SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH FARMAKOLOGI
UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM
KELOMPOK IV
SYAROFINA D. (201110410311212)
EIFA RUHIYATUL (201110410311214)
ERRY PROBO S. (201110410311215)
NURKHOLIVIANI (201110410311217)
RIZKA NOVIA A. (201110410311218)
DILLA NOVITA (201110410311220)
APRILIA SUDI R. (201110140311235)
NUR FAJAR R. (201110410311236)
SITI ROBIATUL (201110410311237)
M. HASAN W. (201110410311238)
M. FAHRIZAL S. (201110410311239)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012/2013
PRAKTIKUM V
UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM
I. Tujuan
Memahami prinsip eksperimen terhadap efek antiinflamasi dengan menggunakan
alat plestimometer.
II. Dasar Teori
A. Inflamasi
Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses
inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen – elemen darah, sel
darah putih ( leukosit ), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringa atau
infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh dimana tubuh
berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen berbahaya pada tempat cederadan
untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan.
Meskipun ada hubungan antara inflamasi dan infeksi, tetapi tidak boleh dianggap
sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan inflamasi, tetapi tidak
semua inflamasi disebabkan oleh infeksi.
Terjadinya inflamasi akibat dilepaskannya mediator – mediator kimia contohnya:
 Histamin
Merupakan mediator pertama dalam proses inflamasi, menyebabkan dilatasi
arteriol dan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga cairan dapat
meninggalkan kapiler dan mengalir ke daerah cedera.
 Kinin (bradikinin)
Dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri.
 Prostaglandin
Dilepaskannya prostaglandin menyebabkan bertambahnya vasodilatasi
permeabilitas kapiler, nyeri, dan demam.
Tanda – tanda utama inflamasi:
 Eritema ( kemerahan )
Merupakan tahap pertama dari inflamasi.Darah berkumpul pada daerah cedera
jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh.
 Edema ( pembengkakan )
Tahap kedua dari inflamasi.Plasma merembes ke jaringan interstial pada tempat
cedera.Kinin mendilatasi arteriol dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.
 Panas
Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya penggumpalan
darah dan juga dikarenakan pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang
mengganggu pusat pengaturan panas dan hipotalamus.
 Dolor ( nyeri )
Disebabkan oleh peningkatan dan pelepasan mediator – mediator kimia.
 Function laesa ( hilangnya fungsi )
Disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena
rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.
B. Obat anti inflamasi
Obat – obat anti inflamasi contohnya obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) dan
obat anti inflamasi steroid (preparat kortison) yang bekerja dengan cara menghambat
mediator – mediator kimia sehingga mengurangi proses inflamasi.
(Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan : 305 – 320)
III. Alat
1. Plestimometer
2. Spuit
3. Sonde
4. Spidol
Cedera jaringan
Dilatasi arteriol
(Vasodilatasi)
Bertambahnya
permeabilitas kapiler
Nyeri dan
pembengkakan
ujung syaraf
Panas
(Vasodilatasi)
Pelepasan mediator – mediator kimia
IV. Bahan
1. Tikus 5 ekor
2. Larutan karagenin 1% 0,1 ml
3. Aquadest 2,5 ml/20 g BB
4. Na diklofenat 6,75 mg/kg BB
5. Infus rimpang 5% (0,625 g/kg BB)
6. Infus rimpang 10% (1,25 g/ kg BB)
7. Infus rimpang 20% (2,5 g/ kg BB)
V. Prosedur Kerja
Tikus dipuasakan 6 – 8 jam
(Pengosongan lambung)
Salah satu kaki belakang tikus diberi tanda dengan spidol
Diukur volumenya
Dicelupkan ke dalam tabung air raksa (pletismometer) ad garis tanda
Pemberian bahan uji
Selang 10 – 15 menit + larutan karagenin 1 % sebanyak 0,1 ml
secara subkutan di bagian dorsal kaki
Volume kaki tikus diukur setiap interval waktu 5 menit ad efek udemnya hilang
Catat datanya
VI. Perhitungan Dosis
Dosis tikus 1 ( aquadest)
Berat = 0,145 kg
Dosis = 2,5 ml / 20mg x 0,145 = 0,02 ml
Dosis tikus 2 ( Na diklofenat)
Berat = 0,136 kg
Dosis =6,75 ml / 1 kg x 0,136 = 0,92 ml
Dosis tikus 3 ( infus rimpang 5%)
Berat = 0,141 kg
Dosis =0,625ml / 1kg x 0,141 = 1,8 ml
Dosis tikus 4 ( infus rimpang 10%)
Berat=0,109 kg
