1. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi responden berdasarkan pengetahuan remaja tentang
penggunaan sabun antiseptik daun sirih dan kejadian leukorea di SMAN
19 Garut tahun 2012.
Berikut disajikan hasil analisis univariat untuk masing-masing
variabel penelitian.
a. Gambaran pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih di SMAN 19 Garut
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang
Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih di SMAN 19
Garut Tahun 2012
Variabel Independen Kategori
Frekuensi
(F)
Presentase
(%)
Pengetahuan penggunaan
sabun antiseptik daun sirih
Kurang 88 59,9
Cukup 40 27,2
Baik 19 12,9
Total 147 100
Hasil analisis univariat variabel independen pada tabel diatas
menunjukan bahwa dari 147 responden berdasarkan pengetahuan
1
2. 2
penggunaan sabun antiseptik daun sirih didapatkan hasil bahwa sebagian
besar responden memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 88
responden (59,9%).
b. Gambaran kejadian leukorea di SMAN 19 Garut
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Leukorea di SMAN 19
Garut Tahun 2012
Variabel Dependen Kategori
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
Kejadian Leukorea
Leukorea Patologis 88 59,9
Leukorea Normal 59 40,1
Total 147 100
Hasil analisis univariat variabel dependen pada tabel diatas
menunjukan bahwa dari 147 responden berdasarkan kejadian leukorea
didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengalami leukorea
patologis, yaitu sebanyak 88 responden (59,9%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi dengan tujuan untuk melihat hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Dalam penelitian ini analisis bivariat meliputi analisa hubungan
antara pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun antiseptik daun
sirih dengan kejadian leukorea.
3. 3
Berikut ini disajikan hasil analisis bivariat antara variabel
independen dan variabel dependen.
Tabel 4.3 Distribusi Hubungan Pengetahuan Remaja tentang
Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan
Kejadian Leukorea di SMAN 19 Garut Tahun 2012
Pengetahuan
Penggunaan Sabun
Antiseptik Daun Sirih
Kejadian Leukorea
p-value
Leukorea
Patologis
Leukorea
Normal
Total
F % F % F %
Kurang 87 98,9 1 1,1 88 100
0,0001
Cukup 1 2,5 39 97,5 40 100
Baik 0 0 19 100 19 100
Total 88 59,9 59 40,1 147 100
Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel diatas menunjukan
bahwa dari 88 responden yang mengalami leukorea patologis, hampir
seluruh responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang
penggunaan sabun antiseptik daun sirih yaitu sebanyak 87 responden
(98,9%). Uji statistik menunjukan hasil p-value 0,0001 (< = 0,05), artinya
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang
penggunaan sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian leukorea.
B. Pembahasan
Jenis penelitian ini adalah deskriptive corelative dengan teknik
pengumpulan data menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian
deskriptive corelative yaitu suatu jenis penelitian yang melibatkan
tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan
4. 4
dan tingkat hubungan antara dua variable atau lebih (Budiman, 2010).
Pendekatan cross sectional merupakan jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel dan
dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hasil pengolahan data dan sesuai dengan tujuan
khusus dalam penelitian yaitu mengidentifikasi pengetahuan remaja
tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih, mengidentifikasi
kejadian leukorea yang dialami siswi, dan mengetahui hubungan
pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih
dengan kejadian leukorea diperoleh uraian sebagai berikut:
1. Pengetahuan Remaja Tentang Penggunaan Sabun Antiseptik Daun
Sirih
Hasil penelitian telah diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang kurang tentang penggunaan sabun antiseptik
daun sirih yaitu sebanyak 88 responden (59,9%). Kurangnya
pengetahuan remaja putri tentang penggunaan sabun antiseptik daun
sirih disebabkan oleh kurangnya pengalaman, sumber informasi dan
budaya. Dari hasil penelitian kebanyakan remaja menggunakan sabun
antiseptik daun sirih setiap mandi tanpa mengetahui kondisi vagina
terlebih dahulu. Selain itu ada beberapa sabun antiseptik daun sirih yang
penggunaannya langsung dioles ke vagina, padahal hal tersebut akan
membuat konsentrasi sabun antiseptik daun sirih dalam vagina semakin
meningkat dan bakteri baik dalam vagina ikut mati, serta menyebabkan
5. 5
sekresi di vagina akan berkurang, sehingga tumbuh bakteri jahat dalam
vagina dan terjadi leukorea patologis.. Hal itupun yang dilakukan oleh
banyak remaja tentang cara penggunaan sabun antiseptik daun sirih
tanpa mengetahui efek yang akan terjadi selanjutnya.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Perubahan tingkat pengetahuan seseorang dapat terjadi karena adanya
komunikasi yang merupakan proses pengoperasian rangsangan dalam
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak.
