SlideShare a Scribd company logo
Determinan
1. Fungsi determinan
Sebelum memepelajari fungsi determinan, harus kenal terlebih dahulu tentang permutasi.
Perhatikan definisi dibawah ini
DEFINISI 2.1.1 Permutasi suatu himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, …., n} adalah suatu
susunan bilangan-bilangan bulat dalam suatu urutan tanpa pengulangan
Akan lebih jelas, perhatikan contoh dibawah ini
CONTOH 2.1.1 Ada enam permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3}
permutasi tersebut adalah
(1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 1, 3), (2, 3, 1), (3, 1, 2), (3, 2, 1)
CONTOH 2.1.2 Ada 24 permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, 4},
permutasi tersebut adalah
(1, 2, 3, 4), (1, 2, 4, 3), (1, 3, 2, 4), (1, 3, 4, 2), (1, 4, 2, 3), (1, 4, 3, 2)
(2, 1, 3, 4), (2, 1, 4, 3), (2, 3, 1, 4), (2, 3, 4, 1), (2, 4, 1, 3), (2, 4, 3, 1)
(3, 1, 2, 4), (3, 1, 4, 2), (3, 2, 1, 4), (3, 2, 4, 1), (3, 4, 2, 1), (3, 4, 1, 2)
(4, 1, 2, 3), (4, 1, 3, 2), (4, 2, 3, 1), (4, 2, 1, 3), (4, 3, 2, 1), (4, 3, 1, 2)
Metode yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan pohon permutasi, seperti pada Gambar
2.1
Dari contoh diatas, ada 24 permuatasi dari {1, 2, 3, 4}. Hasil tersebut merupakan perkalian dari
posisi, yaitu posisi pertama terdiri dari empat, posisi kedua terdiri dari tiga, posisi ketiga terdiri
dari dua dan posisi ke-empat hanya satu atau dapat ditulis
permutasi - empat = 4.3.2.1 = 4! = 24
Untuk permutasi n bilangan yang berbeda, dapat dicari dengan cara yang sama, yaitu
Selanjutnya akan dibahas tentang pembalikan. Pembalikan adalah suatu urutan bilangan besar
mendahului bilangan yang lebih kecil. Sedangkan jumlah pembalikan adalah banyaknya
bilangan yang lebih besar menadahuli bilangan yang lebih kecil. Lebih lengkapnya perhatikan
contoh dibawah ini.
CONTOH 2.1.3 Hasil permutasi adalah
(6, 1, 4, 3, 2, 5)
• bilangan 6, mendahului bilangan 1, 2,3,4, dan 5, sehingga ada 5 pembalikan.
• bilangan 5, tidak mendahului
• bilangan 4, mendahului 3,2,, sehingga ada 2 pembalikan
• bilangan 3, mendahului 2, sehingga ada satu pembalikan
• bilangan 2, tidak mendahului, begitu juga bilangan 1
jadi jumlah pembalikannya adalah 5 + 2 + 1 = 8 pembalikan
Perhatikan definisi dibawah ini
DEFINISI 2.1.2 Jika dalam suatu permutasi terdapat jumlah pembalikan yang genapmaka
permutasi tersebut disebut permutasi genap, begitu juga jika terjadi jumlah pembalikan yang
ganjil maka disebut dengan permutasi ganjil
CONTOH 2.1.4 Dari Contoh 2.1.1 hasil permutasi tercantum dalam tabel berikut
Hasil kali dasar dari suatu matriks persegi yaitu perkalian dari semua elemen matriks terhadap
elemen matriks yang lain dengan mengikuti aturan tertentu. Jika matriks tersebut berukuran n x
n, maka perkalian dasarnya terdiri dari n elemen yaitu
a1_a2_ a3 … an_
sedangkan banyaknya perkalian dasar adalah n! yaitu banyaknya permutasi yang diisikan pada
tanda setrip dan tanda positif atau negatif tergantung dari hasil pembalikan, jika permutasi genap
bertanda positif dan sebaliknya permutasi ganjil betanda negatif.
Perhatikan definisi fungsi determinan berikut ini
DEFINISI 2.1.3 Pandang matriks A matriks persegi. Fungsi determinan A atau biasanya
disingkat dengan determinan A dinyatakan dengan det(A) sebagai jumlahan hasil kali dasar
beserta tanda dari A.
Akan lebih jelas perhatikan contoh-contoh berikut
CONTOH 2.1.5 Hitung determinan dari matriks persegi A berukuran 2 x 2, misalkan
Sekarang perhatikan contoh untuk matriks berukuran 3 x 3 berikut ini
CONTOH 2.1.6 Hitung determinan dari matriks persegi A berukuran 3 x 3, misalkan
Sehingga
Contoh yang lain
CONTOH 2.1.7 Hitung determinan dari matriks persegi A berukuran 3 x 3, misalkan
2. Cara Lain Menghitung Determinan
Pada bagian ini akan dikenalkan cara menghitung determinan dari suatu matriks. Cara ini
merupakan gabungan dari modul sebelumnya yaitu mereduksi suatu matriks sedemikian hingga
matriks tersebut menjadi bentuk baris eselon tereduksi. Metode ini akan mempermudah mencai
