1. 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum mineralogi dilaksanakan untuk melengkapi silabus dan mengimplementasikan teori dengan praktek, yang diberikan pada acara perkuliahan mineralogi di Lingkungan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Selain itu kegiatan praktikum ini merupakan sarana meningkatkan standar kompetensi dari mahasiswa untuk menyelaraskan antara teori dan praktek.
Pelaksanaan praktikum Mineralogi dilaksanakan setelah atau bersamaan dengan perkuliahan Mineralogi di Teknik Geologi pada semester I. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Geologi Dinamik yang memiliki kapasitas 25 orang praktikan. Selain praktikum Mineralogi Laboratorium Geologi Dinamik dapat dilaksanakan Praktikum Geologi Fisik dan Dinamik, Petrologi, dan Geologi Struktur.
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum mineralogi ini diharapkan mahasiswa memiliki keahlian :
1. Dapat menentukan sistem kristal dari beberapa macam bentuk kristal berdasarkan panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.
2. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi simbol kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal.
3. Dapat mengetahui cara pendeskripsian atau pemerian secara fisik dari mineral.
4. Dapat mengetahui sifat-sifat fisik dari berbagai mineral.
2. 2
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Peralatan dan Bahan yang digunakan selama kegiatan Praktikum Mineralogi berlangsung adalah :
1. Busur derajat
2. Penggaris segi tiga
3. Pensil warna
4. Pensil
5. Spidol warna
6. Peraga kristal
7. Peraga mineral
2.2 Alokasi waktu
Alokasi waktu praktikum kristalografi terdiri dari :
1. Penggambaran sistem kristalografi, alokasi waktu : 2 kali pertemuan
2. Unsur / elemen simetri kristalografi, alokasi waktu : 2 kali pertemuan
3. Simbol kristalografi dengan alokasi waktu : 1 kali pertemuan
Alokasi waktu Praktikum Mineralogi yang terdiri dari :
1. Mineralogi fisik dengan alokasi waktu : 3 kali pertemuan
Total alokasi waktu pertemuan Praktikum Mineralogi adalah 8 kali pertemuan
3. 3
BAB III
DASAR TEORI
3.1 KRISTALOGRAFI
3.1.1 Pengertian kristal
Kristal adalah zat padat homogen, biasanya anisotrop dengan susunan geometri yang teratur yang dibatasi oleh bidang permukaan yang kedudukannya tertentu dan teratur.
Bahan padatan, biasanya anisotrop mengandung pengertian : tidak termasuk didalamnya cair dan gas, tidak dapat diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika.
Menurut hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian :
a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap.
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap
Kristal juga di gunakan dalam istilah yang lebih luas yang mengidentifikasikan perkembangan yang sempurna. Zat padat kristalin dengan bentuk yang sempurna (well formed) disebut dengan euhedral, jika kurang sempurna disebut subhedral dan jika bentuknya tidak teratur disebut anhedral.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tntang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
Sifat geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan luar, disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada permukaan,
4. 4
juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi.
Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.
Sifat fisik kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom- atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal : sehingga akan dikenal 2 zat kristalin dan non kristalin.
3.1.2 Sistem kristalografi
a. Sumbu dan sudut kristalografi
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai 3 (tiga) dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi.
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).
a. Sudut α adalah sudut yang dibentuk antara sumbu b+ dan c+
b. Sudut β adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a+ dan c+
c. Sudut γ adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a+ dan c+
b. Sistem kristal
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem berdasarkan pada:
Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografinya
Letak atau posisi sumbu kristalografinya
Nilai sumbu c atau sumbu vertikal
1. Sistem isometrik (reguler,kubik)
Terdiri atas tiga buah sumbu a b yang saling tegak lurus satu sama lain dengan an ang yang sama a b disebut uga Sb a dengan kristal gra i α β γ ).
Cara menggambar :
Sudut –a1 dan a2
Sumbu a : b: c: = 1 : 3 : 3
5. 5
2. Sistem Tetragonal
Sistem tetrag nal mem unyai erbandingan sumbu a b yang artinya an ang sumbu a sama dengan sumbu b ta i tidak sama dengan sumbu dengan sudut kristal gra i α β γ ). Karena Sb a = Sb b disebut Sb a, Sb c lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b. Sb c lebih panjang Sb a dan Sb b disebut collumnar (panjang). Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut Stout (gemuk).
Cara menggambar :
Sudut a dan b
Sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
3.1.3 Unsur simetri kristal
Masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi klas-klas kristal yang berjumlah 32 klas. Penentuan klas-klas kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung didalamnya.
Unsur-unsur simetri tersebut meliputi :
a. Bidang simetri
b. Sumbu simetri
c. Pusat simetri
a. Bidang simmetri
Bidang kristal adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain, dinotasikan dengan m.
Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Bidang simetri utama (Axial)
6. 6
Bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama kristal dan membagi 2 bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu :
Bidang simetri utama horizontal
Bidang simetri utama vertical
2) Bidang simetri tambahan/ intermediet/ diagonal
Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan bidang diagonal saja dengan notasi d.
b. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui usat kristal dimana a abila kristal tersebut di utar dengan garis tersebut sebagai porosnya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan yang semula (sama). Jenis-jeniss sumbu simetri gyre, sumbu cermin putar dan sumbu inverse putar (rotoinverse).
Sumbu simetri gyre
Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak/kedua ujung sumbu utama. Jenisnya : digyre (2), trigyre (3), tetragyre (4), hexagyre (6).
Digyre (2)
Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utama akan muncul 2 kali kenampakan sama, simbol : L2 = L2
Trigyre (3)
Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utamanya, akan muncul 3 kali kenampakan sama, simbol : L3 = L3
Tetragyre (4)
Apabila kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros utamanya, akan muncul 4 kali kenampakan sama, simbol : L4 = L4
Sumbu cermin putar (gyroid)
7. 7
Sumbu cermin putar (gyroid) didapat dari kombinasi suatu perputaran dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan kearah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut cermin putaran atau bidang normal, macamnya : digyroid (S2), trigyroid (S3), tetragyroid (S4), hexagyroid (S6).
Sumbu simetri putar
Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai porosnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/pusat simetri pada sumbu tersebut (sentrum inversi). Dinotasikan : 4, 6 dan sebagainya.
Sering uga ditulis dengan huru “L” kemudian disebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan kanan bawah ditulis i, misal : L4i.
c. Pusat simetri atau titik simetri (centrum = C)
Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang). Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri.
3.1.4 Simbol kristalografi
Pembagian sistem kristal yang sering digunakan adalah dengan menggunakan simbol Herman-Mauguin dan Schoenflish, simbol tersebut adalah simbol kristal yang dikenal secara umum (simbol Internasional).
a. Simbol Herman Mauguin
Simbol Herman Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada kristal tersebut.
Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-masing kristal cara penentuannya pun berbeda pada tiap sistem kristal.
1. Sistem hexagonal
8. 8
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6,6,3,3) dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut.
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c lateral (sumbu a,b,c) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermadiet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
b. Indeks Weiss dan Miller
Indeks miller dan weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu- sumbu utaa (a, b dan c) pada kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks miller dan weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal.
Pada dasarnya, indeks miller dan weiss tidak jauh beda, karena apa yang dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simetri kristal, yang berbeda hanyalah penentuan nilai indeks. Bila pad amiller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan nilai pembilangsama dengan satu. Maka pada weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyabit sama dengan
No
Nama Kelas
Simbol Herman-Mauguin
I
II
III
1
Klas hexagonal Pyramidal
6
-
-
9. 9
satu. Pada indeks weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama dengan nol), pads umumnya nilai tidak terbatas () tersebut digantikan dengan atau disamakan dengan tidak mempunyai nilai (0).
Indeks miller weiss ini juga disebut sebagai ancer (sistem) bentuk. Hal ini adalah karena indeks ini juga akan mencerminkan bagaimana bentuk sisi-sisi dan bidang-bidang yang ada pada kristal terhadap sumbu-sumbu utama kristalnya.
3.2 MINERALOGI FISIK
3.2.1 Pengertian (Definisi )Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
L.G. berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam bentuk secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat- sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Definisi mineral kompilasi :
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, berupa zat padat.
10. 10
Berdasarkan definisi mineral diatas, maka mineral memiliki batasan-batasan definisi sebagai berikut :
a. Suatu bahan alam
Harus terjadi secara alamiah. Bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun mempunyai suatu bentuk kristal yang sesuai dengan kristal di alam.
Contoh:
NaCl (garam) dibuat di alam disebut sebagai Mineral Halite, sedangkan yang dibuat di laboratorium disebut Natrium Chlorida.
b. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap
Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C), Native Silver (Ag), dll.
Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO4), Cassiterite (SnO2)
c. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap
d. Pada umumnya anorganik
e. Homogen
f. Berupa zat padat berbentuk kristal
Zat padat yang komposisi atomnya tersusun secara teratur dan polanya berulang.
3.2.2 Sifat Fisik Mineral
Sifat-sifat fisik dari mineral:
Warna (Colour)
Perawakan kristal (Crystal habit)
Kilap (Luster)
Kekerasan (Hardness)
Gores (Streak)
Belahan (Cleavage)
Pecahan (Fracture)
Nama mineral dan rumus kimia
11. 11
a. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal: Sulfur warna kuning
Magnetite warna hitam
Pyrite warna kuning loyang
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama allochromatic.
