SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Download to read offline
SATINAN
Menimbang a
Mengingat
IrRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2019
TENTANG
INVESTASI PEMERINTAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (3)
Undang-Undang Nomor I Tahun 2OO4 tentang
Perbendaharaan Negara, telah diundangkan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 49 Tahun 2OII tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor I Tahun 2008 tentang
Investasi Pemerintah;
bahwa dengan memperhatikan perkembangan kondisi
dan kebijakan Pemerintah dalam bidang investasi, dan
untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan Investasi
Pemerintah, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai
Investasi Pemerintah;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Investasi Pemerintah;
b
c
1.
2.
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor a355);
MEMUTUSI{AN:
Menetapkan PERATURAN
PEMERINTAH.
PEMERINTAH TENTANG INVESTASI
SK No 00871 5 A
BAB
1
2
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana
dan/atau aset keuangan dalam jangka panjang untuk
investasi dalam bentuk saham, surat utang, dan/atau
investasi langsung guna memperoleh manfaat ekonomi,
sosial, danlatau manfaat lainnya.
Komite Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat
KIP adalah lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan
fungsi supervisi dalam pengelolaan Investasi Pemerintah.
Operator Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat
OIP adalah pelaksana fungsi operasional yang ditunjuk
atau ditetapkan oleh Menteri.
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau
mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok
nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun,
dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa
penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek
serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan
hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat BLU
adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas.
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat
BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
8.Badan...
3
4
5
6
7
SK No 008716 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
8. Badan Hukum Lainnya yang selanjutnya disingkat BHL
adalah badan hukum yang diatur tersendiri dengan
undang-undang.
9. Badan Usaha adalah BUMN, badan usaha milik daerah,
badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas,
badan hukum asing, atau koperasi.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan
tahunan Pemerintah yang ditetapkan dengan undang-
undang.
1 1. Pinjaman adalah setiap pembiayaan melalui utang yang
diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak
berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu.
12. Perjanjian Investasi adalah kesepakatan tertulis dalam
penyediaan dana investasi antara Menteri selaku
Bendahara Umum Negara atau pejabat yang ditunjuk
dengan pimpinan BUMN atau BHL.
13. Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau
kepemilikan Pemerintah baik sebagian atau keseluruhan
kepada pihak lain.
14. Pernyataan Kebijakan Investasi Pemerintah yang
selanjutnya disingkat PKIP adalah dokumen yang disusun
oleh KIP yang berisi pedoman umum antara lain
mengenai pengelolaan investasi yang mencakup
perencanaan, pemilihan, dan alokasi atas sumber daya
dan risiko.
15. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.
Pasal 2
Investasi Pemerintah bertujuan untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
SK No oO8717 A
Pasal
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-4-
Pasal 3
Investasi Pemerintah dilaksanakan berdasarkan prinsip
a. transparansi;
b. akuntabilitas;
c. responsibilitas;
d. independensi;
e. kewajaran dan kesetaraan;
f. profesionalisme; dan
g. kehati-hatian.
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi investasi
yang dilakukan oleh Pemerintah.
BAB II
SUMBER INVESTASI
Pasal 5
(1) Sumber Investasi Pemerintah berasal dari:
a. APBN;
b. imbal hasil;
c. pendapatan dari layananf usaha;
d. hibah; dan/atau
e. sumber lain yang sah.
(21 Hasil Investasi Pemerintah yang berasal dari sumber
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
sebagai penambah pokok/modal investasi.
(3) Hasil Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 dicatat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
SK No 008718 A
BAB
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
-5-
BAB III
BENTUK INVESTASI
Pasal 6
Investasi Pemerintah dilakukan dalam bentuk
a. saham;
b. surat utang; dan/atau
c. investasi langsung.
Pasal 7
(1) Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
merupakan saham yang tercatat dan/atau
diperdagangkan di bursa efek.
(2) Selain saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Investasi Pemerintah dapat dilakukan pada saham yang
tidak tercatat dan/atau tidak diperdagangkan di bursa
efek sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 8
(1) Surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
b dapat berupa surat utang dan/atau sukuk.
(2) Surat utang dan/atau sukuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas surat utang dan/atau sukuk
yang diterbitkan oleh:
a. Pemerintah dan pemerintah daerah;
b. korporasi danlatau BHL;
c. pemerintah negara lain; dan
d. korporasi danlatau badan hukum asing.
Pasal 9
Investasi langsung sebagaimana dimaksud
huruf c dilakukan melalui:
a. pemberian Pinjaman;
b. kerja sama investasi; dan/atau
c. bentuk investasi langsung lainnya.
dalam Pasal 6
BAB...
SK No008719 A
trRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-6-
BAB IV
KEWENANGAN PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
Menteri selaku Bendahara Umum Negara berwenang
mengelol a f rnenatausahakan Investasi Pemerintah.
Pasal 1 1
Kewenangan pengelolaanf penatausahaan Investasi
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi:
a. kewenangan regulasi;
b. kewenangan supervisi; dan
c. kewenangan operasional.
Bagian Kedua
Kewenangan Regulasi
Pasal 12
Dalam melaksanakan kewenangan regulasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, Menteri berwenang dan
bertanggungjawab:
a. menyusun dan menetapkan ketentuan dan peraturan di
bidang Investasi Pemerintah;
b. menetapkan kebijakan umum dan rencana strategis
jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah;
dan
c. menetapkan PKIP.
SK No 008720 A
Bagian
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Bagian Ketiga
Kewenangan Supervisi
Pasal 13
(1) Dalam melaksanakan kewenangan supervisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, Menteri
selaku Bendahara Umum Negara membentuk KIP.
(2) KIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas
dan wewenang:
a. menyusun kebijakan umum dan rencana strategis
jangka panjang dan menengah atas Investasi
Pemerintah;
b. menyusun PKIP;
c. melakukan konsolidasi atas seluruh rencana
Investasi Pemerintah yang dibuat oleh OIP;
d. menyetujui rencana kebutuhan dana Investasi
Pemerintah yang bersumber dari APBN;
e. memberikan nasihat kepada OIP atas pengelolaan
Investasi Pemerintah;
f. memberikan rekomendasi kepada Menteri selaku
Bendahara Umum Negara dan OIP atas pengelolaan
Investasi Pemerintah;
g. menyetujui usulan OIP untuk melakukan Divestasi
sebelum masa waktu yang telah ditentukan;
h. melakukan pengawasan dan evaluasi atas
pengelolaan Investasi Pemerintah yang dilakukan
oleh OIP;
i. menerima laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah
dan laporan keuangan dari OIP;
j. menyusun ikhtisar laporan pelaksanaan Investasi
Pemerintah yang disusun oleh OIP dan
menyampaikannya kepada Menteri; dan
k. meminta laporan dan/atau informasi selain laporan
pelaksanaan Investasi Pemerintah.
SK No 008721 A
Pasal
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
Pasal 14
(1) Keanggotaan KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) berasal dari kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan, kementerian
teknis, auditor internal Pemerintah, dan/atau tenaga
ahli.
(2) Keanggotaan KIP diangkat dan ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 15
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2l,, KIP dibantu oleh unit
kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan yang secara
struktural mempunyai tugas dan fungsi manajemen
investasi.
(21 Pendanaan untuk pelaksanaan tugas KIP dibebankan
pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran satuan kerja
KIP.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang KIP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, keanggotaan KIP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, serta unit kerja
pembantu dan pendanaan pelaksanaan tugas KIP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatur dalam
Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Kewenangan Operasional
Pasal 17
(1) Dalam melaksanakan kewenangan operasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, Menteri
selaku Bendahara Umum Negara menetapkan BLU
Pengelola Dana sebagai OIP.
(21 Selain menetapkan BLU Pengelola Dana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat menetapkan BLU
lain sebagai OIP.
SK No 008722 A
(3) BLU
trRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-9 -
(3) BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21
memiliki tugas dan wewenang:
a. menyusun rencana jangka panjang, menengah, dan
tahunan atas Investasi Pemerintah yang menjadi
bidang tugasnya;
b. mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi
Pemerintah yang berasal dari APBN kepada KIP;
c. melakukan perjanjian dalam rangka pengelolaan
Investasi Pemerintah;
d. menempatkan dana dan/atau aset keuangan untuk
pelaksanaan Investasi Pemerintah;
e. melakukan tata kelola yang baik dan pengendalian
risiko atas pengelolaan Investasi Pemerintah;
f. melakukan tindakan yang diperlukan dalam hal
. terjadi sengketa atau perselisihan dalam
pelaksanaan Investasi Pemerintah;
g. melaksanakan Divestasi atas Investasi Pemerintah;
h. menJrusun laporan pengelolaan Investasi
Pemerintah; dan
i. melakukan pengawasan atas pelaksanaan Investasi
Pemerintah yang dilakukannya.
Pasal 18
(1) Selain BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah, Menteri dapat
menunjuk:
a. BUMN; dan/atau
b. BHL,
sebagai OIP.
(2) Pelaksanaan kewenangan operasional oleh BUMN
dan/atau BHL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam bentuk kerja sama dengan Menteri.
Pasal 19
(1) Kewenangan operasional OIP yang dilaksanakan oleh
BUMN dan/atau BHL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 dilakukan berdasarkan Perjanjian Investasi.
SK No OO8723 A
(2) Perjanjian. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_10_
(2) Perjanjian Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling sedikit memuat mengenai:
a. hak dan kewajiban para pihak;
b. rencana kerja pengelolaan Investasi Pemerintah;
c. penempatan dana dan/atau aset keuangan untuk
pelaksanaan Investasi Pemerintah;
d. pengendalian risiko atas pengelolaan Investasi
Pemerintah;
e. tindakan yang diperlukan dalam hal terjadi sengketa
atau perselisihan dalam pelaksanaan Investasi
Pemerintah;
f. pelaksanaan Divestasi atas Investasi Pemerintah
termasuk Divestasi yang ditentukan oleh Menteri
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. penyampaian laporan pengelolaan Investasi
Pemerintah;
h. pengawasan atas pelaksanaan Investasi Pemerintah
yang dilakukannya;
i. berakhirnyaPerjanjianlnvestasi;
j penyelesaian sengketa; dan
k. penyampaian tata kelola investasi yang berlaku.
Pasal 20
OIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18
harus memiliki unit yang melaksanakan fungsi:
a. perumusan rencana dan strategi investasi;
b. pengawasan pelaksanaan investasi; dan
c. evaluasi ketaatan pelaksanaan investasi terhadap
rencana dan strategi investasi.
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan BLU
sebagai OIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan tata
cara penunjukan BUMN dan/atau BHL sebagai OIP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diatur dalam Peraturan
Menteri.
BAB
SK No OO8724 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 11-
BAB V
PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal22
Pengelolaan Investasi Pemerintah meliputi
a. perencanaan;
b. pelaksanaan;
c. pelaporan;
d. pengawasan; dan
e. pertanggungjawaban.
Bagian Kedua
Perencanaan
Paragraf 1
Perencanaan Investasi Pemerintah oleh KIP
Pasal 23
(1) KIP menyusun kebijakan umum dan rencana strategis
jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah.
(2) Kebijakan umum dan rencana strategis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri
untuk ditetapkan.
Paragraf 2
Perencanaan Investasi Pemerintah oleh BLU
Pasal24
(1) BLU menyusun rencana jangka panjang dan menengah
atas Investasi Pemerintah berdasarkan kebijakan umum
dan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
SK No OO8725 A
(2) Berdasarkan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_12_
(21 Berdasarkan rencana Investasi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BLU menyusun rencana
investasi tahunan.
(3) Penyusunan rencana Investasi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 dilaksanakan paling
sedikit dengan memperhatikan:
a. kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BLU; dan
b. kemampuan BLU untuk mengelola dana.
(4) Rencana investasi tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), disampaikan kepada KIP setelah mendapat
persetujuan unit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
Pasal 25
(1) Dalam hal terdapat rencana kebutuhan dana Investasi
Pemerintah yang bersumber dari APBN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, BLU men5rusun
rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah dan
mengusulkan kepada KIP untuk mendapatkan
persetujuan.
(2) Penganggaran atas rencana kebutuhan dana Investasi
Pemerintah yang telah disetujui oleh KIP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Perencanaan Investasi Pemerintah oleh
BUMN dan/atau BHL
Pasal 26
(1) Menteri mengusulkan alokasi Investasi Pemerintah yang
akan dikelola oleh BUMN dan/atau BHL dalam APBN
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(21 Berdasarkan alokasi Investasi Pemerintah yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APBN,
Menteri menunjuk BUMN dan/atau BHL untuk bertindak
sebagai OIP.
(3) OIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) men5rusun
rencana kerja pengelolaan Investasi Pemerintah.
SK No 008726 A
(4) OrP
TTRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_13_
(4) OIP menyampaikan rencana kerja pengelolaan Investasi
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
Menteri.
(5) Berdasarkan penunjukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Menteri melakukan Perjanjian Investasi dengan
BUMN dan/atau BHL.
Pasal27
Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan Investasi
Pemerintah oleh KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
perencanaan Investasi Pemerintah oleh BLU sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25, dan perencanaan
Investasi Pemerintah oleh BUMN dan/atau BHL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 diat:ur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Paragraf 1
Saham dan Surat Utang
Pasal 28
Investasi 'Pemerintah dalam bentuk saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dan surat utang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dilaksanakan oleh OIP paling sedikit
dengan mempertimbangkan :
a. tujuan investasi;
b. tingkat risiko dan imbal hasil investasi; dan
c. alokasi aset/kebijakan portofolio investasi.
Pasal 29
(1) Pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam bentuk saham
dan surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
didasarkan pada penilaian kewajaran harga saham dan
surat utang.
SK No 008727 A
(2) Investasi
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
-14-
(2) Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan/atau
surat utang yang diperdagangkan di bursa efek
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
Pasal 30
Pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan
surat utang oleh OIP harus dilakukan oleh tenaga
ahli/profesional yang telah memiliki sertifikasi keahlian di
bidang pasar modal dan/atau di bidang investasi dan
keuangan.
Pasal 31
Dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan Investasi
Pemerintah dalam bentuk saham dan surat utang, OIP harus
melakukan:
a. analisis terhadap risiko; dan
b. dokumentasi pengambilan keputusan yang dituangkan
dalam kertas kerja analisis yang memadai.
Pasal 32
(1) OIP dapat melakukan alih daya pengelolaan investasinya
kepada Manajer Investasi.
(21 Alih daya pengelolaan investasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dituangkan dalam perjanjian.
Pasal 33
Manajer Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
paling sedikit harus memenuhi ketentuan:
a. memiliki izin usaha sebagai perusahaan efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi
dari Otoritas Jasa Keuangan;
b. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa
pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan kegiatan
usaha oleh Otoritas Jasa Keuangan;
SK No 008728 A
c. berpengalaman . .
c
d
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
berpengalaman mengelola dana paling sedikit
Rp5.000.000.000.0O0,00 (lima triliun rupiah) pada saat
penunjukan sebagai pengelola investasi; dan
memiliki Wakil Manajer Investasi yang tidak pernah
dikenai sanksi administratif oleh Otoritas Jasa Keuangan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Pasal 34
Manajer Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
menyampaikan laporan atas kineda pengelolaan
investasi/portofolio Investasi Pemerintah secara berkala
kepada OIP sesuai perjanjian atau sewaktu-waktu
berdasarkan permintaan.
Pasal 35
OIP melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja
pengelolaan investasi yang dilakukan oleh Manajer Investasi.
Pasal 36
(1) OIP membuka rekening pengelolaan investasi pada Bank
Kustodian.
(21 Bank Kustodian paling sedikit memenuhi kriteria:
a. mempunyai status sebagai bank umum;
b. minimal cukup sehat selama 12 (dua belas) bulan
terakhir;
c. mempunyar izin usaha kustodian dari lembaga yang
berwenang; dan
d. memenuhi syarat tambahan dari OIP.
(3) Ketentuan mengenai Bank Kustodian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal
transaksi saham dan surat utang tidak tercatat dan/atau
tidak diperdagangkan pada bursa efek.
SK No OO87?9 A
Pasal. . .
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 16-
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai Manajer Investasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Bank Kustodian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diatur dalam
Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Investasi Langsung
Pasal 38
(1) Pelaksanaan investasi langsung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 paling sedikit dengan mempertimbangkan:
a. tujuan investasi;
b. tingkat risiko dan imbal hasil investasi; dan
c. kebijakan portofolio investasi.
(2) Pelaksanaan investasi langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada analisis biaya manfaat
dan/atau metode lain yang relevan.
Pasal 39
(1) Investasi langsung berupa pemberian Pinjaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf a dapat
digunakan untuk:
a. pembangunan di bidang infrastruktur dan bidang
lainnya; dan/atau
b. fasilitas pembiayaan/pendanaan.
(21 Pemberian Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digunakan untuk menunjang pelaksanaan program
Pemerintah.
(3) Pemberian Pinjaman dapat dilakukan oleh OIP kepada
BLU, Badan Usaha, dan/atau pemerintah daerah
berdasarkan perjanjian.
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Pinjaman
dalam investasi langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
SK No 008730 A
Pasal
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-17-
Pasal 40
Kerja sama investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b merupakan perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih
yang masing-masing pihak sepakat untuk melakukan
investasi non permanen.
Pasal 41
Bentuk dan pelaksanaan investasi langsung lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf c diatur oleh
Menteri.
Pasal42
Pemberian Pinjaman dan kerja sama investasi dapat
dilakukan untuk mendukung kerja sama Pemerintah dan
Badan Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 3
Divestasi
Pasal 43
(1) OIP melakukan Divestasi sesuai dengan masa jatuh
tempo/waktu yang telah ditentukan.
(2) Dalam keadaan tertentu, OIP dapat melakukan Divestasi
sebelum masa waktu yang telah ditentukan.
(3) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa:
a. tujuan Investasi Pemerintah berupa manfaat
ekonomi/ sosial/ lainnya telah tercapai;
b. terjadi peningkatan risiko investasi yang dapat
menyebabkan penurunan nilai investasi; dan/atau
c. keadaan lain yang disetujui oleh KIP.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Divestasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Bagian . . .
SK No OO8731 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_18_
Bagian Keempat
Pelaporan
Pasal 44
(1) OIP menyusun laporan pelaksanaan Investasi
Pemerintah.
(21 Laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. kinerja portofolio Investasi Pemerintah;
b. pendapatan Investasi Pemerintah;
c. pengelolaan risiko; dan
d. informasi penting lainnya.