nilai determinan untuk ukuran yang besar. Perhatikan teorema berikut ini
TEOREMA 2.2.1 Pandang matriks persegi A,
a. Jika A mempunyai sebuah atau lebih baris (kolom) nol semua, maka det(A) = 0
b. det(A) = det( )
Bukti:
(a) Untuk mencari nilai dari suatu determinan, hasil kali dasar selalu memuat salah satu
elemen dari baris atau kolom, sehingga perkalian dasaarnya selalu memuat nol. Jadi
nilai determinannya selalu nol
(b) Sesaui dengan (a) pada hasil kali dasar selalu memuat salsh satu elemen, maka dengan
demikian nilai determinan dari A akan sama dengan .
Teorema dibawah ini akan mempermudah perhitungan dari suatu matriks, yaitu
TEOREMA 2.2.2 Jika matriks persegi A adalah matriks segitiga atas atau bawah,maka det(A)=
hasil kali elemen pada diagonalnya
Bukti:
telah dijelaskna diatas bahwa nilai determinan merupakan perkalian dasar yang selalu memuat
salah satu elemen pada setiap baris atau kolom, oleh karena itu pada matriks segitiga atas atau
bawah untuk baris dan kolom yang tidak sama nilai elemennya nol, sedangkan pada baris atau
kolom yang sama elemennya tidak sama dengan nol, sehingga nilai determinan dari matriks
segitiga atas atau bawah hanyalah perkalian elemen pada diagonal utamanya saja.
CONTOH 2.2.1 Hitung determinan dari
Teorema dibawah ini menunjukkan bagaimana peran dari OBE yang sudah dibahas pada modul
sebelumnya memunyai peran untuk menentukan nilai determinan
TEOREMA 2.2.3 Pandang matriks persegi A berukuran n x n
• Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A yang dilakukan dengan OBE
tunggal yaitu dengan mengalikan dengan k pada salah satu baris atau kolom dari A,
maka det(B) = kdet(A)
• Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A dengan OBE yaitu menukarkan
baris atau kolom dari A, maka det(B) = -det(A)
• Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A dengan OBE yaitu penggandaan
dari baris atau kolom dari A kemudian ditambah atau dikurang pada baris atau kolom
yang lain, maka det(B) = det(A)
CONTOH 2.2.2 Hitung matriks B yang merupakan baris kedua dari matriks A dikalikan dengan
tiga dengan matriks.
Jadi det(B) = 3det(A)
CONTOH 2.2.3 matriks C adalah matriks A pada Contoh 2.2.2 dengan menukarkan baris 1
dengan baris 3, maka
Atau det(C) = -det(A).
CONTOH 2.2.4 matriks D adalah matriks A pada Contoh 2.2.2 dengan baris kedua dikurangi dua
kali baris pertama, maka.
atau det(D) = det(A).
Dengan berpedoman pada Teorema 2.2.3 dan beberapa contoh, maka untuk menghitung
determinan dari suatu matriks, lakukan OBE sehingga menjadi bentuk baris eselon, kemudian
gunakan Teorema 2.2.2, maka akan mudah mencari nilai dari suatu determinan. Perhatikan
teorema dibawah ini, yang akan memudahkan perhitungan determinan.
TEOREMA 2.2.4 Jika matriks persegi A mempunyai dua baris atau dua kolom yang sebanding,
maka det(A) = 0
CONTOH 2.2.5 Hitung determinan dari
untuk menghitung determinan dari matriks A, lakukan OBE, sedemikian hingga matriksnya
menjadi bentuk baris eselon, seperti
Contoh lain dengan menggunakan teorema yang terakhir
CONTOH 2.2.6 Hitung determinan dari
untuk menghitung determinan dari matriks A, lakukan OBE, sedemikian hingga matriksnya
menjadi bentuk baris eselon, seperti
karena ada satu baris yaitu baris terakhir mempunyai nilai nol semua sesuai dengan Teorema
2.2.1, maka
det(A) = 0
2. Sifat Fungsi Determinan
Pada bagian ini akan dibahas tentang sifat dari fungsi determinan, dari sifat fungsi determinan
tersebut diharapkan wawasan mengenai hubungan antara matriks persegi dan determinannya.
salah satunya adalah ada tidak suatu invers matriks persegi dengan menguji determinannya.
Perhatikan teorema dibawah ini
TEOREMA 2.3.1 Misal A, B dan C adalah matriks persegi berukuran n x n yang berbeda di
salah satu barisnya, misal di baris ke-r yang berbeda. Pada baris ke-r matriks C merupakan
penjumlahan dari matriks A dan B, maka
det(C) = det(A) + det(B)
Begitu juga pada kolomnya
CONTOH 2.3.1 Perhatikan matriks-matriks
