1. Percobaan mempelajari sifat alotropi belerang dan pembentukan kristal rombik dan monoklinik melalui penambahan larutan CS2 dan kloroform, serta reaksi pembentukan senyawa sulfida antara belerang dan besi yang menghasilkan pirit.
2. Reaksi logam alumunium dengan asam klorida pekat menghasilkan gas hidrogen yang dapat menerbangkan balon.
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
2
1. LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK I
PERCOBAAN 2
REAKSI KIMIA UNSUR GOLONGAN A
Disusun oleh :
Nama Praktikan : Dewi Adriana Putri
NIM : 121810301053
Kelompok : 12
Fak./Jurusan : MIPA/ KIMIA
Nama Asisten : Anggita Kusuma W.
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
2. I. Judul Percobaan : Reaksi Kimia Unsur Golongan A
II. Tujuan
1. Mempelajari terjadinya alotropi belerang
2. Mempelajari reaksi pembentukan senyawa sulfida
3. Mempelajari reaksi logam dengan asam
III.Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Cawan porselen
- Pembakar spiritus
- Gabus penutup tabung reaksi
- Kaki tiga dan kassa
- Penjepit tabung reaksi
- Labu erlenmeyer 100 mL
- Balon tiup
3.1.2 Bahan
- Serbuk besi
- Serbuk belerang
- Larutan CS2
- Larutan klorofom
- Logam Al
- Larutan HCl pekat
3. 3.2 Skema Kerja
3.2.1 Sifat alotropi belerang
Belerang
- Ditimbang 2 x 0,5 gram
- Dimasukkan masing – masing ke dalam cawan porselen
- Ditambahkan larutan CS2 pada cawan porselen A, dan larutan
klorofom pada cawan porselen B
- Dipanaskan kedua cawan porselen berisi larutan. Diuapkan
pelarutnya.
- Diamati struktur kristal yang terjadi
- Dibandingkan bentuk kristal yang terjadi pada kedua cawan
tersebut.
Hasil
3.2.2 Reaksi Pembentukan Senyawa Sulfida
Belerang
- Ditambahkan dengan serbuk besi dengan perbandingan 1:1
dalam cawan porselin
- Ditimbang massa campuran serbuk besi dan belerang
- Dipanaskan sampai bereaksi
- Ditimbang massa yang terjadi
- Diamati struktur kristal yang terjadi
- Ditulis reaksi yang terjadi
Hasil
3.2.2 Reaksi logam dengan asam
Logam Al
- Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer
- Ditambahkan HCl pekat 15 mL
- Ditutup labu erlenmeyer dengan balon
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dilepas balon dan diikat mulut balon
- Dilepaskan ke udara dan diamati perilaku balon
Hasil
4. IV. Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Data
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan
Indikator
Hasil
Cawan A Cawan B
Warna Kuning Kuning
Bentuk Kristal Menggumpal Berbentuk jarum
4.1.2 Analisis data
Tabel 2. Tabel analisis data
Indikator
Analisis Data
Cawan A Cawan B
Struktur Kristal Rhombik Monoklinik
4.2 Pembahasan
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak
berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau
sebagai mineral- mineral sulfida dan sulfat. belerang adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya
terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesin, korek api, insektisida dan
fungisida. Belerang banyak terdapat dikulit bumi, sebagai unsur dan senyawa.
Didaerah vulkanik belerang ditemukan sebagai unsur, yang mungkin merupakan hasil
reaksi gas SO2 dan H2S yang terdapat dalam gas vulkanik. Sebagai senyawa,
belerang terdapat dalam berbagai jenis mineral sulfat dan sulfida juga sebagai
penyusun organik dalam minyak bumi dan batu bara atau sebagai H2S dalam gas
alam (Svehla, 1990).
Belerang memiliki sifat alotropi yaitu kemampuan suatu zat untuk terdapat lebih
dari satu bentuk atau campuran (gas, cair maupun padat), namun unsure
pembentuknya sama yaitu belerang (S). Dengan bentuk yang berbeda-beda,
5. akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk
alotropnya masih belum dapat dipahami. Belerang padat mempunyai bentuk alotropi,
yaitu belerang rombik dan belerang monoklinik. Kedua-duanya baik monoklinik dan
rhombik belerang terbentuk dari delapan atom belerang yang membentuk molekul
siklik. Belerang yang biasa kita lihat berwarna kuning adalah belerang rombik.
Belerang rombik stabil di bawah suhu 95.5°C. Di atas 95.5°C belerang rombik
berubah menjadi belerang monoklinik, yang seterusnya mencair pada suhu 113°C
(Sugiyarto, 2003).