(3) Laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KIP.
(4) Selain laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), OIP menyampaikan
laporan keuangan kepada KIP.
(5) KIP menyusun ikhtisar laporan pelaksanaan Investasi
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
menyampaikan kepada Menteri.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan
pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan tata cara pelaporan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 45
KIP dapat meminta laporan dan/atau informasi lainnya selain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 kepada OIP.
Bagian Kelima
Pengawasan
Pasal 46
KIP melakukan pengawasan atas pengelolaan Investasi
Pemerintah yang dilakukan oleh OIP.
SK No OO8732 A
Pasal
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_19_
Pasal 47
OIP memastikan pelaksanaan Investasi Pemerintah yang
dilakukannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/ atau Perjanjian Investasi.
Pasal 48
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan
Pasal 47 meliputi pemantauan, evaluasi, dan
pengendalian.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Bagian Keenam
Pertanggungjawaban
Pasal 49
OIP menjalankan pengelolaan Investasi Pemerintah untuk
kepentingan Pemerintah dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Investasi Pemerintah.
Pasal 50
(1) Dalam melaksanakan Investasi Pemerintah sesuai
dengan tugas dan wewenang BLU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (3) serta sesuai hak dan kewajiban
BUMN dan/atau BHL sebagaimana diatur dalam
Perjanjian Investasi, Pimpinan/Direksi OIP harus
menerapkan prinsip iktikad baik dan penuh tanggung
jawab.
(21 Dalam hal pelaksanaan Investasi Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat penurunan
nilai investasi, Pimpinan/Direksi OIP tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian investasi dan/atau
kerugian negara apabila dapat membuktikan:
a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau
kelalaiannya;
b.telah...
SK No 008733 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-20-
b. telah melakukan pengelolaan dan pengawasan
dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan tujuan Investasi
Pemerintah;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengelolaan Investasi Pemerintah; dan
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul
atau berlanjutnya penurunan nilai Investasi
Pemerintah tersebut sesuai praktik bisnis yang
sehat.
Pasal 51
(1) KIP bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan
supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
(2) Dalam hal terjadi kerugian akibat penurLrnan nilai
investasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah yang
dilakukan oleh OIP, KIP dibebaskan dari tanggung jawab
dalam hal:
a. telah melakukan fungsi supervisi dengan iktikad
baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
Pemerintah dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Investasi Pemerintah;
b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan pengelolaan
lnvestasi Pemerintah oleh OIP yang mengakibatkan
kerugian; dan
c. telah memberikan nasihat kepada OIP untuk
mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.
BAB VI
MANAJEMEN RISIKO DAN PENGENDALIAN INTERNAL
Pasal 52
(1) OIP harus menerapkan manajemen risiko dan
pengendalian internal atas pengelolaan Investasi
Pemerintah secara efektif dan efisien.
SK No OO8734 A
(2) Penerapan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2r-
(21 Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. identifikasi, penilaian/penaksiran, dan pengendalian
risiko;
b. sistem pelaporan yang bisa memonitor dan
mengelola risiko yang relevan; dan
c. toleransi risiko dan strategi investasi.
(3) Pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), paling sedikit dilakukan terhadap:
a. lingkunganpengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian; dan
d. informasi dan komunikasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai manajemen risiko dan
pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.
(5) Manajemen risiko dan pengendalian internal pada OIP
yang berbentuk BUMN dan/atau BHL dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 53
(1) Dalam kondisi tertentu, Menteri dapat menarik dana
Investasi Pemerintah yang dikelola oleh OIP.
(21 Ketentuan mengenai penarikan dana
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
dalam Peraturan Menteri.
Investasi
(1) diatur
Pasal
SK No 008735 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_22_
Pasal 54
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(2) huruf a, Pasal 17 ayat (3) huruf a, dan Pasal 19 ayat
(2) huruf b, tidak perlu dilakukan apabila Investasi
Pemerintah dilakukan untuk kegiatan:
a. penyelamatan perekonomian nasional; dan/atau
b. pelaksanaan program Pemerintah yang mendesak.
(21 Pelaksanaan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan berdasarkan penugasan dari Presiden atau
Menteri selaku Bendahara Umum Negara.
(3) Pelaksanaan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 55
Anggaran yang diperlukan untuk membiayai pelaksanaan
tugas KIP dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran unit kerja di lingkungan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
yang secara struktural mempunyai tugas dan fungsi
manajemen investasi sepanjang belum terdapat Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran satuan kerja KIP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2).
Pasal 56
Investasi Pemerintah berupa penyertaan modal negara kepada
BUMN, BHL, dan organisasi/ lembaga keuangan
internasionall badan usaha internasional dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Badan
Investasi Pemerintah yang telah ada tetap dapat
melaksanakan kewenangan investasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB
SK No 008736 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
_23_
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan
dari Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4812)r sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2Oll tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008
tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OLl Nomor 24, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 526I), dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 59
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 14,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 49 Tahun 2oll tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2OO8 tentang Investasi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Oll Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5261),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 60
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
SK No 008737 A
Agar
trRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 September 2019
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 September 2019
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI9 NOMOR 166
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ti Bidang Hukum dan
ang-undangan,
ttd.
SK No OO871? A
vanna Djaman
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2019
TENTANG
INVESTASI PEMERINTAH
I. UMUM
Dalam Undang-Undang Nomor I Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan
Negara, salah satu core business fungsi treasury adalah pengelolaan
Investasi Pemerintah. Aktivitas Investasi Pemerintah dilakukan melalui
penempatan sejumlah dana danlatau aset keuangan dalam bentuk saham,
surat utang, dan/atau investasi langsung, yang diharapkan dapat memberi
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
2071 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008
tentang Investasi Pemerintah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari
Pasal 4l ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang
Perbendaharaan Negara, mengatur bahwa titik berat investasi berada pada
sektor infrastruktur selain investasi dalam bentuk surat berharga.
Sedangkan sektor lainnya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
memerlukan persetujuan Menteri. Sesuai mandat yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
2OLl tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008
tentang Investasi Pemerintah, investasi langsung dilakukan melalui
penyertaan modal dan pemberian Pinjaman dan dapat dilakukan dengan
skema kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha.
Untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan Investasi Pemerintah yang lebih
optimal di masa yang akan datang, perlu dilakukan penyempurnaan
pengaturan mengenai kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah yang
meliputi kewenangan regulasi, kewenangan supervisi, dan kewenangan
operasional. Pembagian 3 (tiga) kewenangan ini merupakan ekosistem ideal
untuk pengelolaan Investasi Pemerintah
'berdasarkan best practices
pengelolaan investasi. Dengan demikian, pembagian kewenangan dalam
pengelolaan investasi akan meningkatkan akuntabilitas dan menjamin
terselenggaranya saling uji (check and balance) dalam proses pelaksanaan
Investasi Pemerintah mulai perencanaan sampai dengan
pertanggungiawaban.
Investasi...
SK No OO8739 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Investasi Pemerintah yang selama ini berfokus pada penyertaan modal dan
pemberian Pinjaman, secara perlahan akan difokuskan juga kepada
investasi dalam bentuk surat berharga sesuai Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara. Peran Menteri sebagai
Bendahara Umum Negara yang berwenang dalam melaksanakan investasi
akan dilakukan melalui OIP, baik yang berbentuk satuan kerja BLU
ataupun BUMN dan/atau BHL.
Untuk memberikan payung hukum yang memadai bagi pelaksanaan
investasi yang akan dilakukan oleh OIP dimaksud, perlu mengganti
Peraturan Pemerintah Nomor I Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
2}ll tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008
tentang Investasi Pemerintah. Adapun penggantian tersebut dititikberatkan
pada perluasan ruang lingkup Investasi Pemerintah baik dari sisi pelaku
maupun instrumen dengan pengendalian risiko yang terukur serta
fiduciary duties yang jelas, sehingga manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan
manfaat lainnya dapat tercapai secara optimal.
Sebagai penyempLtrnaan terhadap Peraturan Pemerintah sebelumnya,
Peraturan Pemerintah ini memuat materi pokok yang disusun secara
sistematis, yaitu antara lain:
a. pembagian kewenangan yang jelas antara regulator, supervisor, dan
operator dengan menjalankan prinsip dalam pengelolaan investasi;
b. perluasan ruang lingkup Investasi Pemerintah baik dari sisi pelaku
maupun instrumen dengan kriteria yang telah ditentukan;
c. pengaturan mengenai pemanfaatan hasil investasi yang dapat