perhatikan, hanya pada baris ketiga saja yang berbeda. Dengan menggunakan Teorema 2.3.1,
maka
Contoh diatas adalah penjumlahan dari suatu determinan dengan syarat tertentu, sekarang,
bagaimana dengan perkalian.
Perhatikan lemma dibawah ini
LEMMA 2.3.2 Jika matriks persegi A dan matriks dasar E dengan ukuran yang sama,maka
berlaku
det(EB) = det(E)det(B)
Bukti:
Telah dipelajari pada modul sebelumnya, bahwa matriks dasar E, jika dikalikan dengan suatu
matriks, maka seolah matriks tersebut dilakukan dengan OBE yang sama, jadi
B B’ = EB
dalam hal ini ada beberapa kasus, yang pertama, jika OBEnya adalah mengalikan salah satu baris
dengan k, maka
det(EB) = det(E)det(B) = kdet(B)
sedangkan kasus yang lain, menukarkan baris atau menambah pada baris yang lain akan
menghasilkan seperti kasus pertama.
Perhatikan teorema dibawah ini
TEOREMA 2.3.3 Suatu matriks persegi A mempunyai invers jika dan jika det(A) 0
Bukti:
Dengan memperhatikan, bahwa suatu matriks persegi jika dilakukan OBE, maka ada dua
kemungkinan yaitu mengandung baris yang nol semua atau matriks identitas. Jika matriks
elementer dikalikan dengan suatu matriks persegi hasil sama dengan matriks tersebut dilakukan
satu OBE. Dan suatu matriks jika mengandung baris atau kolom yang nol semua, maka
determinan matriks tersebut adalah nol. Jadi yang mempunyai invers pasti nilai determinannya
tidak nol.
Perhatikan teorema dibawah yang mendukung Lemma 2.3.2, yaitu
TEOREMA 2.3.4 Jika A dan B dua matriks persegi berukuran sama, maka
det(AB) = det(A)det(B)
Bukti: Dengan mengasumsikan salah satu matriks tersebut sebagai perkalian dari matriks
elementer, misal matriks A, yaitu
A = E1E2E3 …..Er
sedangkan dengan menggunakan Lemma 2.3.2, menjadi
AB = E1E2E3 …..ErB
maka
det(AB) = det(E1)det(E2)det(E3) …… det(Er)det(B)
jadi
det(AB) = det(A)det(B)
CONTOH 2.3.3 Pandang matriks dibawah ini
dengan menghitung, maka
det(A) = -1; det(B) = -7; maka det(AB) = 7
sesuai dengan Teorema 2.3.4
Dari beberapa teorema diatas, jika dihubungkan akan menghasilkan teorema berikut
TEOREMA 2.3.5 Jika matriks persegi A mempunyai invers, maka
Bukti:
Karena A = I, maka det( A) = det(I), sedangkan menurut Teorema 2.3.4, maka
det( )det(A) = det(I) = 1 dan det(A) 0, sehingga teorema tersebut terbukti.
3. Kofaktor dan Matriks Invers
Pada bagian ini akan dibahas tentang kofaktor dan cara mencari invers dengan kofaktor. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan sebelumnya, seperti minor, perluasan kofaktor dan invers
dari suatu matriks.
Perhatikan definisi dibawah ini
DEFINISI 2.4.1 Jika matriks persegi A, maka minor anggota aij dinyatakan dengan Mij dan
didefinisikan sebagai determinan dari sub-matriks dari matriks awal dengan menghilangkan baris
ke-i dan kolom ke-j, sedangkan kofaktor anggota aij ditulis
Mij
CONTOH 2.4.1 Pandang matriks persegi
Perluasan kofaktor adalah salah satu cara untuk menghitung determinan dengan menggunakan
,bantuan kofaktor, perhatikan definisi berikut
CONTOH 2.4.2 Hitung determinan dari matriks pada Contoh 2.4.1
Sedangkan yang dimaksud dengan adjoint matriks dapat dilihat pada definisi berikut ini
CONTOH 2.4.3 Cari Adj(A) dari matriks A pada conoth diatas Kofaktor dari A, adalah
C11 = 6 , C12 = -6, C13 = 2
C21 = -5 , C22 = 8, C23 = -3
C31 = 1, C32 = -2, C33 = 1
sehingga matriks kofaktornya adalah
Untuk mencari invers dari matriks persegi yang menggunkan matriks adjoint, perhatikan teorem
berikut ini
Bukti:
Dengan menggunakan perluasan kofaktor dapat dengan mudah dibuktikan.
CONTOH 2.4.4 Dari contoh sebelumnya, bahwa persegi,
Dengan menggunakan dari pencarian invers dan perluasan kofaktor dapat dicari penyelesaian
SPL dengan menggunakan determinan, perhatikan teorema dibawah ini
Bukti:
Dengan menggunakan definisi invers yang menggunakan adjoint matriks, maka nilai setiap
variabel sesuai dengan teorema di atas.
CONTOH 2.4.5 Gunakan aturan Carmer untuk menyelesaikan SPL berikut
x1 + x2 + x3 = 6
x1 + 2x1 + 3x3 = 14
x1 + 4x1 + 9x3 = 36
Karena ada tiga varibel bebas, maka ada matriks A, A1, A2 dan A3, yaitu

