SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang
kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu
kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara
tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat di
dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan
mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat mineral
pembentuk batuan yang terdapat di bumi serta dampaknya terhadap sifat tanah.
Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta dimana
kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral tertentu. Bidang muka
yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan mineralogi biasanya bersifat
anisotrop dan tembus air. Sedangkan di dalam mempelajari mineralogi berarti akan
membahas mineral dimana merupakan benda padat homogen yang ada di alam dengan
komposisi kimia tertentu, mempunyai atom yang teratur dan biasanya terbentuk secara
alami.
Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses
geologi, yaitu :
a. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma
b. Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari
luar.
c. Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik
dengan sumbu zona pelapukan. Berdasarkan perbandingan panjang yang berada pada
sumbu-sumbu kristalografi, letak maupun maupun posisi sumbu, jumlah dan nilai
sumbu vertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal digolongkan menjadi 7 sistem
kristal, yaitu :
a) Sistem Isometrik
b) Sistem Tetragonal
c) Sistem Hexagonal
d) Sistem Trigonal
e) Sistem Orthorombik
f) Sistem Trikilin
g) Sistem Monoklin
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1. Menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah
sumbu serta besar dri sudut yang dibentuk antar sudut pada bentuk kristal.
2. Mendeskripskan bentuk kristal berdarkan parameter dari penggambaran, jumlah
dan posisi sumbu kristal serta bidang kristal yang dimiliki oleh bentuk kristal.
3. Menentukan golongan 3 sistem kristal.
1.2.2 Tujuan
1. Dapat menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posis sumbu,
serta besar sudut yang dibentuk antara sumbu pada bentuk kristal.
2. Dapat mendeskripsikan bentuk kristal berdasarkan atas parameter penggambaran,
jumlah dan posisi sumbu pada kristal dan bidang kristal yang dibentuk oleh setiap
bentuk kristal.
3. Dapat menentukan golongan 3 sistem kristal.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
a. Alat tulis menulis ( pensil , penghapus , pulpen dll. )
b. Papan standar
c. Busur derajat
d. Pensil warna
e. Mistar 30 cm
1.3.2 Bahan
a. Kertas F4
b. Problem Set
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, proses pembentukannya,
komposisinya, struktur dan sifat-sifat fisiknya. Dalam geologi akan terbagi lagi dalam
beberapa ilmu salah satunya kristalografi dan mineralogi. Mineralogi sendiri akan
membahas tentang mineral yang dengan sedikit kekecualian, dimana proses dalam
keadaan padat. Bilamana proses kondisi memungkinkan, mereka dapat membentuk
berupa permukaan yang halu secara beraturan dan didalam bentuk geometri dikenal
sebagai kristal sebagai suatu disiplin ilmu kristalografi. Pada saat ini banyak sekal proses
yang telah diketahui dalam terbentuknya kristal yang proses tersebut terdiri dari proses
buatan dari manusia di labratorium ayaupun proses pendinginan magma, proses avaporit,
proses hidrotermal dan yang lain bentuk kesempurnaan dari kristal dapat dibagi menjadi
bila bentuknya sempurna disebut sebagai subhedral, bila masih terdapat bidang kristal
disebut sebagai subhedral dan bila sudah tidak terdapat disebut anhedral.
Mineral yang ada dalam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini
dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun dari bentuk kristal-kristal
mineral kadang memperlihhatkan kesamaan pada berbagai mineral sehingga muncul
klasifikasi umum dari sesem kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama dan setiap
sistem dibagi kebeberapa kelas.
Pembagin sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yaitu
berdasarkan simetri translasi di tiga arah yang mempunyai ciri-ciri tersendiri ada setiap
kelas. Sistem kristal terbagi menjadi 7 sistem kristal. Beirkut ini merupakan 7 sistem
utama dari 7 sistem kristal yang tersebut diatas :
2.1 Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem
kubus/kubik. Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya
berbentuk kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang
dapat ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas
dan ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered
cubic, face centered cubic.
Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang identik dan saling tegak
lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu pertama terletak vertikal,
sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke
kanan. Ketiga sumbu tersebut dapat saling bertukar dan masing – masing sumbu dinamai
dengan huruf a. Kelas – kelas dalam sistem kristal ini yaitu :
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
a. hexoctahedral calss
b. pentagonal icostetrahedral class
c. hextetrahedral class
d. dyakisdodecahedral class
e. tetrahedral pentagonal dodecahedral class
Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Masing-masing sumbu sama panjangnya.
2.2 Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari
tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari
pemanjangan bentuk dasar kubik sehingga bentuk dasar kubik tersebut menjadi prism.
Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan
centered tetragonal.
Sistem kristal tetragonal meliputi semua kristal yang mempunyai 3 buah sumbu
yang tegak lurus, dua di antaranya sama panjang dan terletak di bidang horizontal yang
dinamakan dengan sumbu lateral dan diberi tanda dengan huruf a. sumbu yang ketiga
tegak lurus dengan bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu
c yang panjangnya bisa lebih panjang atau lebih pendek daripada sumbu lateral.
Sedangkan sumbu yang membagi dua sama rata sumbu yang terbentuk dari perpotongan
sumbu a adalah sumbu intermediate yang ditukis dengan huruf b. sistem kristal ini terbagi
menjadi tujuh kelas yaitu :
a. ditetragonal bipyramidal class
b. tetragonal trapezohedral class
c. ditetragonal pyramidal class
d. tetragonal scalenohedral class
e. tetragonal bipyramidal class
f. tetragonal pyramidal class
g. tetragonal bisphenoidal class
Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
2.3 Sistem Orthorombik
Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu
simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan face
centered orthorombic.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Sistem ini meliputi kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang tidak sama
panjangnya dan saling tegak lurus. Satu sumbu vertikal yang disebut dengan sumbu c.
satu sumbu yang lainnya memanjang ke belakang dari arah depan yang disebut sumbu a
atau sumbu brachy. Sumbu yang ketiga dari kiri ke kanan disebut sumbu b atau sumbu
macro. Tidak ada yang namanya sumbu pokok dalam sistem kristal ini. Semua sumbu
dapat menjadi sumbu vertikal atau sumbu c. sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu
:
a. orthorhombic bipyramidal class
b. orthorhombic bisphenoidal class
c. orthorombic pyramidal class
2.4 Sistem Hexagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan
bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal
hexagonal. Sistem kristal ini mencakup semua kristal yang mempunyai empat buah
sumbu. Tiga di antaranya sama panjang dan terletak di bidang horizontal serta
perpotongan antara masing – masing sumbu membentuk sudut 60. mereka dinamai sumbu
lateral dan diberi tanda huruf a dan dapat saling ditukar – tukar. Sumbu keempat tegak
lurus terhadap bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c,
panjang nya bisa lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu lateral. Sistem kristal ini
mempunyai tujuh buah kelas yaitu :
a. dihexagonal bipyramidal class
b. hexagonal trapezohedral class
c. dihexagonal pyramidal class
d. ditrigonal bipyramidal class
e. hexagonal bipyramidal class
f. hexagonal pyramidal class
g. trigonal bipyramidal class
Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda,
dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
2.5 Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian pula
cara penggambarannya juga sama. Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari
tujuh sistem kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais
lattices. Sistem kristal ini dideskripsikan dengan tiga buah vektor dasar dan mempunyai
vektor yang sama panjangnya. Trigonal dapat juga disebut sebagai sistem kristal
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
isometrik yang mengalami perpanjangan menyeluruh secara diagonal sehingga : a = b =
c; Pada awalnya sistem kristal trigonal menjadi satu dengan sistem kristal hexagonal
sehingga ciri – cirinya sama. Namun ada beberapa ahli kristalografi yang kemudian
membedakannya dengan sistem kristal hexagonal karena pada sistem ini, sumbu c
bernilai 3. sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu :
a. ditrigonal scalenohedral class
b. trigonal trapezohedral class
c. ditrigonal pyramidal class
d. trigonal rhombohedral class
e. trigonal pyramidal class
Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk
segienam kemudian dibuat segitiga degnan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.
2.6 Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Dalam kristalografi, sistem monoclinic merupakan sistem kristal yng
mempunyai tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan
centered monoclinic lattices. Dalam sistem kristal monoclinic, kristal digambarkan
mempunyai vektor – vektor yang tidak sama panjang dan mempunyai sudut lebih dari
90°.Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak
sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sistem
kristal ini adalah kristal yang mempunyai tiga buah sumbu tidak sama panjang, dua di
antaranya ( a dan c ) saling memotong dan membentuk sudut tidak sama besar dan sumbu
ketiga ( b ) tegak lurus terhadap keduanya. Sumbu c adalah sumbu vertikal, sumbu a
adalah sumbu yang memanjang ke belakang dari depan dan mempunyai nama sumbu
clino, sumbu b adalah sumbu yang dari kiri ke kanan dan mempunyai nama sumbu ortho.
Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu
a. prismatic class
b. sphenoidal class
c. domatic class
2.7 Sistem Triklin
Dalam kristalografi, trikilin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan
menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu – satunya
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
yang tidak mempunyai bidang cermin. Penggambarannya hambir sama dengan
orthorhombik, namun tiga vektor yang digambarkan tidak tegak lurus satu sama lain.
Sistem kristal ini merujuk pada kristal yang mmpunyai tiga buah sumbu tidak
sama panjang dan berptongan membentuk sudut yang tidak sama besar. Penamaan
sumbunya mengikuti penamaan pada sistem kristal orthorhombic yaitu a adalah sumbu
brachy, b adalah sumbu macro dan c adalah sumbu vertikal. Biasanya sumbu brachy
merupakan sumbu yang terpendek di antara ketiganya. Sistem kristal ini terbagi menjadi
dua kelas yaitu :
a. pinacoidal class
b. pedial class
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal
yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan
yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut =  =  = 90. Karena
Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan
perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3.
Cara penggambaran Isometrik :
1. Buatlah sumbu kristalografi sesuia dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c = 1:3:3
dan besar sudut a+ dan b- = 30˚.
2. Beri tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi.
3. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang sama dengan
sumbu a yang telah diberi tanda.
4. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada sumbu a
dan di sumbu c.
5. Buat atau tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada dua
titik pada sumbu b dan sumbu a.
6. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan garis
sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c.
7. Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan.
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral,
terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b  c . Sudut  =  =  =90; Karena
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau
Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ;
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
Cara penggambaran Tetragonal :
1. Buatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6
2. Membuat sudut a-/b+ = 30o
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-
4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-
5. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
7. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi.
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a,
b dan d yang saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang
yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu
horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang,
disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°.
Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ /
b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan
satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.
Cara penggambaran trigonal :
1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6
2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170
3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-
5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a
6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong
sumbu b pada langkah 2
7. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam
8. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b
pada langkah 2.
2.8 Kristalografi
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang Kristal suatu mineral.
Kristalografi juga diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari sifat geometris dari
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Kristal terutama perkembangan,pertumbuhan,kenampakan,bentuk luar struktur dalam
hubungan dengan sifat fisik dari suatu mineral. Kristal adalah suatu bangun polider atau
bidang banyak yang teratur dan di batasi oleh bidang-bidang datar dengan jumlah tertentu.
Selama kegiatan kristalisasi terbentuk Kristal karena adanya gaya tarik menarik baik
antara satu atom dengan yang lainnya.
1. Kenampakan Kristal
Bidang-bidang datar yang tabapak di permukaan suatu Kristal, disebut sebagai
bidang muka Kristal. Bentuk muka bidang Kristal dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian besar yaitu Kristal-kristal yang mempunyai bidang-bidang muka pada Kristal
sama dinamakan Kristal berbentuk sederhana. Suatu Kristal yang mempunyai bidang-
bidang Kristal tidak ada yang sama dinamakan Kristal terbentuk kombinasi.
Disamping dua bentuk utama, terdapat pula bentuk gabungan,yang disebut bentuk
Kristal kembar,yaitu:
a) Bentuk Kristal kembar terdiri dari bentuk-bentuk sederhana.
b) Bentuk Kristal kembar yang terdiri dari bentuk kombinasi
Bentuk Kristal adalah suatu hasil pertumbuhan dari Kristal secara khusus dan
mengikuti hukum-hukum tertentu.
2. Bentuk Kristal
Pada wujudnya sebuah Kristal itu seluruhnya telah dapat ditentukan secara ilmu ukur
dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan Kristal dengan
cara demikian tidaklah mungki. Hal ini dapat dilakukan dengan menetetapkan kedudukan
bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu
kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis system sumbu yaitu:
a) System sumbu kubik
b) System sumbu tetragonal
c) System sumbu orthorombik
d) System sumbu monoklin
e) System sumbu triklin
f) System sumbu heksagonal
g) System sumbu rombohedral
Setiap model atau bentuk Kristal memilki penamaan tersendiri dengan bentuknya
masing-masing. Nama dari bentuk Kristal dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Pedian merupakan bentuk kristak yang terdiri dari satu bidang datar.
b) Dome terdiri dari dua bidang datar yang tidak sejajar dan simetris bila di lalui oleh
sebuah bidang yang simetri.
c) Pinakoid terdiri dari dua bidang datar yang sejajar
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
d) Sphenoid merupakan bentuk Kristal yang memilki dua bidang yang sejajar,simetris
jika dilalui dua atau empat sumbu simetri.
e) Disphenoid memilki empat bidang datar yang mana dua bidang datar merupakan
upper sphenoid diselingi dengan dua bidang datar lower sphenoid.
f) Prisma merupakan bentuk Kristal yang terdiri dari 3,4,6,8 atau 12 bidang datar yang
tidak sama sejajar pada suatu sumbu yang sama(kecuali monoklinik prisma)
g) Schalenohedron merupakan bentuk Kristal dengan delapan bidang datar(tetragonal)
atau dua belas bidang datar dalam bentuk tertutup dengan kelopmpok bidang datar dlama
pasnagan yang tertentu.
h) Trapezihedron terdiri dari 6,8,atau 12 bidang datar yang mana 3,4ata6 bidang datar
di atas adlah cabang dari 3,4,6 bidang datar di bawahnya(isometric trapezohedron dan
bentuknya terdiri dari 24 bidang datar)
i) Dipyramid merupakan bentuk Kristal tertutup yang terdiri dari 6 bidang datar.
Perpotongan ujung-ujungnya yang tidak pada sudut siku-siku(Rhombohedron hanya
dijumpai di devisi rhombohedron pada system heksagonal)
Pengelompokan kedalam suatu kelas simetri didasarkan dengan unsur simetri.
Unsur simetri terdir dari sumbu simetri bidang simetri dan titik simetri atau pada pusat
simetri.
Sumbu simetri adalah suatu garis lurus yang melalui titik Kristal dimana apabila
Kristal terbuat 360` dengan garis Kristal tersebut sebagai poros perpotongan, maka
menunjukan kenampakan-kenampakan seperti semula.
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat sama,dimana bagian satu
merupakan pencerminan bagian yang lain.
Pusat simetri adalah titi didalam melaluinya dapat dibuat garis lurus sedemikian
rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain pada jarak yang sama
(tepi,sudut,bidang).
Cara memberi nama suatu bentuk Kristal pada bentuk dasar :
a) Untuk system isometric,nama Kristal diberikan berdasarkan bidang yang menyusun
dan disertakan menyusun dan disertakan menyusun suatu pada bangun Kristal,atau
bentuk khas dari bidang yang dapat menyusun dan disertakan pula jumlah bidang secara
keseluruhan.
b) Untuk system selain isometric,bentuk Kristal diberi nama berdasarkan bentuk secara
morfologi Kristal yang membangun bentuk tersebut.
c) Semua bentuk morfologi yang ada disebutkan. Morfologi yang mendonasinasi atau
tampak lebih menonjol dari bentuk lainnya di sebut terlebih dahulu.
d) Jika kombinasi yang terjadi dari kelas yang berbeda maka bentuk kombinasi
mengikuti kelas terendah.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
e) Ada enam system sumbu Kristal utama yaitu system sumbu Kristal
isometric,tetragonal,heksagonal,orthorombik,monoklin,dan triklin. Uaraian singkat
perihal bentuk Kristal yaitu sebagai berikut:
a) Isometric: ketiga sumbu Kristal terletak tegak lurus satu sama lainnya,serta
mempunyai panjang yang sama.
b) Tetragonal: jumlah sumbu Kristal tiga buah,dua buah sumbu yang sama panjang
sedangkan lainnya tegak lurus dengan satuan pada panjang yang berbeda. Ketiganya
terletak tegak lurus dengan satuan pada panjang yang berbeda.ketiganya terletak tegak
lurus sesamanya.
c) Heksagonal: jumlah sumbu Kristal empat buah,tiga buah sumbu borizontal yang
sama panjang dan membuat sudut sama pula.sumbu vertical mempunyai satuan panjang
yang berbeda.
d) Orthorhombic: tiga buah sumbu terletak tegak lurus sesamanya. Satuan panjang
etiganya berbeda.
e) Monoklin: ketiga sumbu Kristal panjangnya tidak sama. Salah satu diantara ketiga
sumbu yang biasanya tegak terletak tegaklurus pada sebuah sumbu mendatar,sedangkan
sumbu ketiga yang bersudut lebih besar dari 90` tertuju pada pemeriksa.
f) Triklin: tiga sumbu Kristal tidak sama panjang,terletak tidak tegak lurus sesamanya.
Kedudukan salib sumbu dipilih sedemikian rupa sehingga sumbu dengan sudut yang lebih
dari 900 besarnya mengarah ke pemeriksa.
Dalam magma panas dan cair, ion-ion bergerak bebas tidak beraturan. Pada saat
magma mendingin, pergerakannya yang lambat dan mengatur kedalam pola tertentu.
Biasanya magma tidak membeku seketika. Mula-mula terbentuk sejumlah Kristal dalam
bentuk kecil-kecil. Secara sistematis bertambah ion-ion dan berkembanglah Kristal
menjadi lebih besar. Pada suatu saat kristal-kristal yang tumbuh saling bersentuhan dan
berhenti tumbuh. Dan tumbuhlah Kristal-kristal baru di tempat lain mengisi sisa ruang
yang masih kosong. Dengan demikian proses ini berlanjut hingga akhirnya jadilah suatu
massa padat yang terdiri dari Kristal-kristal yang saling mengunci. Kecepatan
pendinginan magma sangat mempengaruhi pertumbuhan Kristal bila mendingin perlahan
lahan, memungkinkan Kristal tumbuh dan sempurna serta ukuran yang besar. Sebaliknya
bila mendingin dengan cepat maka yang terjadipun sebaliknya. Ion-ion dapat kehilangan
daya gerakannya dengan cepat dan berbentuk Kristal-kristal kecil. Apabila
pendinginannya sangat cepat maka ion-ion tidak sempat membentuk Kristal (amorf) dan
hasilnya adalah massa yang terdiri dari ion-ion yang acak pertumbuhan Kristal
tidakhanya tergantung pada kecepatan pendinginannya saja, melainkan huaga ruang yang
ada.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Mineral dengan sedikit kekecualian, dimana proses penempatan atom-atom dalam
keadaan padat. Bilamana kondisi memungkingkan,mereka mendapatkan pembentukan
dari permukaan yang halus secra beraturan. Dan dalam bentuk suatu geometri yang
dikenal sebagai Kristal.
Secara umum, bentuk dinyatakan dengan kenampakan luar suatu benda. Di dalam
kristalografi, bentuk berhubungan dengan sumbu simetri, bentuk – bentuk Kristal dilihat
dari bidang muka dibagi menjadi bentuk sederhana, kombinasi dan kembar (twinning).
Alat untuk mengukur sudut antara bidang Kristal disebut Goniometer, yang terdiri
dari 2 (dua) jenis goniometer kontak dan goniometer refleksi. Cara kerja goniometer
kontak yaitu dengan meletakkan Kristal hingga rapat dan besarnya sudut dapat dibaca
pada skala. Untuk pengukuran yang lebih teliti, gunakan goniometer refleksi. Prinsip
kerjanya yaitu sumber cahaya yang berasal dari collimator C diarahkan ke satu bidang
Kristal. Pengamat dapat melihat melalui teleskop F, sehingga didapat N1 (normal) : hasil
pembacaan dapat dilihat dari nonius.
Demikianlah hal ini dilakukan berulang-ulang pada bidang Kristal yang lainnya,
dengan memutar Kristal dan graduated circle (H), sehingga akan didapat N2 dan
seterusnya. Sudut antar bidang Kristal dapat iketahui yaitu sudut antara N1 dan N2 sudut
yag dibaca pada nonius). Dalam hal ini berlaku dalil Kristal 1 yang dinyatakan oleh
Nichola Steno (1969) : bentuk Kristal sederhana mempunyai bentuk Kristal yang semua
bidang mukanya sama dan ada pula yang mempunyai bidang muka tidak sama atau
mempunyai dua atau lebih bidang muka yang tidak sama.
Bidang-bidang datar yang tabapak di permukaan suatu Kristal, disebut sebagai
bidang muka Kristal. Bentuk muka bidang Kristal dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian besar yaitu Kristal-kristal yang mempunyai bidang-bidang muka pada Kristal
sama dinamakan Kristal berbentuk sederhana. Suatu Kristal yang mempunyai bidang-
bidang Kristal tidak ada yang sama dinamakan Kristal terbentuk kombinasi.
Pada wujudnya sebuah Kristal itu seluruhnya telah dapt ditentukan secara ilmu
ukur dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan Kristal
dengan cara demikian tidaklah mungki. Hal ini dapat dilakukan dengan menetetapkan
kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-sistem koordinat.
Sumbu simetri adalah suatu garis lurus yang melalui titik Kristal dimana apabila
Kristal terbuat 360` dengan garis Kristal tersebut sebagai poros perpotongan,maka
menunjukan kenampakan-kenampakan seperti semula.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
Sebelum memulai kami menyiapkan alat dan bahan praktikum yaitu alat tulis
menulis, papan standar, mistar 30 cm, busur 3600, kertas F4, dan 5 lembar problem set.
Kemudian kami memulai mengambar sistem kristal sesuai arahan - arahan asisten, yang
pertama kami menggambar sistem kristal isometrik. Sumbu-sumbu kristalografi dalam
sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang sama panjangnya dan membentuk sudut
900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah
a, b, dan c. Sudut =  =  = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3. Cara
penggambarannya pertama – tama kami membuat sumbu kristalografi sesuai dengan
ukuran perbandingan yaitu a:b:c = 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚. Lalu memberi
tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi. Lalu menarik
garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang sama dengan sumbu a
yang telah diberi tanda. Setelah itu membuat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada
dua tanda atau titik pada sumbu a dan di sumbu c. Kemudian kami menarik garis sejajar
terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada dua titik pada sumbu b dan sumbu a.
Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan garis sejajar
a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c. Dan terakhir Membuat perpotongan garis
yang telah dihubungkan kemudian kami mewarnai bidangnya.
Setelah sistem isometrik, sistem tetragonal, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral,
terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b  c . Sudut  =  =  =90; Karena
Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau
Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ;
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.Cara mengambar sumbu ini kami membuat
perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6 lalu membuat sudut a-/b+ = 30o. kemudian
memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-. Terus kami
membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-. Lalu tarik garis ke
bagian ketiga dari sumbu b+ menuju bagian ketiga dari sumbu b-. Membuat proyeksi
bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi.
Setelah itu kami menggambar sistem Trigonal. Sumbu-sumbu kristalografi dalam
sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a, b dan d yang saling membentuk sudut
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang yang sama. Sumbu vertikal di sebut
sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o;
sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d
terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°. Sumbu c dapat lebih panjang atau
lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o.
Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat
dengan memperhatikan Sb b dan Sb d. Cara penggambaran trigonal, kami membuat
perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 lalu kami membuat garis dengan sudut
a+/ b- = 170, Setelah itu membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390, kemudian memberi
keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- kemudian membuat
garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a, lalu Membuat garis yang
sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2
kemudian membuat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk
segi enam. Kemudian yang terakhir kami membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke
garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2 dan mewarnainya.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
BAB IV
HASIL DAN PEBAHASAN
4.1 Hasil
1. Sistem kristal Isometrik
No. Urut : 01
Sistem Kristal : Isometrik
Sifat Kristal : a = b = c ; α : β : γ = 90o
Cara Penggambaran : < a+/ b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 3
Elemen Kristal : 3A4, 4A3, 6A2, 9PC
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 4/m, 3, 2/m
 Shoenflish : Oh
Indeks Bidang Warna : Warna
Merah (1, 0, 0)
Ungu ( 0,0,0 )
Coklat (0, 1, 0)
Hitam ( 0,0,0 )
Jingga (0, 0, 1)
Hijau Muda ( 0,0,0 )
Biru ( 0,0,0 )
Nama Kristal : Hexocthahedral
Kelas Kristal : Hexocthahedron
Contoh Mineral : HALITE (NaCl)
GALENA (Pbs)
FLOURITE (CaF2)
GOLD (Au)
ARGENTIT (Ag2S)
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
2. Sistem Kristal Tetragonal
No. Urut : 02
Sistem Kristal : Tetragonal
Sifat Kristal : a = b ≠ c ; α : β : γ = 90o
Cara Penggambaran : <a+/b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 6
Elemen Kristal : A4, 2A2, 2A2, P.2, P2P
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 4/m, 2/m, 2/m
 Shoenflish : C4H
Indeks Bidang Warna : Warna (a, b, c)
Jingga (1, 0, 0)
Hijau (0, 1, 0)
Merah muda (0, 0, 1)
Nama Kristal : Ditetragonal Bypiramidal
Kelas Kristal : Ditetragonal Bypiramidon
Contoh Mineral : KALKOPIRIT(CuFeS2)
AUTUNIT (U)
LEUCIT (AlSi206)
RUTIL (TiO2)
PIROLUSIT (MnO2)
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
3. Sistem Kristal Trigonal
No. Urut : 03
Sistem Kristal : Trigonal
Sifat Kristal : a = b = d ≠ c ; β1 : β2 :β3 = 90o ; γ1 :γ2 :γ3 = 120o
Cara Penggambaran : < a+/b- = 17o ; < a+/b- = 39o ; b : d : c = 3 : 1 : 6
Elemen Kristal : A3, 3A2, 3PC
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 3, 2/m
 Shoenflish : C6h
Indeks Bidang Warna : Warna ( a, b, c, d )
Biru muda ( 1, 0, 0, 0 )
Ungu ( 0, 1, 0, 0 )
Coklat ( 0, 0, 1, 0 )
Merah ( 0, 0, 0, 1)
Nama Kristal : Dihexagonal Prism + Basal Pinocoid
Kelas Kristal : Dihexagonal Bypiramidal
Contoh Mineral : MAGNESITE (MgCaCO3)
CINABAR (HgS)
BISMUTH (Bi)
ILMENIT (FeTiO3)
KORUNDUM (Al2O3)
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sistem Kristal Isometrik
Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan
sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari berbagai
sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah
dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya
yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah
sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu
a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama
lain (90˚).
Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 3 : 9 : 9. Artinya,
pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan
a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
a. Intan (C)
Genesa atau pembentukan dari endapan intan terbagi menjadi dua teori utama
yang keduanya masih dipergunakan. Teori pertama menunjukkan bahwa intan merupakan
fenokris yang sudah terbentuk saat magma dari astenosfer naik ke atas melalui pipe
diatremenya. Teori kedua mengatakan bahwa intan merupakan kristal exotic (xenokris)
yang membeku selama pergerakan mengisi pipe-diatreme. Fasies pembentukan endapan
ini terdiri atas fasies crater, fasies diatreme, dan fasies hypabisal. Fasies crater terbentuk
setelah letusan dalam pembentukan pipe-diatreme. Fasies diatreme adalah proses
pendinginan dari magma yang naik langsung dari astenosfer. Fasies hypabisal terjadi pada
bagian bawah, dekat dengan astenosfer, di mana terjadi pembentukan ‘root’ dari pipe
yang berhubungan langsung dengan astenosfer.
Manfaat Intan Sifat fisik dan kimia yang unik dari intan membuatnya cukup
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kekerasan, refraksi, dispersi, dan kilau
yang tinggi serta keterdapatannya di permukaan, membuat intan menjadi mineral yang
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
bernilai ekonomis dan sangat langka. Kebanyakan harga intan yang sudah diolah
ditentukan dari kualitasnya seperti warna, cara pemotongan (cut), clarity, dan karat.
Intan banyak digunakan sebagai perhiasan (kalung, gelang, cincin, dsb), alat
pemotong (gergaji, alat gerinda), dan mata bor (bit) pada beberapa mesin pengeboran.
Selain itu intan juga dapat digunakan sebagai membran (selaput) penutup pada mesin x-
ray, selaput getar pada speaker, konduktivitas mikroelektronik, dan microbearing pada
jarum jam tangan.
Gambar 4.4 Intan
b. Emas (AU)
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa
latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi
dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini
banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah
satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu
sekitar 1000 derajat celcius.
Ganesa Emas dalam beraneka ragam campuran yang terutama mengandung
logam-logam perak (Ag), tembaga (Cu) dan timbal (pb). Beberapa telurida Au dan Au-
Ag biasanya terbentuk sebagai silvanit, calaverit, petzit, krennerit dan nagyagit.
Antimonida, aurostibit dan AuSb2 dalam cebakan-cebakan mengandung emas; bersama
dengan selenida emas mengandung Ag, fischesserit, Ag3AuSe2, sulfida emas
mengandung Ag, uytenbogaardit, bismuthid, maldonit, dan Au2Bi. Mineral-mineral bijih
Au yang utama berupa logam murni, aurostibit dan beraneka ragam telurida. Emas
digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai
perhiasan, dan elektronik.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter
absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun
secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar
amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau
batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.
Gambar 4.5 Emas
c. Galena (PbS)
Galena atau dikenal sebagai timah hitam di alam berupa senyawa PbS. Apabila
unsur sulfida dominan pada batuan galena, secara fisik terasa aroma sulfida di lokasi
batuan tersebut. Mineral yang biasanya ditemukan dekat galena antara lain sphalerit, pirit
dan kalkopirit.
Mineral galena ini banyak berguna dalam industri pengolahan besi dan baja,
terutama bila terdapat unsur tembaga (Cu) di dalamnya. Batuan galena Indonesia saat ini
kebanyakan diekspor untuk memenuhi kebutuhan industri di China. pengalaman tim
GeoAtlas, galena tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batuan. Singkapan
mineral galena ini bisa terlihat di lereng bukit atau tepian sungai di daerah batuan. Pada
beberapa tempat, mineral galena ini berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu).
Apabila unsur Cu juga dominan pada mineral galena, diperkirakan harga mineral tersebut
akan lebih tinggi di pasaran internasional. Metode eksploitasi galena umumnya
menggunakan peledakan atau membuka singkapan dengan alat berat kemudian
mengambil secara manual. Kondisi ini berlaku untuk cadangan galena jumlah besar,
sedangkan pada lokasi dengan cadangan galena sedikit, cukup dilaksanakan penggalian
dan pengambilan secara manual. Daerah eksplorasi galena Tim GeoAtlas antara lain
berada di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Barat.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Gambar 4.6 Galena (PbS)
d. Perak (AG)
Perak adalah perak adalah logam lunak yang memiliki lapisan logam mengkilap
Perak sangat elastis (yang berarti dapat ditarik ke kawat) dan lunak (yang berarti dapat
ditempa menjadi lembaran datar). Perak memiliki konduktivitas listrik tertinggi dari
semua elemen serta konduktivitas termal tertinggi dari semua logam. Perak juga sangat
reflektif. Perak sangat tidak reaktif. Ini tidak akan bereaksi dengan udara atau air. Perak
akan memudar ketika bersentuhan dengan senyawa sulfur.
Adapun Ganesa dari perak tersebut yaitu pembentukan mineral sulfida ada
kaitannya proses hidrtermal atau lokasi pembentukannya ekat dengan gunungapi yang
memiliki kandungan Sulfur yang tinggi. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur
tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi di bawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat
pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Kegunaan Perak yaitu Sebagai perhiasan selain emas, Sebagai Investasi, Sebagai
ornament dan hiasan, Sebagai peralatan makan, Sebagai penghantar listrik, pengganti
kawat tembaga, Sebagai Mata busi, Sebagai bahan baku pembuatan medali, Bahan baku
pembuatan uang koin.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Gambar 4.7 Perak
e. Tembaga (Cu)
Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54,
merupakanunsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur
1.803° Celcius dan titikdidih 2.595° C. dikenal sejak zaman prasejarah. Tembaga sangat
langka dan jarang sekalidiperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai
senyawa dan mineral.
Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting
dalam bentuk kuningan,perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan
dalam pembuatan pelat, alat-alatlistrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat
dapur, dan industry. Senyawa tembaga jugadigunakan dalam kimia analitik dan
penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan
biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakanunsur penting dalam darah
binatang berkulit keras.
Manfaat Penggunaan Tembaga, Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan
dynamo, Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu
mengndung tembagauntuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar mata uang
yang terbuat dari emas. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari
kapal, Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol
menjadi metanal.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Gambar 4.8 Tembaga (Cu)
4.2.2 Sitem Kristal Tetragonal
Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan a2
mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau
lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama
dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut
antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