digunakan sebagai penambah pokok/modal investasi;
d. pengaturan mengenai fiduciary duties, manajemen risiko, pengendalian
internal dan business judgment rules dalam rangka menjaga gouerrLance
Investasi Pemerintah;
e. pelaksanaan investasi oleh operator dengan batasan tertentu meliputi
analisis dan kertas kerja analisis dan penggunaan Manajer Investasi;
f. pengaturan yang lebih jelas mengenai pengelolaan Investasi Pemerintah
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan, dan
pertanggungiawaban dalam investasi.
II.PASAL...
SK No 008740 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Pasal 3
Huruf a
Manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya mencakup
manfaat langsung dan/atau manfaat tidak langsung yang dirasakan
oleh Pemerintah, OIP, dan masyarakat.
Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi" adalah penambahan nilai
yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dalam
bentuk finansial, peningkatan kualitas, dan/atau pendorong
pertumbuhan sektor tertentu. Manfaat langsung misalnya berupa
dividen, bunga, capital gain, pertumbuhan nilai perusahaan,
peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi
sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Manfaat tidak
langsung misalnya berupa stimulus yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi sektor tertentu.
Yang dimaksud dengan "manfaat sosial" adalah manfaat yang tidak
dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh
pada peningkatan pelayanan Pemerintah pada masyarakat luas
maupun golongan masyarakat tertentu, seperti tersedianya lapangan
kerja bagi masyarakat, penggerakkan ekonomi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas kehidupan dan
penghasilan, infrastruktur dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan "manfaat lainnya" adalah manfaat yang
diperoleh selain dari manfaat ekonomi dan manfaat sosial.
Yang dimaksud dengan prinsip "transparansi" adalah
pengelolaan Investasi Pemerintah harus dilakukan secara
terbuka dan dapat menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
para pemangku kepentingan.
Huruf . . .
SK No 008741 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Huruf b
Yang dimaksud dengan prinsip "akuntabilitas" adalah
pengelolaan Investasi Pemerintah harus dapat
dipertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar.
Huruf c
Yang dimaksud dengan prinsip "responsibilitas" adalah
pengelolaan Investasi Pemerintah harus dilaksanakan dengan
iktikad baik dan penuh tanggung jawab.
Huruf d
Yang dimaksud dengan prinsip "independensi" adalah Investasi
Pemerintah dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan prinsip "kewajaran dan kesetaraan"
adalah pengelolaan Investasi Pemerintah dilakukan dengan
memperhatikan keseimbangan peran dan kedudukan para
pemangku kepentingan sesuai dengan porsinya masing-
masing.
Huruf f
Yang dimaksud dengan prinsip "profesionalisme" adalah
pengelolaan Investasi Pemerintah dijalankan oleh orang yang
mempunyai kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi
dalam menjalankan tugas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan prinsip "kehati-hatian" adalah
pengelolaan Investasi Pemerintah dilakukan dengan cermat,
teliti, aman, dan tertib serta dengan mempertimbangkan aspek
risiko keuangan dan memperhatikan batasan yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
Cukup jelas.
SK No OO8742 A
Pasal
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 6
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Penggunaan dana APBN dialokasikan sebagai pengeluaran
pembiayaan pada bagian anggaran Bendahara Umum
Negara yang merupakan sumber investasi yang dapat
dilakukan sebatas alokasi yang telah disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dalam APBN.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "imbal hasil" adalah bagian
keuntungan atas pengelolaan Investasi Pemerintah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Sumber lain yang sah antara lain berupa sumber yang
diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, atau yang diperoleh berdasarkan putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
termasuk dana dan/atau aset keuangan pihak lain.
Yang termasuk saham dan surat utang adalah instrumen surat
berharga lainnya yang terkait dengan saham, surat utang dan/atau
surat berharga lainnya yang telah memiliki izin dan pengawasan dari
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, antara lain reksa dana.
SK No OO8743 A
Ayat
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-6-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "peraturan perundang-undangan"
adalah termasuk juga peraturan perundang-undangan di bidang
keuangan negara.
Pasal 8
Pasal 9
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Huruf c
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Htruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan "surat utang dan/atau sukuk yang
diterbitkan oleh korporasi danlatau BHL" adalah semua
jenis investasi dalam bentuk surat utang dan/atau sukuk
yang diterbitkan oleh korporasi danlatau BHL, yang dijual
secara luas kepada publik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya
surat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh
korporasi dan/atau BHL yang dijual di luar negeri.
Yang dimaksud dengan "kerja sama investasi" antara lain
penyertaan saham (equity participation) non permanen,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity
participation) non permanen, atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha Qtrofit/ reuenue sharingl.
SK No 008744 A
Cukup jelas.
Pasal. . .
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 1 1
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tenaga ahli" antara lain profesional di
bidang investasi, akademisi, dan praktisi.
Ayat (21
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
SK No 008745 A
Huruf . . .
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
FRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-8-
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "aset
piutang dan surat berharga.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
keuangan,,
antara lain
SK No 008746 A
Pasal
FRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
-9-
Pasal 23
Ayat (1)
Kebijakan umum dan rencana strategis jangka panjang dan
menengah atas Investasi Pemerintah yang disusun KIP, perlu
memperhatikan karateristik Investasi Pemerintah yang bersifat
non permanen. Khusus untuk Investasi Pemerintah dalam
bentuk saham dan/atau surat utang yang diperdagangkan di
pasar modal dilaksanakan dengan memperhatikan pula prinsip
yang'diatur dalam undang-undang mengenai pasar modal.
Ayat (2)
Penetapan kebijakan umum dan rencana strategis atas Investasi
Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri dalam rangka
menj alankan kewenangan regulasi.
Pasal24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "kemampuan BLU" antara
sumber daya manusia dan manajemen risiko.
Ayat (a)
Cukup jelas.
lain
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas.
SK No 008747 A
Pasal. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Huruf a
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Pasal 31
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "tingkat risiko dan imbal hasil
investasi" adalah tingkat potensi penurunan nilai yang dapat
terjadi karena perolehan hasil investasi tidak sesuai dengan
harapan dan keuntungan yang akan diperoleh pada masa yang
akan datang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "alokasi aset/kebijakan portofolio
investasi" adalah proses pembagian dana di antara berbagai
jenis/kelas aset meliputi kas, saham, obligasi, dan lain-lain
berdasarkan tingk at f toleransi risiko.
Sertifikasi keahlian di bidang pasar modal dan/atau di bidang
investasi dan keuangan yang dimiliki oleh tenaga ahli/profesional
misalnya sertifikat keahlian sebagai Wakil Manajer Investasi yang
diakui Otoritas Jasa Keuangan dari lembaga pendidikan khusus di
bidang pasar'modal berdasarkan rekomendasi dari Komite Standar
Keahlian dan/atau sertihkasi profesi akuntansi di bidang investasi
dan keuangan (chartered ftnancial analgst) dari lembaga yang
berwenang.
Yang dimaksud dengan "analisis terhadap risiko" antara lain
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, dan informasi
tambahan, termasuk rencana penanggulangannya dalam hal
terjadi peningkatan risiko investasi.
SK No 008748 A
Huruf . . .
FRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 11-
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "analisis biaya manfaat (cost-benefit
analgsisl" adalah pendekatan sistematis yang digunakan
untuk memperkirakan biaya dan manfaat berbagai alternatif
investasi yang digunakan untuk menentukan keputusan
terbaik.
SK No 008749 A
Pasal .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_t2_
Pasal 39
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Investasi langsung berupa pemberian Pinjaman yang
diberikan oleh OIP dapat digunakan oleh pihak ketiga
untuk melakukan pembiayaan kepada pihak lain atau
pendanaan untuk pihak ketiga sendiri.
Ayat (21
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (a)
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Investasi langsung lainnya merupakan investasi yang bersifat non
permanen.
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
SK No 008750 A
Ayat. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
_13_
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "informasi penting lainnya" adalah
informasi terkait pengelolaan Investasi Pemerintah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 45
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Yang dimaksud dengan "laporan dan/atau informasi lainnya" antara
lain laporan hasil pemeriksaan oleh auditor yang meliputi kinerja dan
tujuan tertentu terkait pengelolaan Investasi Pemerintah.
SK No 008751 A
Pasal
FRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t4-
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
. Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "manajemen risiko dan pengendalian
internal" termasuk juga di dalamnya ketentuan terkait good
' corporategouernance.
Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kondisi tertentu" adalah berdasarkan
kebutuhan Pemerintah untuk menyesuaikan kembali alokasi
portofolio sesuai tujuan investasi atau untuk kebutuhan
lainnya.
Penarikan dana Investasi Pemerintah oleh Menteri dilakukan
sebelum dana Investasi Pemerintah dikelola dalam bentuk
saham, surat utang, dan/atau investasi langsung oleh OIP.
Ayat (2)
Cukup jelas
SK No 00875? A
Pasal
PRESIDEN
REtrUBLIK TNDONESIA
-15-
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6385
SK No 008753 A

