1. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN
Petrologi berasal dari kata petra yang diartikan sebagai batu dan logos yang
berarti ilmu. Petrologi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan
serta kondisi pembentukannya. Secara umum, petrologi merupakan cabang ilmu
geologi yang mempelajari tentang genesa (struktur, tekstur, mineralogi,
penyebarannya, klasifikasi, dan tata penamaan batuan).
Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan
pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi.
Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan secara mata
telanjang, secara optik atau mikroskopis, secara kimia, dan radio isotop. Studi
petrologi dibatasi secara megaskopis saja. Aspek pemerian antara lain meliputi warna,
tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusa n
(permeabilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Sedangkan aspek genesa-interpretasi
mencakup tentang sumber asal hingga proses atau cara terbentuknya
batuan (Anonim, 2014).
Petrologi yang mempelajari aspek tentang batuan penyusun kulit bumi juga
mencakup tentang :
1. Genesa batuan
2. Komposisi mineral batuan
3. Asal dari suatu klasifikasi batuan
4. Hubungan dengan proses geologi
5. Hubungan dengan sejarah geologi
6. Penyusun dari isi bumi, terutama batuan.
(Frianto, 2009)
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan
analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi
modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan
kecenderungan dan siklus geokimia serta penggunaan data termodinamika dan
2. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental menggunaka n
perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan
fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan.
Percobaan tersebut khususnya berguna untuk menyelidiki batuan pada kerak
bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan ke
permukaan pada kondisi asli.
Batuan adalah suatu bahan penyusun kerak bumi dan merupakan kumpula n
(agregat) dari mineral-mineral yang telah mengalami penghabluran dan tidak termasuk
di dalamnya tanah dan batuan lepas lainnya yang berupa hasil dari pelapukan kimia
ataupun mekanis juga proses erosi dari batuan.
Batuan secara genesanya dapat dikelompokkan menjadi empat jenis batuan.
Adapun keempat jenis batuan tersebut, yaitu batuan beku, batuan piroklastik, batuan
sedimen, dan batuan metamorf.
1. Batuan Beku (Igneous Rock)
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan
magma baik di bawah maupun di atas permukaan bumi. Igneous berasal dari
kata ignis yang berarti api atau pijar, karena magma merupakan material
silikat yang panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi. Dari hasil
pembentukan tersebut, dimulai dari pembekuan lambat yang akan
menghasilkan tekstur kasar, diikuti dengan pembekuan sedang yang juga akan
menghasilan tekstur kasar (tidak sekasar pada pembekuan lambat), dan kemudian
pembekuan cepat yang akan menghasilkan tekstur halus pada batuan. Batuan
beku merupakan suatu kumpulan-kumpulan interlocking agregat dari minera l-mineral
Kelompok VI
silikat yang terbentuk akibat penghabluran magma yang mendingin.
Batuan beku berdasarkan tempat terbentuknya dibedakan menjadi batuan beku
intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi terbentuk dari hasil
pembekuan magma dalam perut bumi. Sedangkan batuan beku ekstrusi terbentuk
dari hasil pembekuan magma di permukaan bumi. Petrologi batuan beku berfokus
pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt
yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup
batuan volkanik dan plutonik.
3. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Berdasarkan genetik atau tempat terjadinya pembentukan batuan beku
terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Batuan Ekstrusi
b. Batuan Gang
c. Batuan Intrusi
Struktur adalah kenampakan hubungan antara batuan dalam skala besar
ataupun kecil, biasanya sangat jelas kenampakannya bila dilihat di lapangan.
Struktur yang sering ditemukan : masif, joint, pillow lava, vesikuler, skoria,
amigdaloidal, xenolit dan autobreccia.
Adapun tekstur batuan beku dapat tergolong atas beberapa macam, yaitu
sebagai berikut :
a. Granularitas
Kelompok VI
Bentuk butiran-butiran yang terdapat dalam batuan beku dapat
dibedakan beberapa struktur, diantaranya :
1) Fanerik Granular
2) Afanitik
3) Porfiritik, dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Faneroporfiritik
b) Porfiroafanitik
4) Glassy
b. Derajat Kristalisasi
Dalam derajat kristalisasi terdapat tiga macam penggolongan yaitu
sebagai berikut :
1) Holokristalin
2) Hipokristalin
3) Holohialin
c. Bentuk Butiran
Kenampakan dari tubuh kristal yang terbentuk. Ada tiga macam bentuk
dari kristal : euhedral, subhedral dan anhedral.
d. Relasi
Relasi merupakan hubungan bentuk keseragaman antar butiran kristal
satu dengan yang lainnya, yaitu equigranular dan inequigranular.
4. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan batuan yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh proses-proses yang berkaitan dengan letusan gunung berapi.
Material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi (terbatukan) sebelum
mengalami transportasi (reworked) oleh air maupun es. Batuan piroklastik terdiri
dari himpunan material lepas-lepas dan menyatu kembali dari bahan-bahan yang
dikeluarkan oleh aktifitas gunung berapi, yang berupa material padat berbagai
ukuran dari yang halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran
bongkah. Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun
jenis butirannya. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur
dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang
mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih
halus). Material yang keluar dari letusan gunung berapi disebut material
piroklastik yang menjadi cikal bakal terbentuknya batuan piroklastik.
Material penyusun batuan-batuan piroklastik dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Kelompok Essential
b. Kelompok Cognate
c. Kelompok Accidental
Struktur batuan piroklastik memiliki banyak kesamaan dengan batuan
beku, seperti adanya struktur skoria, vesikuler serta amigdaloidal. Sifat khas dari
tekstur batuan piroklastik adalah bentuk butiran yang runcing tajam, terutama
dikenal dengan sebutan Glasshard atau gelas runcing tajam serta adanya
batuapung (pumice).
Untuk komposisi mineral batuan piroklastik terbagi atas tiga macam, yaitu
sebagai berikut :
a. Mineral-mineral Sialis
Kelompok VI
Mineral-mineral sialis tergolong menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut :
1) Kuarsa (SiO2)
2) Feldspar, baik K-Feldspar, Na-Feldspar maupun Ca-Feldspar
3) Feldspatoid
5. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Mineral-mineral Ferromagnesia
Kelompok VI
Mineral dalam kelompok ini merupakan mineral yang kaya akan
kandungan ikatan Fe-Mg silikat dan kadang-kadang disusul dengan Ca-silikat.
Mineral-mineral tersebut hadir dalam kelompok mineral, seperti piroksin dan
olivin
c. Mineral Tambahan
Mineral-mineral yang sering hadir, seperti : hornblende, biotit,
magnetit, dan ilmenit.
3. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan Sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi), baik secara mekanik, kimia, ataupun organik. Material hasil proses
pelapukan secara tetap akan terkikis dari batuan induknya, kemudian mengalami
pengangkutan dan diendapkan di danau, lembah sungai, laut atau cekungan
lainnya. Setelah diendapkan, material yang dekat dengan dasar akan mengalami
kompaksi. Lama kelamaan endapan ini akan tersemenkan oleh mineral yang
mengkristal di pori-pori antar butiran sehingga membentuk batuan sedimen.
Batuan sedimen terbentuk dari akumulasi materi hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme yang
telah diendapkan lapis demi lapis pada bagian permukaan bumi yang kemudian
mengalami lithifikasi.
Ciri-ciri batuan sedimen tergolong menjadi lima bagian, yaitu sebagai
berikut:
a. Berlapis (stratification)
b. Mengandung fosil
c. Adanya mineral dari batuan asal
d. Memiliki struktur sedimen
e. Tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan
ketebalan dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Ukuran butirnya
pun sangat beragam, dari sangat halus sampai sangat kasar.
6. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Menurut Pettijohn, 1975 dan W.T Huang, 1962 secara genetik
dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu :
a. Batuan sedimen klastik
Kelompok VI
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus
atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf
dan sedimen itu sendiri.
Struktur sedimen adalah kenampakkan batuan sedimen dalam dimensi
yang lebih besar. Studi struktur paling baik dilakukan di lapangan.