More Related Content

What's hot

ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
Mella Imelda
 
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
Nia Matus
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
Izhan Nassuha
 
Determinan Matrik
Determinan MatrikDeterminan Matrik
Determinan Matrikbagus222
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORMustahal SSi
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
BAIDILAH Baidilah
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Semigrup
SemigrupSemigrup
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Jamil Sirman
 
Transformasi linear
Transformasi linear Transformasi linear
Transformasi linear
unna_ahmad
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
Acika Karunila
 
Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )
Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )
Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )
Kelinci Coklat
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
Dia Cahyawati
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
Acika Karunila
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiaansyahrial
 
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementerMenyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Ana Sugiyarti
 

What's hot (20)

ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
Determinan Matriks ( Aljabar Linear Elementer )
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
 
Determinan Matrik
Determinan MatrikDeterminan Matrik
Determinan Matrik
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Semigrup
SemigrupSemigrup
Semigrup
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1
 
Transformasi linear
Transformasi linear Transformasi linear
Transformasi linear
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )
Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )
Bab 9. Teknik Pengintegralan ( Kalkulus 1 )
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Ring
RingRing
Ring
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsi
 
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementerMenyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
 

Viewers also liked

Aturan cramer
Aturan cramerAturan cramer
Aturan cramer
Atikah Suryani Ulfah
 
Tugas 1 Aljabar Matriks
Tugas 1 Aljabar MatriksTugas 1 Aljabar Matriks
Tugas 1 Aljabar Matriks
Ipit Sabrina
 
Integral fungsi rasional1
Integral fungsi rasional1Integral fungsi rasional1
Integral fungsi rasional1
Zhand Radja
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
radar radius
 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksSafran Nasoha
 
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan ParsialIntegral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Fitria Maghfiroh
 
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga Variabelo
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga VariabeloPenyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga Variabelo
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga VariabeloChristian Lokas
 
Konsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebra
Konsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebraKonsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebra
Konsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebra
Made Rai Adnyana
 
Determinan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksDeterminan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksSMKN 9 Bandung
 
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LNMatrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Muhammad Yossi
 
Persamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriksPersamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriks
yulika usman
 

Viewers also liked (14)

Aturan cramer
Aturan cramerAturan cramer
Aturan cramer
 
Matriks
Matriks Matriks
Matriks
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Tugas 1 Aljabar Matriks
Tugas 1 Aljabar MatriksTugas 1 Aljabar Matriks
Tugas 1 Aljabar Matriks
 