More Related Content

Similar to regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf

Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modalUu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modalwalhiaceh
 
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKNPENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKNKevin Meilina
 
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...Penataan Ruang
 
1. pp 45 tahun 2013
1. pp 45 tahun 20131. pp 45 tahun 2013
1. pp 45 tahun 2013Ratna Nandri
 
5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negara5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negaraDian Oktavia
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraAdi Kuntarto
 
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraUu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraNandang Sukmara
 
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraUu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraNandang Sukmara
 
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraUu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraNandang Sukmara
 
Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020HendriTAsworo
 
Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...
Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...
Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...Indra Sofian
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfRoyhul Akbar
 
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraUU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraJoy Irman
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003khairu_zikri
 
MATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NA
MATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NAMATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NA
MATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NANanditaAudia
 
Uu 2003 nomor 17 keuangan negara
Uu 2003 nomor 17 keuangan negaraUu 2003 nomor 17 keuangan negara
Uu 2003 nomor 17 keuangan negaraMystic333
 

Similar to regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf (20)

Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modalUu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
 
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKNPENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
 
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan...
 
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAHPp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
 
1. pp 45 tahun 2013
1. pp 45 tahun 20131. pp 45 tahun 2013
1. pp 45 tahun 2013
 
5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negara5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negara
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
 
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraUu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
 
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraUu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
 
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negaraUu 2003 no 17 ttg keuangan negara
Uu 2003 no 17 ttg keuangan negara
 
Uu 17 2003
Uu 17 2003Uu 17 2003
Uu 17 2003
 
UU Nomor 17 Tahun 2003
UU Nomor 17 Tahun 2003UU Nomor 17 Tahun 2003
UU Nomor 17 Tahun 2003
 
Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020Pp nomor 23 tahun 2020
Pp nomor 23 tahun 2020
 
Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...
Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...
Diskusi 6 Hukum Administrasi Negara PNBP Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus...
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
 
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraUU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
 
MATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NA
MATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NAMATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NA
MATERI 1 Manajemen Investasi Daerah - NA
 
Uu 01 2004
Uu 01 2004Uu 01 2004
Uu 01 2004
 
Uu 2003 nomor 17 keuangan negara
Uu 2003 nomor 17 keuangan negaraUu 2003 nomor 17 keuangan negara
Uu 2003 nomor 17 keuangan negara
 

More from AndreWibisono4

a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdfa5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdfAndreWibisono4
 
PAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptx
PAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptxPAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptx
PAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptxAndreWibisono4
 
Perencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdf
Perencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdfPerencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdf
Perencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdfAndreWibisono4
 
Materi-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptx
Materi-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptxMateri-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptx
Materi-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptxAndreWibisono4
 
Bu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptx
Bu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptxBu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptx
Bu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptxAndreWibisono4
 
SEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.ppt
SEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.pptSEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.ppt
SEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.pptAndreWibisono4
 
9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx
9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx
9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptxAndreWibisono4
 
PPT-Ekonomi-PB2(4).pptx
PPT-Ekonomi-PB2(4).pptxPPT-Ekonomi-PB2(4).pptx
PPT-Ekonomi-PB2(4).pptxAndreWibisono4
 
Peran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptx
Peran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptxPeran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptx
Peran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptxAndreWibisono4
 
PENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptx
PENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptxPENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptx
PENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptxAndreWibisono4
 
2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf
2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf
2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdfAndreWibisono4
 
regulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdf
regulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdfregulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdf
regulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdfAndreWibisono4
 

More from AndreWibisono4 (14)

a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdfa5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
 
PAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptx
PAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptxPAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptx
PAPARAN WASDAR UHOTEL RBA.pptx
 
Perencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdf
Perencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdfPerencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdf
Perencanaan Partisipatif Kelas B Pertemuan 5.pdf
 
Materi-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptx
Materi-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptxMateri-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptx
Materi-Kelembagaan-Destha T Raharjana.pptx
 
Bu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptx
Bu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptxBu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptx
Bu Arum REGULATORY FRAMEWORK KSPN BOROBUR & JOGJA _10 Mei 2023.pptx
 
SEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.ppt
SEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.pptSEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.ppt
SEI_4_Indikator_Pembangunan_Ekonomi_ppt.ppt
 
9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx
9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx
9fvPoKOmlsL8RNc1MC3N.pptx
 
PPT-Ekonomi-PB2(4).pptx
PPT-Ekonomi-PB2(4).pptxPPT-Ekonomi-PB2(4).pptx
PPT-Ekonomi-PB2(4).pptx
 
Peran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptx
Peran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptxPeran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptx
Peran Millenials dalam Kenormalan Baru _ Bu Nia.pptx
 
PENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptx
PENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptxPENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptx
PENDAKI_INPUT RK DAK NON FISIK_User OPD (1).pptx
 
2012PP052.pdf
2012PP052.pdf2012PP052.pdf
2012PP052.pdf
 
2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf
2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf
2727-File Utama Naskah-11956-1-10-20221218.pdf
 
2023PMParekraf002.pdf
2023PMParekraf002.pdf2023PMParekraf002.pdf
2023PMParekraf002.pdf
 
regulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdf
regulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdfregulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdf
regulation_subject_1558319843_67_tahun_1996.pdf
 

Recently uploaded

file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (12)

file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

regulation_subject_1573028573_63_tahun_2019.pdf

  • 1. SATINAN Menimbang a Mengingat IrRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2019 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor I Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara, telah diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2OII tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor I Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah; bahwa dengan memperhatikan perkembangan kondisi dan kebijakan Pemerintah dalam bidang investasi, dan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan Investasi Pemerintah, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai Investasi Pemerintah; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Investasi Pemerintah; b c 1. 2. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a355); MEMUTUSI{AN: Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH. PEMERINTAH TENTANG INVESTASI SK No 00871 5 A BAB
  • 2. 1 2 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau aset keuangan dalam jangka panjang untuk investasi dalam bentuk saham, surat utang, dan/atau investasi langsung guna memperoleh manfaat ekonomi, sosial, danlatau manfaat lainnya. Komite Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat KIP adalah lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi supervisi dalam pengelolaan Investasi Pemerintah. Operator Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat OIP adalah pelaksana fungsi operasional yang ditunjuk atau ditetapkan oleh Menteri. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 8.Badan... 3 4 5 6 7 SK No 008716 A
  • 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3- 8. Badan Hukum Lainnya yang selanjutnya disingkat BHL adalah badan hukum yang diatur tersendiri dengan undang-undang. 9. Badan Usaha adalah BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, badan hukum asing, atau koperasi. 10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah yang ditetapkan dengan undang- undang. 1 1. Pinjaman adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. 12. Perjanjian Investasi adalah kesepakatan tertulis dalam penyediaan dana investasi antara Menteri selaku Bendahara Umum Negara atau pejabat yang ditunjuk dengan pimpinan BUMN atau BHL. 13. Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau kepemilikan Pemerintah baik sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain. 14. Pernyataan Kebijakan Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat PKIP adalah dokumen yang disusun oleh KIP yang berisi pedoman umum antara lain mengenai pengelolaan investasi yang mencakup perencanaan, pemilihan, dan alokasi atas sumber daya dan risiko. 15. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara. Pasal 2 Investasi Pemerintah bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. SK No oO8717 A Pasal
  • 4. PRESIDEN REPUELIK INDONESIA -4- Pasal 3 Investasi Pemerintah dilaksanakan berdasarkan prinsip a. transparansi; b. akuntabilitas; c. responsibilitas; d. independensi; e. kewajaran dan kesetaraan; f. profesionalisme; dan g. kehati-hatian. Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi investasi yang dilakukan oleh Pemerintah. BAB II SUMBER INVESTASI Pasal 5 (1) Sumber Investasi Pemerintah berasal dari: a. APBN; b. imbal hasil; c. pendapatan dari layananf usaha; d. hibah; dan/atau e. sumber lain yang sah. (21 Hasil Investasi Pemerintah yang berasal dari sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan sebagai penambah pokok/modal investasi. (3) Hasil Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dicatat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SK No 008718 A BAB
  • 5. PRESIDEN REPUBLTK INDONESIA -5- BAB III BENTUK INVESTASI Pasal 6 Investasi Pemerintah dilakukan dalam bentuk a. saham; b. surat utang; dan/atau c. investasi langsung. Pasal 7 (1) Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan saham yang tercatat dan/atau diperdagangkan di bursa efek. (2) Selain saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Investasi Pemerintah dapat dilakukan pada saham yang tidak tercatat dan/atau tidak diperdagangkan di bursa efek sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 8 (1) Surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dapat berupa surat utang dan/atau sukuk. (2) Surat utang dan/atau sukuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas surat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh: a. Pemerintah dan pemerintah daerah; b. korporasi danlatau BHL; c. pemerintah negara lain; dan d. korporasi danlatau badan hukum asing. Pasal 9 Investasi langsung sebagaimana dimaksud huruf c dilakukan melalui: a. pemberian Pinjaman; b. kerja sama investasi; dan/atau c. bentuk investasi langsung lainnya. dalam Pasal 6 BAB... SK No008719 A
  • 6. trRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA -6- BAB IV KEWENANGAN PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH Bagian Kesatu Umum Pasal 10 Menteri selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengelol a f rnenatausahakan Investasi Pemerintah. Pasal 1 1 Kewenangan pengelolaanf penatausahaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi: a. kewenangan regulasi; b. kewenangan supervisi; dan c. kewenangan operasional. Bagian Kedua Kewenangan Regulasi Pasal 12 Dalam melaksanakan kewenangan regulasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, Menteri berwenang dan bertanggungjawab: a. menyusun dan menetapkan ketentuan dan peraturan di bidang Investasi Pemerintah; b. menetapkan kebijakan umum dan rencana strategis jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah; dan c. menetapkan PKIP. SK No 008720 A Bagian
  • 7. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -7 - Bagian Ketiga Kewenangan Supervisi Pasal 13 (1) Dalam melaksanakan kewenangan supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, Menteri selaku Bendahara Umum Negara membentuk KIP. (2) KIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas dan wewenang: a. menyusun kebijakan umum dan rencana strategis jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah; b. menyusun PKIP; c. melakukan konsolidasi atas seluruh rencana Investasi Pemerintah yang dibuat oleh OIP; d. menyetujui rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah yang bersumber dari APBN; e. memberikan nasihat kepada OIP atas pengelolaan Investasi Pemerintah; f. memberikan rekomendasi kepada Menteri selaku Bendahara Umum Negara dan OIP atas pengelolaan Investasi Pemerintah; g. menyetujui usulan OIP untuk melakukan Divestasi sebelum masa waktu yang telah ditentukan; h. melakukan pengawasan dan evaluasi atas pengelolaan Investasi Pemerintah yang dilakukan oleh OIP; i. menerima laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah dan laporan keuangan dari OIP; j. menyusun ikhtisar laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah yang disusun oleh OIP dan menyampaikannya kepada Menteri; dan k. meminta laporan dan/atau informasi selain laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah. SK No 008721 A Pasal
  • 8. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -8- Pasal 14 (1) Keanggotaan KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) berasal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, kementerian teknis, auditor internal Pemerintah, dan/atau tenaga ahli. (2) Keanggotaan KIP diangkat dan ditetapkan oleh Menteri. Pasal 15 (1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2l,, KIP dibantu oleh unit kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan yang secara struktural mempunyai tugas dan fungsi manajemen investasi. (21 Pendanaan untuk pelaksanaan tugas KIP dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran satuan kerja KIP. Pasal 16 Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, keanggotaan KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, serta unit kerja pembantu dan pendanaan pelaksanaan tugas KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatur dalam Peraturan Menteri. Bagian Keempat Kewenangan Operasional Pasal 17 (1) Dalam melaksanakan kewenangan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, Menteri selaku Bendahara Umum Negara menetapkan BLU Pengelola Dana sebagai OIP. (21 Selain menetapkan BLU Pengelola Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat menetapkan BLU lain sebagai OIP. SK No 008722 A (3) BLU
  • 9. trRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA -9 - (3) BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 memiliki tugas dan wewenang: a. menyusun rencana jangka panjang, menengah, dan tahunan atas Investasi Pemerintah yang menjadi bidang tugasnya; b. mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah yang berasal dari APBN kepada KIP; c. melakukan perjanjian dalam rangka pengelolaan Investasi Pemerintah; d. menempatkan dana dan/atau aset keuangan untuk pelaksanaan Investasi Pemerintah; e. melakukan tata kelola yang baik dan pengendalian risiko atas pengelolaan Investasi Pemerintah; f. melakukan tindakan yang diperlukan dalam hal . terjadi sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah; g. melaksanakan Divestasi atas Investasi Pemerintah; h. menJrusun laporan pengelolaan Investasi Pemerintah; dan i. melakukan pengawasan atas pelaksanaan Investasi Pemerintah yang dilakukannya. Pasal 18 (1) Selain BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah, Menteri dapat menunjuk: a. BUMN; dan/atau b. BHL, sebagai OIP. (2) Pelaksanaan kewenangan operasional oleh BUMN dan/atau BHL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk kerja sama dengan Menteri. Pasal 19 (1) Kewenangan operasional OIP yang dilaksanakan oleh BUMN dan/atau BHL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan berdasarkan Perjanjian Investasi. SK No OO8723 A (2) Perjanjian. .
  • 10. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _10_ (2) Perjanjian Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat mengenai: a. hak dan kewajiban para pihak; b. rencana kerja pengelolaan Investasi Pemerintah; c. penempatan dana dan/atau aset keuangan untuk pelaksanaan Investasi Pemerintah; d. pengendalian risiko atas pengelolaan Investasi Pemerintah; e. tindakan yang diperlukan dalam hal terjadi sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah; f. pelaksanaan Divestasi atas Investasi Pemerintah termasuk Divestasi yang ditentukan oleh Menteri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; g. penyampaian laporan pengelolaan Investasi Pemerintah; h. pengawasan atas pelaksanaan Investasi Pemerintah yang dilakukannya; i. berakhirnyaPerjanjianlnvestasi; j penyelesaian sengketa; dan k. penyampaian tata kelola investasi yang berlaku. Pasal 20 OIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 harus memiliki unit yang melaksanakan fungsi: a. perumusan rencana dan strategi investasi; b. pengawasan pelaksanaan investasi; dan c. evaluasi ketaatan pelaksanaan investasi terhadap rencana dan strategi investasi. Pasal 21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan BLU sebagai OIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan tata cara penunjukan BUMN dan/atau BHL sebagai OIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diatur dalam Peraturan Menteri. BAB SK No OO8724 A
  • 11. PRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA - 11- BAB V PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH Bagian Kesatu Umum Pasal22 Pengelolaan Investasi Pemerintah meliputi a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. pelaporan; d. pengawasan; dan e. pertanggungjawaban. Bagian Kedua Perencanaan Paragraf 1 Perencanaan Investasi Pemerintah oleh KIP Pasal 23 (1) KIP menyusun kebijakan umum dan rencana strategis jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah. (2) Kebijakan umum dan rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri untuk ditetapkan. Paragraf 2 Perencanaan Investasi Pemerintah oleh BLU Pasal24 (1) BLU menyusun rencana jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah berdasarkan kebijakan umum dan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23. SK No OO8725 A (2) Berdasarkan .
  • 12. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _12_ (21 Berdasarkan rencana Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BLU menyusun rencana investasi tahunan. (3) Penyusunan rencana Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 dilaksanakan paling sedikit dengan memperhatikan: a. kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BLU; dan b. kemampuan BLU untuk mengelola dana. (4) Rencana investasi tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada KIP setelah mendapat persetujuan unit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. Pasal 25 (1) Dalam hal terdapat rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, BLU men5rusun rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah dan mengusulkan kepada KIP untuk mendapatkan persetujuan. (2) Penganggaran atas rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah yang telah disetujui oleh KIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 3 Perencanaan Investasi Pemerintah oleh BUMN dan/atau BHL Pasal 26 (1) Menteri mengusulkan alokasi Investasi Pemerintah yang akan dikelola oleh BUMN dan/atau BHL dalam APBN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (21 Berdasarkan alokasi Investasi Pemerintah yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APBN, Menteri menunjuk BUMN dan/atau BHL untuk bertindak sebagai OIP. (3) OIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) men5rusun rencana kerja pengelolaan Investasi Pemerintah. SK No 008726 A (4) OrP
  • 13. TTRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _13_ (4) OIP menyampaikan rencana kerja pengelolaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri. (5) Berdasarkan penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri melakukan Perjanjian Investasi dengan BUMN dan/atau BHL. Pasal27 Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan Investasi Pemerintah oleh KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, perencanaan Investasi Pemerintah oleh BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25, dan perencanaan Investasi Pemerintah oleh BUMN dan/atau BHL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diat:ur dalam Peraturan Menteri. Bagian Ketiga Pelaksanaan Paragraf 1 Saham dan Surat Utang Pasal 28 Investasi 'Pemerintah dalam bentuk saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilaksanakan oleh OIP paling sedikit dengan mempertimbangkan : a. tujuan investasi; b. tingkat risiko dan imbal hasil investasi; dan c. alokasi aset/kebijakan portofolio investasi. Pasal 29 (1) Pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan surat utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 didasarkan pada penilaian kewajaran harga saham dan surat utang. SK No 008727 A (2) Investasi
  • 14. PRESIDEN REPUBLTK INDONESIA -14- (2) Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan/atau surat utang yang diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pasal 30 Pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan surat utang oleh OIP harus dilakukan oleh tenaga ahli/profesional yang telah memiliki sertifikasi keahlian di bidang pasar modal dan/atau di bidang investasi dan keuangan. Pasal 31 Dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan surat utang, OIP harus melakukan: a. analisis terhadap risiko; dan b. dokumentasi pengambilan keputusan yang dituangkan dalam kertas kerja analisis yang memadai. Pasal 32 (1) OIP dapat melakukan alih daya pengelolaan investasinya kepada Manajer Investasi. (21 Alih daya pengelolaan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dituangkan dalam perjanjian. Pasal 33 Manajer Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 paling sedikit harus memenuhi ketentuan: a. memiliki izin usaha sebagai perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan; b. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan kegiatan usaha oleh Otoritas Jasa Keuangan; SK No 008728 A c. berpengalaman . .
  • 15. c d FRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -15- berpengalaman mengelola dana paling sedikit Rp5.000.000.000.0O0,00 (lima triliun rupiah) pada saat penunjukan sebagai pengelola investasi; dan memiliki Wakil Manajer Investasi yang tidak pernah dikenai sanksi administratif oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. Pasal 34 Manajer Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 menyampaikan laporan atas kineda pengelolaan investasi/portofolio Investasi Pemerintah secara berkala kepada OIP sesuai perjanjian atau sewaktu-waktu berdasarkan permintaan. Pasal 35 OIP melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja pengelolaan investasi yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Pasal 36 (1) OIP membuka rekening pengelolaan investasi pada Bank Kustodian. (21 Bank Kustodian paling sedikit memenuhi kriteria: a. mempunyai status sebagai bank umum; b. minimal cukup sehat selama 12 (dua belas) bulan terakhir; c. mempunyar izin usaha kustodian dari lembaga yang berwenang; dan d. memenuhi syarat tambahan dari OIP. (3) Ketentuan mengenai Bank Kustodian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal transaksi saham dan surat utang tidak tercatat dan/atau tidak diperdagangkan pada bursa efek. SK No OO87?9 A Pasal. . .
  • 16. FRESIDEN REPUBLIK INDONESTA - 16- Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai Manajer Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Bank Kustodian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diatur dalam Peraturan Menteri. Paragraf 2 Investasi Langsung Pasal 38 (1) Pelaksanaan investasi langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 paling sedikit dengan mempertimbangkan: a. tujuan investasi; b. tingkat risiko dan imbal hasil investasi; dan c. kebijakan portofolio investasi. (2) Pelaksanaan investasi langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada analisis biaya manfaat dan/atau metode lain yang relevan. Pasal 39 (1) Investasi langsung berupa pemberian Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf a dapat digunakan untuk: a. pembangunan di bidang infrastruktur dan bidang lainnya; dan/atau b. fasilitas pembiayaan/pendanaan. (21 Pemberian Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menunjang pelaksanaan program Pemerintah. (3) Pemberian Pinjaman dapat dilakukan oleh OIP kepada BLU, Badan Usaha, dan/atau pemerintah daerah berdasarkan perjanjian. (41 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Pinjaman dalam investasi langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri. SK No 008730 A Pasal
  • 17. FRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -17- Pasal 40 Kerja sama investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b merupakan perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih yang masing-masing pihak sepakat untuk melakukan investasi non permanen. Pasal 41 Bentuk dan pelaksanaan investasi langsung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf c diatur oleh Menteri. Pasal42 Pemberian Pinjaman dan kerja sama investasi dapat dilakukan untuk mendukung kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Paragraf 3 Divestasi Pasal 43 (1) OIP melakukan Divestasi sesuai dengan masa jatuh tempo/waktu yang telah ditentukan. (2) Dalam keadaan tertentu, OIP dapat melakukan Divestasi sebelum masa waktu yang telah ditentukan. (3) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa: a. tujuan Investasi Pemerintah berupa manfaat ekonomi/ sosial/ lainnya telah tercapai; b. terjadi peningkatan risiko investasi yang dapat menyebabkan penurunan nilai investasi; dan/atau c. keadaan lain yang disetujui oleh KIP. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri. Bagian . . . SK No OO8731 A
  • 18. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _18_ Bagian Keempat Pelaporan Pasal 44 (1) OIP menyusun laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah. (21 Laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. kinerja portofolio Investasi Pemerintah; b. pendapatan Investasi Pemerintah; c. pengelolaan risiko; dan d. informasi penting lainnya. (3) Laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada KIP. (4) Selain laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), OIP menyampaikan laporan keuangan kepada KIP. (5) KIP menyusun ikhtisar laporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan menyampaikan kepada Menteri. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara pelaporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal 45 KIP dapat meminta laporan dan/atau informasi lainnya selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 kepada OIP. Bagian Kelima Pengawasan Pasal 46 KIP melakukan pengawasan atas pengelolaan Investasi Pemerintah yang dilakukan oleh OIP. SK No OO8732 A Pasal
  • 19. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _19_ Pasal 47 OIP memastikan pelaksanaan Investasi Pemerintah yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan/ atau Perjanjian Investasi. Pasal 48 (1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 meliputi pemantauan, evaluasi, dan pengendalian. (21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri. Bagian Keenam Pertanggungjawaban Pasal 49 OIP menjalankan pengelolaan Investasi Pemerintah untuk kepentingan Pemerintah dan sesuai dengan maksud dan tujuan Investasi Pemerintah. Pasal 50 (1) Dalam melaksanakan Investasi Pemerintah sesuai dengan tugas dan wewenang BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) serta sesuai hak dan kewajiban BUMN dan/atau BHL sebagaimana diatur dalam Perjanjian Investasi, Pimpinan/Direksi OIP harus menerapkan prinsip iktikad baik dan penuh tanggung jawab. (21 Dalam hal pelaksanaan Investasi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat penurunan nilai investasi, Pimpinan/Direksi OIP tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian investasi dan/atau kerugian negara apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b.telah... SK No 008733 A
  • 20. PRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA -20- b. telah melakukan pengelolaan dan pengawasan dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan tujuan Investasi Pemerintah; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengelolaan Investasi Pemerintah; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya penurunan nilai Investasi Pemerintah tersebut sesuai praktik bisnis yang sehat. Pasal 51 (1) KIP bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. (2) Dalam hal terjadi kerugian akibat penurLrnan nilai investasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah yang dilakukan oleh OIP, KIP dibebaskan dari tanggung jawab dalam hal: a. telah melakukan fungsi supervisi dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Pemerintah dan sesuai dengan maksud dan tujuan Investasi Pemerintah; b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengelolaan lnvestasi Pemerintah oleh OIP yang mengakibatkan kerugian; dan c. telah memberikan nasihat kepada OIP untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. BAB VI MANAJEMEN RISIKO DAN PENGENDALIAN INTERNAL Pasal 52 (1) OIP harus menerapkan manajemen risiko dan pengendalian internal atas pengelolaan Investasi Pemerintah secara efektif dan efisien. SK No OO8734 A (2) Penerapan
  • 21. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2r- (21 Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. identifikasi, penilaian/penaksiran, dan pengendalian risiko; b. sistem pelaporan yang bisa memonitor dan mengelola risiko yang relevan; dan c. toleransi risiko dan strategi investasi. (3) Pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit dilakukan terhadap: a. lingkunganpengendalian; b. penilaian risiko; c. kegiatan pengendalian; dan d. informasi dan komunikasi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai manajemen risiko dan pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. (5) Manajemen risiko dan pengendalian internal pada OIP yang berbentuk BUMN dan/atau BHL dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 53 (1) Dalam kondisi tertentu, Menteri dapat menarik dana Investasi Pemerintah yang dikelola oleh OIP. (21 Ketentuan mengenai penarikan dana Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat dalam Peraturan Menteri. Investasi (1) diatur Pasal SK No 008735 A
  • 22. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _22_ Pasal 54 (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a, Pasal 17 ayat (3) huruf a, dan Pasal 19 ayat (2) huruf b, tidak perlu dilakukan apabila Investasi Pemerintah dilakukan untuk kegiatan: a. penyelamatan perekonomian nasional; dan/atau b. pelaksanaan program Pemerintah yang mendesak. (21 Pelaksanaan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan penugasan dari Presiden atau Menteri selaku Bendahara Umum Negara. (3) Pelaksanaan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 55 Anggaran yang diperlukan untuk membiayai pelaksanaan tugas KIP dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran unit kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan yang secara struktural mempunyai tugas dan fungsi manajemen investasi sepanjang belum terdapat Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran satuan kerja KIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2). Pasal 56 Investasi Pemerintah berupa penyertaan modal negara kepada BUMN, BHL, dan organisasi/ lembaga keuangan internasionall badan usaha internasional dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 57 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Badan Investasi Pemerintah yang telah ada tetap dapat melaksanakan kewenangan investasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB SK No 008736 A
  • 23. PRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA _23_ BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 58 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812)r sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2Oll tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OLl Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 526I), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Pasal 59 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2oll tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2OO8 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Oll Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5261), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 60 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. SK No 008737 A Agar
  • 24. trRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -24- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 September 2019 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 September 2019 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI9 NOMOR 166 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA ti Bidang Hukum dan ang-undangan, ttd. SK No OO871? A vanna Djaman