Percobaan yang pertama berkaitan dengan alotropi belerang. Belerang
ditimbang sebanyak 0,5 gram dalam dua kali penimbangan. Belerang diletakkan
pada 2 cawan porselen yang berbeda. Cawan porselen A ditambahkan larutan CS2
dan cawan porselen B ditambahkan larutan kloroform. Kedua cawan diaduk agar
membantu dan mempercepat kelarutannya dan apabila perlu, dipanaskan untuk
melarutkan dan menguapkan pelarut hingga terbentuk kristal dalam kedua cawan.
Pada cawan A, kristal yang didapat adalah kristal rombik yang berwarna kuning.
Kristal rombik berbentuk seperti karang dan menggumpal. Reaksi yang terjadi antara
belerang dan CS2 adalah
S8 (s) + CS2 (aq) → S8 (rombik)
Penambahan yang kedua yaitu dengan kloroform yang kemudian dipanaskan.
Fungsi pemanasan disini adalah agar belerang cepat larut sehingga kristal dapat
diperoleh dengan cepat. Kristal yang terbentuk berwarna kuning dengan kristal
berbentuk jarum atau monoklinik. Perbedaan dari kristal monoklinik yaitu Kristal
rombik tidak mengkilap dan berbentuk gumpalan. Faktor yang mempengaruhi
pembentukan kristal rombik dan monoklinik yaitu derajat lewat jenuh, jumlah inti
yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada dan banyaknya pengotor,
serta pergerakan antara larutan dan kristal. Reaksi antara belerang dengan kloroform
yaitu:
S8 (s) + CHCl3 (aq) → S8 (monoklinik)
6. Gambar 1. Kristal Rhombik Gambar 2. Kristal monoklinik
Percobaan kedua adalah reaksi pembentukan senyawa sulfida. Belerang
dicampur dengan serbuk besi dengan perbandingan 1:1 kemudian dipanaskan
hingga bereaksi dan bercampur dengan sedikit pengadukan. Pemanasan yang
dilakukan hingga diperoleh nyala api memerlukan waktu yang lumayan lama, hal ini
terjadi karena proses pemanasan campuran berubah dalam beberapa fase yaitu
berwujud padat lalu meleleh atau mencair kemudian memadat kembali dan hingga
muncul nyala api. Campuran yang diperoleh bernama pirit. Pirit atau FeS2 merupakan
mineral tanah yang mengandung besi dan belerang. Campuran yang dipanaskan
memperoleh energi sehingga mengalami eksitasi pada tingkat energi yang lebih
tinggi dan kembali ke tingkat dasar dengan memancarkan warna melalui bara api .
Fenomena bara api disebabkan karena adanya unsur Fe yang mudah terbakar.
Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
Fe(s) + S(s) → FeS(s).
Gambar 3. Pirit dengan nyala api
Percobaan ketiga adalah reaksi logam dengan asam. Potongan logam
alumunium dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi HCl pekat. Kemudian
erlenmeyer ditutup dengan balon. Alumunium segera bereaksi dengan HCl dapat
7. dilihat dari melarutnya alumunium dalam larutan HCL pekat. Reaksi yang terjadi
adalah :
2 Al(s) + 6HCl(l) → 2AlCl3(l) + 3H2(g)
Dari reaksi diatas dapat diketahui ada gas yang terbentuk yang
mengakibatkan balon terisi oleh gas tersebut.
Balon yang terisi gas dilepas dan diikat, kemudian diterbang-terbangkan
hingga balon melayang. balon dapat melayang karena diisi oleh gas H2 yang ringan
dan mudah melayang di udara. Gas H2 dapat menerbangkan balon karena massa
jenisnya lebih ringan daripada udara. Namun karena sifat gas H2 yang mudah
meledak maka gas yang sering digunakan untuk menerbangkan balon adalah gas
helium.
Gambar 4. Balon terisi gas H2 Gambar 5. Balon terbang
V. Kesimpulan
Kesimpulan praktikum Reaksi Kimia Unsur Golongan A adalah
1. Belerang memiliki alotropi, yaitu berbentuk kristal monoklinik dan rombik. Kristal
monoklinik didapat dari penambahan larutan kloroform dan rombik dari
penambahan larutan CS2,
2. Reaksi senyawa sulfida dengan Fe menghasilkan pirit yang apabila dipanaskan
akan menghasilkan nyala api,
3. Reaksi logam alumunium dengan HCl pekat menghasilkan gas H2 yang dapat
menerbangkan balon di udara.
8. Daftar Pustaka
Mintadi, Mukh. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. Jember : Universitas
Jember.
Sugiyarto, Kristan H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : Jurusan Kimia FMIPA
UNY.
Svehla G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif . Jakarta : PT. Kalman Media
Pustaka.