SlideShare a Scribd company logo
SEDIAAN
PARENTERAL
OLEH:
DEWI OKTAVIA GUNAWAN, M.Farm.,Apt.
BIOFARMASETIKA
SEDIAAN PARENTERAL
 Sediaan steril yg dimaksudkan untuk pemberian
secara injeksi, infus, atau implan dalam tubuh.
 Contoh rute  iv, sc, & im
Larutan IV dpt diberikan sbg:
- IV bolus (diinjeksikan semua sekaligus).
- Infus IV lambat (drip) melalui suatu vena
ke dalam plasma.
KEUNTUNGAN RUTE PEMBERIAN
PARENTERAL
1. Memberikan efek yg cepat.
2. Tidak melalui First Pass Effect.
3. Dapat diberikan pd pasien tidak sadar, atau tdk dapat dgn
cara pemberian lain / per oral.
4. Kadar obat dalam darah hasilnya lebih bisa diramalkan.
5. Dapat untuk obat yg rusak bila diberikan secara per oral
(ketidakstabilan obat dlm sal. cerna atau peruraian obat oleh
enzim pencernaan dlm usus.
contoh:
- Insulin diberikan sc / im (protein drug).
- Eritropoetin & hormon pertumbuhan (somatrophin)
diberikan im.
(Shargel Leon, et alll, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, edisi kelima, alih bahasa AUP, Surabaya, 2012,
chapter 13).
KERUGIAN RUTE PEMBERIAN
PARENTERAL
1. Susah dikeluarkan apabila sudah masuk ke dalam
tubuh, terutama jika tjd kasus toksisitas.
2. Harga relatif lebih mahal.
JENIS SEDIAAN
 CAIR
- contoh : Cairan infus
 NaCl 0,9% (normal saline)
 Neurobion injeksi
 Lidocaine
 SERBUK
- harus direkonstitusi terlebih dahulu
- contoh: Antibiotika
 Ampicillin
 Cefadroxil
 TABLET SUSUK / IMPLAN
KARAKTERISTIK SEDIAAN
PARENTERAL
1. STERIL.
2. BEBAS DARI PARTIKEL YG BERUKURAN
BESAR (FREE FROM PARTICULATE MATTER).
3. STABIL SECARA FISIKA DAN KIMIA DLM KURUN
WAKTU TERTENTU.
1. STERIL
 Bebas dari mikroorganisme, a.l:
pyrogen/bakteri.
 Efek farmakologis yg ditimbulkan jika ada
kontaminasi pyrogen/bakteri, a.l: fever, malaise,
headache
KARAKTERISTIK SEDIAAN
PARENTERAL
2. BEBAS DARI PARTIKEL YG BERUKURAN
BESAR (FREE FROM PARTICULATE MATTER)
 yi: partikel yg melayang (mobile), tidak larut dlm
sediaan parenteral.
 Idealnya sediaan parenteral  jernih dan tidak
tdk ada partikel yg dpt dilihat dgn mata telanjang.
KARAKETRISTIK SEDIAAN
PARENTERAL
 Standar USP, perhitungan partikel dilakukan dgn
:
electronic liquid-borne particle counter with light-
obscuration sensor
Pada sediaan volume kecil (<100ml)
tidak lebih dari 1000 partikel perkontainer dgn
diameter 10 µm dan/atau diameter 25 µm.
Pada sediaan volume besar
tidak lebih 50 partikel per-ml dengan diameter 10
µm dan/atau diameter 25 µm.
KARAKETRISTIK SEDIAAN
PARENTERAL
3. STABIL SECARA FISIKA DAN KIMIA DALAM
KURUN PERIODE TERTENTU
 Hal ini menentukan bahwa sediaan steril akan
berada dalam bentuk cair atau serbuk
KARAKETRISTIK SEDIAAN
PARENTERAL
JENIS RUTE PEMBERIAN PARENTERAL
 Intra Vena (IV bolus dan IV drip)
 Intra Muskular
 Sub kutan
 Intra Dermal
 Epidural
 Intra arterial
 Intra cardiac
 dll
FISIOLOGI-ANATOMI
1. INTRA VENA
 Biasanya vena di daerah Antecubital (dibagian
depan siku).
- Pembuluh darah Vena : besar, di permukaan, dan
mudah dilihat.
 Cara memasukan jarum:
- Ujung yg miring hadap ke atas & ujung yg tajam
hadap ke vena.
- Dengan teknik aseptis.
 Bahaya:
- Terbentuknya trombus (gumpalan darah)
akibat rangsangan jarum pd dinding vena
terutama bila cairan obat mengiritasi.
- Trombus  embolus  Emboli
- Embolisme  penyumbatan pembuluh darah
oleh embolus (zat asing) yg terbawa mll aliran
darah.
 Bisa untuk volume besar/kecil.
 Volume tetesan : 2 – 3 ml/menit.
FISIOLOGI –ANATOMI
INTRA VENA
2. INTRA MUSKULAR
 Efek tidak secepat IV, biasanya lebih lambat.
 Absorbsi larutan > suspensi & sediaan air >
minyak.
 Pada otot rangka.
 Dibentuk oleh otot bergaris & mempunyai
vaskularisasi yg sangat byk (setiap 20 mm3 otot
terdiri atas 200 otot bergaris dan 700 kapiler
darah).
FISIOLOGI –ANATOMI
 Aliran darah tergantung pd posisi anatomik otot di