  • 25. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2019 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH I. UMUM Dalam Undang-Undang Nomor I Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara, salah satu core business fungsi treasury adalah pengelolaan Investasi Pemerintah. Aktivitas Investasi Pemerintah dilakukan melalui penempatan sejumlah dana danlatau aset keuangan dalam bentuk saham, surat utang, dan/atau investasi langsung, yang diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2071 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 4l ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara, mengatur bahwa titik berat investasi berada pada sektor infrastruktur selain investasi dalam bentuk surat berharga. Sedangkan sektor lainnya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memerlukan persetujuan Menteri. Sesuai mandat yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2OLl tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, investasi langsung dilakukan melalui penyertaan modal dan pemberian Pinjaman dan dapat dilakukan dengan skema kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha. Untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan Investasi Pemerintah yang lebih optimal di masa yang akan datang, perlu dilakukan penyempurnaan pengaturan mengenai kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah yang meliputi kewenangan regulasi, kewenangan supervisi, dan kewenangan operasional. Pembagian 3 (tiga) kewenangan ini merupakan ekosistem ideal untuk pengelolaan Investasi Pemerintah 'berdasarkan best practices pengelolaan investasi. Dengan demikian, pembagian kewenangan dalam pengelolaan investasi akan meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling uji (check and balance) dalam proses pelaksanaan Investasi Pemerintah mulai perencanaan sampai dengan pertanggungiawaban. Investasi... SK No OO8739 A
  • 26. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- Investasi Pemerintah yang selama ini berfokus pada penyertaan modal dan pemberian Pinjaman, secara perlahan akan difokuskan juga kepada investasi dalam bentuk surat berharga sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara. Peran Menteri sebagai Bendahara Umum Negara yang berwenang dalam melaksanakan investasi akan dilakukan melalui OIP, baik yang berbentuk satuan kerja BLU ataupun BUMN dan/atau BHL. Untuk memberikan payung hukum yang memadai bagi pelaksanaan investasi yang akan dilakukan oleh OIP dimaksud, perlu mengganti Peraturan Pemerintah Nomor I Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2}ll tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah. Adapun penggantian tersebut dititikberatkan pada perluasan ruang lingkup Investasi Pemerintah baik dari sisi pelaku maupun instrumen dengan pengendalian risiko yang terukur serta fiduciary duties yang jelas, sehingga manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lainnya dapat tercapai secara optimal. Sebagai penyempLtrnaan terhadap Peraturan Pemerintah sebelumnya, Peraturan Pemerintah ini memuat materi pokok yang disusun secara sistematis, yaitu antara lain: a. pembagian kewenangan yang jelas antara regulator, supervisor, dan operator dengan menjalankan prinsip dalam pengelolaan investasi; b. perluasan ruang lingkup Investasi Pemerintah baik dari sisi pelaku maupun instrumen dengan kriteria yang telah ditentukan; c. pengaturan mengenai pemanfaatan hasil investasi yang dapat digunakan sebagai penambah pokok/modal investasi; d. pengaturan mengenai fiduciary duties, manajemen risiko, pengendalian internal dan business judgment rules dalam rangka menjaga gouerrLance Investasi Pemerintah; e. pelaksanaan investasi oleh operator dengan batasan tertentu meliputi analisis dan kertas kerja analisis dan penggunaan Manajer Investasi; f. pengaturan yang lebih jelas mengenai pengelolaan Investasi Pemerintah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan, dan pertanggungiawaban dalam investasi. II.PASAL... SK No 008740 A
  • 27. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Pasal 3 Huruf a Manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya mencakup manfaat langsung dan/atau manfaat tidak langsung yang dirasakan oleh Pemerintah, OIP, dan masyarakat. Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi" adalah penambahan nilai yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk finansial, peningkatan kualitas, dan/atau pendorong pertumbuhan sektor tertentu. Manfaat langsung misalnya berupa dividen, bunga, capital gain, pertumbuhan nilai perusahaan, peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Manfaat tidak langsung misalnya berupa stimulus yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sektor tertentu. Yang dimaksud dengan "manfaat sosial" adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan Pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu, seperti tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat, penggerakkan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas kehidupan dan penghasilan, infrastruktur dan lain-lain. Yang dimaksud dengan "manfaat lainnya" adalah manfaat yang diperoleh selain dari manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Yang dimaksud dengan prinsip "transparansi" adalah pengelolaan Investasi Pemerintah harus dilakukan secara terbuka dan dapat menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh para pemangku kepentingan. Huruf . . . SK No 008741 A
  • 28. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4- Huruf b Yang dimaksud dengan prinsip "akuntabilitas" adalah pengelolaan Investasi Pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Huruf c Yang dimaksud dengan prinsip "responsibilitas" adalah pengelolaan Investasi Pemerintah harus dilaksanakan dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab. Huruf d Yang dimaksud dengan prinsip "independensi" adalah Investasi Pemerintah dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Huruf e Yang dimaksud dengan prinsip "kewajaran dan kesetaraan" adalah pengelolaan Investasi Pemerintah dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan peran dan kedudukan para pemangku kepentingan sesuai dengan porsinya masing- masing. Huruf f Yang dimaksud dengan prinsip "profesionalisme" adalah pengelolaan Investasi Pemerintah dijalankan oleh orang yang mempunyai kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas. Huruf g Yang dimaksud dengan prinsip "kehati-hatian" adalah pengelolaan Investasi Pemerintah dilakukan dengan cermat, teliti, aman, dan tertib serta dengan mempertimbangkan aspek risiko keuangan dan memperhatikan batasan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 4 Cukup jelas. SK No OO8742 A Pasal
  • 29. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -5- Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas Penggunaan dana APBN dialokasikan sebagai pengeluaran pembiayaan pada bagian anggaran Bendahara Umum Negara yang merupakan sumber investasi yang dapat dilakukan sebatas alokasi yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dalam APBN. Huruf b Yang dimaksud dengan "imbal hasil" adalah bagian keuntungan atas pengelolaan Investasi Pemerintah. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Sumber lain yang sah antara lain berupa sumber yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, atau yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, termasuk dana dan/atau aset keuangan pihak lain. Yang termasuk saham dan surat utang adalah instrumen surat berharga lainnya yang terkait dengan saham, surat utang dan/atau surat berharga lainnya yang telah memiliki izin dan pengawasan dari lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain reksa dana. SK No OO8743 A Ayat
  • 30. PRESIDEN REPUBLIK INDONESTA -6- Ayat (2) Yang dimaksud dengan "peraturan perundang-undangan" adalah termasuk juga peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara. Pasal 8 Pasal 9 Huruf a Cukup jelas Huruf b Huruf c Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Htruf a Cukup jelas. Huruf b Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Yang dimaksud dengan "surat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh korporasi danlatau BHL" adalah semua jenis investasi dalam bentuk surat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh korporasi danlatau BHL, yang dijual secara luas kepada publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya surat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh korporasi dan/atau BHL yang dijual di luar negeri. Yang dimaksud dengan "kerja sama investasi" antara lain penyertaan saham (equity participation) non permanen, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation) non permanen, atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha Qtrofit/ reuenue sharingl. SK No 008744 A Cukup jelas. Pasal. . .
  • 31. FRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -7 - Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 1 1 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "tenaga ahli" antara lain profesional di bidang investasi, akademisi, dan praktisi. Ayat (21 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas SK No 008745 A Huruf . . .
  • 32. Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. FRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA -8- Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Yang dimaksud dengan "aset piutang dan surat berharga. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Huruf i Cukup jelas. keuangan,, antara lain SK No 008746 A Pasal
  • 33. FRESIDEN REPUBLTK INDONESIA -9- Pasal 23 Ayat (1) Kebijakan umum dan rencana strategis jangka panjang dan menengah atas Investasi Pemerintah yang disusun KIP, perlu memperhatikan karateristik Investasi Pemerintah yang bersifat non permanen. Khusus untuk Investasi Pemerintah dalam bentuk saham dan/atau surat utang yang diperdagangkan di pasar modal dilaksanakan dengan memperhatikan pula prinsip yang'diatur dalam undang-undang mengenai pasar modal. Ayat (2) Penetapan kebijakan umum dan rencana strategis atas Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri dalam rangka menj alankan kewenangan regulasi. Pasal24 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud dengan "kemampuan BLU" antara sumber daya manusia dan manajemen risiko. Ayat (a) Cukup jelas. lain Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas. SK No 008747 A Pasal. .
  • 34. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -10- Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Huruf a Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Pasal 31 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud dengan "tingkat risiko dan imbal hasil investasi" adalah tingkat potensi penurunan nilai yang dapat terjadi karena perolehan hasil investasi tidak sesuai dengan harapan dan keuntungan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Huruf c Yang dimaksud dengan "alokasi aset/kebijakan portofolio investasi" adalah proses pembagian dana di antara berbagai jenis/kelas aset meliputi kas, saham, obligasi, dan lain-lain berdasarkan tingk at f toleransi risiko. Sertifikasi keahlian di bidang pasar modal dan/atau di bidang investasi dan keuangan yang dimiliki oleh tenaga ahli/profesional misalnya sertifikat keahlian sebagai Wakil Manajer Investasi yang diakui Otoritas Jasa Keuangan dari lembaga pendidikan khusus di bidang pasar'modal berdasarkan rekomendasi dari Komite Standar Keahlian dan/atau sertihkasi profesi akuntansi di bidang investasi dan keuangan (chartered ftnancial analgst) dari lembaga yang berwenang. Yang dimaksud dengan "analisis terhadap risiko" antara lain risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, dan informasi tambahan, termasuk rencana penanggulangannya dalam hal terjadi peningkatan risiko investasi. SK No 008748 A Huruf . . .
  • 35. FRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA - 11- Huruf b Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan "analisis biaya manfaat (cost-benefit analgsisl" adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk memperkirakan biaya dan manfaat berbagai alternatif investasi yang digunakan untuk menentukan keputusan terbaik. SK No 008749 A Pasal .
  • 36. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA _t2_ Pasal 39 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Investasi langsung berupa pemberian Pinjaman yang diberikan oleh OIP dapat digunakan oleh pihak ketiga untuk melakukan pembiayaan kepada pihak lain atau pendanaan untuk pihak ketiga sendiri. Ayat (21 Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (a) Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Investasi langsung lainnya merupakan investasi yang bersifat non permanen. Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Ayat (1) Cukup jelas. SK No 008750 A Ayat. .
  • 37. PRESIDEN REPUBLIK INDONESTA _13_ Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Yang dimaksud dengan "informasi penting lainnya" adalah informasi terkait pengelolaan Investasi Pemerintah. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 45 Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Yang dimaksud dengan "laporan dan/atau informasi lainnya" antara lain laporan hasil pemeriksaan oleh auditor yang meliputi kinerja dan tujuan tertentu terkait pengelolaan Investasi Pemerintah. SK No 008751 A Pasal
  • 38. FRESTDEN REPUBLIK INDONESIA -t4- Pasal 49 Cukup jelas. Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52 . Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a) Cukup jelas. Ayat (5) Yang dimaksud dengan "manajemen risiko dan pengendalian internal" termasuk juga di dalamnya ketentuan terkait good ' corporategouernance. Pasal 53 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "kondisi tertentu" adalah berdasarkan kebutuhan Pemerintah untuk menyesuaikan kembali alokasi portofolio sesuai tujuan investasi atau untuk kebutuhan lainnya. Penarikan dana Investasi Pemerintah oleh Menteri dilakukan sebelum dana Investasi Pemerintah dikelola dalam bentuk saham, surat utang, dan/atau investasi langsung oleh OIP. Ayat (2) Cukup jelas SK No 00875? A Pasal
  • 39. PRESIDEN REtrUBLIK TNDONESIA -15- Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6385 SK No 008753 A