Berdasarkan asalnya struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokan
menjadi tiga macam, yaitu :
1) Struktur Primer
2) Struktur Sekunder
3) Struktur Organik
Tekstur batuan sedimen klastik adalah suatu kenampakan yang
berhubungan dengan ukuran atau bentuk butir serta susunannya. Ada lima
hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan tekstur, yaitu :
1) Ukuran butir (Grain size)
2) Derajat Pemilihan (sortasi)
a) Pemilahan Baik (well sorted)
b) Pemilahan Sedang (medium sorted)
c) Pemilahan Buruk (PoorIy sorted)
3) Derajat Pembundaran (Roundness)
a) Menyudut (angular)
b) Menyudut tanggung (subangular)
c) Membundar tanggung (subrounded)
d) Membundar (rounded)
e) Membundar baik (wellrounded)
4) Porositas
a) Porositas baik
b) Porositas sedang
c) Porositas buruk
7. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5) Kemas
a) Kemas terbuka
b) Kemas tertutup
Kelompok VI
Komposisi mineral pada batuan sedimen klastik dapat dibedakan
sebagai berikut :
1) Fragmen
2) Matrik
3) Semen
a) Semen karbonat, contohnya : kalsit dan dolomit.
b) Semen silika, contohnya : kalsedon dan kuarsa.
c) Semen oksida besi, contohnya : limonit dan hematit.
b. Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga
dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisas i
langsung atau reaksi organik.
Struktur sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia
ataupun kegiatan organik. Di bawah ini adalah macam-macam struktur batuan
sedimen non klastik, yaitu : fossilliferous, oolitik, pisolitik, konkresi, bioherm,
cone in cone, biostrom, septaria, geode, dan styolit.
Tekstur batuan sedimen non klastik dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu : kristalin dan amorf. Komposisi mineral batuan sedimen non klastik
lebih sederhana, biasanya terdiri dari satu atau dua macam minera l
(monomineralic).
4. Batuan Metamorf (Metamorf Rock)
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk oleh proses
metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya (batuan induk atau source
rock) yang mengalami perubahan-perubahan tekstur dan komposisi akibat suhu
dan tekanan tinggi. Batuan asal dari batuan metamorf dapat berupa batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf itu sendiri. Agen atau media yang
menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan
kimia aktif. Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan
mengalami perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan
8. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terbentuk, sehingga batuan menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan
kestabilannya kembali pada kondisi yang baru, maka batuan mengalami
perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur yang
berada beberapa kilometer di bawah permukaan bumi. Karena pembentukannya
yang sangat jauh di bawah permukaan, maka proses pembentukan batuan
metamorf sangat sulit dipelajari oleh geologiawan. Petrologi batuan metamorf
berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu
sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah
melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim.
Batuan metamorf dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu metamorfosa kontak
(termal), di sekitar suatu intrusi magma dimana panas pemegang peranan dan
fluida- fluida. Metamorfosa dinamis (kataklastik), di sekitar dislokasi dimana
tekanan memegang peranan. Sedangkan metamorfosa regional, dimana kedua efek
ini memegang peranan penting. Secara umum batuan metamorf ini dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu pada suatu struktur foliasi dan struktur non
foliasi.
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf. Berikut
adalah macam-macam tekstur batuan metamorf : kristaloblastik, lepidoblast ik,
granoblastik, nematoblastik, porpiroblastik, idioblastik, dan xenoblastik. Pada
dasarnya komposisi mineral batuan metamorf ini dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : mineral stress dan mineral anti stress.
Derajat metamorfosa dapat tergolong menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut :
a. Batuan Metamorfosa Derajat Rendah
b. Batuan Metamorfosa Derajat Menengah
c. Batuan Metamorfosa Derajat Tinggi
Adapun tipe-tipe metamorfosa tergolong menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut :
a. Metamorfosa Thermal (Kontak)
b. Metamorfosa Dinamo (Dislokasi)
c. Metamorfosa Regional
Kelompok VI
9. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Batuan-batuan tersebut terbentuk oleh karena ada proses yang terjadi di bumi.