a. Kalkopirit
Pada saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi
dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfates. Rekanan Mineral Tembaga meliputi
sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS), digenite ( Cu9S5);
karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida jarang seperti cuprite ( Cu2O).
Kalkopirit jarang ditemukan bersama-sama tembaga murni. Kalkopirit sering diacungkan
dengan pirit. Kolkopirit kristalnya jarang dan lebih sedikit rapuh. Warna kalkopirit
kuning gelap dengan sedikit warna kehijau – hijauan dan kilap berminyak diagnostic.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga tinggi, kalkopirit telah sering dikenal
sebagai ” tembaga kuningan”.
Kalkopirit alami tidak punya rangkaian larutan padat dengan mineral sulfida
lain. Ada penggantian batas Zn dengan Cu di samping kalkopirit mempunyai struktur
hablur yang sama sebagai sphalerite. Bagaimanapun, kalkopirit sering tercemari dengan
berbagai unsur-unsur lain seperti Co, Ni, Mn, Zn iklan Sn yang menggantikan untuk Cu
dan Fe. Se, Fe dan Seperti menggantikan untuk belerang, dan sejumlah unsur Ag, Au, Pt,
Pd, Pb, V, Cr, di dalam, Al dan Sb yang dilaporkan. Kemungkinan banyak dari unsur-
unsur ini hadir di dalam dengan sempurna intergrown mineral di dalam kristal kalkopirit,
sebagai contoh lamellae yang mewakili arsenopyrite, molibdenit yang mewakili Mo, dan
sebagainya.
Gambar 4.9 Kalkopirit (CuFeS2)
b. Zircon
Zircon merupakan mineral yang memiliki system Kristal tetragonal. Sifat
simetrinya yaitu a = b ≠ c, α = β = γ = 900. Cara penggambarannya yaitu sudut a+/b- =
300, a : b : c = 2 : 6 : 12. Mineral ini memiliki elemen kristal A4, 2A2’, 2A2”, 5PC. Nilai
kristalnya menurut Herman Mauguin yaitu 4/m 2/m 2/m, sedangkan menurut Schoenflish
yaitu O4h. Indeks bidang menunjukkan bahwa warna hijau ( 1, 0, 0 ), orange (0, 1, 0 ) dan
merah ( 0, 0, 1 ). Nama Kristal mineral ini adalah Ditetragonal Bipyramidon dan kelas
kristalnya Ditetragonal Bipyramidal. Mineral ini terbentuk dari batuan beku karena
perapian serta tanah dari endapan, karena air . Mempunyai suhu 800C. Mineral ini
digunakan dalam pembuatan permata. Zircon berasosiasi dengan silikat, mika, granit dan
syenit. Pada umumnya mineral zircon terdapat dalam lingkungan batuan metamorf.
Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada batuan yang mengandung Na-
feldspa (batuan beku asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa
endapan primer atau endapan sekunder. Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan,
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat. Potensi ini mengikuti
penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt. Penghasil zirkon terbesar adalah
Thailand, Srilanka dan Kamboja. Namun zirkon juga ditemukan di Myanmar, Vietnam,
Tanzania, Perancis dan Australia. Bangkok merupakan pusat pengasahan dan pemasaran
zirkon terbesar di dunia.
Gambar 4.10 Zircon
c. Kasiterit (SnO2)
Pembentukan mineral kasiterit (SnO2) dan mineral berat lainnya, erat
hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah (Sn) yang
membentang dari Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah
intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah (Sn) adalah granit, adamelit,
dan granodiorit. Batholit yang mengandung timah (Sn) pada daerah Barat ternyata lebih
muda (Akhir Kretasius) daripada daerah Timur (Trias).
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung
mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka
akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih
timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam
batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan
granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga
tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya
untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk
sebagai oksida.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah
sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau
timah), dan di lepas pantai. Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya, endapan
bijih timah sekunder dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu : Endapan Elluvial, Endapan
Kollovial, Endapan Alluvial, Endapan Miencan, dan Endapan Disseminated.
Gambar 4.11 Kasiterit (SnO2)
4.2.3 Sistem Kristal Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada
sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu
d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ
= 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk
sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
a. Korondum
Terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral asesori dalam
batugamping kristalin, sekis-moka dan genes. Dapat juga dalam lingkungan batuan beku,
khususnya sienit dan sienit nefelin ; dalam pegmatit, retas lamprofir, dan pada lingkungan
sedimen – yaitu dalam pasir, kerikil-kerakal di sungai. Sering berasosiasi dengan khlorit,
mika, olivin, serpentin, magnetit, spinel, kianit, dan diaspor. Dibuat batupermata dan
pengasah.koromdum di temukan pada daerah kalimantan selatan adn kalimantan tengah
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Korundum yang berasal dari bahasa tamil korundam atau kristal aluminium
oksida dengan rumus kimia Al2O3, berdasarkan skala Mohs memiliki kekerasan 9,
dengan berat jnis 3,95 – 4,10 serta densitasnya(4,02 g/cm³). Warna dari korundum ini
sendiri sangatlah beragam karena dipengaruhi oleh zat pengotor yaitu biru, merah, abu,
coklat dan putih. Dan dalam hal penamaannya yang berwarna merah biasanya disebut
rubi, sementara selain dari warna merah disebut safir. Proses terbentuknya korundum ini
dari segregasi batuan bebas silika yang terdapat pada batuan syenit nefelin atau
pegmatit. Permata merupakan korundum yang berwarna baik dan mempunyai kristal
cukup. Dalam hal penggunaan korundum juga dipergunakan sebagai bahan abrasif dan
refraktori tinggi. Dalam hal penyebarannya di Indonesia korundum ini terdapat di
Kabupaten Barito unga Hulu, Sungai Busang (Kalteng), Simpang empat, Martapura, dan
Kabupaten Banjar (Kalsel).
Gambar 4.12 Korondum
b. Bismut ( BI )
Terbentuk secara hidrotermal dapat di jumpai dalam urat 0 urat bersamaan bijih
kobalt, nikel, timah, dan perak dapat juga dalam pegmatit. Mannfaat sumber logam
bismut : digunakan dalam sekering listrik obat dan kosmetik
Bismuth logam digunakan terutama dalam paduan, dengan banyak menanamkan
sifat khusus sendiri yaitu titik leleh rendah dan ekspansi pada pemadatan (seperti air dan
antimon). Bismut adalah suatu komponen yang berguna pada paduan jenis-logam, yang
membuat rapi, coran bersih; dan itu merupakan unsur penting dari paduan yang memiliki
titik cair rendah, yang disebut paduan fusible, yang memiliki berbagai macam aplikasi,
terutama dalam peralatan deteksi kebakaran. Bismut adalah Kristal putih logam rapuh
dengan semburat merah muda.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
Bismuth adalah diamagnetic pada hampir semua logam, dan konduktivitas termal
lebih rendah daripada logam kecuali merkuri. Ini memiliki ketahanan listrik yang tinggi,
dan memiliki efek Hall tertinggi logam apapun yaitu peningkatan terbesar dalam
hambatan listrik ketika ditempatkan dalam medan magnet. Bismuth stabil terhadap
oksigen dan air, tetapi larut dalam udara nitrat pekat. Semua garam bismut membentuk
senyawa tidak larut ketika dimasukkan ke dalam air.Bijih yang terpenting
adalah bismuthinite atau bismuth glance dan bismite. Negara-negara penghasil bismut
terbesar adalah Peru, Jepang, Meksiko, Bolivia dan Kanada.
Kebanyakan bismut yang diproduksi di Amerika didapatkan sebagai hasil
produksi penyulingan timbal, tembaga, seng, perak dan bijih emas.Unsur bersifat logam,
berwarna putih terang, diamagnetis, dan daya hantar panasnya tidak begitu tinggi. Dialam
terdapat sebagai bismutinit (Bi2S3) dan bismit (Bi2O3). Digunakan sebagai katalis pada
pembuatan serat akrilik, untuk bahan termokopel, untuk keperluan reaktor nuklir, dan
campurannya dengan logam lain seperti Sn dan Cd membentuk aloy dengan titik leleh
rendah. Logam bismut jika dipanaskan di udara akan memberikan nyala biru sedangkan
oksidanya memberikan nyala kuning.
Gambar 4.13 Bismut ( BI )
c. Tourmaline (Na)
Tourmaline adalah nama gemologi untuk kelompok penting dari mineral boron
silicate. Batu Tourmaline (atau Turmalin) bisa ditemukan dalam berbagai warna. Karena
ketersediaan warnanya yang berlimpah, Tourmaline dianggap sebagai salah satu batu
permata yang paling serbaguna saat ini. Namanya diduga berasal dari bahasa Sinhala,
“Turamali”, yang artinya “Batu dengan berbagai warna”, mengacu pada keanekaragaman
warnanya. Tourmaline diduga pertama kali digunakan sebagai batu permata sekitar tahun
1500-an. Pada tahun 1875, George Kunz, seorang kolektor mineral dari Amerika,
memperkenalkan Tourmaline berwarna hijau yang berasal dari tambang di Gunung Mica
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
di Maine Amerika Serikat kepada Tiffany & Co, yang kemudian memicu minat akan
Tourmaline dan menyebabkan meningkatnya popularitasnya di pasar perhiasan batu
permata. mineral pembentuknya serangkaian mana besi dan magnesium yang
menggantikan satu sama lain tanpa banyak berpengaruh pada struktur Kristal,
Olivine ditemukan dalam ultrabasa beku batu dan kelereng yang terbentuk dari batu
gamping murni bermetamorfosis. Mafik adalah kata yang digunakan untuk
mendefinisikan beku batuan dengan zat besi yang tinggi dan kadar magnesium. The
“MA “adalah untuk magnesium sementara” F “adalah untuk zat besi, kata latin untuk
besi. Para mineral olivin memiliki titik leleh tinggi dan merupakan mineral pertama yang
mengkristal dari magma mafik. Demi kesederhanaan dan pengakuan masyarakat umum,
mereka sering diperlakukan sebagai salah satu mineral, olivin. Olivine, namun tidak
secara resmi diakui sebagai mineral (lihat non-mineral
seperti apophyllite , turmalin , mika , serpentin , klorit dan apatit ).
Gambar 4.14 Mineral Tourmaline
d. Kuarsa (SIO2)
Kuarsa adalah mineral yang terdistribusi secara luas di permukaan bumi. Mineral
ini dapat terbentuk pada semua suhu pembentukan mineral. Kuarsa banyak ditemukan di
batuan beku, metamorf, dan batuan sedimen. Kuarsa sangat tahan terhadap pelapukan
mekanik dan kimia.Daya tahan inilah yang membuat mineral ini banyak ditemukan di
puncak gunung, pantai, sungai, dan gurun pasir. Kuarsa dapat hadir dimana-mana,
berlimpah dan resisten. Tambang deposit kuarsa banyak ditemukan di seluruh dunia.
Sebagian besar kuarsit terbentuk selama aktivitas pembentukan pegunungan di batas
lempeng konvergen. Batupasir yang lebih awal terdeposisi selanjut akan termetamorfosis
membentuk kuarsit akibat aktivitas di batas lempeng tersebut. Kuatnya tekanan pada
batas lempeng akan menghasilkan lipatan serta patahan (sesar) dan juga penebalan kerak,
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
yang selanjutnya membentuk pegunungan. Kuarsit merupakan jenis batuan yang sangat
penting pada pegunungan lipatan di seluruh dunia. Kuarsit memiliki keragaman kegunaan
baik itu dalam bidang konstruksi, manufaktur, arsitektur, dan seni dekoratif.
Gambar 4.15 Kuarsa (SIO2)
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada Sistem Kristal Isometrik kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1
sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi
α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ )
tegak lurus satu sama lain (90˚).
Sistem Kristal Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c
, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut
120˚ terhadap sumbu γ.
Sistem Kristal Tetragonal axial rationya (perbandingan sumbu) a1 = a2 ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c, dan
juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua
sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Asisten
Sebaiknya proses asistensi diatur jadwal untuk tiap kelas, agar proses asistensi
berjalan teratur dan lancar.
5.2.2 Untuk Laboratorium
Pemaparan materi laboratorium saat praktikum sebaiknya menggunakan LCD,
agar materi dapat diterima secara maksimal.
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL
ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P
093 2014 0091 093 2016 0058
DAFTAR PUSTAKA
Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York.
Korps.Asisten 2015.Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi.
Universitas Muslim Indonesia.Makassar.
Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung

More Related Content

What's hot

Resume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi IResume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi IAdit Kurniawan
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalAmstian Pasima
 
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogiKomar Reza
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)Lastri Mei Liska Harahap
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuadbel Edwar
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuInri Pata'dungan
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisIsya Ansyari
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxGutit
 
153800318 van-zuidam
153800318 van-zuidam153800318 van-zuidam
153800318 van-zuidamStella Putri
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastikyadil142
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaAlbert Tiar
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen Wahidin Zuhri
 

What's hot (20)

Resume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi IResume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi I
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonal
 
Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
 
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
Deskripsi Spesies Filum coelenterata (Paleontologi)
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
Piroksen
PiroksenPiroksen
Piroksen
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
153800318 van-zuidam
153800318 van-zuidam153800318 van-zuidam
153800318 van-zuidam
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 

Similar to 1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiSylvester Saragih
 
Format lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineralFormat lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineralFridolin bin stefanus
 
Pert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografiPert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografikurnia ramadani
 
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfDiktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfBrianFernando12
 
89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docx89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docxrezaafrizona
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptxrathna rangka
 
13 PPT PR IPA 9 2020.ppt
13 PPT PR IPA 9 2020.ppt13 PPT PR IPA 9 2020.ppt
13 PPT PR IPA 9 2020.pptAstutiRauf
 
PPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptxPPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptxIkaLestari42
 
PPT PIM Kelompok 3.ppt
PPT PIM Kelompok 3.pptPPT PIM Kelompok 3.ppt
PPT PIM Kelompok 3.pptssuserd1f9111
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdfAjieTriS
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristalluthfiati3
 

Similar to 1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal (20)

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
 
Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
Format lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineralFormat lopran lengkap kristal & mineral
Format lopran lengkap kristal & mineral
 
Pert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografiPert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografi
 
Makalah krismin
Makalah krisminMakalah krismin
Makalah krismin
 
Tambahan 1
Tambahan 1Tambahan 1
Tambahan 1
 
Struktur kristal
Struktur kristalStruktur kristal
Struktur kristal
 
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfDiktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
 
89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docx89127900 orthorombik-docx
89127900 orthorombik-docx
 
mineralogi presentasi
mineralogi presentasimineralogi presentasi
mineralogi presentasi
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
 
Sel
SelSel
Sel
 
13 PPT PR IPA 9 2020.ppt
13 PPT PR IPA 9 2020.ppt13 PPT PR IPA 9 2020.ppt
13 PPT PR IPA 9 2020.ppt
 
PPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptxPPT SISTEM KRISTAL.pptx
PPT SISTEM KRISTAL.pptx
 
PPT PIM Kelompok 3.ppt
PPT PIM Kelompok 3.pptPPT PIM Kelompok 3.ppt
PPT PIM Kelompok 3.ppt
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdf
 
Analisis-Mitosis
Analisis-MitosisAnalisis-Mitosis
Analisis-Mitosis
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Analisis mitosis
Analisis mitosisAnalisis mitosis
Analisis mitosis
 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (6)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal

  • 1. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi serta dampaknya terhadap sifat tanah. Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta dimana kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral tertentu. Bidang muka yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan tembus air. Sedangkan di dalam mempelajari mineralogi berarti akan membahas mineral dimana merupakan benda padat homogen yang ada di alam dengan komposisi kimia tertentu, mempunyai atom yang teratur dan biasanya terbentuk secara alami. Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu : a. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma b. Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari luar. c. Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik dengan sumbu zona pelapukan. Berdasarkan perbandingan panjang yang berada pada sumbu-sumbu kristalografi, letak maupun maupun posisi sumbu, jumlah dan nilai sumbu vertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal digolongkan menjadi 7 sistem kristal, yaitu : a) Sistem Isometrik b) Sistem Tetragonal c) Sistem Hexagonal d) Sistem Trigonal e) Sistem Orthorombik f) Sistem Trikilin g) Sistem Monoklin
  • 2. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud 1. Menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah sumbu serta besar dri sudut yang dibentuk antar sudut pada bentuk kristal. 2. Mendeskripskan bentuk kristal berdarkan parameter dari penggambaran, jumlah dan posisi sumbu kristal serta bidang kristal yang dimiliki oleh bentuk kristal. 3. Menentukan golongan 3 sistem kristal. 1.2.2 Tujuan 1. Dapat menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posis sumbu, serta besar sudut yang dibentuk antara sumbu pada bentuk kristal. 2. Dapat mendeskripsikan bentuk kristal berdasarkan atas parameter penggambaran, jumlah dan posisi sumbu pada kristal dan bidang kristal yang dibentuk oleh setiap bentuk kristal. 3. Dapat menentukan golongan 3 sistem kristal. 1.3 Alat dan Bahan 1.3.1 Alat a. Alat tulis menulis ( pensil , penghapus , pulpen dll. ) b. Papan standar c. Busur derajat d. Pensil warna e. Mistar 30 cm 1.3.2 Bahan a. Kertas F4 b. Problem Set
  • 3. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, proses pembentukannya, komposisinya, struktur dan sifat-sifat fisiknya. Dalam geologi akan terbagi lagi dalam beberapa ilmu salah satunya kristalografi dan mineralogi. Mineralogi sendiri akan membahas tentang mineral yang dengan sedikit kekecualian, dimana proses dalam keadaan padat. Bilamana proses kondisi memungkinkan, mereka dapat membentuk berupa permukaan yang halu secara beraturan dan didalam bentuk geometri dikenal sebagai kristal sebagai suatu disiplin ilmu kristalografi. Pada saat ini banyak sekal proses yang telah diketahui dalam terbentuknya kristal yang proses tersebut terdiri dari proses buatan dari manusia di labratorium ayaupun proses pendinginan magma, proses avaporit, proses hidrotermal dan yang lain bentuk kesempurnaan dari kristal dapat dibagi menjadi bila bentuknya sempurna disebut sebagai subhedral, bila masih terdapat bidang kristal disebut sebagai subhedral dan bila sudah tidak terdapat disebut anhedral. Mineral yang ada dalam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun dari bentuk kristal-kristal mineral kadang memperlihhatkan kesamaan pada berbagai mineral sehingga muncul klasifikasi umum dari sesem kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama dan setiap sistem dibagi kebeberapa kelas. Pembagin sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yaitu berdasarkan simetri translasi di tiga arah yang mempunyai ciri-ciri tersendiri ada setiap kelas. Sistem kristal terbagi menjadi 7 sistem kristal. Beirkut ini merupakan 7 sistem utama dari 7 sistem kristal yang tersebut diatas : 2.1 Sistem Isometrik Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem kubus/kubik. Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Ketiga sumbu tersebut dapat saling bertukar dan masing – masing sumbu dinamai dengan huruf a. Kelas – kelas dalam sistem kristal ini yaitu :
  • 4. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 a. hexoctahedral calss b. pentagonal icostetrahedral class c. hextetrahedral class d. dyakisdodecahedral class e. tetrahedral pentagonal dodecahedral class Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama panjangnya. 2.2 Sistem Tetragonal Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk dasar kubik sehingga bentuk dasar kubik tersebut menjadi prism. Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered tetragonal. Sistem kristal tetragonal meliputi semua kristal yang mempunyai 3 buah sumbu yang tegak lurus, dua di antaranya sama panjang dan terletak di bidang horizontal yang dinamakan dengan sumbu lateral dan diberi tanda dengan huruf a. sumbu yang ketiga tegak lurus dengan bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c yang panjangnya bisa lebih panjang atau lebih pendek daripada sumbu lateral. Sedangkan sumbu yang membagi dua sama rata sumbu yang terbentuk dari perpotongan sumbu a adalah sumbu intermediate yang ditukis dengan huruf b. sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : a. ditetragonal bipyramidal class b. tetragonal trapezohedral class c. ditetragonal pyramidal class d. tetragonal scalenohedral class e. tetragonal bipyramidal class f. tetragonal pyramidal class g. tetragonal bisphenoidal class Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). 2.3 Sistem Orthorombik Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan face centered orthorombic.
  • 5. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Sistem ini meliputi kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang tidak sama panjangnya dan saling tegak lurus. Satu sumbu vertikal yang disebut dengan sumbu c. satu sumbu yang lainnya memanjang ke belakang dari arah depan yang disebut sumbu a atau sumbu brachy. Sumbu yang ketiga dari kiri ke kanan disebut sumbu b atau sumbu macro. Tidak ada yang namanya sumbu pokok dalam sistem kristal ini. Semua sumbu dapat menjadi sumbu vertikal atau sumbu c. sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu : a. orthorhombic bipyramidal class b. orthorhombic bisphenoidal class c. orthorombic pyramidal class 2.4 Sistem Hexagonal Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini mencakup semua kristal yang mempunyai empat buah sumbu. Tiga di antaranya sama panjang dan terletak di bidang horizontal serta perpotongan antara masing – masing sumbu membentuk sudut 60. mereka dinamai sumbu lateral dan diberi tanda huruf a dan dapat saling ditukar – tukar. Sumbu keempat tegak lurus terhadap bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c, panjang nya bisa lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu lateral. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu : a. dihexagonal bipyramidal class b. hexagonal trapezohedral class c. dihexagonal pyramidal class d. ditrigonal bipyramidal class e. hexagonal bipyramidal class f. hexagonal pyramidal class g. trigonal bipyramidal class Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). 2.5 Sistem Trigonal Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian pula cara penggambarannya juga sama. Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices. Sistem kristal ini dideskripsikan dengan tiga buah vektor dasar dan mempunyai vektor yang sama panjangnya. Trigonal dapat juga disebut sebagai sistem kristal
  • 6. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 isometrik yang mengalami perpanjangan menyeluruh secara diagonal sehingga : a = b = c; Pada awalnya sistem kristal trigonal menjadi satu dengan sistem kristal hexagonal sehingga ciri – cirinya sama. Namun ada beberapa ahli kristalografi yang kemudian membedakannya dengan sistem kristal hexagonal karena pada sistem ini, sumbu c bernilai 3. sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu : a. ditrigonal scalenohedral class b. trigonal trapezohedral class c. ditrigonal pyramidal class d. trigonal rhombohedral class e. trigonal pyramidal class Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga degnan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. 2.6 Sistem Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Dalam kristalografi, sistem monoclinic merupakan sistem kristal yng mempunyai tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered monoclinic lattices. Dalam sistem kristal monoclinic, kristal digambarkan mempunyai vektor – vektor yang tidak sama panjang dan mempunyai sudut lebih dari 90°.Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sistem kristal ini adalah kristal yang mempunyai tiga buah sumbu tidak sama panjang, dua di antaranya ( a dan c ) saling memotong dan membentuk sudut tidak sama besar dan sumbu ketiga ( b ) tegak lurus terhadap keduanya. Sumbu c adalah sumbu vertikal, sumbu a adalah sumbu yang memanjang ke belakang dari depan dan mempunyai nama sumbu clino, sumbu b adalah sumbu yang dari kiri ke kanan dan mempunyai nama sumbu ortho. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu a. prismatic class b. sphenoidal class c. domatic class 2.7 Sistem Triklin Dalam kristalografi, trikilin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu – satunya
  • 7. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 yang tidak mempunyai bidang cermin. Penggambarannya hambir sama dengan orthorhombik, namun tiga vektor yang digambarkan tidak tegak lurus satu sama lain. Sistem kristal ini merujuk pada kristal yang mmpunyai tiga buah sumbu tidak sama panjang dan berptongan membentuk sudut yang tidak sama besar. Penamaan sumbunya mengikuti penamaan pada sistem kristal orthorhombic yaitu a adalah sumbu brachy, b adalah sumbu macro dan c adalah sumbu vertikal. Biasanya sumbu brachy merupakan sumbu yang terpendek di antara ketiganya. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu : a. pinacoidal class b. pedial class Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut =  =  = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3. Cara penggambaran Isometrik : 1. Buatlah sumbu kristalografi sesuia dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c = 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚. 2. Beri tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi. 3. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda. 4. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada sumbu a dan di sumbu c. 5. Buat atau tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada dua titik pada sumbu b dan sumbu a. 6. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c. 7. Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan. Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing- masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b  c . Sudut  =  =  =90; Karena
  • 8. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Cara penggambaran Tetragonal : 1. Buatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6 2. Membuat sudut a-/b+ = 30o 3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a- 5. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+ 6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b- 7. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi. Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a, b dan d yang saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°. Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d. Cara penggambaran trigonal : 1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170 3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390 4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a 6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2 7. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam 8. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2. 2.8 Kristalografi Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang Kristal suatu mineral. Kristalografi juga diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari sifat geometris dari
  • 9. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Kristal terutama perkembangan,pertumbuhan,kenampakan,bentuk luar struktur dalam hubungan dengan sifat fisik dari suatu mineral. Kristal adalah suatu bangun polider atau bidang banyak yang teratur dan di batasi oleh bidang-bidang datar dengan jumlah tertentu. Selama kegiatan kristalisasi terbentuk Kristal karena adanya gaya tarik menarik baik antara satu atom dengan yang lainnya. 1. Kenampakan Kristal Bidang-bidang datar yang tabapak di permukaan suatu Kristal, disebut sebagai bidang muka Kristal. Bentuk muka bidang Kristal dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu Kristal-kristal yang mempunyai bidang-bidang muka pada Kristal sama dinamakan Kristal berbentuk sederhana. Suatu Kristal yang mempunyai bidang- bidang Kristal tidak ada yang sama dinamakan Kristal terbentuk kombinasi. Disamping dua bentuk utama, terdapat pula bentuk gabungan,yang disebut bentuk Kristal kembar,yaitu: a) Bentuk Kristal kembar terdiri dari bentuk-bentuk sederhana. b) Bentuk Kristal kembar yang terdiri dari bentuk kombinasi Bentuk Kristal adalah suatu hasil pertumbuhan dari Kristal secara khusus dan mengikuti hukum-hukum tertentu. 2. Bentuk Kristal Pada wujudnya sebuah Kristal itu seluruhnya telah dapat ditentukan secara ilmu ukur dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan Kristal dengan cara demikian tidaklah mungki. Hal ini dapat dilakukan dengan menetetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis system sumbu yaitu: a) System sumbu kubik b) System sumbu tetragonal c) System sumbu orthorombik d) System sumbu monoklin e) System sumbu triklin f) System sumbu heksagonal g) System sumbu rombohedral Setiap model atau bentuk Kristal memilki penamaan tersendiri dengan bentuknya masing-masing. Nama dari bentuk Kristal dimaksud adalah sebagai berikut: a) Pedian merupakan bentuk kristak yang terdiri dari satu bidang datar. b) Dome terdiri dari dua bidang datar yang tidak sejajar dan simetris bila di lalui oleh sebuah bidang yang simetri. c) Pinakoid terdiri dari dua bidang datar yang sejajar
