SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
MENTERIKEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 02/2017
TENTANG
TATACARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
DARI HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN
Menimbang
DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,
a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
05/PMK. 02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Dividen dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/PMK. 02/2013
tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan·Negara Bukan
Pajak dari Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah,
telah diatur ketentuan mengenai tata cara penyetoran
penerimaan negara bukan pajak dari dividen dan surplus
Bank Indonesia bagian pemerintah;
b. bahwa untuk mengatur kembali pembayaran penerimaan
negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan yang berasal dari dividen, surplus
Bank Indonesia bagian pemerintah, surplus Lembaga
Penjamin Simpanan bagian pemerintah, bagian laba
pemerintah pada Lembaga Pembiayaari Ekspor Indonesia,
dan penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari
akumulasi cadangan umum dan cadangan tujuan pada
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, perlu diatur
www.jdih.kemenkeu.go.id
Mengingat
- 2 -
ketentuan mengena1 tata cara penyetoran pener1maan
negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Basil Pengelolaan
Kekayaan Negara yangDipisahkan;
1. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43 , Tambahan
Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3 687) ;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara( Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286) ;
3 . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843 )
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang­
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran
NegaraRepubllik Indonesia Nomor 4962) ;
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara( Lembaran NegaraRepublik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4297) ;
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4420) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
www.jdih.kemenkeu.go.id
Menetapkan
- 3 -
2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Undang-Undang
( Lembaran NegaraRepublik IndonesiaTahun 2009 Nomor
8, Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia
Nomor 4963 ) ;
6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756) ;
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia( Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 4957) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang
( Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4995) ;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI
HASIL PENGELOLAAN
DIPISAHKAN.
KEKAYAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
NEGARA
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
YANG
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya
disingkat PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah
Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
2. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat
BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal darikekayaan negara yang
dipisahkan.
3 . Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero
adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas,
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51o/o ( lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan.
4. Perseroan Terbatas Lainnya adalah perseroan terbatas
yang sahamnya dimiliki Negara Republik Indonesia
kurang dari 51o/o ( lima puluh satu p�rsen) .
5. Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut Perum
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyed:.aan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar
keuntungan berdasarkan pr1ns1p pengelolaan
perusahaan.
6. Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkar:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengar:
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009.
7. Lembaga Penjamin Simpanan yang selanjutnya disingka:
LPS adalah lembaga independen yang berfungsi menjamir:
simpanan nasabah perbankan di Indonesia.
8. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia yang selanjutnye.
disingkat LPEI atau Indonesia Eximbank adalah lembage.
keuangan khusus yang didirikan berdasarkan Undang­
Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembage.
Pembiayaan Ekspor Indonesia.
9. Dividen Bagian Pemerintah yang selanjutnya disebut
Dividen adalah bagian Pemerintah atas laba BUMN dar:
Perseroan Terbatas Lainnya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -
10. Surplus adalah laba dari hasil kegiatan usaha dalam
1 �satu) tahun buku.
11. Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah adalahSurplus
Bank Indonesia setelah dikurangi pembagian untuk
cadangan tujuan sebesar 3 0°/o ( tiga puluh persen) , dan
cadangan umum sehingga modal dan cadangan umum
menjadi sebesar 10o/o ( sepuluh persen) dari seluruh
kewajiban moneter.
12. Surplus LPS Bagian Pemerintah adalah bagian Surplus
dalam hal akumulasi cadangan penjaminan mencapai
tingkat sasaran sebesar 2, 5 °/o ( dua koma lima persen) dari
totalsimpanan pada seluruh bank.
13 . Bagian Laba Pemerintah pada LPEI adalah Surplus yang
diperoleh LPEI dalam kurun waktu 1 ( satu) tahun
kegiatan.
14. PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan
Cadangan Tujuan pada LPEI adalah PNBP yang berasal dari
bagian kelebihan akumulasi cadangan umum dan cadangan
tcjuan.
15. Wajib Bayar adalah badan usaha yang berbentuk Persero,
Perseroan Terbatas lainnya, Perum, Bank Indonesia, LPS,
dan LPEI.
16. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disingkatRUPS adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris dan memegang kekuasaan tertinggi dalam
Persero.
Pasal 2
PNBP:lari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan
terdiri atas:
a. Dividen;
b. Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah;
c. Surplus LPS Bagian Pemerintah;
d. Bagian Laba Pemerintah pada LPEI; dan
e. PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan
Cadangan Tujuan pada LPEI.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -
BAB II
PENETAPANDAN JATUH TEMPO
PasaJ 3
( 1) Besaran PNBP yang berasal dari Perum, Persero, dan
Perseroan Terbatas Lainnya berupa Dividen ditetapkan
berdasarkan:
a. surat Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk
Perum; dan/atau
b. RUPS untuk Persero dan Perseroan Terbatas Lainnya.
( 2) Besaran PNBP yang berasal dari Bank Indonesia berupa
Surp�us Bank Indonesia Bagiq. n Pemerintah ditetapkan
berdasarkanSurat Gubernur Bank Indonesia.
( 3 ) Besaran PNBP yang berasal dari LPS berupaSurplus LPS
Bagian Pemerintah ditetapkan berdasarkanSurat Menteri
Keuangan.
( 4) Besaran PNBP yang berasal dari LPEI berupa Bagian Laba
Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari
Akumulasi Cadan gan Umum dan Cadangan Tujuan pada
LPEI ditetapkan berdasarkanSurat Menteri Keuangan.
Pasal 4
Wajib bayar membayar PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan yang terutang paling lambat pada saat
jatuh tempo.
Pasal 5
( 1) Jatuh tempo pembayaran Dividen untuk Perum, Persero,
dan Perseroan Terbatas Lainnya 1 ( satu) bulan setelah
tanggal penetapanDividen.
( 2) Untuk Persero dan Perseroan Terbatas Lainnya yang
terdaftar di pasar modal, jatuh tempo pembayaranDividen
mengikuti ketentuan yang berlaku di pasar modal.
( 3 ) Jatuh tempo pembayaranSurplus Bank Indonesia Bagian
Pemerintah 7 ( tujuh) hari kerja setelah Bank Indonesia
menerimaSurat Menteri Keuangan mengenai persetujuan
penggunaan Surplus Bank Indonesia yang
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -
menjadi bagian pemerintah, sesuai kesepakatan bersama
antara Pemerintah dan Bank Indonesia.
( 4) Ja:uh tempo pembayaranSurplus LPS Bagian Pemerintah
3 0 ( tiga puluh) hari setelah tanggal penetapan surat
Menteri Keuangan mengena1 Surplus LPS Bagian
Pe:nerintah.
( 5) Jatuh tempo pembayaran Bagian Laba Pemerintah pada
LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan
Umum danCadangan Tujuan pada LPEI 3 0( tiga puluh) hari
setelah tanggal penetapan surat Menteri Keuangan
mengenai Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP
yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan
Cadangan Tujuan pada LPEI.
Pasal 6
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran PNBP dari hasil
pengelclaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang
bertepatan dengan hari libur, jatuh tempo pembayaran yaitu
pada hari kerja sebelumnya.
BAB III
PEMBAYARAN
Pasal 7
( 1) Wajib Bayar melakukan pembayaran:
a. Dividen, Surplus LPS Bagian Pemerintah, Bagian
Laba Pemerintah pada LPEI, dan PNBP yang Berasal
dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan
Tujuan pada LPEI ke Kas Negara melalui bankjpos
perseps1 dengan menggunakan sistem elektronik
sesua1 dengan Peraturan Menteri Keuangan
mengena1 sistem pener1maan negara secara
elektronik; dan
b. Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah melalui
Rekening Kas Umum Negara di Bank Indonesia.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-8 -