tempat penyuntikan  distribusi obat mjd lbh
sempurna bila aliran darah bertambah besar.
Contoh: kadar Lidokain dlm plasma setelah
penyuntikan i.m di otot lengan lbh tinggi
dibandingkan bila penyuntikan di otot kaki.
 Jumlah serabut saraf pada jaringan muskuler
lebih sedikit dibanding jaringan s.c 
penyuntikan i.m kurang terasa sakit dibandingkan
penyuntikan s.c.
 Biasanya di otot gluteus maksimus (pantat), otot
deltoid (lengan atas).
FISIOLOGI –ANATOMI
INTRA MUSKULAR
 Pada bayi, otot di gluteus blm berkembang dgn
baik  i.m di otot deltoid, otot midlateral (di
paha).
 Kerusakan akibat i.m: hematoma, emboli,
terkelupasnya kulit, kerusakan saraf.
 Volume penyuntikan umumnya 5 ml (di gluteal), 2
ml (di deltoid).
FISIOLOGI –ANATOMI
INTRA MUSKULAR
3. SUB KUTAN (SC)
 Di bawah permukaan kulit.
 Umumnya di jaringan interstitial dgn struktur yg
kendor atau berlapis (lengan bawah, paha, atau
pantat).
 Membentuk suatu berkas serabut kolagen dan
serabut elastik yg mengandung byk Elastin.
 Obat yg mengiritasi, larutan suspensi kental
sebaiknya tidak dengan sc  menimbulkan sakit,
lecet, abses.
 Aliran darah di jaringan SC rendah (sekitar 1
ml/100gram jaringan/menit)
 Volume suntikan jarang > 2 ml.
FISIOLOGI –ANATOMI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
FAKTOR
FISIKOKIMIA
FAKTOR
FISIOLOGI
FAKTOR
FORMULASI
1. FAKTOR FISIKOKIMIA
 Laju disolusi.
 Koefisien partisi dan kelarutan dalam lemak.
 Interaksi obat (zat aktif) dan bahan tambahan
lain dalam sediaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
LAJU DISOLUSI
Particle Size
(µm)
Average Blood
Level
(units/ml)
150 – 250 1,37
105 – 150 1,24
58 – 105 1,54
35 - 38 1,64
< 35 2,40
1 – 2 2,14
(Turco salvatore, M.S.Pharm.D, Sterile Dosage Form: Their Preparation and
Clinical Application, 3rd edition, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore, USA,
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
FAKTOR FISIKOKIMIA
2. FAKTOR FISIOLOGI
TERUTAMA DALAM PROSES ABSORBSI OBAT
 Aliran Darah dari area yg disuntikan  kecepatan
absorbsi.
 Pengaruh suatu obat terhadap obat lainnya
(interaksi obat).
Contoh: obat yg menyebabkan vasokontriksi /
vasodilatasi.
Pada Odontologi:
 bius lokal yg diberikan bersama Nor-adrenalin
(Vasokontriktor)  membatasi absorbsi dan
memperpanjang efek pd tempat penyuntikan.
 Sebaliknya Vasodilator Metakolin  meningkatkan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
 Gerakan, meningkatkan dan mempercepat absorbsi
z.a yg disebabkan oleh peningkatan pengaliran
darah setempat.
 Tempat injeksi (terutama i.m).
Contoh:
Konsentrasi puncak Cephradine setelah injeksi i.m
dgn berbagai injection site.
Injection site Males Females
Gluteus maximus 11,1 4,3
Deltoid muscle 11,7 10,2
Vastus lateralis 9,8 9,4
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
FAKTOR FISIOLOGI
Laju penyerapan z.a yg disuntikkan secara s.c
tergantung pd:
 permeabilitas kapiler darah.
 aliran darah dr area yg disuntikkan.
 kepadatan jaringan di tempat penyuntikan dan di
sisi lain tergantung laju pelepasan z.a sediaan.
Mekanisme Difusi Pasif menentukan proses
penyerapan molekul yg larut-lemak (sampai BM
3.000) dan yg intensitasnya merupakan fungsi dari
koefisien partisi lemak-air.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
2. FAKTOR FISIOLOGI
Difusi z.a yg lajunya tergantung pada kepadatan
jaringan di tempat penyuntikan (sangat heterogen
dan sulit ditentukan)  diatasi dgn menambahkan
suatu hyaluronidase (senyawa penghidrolisis z.a ke
dlm larutan injeksi).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
2. FAKTOR FISIOLOGI
3. FAKTOR FORMULASI
 Intra Vena
 I.M, SC :
 Aqueous Solution
 Aqueous Suspension
 Oleaginous Solution
 Oleaginous Suspension
