Dokumen tersebut membahas tentang kristalografi dan mineralogi. Secara ringkas, kristalografi mempelajari sifat-sifat geometri dan fisika kristal, sedangkan mineralogi mempelajari sifat-sifat mineral pembentuk batuan. Terdapat tujuh sistem kristal yang dibedakan berdasarkan panjang, posisi, dan jumlah sumbu kristal, termasuk sistem trigonal dan monoklin yang menjadi fokus pembahasan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal
dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang
ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan
yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal.
Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang
sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan
mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral
pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya
terhadap sifat tanah.
Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu :
A. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma.
B. Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari
luar.
C. Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik
dengan sumbu zona pelapukan.
Berdasarkan perbandingan panjang yang berada pada sumbu-sumbukristalografi, letak maupun
maupun posisi sumbu, jumlah dan nilai sumbuvertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal
digolongkan menjadi 7 sistem kristal, yaitu : isometrik, tetragonal, hexagonal, trigonal,
orthorombic, triclinik, monoclinic. Untuk mempelajari sistem kristal yang lebih mendalam
dan beberapa hal yang sangat penting di atas maka makalah ini ini di buat untuk mengenal lebih jauh atau
memperdalam ilmu pengetahuan tentang sistem kristal Trigonal dan Monoklin.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan sistem kristal dengan masing-masing kelasnya terutama Sistem
Kristal Trigonal dan Monoklin.
2. Menggambarkan bentuk Kristal Trigonal dan Monoklin.
3. Menyebutkan simbol mauguin dan schoenflish pada masing-masing kelas.
C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam sistem kristal Trigonal dan Monoklin
2. Mengetahui kelas-kelas yang ada pada sistem kristal Trigonal dan Monoklin
3. Mengetahui bentuk sistem kristal dan simbol yang ada di dalamya
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 1
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. KRISTALOGRAFI
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral
sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia
yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam
bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam
Geologi adalah dengan mempelajari kristal.
Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan
sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena
bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur
penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad
XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.
A.1. Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin
atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para
ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta
mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum
geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal
tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal.
Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada
suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya
dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan
yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai
satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
tidak termasuk didalamnya cair dan gas
tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri :
jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 2
3. Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk
secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
A.2. Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses
yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini
juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut
terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar
pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase
cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka
(skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas
yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil
dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan
temperature.
Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal
yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang
berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur
fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak
adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
A.3. Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan
panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu
simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas,
sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas.
Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 3
4. A.4. Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan
beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire,
giroide, dan sumbu inversi putar.
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal.
Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal
yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian
yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui
dua sumbu utama (sumbu kristal).
A.5. Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk
mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada
semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang
penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara
penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu
dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut
persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga
dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.
A.6. Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk
mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi
ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk
oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral
yang dibentuk kristal-kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan
dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu
kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral
yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena
nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama
kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 4
5. B. SISTEM TRIGONAL
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b =
d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ
= 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap
sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
1. Trigonal piramid
2. Trigonal Trapezohedral
Kelas : ke-12
Simetri : 3 2
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.
3. Ditrigonal Piramid
Kelas : ke-11
Simetri : 3m
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
4. Ditrigonal Skalenohedral
Kelas : ke-13
Simetri : 3bar 2/m
Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri
5. Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 5
6. Contoh Mineral Sistem Trigonal : Bismut
Nama Mineral : Bismut
Rumus kimia : Bi
Berat Jenis (BD) : 9,8
Sistim Kristal : Trigonal
Belahan : sempurna, baik
Warna : putih timah dengan warna merah mudah pucat
Goresan : putih
Kekerasan : 2-2,5
Jaring-Jaring Sistem Kristal Trigonal (Rhombohendral)
C. SISTEM MONOKLIN
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus
(90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 6
7. a ≠ b≠ c
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c ≠ 90
sudut antara a dan –b = 45
a : b : c = sembarang
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚
terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
1. Sfenoid
Kelas : ke-4
Simetri : 2
Elemen Simetri : 1 sumbu putar
2. Doma
Kelas : ke-3
Simetri : m
Elemen Simetri : 1 bidang simetri
3. Prisma
Kelas : ke-5
Simetri : 2/m
Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
Contoh Mineral Sistem Monoklin : Manganit
Nama Mineral : Manganit
Rumus kimia : MnO(OH)
Berat Jenis (BD) : 2,71
Sistim Kristal : monoklin
Belahan : sempurna
Warna : abu-abu gelap sampai hitam
Goresan : coklet kemerahan sampai hitam
Kekerasan : 4
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 7
9. BAB III
KESIMPULAN
A. Kristalografi
Di dalam geologi, kristalografi merupakan ilmu yang harus dimengerti dan di pahami
dengan baik oleh mahasiswa geologi pada tingkat awal sebelum mempelajari ilmu mineral,
dan ilmu batuan. Hal tersebut terikat oleh sifat-sifat, karakteristik, dan kandungan yang
terdapat di dalam massa mineral dan batuan, atau bahkan bumi. Kritalografi sendiri adalah
cabang ilmu geologi yang mempelajari secara khusus tentang sifat-sifat yang dipunyai kristal,
susunan atomnya (internal structure), dan sistem kristalnya. Kristal adalah zat padat yang
mempunyai susunan atom / molekulnya yang teratur atau bangun polyeder (bidang banyak)
yang teratur, dan di batasi bidang – bidang datar yang tertentu jumlahnya.
B. Sistem Kristal Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk
bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan
dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
C. Sistem Kristal Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus
(90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 9
10. BAB IV
Daftar Pustaka
http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html
http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_13.html
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/pengantarkimia-terjemah_
img_78.jpg
http://myblog-tryz.blogspot.com/2011/03/kristal-dan-sistemnya.html
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 10