Dosis = 1,25ml / 1kg x 0,109 = 1,4 ml
Dosis tikus 5 ( infus rimpang 20%)
Berat = 0,133 kg
Dosis = 2,5ml / 1kg x 0,133 = 1,7 ml
VII. Hasil Pengamatan
VIII. Grafik Hasil Pengamatan
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
1 2 3 4
Volumeudem
15 menit ke-
tikus 1
tikus 2
tikus 3
tikus 4
tikus 5
Kelompok
4
Volume
awal
Volume
Setelah
Induksi
Radang
Volume Setelah Induksi Radang + Perlakuan
Volume udem
15 menit ke-
% Hambatan
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’ 1 2 3 4 1 2 3 4
Tikus 1 0,8 1,67 1,3 1,2 1,4 0,96 1,17 0,9 1,03 1,2 0,96 1,1 1,2 1,3 1,4 0,9 0,96 1,3 0 0 0 0
Tikus 2 0,6 1,47 1,43 1,2 1,57 1,17 1,2 1,23 1,17 1,23 0,9 1,17 0,8 1,2 1,57 1,23 0,9 1,2 12,1 36,7 6,3 7,7
Tikus 3 0,37 1,3 1,07 1,17 1,03 1,03 0,8 1 0,77 1 0,83 0,86 0,86 1,1 1,03 1 0,83 1,1 26,4 11,1 13,5 15,4
Tikus 4 0,1 1,1 1,23 1,1 1,1 0,9 0,83 1 0,77 0,83 0,93 0,6 0,8 0,73 1,1 1 0,93 0,73 21,4 11,1 3,1 43,8
Tikus 5 0,3 1,07 1,03 0,86 1,17 1,03 1,07 0,7 0,86 0,93 0,86 0,96 1,17 1,13 1,17 0,7 0,86 1,13 16,4 22,2 10,4 13,1
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini Karagenin berfungsi sebagai senyawa iritan yang tidak
menimbulkan kerusakan jaringan, ia adalah senyawa yang paling banyak digunakan untuk
memprediksi efek terapeutik obat antinflamasi steroid maupun nonsteroid. Karagenin tidak
meimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, serta menimbulkan respon
yang paling peka terhadap obat antiflamasi dibandingkan senyawa iritan lainnya. Pada
proses pembentukan udema, karagenin akan menginduksi cedera sel denagan
dilepaskannya mediator yang mengawali proses inflamasi. Karagenin merupakan senyawa
yang dapat menginduksi cedera sel dengan melepaskan mediator yang mengawali proses
inflamasi. Udema yang terjadi akibat terlepasnya mediator inflamasi seperti: histamin,
serotin, bradikinin, dan prostagladin. Pada saat mengalami pelepasan mediator inflamasi
terjadi udem maksimal dan bertahan beberapa jam.Udem yang disebabkan oleh injeksi
karagenin diperkuat oleh mediator inflamasi terutama PGE1 dan PGE2 dengan cara
menurunkan permeabilitas vaskuler. Apabila permeabilitas vaskuler turun maka protein-
protein plasma dapat menuju ke jaringan yang luka sehingga terjadi udema.
Penggunaan Na-diklofenak. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat
dengan efek antiinflamasi, analgetik dan antipiretik.Obat ini cepat diabsorpsi setelah
pemberian oral dan mempunyai waktu paruh pendek.Obat ini berkumpul di cairan
sinovial.Efek samping dari obat ini kurang keras dibandingkan dengan obat kuat yang lain
seperti indometasin dan piroxycam.Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri,
migrain dan encok.Rimpang putih sebagai antiinflamasi.Rimpang temu putih mengandung
zat aktif sebagai anti radang, yaitu mengandung kurkumin yang terbukti dapat berfungsi
sebagai anti radang.Kurkumin bekerja sangat efktif dalam menghambat peradangan secara
akut dan kronis. Kurkumin hampir sama dengan kortison dan fenilbutason.
Efek ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai % efektifitas udem.Semakin kecil
nilai udem berarti sediaan mampu menghambat udem yang terbentuk akibat induksi
karagenin.Larutan karagenin disini berfungsi untuk menguji obat antiinflamasi
menimbulkan efek atau tidak. Jika suatu obat antiinflamasi menimbulkan efak maka udem
yang disebabkan oleh induksi karagenin akan berkurang.
Dari grafik dan data di atas terlihat bahwa kontrol positif (Na-diklofenak) dapat
menghambat udem yang ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai persen efektivitas.
Mekanisme kerja obat Na-diklofenak adalah dengan cara menghambat sintesis
prostaglandin di dalam jaringan tubuh dengan menginhibisi siklooksigenase.
Pada tikus pertama yang volume awal kakinya adalah 0,8 cm, kemudian diberi
aquadest sebagai kontrol negatif, kemudian diinduksi dengan karagenin, diukur pada menit
ke 60 volumenya menjadi 1,3 cm. Tikus kedua volume awal kaki adalah 0,6 cm, kemudian
diberi Na-diklofenak sebagai kontrol positif, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volumenya menjadi 1,2 cm. Tikus ketiga volume awal kaki adalah 0,37 cm,
kemudian diberi rimpang temu putih 5%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volume udemnya menjadi 1,1 cm. Tikus keempat volume awal kaki adalah 0,1