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOAVAILABILITAS
PENGARUH PEMBAWA THD KETERSEDIAAN
HAYATI SEDIAAN PARENTERAL
1. LARUTAN DALAM AIR (Aqueous Solution)
 Penambahan bhn makromolekul larut air ke dalam
larutan dgn pelarut air, memperlama waktu-aksi zat
aktif.
contoh:
 Polivinilpirolidon memperlama aksi Insulin dan
Gonadotropin korionat.
 Gelatin dan karboksimetilsellulosa
 Makromolekul meningkatkan kekentalan cairan 
menghambat laju difusi z.a ke cairan interstitial, dgn
cara :
- membentuk kompleks yg sukar larut / sukar
diserap.
- menghambat metabolisme senyawa oleh enzim
2. SUSPENSI DALAM AIR (Aqueous Suspension)
 penyuntikan suspensi dlm air dpt memperlama
aksi obat (tergantung ukuran partikel)  makin
besar diameter partikel (sampai 100 µm), waktu-
aksi obat makin panjang.
 Partikel berukuran yg lebih besar menyulitkan
penyuntikan dan menimbulkan rasa sakit.
2. SUSPENSI DALAM AIR (Aqueous Suspension)
 penambahan makromolekul yg larut air ke dlm
suspensi dpt meningkatkan stabilitas sediaan 
akan menambah/memperlama waktu-aksi.
contoh:
metilsellulosa, Na-karboksimetilsellulosa, Na-
alginat, gelatin dan dekstran --> meningkatkan
kekentalan sediaan.
 peningkatan kekentalan sediaan  untuk
memudahkan penyuntikan flakon hrs dikocok, krn
suspensi mjd lebih cair ketika flakon dikocok.
3. LARUTAN DAN SUSPENSI DALAM MINYAK
(Oleaginous solution and Oleaginous suspension)
 pelepasan z.a dari larutan dan suspensi dlm
pembawa minyak lebih sulit dibandingkan dgn
pembawa air.
 Kekentalan larutan sediaan bertambah dgn adanya
makromolekul.
contoh:
 Aluminium stearat pd penisillin.
 Aluminium oleat.
 Aluminium monopalmitat.
 Kalsium dan magnesium stearat
 Aluminium aralkilfosfat.
 Metilsellulose.
 pektin
PENGENDAPAN ZAT AKTIF PADA TEMPAT
PENYUNTIKAN
 dikarenakan:
a. pengaruh perbedaan pH antara pembawa dgn
cairan biologik.
b. Pengaruh pengenceran sediaan oleh cairan
interstitial.
 Pengendapan memperpanjang aksi zat aktif.
contoh: anestesi lokal.
TABLET SUSUK / IMPLAN
 diletakkan di bawah kulit setelah dilakukan
pembedahan.
 Tablet dapat melepaskan z.a yg dikandungnya
dlm waktu lama krn luas permukaan yg dibedah
sgt terbatas.
 Laju absorbsi tergantung pd:
 Sifat fisiko-kimia z.a
 Karakteristik cairan biologik di area penanaman
tablet.
 Bila z.a sangat sukar larut, absorbsi ditentukan oleh
laju pelarutan bahan padat dlm cairan biologik yg
dipengaruhi oleh:
 tebal lapisan difusi yg mengelilingi tablet-
susuk (dipengaruhi gerakan tubuh dan debit
darah di tempat penyusukan, dan pengurutan
area ini akan mempermudah pelepasan/pelarutan
z.a dan meningkatkan laju absorbsi).
TABLET
SUSUK/IMPLAN
 Setelah penanaman tablet susuk, jaringan ikat akan
membentuk kapsul yg menyelubungi tablet.
 Laju pelepasan z.a akan semakin lambat bila kapsul
jaringan semakin tebal.
 Suhu tubuh berperan juga pd laju pelepasan z.a
 Difusi tjd lebih cepat bila suhu tubuh tinggi 
kekentalan cairan berkurang (kekentalan meningkat
bila suhu tubuh turun).
TABLET
SUSUK/IMPLAN
EVALUASI BIOFARMASETIK
OBAT YG DIBERIKAN PARENTERAL
Tujuan :
1. menentukan waktu aksi yg diharapkan (fungsi dr
karakteristik farmakokinetik senyawa dan
tujuan pengobatan),
2. mempertimbangkan faktor yg berpengaruh yaitu;
pemilihan bahan pembawa dan ketercampuran
fisiko-kimia bahan tambahan dgn molekul z.a.
3. kontrol in vivo peningkatan kadar dlm darah pd
hewan dan dilanjutkan dgn pengujian pd
manusia.
EVALUASI
1. Uji Stabilitas Fisiko-kimia
a.l:
 Penampilan fisik spt: warna, bau, rasa,
konsistensi
 Viskositas, homogenitas
 Perubahan kandungan zat
Diuji pd rangkaian kondisi spesifik tertentu (suhu,
pH, intensitas cahaya, dan konsentrasi obat pd
selang waktu tertentu)
2. Uji Mikrobiologi
3. Uji Invivo
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx

More Related Content

What's hot

Skrining resep kel. 10.docx
Skrining resep kel. 10.docxSkrining resep kel. 10.docx
Skrining resep kel. 10.docx
Harsono8
 
Hipersensitivitas (alergi)
Hipersensitivitas (alergi)Hipersensitivitas (alergi)
Hipersensitivitas (alergi)
Alfian Silvia Krisnasari
 
Obat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumObat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umum
Titis Utami
 
Reaksi alergi
Reaksi alergiReaksi alergi
Reaksi alergi
Zarah Dzulhijjah
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
pjj_kemenkes
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
ArwinAr
 
Kasus 1
Kasus 1Kasus 1
Kasus 1
Nurdina Putri
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
Sapan Nada
 
Farmakog semen
Farmakog semenFarmakog semen
Farmakog semen
materipptgc
 
272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date
ismayani arifin
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Surya Amal
 
ppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptxppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptx
FadillahInsani
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Taofik Rusdiana
 
242872084 injeksi-ketorolac
242872084 injeksi-ketorolac242872084 injeksi-ketorolac
242872084 injeksi-ketorolac
Septian Muna Barakati
 
Penggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrikPenggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrik
Fadhol Romdhoni
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasiwidipta
 
Visite Pasien
Visite PasienVisite Pasien
Visite Pasien
saninuraeni
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
AstriedAmalia
 
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Achmad Fauzi Al' Amrie
 

What's hot (20)

Skrining resep kel. 10.docx
Skrining resep kel. 10.docxSkrining resep kel. 10.docx
Skrining resep kel. 10.docx
 
Hipersensitivitas (alergi)
Hipersensitivitas (alergi)Hipersensitivitas (alergi)
Hipersensitivitas (alergi)
 
Obat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumObat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umum
 
Ppt farmanestika
Ppt farmanestikaPpt farmanestika
Ppt farmanestika
 
Reaksi alergi
Reaksi alergiReaksi alergi
Reaksi alergi
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
Kasus 1
Kasus 1Kasus 1
Kasus 1
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
Farmakog semen
Farmakog semenFarmakog semen
Farmakog semen
 
272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 
ppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptxppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptx
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
242872084 injeksi-ketorolac
242872084 injeksi-ketorolac242872084 injeksi-ketorolac
242872084 injeksi-ketorolac
 
Penggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrikPenggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrik
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
Visite Pasien
Visite PasienVisite Pasien
Visite Pasien
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
 

Similar to 346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx

Contekan Farmaki.pptx
Contekan Farmaki.pptxContekan Farmaki.pptx
Contekan Farmaki.pptx
ssuserd34573
 
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptxBAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
furqanridha
 
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Vina Widya Putri
 
Acara 3
Acara 3Acara 3
226372818 injeksi
226372818 injeksi226372818 injeksi
226372818 injeksi
Septian Muna Barakati
 
226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)
Operator Warnet Vast Raha
 
226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)
Septian Muna Barakati
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi dinana88
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Novi Fachrunnisa
 
Makalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc ivMakalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc iv
Imas Nufazah
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
NANANG10
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
pjj_kemenkes
 
Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1dimas_aria
 
Pemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravenaPemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravena
Operator Warnet Vast Raha
 
Praktikum v
Praktikum vPraktikum v
Praktikum v
Dilla Novita
 
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan InhalasiBiofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Nesha Mutiara
 
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
ALLKuliah
 
115411205 injeksi
115411205 injeksi115411205 injeksi
115411205 injeksi
Septian Muna Barakati
 

Similar to 346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx (20)

Contekan Farmaki.pptx
Contekan Farmaki.pptxContekan Farmaki.pptx
Contekan Farmaki.pptx
 
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptxBAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
 
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
 
Acara 3
Acara 3Acara 3
Acara 3
 
226372818 injeksi
226372818 injeksi226372818 injeksi
226372818 injeksi
 
226372818 injeksi
226372818 injeksi226372818 injeksi
226372818 injeksi
 
226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)
 
226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
Makalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc ivMakalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc iv
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1
 
Laporan anestesi lokal
Laporan anestesi lokalLaporan anestesi lokal
Laporan anestesi lokal
 
Pemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravenaPemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravena
 
Praktikum v
Praktikum vPraktikum v
Praktikum v
 
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan InhalasiBiofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
 
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
 
115411205 injeksi
115411205 injeksi115411205 injeksi
115411205 injeksi
 

Recently uploaded

Pengkajian Keperawatan Gerontik pada lansia
Pengkajian Keperawatan Gerontik pada lansiaPengkajian Keperawatan Gerontik pada lansia
Pengkajian Keperawatan Gerontik pada lansia
erni239369
 
POWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASI
POWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASIPOWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASI
POWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASI
ssusera77eaf
 
PPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptx
PPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptxPPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptx
PPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptx
nugrohoadhi239
 
1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem
1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem
1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem
indahnaaa2107
 
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdfMonitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
haniekusuma
 
Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...
Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...
Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...
lindaWijayanti3
 
Laporan Kasus Hernia Inguinalis Lateralis
Laporan Kasus Hernia Inguinalis LateralisLaporan Kasus Hernia Inguinalis Lateralis
Laporan Kasus Hernia Inguinalis Lateralis
nuradzhani
 
Sajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergerger
Sajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergergerSajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergerger
Sajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergerger
0787plll
 
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGI
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGICONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGI
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGI
YuhansyahYuhansyah
 
UPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdf
UPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdfUPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdf
UPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdf
meiliska
 
Cara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatan
Cara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatanCara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatan
Cara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatan
JacquelynKelly4
 
MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)
MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)
MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)
Riska730198
 
TUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY II
TUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY IITUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY II
TUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY II
Riska730198
 
Antraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Antraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnAntraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Antraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
hidnisa
 
Materi 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptx
Materi 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptxMateri 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptx
Materi 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptx
puskesmasmaskendaga
 
mengenai penyakit hemofilia pada anak anak
mengenai penyakit hemofilia pada anak anakmengenai penyakit hemofilia pada anak anak
mengenai penyakit hemofilia pada anak anak
nendaayuwandari
 
dr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdf
dr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdfdr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdf
dr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdf
yainpanggalo4
 

Recently uploaded (17)

Pengkajian Keperawatan Gerontik pada lansia
Pengkajian Keperawatan Gerontik pada lansiaPengkajian Keperawatan Gerontik pada lansia
Pengkajian Keperawatan Gerontik pada lansia
 
POWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASI
POWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASIPOWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASI
POWER POINT TEORI KONSELING OBAT FARMASI
 
PPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptx
PPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptxPPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptx
PPT Lokmin Okt 2020 pkm mantap sekali .pptx
 
1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem
1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem
1. Obat Sistem Pencernaan.pptx obat sistem
 
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdfMonitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
 
Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...
Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...
Transformasi Sistem Kesehatan dan Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Pri...
 
Laporan Kasus Hernia Inguinalis Lateralis
Laporan Kasus Hernia Inguinalis LateralisLaporan Kasus Hernia Inguinalis Lateralis
Laporan Kasus Hernia Inguinalis Lateralis
 
Sajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergerger
Sajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergergerSajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergerger
Sajak Kijang yang lelah 3R1.pdfsfgvegegergergerger
 
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGI
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGICONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGI
CONTOH OBAT ANTIBIOTIK KELOMPOK 1 MATA KULIAH FARMAKOLOGI
 
UPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdf
UPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdfUPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdf
UPDATE-RESUSITASI-STABAILISASI-DAN-TRANSPORTASI-NEONATUS.pdf
 
Cara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatan
Cara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatanCara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatan
Cara membaca EKG dengan baik dan benar, untuk tenaga kesehatan
 
MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)
MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)
MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGI(PADATAN)
 
TUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY II
TUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY IITUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY II
TUGAS MAKALAH FARMASI FISIKA RHEOLOGY II
 
Antraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Antraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnAntraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Antraks.pptxnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
 
Materi 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptx
Materi 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptxMateri 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptx
Materi 1 Kegawatdaruratan Psikiatri.pptx
 
mengenai penyakit hemofilia pada anak anak
mengenai penyakit hemofilia pada anak anakmengenai penyakit hemofilia pada anak anak
mengenai penyakit hemofilia pada anak anak
 
dr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdf
dr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdfdr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdf
dr. Ery, Sp.A(K) Deteksi dan Tatalaksana TBC pada Anak.pdf
 

