SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
MENTERIKEUANGAN
                             REPUBLIK INDONESIA
                                 SALINAN
               PERATURAN MENTERI KEUANGAN

                    NOMOR      79 /PMK.010/2009

                              TENTANG

             SANKsI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA
DAN TATA CARA PEN AGIHANNY A TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI,
    PERUSAHAAN REASURANSI, ATAU PERUSAHAAN PEN UN}ANG
                      USAHA ASURANSI

                       MENTER I KEUANGAN,



Menimbang    a. bahwa dalam rangka meningkatkan            ketertiban    dalam
                pelaksanaan    pembayaran denda yang telah dikenakan
                kepada Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, atau
                Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi yang terlambat atau
                tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan, laporan
                auditor   independen     atas laporan keuangan        tahunan,
                danJatau    laporan    operasional  tahunan,     maka     perlu
                menyempurnakan ketentuan mengenai tata cara pengenaan
                sanksi administratif berupa denda sebagaimana diatur dalam
                Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003;
             b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks1;ld
                dalam huru£ a,· perlu menetapkan      Peraturan Menteri
                Keuangan tentang Sanksi Administratif Berupa Denda dan
                Tata Cara Penagihannya Terhadap Perusahaan Asuransl,
                Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Penunjang Us aha
                Asuransi;

Mengingat    1. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 ten tang Panitia
                Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara        Republik
                Indonesia Tahun 1960 Nomer 156, Tambahan Lembaran
                Negara Republik Indonesia Nomor 2104);
             2. Undang-Undang    Nomor 2 Tahun 1992 ten tang Usaha
                Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
                1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik
                Indonesia Nomor 3467);
             3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
                Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
                Tahun 1997 Nomor 4-3, Tambahan Lembaran Negara
                Republik Indonesia Nomor 3687);
MENTERIKEUANGAN
                           REPUBLIK INDONESIA
                                 -2-

             4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
                Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara
                Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan
                Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3506)
                sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
                Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 (Lembaran
                Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 212,
                Tambahan Lembal'an Negara Republik Indonesia NomOI
                4954);
             5. Peraturan Pemerintah NomOI 22 Tahun 1997 tentarig Jenis
                dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran
                Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57,
                Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
                3694);
             6. Peraturan Presiden Nomor 89 Tahun 2006 tentang Panitia
                Urusan Piutang Negara;
             7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
             8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK06/2003
                tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan
                Perusahaan Reasuransi;
             9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK06/2003
                tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
                Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah beberapa kali
                diubah terakhir d.engan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
                158/ PMKOI0/2008;
             10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003
                 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha
                Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi;
             11. Peraturan Menteri Keuangan NomOI 122/PMK.06/2007
                 tentang Keanggotaan dan Tata Kerja Panitia Urusan Piutang
                 Negara;
             12. Peraturan Menteri Keuangan NomoI' 128/KMK06/2007
                 tentang Pengurusan Piutang NegaI'a;

                         MEMUTUSKAN:

Menetapkan   PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SANKSI
             ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DAN TATA CARA
             PENAGIHANNYA TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI,
             PERUSAHAAN REASURANSI, ATAU PERUSAHAAN
             PENUNJANG USAHA ASURANSI.
MENTERIKEUANGAN
              REPUBLIK INDONESIA
                     -3-

                   BABI
          KETENTUANUMUM
                   Pasal1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Denda adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan kepada
   Negara sebagai sanksi atas pelanggaran terhadap Und,ang-
   Undang Nomor 2·Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
   dan/ atau peraturan pelaksanaannya.
2. Bunga adalah sejumlah uang yang timbul sebagai akibat
   tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran denda dalam
   jangka waktu yang telah ditetapkan.
3. Perusahaan adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan
   Reasuransi, atau Perusahaaan Penunjang Usaha Asuransi
   sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor
   73 Tahun 1992 sebagaimana telah beberapa kali diubah
   terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
   2008,yang wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan,
   laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan,
   dan/ atau laporan operasional tahunan.
4. Laporan adalah laporan keuangan tahunan, laporan auditor
   independen atas laporan keuangan tahunan, dan/ atau
   laporan operasional tahunan yang wajib disampaikan oleh
   Perusahaan kepada Menteri Keuangan sesuai peraturan
   perundang-undangan di bidangperasuransian.
5. Piutang Negara adalah sejumlah uang yang wajib
   dibayarkan kepada Negara atau badan-badan yang secara
   langsung ataupun tidak langsung ·dikuasai oleh Negara,
   berdasarkan suatu perjanjian, peraturan, atau sebab apapun.
6. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
                  BABII
PENGENAAN SANKSIADMINISTRATIF
            BERUPA DENDA
                  Pasal2

(1) Perusahaan wajib menyampaikan Laporan kepada Menteri.
(2) Perusahaan yang terlambat atau tidak menyampaikan
    Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan
    sanksi administratif berupa denda sebagaimana diatur dalam
    Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
    73 Tahun       1992 tentang       Penyelenggaraan    Usaha
MENTERIKEUANGAN
              REPUBLIK INDONESIA
                    -4-

   Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali diubah
   terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
   2008.
(3) Batas akhir penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) adalah tanggal30 April puku117.00 WIB.
(4) Dalam hal tanggal 30 April adalah hari libur,maka batas
    akhir penyampaian Laporan adalah hari kerja pertama
    setelah tanggal30 April puku117.00 WIB.
                  Pasal3

Perhitungan jumlah sanksi administratif berupa denda dimulai
sejak hari pertama setelah batas akhir masa penyampaian
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) atau ayat
(4), sampai dengan tanggal diterimanya Laporan tersebut oleh
Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan.
                  Pasal4

Surat pengenaan sanksi adminish"atif berupa denda ditetapkan
oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan atas nama Menteri setelah:
a. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
   diterima oleh Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar
   Modal dan Lembaga Keuangan; atau
b. jumlah denda telah mencapai nilai maksimum sebagaimana
   dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah
   Nomor 73 tahun 1992 sebagaimana telah beberapa kali
   diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81
   Tahun 2008.

                  PasalS

(1) Perusahaan yang dicabut izin usahanya dan memiliki
    kewajiban untuk membayar denda atas keterlambatan
    penyampaian Laporan atau tidak menyampaikan Laporan,
    tetap diwajibkan untuk membayar denda sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal2 ayat (2).
(2) Bagi Perusahaan yang dicabut izin usahanya dan tidak
    menyampaikan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), penghitungan jumlah hari keterlambatan dihitung
    setelah batas akhir kewajiban penyampaian Laporan sampai
    dengan 1 (satu) hari sebelum tanggal pencabutan izin usaha.
MENTERIKEUANGAN
               REPUBLIK INDONESIA
                    -5-

                  BABIII
    TATA CARA PEMBAYARANDAN
          PENAGIHAN DENDA
                   Pasal6

(1) Sanksi administratif berupa denda wajib dibayarkan ke Kas
    Negara dengan menggunakan formulir Surat Setoran Bukan
    Pajak (SSBP) dengan kode Mata Anggaran Penerimaan
    (MAP) sebagaimana disebutkan dalam surat penetapan
    sanksinya.
(2) Fotocopy SSBP yang merupakan bukti pembayaran sanksi
    administratif berupa denda sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Badan Pengawas
    Pasar Modal dan Lembaga Keuangan c.q. Kepala Bagian
    Keuangan dengan tembusan kepada           Kepala Biro
    Perasuransian Badan Pengawas PasarModal dan Lembaga
    Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal
    pembayaran denda dimaksud ..
                  Pasal7

(1) Pembayaran sanksi administratif berupa denda. dilakukan
    paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak surat pengenaan sanksi
    administratif berupa denda ditetapkan.
(2) Apabila sanksi administratif berupa denda belum dilunasi
    dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (I),
    Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
    Keuangan menetapkan surat teguran pertama kepada
    Perusahaan untuk segera melunasi sanksi administratif
    berupa denda beserta bunganya sebesar 2% (dua perseratus)
    per bulan paling lama 14 (empat belas) hari sejak
    ditetapkannya surat teguran pertama tersebut.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
    surat teguran pertama, sanksi administratif berupa denda
    beserta bunganya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
    dilunasi, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
    Keuangan menetapkan surat teguran kedua dengan jangka
    waktu pelunasan paling lama 14 (empat belas) hari sejak
    ditetapkannya surat teguran kedua tersebut.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
    surat teguran kedua, sanksi administratif berupa denda
    beserta bunganya tidak dilunasi, maka sanksi administratif
    berupa denda beserta bunganya tersebut dikategorikan
    sebagai piutang macet.
MENTERIKEUANGAN
             REPUBLIK INDONESIA
                    -6-


(5) Piutang macet sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
    pengurusannya dilimpahkan oleh Badan Pengawas Pasar
    Modal dan Lembaga Keuangan kepada Panitia Drusan
    Piutang NegarajDirektorat Jenderal Kekayaan Negara
    paling lama 14 (empat belas) hari sejak sanksi administratif
    berupa denda dikategorikan sebagai piutang macet.
                  Pasal8

Dalam hal Perusahaan belum membayar sanksi administratif
berupa denda, maka sanksi administratif berupa denda tersebut
dinyatakan sebagai utang Perusahaan kepada Negara dan harus
dicantumkan dalam laporan keuangan Perusahaan yang
bersangku tan.
                  Pasal9

Terhadap Perusahaan yang telah dikenakan sanksi administratif
berupa.. denda dan sebelum berakhirnya jangka. waktu
kewajiban pembayaran sanksi .administratif berupa denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 izin usaha Perusahaan
dicabut, makaketentuan     mengenai tata cara penagihan
pembayaran denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tetap
berlaku.