Integral fungsi rasional1
Integral fungsi rasional1Integral fungsi rasional1
Integral fungsi rasional1
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriks
 
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan ParsialIntegral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
 
Syariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islamSyariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islam
 
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga Variabelo
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga VariabeloPenyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga Variabelo
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Tiga Variabelo
 
Konsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebra
Konsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebraKonsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebra
Konsep Pencerminan dan Dilatasi menggunakan GeoGebra
 
Determinan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksDeterminan dan invers matriks
Determinan dan invers matriks
 
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LNMatrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
 
Persamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriksPersamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriks
 

Similar to 20100104 fungsi determinan

Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiRohantizani
 
determinan.pptx
determinan.pptxdeterminan.pptx
determinan.pptx
Syafiatun Siregar
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
Julianto Samudra
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
mudhek song
 
ruang vektor
ruang vektor ruang vektor
ruang vektor
popi junita
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
Umar Agustian Khalifudin
 
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so funMatriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
enggar dywari
 
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxPPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
FirdaAulia31
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
http://WeeklyYouthPay.comref=256249
 
Bab 4 matriks
Bab 4 matriksBab 4 matriks
Bab 4 matriks
Eko Supriyadi
 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
MuhammadIkhsan38954
 
Transpose matriks dan diterminan matriks
Transpose matriks dan diterminan matriksTranspose matriks dan diterminan matriks
Transpose matriks dan diterminan matriks
fitri mhey
 
Matematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - MatriksMatematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - Matriks
Reski Aprilia
 
Modul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdf
Modul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdfModul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdf
Modul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdf
AdamGaul
 
Eliminasi gauss
Eliminasi gaussEliminasi gauss
Eliminasi gauss
M Randi Rj VoreCastle
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Hidayati Rusnedy
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3pitrahdewi
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
fitriana416
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
Hidayati Rusnedy
 
Determinan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisiDeterminan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisi
BAIDILAH Baidilah
 

Similar to 20100104 fungsi determinan (20)

Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
 
determinan.pptx
determinan.pptxdeterminan.pptx
determinan.pptx
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
ruang vektor
ruang vektor ruang vektor
ruang vektor
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so funMatriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
 
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxPPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
Bab 4 matriks
Bab 4 matriksBab 4 matriks
Bab 4 matriks
 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
 
Transpose matriks dan diterminan matriks
Transpose matriks dan diterminan matriksTranspose matriks dan diterminan matriks
Transpose matriks dan diterminan matriks
 
Matematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - MatriksMatematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - Matriks
 
Modul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdf
Modul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdfModul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdf
Modul 01 Modul1 Matriks dan Operasinya-1 (1).pdf
 
Eliminasi gauss
Eliminasi gaussEliminasi gauss
Eliminasi gauss
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Determinan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisiDeterminan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisi
 

Recently uploaded

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 

Recently uploaded (20)