Sabun antiseptik daun sirih, sebaiknya hanya digunakan pada
saat tertentu saja, seperti saat dan sesudah menstruasi atau untuk kasus
tertentu, pada leukorea gatal yaitu sebanyak 2 kali sehari. Jadi
sebenarnya tidak diperlukan bahan khusus untuk membersihkannya,
cukup dengan air bersih. Faktor pengetahuan seperti pengetahuan
kesehatan reproduksi merupakan pengetahuan yang sangat penting
untuk remaja khususnya remaja putri karena pada saat usia remaja
terjadi perkembangan yang sangat dinamis baik secara biologi maupun
psikologi dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
remaja seperti informasi yang di terima, orang tua, teman, orang terdekat,
media massa dan seringnya diskusi (Putriani, 2010).
Pengetahuan yang dimilki seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
6. 6
pengalaman, kebudayaan, dan sumber informasi (Mubarak, 2011).
Pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap prilaku seseorang dalam melakukan tindakan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmojo, 2007). Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Sasongko (2010) yang berjudul, “tingkat
pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih
genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten
Banyuwangi” dimana siswi yang menggunakan sabun antiseptik daun
sirih memiliki pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian tersebut, dapat
dilihat bahwa remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan dalam
kategori kurang baik lebih banyak dibanding kategori pengetahuan yang
baik dan cukup baik. Ini dapat terjadi karena kurangnya informasi yang
didapat.
Kondisi ini membuktikan bahwa pengetahuan sangat penting demi
tercapainya prilaku yang baik dalam penggunaan sabun antiseptik daun
sirih. Selain dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang baik, hal ini juga
dipengaruhi oleh cara fikir dan keyakinan yang dimiliki oleh masing-
masing remaja yang berbeda, sehingga remaja putri sulit untuk menerima
hal-hal baru yang diperkenalkan oleh tenaga kesehatan.
Sebagian siswi yang dilakukan penelitian menggunakan sabun
antiseptik daun sirih bukan dilatarbelakangi oleh kehendak sendiri
melainkan karena diajak temannya dan korban iklan yang semakin
banyak muncul sehingga wawasan tentang penggunaan sabun antiseptik
daun sirihpun masih relatif kurang. Penggunaan sabun antiseptik daun
sirih ini dapat mempengaruhi keadaan vagina. Sehingga sabun antiseptik
7. 7
daun sirih hanya dapat digunakan pada saat menstruasi dan keputihan
sebanyak 2x sehari (Fadilah, 2010 dalam Ilmiah, 2011).
Tingkat pengetahuan remaja putri tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih ini berbeda–beda, hal ini dapat mempengaruhi
remaja putri dalam cara penggunaannya, apakah sudah benar atau
belum. Sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan yang
kurang baik ini dapat dipengaruhi oleh usia remaja putri yang berkisar
antara 16 – 18 tahun. Selain itu karena remaja putri tersebut masih dalam
jenjang SMA yaitu siswi kelas 1 dan 2, dimana jenjang tersebut belum ada
pendidikan mengenai kesehatan reproduksi wanita secara lebih spesifik.