cm, kemudian diberi rimpang temu putih 10%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volume udemnya menjadi 0,73% cm. Tikus kelima volume awal kaki adalah 0,3
cm, kemudian diberi rimpang temu putih 15%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volume udemnya menjadi 1,13 cm.
Pada penelitian ini terlihat bahwa pada semua dosis kelompok zat uji menunjukkan
terdapatnya efek antiinflamasi dimana volume edema rata-rata setiap kelompok zat uji
tidak sebesar volume edema pada kelompok kontrol.
Volume edema yang terbentuk semakin kecil dengan penambahan dosis infus
rimpang temu putih. Pada volume edema yang terbentuk pada dosis 0,625g/kgBB lebih
besar dari volume edema yang terbentuk pada dosis 1,25g/kgBB, sedangkan volume
edema yang terbentuk pada dosis 2,5g/kgBB lebih kecil dari volume edema pada dosis
1,25g/kgBB. Diduga hal ini merupakan variasi mekanisme respon tubuh (variasi biologi)
karena respon setiap individu terhadap suatu obat bisa sangat bervariasi. Suatu individu
dapat memberikan respon yang berlainan terhadap obat yang sama selama masa pemakaian
obat. Selain itu mungkin hal itu juga terjadi karena kekurang telitian dalam pengamatan
volume edema yang dapat terjadi karena kurang sejajarnya mata pada saat mengamati
kenaikan air raksa pada plestimometer.Kemudian dapat juga disebabkan karena adanya
hewan coba yang sulit ditenangkan sehingga pada saat pengukuran pemasukan kaki kiri
tikus pada air raksa tidak tepat pada garis tanda.
Pada pemberian semua dosis infus rimpang temu putih menunjukkan inhibisi
pembentukan edema.Pemberian infus rimpang temu putih dengan dosis 2,5g/kgBB inhibisi
pembentukan edema maksimal.Hal ini diduga merupakan efek dari penggunaan dosis
besar, dimana dengan dosis besar memperlihatkan efek yang lebih cepat.Hal ini mungkin
disebabkan oleh semakin tingginya dosis infus rimpang temu putih jumlah zat aktif yang
terkandung didalamnya semakin tinggi sehingga kemampuannya dalam menginhibisi
edema juga semakin besar.
Secara umum dilihat dari inhibisi maksimal pembentukan edema dapat dilihat bahwa
efek inhibisi edema semakin baik dengan peningkatan dosis. Dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa seluruh kelompok dosis infuse rimpang temu putih memiliki potensi
antiinflamasi. Hal ini diduga merupakan efek dari kurkumin sebagai salah satu bahan aktif
temu putih yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktivitas
enzim siklooksigenase.Adanya efek antiinflamasi infus rimpang temu putih diharapkan
dapat dijadikan obat alternatif untuk pengobatan penyakit-penyakit inflamasi pada saat
ini.Hal ini didukung oleh keberadaan rimpang temu putih yang masih belum banyak
dimanfaatkan dan memiliki efek samping kecil.
Jadi pada tikus pertama menggunakan aquadest yang tidak terbukti sebagai
antiinflamasi, sehingga volume udem yang berkurang hanya sedikit.Tikus kedua
menggunakan Na-dikofenak yang telah terbukti sebagai anti-inflamasi, maka penurunan
volume udem banyak.Begitu pula pada rimpang tamu putih, namun tergantung pada
kadarnya yang telah disesuaikan dengan dosis. Sehingga tikus dengan kadar dan dosis
tertinggi memiliki antiiflamasi yang tinggi pula untuk menurunkan volume udem tikus.
X. Kesimpulan
Efek dari antiinflamasi ditunjukkan dengan semakin besarnya persen efektifitas yaitu
semakin kecilnya volume udem. Semakin kecil nilai udem berarti obat yang diujikan
mampu menurunkan udem yang terjadi akibat dari pemberian karagenin. Di sini kontrol
positif memberikan nilai efektifitas paling besar. Dalam percobaan juga memberikan hasil
bahwa rimpang temu putih juga berefek sebagai antiiflamasi. Namun di praktiknya, ada
beberapa angka atau hasil yang didapat meleset dari cara teoritisnya, dikarenakan banyak
faktor yang dapat mengganggu. Contohnya saat memasukan sonde secara peroral, ada
yang salah memasukkan sehingga obat tidak masuk ke saluran pencernaan tikus, atau obat
tumpah ke luar mulut sewaktu penyondean. Faktor lain, saat injeksi, terjadi pendarahan
pada kaki tikus, kurang teliti pada saat pengukuran volume udem, dan kurang tepat saat
memasukkan kaki tikus ke dalam air raksa. Hal-hal seperti ini dapat terjadi dalam
praktikum, sehingga angka-angka yang didapat ada yang tidak akurat hasilnya dibanding
teoritisnya.