( 2) Dalam melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) Wajib Bayar wajib menyampaikan data
secara lengkap dan benar.
( 3 ) Wajib Bayar bertanggung jawab atas kelengkapan dan
kebenaran data pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat( 2) .
( 4) Pembayaran Dividen, Surplus Bank Indonesia Bagian
Pemerintah, Surplus LPS Bagian Pemerintah, Bagian Laba
Pemerintah pada LPEI, dan PNBP yang Berasal dari
Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada
LPEI sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) dicatat sebagai
pelunasan PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan yang terutang sesuai dengan tanggal
pembayaran.
BAB IV
PENJADWALAN PEMBAYARAN
Pasal8
( 1) Dalam hal Wajib Bayar tidak dapat melakukan
pembayaran seluruh PNBP dari hasil pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang pada saat
jatuh t�mpo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Wajib
Bayar dapat mengajukan permohonan penjadwalan
pembayaran.
( 2) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) , hanya dapat diajukan oleh Wajib
Bayar yang kesulitan arus kas.
( 3 ) Kesulitan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah kondisi ketidakmampuan ka s Wajib Bayar dalam
memenuhi kewajiban lancar tahun berjalan.
Pasal9
( 1) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1) disampaikan kepada
Menteri Keuangan c.q.Direktur Jenderal Anggaran.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -
( 2) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterima oleh Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Anggaran paling lambat 15 ( lima
belas) hari setelah tanggal penetapan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 .
( 3 ) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat( 1) dilampiri dengan data pendukung
paling kurang:
a. dokumen penetapan, terdiri atas:
1. surat penetapan Dividen oleh Menteri Badan
Usaha Milik Negara untuk Perum, dan risalah
RUPS dan/atau notulen RLT.:!?S untuk Persero
dan Perseroan Terbatas Lainnya;
2. surat Gubernur Bank Indonesia kepada Menteri
Keuangan terkait Surplus Bank Indonesia
Bagian Pemerintah untuk Bank Indonesia;
3 . surat Menteri Keuangan mengenai Surplus LPS
Bagian Pemerintah untuk LPS; atau
4. surat Menteri Keuangan mengenai Bagian Laba
Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal
dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan
Tujuan pada LPEI, untuk LPEI;
b. laporan keuangan Wajib Bayar yang telah diaudit;
c. realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan serta
penjelasan penyebab kesulitan arus kas;
d. rencana kerja dan anggaran Wajib Bayar tahun
berjalan; dan
e. surat pernyataan tanggung jawab mutlak mengenai
k.ebenaran data pendukung dari direksi, dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 10
( 1) Dalam hal permohonan Wajib Bayar melampaui batas
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat ( 2)
dan/atau tidak melampirkan data pendukung
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat ( 3 ) ,
permohonan Wajib Bayar ditolak, dan jatuh tempo
pembayaran yang berlaku acalah jatuh tempo
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
( 2) Dalam hal permohonan telah sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat( 2) dan ayat( 3 ) ,
Kementerian Keuanganc.q. Direkto:atJenderal Anggaran
melakukan penelitian dokumen.
( 3 ) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2) , DirekturJenderal Anggaran atas nama Menteri
Keuangan menerbitkan surat penolakan atau surat
penjadwalan pembayaran.
( 4) Surat penolakan atau surat penjadwalan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) diterbitkan paling
lambat 15( lima belas) hari terhitung setelah tanggal sura-:
permohonan penjadwalan pembayaran diterima.
Pasal 11
Penjadwalan pembayaran diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan yang terutang palirg sedikit sebesar 25o/o
( dua puluh lima persen) , pada saat jatuh tempo
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5; dan
b. sisa PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan yang terutang dibayar setiap bulan sesuai
dengan hasil penilaian (assessment) terhadap data
pendukung dan dibayar paling lambat pada bulan
November tahun anggaran berjalan.
BABV
KEKURANGANDAN/ ATAU KETERLAMBATAN
Pasal 12
( 1) Dalam hal terjadi kekurangan dan/ atau keterlambatan
pembayaran PNBP dari hasil pengelclaan kekayaan negare.
yang dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksuc
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
dalam Pasal 3 , Pasal 5, dan Pasal 11, Wajib Bayar
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2o/o
( dua persen) per bulan dari jumlah PNBP yang kurang
dibayar dan/ atau terlambat, dan bagian dari bulan
dihitung 1( satu) bulan penuh.
( 2) Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
pada ayat( 1) dikenakan untuk paling lama 24( dua puluh
empat) bulan.
( 3 ) Wajib Bayar membayar seluruh kekurangan dan/ atau
keterlambatan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang dan/ atau
denda sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ke Kas
Negara.
( 4) Contoh penghitungan sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 13
( 1) Atas kekurangan danjatau keterlambatan pembayaran
PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12, Direktur Jenderal Anggaran melakukan
penagihan kepada Wajib Bayar dengan menerbitkan surat
tagihan pertama.
( 2) Apabila dalam jangka waktu 1( satu) bulan terhitung sejak
tanggal surat tagihan pertama sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) diterbitkan Wajib Bayar belurn atau tidak
melunasi PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan yang terutang, Direktur Jenderal
Anggaran menerbitkan surat tagihan kedua.
( 3 ) Apabila dalam jangka waktu 1( satu) bulan terhitung sejak
tanggal surat tagihan kedua sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2) diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak
melunasi PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan yang terutang, Direktur Jenderal
Anggaran menerbitkan surat tagihan ketiga.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
( 4) Apabila dalam jangka waktu 1( satu) bulan terhitung sejak
tanggal surat tagihan ketiga sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 3 ) diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak
nielunasi PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan yang terutang, Direktur Jenderal
Anggaran menerbitkan surat penyerahan tagihan kepada
instansi yang berwenang mengurus piutang negara untuk
diproses lebih lanjut penyelesaiannya.
BABVI
KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 14
( 1) Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran PNBP dari has:l
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang
terutang, Wajib Bayar dapat m�ngajukan permohonan
pengembalian atas kelebihan pembayaran tersebut
kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Anggaran.
( 2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
dilampiri dengan data pendukung berupa dokumen
penetapan PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan yang terutang dan bukti pembayaran.
( 3 ) Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan
memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat( 1).
( 4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) disetujui, kelebihan pembayaran tersebut
diperhitungkan sebagai pembayaran di muka sebagai
pengurang jumlah PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan yang terutang pada periode
berikutnya.
(5) Dalam hal terjadi pengakhiran kegiatan usaha dan terdapat
kelebihan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang, kelebihan
pembayaran tersebut dapat dikembalikan secara tunai
sesuai dengan ketentuan peraturan.perundang-undangan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
BABVII
PENINJAUAN KEMBALI
Pasal 15
(1) Wajib Bayar dapat mengajukan permohonan peninjauan
kembali atas penetapan penjadwalan pembayaran PNBP
dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan
yc.ng terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
( 3 ).
( 2) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
padaa_yat( 1) diterima oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Anggaran paling lambat 20 ( dua puluh) hari
sebelum tanggal jatuh tempo PNBP dari hasil pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang yang
dimintakan untuk ditinjau kembali.
( 3 ) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) hanya dapat dilakukan oleh Wajib Bayar
dengan kondisi ketidakmampuan kas yang disebabkan
oleh dampak inflasi, regulasi, dan penugasan pemerintah.
( 4) Peninjauan kembali jatuh tempo penjadwalan pembayaran
PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat( 1) hanya dapat dilakukan 1 ( satu) kali.
( 5) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud
pada ayat( 1) diajukan dengan melampirkan dokumen:
a. realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan;
b. penjelasan penyebab kesulitan kas; dan
c. surat pernyataan tanggung jawab mutlak mengenai