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 

20100104 fungsi determinan

  • 1. Determinan 1. Fungsi determinan Sebelum memepelajari fungsi determinan, harus kenal terlebih dahulu tentang permutasi. Perhatikan definisi dibawah ini DEFINISI 2.1.1 Permutasi suatu himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, …., n} adalah suatu susunan bilangan-bilangan bulat dalam suatu urutan tanpa pengulangan Akan lebih jelas, perhatikan contoh dibawah ini CONTOH 2.1.1 Ada enam permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3} permutasi tersebut adalah (1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 1, 3), (2, 3, 1), (3, 1, 2), (3, 2, 1) CONTOH 2.1.2 Ada 24 permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, 4}, permutasi tersebut adalah (1, 2, 3, 4), (1, 2, 4, 3), (1, 3, 2, 4), (1, 3, 4, 2), (1, 4, 2, 3), (1, 4, 3, 2) (2, 1, 3, 4), (2, 1, 4, 3), (2, 3, 1, 4), (2, 3, 4, 1), (2, 4, 1, 3), (2, 4, 3, 1) (3, 1, 2, 4), (3, 1, 4, 2), (3, 2, 1, 4), (3, 2, 4, 1), (3, 4, 2, 1), (3, 4, 1, 2) (4, 1, 2, 3), (4, 1, 3, 2), (4, 2, 3, 1), (4, 2, 1, 3), (4, 3, 2, 1), (4, 3, 1, 2) Metode yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan pohon permutasi, seperti pada Gambar 2.1
  • 2. Dari contoh diatas, ada 24 permuatasi dari {1, 2, 3, 4}. Hasil tersebut merupakan perkalian dari posisi, yaitu posisi pertama terdiri dari empat, posisi kedua terdiri dari tiga, posisi ketiga terdiri dari dua dan posisi ke-empat hanya satu atau dapat ditulis permutasi - empat = 4.3.2.1 = 4! = 24 Untuk permutasi n bilangan yang berbeda, dapat dicari dengan cara yang sama, yaitu Selanjutnya akan dibahas tentang pembalikan. Pembalikan adalah suatu urutan bilangan besar mendahului bilangan yang lebih kecil. Sedangkan jumlah pembalikan adalah banyaknya bilangan yang lebih besar menadahuli bilangan yang lebih kecil. Lebih lengkapnya perhatikan contoh dibawah ini. CONTOH 2.1.3 Hasil permutasi adalah (6, 1, 4, 3, 2, 5) • bilangan 6, mendahului bilangan 1, 2,3,4, dan 5, sehingga ada 5 pembalikan. • bilangan 5, tidak mendahului • bilangan 4, mendahului 3,2,, sehingga ada 2 pembalikan • bilangan 3, mendahului 2, sehingga ada satu pembalikan • bilangan 2, tidak mendahului, begitu juga bilangan 1 jadi jumlah pembalikannya adalah 5 + 2 + 1 = 8 pembalikan Perhatikan definisi dibawah ini DEFINISI 2.1.2 Jika dalam suatu permutasi terdapat jumlah pembalikan yang genapmaka permutasi tersebut disebut permutasi genap, begitu juga jika terjadi jumlah pembalikan yang ganjil maka disebut dengan permutasi ganjil CONTOH 2.1.4 Dari Contoh 2.1.1 hasil permutasi tercantum dalam tabel berikut
  • 3. Hasil kali dasar dari suatu matriks persegi yaitu perkalian dari semua elemen matriks terhadap elemen matriks yang lain dengan mengikuti aturan tertentu. Jika matriks tersebut berukuran n x n, maka perkalian dasarnya terdiri dari n elemen yaitu a1_a2_ a3 … an_ sedangkan banyaknya perkalian dasar adalah n! yaitu banyaknya permutasi yang diisikan pada tanda setrip dan tanda positif atau negatif tergantung dari hasil pembalikan, jika permutasi genap bertanda positif dan sebaliknya permutasi ganjil betanda negatif. Perhatikan definisi fungsi determinan berikut ini DEFINISI 2.1.3 Pandang matriks A matriks persegi. Fungsi determinan A atau biasanya disingkat dengan determinan A dinyatakan dengan det(A) sebagai jumlahan hasil kali dasar beserta tanda dari A. Akan lebih jelas perhatikan contoh-contoh berikut CONTOH 2.1.5 Hitung determinan dari matriks persegi A berukuran 2 x 2, misalkan Sekarang perhatikan contoh untuk matriks berukuran 3 x 3 berikut ini CONTOH 2.1.6 Hitung determinan dari matriks persegi A berukuran 3 x 3, misalkan
  • 4. Sehingga Contoh yang lain CONTOH 2.1.7 Hitung determinan dari matriks persegi A berukuran 3 x 3, misalkan
