrasi sangat kecil.
Efekantibakteridanantimikotiksabunekstraksirihmerah
diperkirakan berasal dari kandungan flavonoid, alkaloid, sa-
ponin, tanin dan minyak atsiri.5,6
Flavonoid berfungsi sebagai
antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks
terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas
membran sel bakteri.9
Alkaloid juga memiliki kemampuan
sebagai antibakteri, dengan cara mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri.9
Sedangkan tanin
bekerja sebagai antibakteri dengan efeknya sebagai astrin-
gent sehingga dapat menginduksi pembentukan kompleks
antara tanin dengan substrat mikroba.10
Saponin merupakan
salahsatukandungandalamekstraksirihmerahyangmemiliki
aktivitas antibakteri dan antijamur. Penelitian oleh Soetan et
al.11
Menunjukkan bahwa saponin memiliki aktivitas
farmakologi terhadap Staphylococcus aureus dan Candida
albicans.
Deterjen yang terdapat dalam bahan pembawa sabun
ekstrak sirih merah juga dapat mempengaruhi dalam
mengurangi jumlah koloni Candida spp. maupun Staphylo-
coccus epidermidis dengan cara mengurangi perlekatan
bakteriataujamurpadakulit.Padaharike-8(kunjunganulang)
masih ditemukan sejumlah Candida sp. pada kulit (575,43
koloni). Hal ini dapat dijelaskan karena Candida merupakan
flora normal di daerah genitalia dan mampu bereplikasi dalam
waktu yang singkat, sedangkan subjek penelitian meng-
gunakan produk pada saat mandi pagi hari dan pemeriksaan
dilakukan pada siang hari.
Pada penilaian klinis oleh Peneliti, sabun ekstrak sirih
merah secara bermakna mengurangi skor total (kulit keme-
rahan, bau, lendir, edema dan skuamasi). Demikian pula
penilaian subjektif oleh pasien menunjukkan bahwa sabun
ekstrak sirih merah dapat mengurangi skor keputihan pada
penggunaan selama 1 minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa
penggunaan sabun ekstrak sirih merah 2 kali sehari selama 1
minggu efektif dalam mengurangi lendir pada keputihan
fisiologis, tanpa mengganggu flora normal. Hasil pengu-
rangan lendir ini konsisten didapatkan baik dari penilaian
Peneliti maupun subjek penelitian. Tidak ditemukan uji klinik
sejenis menggunakan sabun pembersih kewanitaan lain.
Hanya ada satu penelitian yang sedang berlangsung yaitu
uji klinik sabun pembersih menggunakan bahan aktif asam
laktat. Uji klinik ini juga dilakukan pada keputihan fisiologis
pada wanita berumur 18 – 65 tahun, dengan lama penggunaan
21 hari.12
Penggunaan sabun ekstrak sirih merah hingga 1 minggu
2 kali sehari relatif aman (tercatat hanya ada satu kejadian
skuamasi) dan tidak mempengaruhi flora normal. Keseim-
13
6. Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 1, Januari 2010
Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merah dalam Mengurangi Gejala Keputihan Fisiologis
bangan flora normal kulit sangat dibutuhkan agar tidak terjadi
kelainan kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
atau oportunistik. Tidak seperti penggunaan pembersih
kewanitaan dengan cara vaginal douching, telah diketahui
bahwa aktivitas aktivitas membersihkan vagina dengan cara
ini dapat mempengaruhi lingkungan fisiologis vagina.13,14
Penggunaan vaginal douching jangka panjang (lebih dari
satu minggu) diketahui dapat meningkatkan risiko infeksi
vagina dan serviks seperti infeksi HPV, HSV-2, Chlamydia
dan trikomoniasis. Berbeda dengan sabun yang hanya digu-
nakan untuk membersihkan genitalia eksterna, membersihkan
vagina dengan cara douching dapat memfasilitasi transport
bakteri patogen ke dalam genitalia interna.14
Tidak diketahui
profil keamanan sabun ekstrak sirih merah terhadap keseim-
bangan flora normal vagina pada penggunaan jangka
panjang/lebih dari satu minggu.
Sebagai kesimpulan, pada penelitian ini pengunaan
sabun ekstrak sirih merah hingga 1 minggu dapat mengurangi
keluhan keputihan dengan mengurangi jumlah lendir tanpa
mempengaruhi flora normal, sehingga relatif aman untuk
mengurangi keputihan fisiologis.
UcapanTerimaKasih
Terima kasih kepada seluruh subjek penelitian untuk
partisipasi dalam studi, seluruh personel uji klinik untuk
komitmen dalam menyelesaikan studi, dan PT Kinocare Era
Kosmetindo untuk menyediakan produk uji serta pendanaan
ujiklinik.
Daftar Pustaka
1. Sobel JD. Vulvovaginal Candidiasis. In: Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, et al, editors Sexually Trans-
mitted Diseases. 4th ed. New York; McGraw Hill: 2008.p.823-
38.
2. Sobel JD, Wiesenfeld HC, Martens M, Danna P, Hooton TM,
Rompalo A, et al. Maintenance fluconazole therapy for recur-
rent vulvovaginal candidiasis. N Engl J Med. 2004;351:876-83.
3. Eckert LO. Acute vulvovaginitis. N Engl J Med. 2006;355:1244-
52.
4. Sudewo B. Basmi penyakit dengan sirih merah. PT Agromedia
Pustaka, Jakarta. 2007.
5. Manoi F. Sirih merah sebagai tanaman multi fungsi. Warta
Puslitbangbun. 2007;13(2).
6. Safihtri M, Fahma F. Potency of Piper crocatum decoction as an
antihyperglycemia in rat strain Sprague Dawley. Hayati J Biosci.
2008:15(1):45.
7. Juliantina R, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET.
Manfaat sirih merah (Piper crocatum) sebagai agen antibakterial
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. J Kedokt
Kesehatan Ind. 2009;1(1):15-30.
8. Hillier SL. The complexity of microbial diversity of bacterial
vaginosis. N Engl J Med. 2005;353(18):1886-7.
9. Cowan MM. Plant products as antimicrobial agents. Clin Microbiol
Rev. 1999;12(4):564-82.
10. Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki T. Antibac-
terial action of several tannins against Staphylococcus aureus. J
Antimicrob Chem. 2001;48:587-91.
11. Soetan, Oyekunie MA, Aaiyelaagbe OO, Fafunsi MA. Evaluation
of the antimicrobial activity of saponins extract of Sorghum
bicolor L. Moench. African J Biotech. 2006;5(23):2405-7.
12. Monocentric study, Phase III, for safety dermatological evalua-
tion: acceptability with gynecological follow up–Dermacyd
PH_DESILTY--_FL (Lactic Acid). ClinicalTrials.gov Identifier:
NCT00933699.
13. Brotman MR, Klebanoff MA, Nansei TR, Andrews WW, Schwebkr
JR, Zhang J. A longitudinal study of vaginal douching and bacte-
rial vaginosis – A marginal structural modelling analysis. Am J
Epidemiol. 2008;168(2):188-96.
14. Zhang J, Thomas G, Leybovich E. Vaginal douching and adverse
health effects: A meta-analysis. Am J Public Health. 1997;87:1207-
11.
MS
14