Misal: Halite, warna yang dapat berubah-ubah
Abu-abu
Kuning
Coklat gelap
Merah muda
Biru bervariasi
Kursa tak berwarna, tetapi kerena ada campuran/ pengotoran, warna berubah-ubah menjadi:
Merah muda
Coklat-hitam
Violet
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama chromophroses.
Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasimerupakan chromophroses dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna:
12. 12
a. Komposisi kimia
Chlorite – Hijau...................Cholor (greek)
Albite – Putih.......................Albus (latin)
Melanite – Hitam..................Melas (greek)
Erythrite – Merah.................Erythrite (greek) (sel darah merah)
Rhodonite – Merah jambu....Erythrite (greek)
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Intan – tak berwarna – hexagonal
Graphite – hitam - hexagonal
c. Pengotoran dari mineral
Mineral : Silica tak berwarna
Jasper – merah
Chalsedon – coklat hitam
Agate – asap/putih
b. Perawakan kristal (Crystal habit)
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem kristalografi.
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang- bidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).
Perawakan kristal, dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu:
a) Elongated habits (meniang/berserabut)
b) Flattened habits (lembaran tipis)
c) Rounded habits (membutir)
a) Elongated habits (meniang/berserabut)
13. 13
Meniang (Collumar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : Tourmaline,Pyrolusite, wollansonite
Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil
Contoh: asbestos, gypsum, silimanit
Menjarum (acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil
Contoh: natrolite, glauchopane
Menjaring (reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jari
Contoh: rutile, cerussite
Membenang (filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang
Contoh: silver
Merabut (capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut
Contoh: cuprite, bysolite
Montok (stout)
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal- kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya
Contoh: zircon
Membintang (stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang
Contoh: pirofilit
Menjari (radiated)
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari.
Contoh: markasit, natrolit
b) Flattened habits (lembaran tipis)
14. 14
Membilah (bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh
Contoh : kyanit, kalaverit
Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contoh : barite, hematite
Membata (blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama.
Contoh: microline
Mendaun (foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis perlapisan yang mudah di kupas.
Contoh: mica, talk, chlorite
Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka
Contoh: gypsum, millerite
Membulu (plumose )
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh: mica
c) Rounded habits (membutir)
Mendada (mamilary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada
Contoh: opal, malachit
Membulat (colloform)
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat- bulat.
Contoh: bismuth, smallite, geothite
Membulat jari (colloform radial)
Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.
15. 15
Contoh: pyrolorphyte
Membutir (granular)
Contoh: olivin, cinabar, chromite, alunite, sodalite, niveolite
Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh: opal, gibbsite
Stalaktif (stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping.
Contoh: gheothite
Mengginjal (reniform)
Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal.
Contoh: hematite
c. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan(refraksi).
Macam-macam kilap:
a. Kilap logam (metallic luster)
b. Kilap sub metallik (sub metallic luster)
c. Kilap bukan logam (non metallic)
a) Kilap kaca (vitrous luster)
b) Kilap intan (adamantile luster)
c) Kilap lemak (greasy luster)
d) Kilap sutera (silky luster)
e) Kilap mutiara (pearly luster)
f) Kilap tanah (earthy luster)
d. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan.
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs:
16. 16
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO4·2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6. Orthoclase KAlSi3O8
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9. Corundum Al2O3
10. Diamond C (pure carbon)
Penentuan kekerasan relatif mineral dengan menggunakan alat sederhana yang terdapat disekitar kita.
Miasl:
Kuku jari manusia H = 2,5
Kawat tembaga H = 3
Pecahan kaca H = 5,5
Pisau baja H = 6
Kikir baja H = 6,5
Lempeng baja H = 7
e. Gores (Streak)
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin, tapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, aka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.
f. Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.Belahan dapat di bedakan menjadi:
1. Sempurna (perfect)
17. 17
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
2. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
3. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
4. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
5. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
g. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yangtidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
1. Pecahankonkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakanseperti serat, contohnya asbes, augit;
3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkanpermukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya minerallempung.
18. 18
5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar,dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.
6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
h. Nama mineral dan rumus kimia
Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia di lakukan setelah deskripsi diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan deskripsi di atas dengan table determinan yang telah disediakan dilaboratorium.
20. 20
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Yang dapat saya simpulkan bahwa mineral memiliki bentuk- bentuk khas dari
Yang dapat saya simpulakan bahwa mineral memiliki bentuk – bentuk khas dari kristal.Kita mempelajari kristal bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan suatumineral. Mineal sebagai pembentuk batuan harus memiliki syarat agar dikatakan sebagai mineral yaitu : 1. Alamiah 2. Anorganik 3.Mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang tetap 4. Homogen 5. berupa padat 6.Memiliki atom – atom yang teratur
21. 21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/95691331/19/VI-3-Mineral-Mineral-Pembentuk-Batuan