SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
1 
BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Praktikum mineralogi dilaksanakan untuk melengkapi silabus dan mengimplementasikan teori dengan praktek, yang diberikan pada acara perkuliahan mineralogi di Lingkungan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Selain itu kegiatan praktikum ini merupakan sarana meningkatkan standar kompetensi dari mahasiswa untuk menyelaraskan antara teori dan praktek. 
Pelaksanaan praktikum Mineralogi dilaksanakan setelah atau bersamaan dengan perkuliahan Mineralogi di Teknik Geologi pada semester I. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Geologi Dinamik yang memiliki kapasitas 25 orang praktikan. Selain praktikum Mineralogi Laboratorium Geologi Dinamik dapat dilaksanakan Praktikum Geologi Fisik dan Dinamik, Petrologi, dan Geologi Struktur. 
1.2 Tujuan 
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum mineralogi ini diharapkan mahasiswa memiliki keahlian : 
1. Dapat menentukan sistem kristal dari beberapa macam bentuk kristal berdasarkan panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal. 
2. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi simbol kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. 
3. Dapat mengetahui cara pendeskripsian atau pemerian secara fisik dari mineral. 
4. Dapat mengetahui sifat-sifat fisik dari berbagai mineral.
2 
BAB II 
METODELOGI PENELITIAN 
2.1 Alat dan Bahan 
Peralatan dan Bahan yang digunakan selama kegiatan Praktikum Mineralogi berlangsung adalah : 
1. Busur derajat 
2. Penggaris segi tiga 
3. Pensil warna 
4. Pensil 
5. Spidol warna 
6. Peraga kristal 
7. Peraga mineral 
2.2 Alokasi waktu 
Alokasi waktu praktikum kristalografi terdiri dari : 
1. Penggambaran sistem kristalografi, alokasi waktu : 2 kali pertemuan 
2. Unsur / elemen simetri kristalografi, alokasi waktu : 2 kali pertemuan 
3. Simbol kristalografi dengan alokasi waktu : 1 kali pertemuan 
Alokasi waktu Praktikum Mineralogi yang terdiri dari : 
1. Mineralogi fisik dengan alokasi waktu : 3 kali pertemuan 
Total alokasi waktu pertemuan Praktikum Mineralogi adalah 8 kali pertemuan
3 
BAB III 
DASAR TEORI 
3.1 KRISTALOGRAFI 
3.1.1 Pengertian kristal 
Kristal adalah zat padat homogen, biasanya anisotrop dengan susunan geometri yang teratur yang dibatasi oleh bidang permukaan yang kedudukannya tertentu dan teratur. 
Bahan padatan, biasanya anisotrop mengandung pengertian : tidak termasuk didalamnya cair dan gas, tidak dapat diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika. 
Menurut hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian : 
a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap. 
b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap. 
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap 
Kristal juga di gunakan dalam istilah yang lebih luas yang mengidentifikasikan perkembangan yang sempurna. Zat padat kristalin dengan bentuk yang sempurna (well formed) disebut dengan euhedral, jika kurang sempurna disebut subhedral dan jika bentuknya tidak teratur disebut anhedral. 
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tntang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. 
 Sifat geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya. 
 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan luar, disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada permukaan,
4 
juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi. 
 Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio. 
 Sifat fisik kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom- atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal : sehingga akan dikenal 2 zat kristalin dan non kristalin. 
3.1.2 Sistem kristalografi 
a. Sumbu dan sudut kristalografi 
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai 3 (tiga) dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi. 
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal). 
a. Sudut α adalah sudut yang dibentuk antara sumbu b+ dan c+ 
b. Sudut β adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a+ dan c+ 
c. Sudut γ adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a+ dan c+ 
b. Sistem kristal 
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem berdasarkan pada: 
 Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografinya 
 Letak atau posisi sumbu kristalografinya 
 Nilai sumbu c atau sumbu vertikal 
1. Sistem isometrik (reguler,kubik) 
Terdiri atas tiga buah sumbu a b yang saling tegak lurus satu sama lain dengan an ang yang sama a b disebut uga Sb a dengan kristal gra i α β γ ). 
Cara menggambar : 
Sudut –a1 dan a2 
Sumbu a : b: c: = 1 : 3 : 3
5 
2. Sistem Tetragonal 
Sistem tetrag nal mem unyai erbandingan sumbu a b yang artinya an ang sumbu a sama dengan sumbu b ta i tidak sama dengan sumbu dengan sudut kristal gra i α β γ ). Karena Sb a = Sb b disebut Sb a, Sb c lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b. Sb c lebih panjang Sb a dan Sb b disebut collumnar (panjang). Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut Stout (gemuk). 
Cara menggambar : 
Sudut a dan b 
Sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6 
3.1.3 Unsur simetri kristal 
Masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi klas-klas kristal yang berjumlah 32 klas. Penentuan klas-klas kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung didalamnya. 
Unsur-unsur simetri tersebut meliputi : 
a. Bidang simetri 
b. Sumbu simetri 
c. Pusat simetri 
a. Bidang simmetri 
Bidang kristal adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain, dinotasikan dengan m. 
Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 
1) Bidang simetri utama (Axial)
6 
Bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama kristal dan membagi 2 bagian yang sama besar. 
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu : 
 Bidang simetri utama horizontal 
 Bidang simetri utama vertical 
2) Bidang simetri tambahan/ intermediet/ diagonal 
Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan bidang diagonal saja dengan notasi d. 
b. Sumbu simetri 
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui usat kristal dimana a abila kristal tersebut di utar dengan garis tersebut sebagai porosnya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan yang semula (sama). Jenis-jeniss sumbu simetri gyre, sumbu cermin putar dan sumbu inverse putar (rotoinverse). 
 Sumbu simetri gyre 
Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak/kedua ujung sumbu utama. Jenisnya : digyre (2), trigyre (3), tetragyre (4), hexagyre (6). 
 Digyre (2) 
Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utama akan muncul 2 kali kenampakan sama, simbol : L2 = L2 
 Trigyre (3) 
Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utamanya, akan muncul 3 kali kenampakan sama, simbol : L3 = L3 
 Tetragyre (4) 
Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utamanya, akan muncul 4 kali kenampakan sama, simbol : L4 = L4 
 Sumbu cermin putar (gyroid)
7 
Sumbu cermin putar (gyroid) didapat dari kombinasi suatu perputaran dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan kearah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut cermin putaran atau bidang normal, macamnya : digyroid (S2), trigyroid (S3), tetragyroid (S4), hexagyroid (S6). 
 Sumbu simetri putar 
Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai porosnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/pusat simetri pada sumbu tersebut (sentrum inversi). Dinotasikan : 4, 6 dan sebagainya. 
Sering uga ditulis dengan huru “L” kemudian disebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan kanan bawah ditulis i, misal : L4i. 
c. Pusat simetri atau titik simetri (centrum = C) 
Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang). Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri. 
3.1.4 Simbol kristalografi 
Pembagian sistem kristal yang sering digunakan adalah dengan menggunakan simbol Herman-Mauguin dan Schoenflish, simbol tersebut adalah simbol kristal yang dikenal secara umum (simbol Internasional). 
a. Simbol Herman Mauguin 
Simbol Herman Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal tersebut. 
Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-masing kristal cara penentuannya pun berbeda pada tiap sistem kristal. 
1. Sistem hexagonal
8 
 Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6,6,3,3) dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. 
 Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c lateral (sumbu a,b,c) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus. 
 Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermadiet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. 
b. Indeks Weiss dan Miller 
Indeks miller dan weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu- sumbu utaa (a, b dan c) pada kristal tersebut. 
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks miller dan weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal. 
Pada dasarnya, indeks miller dan weiss tidak jauh beda, karena apa yang dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simetri kristal, yang berbeda hanyalah penentuan nilai indeks. Bila pad amiller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan nilai pembilangsama dengan satu. Maka pada weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyabit sama dengan 
No 
Nama Kelas 
Simbol Herman-Mauguin 
I 
II 
III 
1 
Klas hexagonal Pyramidal 
6 
- 
-
9 
satu. Pada indeks weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama dengan nol), pads umumnya nilai tidak terbatas () tersebut digantikan dengan atau disamakan dengan tidak mempunyai nilai (0). 
Indeks miller weiss ini juga disebut sebagai ancer (sistem) bentuk. Hal ini adalah karena indeks ini juga akan mencerminkan bagaimana bentuk sisi-sisi dan bidang-bidang yang ada pada kristal terhadap sumbu-sumbu utama kristalnya. 
3.2 MINERALOGI FISIK 
3.2.1 Pengertian (Definisi )Mineral 
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. 
Definisi mineral menurut beberapa ahli : 
 L.G. berry dan B. Mason, 1959 
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam bentuk secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. 
 D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik. 
 A.W.R Potter dan H. Robinson, 1977 
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat- sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan. 
Definisi mineral kompilasi : 
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, berupa zat padat.
10 
Berdasarkan definisi mineral diatas, maka mineral memiliki batasan-batasan definisi sebagai berikut : 
a. Suatu bahan alam 
Harus terjadi secara alamiah. Bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun mempunyai suatu bentuk kristal yang sesuai dengan kristal di alam. 
Contoh: 
NaCl (garam) dibuat di alam disebut sebagai Mineral Halite, sedangkan yang dibuat di laboratorium disebut Natrium Chlorida. 
b. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap 
 Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C), Native Silver (Ag), dll. 
 Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO4), Cassiterite (SnO2) 
c. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap 
d. Pada umumnya anorganik 
e. Homogen 
f. Berupa zat padat berbentuk kristal 
Zat padat yang komposisi atomnya tersusun secara teratur dan polanya berulang. 
3.2.2 Sifat Fisik Mineral 
Sifat-sifat fisik dari mineral: 
 Warna (Colour) 
 Perawakan kristal (Crystal habit) 
 Kilap (Luster) 
 Kekerasan (Hardness) 
 Gores (Streak) 
 Belahan (Cleavage) 
 Pecahan (Fracture) 
 Nama mineral dan rumus kimia
11 
a. Warna (Colour) 
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic. 
Misal: Sulfur warna kuning 
Magnetite warna hitam 
Pyrite warna kuning loyang 
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama allochromatic. 
Misal: Halite, warna yang dapat berubah-ubah 
 Abu-abu 
 Kuning 
 Coklat gelap 
 Merah muda 
 Biru bervariasi 
Kursa tak berwarna, tetapi kerena ada campuran/ pengotoran, warna berubah-ubah menjadi: 
 Merah muda 
 Coklat-hitam 
 Violet 
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama chromophroses. 
Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasimerupakan chromophroses dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru. 
Faktor yang dapat mempengaruhi warna:
12 
a. Komposisi kimia 
Chlorite – Hijau...................Cholor (greek) 
Albite – Putih.......................Albus (latin) 
Melanite – Hitam..................Melas (greek) 
Erythrite – Merah.................Erythrite (greek) (sel darah merah) 
Rhodonite – Merah jambu....Erythrite (greek) 
b. Struktur kristal dan ikatan atom 
Intan – tak berwarna – hexagonal 
Graphite – hitam - hexagonal 
c. Pengotoran dari mineral 
Mineral : Silica tak berwarna 
Jasper – merah 
Chalsedon – coklat hitam 
Agate – asap/putih 