  • 5. 2. Cara Lain Menghitung Determinan Pada bagian ini akan dikenalkan cara menghitung determinan dari suatu matriks. Cara ini merupakan gabungan dari modul sebelumnya yaitu mereduksi suatu matriks sedemikian hingga matriks tersebut menjadi bentuk baris eselon tereduksi. Metode ini akan mempermudah mencai nilai determinan untuk ukuran yang besar. Perhatikan teorema berikut ini TEOREMA 2.2.1 Pandang matriks persegi A, a. Jika A mempunyai sebuah atau lebih baris (kolom) nol semua, maka det(A) = 0 b. det(A) = det( ) Bukti: (a) Untuk mencari nilai dari suatu determinan, hasil kali dasar selalu memuat salah satu elemen dari baris atau kolom, sehingga perkalian dasaarnya selalu memuat nol. Jadi nilai determinannya selalu nol (b) Sesaui dengan (a) pada hasil kali dasar selalu memuat salsh satu elemen, maka dengan
  • 6. demikian nilai determinan dari A akan sama dengan . Teorema dibawah ini akan mempermudah perhitungan dari suatu matriks, yaitu TEOREMA 2.2.2 Jika matriks persegi A adalah matriks segitiga atas atau bawah,maka det(A)= hasil kali elemen pada diagonalnya Bukti: telah dijelaskna diatas bahwa nilai determinan merupakan perkalian dasar yang selalu memuat salah satu elemen pada setiap baris atau kolom, oleh karena itu pada matriks segitiga atas atau bawah untuk baris dan kolom yang tidak sama nilai elemennya nol, sedangkan pada baris atau kolom yang sama elemennya tidak sama dengan nol, sehingga nilai determinan dari matriks segitiga atas atau bawah hanyalah perkalian elemen pada diagonal utamanya saja. CONTOH 2.2.1 Hitung determinan dari Teorema dibawah ini menunjukkan bagaimana peran dari OBE yang sudah dibahas pada modul sebelumnya memunyai peran untuk menentukan nilai determinan TEOREMA 2.2.3 Pandang matriks persegi A berukuran n x n • Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A yang dilakukan dengan OBE tunggal yaitu dengan mengalikan dengan k pada salah satu baris atau kolom dari A, maka det(B) = kdet(A) • Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A dengan OBE yaitu menukarkan baris atau kolom dari A, maka det(B) = -det(A) • Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A dengan OBE yaitu penggandaan dari baris atau kolom dari A kemudian ditambah atau dikurang pada baris atau kolom yang lain, maka det(B) = det(A)
  • 7. CONTOH 2.2.2 Hitung matriks B yang merupakan baris kedua dari matriks A dikalikan dengan tiga dengan matriks. Jadi det(B) = 3det(A) CONTOH 2.2.3 matriks C adalah matriks A pada Contoh 2.2.2 dengan menukarkan baris 1 dengan baris 3, maka Atau det(C) = -det(A).
  • 8. CONTOH 2.2.4 matriks D adalah matriks A pada Contoh 2.2.2 dengan baris kedua dikurangi dua kali baris pertama, maka. atau det(D) = det(A). Dengan berpedoman pada Teorema 2.2.3 dan beberapa contoh, maka untuk menghitung determinan dari suatu matriks, lakukan OBE sehingga menjadi bentuk baris eselon, kemudian gunakan Teorema 2.2.2, maka akan mudah mencari nilai dari suatu determinan. Perhatikan teorema dibawah ini, yang akan memudahkan perhitungan determinan. TEOREMA 2.2.4 Jika matriks persegi A mempunyai dua baris atau dua kolom yang sebanding, maka det(A) = 0 CONTOH 2.2.5 Hitung determinan dari untuk menghitung determinan dari matriks A, lakukan OBE, sedemikian hingga matriksnya menjadi bentuk baris eselon, seperti
  • 9. Contoh lain dengan menggunakan teorema yang terakhir CONTOH 2.2.6 Hitung determinan dari untuk menghitung determinan dari matriks A, lakukan OBE, sedemikian hingga matriksnya menjadi bentuk baris eselon, seperti karena ada satu baris yaitu baris terakhir mempunyai nilai nol semua sesuai dengan Teorema 2.2.1, maka det(A) = 0
  • 10. 2. Sifat Fungsi Determinan Pada bagian ini akan dibahas tentang sifat dari fungsi determinan, dari sifat fungsi determinan tersebut diharapkan wawasan mengenai hubungan antara matriks persegi dan determinannya. salah satunya adalah ada tidak suatu invers matriks persegi dengan menguji determinannya. Perhatikan teorema dibawah ini TEOREMA 2.3.1 Misal A, B dan C adalah matriks persegi berukuran n x n yang berbeda di salah satu barisnya, misal di baris ke-r yang berbeda. Pada baris ke-r matriks C merupakan penjumlahan dari matriks A dan B, maka det(C) = det(A) + det(B) Begitu juga pada kolomnya CONTOH 2.3.1 Perhatikan matriks-matriks perhatikan, hanya pada baris ketiga saja yang berbeda. Dengan menggunakan Teorema 2.3.1, maka Contoh diatas adalah penjumlahan dari suatu determinan dengan syarat tertentu, sekarang, bagaimana dengan perkalian.