kebenaran data pendukung dari direksi, dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 16
( 1) I)irektorat Jenderal Anggaran melakukan penelitian
terhadap permohonan peninjauan kembali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
( 2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) , Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri
Keuangan menerbitkan surat penolakan atau surat
penjadvyalan pembayaran.
( 3 ) Surat penolakan atau surat penjadwalan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) diterbitkan paling
lambat 15( lima belas) hari terhitung setelah tanggal surat
permohonan diterima.
Pasal 17
Untuk memenuhi keuangan negara, Direktur Jenderal
Anggaran atas nama Menteri Keuangan dapat menlnJau
kembali penetapan penjadwalan perhbayaran PNBP dari hasil
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat ( 3 ) setelah
berkoordinasi dengan Wajib Bayar.
BABVIII
KEWAJIBANINTERIM
Pasal 18
Dalam hal Wajib Bayar ditetapkan untuk menyetor Kewajiban
Interim pada tahun anggaran berjalan, dilakukan paling lambat
pada tanggal 27Desember tahun anggaran berjalan.
BABIX
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 19
( 1) Untuk monitoring dan evaluasi pener1maan Dividen,
Surplus BankIndonesia Bagian Pemerintah, Surplus LPS
Bagian Pemerintah, Bagian Laba Pemerintah pada LPEI,
dan PNBP yangBerasal dari Akumulasi Cadangan Umum
dan Cadangan Tujuan pada LPEI, Wajib Bayar harus
menyampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Anggaran dokumen sebagai berikut:
a. bukti setor pembayaran Dividen, Surplus Bank
Indonesia Bagian Pemerintah, Surplus LPS Bagian
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
Pemerintah dan Bagian Laba Pemerintah pada LPEI
dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan
Umum danCadangan Tujuan pad&LPEI;
b. risalahRUPS dan/ atau notulenRUPS untuk Persero
dan Perseroan Terbatas Lainnya;
c. surat Menteri Badan Usaha Milik Negara terkait
pengesahan laporan keuangan dan penetapan
penggunaan laba bersih untuk Perum;
d. surat G ubernur Bank Indonesia kepada Menteri
Keuangan terkait Surplus Bank Indonesia Bagian
Pemerintah untuk BankIndonesia;
e. surat Menteri Keuangan terkait penetapan Surplus
LPS Bagian Pemerintah untuk LPS;
f. surat Menteri Keuangan terkait penetapan Bagian
Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal
dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan
Tujuan pada LPEI, untuk LPEI; dan
g. laporan keuangan Wajib Bayar yang telah diaudit.
( 2) Bukti setor pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1 ) hlJruf a disampaikan paling lambat 7 ( tujuh) hari
setelah tanggal pembayaran.
( 3 ) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf b
sampai dengan huruf g disampaikan paling lambat 1( satu)
bulan setelah diterbitkan.
( 4) Dalam hal Wajib Bayar tidak menyampaikan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) , Direktur Jenderal
Anggaran atas nama Menteri Keuangan memberikan
sanksi berupa surat teguran kepada Wajib Bayar.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/ PMK.02/ 2013
tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak. dari Dividen ( Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 201 3 Nomor8) ; dan
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/ PMK.02/ 201 3
tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak dari Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah
( Berita NegaraRepublikIndonesia Tahun 201 3 Nomor9) ,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 21
Peraturan Menteri 1n1 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2017
DIREKTUR JENDERAL
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal8 Desember 2017
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYAN:i>-'lNDRAWATI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUI.1 DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 1772
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18-
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA.
NOMOR 190/PMK.OZ/2017
TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN
NEGARA BUKAN PAJAK DARI EASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)
KEBENARAN DATA PENDUKUNG
Yth. Direktur Jenderal Anggaran
di
Jakarta
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
Jabatan
Alamat
Sehubungan dengan surat Permohonan kami Nomor ........tanggal ....hal
Penetapan Jatuh Tempo Pembayaran ...Tahun ·XXXX, dengan ini menyatakan bahwa
data pendukung yang kami sampaikan yaitu:
1. dokumen penetapan DividenjSurplus BI/Surplus LPS Bagian·
PemerintahjBagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang berasal dari
akumulasi cadangan umum dan cadangan tujuan;
2. laporan keuangan yang telah di audit;
3. realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan;
4. rencana kerja dan anggaran perusahaan tahun berjalan,
adalah benar adanya.
Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa data yang kami sampaikan tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kami bersedia untuk membayar seluruh
kewajiban berikut denda apabiia terjadi keterlambatan.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
ARIF BINTA 'f(j�::YtlW6 NO-�
NIP 19 710912199 703 1001
........., tanggal ............ .
Yang membuat pernyataan
Direksi,
I �;����. I(Nama Lengkap)
• - :·!.•.. '-r�'"" ·:- :;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYANI INDRAVATI
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.OZ/2017
TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN
NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN
CONTOH PENGHITUNGAN SANKS! ADMINISTRASI
Jatuh tempo pembayaran dividen tanggal 7 Juli dengan jumlah kewajiban
dividen yang harus dibayar sebesarRp400.000.0QO.OOO, OO ( empat·ratusmiliar
rupiah) , mengajukan pembayaran sebagai berikut:
1. Pembayaran pertama paling lambat tanggal 7 Juli sekurang- kurangnya
sebesar 25% ( dua puluh lima persen) dari kewajiban dividen atau sebesar
Rp100.000.000.000, 00( seratusmiliar rupiah) .
2. Sisa waktu pembayaran kewajiban dividen dapat ditetapkan dibayar
maksimal 4 bulan sampai dengan bulan November, sebagai berikut:
a. Pembayaran ke- 2 pada tanggal 7 AgustusRp75.000.000.000, 00( tujuh
puluh limamiliar rupiah) ;
b. Pembayaran ke- 3 pada tanggal 7 September. Rp75.000.000.000, 00
( tujuh puluh limamiliar rupiah) ;
c. Pembayaran ke- 4 pada tanggal 7 OktoberRp75.000.000.000, 00( tujuh
puluh limamiliar rupiah) ; dan
d. Pembayaran ke- 5 pada tanggal 7 Nopember Rp75.000.000.000, 00
( tujuh puluh limamiliar rupiah) .
3 . Sanksi atas keterlambatan pembayaran kewajiban dividen:
Misalnya: pembayaran ke- 4 dilakukan pada tanggal 9 Oktober maka
atas jatuh tempo pembay�ran ke- 4 terjadi keterlambatan
pembayaran selama 2 hari. Atas keterlambatan tersebut
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2°/o ( dua
persen) sehingga kewajiban pembayaran tahap ke- 4 yang
harus dibayar adalah:
= Rp75.000.000.000, 00+ (Rp75.000.000.000, 00X 2°/o)
= Rp76.500.000.000, 00
4. Sanksi atas kekurangan pembayaran kewajiban dividen:
Misalnya: pembayaran ke- 4 dilakukan pada tanggal 7 Oktober, dengan
jumlc.h sebesar Rp50.000.000.000, 00 maka terdapat
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20-
kekurangan pembayaran sebesar Rp25.000.000.000,00 Jika
pembayaran kekurangan sebesar Rp25.000.000.000,00
dilakukan melewati tanggal 7 Oktober yaitu antara tanggal8
.r• '
Oktober sd 6 Nopember,maka keterlambatan dihitung 1 ( satu)
bulan, terhadap kekurangan pembayaran dikenakan denda
sebesar 2°/o ( dua persen) , sehingga jumlah yang harus dibayar
adalah:
= Rp25.000.000. 000,00+ {Rp25.000.000.000,00X 2°/o )
= Rp25.500.000.000,00
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIKINDONESIA,
ttd.
SRI MULYANIINDRAWATI
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 1 -
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 02/2017
TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN
NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)
KEBENARAN DATA PENDUKUNG
:'"th. Direktur Jenderal Anggwan
di
Jakarta
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
Jabatan
Alamat
Sehubungan dengan surat permohonan penlnJauan kembali kami Nomor
........tanggal ... atas Penetapan Jatuh Tempo Pembayaran oleh Direktur Jenderal
Anggaran a.n. Menteri Keuangan nomor ..., dengan ini menyatakan bahwa data
pendukung yang kami sampaikan yaitu:
1. Realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan; dan
'J penjelasan atas penyebab kesulitan arus ,
adalah benar adanya.
Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa data yang kami sampaikan tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kami bersedia untuk membayar seluruh
kewajiban berikut denda apabila terjadi keterlambatan.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Umum
Kepala B�!nTc�·iement-ifian/.: �/··�·' J,·"
"-,
·C:
(VJ;�'. ---- ) !)
', ��· ���--- ������� "/ /I
' "" /' , r /;/
ARIF BINTARTO'"'t,,•:·.. ��lftF��:/.
NIP 197 1 09 12 1997QS:j;:6:6::t:::::>·"
........., tanggal .............
Yang membuat pernyataan
Direksi,
I
Meterai
IRp6000,-
(Nama Lengkap)
· ··r· · .,.· :.. .
MENTERii:EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
www.jdih.kemenkeu.go.id
www.jdih.kemenkeu.go.id