b. Perawakan kristal (Crystal habit) 
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem kristalografi. 
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang- bidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral. 
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated). 
Perawakan kristal, dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu: 
a) Elongated habits (meniang/berserabut) 
b) Flattened habits (lembaran tipis) 
c) Rounded habits (membutir) 
a) Elongated habits (meniang/berserabut)
13 
 Meniang (Collumar) 
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang. 
Contoh : Tourmaline,Pyrolusite, wollansonite 
 Menyerat (fibrous) 
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil 
Contoh: asbestos, gypsum, silimanit 
 Menjarum (acicular) 
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil 
Contoh: natrolite, glauchopane 
 Menjaring (reticulate) 
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jari 
Contoh: rutile, cerussite 
 Membenang (filliform) 
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang 
Contoh: silver 
 Merabut (capillary) 
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut 
Contoh: cuprite, bysolite 
 Montok (stout) 
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal- kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya 
Contoh: zircon 
 Membintang (stellated) 
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang 
Contoh: pirofilit 
 Menjari (radiated) 
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari. 
Contoh: markasit, natrolit 
b) Flattened habits (lembaran tipis)
14 
 Membilah (bladed) 
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh 
Contoh : kyanit, kalaverit 
 Memapan (tabular) 
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. 
Contoh : barite, hematite 
 Membata (blocky) 
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama. 
Contoh: microline 
 Mendaun (foliated) 
Bentuk kristal pipih dengan melapis perlapisan yang mudah di kupas. 
Contoh: mica, talk, chlorite 
 Memencar (divergent) 
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka 
Contoh: gypsum, millerite 
 Membulu (plumose ) 
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. 
Contoh: mica 
c) Rounded habits (membutir) 
 Mendada (mamilary) 
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada 
Contoh: opal, malachit 
 Membulat (colloform) 
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat- bulat. 
Contoh: bismuth, smallite, geothite 
 Membulat jari (colloform radial) 
Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.
15 
Contoh: pyrolorphyte 
 Membutir (granular) 
Contoh: olivin, cinabar, chromite, alunite, sodalite, niveolite 
 Memisolit (pisolitic) 
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah. 
Contoh: opal, gibbsite 
 Stalaktif (stalactitic) 
Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping. 
Contoh: gheothite 
 Mengginjal (reniform) 
Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal. 
Contoh: hematite 
c. Kilap (Luster) 
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan(refraksi). 
Macam-macam kilap: 
a. Kilap logam (metallic luster) 
b. Kilap sub metallik (sub metallic luster) 
c. Kilap bukan logam (non metallic) 
a) Kilap kaca (vitrous luster) 
b) Kilap intan (adamantile luster) 
c) Kilap lemak (greasy luster) 
d) Kilap sutera (silky luster) 
e) Kilap mutiara (pearly luster) 
f) Kilap tanah (earthy luster) 
d. Kekerasan (Hardness) 
Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan. 
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs:
16 
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2 
2. Gypsum CaSO4·2H2O 
3. Calcite CaCO3 
4. Fluorite CaF2 
5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) 
6. Orthoclase KAlSi3O8 
7. Quartz SiO2 
8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2 
9. Corundum Al2O3 
10. Diamond C (pure carbon) 
Penentuan kekerasan relatif mineral dengan menggunakan alat sederhana yang terdapat disekitar kita. 
Miasl: 
 Kuku jari manusia H = 2,5 
 Kawat tembaga H = 3 
 Pecahan kaca H = 5,5 
 Pisau baja H = 6 
 Kikir baja H = 6,5 
 Lempeng baja H = 7 
e. Gores (Streak) 
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin, tapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, aka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung. 
f. Belahan (Cleavage) 
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.Belahan dapat di bedakan menjadi: 
1. Sempurna (perfect)
17 
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. 
2. Baik (good) 
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya. 
3. Jelas (distinct) 
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. 
4. Tidak jelas (indistinct) 
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar. 
5. Tidak sempurna (imperfect) 
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata. 
g. Pecahan (Fracture) 
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yangtidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: 
1. Pecahankonkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. 
2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakanseperti serat, contohnya asbes, augit; 
3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkanpermukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet; 
4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya minerallempung.
18 
5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar,dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni. 
6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung. 
h. Nama mineral dan rumus kimia 
Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia di lakukan setelah deskripsi diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan deskripsi di atas dengan table determinan yang telah disediakan dilaboratorium.
19 
BABA IV 
LAMPIRAN
20 
BAB V 
PENUTUP 
5.1 kesimpulan 
Yang dapat saya simpulkan bahwa mineral memiliki bentuk- bentuk khas dari 
Yang dapat saya simpulakan bahwa mineral memiliki bentuk – bentuk khas dari kristal.Kita mempelajari kristal bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan suatumineral. Mineal sebagai pembentuk batuan harus memiliki syarat agar dikatakan sebagai mineral yaitu : 1. Alamiah 2. Anorganik 3.Mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang tetap 4. Homogen 5. berupa padat 6.Memiliki atom – atom yang teratur
21 
DAFTAR PUSTAKA 
http://www.scribd.com/doc/95691331/19/VI-3-Mineral-Mineral-Pembentuk-Batuan