Sehingga pengetahuan yang kurang merupakan salah satu faktor
penyebab remaja putri menggunakan sabun antiseptik daun sirih dengan
cara yang salah.
2. Kejadian Leukorea yang Dialami oleh Remaja Putri
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
mengalami leukorea patologis, yaitu sebanyak 88 responden (59,9%).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan remaja sering
mengalami leukorea. Hal itu yang menentukan salah satu ciri leukorea
patologis. Leukorea yang mereka alami berwarna putih dan sebagian
kecil berwarna kuning, Selain itu leukorea yang mereka alamipun banyak
yang berbau. Hal itu yang harus mereka waspadai supaya tidak menjadi
infeksi vagina yang berkelanjutan.
Leukorea merupakan keadaan yang fisiologis dan dapat menjadi
leukorea yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina
terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka
8. 8
keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri
doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh
estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH
vagina menjadi asam. (Sibagariang, et al. 2010).
Menurut Saydam (2012), gejala yang dapat diamati adalah cairan
atau lendir yang berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina.
Jumlah lendir ini bisa tidak begitu banyak namun adakalanya banyak
sekali. Kadang-kadang diikuti oleh rasa gatal yang amat mengganggu
kenyamanan. Menurut Kusmanto (2012), leukorea dapat disebabkan
karena penggunaan antiseptik yang berlebihan. Antiseptik tersebut dapat
menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina bisa ikut mati. Selain itu,
kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan yang berlebihan
dapat meningkatkan keasaman daerah vagina.
Menurut Murtiastutik (2009) bahwa sabun antiseptik daun sirih ini
dapat digunakan sebagai antiseptik, penggunaan sabun pembersih
vagina secara berlebihan dapat meningkatkan keasaman vagina. Karena
sabun antiseptik daun sirih bersifat asam dan mempunyai PH yang sama
dengan vagina sehingga apabila penggunaannya berlebihan maka akan
mengurangi skeresi vagina, selain itu kuman jahat hidup subur. Jamur
salah satunya. Vagina yang terserang jamur candida akan menyebabkan
terjadinya leukorea patologis. Dimana ciri-ciri dari leukorea patologis
tersebut adalah berubahnya cairan yang bewarna jernih menjadi
kekuningan sampai kehijauan, berbentuk seperti susu pecah, jumlahnya
berlebihan, kental, berbau tak sedap terasa gatal-gatal atau panas, dan
9. 9
terasa perih saat kencing. Bahkan, dalam kondisi parah, bisa terjadi
candidiasis vulvovaginalis.
Para remaja harus waspada terhadap gejala leukorea. Kejadian
leukorea akibat kesalahan cara perawatan vagina dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit infeksi
genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis kandidiasi (leukorea
kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis dan endometritis
(infeksi pada lapisan dalam dari rahim) (Manuaba, 2009).
Hasil penelitian inim sejalan dengan hasil penelitian yang terdapat
dalam jurnal yang di kemukakan oleh Prasetyowati,dkk (2009) yang
berjudul “Hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan pada
siswi SMU Muhamadiyah Metro tahun 2009” bahwa personal hygiene
mempengarui terjadinya leukorea, karena kurangnya personal hygiene
dapat mempengaruhi terjadinya perubahan keasaman didaerah vagina.
Perubahan keasaman daerah vagina berkaitan dengan leukorea karena
dapat mengakibatkan pH vagina tidak seimbang. Ketidakseimbangan pH
dalam vagina akan mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman
sehingga dapat terjadi infeksi yang akhirnya mengakibatkan leukorea
patologis.