  • 11. Perhatikan lemma dibawah ini LEMMA 2.3.2 Jika matriks persegi A dan matriks dasar E dengan ukuran yang sama,maka berlaku det(EB) = det(E)det(B) Bukti: Telah dipelajari pada modul sebelumnya, bahwa matriks dasar E, jika dikalikan dengan suatu matriks, maka seolah matriks tersebut dilakukan dengan OBE yang sama, jadi B B’ = EB dalam hal ini ada beberapa kasus, yang pertama, jika OBEnya adalah mengalikan salah satu baris dengan k, maka det(EB) = det(E)det(B) = kdet(B) sedangkan kasus yang lain, menukarkan baris atau menambah pada baris yang lain akan menghasilkan seperti kasus pertama. Perhatikan teorema dibawah ini TEOREMA 2.3.3 Suatu matriks persegi A mempunyai invers jika dan jika det(A) 0 Bukti:
  • 12. Dengan memperhatikan, bahwa suatu matriks persegi jika dilakukan OBE, maka ada dua kemungkinan yaitu mengandung baris yang nol semua atau matriks identitas. Jika matriks elementer dikalikan dengan suatu matriks persegi hasil sama dengan matriks tersebut dilakukan satu OBE. Dan suatu matriks jika mengandung baris atau kolom yang nol semua, maka determinan matriks tersebut adalah nol. Jadi yang mempunyai invers pasti nilai determinannya tidak nol. Perhatikan teorema dibawah yang mendukung Lemma 2.3.2, yaitu TEOREMA 2.3.4 Jika A dan B dua matriks persegi berukuran sama, maka det(AB) = det(A)det(B) Bukti: Dengan mengasumsikan salah satu matriks tersebut sebagai perkalian dari matriks elementer, misal matriks A, yaitu A = E1E2E3 …..Er sedangkan dengan menggunakan Lemma 2.3.2, menjadi AB = E1E2E3 …..ErB maka det(AB) = det(E1)det(E2)det(E3) …… det(Er)det(B) jadi det(AB) = det(A)det(B) CONTOH 2.3.3 Pandang matriks dibawah ini dengan menghitung, maka det(A) = -1; det(B) = -7; maka det(AB) = 7 sesuai dengan Teorema 2.3.4 Dari beberapa teorema diatas, jika dihubungkan akan menghasilkan teorema berikut TEOREMA 2.3.5 Jika matriks persegi A mempunyai invers, maka
  • 13. Bukti: Karena A = I, maka det( A) = det(I), sedangkan menurut Teorema 2.3.4, maka det( )det(A) = det(I) = 1 dan det(A) 0, sehingga teorema tersebut terbukti. 3. Kofaktor dan Matriks Invers Pada bagian ini akan dibahas tentang kofaktor dan cara mencari invers dengan kofaktor. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelumnya, seperti minor, perluasan kofaktor dan invers dari suatu matriks. Perhatikan definisi dibawah ini DEFINISI 2.4.1 Jika matriks persegi A, maka minor anggota aij dinyatakan dengan Mij dan didefinisikan sebagai determinan dari sub-matriks dari matriks awal dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j, sedangkan kofaktor anggota aij ditulis Mij CONTOH 2.4.1 Pandang matriks persegi
  • 14. Perluasan kofaktor adalah salah satu cara untuk menghitung determinan dengan menggunakan ,bantuan kofaktor, perhatikan definisi berikut CONTOH 2.4.2 Hitung determinan dari matriks pada Contoh 2.4.1
  • 15. Sedangkan yang dimaksud dengan adjoint matriks dapat dilihat pada definisi berikut ini CONTOH 2.4.3 Cari Adj(A) dari matriks A pada conoth diatas Kofaktor dari A, adalah C11 = 6 , C12 = -6, C13 = 2 C21 = -5 , C22 = 8, C23 = -3 C31 = 1, C32 = -2, C33 = 1 sehingga matriks kofaktornya adalah
  • 16. Untuk mencari invers dari matriks persegi yang menggunkan matriks adjoint, perhatikan teorem berikut ini Bukti: Dengan menggunakan perluasan kofaktor dapat dengan mudah dibuktikan. CONTOH 2.4.4 Dari contoh sebelumnya, bahwa persegi,
  • 17. Dengan menggunakan dari pencarian invers dan perluasan kofaktor dapat dicari penyelesaian SPL dengan menggunakan determinan, perhatikan teorema dibawah ini Bukti: Dengan menggunakan definisi invers yang menggunakan adjoint matriks, maka nilai setiap variabel sesuai dengan teorema di atas. CONTOH 2.4.5 Gunakan aturan Carmer untuk menyelesaikan SPL berikut x1 + x2 + x3 = 6 x1 + 2x1 + 3x3 = 14 x1 + 4x1 + 9x3 = 36 Karena ada tiga varibel bebas, maka ada matriks A, A1, A2 dan A3, yaitu