                 Pasal10

(1) Dalam hal Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
    Keuangan menetapkan sanksi administratif berupa denda
    disertai dengan pencabutan izin us~ha Perusahaan, maka
    pembayaran sanksi administratif berupa denda dilakukan
    sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan
    Menteri Keuangan ini.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) sanksi administratif berupa denda belum dilunasi,
    maka sanksi administratif berupa denda dimaksud
    dikategorikan sebagai piutang macet.
(3) Piutang macet sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
    dilimpahkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan
    Lembaga Keuangan kepada Panitia Drusan Piutang
    NegarajDirektorat Jenderal Kekayaan Negara paling lama 14
    (empat belas) hari sejak sanksi administratif berupa denda
    dikategorikan sebagai piutang macet.
MENTERIKEUANGAN
               REPUBUK INDONESIA
                    -7-

                 Pasal11

 PeI'atuI'an Menteri Keuangan ini berlaku untuk penyampaian
 Laporan yang berakhir per tanggal 31 Desember 2008 dan
.seterusnya.
                 Pasal12

Dalam hal Perusahaan dikenakan 'sanksi Pembatasan Kegiatan
Usaha karena tidak menyampaikan LapoI'an, maka pencabutan
sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha hanya dapat dilakukan
apabila Laporan telah disampaikan kepada Menteri dan
fotocopy SSBP telah disampaikan kepada SekretarisBadan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan c.q. Kepala
Bagian Keuangan dengan tembusan kepada Kepala Biro
Perasuransian Badan' Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan.
                  BABIV
       KETENTUAN PERALIHAN

                 Pasal13

Terhadap Piutang Negara yang timbul dari pengenaan sanksi
administrasi berupa denda pada Perusahaan yang sudah ada
sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, akan
dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
    Keuangan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
    sejak ditetapkannya PeI'atuI'an Menteri Keuangan ini, akan
    mengeluarkan surat pemberitahuan        kepada Perusahaan
    untuk dapat segera melunasi denda paling lama 14 (empat
    belas) hari sejak ditetapkannya surat pemberitahuan
    tersebut.
b. Apabila denda belum, dilunasi dalam jangka waktu
   sebagaimana dimaksud dalam surat pemberitahuan
   sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka sanksi
   administratif berupa denda tersebut dikategorikan sebagai
   piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan atau
   diseI'ahkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
   Lembaga Keuangan kepada Panitia Urusan Piutang NegaI'aj
   Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
MENTERIKEUANGAN
                                    REPUBLIK INDONESIA
                                          -8-
                                        BABV
                            KETENTUAN PENUTUP
                                        Pasal14

                   Dengan ditetapkannya      Peraturan    Menteri Keuangan    ini,
                   ketentuan mengenai pembayaran sanksi administratif berupa
                   denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Keputusan
                   Menteri    Keuangan     Nomor      422/KMK.06/2003    tentang
                   Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
                   Reasuransi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
                                        Pasal15

                   Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
                   diundangkan.
                   Agar    setiap       orang     mengetahuinya,    memerintahkan
                   pengundangan        Peraturan   Menteri Keuangan     ini dengan
                   penempatannya      dalam Berita Negara Republik Indonesia.




                                         Ditetapkan di Jakarta
                                         pada tanggal 22 April   2009
                                         MENTERI KEUANGAN,
                                                     ttd.
                                         SRI MULYANI INDRA WATI


Diundangkan    di Jakarta
Pada tanggal    22 April    2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
      ttd.

ANDIMATTALATIA

                                                                     72




                                                                                     ..