More Related Content

What's hot

Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalAmstian Pasima
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimenWahidin Zuhri
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)Lastri Mei Liska Harahap
 
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonalbangsir
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 
Petrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanPetrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanMahdi Salam
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuInri Pata'dungan
 
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikBatuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikAmma Khatimah
 
Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI fikrul islamy
 
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiMateri singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisIsya Ansyari
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192kerong
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastikyadil142
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogihariia
 

What's hot (20)

Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonal
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimen
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
 
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
 
sistem kristal triklin
sistem kristal triklinsistem kristal triklin
sistem kristal triklin
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Petrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluanPetrologi pendahuluan
Petrologi pendahuluan
 
batu Sekis
batu Sekisbatu Sekis
batu Sekis
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
 
Resume paleontologi
Resume paleontologiResume paleontologi
Resume paleontologi
 
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikBatuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik
 
Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI
 
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiMateri singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
 

Viewers also liked

Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIYogiShidiq
 
Format lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineralFormat lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineralFridolin bin stefanus
 
05 peta-topografi
05 peta-topografi05 peta-topografi
05 peta-topografimianma123
 
Customer service clerk
Customer service clerkCustomer service clerk
Customer service clerkprattchris734
 
Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...
Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...
Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...AnastasiAnds
 
Diabetes destroyer program review
Diabetes destroyer program reviewDiabetes destroyer program review
Diabetes destroyer program reviewJoe Pinheiro
 
Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?
Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?
Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?MEDx eHealthCenter
 
Potential survival after entering the construction industry
Potential survival after entering the construction industryPotential survival after entering the construction industry
Potential survival after entering the construction industryDivpriya Chawla
 
Screening L7 l9 - in the name of the father screening
Screening L7   l9 - in the name of the father screeningScreening L7   l9 - in the name of the father screening
Screening L7 l9 - in the name of the father screeningmisshanks
 
Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1
Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1
Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1RagnarockEU
 
Workshop pop up community september 2014
Workshop pop up community september 2014Workshop pop up community september 2014
Workshop pop up community september 2014ivanooijen
 

Viewers also liked (20)

Makalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGIMakalah mineral dan batuan YOGI
Makalah mineral dan batuan YOGI
 
Format lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineralFormat lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineral
 
05 peta-topografi
05 peta-topografi05 peta-topografi
05 peta-topografi
 
Rpp kelas 5 2013
Rpp kelas 5  2013Rpp kelas 5  2013
Rpp kelas 5 2013
 
Customer service clerk
Customer service clerkCustomer service clerk
Customer service clerk
 
Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...
Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...
Разработка цифрового анализатора коэффициента несинусоидальности на базе комп...
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Conhecer para Transformar: Diagnóstico Itaqui Bacanga
Conhecer para Transformar: Diagnóstico Itaqui BacangaConhecer para Transformar: Diagnóstico Itaqui Bacanga
Conhecer para Transformar: Diagnóstico Itaqui Bacanga
 
Art
ArtArt
Art
 
Diabetes destroyer program review
Diabetes destroyer program reviewDiabetes destroyer program review
Diabetes destroyer program review
 
Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?
Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?
Webinar by MEDxeHealthCenter: How digital health can help developing countries?
 
sharepointadministrationtrainingdelhi
sharepointadministrationtrainingdelhisharepointadministrationtrainingdelhi
sharepointadministrationtrainingdelhi
 
Curso cake pop
Curso cake pop Curso cake pop
Curso cake pop
 
Ebook: Html e Css
Ebook: Html e CssEbook: Html e Css
Ebook: Html e Css
 
Potential survival after entering the construction industry
Potential survival after entering the construction industryPotential survival after entering the construction industry
Potential survival after entering the construction industry
 
Screening L7 l9 - in the name of the father screening
Screening L7   l9 - in the name of the father screeningScreening L7   l9 - in the name of the father screening
Screening L7 l9 - in the name of the father screening
 
Robotics
RoboticsRobotics
Robotics
 
Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1
Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1
Ragnarock forum pa challenge a #sce2014 1
 
Workshop pop up community september 2014
Workshop pop up community september 2014Workshop pop up community september 2014
Workshop pop up community september 2014
 
Share pointiq sharepoint 2013 administration training
Share pointiq   sharepoint 2013 administration trainingShare pointiq   sharepoint 2013 administration training
Share pointiq sharepoint 2013 administration training
 

Similar to 240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiSylvester Saragih
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Khoirul Ummah
 
89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docx89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docxrezaafrizona
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdfAjieTriS
 
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogiTokotua
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptxrathna rangka
 
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6Mutiara Cess
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)rina mirda
 
Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2
Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2
Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2Sylvester Saragih
 
PPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptxPPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptxIkaLestari42
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02exson Prakoso
 

Similar to 240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi (20)

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
 
Struktur kristal
Struktur kristalStruktur kristal
Struktur kristal
 
Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 
89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docx89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docx
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdf
 
Tambahan 1
Tambahan 1Tambahan 1
Tambahan 1
 
Makalah krismin
Makalah krisminMakalah krismin
Makalah krismin
 
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
 
mineralogi presentasi
mineralogi presentasimineralogi presentasi
mineralogi presentasi
 
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
Kisi-kisi ZADAT tuk mid tes, semester 6
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2
Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2
Kristalografi dan mineralogi pertemuan ke 2
 
PPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptxPPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptx
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
 