Leukorea patologis yang dialami oleh remaja putri ini dapat terjadi
karena berbagai sebab. Perawatan dalam menjaga dan merawat vagina
yang kurang baik selalu menjadi penyebab utamanya. Leukorea pada
remaja harus diwaspadai secara dini. karena pada saat usia remaja
terjadi perkembangan yang sangat dinamis baik secara biologi maupun
psikologi. Apabila kejadian leukorea tidak diatasi dan disadari secara dini
10. 10
dikhawatirkan dapat terjadi infeksi vagina yang berkelanjutan. Hal ini
dapat diawasi dengan mengetahui kapan saja waktu keluarnya leukorea
yang baik. Untuk mengatasi secara dini, harus diketahui cici-ciri leukorea
yang patologis. Sehingga kejadian leukorea patologis tidak terjadi lagi
pada remaja putri yang sedang dalam masa perkembangan kesehatan
reproduksi.
3. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Penggunaan Sabun
Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian Leukorea
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa dari 88 responden
yang mengalami leukorea patologis, didapatkan hasil hampir seluruh
responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang penggunaan
sabun antiseptik daun yaitu sebanyak 87 responden (98,9%). Hal ini
menunjukan bahwa masih banyak remaja putri yang belum tahu cara
penggunaan sabun antiseptik daun sirih dengan benar sehingga
kebanyakan dari remaja putri menggunakan sabun antiseptik daun sirih
setiap hari tanpa mengetahui kondisi vagina yang akhirnya berdampak
pada leukorea patologis.
Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada Indonesia telah
membuktikan secara klinis tentang penggunaan sabun sirih dan PH
sabun antiseptik daun sirih yang memiliki PH yang sama dengan vagina
yaitu 3,5 – 4,5 (Sumber PD.Unico Miratama). Sabun antiseptik daun sirih
ini digunakan dengan cara mencampurnya terlebih dahulu dengan air, lalu
dibilas dan kemudian dicuci pada vagina bagian luar. Apabila penggunaan
sabun antiseptik daun sirih ini tidak dicampur dengan air maka
konsentrasi dari sabun antiseptik daun sirih tersebut akan lebih tinggi
11. 11
masuk ke dalam vagina sehingga akan mempercepat proses perubahan
PH vagina. Selain itu, apabila sabun sirih tersebut dipakai untuk vagina
bagian dalam akan menyebabkan perubahan pH sehingga PH vagina
akan meningkat menjadi semakin asam.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Ayuningtyas (2011) yang berjudul “hubungan antara
pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan genitalia eksterna dengan
kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 4 Semarang” bahwa angka
kejadian leukorea patologis terjadi lebih banyak karena pengetahuan
remaja dalam menjaga kebersihan vaginanya buruk. Sebagian besar
siswi tidak tahu bagaimana cara membersihkan genitalia eksterna dengan
cara yang benar. Mereka belum memahami bahaya dari antiseptik dan
sabun sirih, sehingga kebanyakan menganggap membersihkan genitalia
yang benar adalah dengan menggunakan antiseptik daun sirih.
Penggunaan antiseptik daun sirih dapat mempengaruhi keseimbangan
pH vagina yang akan menyebabkan flora normal terganggu dan
merupakan tempat berkembang biak yang kondusif bagi pertumbuhan
jamur.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
terdapat dalam jurnal Prasetyowati, dkk (2009) yang berjudul “Hubungan
personal hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMU
Muhamadiyah Metro tahun 2009” bahwa tidak ada hubungan antara
penggunaan sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian leukorea
patologis. Sabun antiseptik daun sirih berguna sebagai antiseptik atau
menghilangkan bakteri dalam vagina. Tetapi apabila penggunaannya
12. 12
berlebihan dan dalam waktu yang lama akan membunuh bakteri yang
baik didalam vagina selain itu juga dapat mengganggu PH vagina. Hal ini
terjadi karena dalam penelitian yang terdapat dalam jurnal Prasetyowati,
dkk (2009) hanya mengemukakan tentang penggunaannya saja tanpa
mengetahui pengetahuan dari responden terlebih dahulu.
Teori mengungkapkan bahwa sabun antiseptik daun sirih sangat
efektif untuk membasmi jamur candida albicans dan mengurangi sekresi
cairan pada vagina. Jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan
dalam waktu lama, semua bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri
laktobasillus sehingga keseimbangan ekosistem menjadi terganggu
(Sasongko, 2010).