  • 10. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 d) Sphenoid merupakan bentuk Kristal yang memilki dua bidang yang sejajar,simetris jika dilalui dua atau empat sumbu simetri. e) Disphenoid memilki empat bidang datar yang mana dua bidang datar merupakan upper sphenoid diselingi dengan dua bidang datar lower sphenoid. f) Prisma merupakan bentuk Kristal yang terdiri dari 3,4,6,8 atau 12 bidang datar yang tidak sama sejajar pada suatu sumbu yang sama(kecuali monoklinik prisma) g) Schalenohedron merupakan bentuk Kristal dengan delapan bidang datar(tetragonal) atau dua belas bidang datar dalam bentuk tertutup dengan kelopmpok bidang datar dlama pasnagan yang tertentu. h) Trapezihedron terdiri dari 6,8,atau 12 bidang datar yang mana 3,4ata6 bidang datar di atas adlah cabang dari 3,4,6 bidang datar di bawahnya(isometric trapezohedron dan bentuknya terdiri dari 24 bidang datar) i) Dipyramid merupakan bentuk Kristal tertutup yang terdiri dari 6 bidang datar. Perpotongan ujung-ujungnya yang tidak pada sudut siku-siku(Rhombohedron hanya dijumpai di devisi rhombohedron pada system heksagonal) Pengelompokan kedalam suatu kelas simetri didasarkan dengan unsur simetri. Unsur simetri terdir dari sumbu simetri bidang simetri dan titik simetri atau pada pusat simetri. Sumbu simetri adalah suatu garis lurus yang melalui titik Kristal dimana apabila Kristal terbuat 360` dengan garis Kristal tersebut sebagai poros perpotongan, maka menunjukan kenampakan-kenampakan seperti semula. Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat sama,dimana bagian satu merupakan pencerminan bagian yang lain. Pusat simetri adalah titi didalam melaluinya dapat dibuat garis lurus sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain pada jarak yang sama (tepi,sudut,bidang). Cara memberi nama suatu bentuk Kristal pada bentuk dasar : a) Untuk system isometric,nama Kristal diberikan berdasarkan bidang yang menyusun dan disertakan menyusun dan disertakan menyusun suatu pada bangun Kristal,atau bentuk khas dari bidang yang dapat menyusun dan disertakan pula jumlah bidang secara keseluruhan. b) Untuk system selain isometric,bentuk Kristal diberi nama berdasarkan bentuk secara morfologi Kristal yang membangun bentuk tersebut. c) Semua bentuk morfologi yang ada disebutkan. Morfologi yang mendonasinasi atau tampak lebih menonjol dari bentuk lainnya di sebut terlebih dahulu. d) Jika kombinasi yang terjadi dari kelas yang berbeda maka bentuk kombinasi mengikuti kelas terendah.
  • 11. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 e) Ada enam system sumbu Kristal utama yaitu system sumbu Kristal isometric,tetragonal,heksagonal,orthorombik,monoklin,dan triklin. Uaraian singkat perihal bentuk Kristal yaitu sebagai berikut: a) Isometric: ketiga sumbu Kristal terletak tegak lurus satu sama lainnya,serta mempunyai panjang yang sama. b) Tetragonal: jumlah sumbu Kristal tiga buah,dua buah sumbu yang sama panjang sedangkan lainnya tegak lurus dengan satuan pada panjang yang berbeda. Ketiganya terletak tegak lurus dengan satuan pada panjang yang berbeda.ketiganya terletak tegak lurus sesamanya. c) Heksagonal: jumlah sumbu Kristal empat buah,tiga buah sumbu borizontal yang sama panjang dan membuat sudut sama pula.sumbu vertical mempunyai satuan panjang yang berbeda. d) Orthorhombic: tiga buah sumbu terletak tegak lurus sesamanya. Satuan panjang etiganya berbeda. e) Monoklin: ketiga sumbu Kristal panjangnya tidak sama. Salah satu diantara ketiga sumbu yang biasanya tegak terletak tegaklurus pada sebuah sumbu mendatar,sedangkan sumbu ketiga yang bersudut lebih besar dari 90` tertuju pada pemeriksa. f) Triklin: tiga sumbu Kristal tidak sama panjang,terletak tidak tegak lurus sesamanya. Kedudukan salib sumbu dipilih sedemikian rupa sehingga sumbu dengan sudut yang lebih dari 900 besarnya mengarah ke pemeriksa. Dalam magma panas dan cair, ion-ion bergerak bebas tidak beraturan. Pada saat magma mendingin, pergerakannya yang lambat dan mengatur kedalam pola tertentu. Biasanya magma tidak membeku seketika. Mula-mula terbentuk sejumlah Kristal dalam bentuk kecil-kecil. Secara sistematis bertambah ion-ion dan berkembanglah Kristal menjadi lebih besar. Pada suatu saat kristal-kristal yang tumbuh saling bersentuhan dan berhenti tumbuh. Dan tumbuhlah Kristal-kristal baru di tempat lain mengisi sisa ruang yang masih kosong. Dengan demikian proses ini berlanjut hingga akhirnya jadilah suatu massa padat yang terdiri dari Kristal-kristal yang saling mengunci. Kecepatan pendinginan magma sangat mempengaruhi pertumbuhan Kristal bila mendingin perlahan lahan, memungkinkan Kristal tumbuh dan sempurna serta ukuran yang besar. Sebaliknya bila mendingin dengan cepat maka yang terjadipun sebaliknya. Ion-ion dapat kehilangan daya gerakannya dengan cepat dan berbentuk Kristal-kristal kecil. Apabila pendinginannya sangat cepat maka ion-ion tidak sempat membentuk Kristal (amorf) dan hasilnya adalah massa yang terdiri dari ion-ion yang acak pertumbuhan Kristal tidakhanya tergantung pada kecepatan pendinginannya saja, melainkan huaga ruang yang ada.
  • 12. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Mineral dengan sedikit kekecualian, dimana proses penempatan atom-atom dalam keadaan padat. Bilamana kondisi memungkingkan,mereka mendapatkan pembentukan dari permukaan yang halus secra beraturan. Dan dalam bentuk suatu geometri yang dikenal sebagai Kristal. Secara umum, bentuk dinyatakan dengan kenampakan luar suatu benda. Di dalam kristalografi, bentuk berhubungan dengan sumbu simetri, bentuk – bentuk Kristal dilihat dari bidang muka dibagi menjadi bentuk sederhana, kombinasi dan kembar (twinning). Alat untuk mengukur sudut antara bidang Kristal disebut Goniometer, yang terdiri dari 2 (dua) jenis goniometer kontak dan goniometer refleksi. Cara kerja goniometer kontak yaitu dengan meletakkan Kristal hingga rapat dan besarnya sudut dapat dibaca pada skala. Untuk pengukuran yang lebih teliti, gunakan goniometer refleksi. Prinsip kerjanya yaitu sumber cahaya yang berasal dari collimator C diarahkan ke satu bidang Kristal. Pengamat dapat melihat melalui teleskop F, sehingga didapat N1 (normal) : hasil pembacaan dapat dilihat dari nonius. Demikianlah hal ini dilakukan berulang-ulang pada bidang Kristal yang lainnya, dengan memutar Kristal dan graduated circle (H), sehingga akan didapat N2 dan seterusnya. Sudut antar bidang Kristal dapat iketahui yaitu sudut antara N1 dan N2 sudut yag dibaca pada nonius). Dalam hal ini berlaku dalil Kristal 1 yang dinyatakan oleh Nichola Steno (1969) : bentuk Kristal sederhana mempunyai bentuk Kristal yang semua bidang mukanya sama dan ada pula yang mempunyai bidang muka tidak sama atau mempunyai dua atau lebih bidang muka yang tidak sama. Bidang-bidang datar yang tabapak di permukaan suatu Kristal, disebut sebagai bidang muka Kristal. Bentuk muka bidang Kristal dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu Kristal-kristal yang mempunyai bidang-bidang muka pada Kristal sama dinamakan Kristal berbentuk sederhana. Suatu Kristal yang mempunyai bidang- bidang Kristal tidak ada yang sama dinamakan Kristal terbentuk kombinasi. Pada wujudnya sebuah Kristal itu seluruhnya telah dapt ditentukan secara ilmu ukur dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan Kristal dengan cara demikian tidaklah mungki. Hal ini dapat dilakukan dengan menetetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Sumbu simetri adalah suatu garis lurus yang melalui titik Kristal dimana apabila Kristal terbuat 360` dengan garis Kristal tersebut sebagai poros perpotongan,maka menunjukan kenampakan-kenampakan seperti semula.
  • 13. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 BAB III PROSEDUR PERCOBAAN Sebelum memulai kami menyiapkan alat dan bahan praktikum yaitu alat tulis menulis, papan standar, mistar 30 cm, busur 3600, kertas F4, dan 5 lembar problem set. Kemudian kami memulai mengambar sistem kristal sesuai arahan - arahan asisten, yang pertama kami menggambar sistem kristal isometrik. Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut =  =  = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3. Cara penggambarannya pertama – tama kami membuat sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c = 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚. Lalu memberi tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi. Lalu menarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda. Setelah itu membuat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada sumbu a dan di sumbu c. Kemudian kami menarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada dua titik pada sumbu b dan sumbu a. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c. Dan terakhir Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan kemudian kami mewarnai bidangnya. Setelah sistem isometrik, sistem tetragonal, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b  c . Sudut  =  =  =90; Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.Cara mengambar sumbu ini kami membuat perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6 lalu membuat sudut a-/b+ = 30o. kemudian memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-. Terus kami membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-. Lalu tarik garis ke bagian ketiga dari sumbu b+ menuju bagian ketiga dari sumbu b-. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi. Setelah itu kami menggambar sistem Trigonal. Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a, b dan d yang saling membentuk sudut
  • 14. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°. Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d. Cara penggambaran trigonal, kami membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 lalu kami membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170, Setelah itu membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390, kemudian memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- kemudian membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a, lalu Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2 kemudian membuat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam. Kemudian yang terakhir kami membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2 dan mewarnainya.
  • 15. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 BAB IV HASIL DAN PEBAHASAN 4.1 Hasil 1. Sistem kristal Isometrik No. Urut : 01 Sistem Kristal : Isometrik Sifat Kristal : a = b = c ; α : β : γ = 90o Cara Penggambaran : < a+/ b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 3 Elemen Kristal : 3A4, 4A3, 6A2, 9PC Nilai Kristal :  Herman Mauguin : 4/m, 3, 2/m  Shoenflish : Oh Indeks Bidang Warna : Warna Merah (1, 0, 0) Ungu ( 0,0,0 ) Coklat (0, 1, 0) Hitam ( 0,0,0 ) Jingga (0, 0, 1) Hijau Muda ( 0,0,0 ) Biru ( 0,0,0 ) Nama Kristal : Hexocthahedral Kelas Kristal : Hexocthahedron Contoh Mineral : HALITE (NaCl) GALENA (Pbs) FLOURITE (CaF2) GOLD (Au) ARGENTIT (Ag2S)
  • 16. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 2. Sistem Kristal Tetragonal No. Urut : 02 Sistem Kristal : Tetragonal Sifat Kristal : a = b ≠ c ; α : β : γ = 90o Cara Penggambaran : <a+/b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 6 Elemen Kristal : A4, 2A2, 2A2, P.2, P2P Nilai Kristal :  Herman Mauguin : 4/m, 2/m, 2/m  Shoenflish : C4H Indeks Bidang Warna : Warna (a, b, c) Jingga (1, 0, 0) Hijau (0, 1, 0) Merah muda (0, 0, 1) Nama Kristal : Ditetragonal Bypiramidal Kelas Kristal : Ditetragonal Bypiramidon Contoh Mineral : KALKOPIRIT(CuFeS2) AUTUNIT (U) LEUCIT (AlSi206) RUTIL (TiO2) PIROLUSIT (MnO2)
  • 17. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 3. Sistem Kristal Trigonal No. Urut : 03 Sistem Kristal : Trigonal Sifat Kristal : a = b = d ≠ c ; β1 : β2 :β3 = 90o ; γ1 :γ2 :γ3 = 120o Cara Penggambaran : < a+/b- = 17o ; < a+/b- = 39o ; b : d : c = 3 : 1 : 6 Elemen Kristal : A3, 3A2, 3PC Nilai Kristal :  Herman Mauguin : 3, 2/m  Shoenflish : C6h Indeks Bidang Warna : Warna ( a, b, c, d ) Biru muda ( 1, 0, 0, 0 ) Ungu ( 0, 1, 0, 0 ) Coklat ( 0, 0, 1, 0 ) Merah ( 0, 0, 0, 1) Nama Kristal : Dihexagonal Prism + Basal Pinocoid Kelas Kristal : Dihexagonal Bypiramidal Contoh Mineral : MAGNESITE (MgCaCO3) CINABAR (HgS) BISMUTH (Bi) ILMENIT (FeTiO3) KORUNDUM (Al2O3)
  • 18. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 4.2 Pembahasan 4.2.1 Sistem Kristal Isometrik Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 3 : 9 : 9. Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2. a. Intan (C) Genesa atau pembentukan dari endapan intan terbagi menjadi dua teori utama yang keduanya masih dipergunakan. Teori pertama menunjukkan bahwa intan merupakan fenokris yang sudah terbentuk saat magma dari astenosfer naik ke atas melalui pipe diatremenya. Teori kedua mengatakan bahwa intan merupakan kristal exotic (xenokris) yang membeku selama pergerakan mengisi pipe-diatreme. Fasies pembentukan endapan ini terdiri atas fasies crater, fasies diatreme, dan fasies hypabisal. Fasies crater terbentuk setelah letusan dalam pembentukan pipe-diatreme. Fasies diatreme adalah proses pendinginan dari magma yang naik langsung dari astenosfer. Fasies hypabisal terjadi pada bagian bawah, dekat dengan astenosfer, di mana terjadi pembentukan ‘root’ dari pipe yang berhubungan langsung dengan astenosfer. Manfaat Intan Sifat fisik dan kimia yang unik dari intan membuatnya cukup banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kekerasan, refraksi, dispersi, dan kilau yang tinggi serta keterdapatannya di permukaan, membuat intan menjadi mineral yang
  • 19. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 bernilai ekonomis dan sangat langka. Kebanyakan harga intan yang sudah diolah ditentukan dari kualitasnya seperti warna, cara pemotongan (cut), clarity, dan karat. Intan banyak digunakan sebagai perhiasan (kalung, gelang, cincin, dsb), alat pemotong (gergaji, alat gerinda), dan mata bor (bit) pada beberapa mesin pengeboran. Selain itu intan juga dapat digunakan sebagai membran (selaput) penutup pada mesin x- ray, selaput getar pada speaker, konduktivitas mikroelektronik, dan microbearing pada jarum jam tangan. Gambar 4.4 Intan b. Emas (AU) Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. Ganesa Emas dalam beraneka ragam campuran yang terutama mengandung logam-logam perak (Ag), tembaga (Cu) dan timbal (pb). Beberapa telurida Au dan Au- Ag biasanya terbentuk sebagai silvanit, calaverit, petzit, krennerit dan nagyagit. Antimonida, aurostibit dan AuSb2 dalam cebakan-cebakan mengandung emas; bersama dengan selenida emas mengandung Ag, fischesserit, Ag3AuSe2, sulfida emas mengandung Ag, uytenbogaardit, bismuthid, maldonit, dan Au2Bi. Mineral-mineral bijih Au yang utama berupa logam murni, aurostibit dan beraneka ragam telurida. Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik.