346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx

  • 2. SEDIAAN PARENTERAL  Sediaan steril yg dimaksudkan untuk pemberian secara injeksi, infus, atau implan dalam tubuh.  Contoh rute  iv, sc, & im
  • 3. Larutan IV dpt diberikan sbg: - IV bolus (diinjeksikan semua sekaligus). - Infus IV lambat (drip) melalui suatu vena ke dalam plasma.
  • 4. KEUNTUNGAN RUTE PEMBERIAN PARENTERAL 1. Memberikan efek yg cepat. 2. Tidak melalui First Pass Effect. 3. Dapat diberikan pd pasien tidak sadar, atau tdk dapat dgn cara pemberian lain / per oral. 4. Kadar obat dalam darah hasilnya lebih bisa diramalkan. 5. Dapat untuk obat yg rusak bila diberikan secara per oral (ketidakstabilan obat dlm sal. cerna atau peruraian obat oleh enzim pencernaan dlm usus. contoh: - Insulin diberikan sc / im (protein drug). - Eritropoetin & hormon pertumbuhan (somatrophin) diberikan im. (Shargel Leon, et alll, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi kelima, alih bahasa AUP, Surabaya, 2012, chapter 13).
  • 5. KERUGIAN RUTE PEMBERIAN PARENTERAL 1. Susah dikeluarkan apabila sudah masuk ke dalam tubuh, terutama jika tjd kasus toksisitas. 2. Harga relatif lebih mahal.
  • 6. JENIS SEDIAAN  CAIR - contoh : Cairan infus  NaCl 0,9% (normal saline)  Neurobion injeksi  Lidocaine  SERBUK - harus direkonstitusi terlebih dahulu - contoh: Antibiotika  Ampicillin  Cefadroxil  TABLET SUSUK / IMPLAN
  • 7. KARAKTERISTIK SEDIAAN PARENTERAL 1. STERIL. 2. BEBAS DARI PARTIKEL YG BERUKURAN BESAR (FREE FROM PARTICULATE MATTER). 3. STABIL SECARA FISIKA DAN KIMIA DLM KURUN WAKTU TERTENTU.
  • 8. 1. STERIL  Bebas dari mikroorganisme, a.l: pyrogen/bakteri.  Efek farmakologis yg ditimbulkan jika ada kontaminasi pyrogen/bakteri, a.l: fever, malaise, headache KARAKTERISTIK SEDIAAN PARENTERAL
  • 9. 2. BEBAS DARI PARTIKEL YG BERUKURAN BESAR (FREE FROM PARTICULATE MATTER)  yi: partikel yg melayang (mobile), tidak larut dlm sediaan parenteral.  Idealnya sediaan parenteral  jernih dan tidak tdk ada partikel yg dpt dilihat dgn mata telanjang. KARAKETRISTIK SEDIAAN PARENTERAL
  • 10.  Standar USP, perhitungan partikel dilakukan dgn : electronic liquid-borne particle counter with light- obscuration sensor Pada sediaan volume kecil (<100ml) tidak lebih dari 1000 partikel perkontainer dgn diameter 10 µm dan/atau diameter 25 µm. Pada sediaan volume besar tidak lebih 50 partikel per-ml dengan diameter 10 µm dan/atau diameter 25 µm. KARAKETRISTIK SEDIAAN PARENTERAL
  • 11. 3. STABIL SECARA FISIKA DAN KIMIA DALAM KURUN PERIODE TERTENTU  Hal ini menentukan bahwa sediaan steril akan berada dalam bentuk cair atau serbuk KARAKETRISTIK SEDIAAN PARENTERAL
  • 12. JENIS RUTE PEMBERIAN PARENTERAL  Intra Vena (IV bolus dan IV drip)  Intra Muskular  Sub kutan  Intra Dermal  Epidural  Intra arterial  Intra cardiac  dll
  • 13. FISIOLOGI-ANATOMI 1. INTRA VENA  Biasanya vena di daerah Antecubital (dibagian depan siku). - Pembuluh darah Vena : besar, di permukaan, dan mudah dilihat.  Cara memasukan jarum: - Ujung yg miring hadap ke atas & ujung yg tajam hadap ke vena. - Dengan teknik aseptis.
  • 14.  Bahaya: - Terbentuknya trombus (gumpalan darah) akibat rangsangan jarum pd dinding vena terutama bila cairan obat mengiritasi. - Trombus  embolus  Emboli - Embolisme  penyumbatan pembuluh darah oleh embolus (zat asing) yg terbawa mll aliran darah.  Bisa untuk volume besar/kecil.  Volume tetesan : 2 – 3 ml/menit. FISIOLOGI –ANATOMI INTRA VENA
  • 15. 2. INTRA MUSKULAR  Efek tidak secepat IV, biasanya lebih lambat.  Absorbsi larutan > suspensi & sediaan air > minyak.  Pada otot rangka.  Dibentuk oleh otot bergaris & mempunyai vaskularisasi yg sangat byk (setiap 20 mm3 otot terdiri atas 200 otot bergaris dan 700 kapiler darah). FISIOLOGI –ANATOMI