Sabun antiseptik daun sirih, sebaiknya hanya digunakan pada
saat tertentu saja, seperti saat dan sesudah menstruasi sebanyak 2 kali
sehari. Jadi sebenarnya tidak diperlukan bahan khusus untuk
membersihkannya, cukup dengan air bersih. Namun, untuk kasus
tertentu, pada leukorea gatal, produk pembersih dapat digunakan
sebanyak 2 kali sehari. Karena biasanya sabun pembersih tersebut
mengandung antiseptik yang berfungsi untuk membunuh kuman. Produk
pembersih daerah kewanitaan hendaknya dipilih yang memiliki PH kurang
lebih sama dengan PH organ intim wanita yakni sekitar 4,5. Pada PH
tersebut, kuman-kuman tidak dapat tumbuh dan berkembang biak
(Fadilah, 2010 dalam Ilmiah, 2011).
Leukorea patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh
terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
13. 13
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan
neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti
jamur kandida albikan, parasit tricomonas. E. coli, staphylococcus.
treponema pallidum, kondiloma aquiminata dan herpes serta luka di
daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke
vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat
menganggu, seperti berubahnya cairan yang bewarna jernih menjadi
kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak
sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka di daerah mulut
vagina (Asri, 2003 dalam Sibagariang, et al. 2010).
Berdasarkan pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih terdapat hubungan dengan kejadian leukorea.
Kejadian leukorea yang patologis disebabkan karena penggunaan sabun
antiseptik daun sirih yang salah, dimana penggunaan yang salah disini
dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang tentang penggunaannya.
Leukorea patologis yang dialami oleh remaja putri ini dapat terjadi karena
berbagai sebab. Salah satunya adalah cara menjaga kebersihan vagina
yang kurang baik. Dalam menjaga kebersihan vagina, kebanyakan
remaja menggunakan sabun antiseptik daun sirih dengan alasan untuk
menghilangkan bakteri atau leukorea dan bau tidak sedap. Penggunaan
yang mereka lakukan tanpa didasari dengan pengetahuan yang baik
mengenai sabun antiseptik daun sirih, sehingga tanpa mereka sadari
leukorea patologis terjadi bukan karena sabun antiseptiknya melainkan
karena penggunaannya yang tidak benar.
14. 14
Sabun antiseptik daun sirih mengandung bahan antiseptik untuk
membasmi jamur dan bakteri. Pada kejadian leukorea yang patologis,
sabun antiseptik daun sirih ini cocok untuk digunakan sebagai sabun
pembersih. Tetapi disisi lain sabun antiseptik daun sirih ini pun dapat
menyebabkan leukorea yang patologis. Banyak remaja yang
menggunakan sabun antiseptik daun sirih untuk leukorea yang patologis,
namun penggunaan yang mereka lakukan tanpa disertai dengan
pengetahuan yang benar tentang cara penggunaannya sehingga mereka
beranggapan bahwa sabun antiseptik daun sirih tidak dapat
menyembuhkan leukorea patologis, bahkan menimbulkan leukorea yang
awalnya fisiologis menjadi patologis. Untuk itu perlu diketahui aturan dan
cara penggunaan sabun antiseptik daun sirih yang baik dan benar.
Sehingga kejadian leukorea patologis yang disebabkan karena
penggunaan sabun antiseptik daun sirih yang salah dapat berkurang.
.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian Hubungan Pengetahuan Remaja
tentang Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian
Leukorea di SMAN 19 Garut didapatkan keterbatasan dalam
pengumpulan responden, yaitu pada hari dilaksanakannya penelitian
banyak responden yang memiliki kegiatan pribadi dan sekolah, sehingga
memungkinkan adanya unsur ingin cepat selesai dan berdampak pada
pengisian kuisioner yang tidak sesuai atau dipengaruhi orang lain. Selain
itu peneliti tidak tahu ada atau tidaknya responden yang mengalami