Ada dua proses yang terjadi di bumi yang mengakibatkan terbentuknya batuan-batuan,
struktur lapisan tanah dan juga bentuk-bentuk dari struktur bumi, yaitu :
1. Proses Endogen
Proses endogen adalah proses yang terjadi oleh karena faktor - faktor yang
ada di dalam bumi, seperti pengaruh magma dan lainnya. Contoh dari proses
endogen :
a. Epirogenisis
Kelompok VI
Epirogenesis adalah pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lambat,
berlangsung dalam waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas. Gerak
epirogenesis terbagi atas :
a) Epirogenesis positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga kelihatan
permukaan air laut naik.
b) Epirogenesis negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatan
permukaan air laut turun.
b. Orogenesis
Gerak orogenesis, adalah gerak yang relatif lebih cepat dari gerak
epirogenesis yang menyebabkan terbentuknya pegunungan. Gerak orogenesis
menyebabkan tekanan horisontal dan vertikal di kulit bumi yang menyebabkan
terbentuknya lipatan dan patahan.
a) Lipatan, adalah gerakan tekanan horisontal yang menyebabkan permukaan
bumi melipat, mengkerut, dan terbentuklah pegunungan. Puncak dari suatu
lipatan disebut antiklinal dan lembahnya disebut sinklinal.
b) Patahan, adalah tekanan horisontal dan vertikal yang menyebabkan lapisan
kulit bumi yang rapuh menjadi retak dan patah. Bagian tanah yang turun
disebut graben, sedang permukaan bumi yang lebih tinggi disebut horst.
c. Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan pembentukan
gunungapi yaitu pergerakan magma di dalam kulit bumi menyusup ke lapisan
yang lebih atas atau keluar permukaan bumi.
10. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok VI
Adapun gejala vulkanisme yang dapat ditimbulkan meliputi sebagai
berikut.
1) Intrusi magma, yaitu proses terobosan magma ke dalam lapisan kulit bumi
tetapi tidak sampai keluar permukaan bumi.
Adapun bentukan akibat intrusi magma diantaranya sebagai
berikut :
a) Batholit adalah dapur magma yang membeku.
b) Lakolith adalah bentukan dimana bagian atasnya cembung dan bagian
bawahnya data.
c) Sill adalah bentukan intrusi magma diantara dua lapisan sedimen
dimana bagian atas dan bawahnya datar.
d) Gang adalah bentukan intrusi magma yang menerobos celah yang
sempit.
e) Apofisa adalah cabang dari gang.
f) Diatrema atau korok, adalah bentukan intrusi magma yang terjadi pada
lubang kepundan (diatrema).
2) Ekstrusi magma (erupsi), yaitu proses terobosan magma sampai keluar dari
permukaan bumi.
Adapun berdasarkan sifat letusannya erupsi tergolong menjadi dua
bagian, yaitu sebagai berikut :
a) Erupsi efusif, yaitu letusan gunung berapi yang tidak menimbulka n
ledakan, biasanya material cair (lelehan).
b) Erupsi eksplosif, yaitu letusan gunung berapi yang menimbulka n
ledakan. Erupsi ini biasanya menyemburkan material padat dan cair.
Adapun berdasarkan bentuk lubang tempat keluarnya magma,
erupsi dibagi menjadi :
a) Erupsi linear, yaitu tempat keluarnya magma berbentuk garis
(memanjang).
b) Erupsi areal, yaitu tempat keluarnya magma berbentuk lubang yang
besar akibat dekatnya dapur magma ke permukaan bumi.
c) Erupsi sentral, yaitu tempat keluarnya magma berbentuk lubang yang
relatif kecil.
11. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses yang terjadi oleh karena faktor - faktor yang
berasal dari luar inti bumi seperti pelapukan tanah, sedimentasi dan lainnya.
Adapun beberapa contoh dari proses eksogen yang sering terjadi yaitu
sebagai berikut :
a. Pelapukan
Kelompok VI
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material
tanah pada dan dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik,
kimia dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses
pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai
batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh
dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastik mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan
asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induknya (asal),
tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, lama pelapukan, dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri.
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi, dan
biologis) itu bekerja bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin
lebih dominan dibandingkan dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia
memegang peran yang terpenting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan
jenis lain tidak penting. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka
pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia, dan biologis.
Pelapukan merupakan proses proses alami yang menghancurkan batuan
menjadi tanah.
Adapun jenis pelapukan digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut :
1) Pelapukan biologi merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk
hidup. Contoh: tumbuhnya lumut.