More Related Content

What's hot

Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Sapan Nada
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
'ekka' Siie Ceweggh Cancerr
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
Indra Gunawan
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
Maranata Gultom
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Mina Audina
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Siska Hermawati
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
marwahhh
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
 
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Siska Hermawati
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
Andriana Andriana
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
ilmi nur hafizah
 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
Cholid Maradanger
 
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganKimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Anna Lisstya
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
qlp
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
nazmusafira
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
Abulkhair Abdullah
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
aufia w
 

What's hot (20)

Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
Klt ku
Klt kuKlt ku
Klt ku
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
 
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
 
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganKimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 

Similar to Praktikum v

MENCIT IV KEL 5.pptx
MENCIT IV KEL 5.pptxMENCIT IV KEL 5.pptx
MENCIT IV KEL 5.pptx
SalwaatikahrahmiHasi
 
TA ANTIINFLAMASI.pptx
TA ANTIINFLAMASI.pptxTA ANTIINFLAMASI.pptx
TA ANTIINFLAMASI.pptx
fahiraalvida
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
irmalawai
 
Fitoterapi antiinflamasi
Fitoterapi antiinflamasiFitoterapi antiinflamasi
Fitoterapi antiinflamasi
SofiaNofianti
 
Farmakologi 6
Farmakologi 6Farmakologi 6
Farmakologi 6
cynthiaanggipradita
 
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
NelaSharon1
 
Laporan toksikologi 6
Laporan toksikologi 6Laporan toksikologi 6
Laporan toksikologi 6
Andriana Andriana
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
cantik98
 
Tugas aplikasi komputer
Tugas aplikasi komputerTugas aplikasi komputer
Tugas aplikasi komputerjon_klenten
 
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposalErsi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
sukkmaladewilaura
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
DeLas Rac
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
DeLas Rac
 
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexLaporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Siska Hermawati
 
Presentasidahsyat xamthone2
Presentasidahsyat xamthone2Presentasidahsyat xamthone2
Presentasidahsyat xamthone2
komisi pemilihan umum
 
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARAntihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
irmalawai
 
PPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptx
PPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptxPPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptx
PPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptx
resty72
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docxLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
IdasariDewi1
 
kelompok 3_filariasis.pptx
kelompok 3_filariasis.pptxkelompok 3_filariasis.pptx
kelompok 3_filariasis.pptx
NurFitriApriliani
 
3. pneumonia.pdf
3. pneumonia.pdf3. pneumonia.pdf
3. pneumonia.pdf
SiskaAprianti5
 

Similar to Praktikum v (20)

MENCIT IV KEL 5.pptx
MENCIT IV KEL 5.pptxMENCIT IV KEL 5.pptx
MENCIT IV KEL 5.pptx
 
TA ANTIINFLAMASI.pptx
TA ANTIINFLAMASI.pptxTA ANTIINFLAMASI.pptx
TA ANTIINFLAMASI.pptx
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
 
Fitoterapi antiinflamasi
Fitoterapi antiinflamasiFitoterapi antiinflamasi
Fitoterapi antiinflamasi
 