  • 16.  Aliran darah tergantung pd posisi anatomik otot di tempat penyuntikan  distribusi obat mjd lbh sempurna bila aliran darah bertambah besar. Contoh: kadar Lidokain dlm plasma setelah penyuntikan i.m di otot lengan lbh tinggi dibandingkan bila penyuntikan di otot kaki.  Jumlah serabut saraf pada jaringan muskuler lebih sedikit dibanding jaringan s.c  penyuntikan i.m kurang terasa sakit dibandingkan penyuntikan s.c.  Biasanya di otot gluteus maksimus (pantat), otot deltoid (lengan atas). FISIOLOGI –ANATOMI INTRA MUSKULAR
  • 17.  Pada bayi, otot di gluteus blm berkembang dgn baik  i.m di otot deltoid, otot midlateral (di paha).  Kerusakan akibat i.m: hematoma, emboli, terkelupasnya kulit, kerusakan saraf.  Volume penyuntikan umumnya 5 ml (di gluteal), 2 ml (di deltoid). FISIOLOGI –ANATOMI INTRA MUSKULAR
  • 18. 3. SUB KUTAN (SC)  Di bawah permukaan kulit.  Umumnya di jaringan interstitial dgn struktur yg kendor atau berlapis (lengan bawah, paha, atau pantat).  Membentuk suatu berkas serabut kolagen dan serabut elastik yg mengandung byk Elastin.  Obat yg mengiritasi, larutan suspensi kental sebaiknya tidak dengan sc  menimbulkan sakit, lecet, abses.  Aliran darah di jaringan SC rendah (sekitar 1 ml/100gram jaringan/menit)  Volume suntikan jarang > 2 ml. FISIOLOGI –ANATOMI
  • 20. 1. FAKTOR FISIKOKIMIA  Laju disolusi.  Koefisien partisi dan kelarutan dalam lemak.  Interaksi obat (zat aktif) dan bahan tambahan lain dalam sediaan. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS
  • 21. LAJU DISOLUSI Particle Size (µm) Average Blood Level (units/ml) 150 – 250 1,37 105 – 150 1,24 58 – 105 1,54 35 - 38 1,64 < 35 2,40 1 – 2 2,14 (Turco salvatore, M.S.Pharm.D, Sterile Dosage Form: Their Preparation and Clinical Application, 3rd edition, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore, USA, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS FAKTOR FISIKOKIMIA
  • 22. 2. FAKTOR FISIOLOGI TERUTAMA DALAM PROSES ABSORBSI OBAT  Aliran Darah dari area yg disuntikan  kecepatan absorbsi.  Pengaruh suatu obat terhadap obat lainnya (interaksi obat). Contoh: obat yg menyebabkan vasokontriksi / vasodilatasi. Pada Odontologi:  bius lokal yg diberikan bersama Nor-adrenalin (Vasokontriktor)  membatasi absorbsi dan memperpanjang efek pd tempat penyuntikan.  Sebaliknya Vasodilator Metakolin  meningkatkan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS
  • 23.  Gerakan, meningkatkan dan mempercepat absorbsi z.a yg disebabkan oleh peningkatan pengaliran darah setempat.  Tempat injeksi (terutama i.m). Contoh: Konsentrasi puncak Cephradine setelah injeksi i.m dgn berbagai injection site. Injection site Males Females Gluteus maximus 11,1 4,3 Deltoid muscle 11,7 10,2 Vastus lateralis 9,8 9,4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS FAKTOR FISIOLOGI
  • 24. Laju penyerapan z.a yg disuntikkan secara s.c tergantung pd:  permeabilitas kapiler darah.  aliran darah dr area yg disuntikkan.  kepadatan jaringan di tempat penyuntikan dan di sisi lain tergantung laju pelepasan z.a sediaan. Mekanisme Difusi Pasif menentukan proses penyerapan molekul yg larut-lemak (sampai BM 3.000) dan yg intensitasnya merupakan fungsi dari koefisien partisi lemak-air. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS 2. FAKTOR FISIOLOGI
  • 25. Difusi z.a yg lajunya tergantung pada kepadatan jaringan di tempat penyuntikan (sangat heterogen dan sulit ditentukan)  diatasi dgn menambahkan suatu hyaluronidase (senyawa penghidrolisis z.a ke dlm larutan injeksi). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS 2. FAKTOR FISIOLOGI
  • 26. 3. FAKTOR FORMULASI  Intra Vena  I.M, SC :  Aqueous Solution  Aqueous Suspension  Oleaginous Solution  Oleaginous Suspension FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS
  • 27. PENGARUH PEMBAWA THD KETERSEDIAAN HAYATI SEDIAAN PARENTERAL 1. LARUTAN DALAM AIR (Aqueous Solution)  Penambahan bhn makromolekul larut air ke dalam larutan dgn pelarut air, memperlama waktu-aksi zat aktif. contoh:  Polivinilpirolidon memperlama aksi Insulin dan Gonadotropin korionat.  Gelatin dan karboksimetilsellulosa  Makromolekul meningkatkan kekentalan cairan  menghambat laju difusi z.a ke cairan interstitial, dgn cara : - membentuk kompleks yg sukar larut / sukar diserap. - menghambat metabolisme senyawa oleh enzim
  • 28. 2. SUSPENSI DALAM AIR (Aqueous Suspension)  penyuntikan suspensi dlm air dpt memperlama aksi obat (tergantung ukuran partikel)  makin besar diameter partikel (sampai 100 µm), waktu- aksi obat makin panjang.  Partikel berukuran yg lebih besar menyulitkan penyuntikan dan menimbulkan rasa sakit.
  • 29. 2. SUSPENSI DALAM AIR (Aqueous Suspension)  penambahan makromolekul yg larut air ke dlm suspensi dpt meningkatkan stabilitas sediaan  akan menambah/memperlama waktu-aksi. contoh: metilsellulosa, Na-karboksimetilsellulosa, Na- alginat, gelatin dan dekstran --> meningkatkan kekentalan sediaan.  peningkatan kekentalan sediaan  untuk memudahkan penyuntikan flakon hrs dikocok, krn suspensi mjd lebih cair ketika flakon dikocok.
  • 30. 3. LARUTAN DAN SUSPENSI DALAM MINYAK (Oleaginous solution and Oleaginous suspension)  pelepasan z.a dari larutan dan suspensi dlm pembawa minyak lebih sulit dibandingkan dgn pembawa air.  Kekentalan larutan sediaan bertambah dgn adanya makromolekul. contoh:  Aluminium stearat pd penisillin.  Aluminium oleat.  Aluminium monopalmitat.  Kalsium dan magnesium stearat  Aluminium aralkilfosfat.  Metilsellulose.  pektin
  • 31. PENGENDAPAN ZAT AKTIF PADA TEMPAT PENYUNTIKAN  dikarenakan: a. pengaruh perbedaan pH antara pembawa dgn cairan biologik. b. Pengaruh pengenceran sediaan oleh cairan interstitial.  Pengendapan memperpanjang aksi zat aktif. contoh: anestesi lokal.
  • 32. TABLET SUSUK / IMPLAN  diletakkan di bawah kulit setelah dilakukan pembedahan.  Tablet dapat melepaskan z.a yg dikandungnya dlm waktu lama krn luas permukaan yg dibedah sgt terbatas.  Laju absorbsi tergantung pd:  Sifat fisiko-kimia z.a  Karakteristik cairan biologik di area penanaman tablet.
  • 33.  Bila z.a sangat sukar larut, absorbsi ditentukan oleh laju pelarutan bahan padat dlm cairan biologik yg dipengaruhi oleh:  tebal lapisan difusi yg mengelilingi tablet- susuk (dipengaruhi gerakan tubuh dan debit darah di tempat penyusukan, dan pengurutan area ini akan mempermudah pelepasan/pelarutan z.a dan meningkatkan laju absorbsi). TABLET SUSUK/IMPLAN
  • 34.  Setelah penanaman tablet susuk, jaringan ikat akan membentuk kapsul yg menyelubungi tablet.  Laju pelepasan z.a akan semakin lambat bila kapsul jaringan semakin tebal.  Suhu tubuh berperan juga pd laju pelepasan z.a  Difusi tjd lebih cepat bila suhu tubuh tinggi  kekentalan cairan berkurang (kekentalan meningkat bila suhu tubuh turun). TABLET SUSUK/IMPLAN
  • 35. EVALUASI BIOFARMASETIK OBAT YG DIBERIKAN PARENTERAL Tujuan : 1. menentukan waktu aksi yg diharapkan (fungsi dr karakteristik farmakokinetik senyawa dan tujuan pengobatan), 2. mempertimbangkan faktor yg berpengaruh yaitu; pemilihan bahan pembawa dan ketercampuran fisiko-kimia bahan tambahan dgn molekul z.a. 3. kontrol in vivo peningkatan kadar dlm darah pd hewan dan dilanjutkan dgn pengujian pd manusia.
  • 36. EVALUASI 1. Uji Stabilitas Fisiko-kimia a.l:  Penampilan fisik spt: warna, bau, rasa, konsistensi  Viskositas, homogenitas  Perubahan kandungan zat Diuji pd rangkaian kondisi spesifik tertentu (suhu, pH, intensitas cahaya, dan konsentrasi obat pd selang waktu tertentu) 2. Uji Mikrobiologi 3. Uji Invivo

Editor's Notes

  1. Absorbsi obat setelah injeksi sc lebih lambat dibanding injeksi iv. Kondisi patofisiologis spt luka bakar akan meningkatkan penembusan obat melintasi kulit dibandingkan dgn kulit utuh normal.
  2. Anestesi lokal ukuran partikel tdk dpt dikendalikan dan campuran pelarut organik sering menyebabkan terjadinya peradangan.