ppt mat.pptx
ppt mat.pptxppt mat.pptx
ppt mat.pptx
 

Recently uploaded

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktikum mineralogi dilaksanakan untuk melengkapi silabus dan mengimplementasikan teori dengan praktek, yang diberikan pada acara perkuliahan mineralogi di Lingkungan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Selain itu kegiatan praktikum ini merupakan sarana meningkatkan standar kompetensi dari mahasiswa untuk menyelaraskan antara teori dan praktek. Pelaksanaan praktikum Mineralogi dilaksanakan setelah atau bersamaan dengan perkuliahan Mineralogi di Teknik Geologi pada semester I. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Geologi Dinamik yang memiliki kapasitas 25 orang praktikan. Selain praktikum Mineralogi Laboratorium Geologi Dinamik dapat dilaksanakan Praktikum Geologi Fisik dan Dinamik, Petrologi, dan Geologi Struktur. 1.2 Tujuan Setelah melaksanakan kegiatan praktikum mineralogi ini diharapkan mahasiswa memiliki keahlian : 1. Dapat menentukan sistem kristal dari beberapa macam bentuk kristal berdasarkan panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal. 2. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi simbol kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. 3. Dapat mengetahui cara pendeskripsian atau pemerian secara fisik dari mineral. 4. Dapat mengetahui sifat-sifat fisik dari berbagai mineral.
  • 2. 2 BAB II METODELOGI PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan Peralatan dan Bahan yang digunakan selama kegiatan Praktikum Mineralogi berlangsung adalah : 1. Busur derajat 2. Penggaris segi tiga 3. Pensil warna 4. Pensil 5. Spidol warna 6. Peraga kristal 7. Peraga mineral 2.2 Alokasi waktu Alokasi waktu praktikum kristalografi terdiri dari : 1. Penggambaran sistem kristalografi, alokasi waktu : 2 kali pertemuan 2. Unsur / elemen simetri kristalografi, alokasi waktu : 2 kali pertemuan 3. Simbol kristalografi dengan alokasi waktu : 1 kali pertemuan Alokasi waktu Praktikum Mineralogi yang terdiri dari : 1. Mineralogi fisik dengan alokasi waktu : 3 kali pertemuan Total alokasi waktu pertemuan Praktikum Mineralogi adalah 8 kali pertemuan
  • 3. 3 BAB III DASAR TEORI 3.1 KRISTALOGRAFI 3.1.1 Pengertian kristal Kristal adalah zat padat homogen, biasanya anisotrop dengan susunan geometri yang teratur yang dibatasi oleh bidang permukaan yang kedudukannya tertentu dan teratur. Bahan padatan, biasanya anisotrop mengandung pengertian : tidak termasuk didalamnya cair dan gas, tidak dapat diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika. Menurut hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian : a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap. b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap. c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap Kristal juga di gunakan dalam istilah yang lebih luas yang mengidentifikasikan perkembangan yang sempurna. Zat padat kristalin dengan bentuk yang sempurna (well formed) disebut dengan euhedral, jika kurang sempurna disebut subhedral dan jika bentuknya tidak teratur disebut anhedral. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tntang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.  Sifat geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.  Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan luar, disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada permukaan,
  • 4. 4 juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi.  Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.  Sifat fisik kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom- atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal : sehingga akan dikenal 2 zat kristalin dan non kristalin. 3.1.2 Sistem kristalografi a. Sumbu dan sudut kristalografi Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai 3 (tiga) dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi. Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal). a. Sudut α adalah sudut yang dibentuk antara sumbu b+ dan c+ b. Sudut β adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a+ dan c+ c. Sudut γ adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a+ dan c+ b. Sistem kristal Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem berdasarkan pada:  Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografinya  Letak atau posisi sumbu kristalografinya  Nilai sumbu c atau sumbu vertikal 1. Sistem isometrik (reguler,kubik) Terdiri atas tiga buah sumbu a b yang saling tegak lurus satu sama lain dengan an ang yang sama a b disebut uga Sb a dengan kristal gra i α β γ ). Cara menggambar : Sudut –a1 dan a2 Sumbu a : b: c: = 1 : 3 : 3
  • 5. 5 2. Sistem Tetragonal Sistem tetrag nal mem unyai erbandingan sumbu a b yang artinya an ang sumbu a sama dengan sumbu b ta i tidak sama dengan sumbu dengan sudut kristal gra i α β γ ). Karena Sb a = Sb b disebut Sb a, Sb c lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b. Sb c lebih panjang Sb a dan Sb b disebut collumnar (panjang). Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut Stout (gemuk). Cara menggambar : Sudut a dan b Sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6 3.1.3 Unsur simetri kristal Masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi klas-klas kristal yang berjumlah 32 klas. Penentuan klas-klas kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung didalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi : a. Bidang simetri b. Sumbu simetri c. Pusat simetri a. Bidang simmetri Bidang kristal adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain, dinotasikan dengan m. Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1) Bidang simetri utama (Axial)
  • 6. 6 Bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama kristal dan membagi 2 bagian yang sama besar. Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu :  Bidang simetri utama horizontal  Bidang simetri utama vertical 2) Bidang simetri tambahan/ intermediet/ diagonal Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan bidang diagonal saja dengan notasi d. b. Sumbu simetri Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui usat kristal dimana a abila kristal tersebut di utar dengan garis tersebut sebagai porosnya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan yang semula (sama). Jenis-jeniss sumbu simetri gyre, sumbu cermin putar dan sumbu inverse putar (rotoinverse).  Sumbu simetri gyre Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak/kedua ujung sumbu utama. Jenisnya : digyre (2), trigyre (3), tetragyre (4), hexagyre (6).  Digyre (2) Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utama akan muncul 2 kali kenampakan sama, simbol : L2 = L2  Trigyre (3) Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utamanya, akan muncul 3 kali kenampakan sama, simbol : L3 = L3  Tetragyre (4) Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utamanya, akan muncul 4 kali kenampakan sama, simbol : L4 = L4  Sumbu cermin putar (gyroid)
  • 7. 7 Sumbu cermin putar (gyroid) didapat dari kombinasi suatu perputaran dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan kearah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut cermin putaran atau bidang normal, macamnya : digyroid (S2), trigyroid (S3), tetragyroid (S4), hexagyroid (S6).  Sumbu simetri putar Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai porosnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/pusat simetri pada sumbu tersebut (sentrum inversi). Dinotasikan : 4, 6 dan sebagainya. Sering uga ditulis dengan huru “L” kemudian disebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan kanan bawah ditulis i, misal : L4i. c. Pusat simetri atau titik simetri (centrum = C) Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang). Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri. 3.1.4 Simbol kristalografi Pembagian sistem kristal yang sering digunakan adalah dengan menggunakan simbol Herman-Mauguin dan Schoenflish, simbol tersebut adalah simbol kristal yang dikenal secara umum (simbol Internasional). a. Simbol Herman Mauguin Simbol Herman Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal tersebut. Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-masing kristal cara penentuannya pun berbeda pada tiap sistem kristal. 1. Sistem hexagonal
  • 8. 8  Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6,6,3,3) dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut.  Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c lateral (sumbu a,b,c) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.  Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermadiet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. b. Indeks Weiss dan Miller Indeks miller dan weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu- sumbu utaa (a, b dan c) pada kristal tersebut. Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks miller dan weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal. Pada dasarnya, indeks miller dan weiss tidak jauh beda, karena apa yang dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simetri kristal, yang berbeda hanyalah penentuan nilai indeks. Bila pad amiller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan nilai pembilangsama dengan satu. Maka pada weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyabit sama dengan No Nama Kelas Simbol Herman-Mauguin I II III 1 Klas hexagonal Pyramidal 6 - -
  • 9. 9 satu. Pada indeks weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama dengan nol), pads umumnya nilai tidak terbatas () tersebut digantikan dengan atau disamakan dengan tidak mempunyai nilai (0). Indeks miller weiss ini juga disebut sebagai ancer (sistem) bentuk. Hal ini adalah karena indeks ini juga akan mencerminkan bagaimana bentuk sisi-sisi dan bidang-bidang yang ada pada kristal terhadap sumbu-sumbu utama kristalnya. 3.2 MINERALOGI FISIK 3.2.1 Pengertian (Definisi )Mineral Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Definisi mineral menurut beberapa ahli :  L.G. berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam bentuk secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.  D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.  A.W.R Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat- sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan. Definisi mineral kompilasi : Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, berupa zat padat.
  • 10. 10 Berdasarkan definisi mineral diatas, maka mineral memiliki batasan-batasan definisi sebagai berikut : a. Suatu bahan alam Harus terjadi secara alamiah. Bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun mempunyai suatu bentuk kristal yang sesuai dengan kristal di alam. Contoh: NaCl (garam) dibuat di alam disebut sebagai Mineral Halite, sedangkan yang dibuat di laboratorium disebut Natrium Chlorida. b. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap  Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C), Native Silver (Ag), dll.  Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO4), Cassiterite (SnO2) c. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap d. Pada umumnya anorganik e. Homogen f. Berupa zat padat berbentuk kristal Zat padat yang komposisi atomnya tersusun secara teratur dan polanya berulang. 3.2.2 Sifat Fisik Mineral Sifat-sifat fisik dari mineral:  Warna (Colour)  Perawakan kristal (Crystal habit)  Kilap (Luster)  Kekerasan (Hardness)  Gores (Streak)  Belahan (Cleavage)  Pecahan (Fracture)  Nama mineral dan rumus kimia
  • 11. 11 a. Warna (Colour) Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic. Misal: Sulfur warna kuning Magnetite warna hitam Pyrite warna kuning loyang Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama allochromatic. Misal: Halite, warna yang dapat berubah-ubah  Abu-abu  Kuning  Coklat gelap  Merah muda  Biru bervariasi Kursa tak berwarna, tetapi kerena ada campuran/ pengotoran, warna berubah-ubah menjadi:  Merah muda  Coklat-hitam  Violet Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama chromophroses. Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasimerupakan chromophroses dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru. Faktor yang dapat mempengaruhi warna:
  • 12. 12 a. Komposisi kimia Chlorite – Hijau...................Cholor (greek) Albite – Putih.......................Albus (latin) Melanite – Hitam..................Melas (greek) Erythrite – Merah.................Erythrite (greek) (sel darah merah) Rhodonite – Merah jambu....Erythrite (greek) b. Struktur kristal dan ikatan atom Intan – tak berwarna – hexagonal Graphite – hitam - hexagonal c. Pengotoran dari mineral Mineral : Silica tak berwarna Jasper – merah Chalsedon – coklat hitam Agate – asap/putih b. Perawakan kristal (Crystal habit) Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem kristalografi. Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang- bidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated). Perawakan kristal, dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu: a) Elongated habits (meniang/berserabut) b) Flattened habits (lembaran tipis) c) Rounded habits (membutir) a) Elongated habits (meniang/berserabut)
  • 13. 13  Meniang (Collumar) Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang. Contoh : Tourmaline,Pyrolusite, wollansonite  Menyerat (fibrous) Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil Contoh: asbestos, gypsum, silimanit  Menjarum (acicular) Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil Contoh: natrolite, glauchopane  Menjaring (reticulate) Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jari Contoh: rutile, cerussite  Membenang (filliform) Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang Contoh: silver  Merabut (capillary) Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut Contoh: cuprite, bysolite  Montok (stout) Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal- kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya Contoh: zircon  Membintang (stellated) Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang Contoh: pirofilit  Menjari (radiated) Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari. Contoh: markasit, natrolit b) Flattened habits (lembaran tipis)
  • 14. 14  Membilah (bladed) Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh Contoh : kyanit, kalaverit  Memapan (tabular) Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contoh : barite, hematite  Membata (blocky) Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama. Contoh: microline  Mendaun (foliated) Bentuk kristal pipih dengan melapis perlapisan yang mudah di kupas. Contoh: mica, talk, chlorite  Memencar (divergent) Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka Contoh: gypsum, millerite  Membulu (plumose ) Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contoh: mica c) Rounded habits (membutir)  Mendada (mamilary) Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada Contoh: opal, malachit  Membulat (colloform) Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat- bulat. Contoh: bismuth, smallite, geothite  Membulat jari (colloform radial) Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.
  • 15. 15 Contoh: pyrolorphyte  Membutir (granular) Contoh: olivin, cinabar, chromite, alunite, sodalite, niveolite  Memisolit (pisolitic) Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah. Contoh: opal, gibbsite  Stalaktif (stalactitic) Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping. Contoh: gheothite  Mengginjal (reniform) Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal. Contoh: hematite c. Kilap (Luster) Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan(refraksi). Macam-macam kilap: a. Kilap logam (metallic luster) b. Kilap sub metallik (sub metallic luster) c. Kilap bukan logam (non metallic) a) Kilap kaca (vitrous luster) b) Kilap intan (adamantile luster) c) Kilap lemak (greasy luster) d) Kilap sutera (silky luster) e) Kilap mutiara (pearly luster) f) Kilap tanah (earthy luster) d. Kekerasan (Hardness) Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan. Skala kekerasan relatif mineral dari mohs:
  • 16. 16 1. Talc Mg3Si4O10(OH)2 2. Gypsum CaSO4·2H2O 3. Calcite CaCO3 4. Fluorite CaF2 5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) 6. Orthoclase KAlSi3O8 7. Quartz SiO2 8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2 9. Corundum Al2O3 10. Diamond C (pure carbon) Penentuan kekerasan relatif mineral dengan menggunakan alat sederhana yang terdapat disekitar kita. Miasl:  Kuku jari manusia H = 2,5  Kawat tembaga H = 3  Pecahan kaca H = 5,5  Pisau baja H = 6  Kikir baja H = 6,5  Lempeng baja H = 7 e. Gores (Streak) Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin, tapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, aka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung. f. Belahan (Cleavage) Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.Belahan dapat di bedakan menjadi: 1. Sempurna (perfect)
  • 17. 17 Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. 2. Baik (good) Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya. 3. Jelas (distinct) Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. 4. Tidak jelas (indistinct) Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar. 5. Tidak sempurna (imperfect) Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata. g. Pecahan (Fracture) Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yangtidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: 1. Pecahankonkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. 2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakanseperti serat, contohnya asbes, augit; 3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkanpermukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet; 4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya minerallempung.
  • 18. 18 5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar,dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni. 6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung. h. Nama mineral dan rumus kimia Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia di lakukan setelah deskripsi diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan deskripsi di atas dengan table determinan yang telah disediakan dilaboratorium.
  • 19. 19 BABA IV LAMPIRAN
  • 20. 20 BAB V PENUTUP 5.1 kesimpulan Yang dapat saya simpulkan bahwa mineral memiliki bentuk- bentuk khas dari Yang dapat saya simpulakan bahwa mineral memiliki bentuk – bentuk khas dari kristal.Kita mempelajari kristal bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan suatumineral. Mineal sebagai pembentuk batuan harus memiliki syarat agar dikatakan sebagai mineral yaitu : 1. Alamiah 2. Anorganik 3.Mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang tetap 4. Homogen 5. berupa padat 6.Memiliki atom – atom yang teratur
  • 21. 21 DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/95691331/19/VI-3-Mineral-Mineral-Pembentuk-Batuan