Farmakologi 6
Farmakologi 6Farmakologi 6
Farmakologi 6
 
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
 
Laporan toksikologi 6
Laporan toksikologi 6Laporan toksikologi 6
Laporan toksikologi 6
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
P1 2 fix
P1  2 fixP1  2 fix
P1 2 fix
 
Tugas aplikasi komputer
Tugas aplikasi komputerTugas aplikasi komputer
Tugas aplikasi komputer
 
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposalErsi setiani.21340027 p.ppt.proposal
Ersi setiani.21340027 p.ppt.proposal
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexLaporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
 
Presentasidahsyat xamthone2
Presentasidahsyat xamthone2Presentasidahsyat xamthone2
Presentasidahsyat xamthone2
 
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARAntihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
 
PPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptx
PPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptxPPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptx
PPT CSS Resty Tri Arini Syok Anafilaktik.pptx
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docxLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
 
kelompok 3_filariasis.pptx
kelompok 3_filariasis.pptxkelompok 3_filariasis.pptx
kelompok 3_filariasis.pptx
 
3. pneumonia.pdf
3. pneumonia.pdf3. pneumonia.pdf
3. pneumonia.pdf
 

More from Dilla Novita

Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
Dilla Novita
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
Dilla Novita
 
Dapar dan larutan 2
Dapar dan larutan 2Dapar dan larutan 2
Dapar dan larutan 2
Dilla Novita
 
Medical pharmacology at a glance
Medical pharmacology at a glanceMedical pharmacology at a glance
Medical pharmacology at a glance
Dilla Novita
 
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasiObat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Dilla Novita
 
Hangul script
Hangul scriptHangul script
Hangul script
Dilla Novita
 
Diskusi biokimia 1
Diskusi biokimia 1Diskusi biokimia 1
Diskusi biokimia 1
Dilla Novita
 
Glikolisis
GlikolisisGlikolisis
Glikolisis
Dilla Novita
 
Dialog bahasa korea
Dialog bahasa koreaDialog bahasa korea
Dialog bahasa koreaDilla Novita
 
Encyclopedia of spells
Encyclopedia of spellsEncyclopedia of spells
Encyclopedia of spellsDilla Novita
 
Hebatnya seorang ayah
Hebatnya seorang ayahHebatnya seorang ayah
Hebatnya seorang ayahDilla Novita
 
My Hometown - Jember
My Hometown - JemberMy Hometown - Jember
My Hometown - JemberDilla Novita
 
Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas TerbatasObat Bebas Terbatas
Obat Bebas TerbatasDilla Novita
 
CerpenQ
CerpenQCerpenQ
CerpenQ
Dilla Novita
 

More from Dilla Novita (14)

Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
 
Dapar dan larutan 2
Dapar dan larutan 2Dapar dan larutan 2
Dapar dan larutan 2
 
Medical pharmacology at a glance
Medical pharmacology at a glanceMedical pharmacology at a glance
Medical pharmacology at a glance
 
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasiObat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
 
Hangul script
Hangul scriptHangul script
Hangul script
 
Diskusi biokimia 1
Diskusi biokimia 1Diskusi biokimia 1
Diskusi biokimia 1
 
Glikolisis
GlikolisisGlikolisis
Glikolisis
 
Dialog bahasa korea
Dialog bahasa koreaDialog bahasa korea
Dialog bahasa korea
 
Encyclopedia of spells
Encyclopedia of spellsEncyclopedia of spells
Encyclopedia of spells
 
Hebatnya seorang ayah
Hebatnya seorang ayahHebatnya seorang ayah
Hebatnya seorang ayah
 
My Hometown - Jember
My Hometown - JemberMy Hometown - Jember
My Hometown - Jember
 
Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas TerbatasObat Bebas Terbatas
Obat Bebas Terbatas
 