  • 20. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram. Gambar 4.5 Emas c. Galena (PbS) Galena atau dikenal sebagai timah hitam di alam berupa senyawa PbS. Apabila unsur sulfida dominan pada batuan galena, secara fisik terasa aroma sulfida di lokasi batuan tersebut. Mineral yang biasanya ditemukan dekat galena antara lain sphalerit, pirit dan kalkopirit. Mineral galena ini banyak berguna dalam industri pengolahan besi dan baja, terutama bila terdapat unsur tembaga (Cu) di dalamnya. Batuan galena Indonesia saat ini kebanyakan diekspor untuk memenuhi kebutuhan industri di China. pengalaman tim GeoAtlas, galena tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batuan. Singkapan mineral galena ini bisa terlihat di lereng bukit atau tepian sungai di daerah batuan. Pada beberapa tempat, mineral galena ini berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu). Apabila unsur Cu juga dominan pada mineral galena, diperkirakan harga mineral tersebut akan lebih tinggi di pasaran internasional. Metode eksploitasi galena umumnya menggunakan peledakan atau membuka singkapan dengan alat berat kemudian mengambil secara manual. Kondisi ini berlaku untuk cadangan galena jumlah besar, sedangkan pada lokasi dengan cadangan galena sedikit, cukup dilaksanakan penggalian dan pengambilan secara manual. Daerah eksplorasi galena Tim GeoAtlas antara lain berada di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
  • 21. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Gambar 4.6 Galena (PbS) d. Perak (AG) Perak adalah perak adalah logam lunak yang memiliki lapisan logam mengkilap Perak sangat elastis (yang berarti dapat ditarik ke kawat) dan lunak (yang berarti dapat ditempa menjadi lembaran datar). Perak memiliki konduktivitas listrik tertinggi dari semua elemen serta konduktivitas termal tertinggi dari semua logam. Perak juga sangat reflektif. Perak sangat tidak reaktif. Ini tidak akan bereaksi dengan udara atau air. Perak akan memudar ketika bersentuhan dengan senyawa sulfur. Adapun Ganesa dari perak tersebut yaitu pembentukan mineral sulfida ada kaitannya proses hidrtermal atau lokasi pembentukannya ekat dengan gunungapi yang memiliki kandungan Sulfur yang tinggi. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi di bawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas). Kegunaan Perak yaitu Sebagai perhiasan selain emas, Sebagai Investasi, Sebagai ornament dan hiasan, Sebagai peralatan makan, Sebagai penghantar listrik, pengganti kawat tembaga, Sebagai Mata busi, Sebagai bahan baku pembuatan medali, Bahan baku pembuatan uang koin.
  • 22. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Gambar 4.7 Perak e. Tembaga (Cu) Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54, merupakanunsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur 1.803° Celcius dan titikdidih 2.595° C. dikenal sejak zaman prasejarah. Tembaga sangat langka dan jarang sekalidiperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai senyawa dan mineral. Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting dalam bentuk kuningan,perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan dalam pembuatan pelat, alat-alatlistrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat dapur, dan industry. Senyawa tembaga jugadigunakan dalam kimia analitik dan penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakanunsur penting dalam darah binatang berkulit keras. Manfaat Penggunaan Tembaga, Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dynamo, Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu mengndung tembagauntuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar mata uang yang terbuat dari emas. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal, Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol menjadi metanal.
  • 23. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Gambar 4.8 Tembaga (Cu) 4.2.2 Sitem Kristal Tetragonal Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2. a. Kalkopirit Pada saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfates. Rekanan Mineral Tembaga meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida jarang seperti cuprite ( Cu2O). Kalkopirit jarang ditemukan bersama-sama tembaga murni. Kalkopirit sering diacungkan dengan pirit. Kolkopirit kristalnya jarang dan lebih sedikit rapuh. Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna kehijau – hijauan dan kilap berminyak diagnostic.
  • 24. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga tinggi, kalkopirit telah sering dikenal sebagai ” tembaga kuningan”. Kalkopirit alami tidak punya rangkaian larutan padat dengan mineral sulfida lain. Ada penggantian batas Zn dengan Cu di samping kalkopirit mempunyai struktur hablur yang sama sebagai sphalerite. Bagaimanapun, kalkopirit sering tercemari dengan berbagai unsur-unsur lain seperti Co, Ni, Mn, Zn iklan Sn yang menggantikan untuk Cu dan Fe. Se, Fe dan Seperti menggantikan untuk belerang, dan sejumlah unsur Ag, Au, Pt, Pd, Pb, V, Cr, di dalam, Al dan Sb yang dilaporkan. Kemungkinan banyak dari unsur- unsur ini hadir di dalam dengan sempurna intergrown mineral di dalam kristal kalkopirit, sebagai contoh lamellae yang mewakili arsenopyrite, molibdenit yang mewakili Mo, dan sebagainya. Gambar 4.9 Kalkopirit (CuFeS2) b. Zircon Zircon merupakan mineral yang memiliki system Kristal tetragonal. Sifat simetrinya yaitu a = b ≠ c, α = β = γ = 900. Cara penggambarannya yaitu sudut a+/b- = 300, a : b : c = 2 : 6 : 12. Mineral ini memiliki elemen kristal A4, 2A2’, 2A2”, 5PC. Nilai kristalnya menurut Herman Mauguin yaitu 4/m 2/m 2/m, sedangkan menurut Schoenflish yaitu O4h. Indeks bidang menunjukkan bahwa warna hijau ( 1, 0, 0 ), orange (0, 1, 0 ) dan merah ( 0, 0, 1 ). Nama Kristal mineral ini adalah Ditetragonal Bipyramidon dan kelas kristalnya Ditetragonal Bipyramidal. Mineral ini terbentuk dari batuan beku karena perapian serta tanah dari endapan, karena air . Mempunyai suhu 800C. Mineral ini digunakan dalam pembuatan permata. Zircon berasosiasi dengan silikat, mika, granit dan syenit. Pada umumnya mineral zircon terdapat dalam lingkungan batuan metamorf. Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada batuan yang mengandung Na- feldspa (batuan beku asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa endapan primer atau endapan sekunder. Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan,
  • 25. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt. Penghasil zirkon terbesar adalah Thailand, Srilanka dan Kamboja. Namun zirkon juga ditemukan di Myanmar, Vietnam, Tanzania, Perancis dan Australia. Bangkok merupakan pusat pengasahan dan pemasaran zirkon terbesar di dunia. Gambar 4.10 Zircon c. Kasiterit (SnO2) Pembentukan mineral kasiterit (SnO2) dan mineral berat lainnya, erat hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah (Sn) yang membentang dari Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah (Sn) adalah granit, adamelit, dan granodiorit. Batholit yang mengandung timah (Sn) pada daerah Barat ternyata lebih muda (Akhir Kretasius) daripada daerah Timur (Trias). Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya. Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
  • 26. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya, endapan bijih timah sekunder dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu : Endapan Elluvial, Endapan Kollovial, Endapan Alluvial, Endapan Miencan, dan Endapan Disseminated. Gambar 4.11 Kasiterit (SnO2) 4.2.3 Sistem Kristal Trigonal Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. a. Korondum Terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral asesori dalam batugamping kristalin, sekis-moka dan genes. Dapat juga dalam lingkungan batuan beku, khususnya sienit dan sienit nefelin ; dalam pegmatit, retas lamprofir, dan pada lingkungan sedimen – yaitu dalam pasir, kerikil-kerakal di sungai. Sering berasosiasi dengan khlorit, mika, olivin, serpentin, magnetit, spinel, kianit, dan diaspor. Dibuat batupermata dan pengasah.koromdum di temukan pada daerah kalimantan selatan adn kalimantan tengah
  • 27. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Korundum yang berasal dari bahasa tamil korundam atau kristal aluminium oksida dengan rumus kimia Al2O3, berdasarkan skala Mohs memiliki kekerasan 9, dengan berat jnis 3,95 – 4,10 serta densitasnya(4,02 g/cm³). Warna dari korundum ini sendiri sangatlah beragam karena dipengaruhi oleh zat pengotor yaitu biru, merah, abu, coklat dan putih. Dan dalam hal penamaannya yang berwarna merah biasanya disebut rubi, sementara selain dari warna merah disebut safir. Proses terbentuknya korundum ini dari segregasi batuan bebas silika yang terdapat pada batuan syenit nefelin atau pegmatit. Permata merupakan korundum yang berwarna baik dan mempunyai kristal cukup. Dalam hal penggunaan korundum juga dipergunakan sebagai bahan abrasif dan refraktori tinggi. Dalam hal penyebarannya di Indonesia korundum ini terdapat di Kabupaten Barito unga Hulu, Sungai Busang (Kalteng), Simpang empat, Martapura, dan Kabupaten Banjar (Kalsel). Gambar 4.12 Korondum b. Bismut ( BI ) Terbentuk secara hidrotermal dapat di jumpai dalam urat 0 urat bersamaan bijih kobalt, nikel, timah, dan perak dapat juga dalam pegmatit. Mannfaat sumber logam bismut : digunakan dalam sekering listrik obat dan kosmetik Bismuth logam digunakan terutama dalam paduan, dengan banyak menanamkan sifat khusus sendiri yaitu titik leleh rendah dan ekspansi pada pemadatan (seperti air dan antimon). Bismut adalah suatu komponen yang berguna pada paduan jenis-logam, yang membuat rapi, coran bersih; dan itu merupakan unsur penting dari paduan yang memiliki titik cair rendah, yang disebut paduan fusible, yang memiliki berbagai macam aplikasi, terutama dalam peralatan deteksi kebakaran. Bismut adalah Kristal putih logam rapuh dengan semburat merah muda.
  • 28. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 Bismuth adalah diamagnetic pada hampir semua logam, dan konduktivitas termal lebih rendah daripada logam kecuali merkuri. Ini memiliki ketahanan listrik yang tinggi, dan memiliki efek Hall tertinggi logam apapun yaitu peningkatan terbesar dalam hambatan listrik ketika ditempatkan dalam medan magnet. Bismuth stabil terhadap oksigen dan air, tetapi larut dalam udara nitrat pekat. Semua garam bismut membentuk senyawa tidak larut ketika dimasukkan ke dalam air.Bijih yang terpenting adalah bismuthinite atau bismuth glance dan bismite. Negara-negara penghasil bismut terbesar adalah Peru, Jepang, Meksiko, Bolivia dan Kanada. Kebanyakan bismut yang diproduksi di Amerika didapatkan sebagai hasil produksi penyulingan timbal, tembaga, seng, perak dan bijih emas.Unsur bersifat logam, berwarna putih terang, diamagnetis, dan daya hantar panasnya tidak begitu tinggi. Dialam terdapat sebagai bismutinit (Bi2S3) dan bismit (Bi2O3). Digunakan sebagai katalis pada pembuatan serat akrilik, untuk bahan termokopel, untuk keperluan reaktor nuklir, dan campurannya dengan logam lain seperti Sn dan Cd membentuk aloy dengan titik leleh rendah. Logam bismut jika dipanaskan di udara akan memberikan nyala biru sedangkan oksidanya memberikan nyala kuning. Gambar 4.13 Bismut ( BI ) c. Tourmaline (Na) Tourmaline adalah nama gemologi untuk kelompok penting dari mineral boron silicate. Batu Tourmaline (atau Turmalin) bisa ditemukan dalam berbagai warna. Karena ketersediaan warnanya yang berlimpah, Tourmaline dianggap sebagai salah satu batu permata yang paling serbaguna saat ini. Namanya diduga berasal dari bahasa Sinhala, “Turamali”, yang artinya “Batu dengan berbagai warna”, mengacu pada keanekaragaman warnanya. Tourmaline diduga pertama kali digunakan sebagai batu permata sekitar tahun 1500-an. Pada tahun 1875, George Kunz, seorang kolektor mineral dari Amerika, memperkenalkan Tourmaline berwarna hijau yang berasal dari tambang di Gunung Mica
  • 29. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 di Maine Amerika Serikat kepada Tiffany & Co, yang kemudian memicu minat akan Tourmaline dan menyebabkan meningkatnya popularitasnya di pasar perhiasan batu permata. mineral pembentuknya serangkaian mana besi dan magnesium yang menggantikan satu sama lain tanpa banyak berpengaruh pada struktur Kristal, Olivine ditemukan dalam ultrabasa beku batu dan kelereng yang terbentuk dari batu gamping murni bermetamorfosis. Mafik adalah kata yang digunakan untuk mendefinisikan beku batuan dengan zat besi yang tinggi dan kadar magnesium. The “MA “adalah untuk magnesium sementara” F “adalah untuk zat besi, kata latin untuk besi. Para mineral olivin memiliki titik leleh tinggi dan merupakan mineral pertama yang mengkristal dari magma mafik. Demi kesederhanaan dan pengakuan masyarakat umum, mereka sering diperlakukan sebagai salah satu mineral, olivin. Olivine, namun tidak secara resmi diakui sebagai mineral (lihat non-mineral seperti apophyllite , turmalin , mika , serpentin , klorit dan apatit ). Gambar 4.14 Mineral Tourmaline d. Kuarsa (SIO2) Kuarsa adalah mineral yang terdistribusi secara luas di permukaan bumi. Mineral ini dapat terbentuk pada semua suhu pembentukan mineral. Kuarsa banyak ditemukan di batuan beku, metamorf, dan batuan sedimen. Kuarsa sangat tahan terhadap pelapukan mekanik dan kimia.Daya tahan inilah yang membuat mineral ini banyak ditemukan di puncak gunung, pantai, sungai, dan gurun pasir. Kuarsa dapat hadir dimana-mana, berlimpah dan resisten. Tambang deposit kuarsa banyak ditemukan di seluruh dunia. Sebagian besar kuarsit terbentuk selama aktivitas pembentukan pegunungan di batas lempeng konvergen. Batupasir yang lebih awal terdeposisi selanjut akan termetamorfosis membentuk kuarsit akibat aktivitas di batas lempeng tersebut. Kuatnya tekanan pada batas lempeng akan menghasilkan lipatan serta patahan (sesar) dan juga penebalan kerak,
  • 30. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 yang selanjutnya membentuk pegunungan. Kuarsit merupakan jenis batuan yang sangat penting pada pegunungan lipatan di seluruh dunia. Kuarsit memiliki keragaman kegunaan baik itu dalam bidang konstruksi, manufaktur, arsitektur, dan seni dekoratif. Gambar 4.15 Kuarsa (SIO2)
  • 31. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada Sistem Kristal Isometrik kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Sistem Kristal Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Sistem Kristal Tetragonal axial rationya (perbandingan sumbu) a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). 5.2 Saran 5.2.1 Untuk Asisten Sebaiknya proses asistensi diatur jadwal untuk tiap kelas, agar proses asistensi berjalan teratur dan lancar. 5.2.2 Untuk Laboratorium Pemaparan materi laboratorium saat praktikum sebaiknya menggunakan LCD, agar materi dapat diterima secara maksimal.
  • 32. PRAKTIKUM KRISTALOGRAFIDAN MINERALOGI LABORATORIUM BATUAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SISTEM KRISTAL ISOMETRIK TRIGONAL DAN TETRAGONAL ADI SURYANTO MUH.MUSHAWWIR ALI P 093 2014 0091 093 2016 0058 DAFTAR PUSTAKA Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York. Korps.Asisten 2015.Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi. Universitas Muslim Indonesia.Makassar. Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB. Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung