SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar belakang 
Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal 
dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang 
ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan 
yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal. 
Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang 
sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan, 
pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan 
mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral 
pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya 
terhadap sifat tanah. 
Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu : 
A. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma. 
B. Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari 
luar. 
C. Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik 
dengan sumbu zona pelapukan. 
Berdasarkan perbandingan panjang yang berada pada sumbu-sumbukristalografi, letak maupun 
maupun posisi sumbu, jumlah dan nilai sumbuvertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal 
digolongkan menjadi 7 sistem kristal, yaitu : isometrik, tetragonal, hexagonal, trigonal, 
orthorombic, triclinik, monoclinic. Untuk mempelajari sistem kristal yang lebih mendalam 
dan beberapa hal yang sangat penting di atas maka makalah ini ini di buat untuk mengenal lebih jauh atau 
memperdalam ilmu pengetahuan tentang sistem kristal Trigonal dan Monoklin. 
B. Rumusan Masalah 
1. Menjelaskan sistem kristal dengan masing-masing kelasnya terutama Sistem 
Kristal Trigonal dan Monoklin. 
2. Menggambarkan bentuk Kristal Trigonal dan Monoklin. 
3. Menyebutkan simbol mauguin dan schoenflish pada masing-masing kelas. 
C. Tujuan 
1. Mengetahui macam-macam sistem kristal Trigonal dan Monoklin 
2. Mengetahui kelas-kelas yang ada pada sistem kristal Trigonal dan Monoklin 
3. Mengetahui bentuk sistem kristal dan simbol yang ada di dalamya 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 1
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. KRISTALOGRAFI 
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral 
sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia 
yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam 
bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam 
Geologi adalah dengan mempelajari kristal. 
Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk 
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan 
sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena 
bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur 
penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad 
XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri. 
A.1. Pengertian Kristal 
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin 
atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para 
ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta 
mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum 
geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal 
tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. 
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata 
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. 
Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada 
suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya 
dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan 
yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai 
satuan panjang yang disebut sebagai parameter. 
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung 
pengertian sebagai berikut : 
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya : 
 tidak termasuk didalamnya cair dan gas 
 tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika 
 terbentuknya oleh proses alam 
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti 
hukum geometri : 
 jumlah bidang suatu kristal selalu tetap 
 macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap 
 sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap. 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 2
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum 
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk 
secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal. 
A.2. Proses Pembentukan Kristal 
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses 
yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini 
juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut 
terbentuk. 
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada 
pembentukan kristal : 
 Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas 
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar 
pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya 
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. 
 Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase 
cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka 
(skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas 
yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil 
dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan 
temperature. 
 Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh 
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, 
sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal 
yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang 
berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur 
fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak 
adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur. 
A.3. Sistem Kristalografi 
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan 
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan 
panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya. 
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu 
simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, 
Orthorhombik, Monoklin dan Triklin. 
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. 
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal 
tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, 
sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. 
Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas. 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 3
A.4. Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri 
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila 
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan 
beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, 
giroide, dan sumbu inversi putar. 
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. 
Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal 
yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri. 
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua 
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian 
yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan 
bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui 
dua sumbu utama (sumbu kristal). 
A.5. Proyeksi Orthogonal 
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk 
mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada 
semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang 
penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara 
penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu 
dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut 
persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga 
dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal. 
A.6. Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi 
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk 
mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi 
ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk 
oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral 
yang dibentuk kristal-kristal. 
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan 
dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu 
kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral 
yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena 
nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi 
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama 
kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari. 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 4
B. SISTEM TRIGONAL 
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu 
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal 
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem 
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk 
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. 
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = 
d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi 
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal 
ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ 
terhadap sumbu γ. 
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal 
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik 
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis 
dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ 
= 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap 
sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. 
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas: 
1. Trigonal piramid 
2. Trigonal Trapezohedral 
 Kelas : ke-12 
 Simetri : 3 2 
 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua. 
3. Ditrigonal Piramid 
 Kelas : ke-11 
 Simetri : 3m 
 Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri 
4. Ditrigonal Skalenohedral 
 Kelas : ke-13 
 Simetri : 3bar 2/m 
 Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri 
5. Rombohedral 
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan 
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977) 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 5
Contoh Mineral Sistem Trigonal : Bismut 
 Nama Mineral : Bismut 
 Rumus kimia : Bi 
 Berat Jenis (BD) : 9,8 
 Sistim Kristal : Trigonal 
 Belahan : sempurna, baik 
 Warna : putih timah dengan warna merah mudah pucat 
 Goresan : putih 
 Kekerasan : 2-2,5 
Jaring-Jaring Sistem Kristal Trigonal (Rhombohendral) 
C. SISTEM MONOKLIN 
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang 
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi 
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang 
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. 
System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut 
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus 
(90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). 
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) 
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda 
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada 
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 6
a ≠ b≠ c 
sudut antara b dan c = 90 
sudut antara a dan b = 90 
sudut antara a dan c ≠ 90 
sudut antara a dan –b = 45 
a : b : c = sembarang 
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal 
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan 
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar 
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ 
terhadap sumbu bˉ. 
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas: 
1. Sfenoid 
 Kelas : ke-4 
 Simetri : 2 
 Elemen Simetri : 1 sumbu putar 
2. Doma 
 Kelas : ke-3 
 Simetri : m 
 Elemen Simetri : 1 bidang simetri 
3. Prisma 
 Kelas : ke-5 
 Simetri : 2/m 
 Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang 
berpotongan tegak lurus 
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite, 
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992) 
Contoh Mineral Sistem Monoklin : Manganit 
 Nama Mineral : Manganit 
 Rumus kimia : MnO(OH) 
 Berat Jenis (BD) : 2,71 
 Sistim Kristal : monoklin 
 Belahan : sempurna 
 Warna : abu-abu gelap sampai hitam 
 Goresan : coklet kemerahan sampai hitam 
 Kekerasan : 4 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 7
Jaring-Jaring Simtem Kristal Monoklin 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 8
BAB III 
KESIMPULAN 
A. Kristalografi 
Di dalam geologi, kristalografi merupakan ilmu yang harus dimengerti dan di pahami 
dengan baik oleh mahasiswa geologi pada tingkat awal sebelum mempelajari ilmu mineral, 
dan ilmu batuan. Hal tersebut terikat oleh sifat-sifat, karakteristik, dan kandungan yang 
terdapat di dalam massa mineral dan batuan, atau bahkan bumi. Kritalografi sendiri adalah 
cabang ilmu geologi yang mempelajari secara khusus tentang sifat-sifat yang dipunyai kristal, 
susunan atomnya (internal structure), dan sistem kristalnya. Kristal adalah zat padat yang 
mempunyai susunan atom / molekulnya yang teratur atau bangun polyeder (bidang banyak) 
yang teratur, dan di batasi bidang – bidang datar yang tertentu jumlahnya. 
B. Sistem Kristal Trigonal 
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli 
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara 
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk 
bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan 
dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. 
C. Sistem Kristal Monoklin 
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang 
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi 
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang 
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. 
System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut 
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus 
(90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 9
BAB IV 
Daftar Pustaka 
 http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html 
 http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_13.html 
 http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/pengantarkimia-terjemah_ 
img_78.jpg 
 http://myblog-tryz.blogspot.com/2011/03/kristal-dan-sistemnya.html 
Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 10

More Related Content

What's hot

Materi singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiMateri singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogiKomar Reza
 
Resume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi IResume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi IAdit Kurniawan
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuadbel Edwar
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiIndahPasaribu1
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimenWahidin Zuhri
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen Wahidin Zuhri
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuInri Pata'dungan
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastikyadil142
 
Deformasi batuan
Deformasi batuanDeformasi batuan
Deformasi batuanGoogle
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 
www.ovan.geovano. paleontologi.com
www.ovan.geovano. paleontologi.comwww.ovan.geovano. paleontologi.com
www.ovan.geovano. paleontologi.comOvan Geovano
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikUDIN MUHRUDIN
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 

What's hot (20)

Materi singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiMateri singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
 
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
240348988 laporan-hasil-praktikum-mineralogi
 
Resume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi IResume Kristal dan Kristalografi I
Resume Kristal dan Kristalografi I
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologi
 
Batuan metamorf
Batuan metamorf Batuan metamorf
Batuan metamorf
 
partikel dan tekstur batuan sedimen
 partikel dan tekstur batuan sedimen partikel dan tekstur batuan sedimen
partikel dan tekstur batuan sedimen
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
 
Piroksen
PiroksenPiroksen
Piroksen
 
Deformasi batuan
Deformasi batuanDeformasi batuan
Deformasi batuan
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Kbg batu trakhit
Kbg batu trakhitKbg batu trakhit
Kbg batu trakhit
 
Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
www.ovan.geovano. paleontologi.com
www.ovan.geovano. paleontologi.comwww.ovan.geovano. paleontologi.com
www.ovan.geovano. paleontologi.com
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi Fisik
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 

Viewers also liked

Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalAmstian Pasima
 
Tugas mineralogi turmalin
Tugas mineralogi turmalinTugas mineralogi turmalin
Tugas mineralogi turmalinChristian Putro
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdfSiti Masula Uul
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Khoirul Ummah
 
Struktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatStruktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatVincent Cahya
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Nanda Reda
 

Viewers also liked (7)

Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonal
 
Tugas mineralogi turmalin
Tugas mineralogi turmalinTugas mineralogi turmalin
Tugas mineralogi turmalin
 
Mineral part2
Mineral part2 Mineral part2
Mineral part2
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 
Struktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatStruktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padat
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
 

Similar to Kristalografi Trigonal dan Monoklin

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiSylvester Saragih
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 
Pert 9 minerologi & kristalografi
Pert 9 minerologi & kristalografiPert 9 minerologi & kristalografi
Pert 9 minerologi & kristalografikurnia ramadani
 
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfDiktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfBrianFernando12
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptxrathna rangka
 
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogiTokotua
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdfAjieTriS
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02exson Prakoso
 
this is material
this is materialthis is material
this is materiallathifnurul
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI fikrul islamy
 

Similar to Kristalografi Trigonal dan Monoklin (20)

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
 
Tambahan 1
Tambahan 1Tambahan 1
Tambahan 1
 
Pert 9 minerologi & kristalografi
Pert 9 minerologi & kristalografiPert 9 minerologi & kristalografi
Pert 9 minerologi & kristalografi
 
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfDiktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
 
mineralogi presentasi
mineralogi presentasimineralogi presentasi
mineralogi presentasi
 
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
 
ppt mat.pptx
ppt mat.pptxppt mat.pptx
ppt mat.pptx
 
Makalah krismin
Makalah krisminMakalah krismin
Makalah krismin
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdf
 
Struktur kristal
Struktur kristalStruktur kristal
Struktur kristal
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
this is material
this is materialthis is material
this is material
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Minop 3
Minop 3Minop 3
Minop 3
 
Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI Kemas & eclogite #GEOLOGI
Kemas & eclogite #GEOLOGI
 

Recently uploaded

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

Kristalografi Trigonal dan Monoklin

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal. Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah. Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu : A. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma. B. Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari luar. C. Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik dengan sumbu zona pelapukan. Berdasarkan perbandingan panjang yang berada pada sumbu-sumbukristalografi, letak maupun maupun posisi sumbu, jumlah dan nilai sumbuvertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal digolongkan menjadi 7 sistem kristal, yaitu : isometrik, tetragonal, hexagonal, trigonal, orthorombic, triclinik, monoclinic. Untuk mempelajari sistem kristal yang lebih mendalam dan beberapa hal yang sangat penting di atas maka makalah ini ini di buat untuk mengenal lebih jauh atau memperdalam ilmu pengetahuan tentang sistem kristal Trigonal dan Monoklin. B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan sistem kristal dengan masing-masing kelasnya terutama Sistem Kristal Trigonal dan Monoklin. 2. Menggambarkan bentuk Kristal Trigonal dan Monoklin. 3. Menyebutkan simbol mauguin dan schoenflish pada masing-masing kelas. C. Tujuan 1. Mengetahui macam-macam sistem kristal Trigonal dan Monoklin 2. Mengetahui kelas-kelas yang ada pada sistem kristal Trigonal dan Monoklin 3. Mengetahui bentuk sistem kristal dan simbol yang ada di dalamya Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. KRISTALOGRAFI Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari kristal. Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri. A.1. Pengertian Kristal Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter. Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai berikut : 1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :  tidak termasuk didalamnya cair dan gas  tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika  terbentuknya oleh proses alam 2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri :  jumlah bidang suatu kristal selalu tetap  macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap  sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap. Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 2
  • 3. Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal. A.2. Proses Pembentukan Kristal Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk. Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal :  Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.  Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.  Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur. A.3. Sistem Kristalografi Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya. Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin. Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas. Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 3
  • 4. A.4. Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu inversi putar. Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri. Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). A.5. Proyeksi Orthogonal Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal. A.6. Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-kristal. Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari. Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 4
  • 5. B. SISTEM TRIGONAL Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas: 1. Trigonal piramid 2. Trigonal Trapezohedral  Kelas : ke-12  Simetri : 3 2  Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua. 3. Ditrigonal Piramid  Kelas : ke-11  Simetri : 3m  Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri 4. Ditrigonal Skalenohedral  Kelas : ke-13  Simetri : 3bar 2/m  Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri 5. Rombohedral Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977) Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 5
  • 6. Contoh Mineral Sistem Trigonal : Bismut  Nama Mineral : Bismut  Rumus kimia : Bi  Berat Jenis (BD) : 9,8  Sistim Kristal : Trigonal  Belahan : sempurna, baik  Warna : putih timah dengan warna merah mudah pucat  Goresan : putih  Kekerasan : 2-2,5 Jaring-Jaring Sistem Kristal Trigonal (Rhombohendral) C. SISTEM MONOKLIN Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 6
  • 7. a ≠ b≠ c sudut antara b dan c = 90 sudut antara a dan b = 90 sudut antara a dan c ≠ 90 sudut antara a dan –b = 45 a : b : c = sembarang Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas: 1. Sfenoid  Kelas : ke-4  Simetri : 2  Elemen Simetri : 1 sumbu putar 2. Doma  Kelas : ke-3  Simetri : m  Elemen Simetri : 1 bidang simetri 3. Prisma  Kelas : ke-5  Simetri : 2/m  Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992) Contoh Mineral Sistem Monoklin : Manganit  Nama Mineral : Manganit  Rumus kimia : MnO(OH)  Berat Jenis (BD) : 2,71  Sistim Kristal : monoklin  Belahan : sempurna  Warna : abu-abu gelap sampai hitam  Goresan : coklet kemerahan sampai hitam  Kekerasan : 4 Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 7
  • 8. Jaring-Jaring Simtem Kristal Monoklin Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 8
  • 9. BAB III KESIMPULAN A. Kristalografi Di dalam geologi, kristalografi merupakan ilmu yang harus dimengerti dan di pahami dengan baik oleh mahasiswa geologi pada tingkat awal sebelum mempelajari ilmu mineral, dan ilmu batuan. Hal tersebut terikat oleh sifat-sifat, karakteristik, dan kandungan yang terdapat di dalam massa mineral dan batuan, atau bahkan bumi. Kritalografi sendiri adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari secara khusus tentang sifat-sifat yang dipunyai kristal, susunan atomnya (internal structure), dan sistem kristalnya. Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom / molekulnya yang teratur atau bangun polyeder (bidang banyak) yang teratur, dan di batasi bidang – bidang datar yang tertentu jumlahnya. B. Sistem Kristal Trigonal Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. C. Sistem Kristal Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 9
  • 10. BAB IV Daftar Pustaka  http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html  http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_13.html  http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/pengantarkimia-terjemah_ img_78.jpg  http://myblog-tryz.blogspot.com/2011/03/kristal-dan-sistemnya.html Sekolah Tinggi Teknologi Nasioanal Yogyakarta 10