CerpenQ
CerpenQCerpenQ
CerpenQ
 

Recently uploaded

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 

Praktikum v

  • 1. MAKALAH FARMAKOLOGI UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM KELOMPOK IV SYAROFINA D. (201110410311212) EIFA RUHIYATUL (201110410311214) ERRY PROBO S. (201110410311215) NURKHOLIVIANI (201110410311217) RIZKA NOVIA A. (201110410311218) DILLA NOVITA (201110410311220) APRILIA SUDI R. (201110140311235) NUR FAJAR R. (201110410311236) SITI ROBIATUL (201110410311237) M. HASAN W. (201110410311238) M. FAHRIZAL S. (201110410311239) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012/2013
  • 2. PRAKTIKUM V UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM I. Tujuan Memahami prinsip eksperimen terhadap efek antiinflamasi dengan menggunakan alat plestimometer. II. Dasar Teori A. Inflamasi Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen – elemen darah, sel darah putih ( leukosit ), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringa atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen berbahaya pada tempat cederadan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Meskipun ada hubungan antara inflamasi dan infeksi, tetapi tidak boleh dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan oleh infeksi. Terjadinya inflamasi akibat dilepaskannya mediator – mediator kimia contohnya:  Histamin Merupakan mediator pertama dalam proses inflamasi, menyebabkan dilatasi arteriol dan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga cairan dapat meninggalkan kapiler dan mengalir ke daerah cedera.  Kinin (bradikinin) Dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri.  Prostaglandin Dilepaskannya prostaglandin menyebabkan bertambahnya vasodilatasi permeabilitas kapiler, nyeri, dan demam. Tanda – tanda utama inflamasi:  Eritema ( kemerahan ) Merupakan tahap pertama dari inflamasi.Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh.
  • 3.  Edema ( pembengkakan ) Tahap kedua dari inflamasi.Plasma merembes ke jaringan interstial pada tempat cedera.Kinin mendilatasi arteriol dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.  Panas Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya penggumpalan darah dan juga dikarenakan pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengaturan panas dan hipotalamus.  Dolor ( nyeri ) Disebabkan oleh peningkatan dan pelepasan mediator – mediator kimia.  Function laesa ( hilangnya fungsi ) Disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena. B. Obat anti inflamasi Obat – obat anti inflamasi contohnya obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) dan obat anti inflamasi steroid (preparat kortison) yang bekerja dengan cara menghambat mediator – mediator kimia sehingga mengurangi proses inflamasi. (Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan : 305 – 320) III. Alat 1. Plestimometer 2. Spuit 3. Sonde 4. Spidol Cedera jaringan Dilatasi arteriol (Vasodilatasi) Bertambahnya permeabilitas kapiler Nyeri dan pembengkakan ujung syaraf Panas (Vasodilatasi) Pelepasan mediator – mediator kimia
  • 4. IV. Bahan 1. Tikus 5 ekor 2. Larutan karagenin 1% 0,1 ml 3. Aquadest 2,5 ml/20 g BB 4. Na diklofenat 6,75 mg/kg BB 5. Infus rimpang 5% (0,625 g/kg BB) 6. Infus rimpang 10% (1,25 g/ kg BB) 7. Infus rimpang 20% (2,5 g/ kg BB) V. Prosedur Kerja Tikus dipuasakan 6 – 8 jam (Pengosongan lambung) Salah satu kaki belakang tikus diberi tanda dengan spidol Diukur volumenya Dicelupkan ke dalam tabung air raksa (pletismometer) ad garis tanda Pemberian bahan uji Selang 10 – 15 menit + larutan karagenin 1 % sebanyak 0,1 ml secara subkutan di bagian dorsal kaki Volume kaki tikus diukur setiap interval waktu 5 menit ad efek udemnya hilang Catat datanya
  • 5. VI. Perhitungan Dosis Dosis tikus 1 ( aquadest) Berat = 0,145 kg Dosis = 2,5 ml / 20mg x 0,145 = 0,02 ml Dosis tikus 2 ( Na diklofenat) Berat = 0,136 kg Dosis =6,75 ml / 1 kg x 0,136 = 0,92 ml Dosis tikus 3 ( infus rimpang 5%) Berat = 0,141 kg Dosis =0,625ml / 1kg x 0,141 = 1,8 ml Dosis tikus 4 ( infus rimpang 10%) Berat=0,109 kg Dosis = 1,25ml / 1kg x 0,109 = 1,4 ml Dosis tikus 5 ( infus rimpang 20%) Berat = 0,133 kg Dosis = 2,5ml / 1kg x 0,133 = 1,7 ml
  • 6. VII. Hasil Pengamatan VIII. Grafik Hasil Pengamatan 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 1 2 3 4 Volumeudem 15 menit ke- tikus 1 tikus 2 tikus 3 tikus 4 tikus 5 Kelompok 4 Volume awal Volume Setelah Induksi Radang Volume Setelah Induksi Radang + Perlakuan Volume udem 15 menit ke- % Hambatan 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’ 1 2 3 4 1 2 3 4 Tikus 1 0,8 1,67 1,3 1,2 1,4 0,96 1,17 0,9 1,03 1,2 0,96 1,1 1,2 1,3 1,4 0,9 0,96 1,3 0 0 0 0 Tikus 2 0,6 1,47 1,43 1,2 1,57 1,17 1,2 1,23 1,17 1,23 0,9 1,17 0,8 1,2 1,57 1,23 0,9 1,2 12,1 36,7 6,3 7,7 Tikus 3 0,37 1,3 1,07 1,17 1,03 1,03 0,8 1 0,77 1 0,83 0,86 0,86 1,1 1,03 1 0,83 1,1 26,4 11,1 13,5 15,4 Tikus 4 0,1 1,1 1,23 1,1 1,1 0,9 0,83 1 0,77 0,83 0,93 0,6 0,8 0,73 1,1 1 0,93 0,73 21,4 11,1 3,1 43,8 Tikus 5 0,3 1,07 1,03 0,86 1,17 1,03 1,07 0,7 0,86 0,93 0,86 0,96 1,17 1,13 1,17 0,7 0,86 1,13 16,4 22,2 10,4 13,1
  • 7. IX. Pembahasan Pada praktikum kali ini Karagenin berfungsi sebagai senyawa iritan yang tidak menimbulkan kerusakan jaringan, ia adalah senyawa yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efek terapeutik obat antinflamasi steroid maupun nonsteroid. Karagenin tidak meimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, serta menimbulkan respon yang paling peka terhadap obat antiflamasi dibandingkan senyawa iritan lainnya. Pada proses pembentukan udema, karagenin akan menginduksi cedera sel denagan dilepaskannya mediator yang mengawali proses inflamasi. Karagenin merupakan senyawa yang dapat menginduksi cedera sel dengan melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi. Udema yang terjadi akibat terlepasnya mediator inflamasi seperti: histamin, serotin, bradikinin, dan prostagladin. Pada saat mengalami pelepasan mediator inflamasi terjadi udem maksimal dan bertahan beberapa jam.Udem yang disebabkan oleh injeksi karagenin diperkuat oleh mediator inflamasi terutama PGE1 dan PGE2 dengan cara menurunkan permeabilitas vaskuler. Apabila permeabilitas vaskuler turun maka protein- protein plasma dapat menuju ke jaringan yang luka sehingga terjadi udema. Penggunaan Na-diklofenak. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgetik dan antipiretik.Obat ini cepat diabsorpsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh pendek.Obat ini berkumpul di cairan sinovial.Efek samping dari obat ini kurang keras dibandingkan dengan obat kuat yang lain seperti indometasin dan piroxycam.Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, migrain dan encok.Rimpang putih sebagai antiinflamasi.Rimpang temu putih mengandung zat aktif sebagai anti radang, yaitu mengandung kurkumin yang terbukti dapat berfungsi sebagai anti radang.Kurkumin bekerja sangat efktif dalam menghambat peradangan secara akut dan kronis. Kurkumin hampir sama dengan kortison dan fenilbutason. Efek ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai % efektifitas udem.Semakin kecil nilai udem berarti sediaan mampu menghambat udem yang terbentuk akibat induksi karagenin.Larutan karagenin disini berfungsi untuk menguji obat antiinflamasi menimbulkan efek atau tidak. Jika suatu obat antiinflamasi menimbulkan efak maka udem yang disebabkan oleh induksi karagenin akan berkurang. Dari grafik dan data di atas terlihat bahwa kontrol positif (Na-diklofenak) dapat menghambat udem yang ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai persen efektivitas. Mekanisme kerja obat Na-diklofenak adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di dalam jaringan tubuh dengan menginhibisi siklooksigenase.
  • 8. Pada tikus pertama yang volume awal kakinya adalah 0,8 cm, kemudian diberi aquadest sebagai kontrol negatif, kemudian diinduksi dengan karagenin, diukur pada menit ke 60 volumenya menjadi 1,3 cm. Tikus kedua volume awal kaki adalah 0,6 cm, kemudian diberi Na-diklofenak sebagai kontrol positif, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada menit 60 volumenya menjadi 1,2 cm. Tikus ketiga volume awal kaki adalah 0,37 cm, kemudian diberi rimpang temu putih 5%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada menit 60 volume udemnya menjadi 1,1 cm. Tikus keempat volume awal kaki adalah 0,1 cm, kemudian diberi rimpang temu putih 10%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada menit 60 volume udemnya menjadi 0,73% cm. Tikus kelima volume awal kaki adalah 0,3 cm, kemudian diberi rimpang temu putih 15%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada menit 60 volume udemnya menjadi 1,13 cm. Pada penelitian ini terlihat bahwa pada semua dosis kelompok zat uji menunjukkan terdapatnya efek antiinflamasi dimana volume edema rata-rata setiap kelompok zat uji tidak sebesar volume edema pada kelompok kontrol. Volume edema yang terbentuk semakin kecil dengan penambahan dosis infus rimpang temu putih. Pada volume edema yang terbentuk pada dosis 0,625g/kgBB lebih besar dari volume edema yang terbentuk pada dosis 1,25g/kgBB, sedangkan volume edema yang terbentuk pada dosis 2,5g/kgBB lebih kecil dari volume edema pada dosis 1,25g/kgBB. Diduga hal ini merupakan variasi mekanisme respon tubuh (variasi biologi) karena respon setiap individu terhadap suatu obat bisa sangat bervariasi. Suatu individu dapat memberikan respon yang berlainan terhadap obat yang sama selama masa pemakaian obat. Selain itu mungkin hal itu juga terjadi karena kekurang telitian dalam pengamatan volume edema yang dapat terjadi karena kurang sejajarnya mata pada saat mengamati kenaikan air raksa pada plestimometer.Kemudian dapat juga disebabkan karena adanya hewan coba yang sulit ditenangkan sehingga pada saat pengukuran pemasukan kaki kiri tikus pada air raksa tidak tepat pada garis tanda. Pada pemberian semua dosis infus rimpang temu putih menunjukkan inhibisi pembentukan edema.Pemberian infus rimpang temu putih dengan dosis 2,5g/kgBB inhibisi pembentukan edema maksimal.Hal ini diduga merupakan efek dari penggunaan dosis besar, dimana dengan dosis besar memperlihatkan efek yang lebih cepat.Hal ini mungkin disebabkan oleh semakin tingginya dosis infus rimpang temu putih jumlah zat aktif yang terkandung didalamnya semakin tinggi sehingga kemampuannya dalam menginhibisi edema juga semakin besar.
  • 9. Secara umum dilihat dari inhibisi maksimal pembentukan edema dapat dilihat bahwa efek inhibisi edema semakin baik dengan peningkatan dosis. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa seluruh kelompok dosis infuse rimpang temu putih memiliki potensi antiinflamasi. Hal ini diduga merupakan efek dari kurkumin sebagai salah satu bahan aktif temu putih yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktivitas enzim siklooksigenase.Adanya efek antiinflamasi infus rimpang temu putih diharapkan dapat dijadikan obat alternatif untuk pengobatan penyakit-penyakit inflamasi pada saat ini.Hal ini didukung oleh keberadaan rimpang temu putih yang masih belum banyak dimanfaatkan dan memiliki efek samping kecil. Jadi pada tikus pertama menggunakan aquadest yang tidak terbukti sebagai antiinflamasi, sehingga volume udem yang berkurang hanya sedikit.Tikus kedua menggunakan Na-dikofenak yang telah terbukti sebagai anti-inflamasi, maka penurunan volume udem banyak.Begitu pula pada rimpang tamu putih, namun tergantung pada kadarnya yang telah disesuaikan dengan dosis. Sehingga tikus dengan kadar dan dosis tertinggi memiliki antiiflamasi yang tinggi pula untuk menurunkan volume udem tikus. X. Kesimpulan Efek dari antiinflamasi ditunjukkan dengan semakin besarnya persen efektifitas yaitu semakin kecilnya volume udem. Semakin kecil nilai udem berarti obat yang diujikan mampu menurunkan udem yang terjadi akibat dari pemberian karagenin. Di sini kontrol positif memberikan nilai efektifitas paling besar. Dalam percobaan juga memberikan hasil bahwa rimpang temu putih juga berefek sebagai antiiflamasi. Namun di praktiknya, ada beberapa angka atau hasil yang didapat meleset dari cara teoritisnya, dikarenakan banyak faktor yang dapat mengganggu. Contohnya saat memasukan sonde secara peroral, ada yang salah memasukkan sehingga obat tidak masuk ke saluran pencernaan tikus, atau obat tumpah ke luar mulut sewaktu penyondean. Faktor lain, saat injeksi, terjadi pendarahan pada kaki tikus, kurang teliti pada saat pengukuran volume udem, dan kurang tepat saat memasukkan kaki tikus ke dalam air raksa. Hal-hal seperti ini dapat terjadi dalam praktikum, sehingga angka-angka yang didapat ada yang tidak akurat hasilnya dibanding teoritisnya.