More Related Content

What's hot

Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021CIkumparan
 
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPeraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPenataan Ruang
 
Pp nomor 33 tahun 2020
Pp nomor 33 tahun 2020Pp nomor 33 tahun 2020
Pp nomor 33 tahun 2020HendriTAsworo
 
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahPmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahHerry Prananto
 
UU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN
UU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMNUU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN
UU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMNcsr-semenindonesia
 
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPeraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPenataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPenataan Ruang
 
Uu akuntan publik no 5 2011
Uu akuntan publik no 5 2011Uu akuntan publik no 5 2011
Uu akuntan publik no 5 2011lqmn92
 
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipaPermenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipayunussetyawan07
 
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraUndang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPenataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPenataan Ruang
 
Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020HendriTAsworo
 
Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015Andi Ismail
 

What's hot (20)

Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
 
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman DaerahPeraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
 
Pp nomor 33 tahun 2020
Pp nomor 33 tahun 2020Pp nomor 33 tahun 2020
Pp nomor 33 tahun 2020
 
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahPmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
 
PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017
PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017
PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017
 
Perda 14 th 2012 bumd
Perda 14 th 2012   bumdPerda 14 th 2012   bumd
Perda 14 th 2012 bumd
 
UU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN
UU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMNUU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN
UU RI NO 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN
 
Per 04-2011
Per 04-2011Per 04-2011
Per 04-2011
 
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPeraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
 
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
 
Uu akuntan publik no 5 2011
Uu akuntan publik no 5 2011Uu akuntan publik no 5 2011
Uu akuntan publik no 5 2011
 
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipaPermenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
 
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraUndang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
 
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
 
Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020
 
Pp 71 tahun_2010
Pp 71 tahun_2010Pp 71 tahun_2010
Pp 71 tahun_2010
 
Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1
 
Perdirjen 28 2008
Perdirjen 28 2008Perdirjen 28 2008
Perdirjen 28 2008
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
 
Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015
 

Similar to 190pmk 022017per

Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdfPermendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdfMAHMUN SYARIF
 
Permen kukm nomor 2 th 2017 usp kop
Permen kukm nomor 2 th 2017 usp kopPermen kukm nomor 2 th 2017 usp kop
Permen kukm nomor 2 th 2017 usp kopSupri Yanto
 
PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)
PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)
PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)ncariwibowo
 
PER-1-MBU-03-2021 pmn.pdf
PER-1-MBU-03-2021 pmn.pdfPER-1-MBU-03-2021 pmn.pdf
PER-1-MBU-03-2021 pmn.pdfmukhtardaud
 
Per 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumn
Per 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumnPer 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumn
Per 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumnDody Heriawan Priatmoko
 
per_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdfper_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdfDodiArifin
 
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifPmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifRidwan Ichsan
 
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...Deni Mawar
 
PP NO 45 TH 2005.pdf
PP NO 45 TH 2005.pdfPP NO 45 TH 2005.pdf
PP NO 45 TH 2005.pdfnaililfiza2
 
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdfregulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdfAndreWibisono4
 

Similar to 190pmk 022017per (20)

85 pmk.03 2019
85 pmk.03 201985 pmk.03 2019
85 pmk.03 2019
 
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdfPermendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
Permendagri Nomor 28 Tahun 2021.pdf
 
182~PMK.05~2017Per.pdf
182~PMK.05~2017Per.pdf182~PMK.05~2017Per.pdf
182~PMK.05~2017Per.pdf
 
Permen kukm nomor 2 th 2017 usp kop
Permen kukm nomor 2 th 2017 usp kopPermen kukm nomor 2 th 2017 usp kop
Permen kukm nomor 2 th 2017 usp kop
 
PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)
PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)
PMK 234 Th 2011 (Sistem Akuntansi Transaksi Khusus)
 
198_PMK.07_2021Per.pdf
198_PMK.07_2021Per.pdf198_PMK.07_2021Per.pdf
198_PMK.07_2021Per.pdf
 
PER-1-MBU-03-2021 pmn.pdf
PER-1-MBU-03-2021 pmn.pdfPER-1-MBU-03-2021 pmn.pdf
PER-1-MBU-03-2021 pmn.pdf
 
Per 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumn
Per 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumnPer 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumn
Per 09 mbu 07 2015 program kemitraan & program bl bumn
 
PER-09/MBU/07/2015 tentang PKBL BUMN
PER-09/MBU/07/2015 tentang PKBL BUMNPER-09/MBU/07/2015 tentang PKBL BUMN
PER-09/MBU/07/2015 tentang PKBL BUMN
 
183~PMK.05~2019Per.pdf
183~PMK.05~2019Per.pdf183~PMK.05~2019Per.pdf
183~PMK.05~2019Per.pdf
 
per_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdfper_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdf
 
138
138138
138
 
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifPmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
 
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
 
Hukum Keuangan Negara - 2
Hukum Keuangan Negara - 2Hukum Keuangan Negara - 2
Hukum Keuangan Negara - 2
 
PP NO 45 TH 2005.pdf
PP NO 45 TH 2005.pdfPP NO 45 TH 2005.pdf
PP NO 45 TH 2005.pdf
 
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdfregulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf
 
147~PMK.05~2021Per.pdf
147~PMK.05~2021Per.pdf147~PMK.05~2021Per.pdf
147~PMK.05~2021Per.pdf
 
171_PMK.05_2021.pdf
171_PMK.05_2021.pdf171_PMK.05_2021.pdf
171_PMK.05_2021.pdf
 
PP 171 Tahun 2021
PP 171 Tahun 2021PP 171 Tahun 2021
PP 171 Tahun 2021
 

Recently uploaded

uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 

Recently uploaded (20)

uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 

190pmk 022017per

  • 1. MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK. 02/2017 TENTANG TATACARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN Menimbang DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA, a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK. 02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Dividen dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/PMK. 02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan·Negara Bukan Pajak dari Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah, telah diatur ketentuan mengenai tata cara penyetoran penerimaan negara bukan pajak dari dividen dan surplus Bank Indonesia bagian pemerintah; b. bahwa untuk mengatur kembali pembayaran penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang berasal dari dividen, surplus Bank Indonesia bagian pemerintah, surplus Lembaga Penjamin Simpanan bagian pemerintah, bagian laba pemerintah pada Lembaga Pembiayaari Ekspor Indonesia, dan penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari akumulasi cadangan umum dan cadangan tujuan pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, perlu diatur www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 2. Mengingat - 2 - ketentuan mengena1 tata cara penyetoran pener1maan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Basil Pengelolaan Kekayaan Negara yangDipisahkan; 1. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43 , Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3 687) ; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara( Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ; 3 . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843 ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang­ Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran NegaraRepubllik Indonesia Nomor 4962) ; 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara( Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297) ; 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 3. Menetapkan - 3 - 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Undang-Undang ( Lembaran NegaraRepublik IndonesiaTahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia Nomor 4963 ) ; 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756) ; 7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia( Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4957) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang ( Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4995) ; MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL PENGELOLAAN DIPISAHKAN. KEKAYAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 NEGARA Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: YANG 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 4. - 4 - 2. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal darikekayaan negara yang dipisahkan. 3 . Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas, modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51o/o ( lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 4. Perseroan Terbatas Lainnya adalah perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki Negara Republik Indonesia kurang dari 51o/o ( lima puluh satu p�rsen) . 5. Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyed:.aan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan pr1ns1p pengelolaan perusahaan. 6. Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkar: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengar: Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009. 7. Lembaga Penjamin Simpanan yang selanjutnya disingka: LPS adalah lembaga independen yang berfungsi menjamir: simpanan nasabah perbankan di Indonesia. 8. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia yang selanjutnye. disingkat LPEI atau Indonesia Eximbank adalah lembage. keuangan khusus yang didirikan berdasarkan Undang­ Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembage. Pembiayaan Ekspor Indonesia. 9. Dividen Bagian Pemerintah yang selanjutnya disebut Dividen adalah bagian Pemerintah atas laba BUMN dar: Perseroan Terbatas Lainnya. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 5. - 5 - 10. Surplus adalah laba dari hasil kegiatan usaha dalam 1 �satu) tahun buku. 11. Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah adalahSurplus Bank Indonesia setelah dikurangi pembagian untuk cadangan tujuan sebesar 3 0°/o ( tiga puluh persen) , dan cadangan umum sehingga modal dan cadangan umum menjadi sebesar 10o/o ( sepuluh persen) dari seluruh kewajiban moneter. 12. Surplus LPS Bagian Pemerintah adalah bagian Surplus dalam hal akumulasi cadangan penjaminan mencapai tingkat sasaran sebesar 2, 5 °/o ( dua koma lima persen) dari totalsimpanan pada seluruh bank. 13 . Bagian Laba Pemerintah pada LPEI adalah Surplus yang diperoleh LPEI dalam kurun waktu 1 ( satu) tahun kegiatan. 14. PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI adalah PNBP yang berasal dari bagian kelebihan akumulasi cadangan umum dan cadangan tcjuan. 15. Wajib Bayar adalah badan usaha yang berbentuk Persero, Perseroan Terbatas lainnya, Perum, Bank Indonesia, LPS, dan LPEI. 16. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkatRUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dan memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero. Pasal 2 PNBP:lari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan terdiri atas: a. Dividen; b. Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah; c. Surplus LPS Bagian Pemerintah; d. Bagian Laba Pemerintah pada LPEI; dan e. PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 6. - 6 - BAB II PENETAPANDAN JATUH TEMPO PasaJ 3 ( 1) Besaran PNBP yang berasal dari Perum, Persero, dan Perseroan Terbatas Lainnya berupa Dividen ditetapkan berdasarkan: a. surat Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk Perum; dan/atau b. RUPS untuk Persero dan Perseroan Terbatas Lainnya. ( 2) Besaran PNBP yang berasal dari Bank Indonesia berupa Surp�us Bank Indonesia Bagiq. n Pemerintah ditetapkan berdasarkanSurat Gubernur Bank Indonesia. ( 3 ) Besaran PNBP yang berasal dari LPS berupaSurplus LPS Bagian Pemerintah ditetapkan berdasarkanSurat Menteri Keuangan. ( 4) Besaran PNBP yang berasal dari LPEI berupa Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadan gan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI ditetapkan berdasarkanSurat Menteri Keuangan. Pasal 4 Wajib bayar membayar PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang paling lambat pada saat jatuh tempo. Pasal 5 ( 1) Jatuh tempo pembayaran Dividen untuk Perum, Persero, dan Perseroan Terbatas Lainnya 1 ( satu) bulan setelah tanggal penetapanDividen. ( 2) Untuk Persero dan Perseroan Terbatas Lainnya yang terdaftar di pasar modal, jatuh tempo pembayaranDividen mengikuti ketentuan yang berlaku di pasar modal. ( 3 ) Jatuh tempo pembayaranSurplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah 7 ( tujuh) hari kerja setelah Bank Indonesia menerimaSurat Menteri Keuangan mengenai persetujuan penggunaan Surplus Bank Indonesia yang www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 7. - 7 - menjadi bagian pemerintah, sesuai kesepakatan bersama antara Pemerintah dan Bank Indonesia. ( 4) Ja:uh tempo pembayaranSurplus LPS Bagian Pemerintah 3 0 ( tiga puluh) hari setelah tanggal penetapan surat Menteri Keuangan mengena1 Surplus LPS Bagian Pe:nerintah. ( 5) Jatuh tempo pembayaran Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum danCadangan Tujuan pada LPEI 3 0( tiga puluh) hari setelah tanggal penetapan surat Menteri Keuangan mengenai Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI. Pasal 6 Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran PNBP dari hasil pengelclaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang bertepatan dengan hari libur, jatuh tempo pembayaran yaitu pada hari kerja sebelumnya. BAB III PEMBAYARAN Pasal 7 ( 1) Wajib Bayar melakukan pembayaran: a. Dividen, Surplus LPS Bagian Pemerintah, Bagian Laba Pemerintah pada LPEI, dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI ke Kas Negara melalui bankjpos perseps1 dengan menggunakan sistem elektronik sesua1 dengan Peraturan Menteri Keuangan mengena1 sistem pener1maan negara secara elektronik; dan b. Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah melalui Rekening Kas Umum Negara di Bank Indonesia. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 8. -8 - ( 2) Dalam melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) Wajib Bayar wajib menyampaikan data secara lengkap dan benar. ( 3 ) Wajib Bayar bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran data pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat( 2) . ( 4) Pembayaran Dividen, Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah, Surplus LPS Bagian Pemerintah, Bagian Laba Pemerintah pada LPEI, dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) dicatat sebagai pelunasan PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang sesuai dengan tanggal pembayaran. BAB IV PENJADWALAN PEMBAYARAN Pasal8 ( 1) Dalam hal Wajib Bayar tidak dapat melakukan pembayaran seluruh PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang pada saat jatuh t�mpo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Wajib Bayar dapat mengajukan permohonan penjadwalan pembayaran. ( 2) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) , hanya dapat diajukan oleh Wajib Bayar yang kesulitan arus kas. ( 3 ) Kesulitan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah kondisi ketidakmampuan ka s Wajib Bayar dalam memenuhi kewajiban lancar tahun berjalan. Pasal9 ( 1) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1) disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q.Direktur Jenderal Anggaran. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 9. -9 - ( 2) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran paling lambat 15 ( lima belas) hari setelah tanggal penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 . ( 3 ) Permohonan penjadwalan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) dilampiri dengan data pendukung paling kurang: a. dokumen penetapan, terdiri atas: 1. surat penetapan Dividen oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk Perum, dan risalah RUPS dan/atau notulen RLT.:!?S untuk Persero dan Perseroan Terbatas Lainnya; 2. surat Gubernur Bank Indonesia kepada Menteri Keuangan terkait Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah untuk Bank Indonesia; 3 . surat Menteri Keuangan mengenai Surplus LPS Bagian Pemerintah untuk LPS; atau 4. surat Menteri Keuangan mengenai Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI, untuk LPEI; b. laporan keuangan Wajib Bayar yang telah diaudit; c. realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan serta penjelasan penyebab kesulitan arus kas; d. rencana kerja dan anggaran Wajib Bayar tahun berjalan; dan e. surat pernyataan tanggung jawab mutlak mengenai k.ebenaran data pendukung dari direksi, dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 10 ( 1) Dalam hal permohonan Wajib Bayar melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat ( 2) dan/atau tidak melampirkan data pendukung www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 10. - 10 - sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat ( 3 ) , permohonan Wajib Bayar ditolak, dan jatuh tempo pembayaran yang berlaku acalah jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. ( 2) Dalam hal permohonan telah sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat( 2) dan ayat( 3 ) , Kementerian Keuanganc.q. Direkto:atJenderal Anggaran melakukan penelitian dokumen. ( 3 ) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) , DirekturJenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan menerbitkan surat penolakan atau surat penjadwalan pembayaran. ( 4) Surat penolakan atau surat penjadwalan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) diterbitkan paling lambat 15( lima belas) hari terhitung setelah tanggal sura-: permohonan penjadwalan pembayaran diterima. Pasal 11 Penjadwalan pembayaran diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang palirg sedikit sebesar 25o/o ( dua puluh lima persen) , pada saat jatuh tempo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5; dan b. sisa PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang dibayar setiap bulan sesuai dengan hasil penilaian (assessment) terhadap data pendukung dan dibayar paling lambat pada bulan November tahun anggaran berjalan. BABV KEKURANGANDAN/ ATAU KETERLAMBATAN Pasal 12 ( 1) Dalam hal terjadi kekurangan dan/ atau keterlambatan pembayaran PNBP dari hasil pengelclaan kekayaan negare. yang dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksuc www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 11. - 11 - dalam Pasal 3 , Pasal 5, dan Pasal 11, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2o/o ( dua persen) per bulan dari jumlah PNBP yang kurang dibayar dan/ atau terlambat, dan bagian dari bulan dihitung 1( satu) bulan penuh. ( 2) Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) dikenakan untuk paling lama 24( dua puluh empat) bulan. ( 3 ) Wajib Bayar membayar seluruh kekurangan dan/ atau keterlambatan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang dan/ atau denda sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ke Kas Negara. ( 4) Contoh penghitungan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 13 ( 1) Atas kekurangan danjatau keterlambatan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Direktur Jenderal Anggaran melakukan penagihan kepada Wajib Bayar dengan menerbitkan surat tagihan pertama. ( 2) Apabila dalam jangka waktu 1( satu) bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diterbitkan Wajib Bayar belurn atau tidak melunasi PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang, Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan surat tagihan kedua. ( 3 ) Apabila dalam jangka waktu 1( satu) bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak melunasi PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang, Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan surat tagihan ketiga. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 12. - 12 - ( 4) Apabila dalam jangka waktu 1( satu) bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) diterbitkan Wajib Bayar belum atau tidak nielunasi PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang, Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan surat penyerahan tagihan kepada instansi yang berwenang mengurus piutang negara untuk diproses lebih lanjut penyelesaiannya. BABVI KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 14 ( 1) Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran PNBP dari has:l pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang, Wajib Bayar dapat m�ngajukan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran. ( 2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilampiri dengan data pendukung berupa dokumen penetapan PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang dan bukti pembayaran. ( 3 ) Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat( 1). ( 4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) disetujui, kelebihan pembayaran tersebut diperhitungkan sebagai pembayaran di muka sebagai pengurang jumlah PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang pada periode berikutnya. (5) Dalam hal terjadi pengakhiran kegiatan usaha dan terdapat kelebihan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang, kelebihan pembayaran tersebut dapat dikembalikan secara tunai sesuai dengan ketentuan peraturan.perundang-undangan. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 13. - 13 - BABVII PENINJAUAN KEMBALI Pasal 15 (1) Wajib Bayar dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali atas penetapan penjadwalan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yc.ng terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat ( 3 ). ( 2) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud padaa_yat( 1) diterima oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran paling lambat 20 ( dua puluh) hari sebelum tanggal jatuh tempo PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang yang dimintakan untuk ditinjau kembali. ( 3 ) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) hanya dapat dilakukan oleh Wajib Bayar dengan kondisi ketidakmampuan kas yang disebabkan oleh dampak inflasi, regulasi, dan penugasan pemerintah. ( 4) Peninjauan kembali jatuh tempo penjadwalan pembayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) hanya dapat dilakukan 1 ( satu) kali. ( 5) Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat( 1) diajukan dengan melampirkan dokumen: a. realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan; b. penjelasan penyebab kesulitan kas; dan c. surat pernyataan tanggung jawab mutlak mengenai kebenaran data pendukung dari direksi, dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 16 ( 1) I)irektorat Jenderal Anggaran melakukan penelitian terhadap permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 14. - 14 - ( 2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) , Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan menerbitkan surat penolakan atau surat penjadvyalan pembayaran. ( 3 ) Surat penolakan atau surat penjadwalan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) diterbitkan paling lambat 15( lima belas) hari terhitung setelah tanggal surat permohonan diterima. Pasal 17 Untuk memenuhi keuangan negara, Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan dapat menlnJau kembali penetapan penjadwalan perhbayaran PNBP dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat ( 3 ) setelah berkoordinasi dengan Wajib Bayar. BABVIII KEWAJIBANINTERIM Pasal 18 Dalam hal Wajib Bayar ditetapkan untuk menyetor Kewajiban Interim pada tahun anggaran berjalan, dilakukan paling lambat pada tanggal 27Desember tahun anggaran berjalan. BABIX MONITORING DAN EVALUASI Pasal 19 ( 1) Untuk monitoring dan evaluasi pener1maan Dividen, Surplus BankIndonesia Bagian Pemerintah, Surplus LPS Bagian Pemerintah, Bagian Laba Pemerintah pada LPEI, dan PNBP yangBerasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI, Wajib Bayar harus menyampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran dokumen sebagai berikut: a. bukti setor pembayaran Dividen, Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah, Surplus LPS Bagian www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 15. - 15 - Pemerintah dan Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum danCadangan Tujuan pad&LPEI; b. risalahRUPS dan/ atau notulenRUPS untuk Persero dan Perseroan Terbatas Lainnya; c. surat Menteri Badan Usaha Milik Negara terkait pengesahan laporan keuangan dan penetapan penggunaan laba bersih untuk Perum; d. surat G ubernur Bank Indonesia kepada Menteri Keuangan terkait Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah untuk BankIndonesia; e. surat Menteri Keuangan terkait penetapan Surplus LPS Bagian Pemerintah untuk LPS; f. surat Menteri Keuangan terkait penetapan Bagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang Berasal dari Akumulasi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada LPEI, untuk LPEI; dan g. laporan keuangan Wajib Bayar yang telah diaudit. ( 2) Bukti setor pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) hlJruf a disampaikan paling lambat 7 ( tujuh) hari setelah tanggal pembayaran. ( 3 ) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf b sampai dengan huruf g disampaikan paling lambat 1( satu) bulan setelah diterbitkan. ( 4) Dalam hal Wajib Bayar tidak menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) , Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan memberikan sanksi berupa surat teguran kepada Wajib Bayar. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 16. - 16 - BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/ PMK.02/ 2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak. dari Dividen ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 201 3 Nomor8) ; dan b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/ PMK.02/ 201 3 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah ( Berita NegaraRepublikIndonesia Tahun 201 3 Nomor9) , dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 21 Peraturan Menteri 1n1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan. www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 17. - 17 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 2017 DIREKTUR JENDERAL Ditetapkan di Jakarta pada tanggal8 Desember 2017 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SRI MULYAN:i>-'lNDRAWATI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUI.1 DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 1772 www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 18. - 18- LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA. NOMOR 190/PMK.OZ/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI EASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN DATA PENDUKUNG Yth. Direktur Jenderal Anggaran di Jakarta Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Jabatan Alamat Sehubungan dengan surat Permohonan kami Nomor ........tanggal ....hal Penetapan Jatuh Tempo Pembayaran ...Tahun ·XXXX, dengan ini menyatakan bahwa data pendukung yang kami sampaikan yaitu: 1. dokumen penetapan DividenjSurplus BI/Surplus LPS Bagian· PemerintahjBagian Laba Pemerintah pada LPEI dan PNBP yang berasal dari akumulasi cadangan umum dan cadangan tujuan; 2. laporan keuangan yang telah di audit; 3. realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan; 4. rencana kerja dan anggaran perusahaan tahun berjalan, adalah benar adanya. Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa data yang kami sampaikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kami bersedia untuk membayar seluruh kewajiban berikut denda apabiia terjadi keterlambatan. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. ARIF BINTA 'f(j�::YtlW6 NO-� NIP 19 710912199 703 1001 ........., tanggal ............ . Yang membuat pernyataan Direksi, I �;����. I(Nama Lengkap) • - :·!.•.. '-r�'"" ·:- :; MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SRI MULYANI INDRAVATI www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 19. - 19 - LAMPIRAN II PERATURAN MENTER! KEUANGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.OZ/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN CONTOH PENGHITUNGAN SANKS! ADMINISTRASI Jatuh tempo pembayaran dividen tanggal 7 Juli dengan jumlah kewajiban dividen yang harus dibayar sebesarRp400.000.0QO.OOO, OO ( empat·ratusmiliar rupiah) , mengajukan pembayaran sebagai berikut: 1. Pembayaran pertama paling lambat tanggal 7 Juli sekurang- kurangnya sebesar 25% ( dua puluh lima persen) dari kewajiban dividen atau sebesar Rp100.000.000.000, 00( seratusmiliar rupiah) . 2. Sisa waktu pembayaran kewajiban dividen dapat ditetapkan dibayar maksimal 4 bulan sampai dengan bulan November, sebagai berikut: a. Pembayaran ke- 2 pada tanggal 7 AgustusRp75.000.000.000, 00( tujuh puluh limamiliar rupiah) ; b. Pembayaran ke- 3 pada tanggal 7 September. Rp75.000.000.000, 00 ( tujuh puluh limamiliar rupiah) ; c. Pembayaran ke- 4 pada tanggal 7 OktoberRp75.000.000.000, 00( tujuh puluh limamiliar rupiah) ; dan d. Pembayaran ke- 5 pada tanggal 7 Nopember Rp75.000.000.000, 00 ( tujuh puluh limamiliar rupiah) . 3 . Sanksi atas keterlambatan pembayaran kewajiban dividen: Misalnya: pembayaran ke- 4 dilakukan pada tanggal 9 Oktober maka atas jatuh tempo pembay�ran ke- 4 terjadi keterlambatan pembayaran selama 2 hari. Atas keterlambatan tersebut dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2°/o ( dua persen) sehingga kewajiban pembayaran tahap ke- 4 yang harus dibayar adalah: = Rp75.000.000.000, 00+ (Rp75.000.000.000, 00X 2°/o) = Rp76.500.000.000, 00 4. Sanksi atas kekurangan pembayaran kewajiban dividen: Misalnya: pembayaran ke- 4 dilakukan pada tanggal 7 Oktober, dengan jumlc.h sebesar Rp50.000.000.000, 00 maka terdapat www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 20. - 20- kekurangan pembayaran sebesar Rp25.000.000.000,00 Jika pembayaran kekurangan sebesar Rp25.000.000.000,00 dilakukan melewati tanggal 7 Oktober yaitu antara tanggal8 .r• ' Oktober sd 6 Nopember,maka keterlambatan dihitung 1 ( satu) bulan, terhadap kekurangan pembayaran dikenakan denda sebesar 2°/o ( dua persen) , sehingga jumlah yang harus dibayar adalah: = Rp25.000.000. 000,00+ {Rp25.000.000.000,00X 2°/o ) = Rp25.500.000.000,00 MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA, ttd. SRI MULYANIINDRAWATI www.jdih.kemenkeu.go.id
  • 21. - 2 1 - LAMPIRAN III PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK. 02/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANGDIPISAHKAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM) KEBENARAN DATA PENDUKUNG :'"th. Direktur Jenderal Anggwan di Jakarta Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Jabatan Alamat Sehubungan dengan surat permohonan penlnJauan kembali kami Nomor ........tanggal ... atas Penetapan Jatuh Tempo Pembayaran oleh Direktur Jenderal Anggaran a.n. Menteri Keuangan nomor ..., dengan ini menyatakan bahwa data pendukung yang kami sampaikan yaitu: 1. Realisasi dan proyeksi arus kas tahun berjalan; dan 'J penjelasan atas penyebab kesulitan arus , adalah benar adanya. Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa data yang kami sampaikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kami bersedia untuk membayar seluruh kewajiban berikut denda apabila terjadi keterlambatan. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum Kepala B�!nTc�·iement-ifian/.: �/··�·' J,·" "-, ·C: (VJ;�'. ---- ) !) ', ��· ���--- ������� "/ /I ' "" /' , r /;/ ARIF BINTARTO'"'t,,•:·.. ��lftF��:/. NIP 197 1 09 12 1997QS:j;:6:6::t:::::>·" ........., tanggal ............. Yang membuat pernyataan Direksi, I Meterai IRp6000,- (Nama Lengkap) · ··r· · .,.· :.. . MENTERii:EUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SRI MULYANI INDRAWATI www.jdih.kemenkeu.go.id