2) Pelapukan fisika merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
suhu atau iklim. Contoh : perubahan cuaca.
12. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Pelapukan kimia merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya
batuan dengan zat-zat kimia. Contoh: tercampurnya batu oleh limbah pabrik
yang mengandung bahan kimia.
Kelompok VI
Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi,
contohnya batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama
kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah. Peristiwa itu sering disebut dengan
pelapukan fisika. Batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan
hancur. Peristiwa tersebut sering disebut pelapukan biologi.
b. Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep
pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk
hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi
tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya.
c. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil erosi air, angin,
atau gletser atau proses terbawanya material hasil pelapukan dan erosi oleh air,
angin, atau gletser untuk diendapkan pada suatu wilayah. Proses sedimentas i
berkaitan erat dengan peristiwa erosi. Karena itulah, sedimentasi dapat diartikan
sebagai proses pengendapan hasil erosi oleh tenaga erosi pada tempat yang lebih
rendah, berupa cekungan seperti danau, sungai, dan waduk. Banyaknya endapan
sedimentasi hasil erosi menunjukkan tingkat sedimentasi tinggi. Akibat dari
terjadinya proses sedimentasi adalah timbulnya pendangkalan pada sungai,
danau, dan waduk. Selanjutnya, semua hasil pelapukan material yang
diendapkan melalui proses sedimentasi lama-kelamaan akan menjadi batuan
sedimen. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses
pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit
pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan
dari material-material yang diangkut oleh angin.
13. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok VI
Sedimentasi dapat tergolong menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
1) Sedimentasi air terjadi di sungai
2) Sedimentasi angin biasanya disebut sedimentasi aeolis
3) Sedimentasi gletser mengahasilkan drumlin, moraine, ketles, dan esker
Adapun penjelasan mengenai pembagian sedimentasi yaitu sebagai
berikut :
1) Sedimentasi oleh air
Lumpur dan material lain hasil erosi yang diangkut oleh aliran air akan
diendapkan ke tempat yang lebih rendah. Tempat pengendapan itu berada pada
dataran rendah, waduk, situ, danau, muara sungai, tepi pantai dan dasar laut.
Danau, waduk, situ, dan rawa akan menjadi dangkal dan akhirnya punah bila
terus menerus diendapi lumpur hasil erosi.
Apa yang harus dilakukan agar ketiga penampungan air tersebut bisa
lestari dan tidak punah dan apa yang terjadi bila lumpur dan material lain hasil
erosi air itu diendapkan di muara sungai atau di tepi pantai. Endapan lumpur
tersebut akan membentuk delta dan gosong pasir. Delta merupakan daratan di
muara sungai yang dibentuk oleh endapan sungai. Sedangkan gosong pasir
adalah gundukan pasir (dan tanah) di tepi pantai yang menyembul di
permukaan laut bila air laut sedang surut dan tenggelam kembali bila laut
sedang pasang.
Bila lumpur dan material lain hasil erosi terbawa air sungai hingga ke
laut, maka gelombang laut akan mencampakkan kembali sebagian material
hasil erosi ke pantai yang wujudnya berupa tanggul pantai.
*Sumber : http://zonangelmu.blogspot.com, 2014
Gambar 1.1.
Sedimentasi Oleh Air
14. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2) Sedimentasi oleh angin
Kelompok VI
Material hasil erosi yang diangkut oleh angin akan diendapkan dalam
beberapa ujud (kenampakan), yaitu: Tanah loss. Debu yang dibawa oleh angin
dari gurun pasir akan mengendap disekitar gurun dan membentuk tanah loss.
Tanah ini sangat subur dan baik untuk pertanian, bila cukup air.
Bukit-bukit pasir (sand dunes), yaitu gumuk pasir di tepi pantai hasil
endapan angin.
*Sumber : http://zonangelmu.blogspot.com, 2014
Gambar 1.2.
Sedimentasi Oleh Angin
3) Sedimentasi oleh gletser
Pada saat bongkah-bongkah es (gletser) meluncur, maka akan mengikis
tanah atau batuan yang dilewatinya lalu diendapkan di bagian bawah (lembah)
yang endapannya bernama morain.
*Sumber : http://zonangelmu.blogspot.com, 2014
Gambar 1.3.
Sedimentasi Oleh Gletser
Apakah tanah juga dikategorikan batuan. Istilah tanah dalam bidang geologi
adalah regolitya itu selubung atau lapisan terluar permukaan bumi yang terdiri dari
partikel-partikel batuan yang lepas, butir-butir mineral, yang umumnya terletak di atas
batuan induk (Flint dan Skinner, 1974:486)
15. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Menurut Santosa dkk (1994) secara petrografis batuan G. Ili Lewotolo terbagi
menjadi 3 jenis yaitu andesit, andesit basaltic, dan basalt. Fenokris utama penyusunnya
adalah plagioklas, piroksen, mineral opak ditambah dengan atau tanpa adanya olivin
dan hornblenda yang tertanam dalam masa dasar berupa mikrolit-mokrolit plagioklas,
gelas, dan mikrogranular piroksen.
*Sumber : http://ryokurniawan.blogspot.com, 2014
Kelompok VI
Gambar 1.4.
Siklus Batuan
Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan
dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk
kembali sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini
berjalan secara kontinu dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang
terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan
biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal Bumi dan energi panas yang datang
dari Matahari.
Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan mengalami pelapukan dan
mengalami transformasi menjadi regolit melalui proses yang melibatkan atmosfer,
hidrosfer, dan biosfer. Selanjutnya, proses erosi mentansportasikan regolit dan
kemudian mengendapkannya sebagai sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen
tertimbun, dan mengalami kompaksi dan kemudian menjadi batuan sedimen.
16. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kemudian, proses-proses tektonik yang menggerakkan lempeng dan pengangkatan
kerak Bumi menyebabkan batuan sedimen mengalami deformasi. Penimbunan yang
lebih dalam membuat batuan sedimen menjadi batuan metamorf, dan penimbunan
yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorf meleleh membentuk magma yang
dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku yang baru. Pada berbagai tahap siklus
batuan ini, tektonik dapat mengangkat kerak bumi dan menyingkapkan batuan
sehingga batuan tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan demikian, siklus
batuan ini akan terus berlanjut tanpa henti. Dari kesimpulan diatas, jika dihubungka n
siklus batuan dengan sedimentologi, maka batua sedimen itu bisa berasal dari batuan
apa saja, baik itu batuan beku, batuan metamorf, ataupun batuan sedimen itu sendiri.
Adapun urutan-urutan batuan dapat digolongkan menjadi 4 bagian, yaitu
sebagai berikut :
1. Satuan Endapan Vulkanik Non Merapi
Satuan batuan ini merupakan hasil endapan dari Gunung Singgalang dan
erupsi kaldera Maninjau. Satuan batuan yang tersebar di bagian barat laut dan utara
merupakan endapan hasil erupsi kaldera Maninjau, berupa tufa batu apung.
Umumnya terdiri dari serabut-serabut gelas dan fragmen batu apung, berwarna
putih, agak kompak, dan terdapat lapisan batupasir yang kaya akan kuarsa.
2. Jatuhan Piroklastik 1 Merapi
Satuan batuan ini diperkirakan merupakan batuan tertua hasil Gunung
Merapi, yang tersebar di bagian timur sampai ke tenggara. Secara umum ciri-cir i
endapan ini berwarna kuning kecoklatan sampai coklat, terdapat lapisan lapili
dominan pumice dengan ketebalan lk. 40 cm dan lapisan abu banyak mengandung
mineral pirit.
3. Jatuhan Piroklastik 1 Sikumpar
Secara umum litologinya berwarna coklat kekuningan, ukuran butir lapili,
dominan litik, terdapat pumis (batu apung). Satuan ini membentuk morfologi
tersendiri berupa sisa kerucut eksentrik, dimana sebagian dari tubuhnya
terhancurkan oleh letusan.
4. Lava 1 Merapi
Litologinya berupa lava andesitik berwarna abu-abu pada bagian yang segar
dan abu-abu kehitaman pada bagian yang agak lapuk.
Kelompok VI
17. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamia h
dengan suhu 900O-1200OC atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah atau
selubung bumi bagian atas. Komposisi magma yaitu SiO2, Al2O3, Fe2O3, MnO, CaO,
Na2O, P2O5, K2O, dan TiO2.
Dalam sejarahnya magma mengalami pembekuan yang terjadi karena
penurunan suhu atau temperatur (proses diferensiasi magma). Penyebab lain yaitu
akibat dari tekanan gas-gas yang terdapat pada kerak bumi atau di dalam bumi. Magma
mengalami suatu evolusi dalam kurun waktu yang sangat lama yaitu jutaan tahun.
*Sumber : http://ryokurniawan.blogspot.com, 2014
Kelompok VI
Gambar 1.5.
Proses Diferensiasi Magma
Adapun proses diferensiasi magma dapat digolongkan menjadi 6 bagian, yaitu
sebagai berikut :
1. Fragsinasi
Merupakan pemisahan kristal dari larutan magma disebabkan karena proses
kristalisasi tidak berjalan seimbang.
2. Crystal Setting (Gravitational Setting)
Merupakan pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal berat seperti Ca,
Mg, dan Fe yang memperkaya magma pada bagian dasar waduk magma.
3. Liquid Immisibility
Merupakan larutan magma yang memiliki suhu rendah lalu pecah menjadi
larutan yang masing-masing akan membeku dan membentuk bahan heterogen.
18. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4. Crystal Flotation
Merupakan pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium yang
akan memperkaya magma pada bagian atas waduk magma.
5. Vesiculation
Merupakan proses dimana magma yang mengandung komponen seperti
CO2, SO2, dan S2 sewaktu naik ke permukaan membentuk gelembung gas dan
membawa serta komponen volatil sodium (Na) dan potassium (K).
6. Diffusion
Merupakan bercampurnya batuan-batuan dinding dengan magma di dalam
waduk magma secara lateral.
Batuan bermula dari magma yang merupakan bahan pembentuk batuan dan
berada jauh dari permukaan bumi. Magma membeku, sehingga terbentuklah batuan
beku. Batuan beku tadi mengalami pelapukan kemudian tertransportasi dan terdeposisi
menjadi material sedimen, yang selanjutnya mengalami proses litifikasi sehingga
terbentuklah batuan sedimen. Batuan sedimen ini apabila mengalami proses
metamorfosa (perubahan tekanan dan suhu yang tinggi), maka akan terbentuk batuan
metamorf. Batuan metamorf apabila terkena lapisan atmosfer yang bersuhu tinggi
maka batuan tersebut akan meleleh dan kembali menjadi magma. Proses-proses
tersebut kemudian membentuk suatu siklus yang berkesinambungan yang disebut
jentera batuan atau lebih dikenal dengan siklus batuan (Asikin, 1976).
Berdasarkan penghabluran mineral–mineral silikat (magma), oleh Bowen
disusun suatu seri yang dikenal dengan “Bowen Reaction Series”. Seri Reaksi Bowen
menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana
ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dalam hal
ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral. Tahun 1929-1930,
dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral-mineral terbentuk
dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin
(kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan sifat
mineral yang terbentuk (tekstur, dan lain-lain) serta laju pendinginan yang lambat
memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.
Kelompok VI
19. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Discontinuous Siries Continuous
Kelompok VI
Ortho
Piroksin
Klino
Piroksin
Hornblende
Biotit
Olivin
Anortit
Bitonit
Labradorit
Andesin
Oligoklas
Albite
Pottasium
Feldspar
Muscovit
Kuarsa
1200
900
600
*Sumber : http://geohazard009.wordpress. com, 2014
Gambar 1.3.
Bowen Reaction Series
Adapun penjelasan-penjelasan mengenai Bowen Reaction Series, yaitu sebagai
berikut :
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan
feldspar yang kaya akan kalsium dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap
dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar sampai titik
kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan
kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar
hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana
satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu
dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan
pembentukan mineral olivin yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil
20. PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan pyroxene menjadi
stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium terbentuk
dan pada kisaran suhu 9000C amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma
mendingin di 6000C biotit mulai terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada
tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang
terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk
sebelumnya, misal olivin dengan rim pyroxene. Deret ini berakhir dengan
mengkristalnya biotit dimana semua besi dan magnesium telah selesai dipergunaka n
dalam pembentukan mineral.
Kelompok VI