More Related Content

What's hot

Permen12 2007
Permen12 2007Permen12 2007
Permen12 2007ghanjaya
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - PenjelasanChairudin NR
 
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan edit
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan editMateri sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan edit
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan editKppkp Bangil
 
Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Dyah Nuryovita
 
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingPerda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingArifuddin Ali
 
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012Kppkp Bangil
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhChairudin NR
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeAsep suryadi
 
Makalah sia sisdur klp vii
Makalah sia sisdur klp viiMakalah sia sisdur klp vii
Makalah sia sisdur klp viiHerman Bagindo
 
Per 31 2009
Per 31 2009Per 31 2009
Per 31 2009Miu Maya
 

What's hot (17)

Permen12 2007
Permen12 2007Permen12 2007
Permen12 2007
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
 
P ph 21 tata cara
P ph 21 tata caraP ph 21 tata cara
P ph 21 tata cara
 
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan edit
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan editMateri sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan edit
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012 final dinas pengairan edit
 
Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012Daftar efek syariah nov 2012
Daftar efek syariah nov 2012
 
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingPerda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
 
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Boncu2
Boncu2Boncu2
Boncu2
 
Makalah sia sisdur klp vii
Makalah sia sisdur klp viiMakalah sia sisdur klp vii
Makalah sia sisdur klp vii
 
Tugas pajak
Tugas pajakTugas pajak
Tugas pajak
 
Uu 02 2000
Uu 02 2000Uu 02 2000
Uu 02 2000
 
Per 31 2009
Per 31 2009Per 31 2009
Per 31 2009
 

Viewers also liked

Pmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
Pmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan PerasuransianPmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
Pmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan PerasuransianRidwan Ichsan
 
Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...
Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...
Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...Ridwan Ichsan
 
Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...
Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...
Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...Ridwan Ichsan
 
Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)
Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)
Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)Ridwan Ichsan
 
Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...
Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...
Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...Ridwan Ichsan
 
Engineering insurance upload
Engineering insurance uploadEngineering insurance upload
Engineering insurance uploadRidwan Ichsan
 
Billboard insurance upload
Billboard insurance uploadBillboard insurance upload
Billboard insurance uploadRidwan Ichsan
 
Property all risk insurance..
Property all risk insurance..Property all risk insurance..
Property all risk insurance..Ridwan Ichsan
 
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities Ridwan Ichsan
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsementAvn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsementRidwan Ichsan
 
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insuranceAvn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insuranceRidwan Ichsan
 
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)Ridwan Ichsan
 
86 satisfeito com cristo
86   satisfeito com cristo86   satisfeito com cristo
86 satisfeito com cristoLukas Silva
 
SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR
SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR
SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR Edgardd Salvador
 

Viewers also liked (20)

1 pp63 th1999
1 pp63 th19991 pp63 th1999
1 pp63 th1999
 
Pmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
Pmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan PerasuransianPmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
Pmk 168 pmk.010-2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
 
Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...
Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...
Pmk no 30_tahun_2010 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah bagi lembaga ...
 
Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...
Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...
Per 02 tahun_2009 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas mini...
 
Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)
Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)
Pmk 01-2011 tentang Perubahan PMK &$ (Asuransi kendaraan Bermotor)
 
Pp 73 tahun_1992
Pp 73 tahun_1992Pp 73 tahun_1992
Pp 73 tahun_1992
 
Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...
Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...
Pmk 11-2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi de...
 
Engineering insurance upload
Engineering insurance uploadEngineering insurance upload
Engineering insurance upload
 
Billboard insurance upload
Billboard insurance uploadBillboard insurance upload
Billboard insurance upload
 
Property all risk insurance..
Property all risk insurance..Property all risk insurance..
Property all risk insurance..
 
Surety bond..
Surety bond..Surety bond..
Surety bond..
 
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities Avn 52 r extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 r extended coverage endorsement aviation liabilities
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsementAvn 67 c airline finance lease contract endorsement
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement
 
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insuranceAvn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
Avn 98 aviation products grounding and other aviation liabilities insurance
 
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
Gas or Grouse Case Solution (Business Ethics)
 
F_12BSP1095_sandeepnehra Visual cv
F_12BSP1095_sandeepnehra Visual cvF_12BSP1095_sandeepnehra Visual cv
F_12BSP1095_sandeepnehra Visual cv
 
discionario
discionariodiscionario
discionario
 
86 satisfeito com cristo
86   satisfeito com cristo86   satisfeito com cristo
86 satisfeito com cristo
 
SHAWN RESUME.-1.
SHAWN RESUME.-1.SHAWN RESUME.-1.
SHAWN RESUME.-1.
 
SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR
SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR
SLIDE - EQUIPE EDGARDD SALVADOR
 

Similar to Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023shirizkiku
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Lela Sari
 
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdfPOJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdfdandeeq
 
B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010
B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010
B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010Haureta Nova Aisyah
 
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...Deni Mawar
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...widigdya
 
Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107Pradhana Radya
 
Per 06-2008-asuransi
Per 06-2008-asuransiPer 06-2008-asuransi
Per 06-2008-asuransiRidwan Ichsan
 
Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...
Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...
Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...Ridwan Ichsan
 

Similar to Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif (20)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010
 
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdfPOJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
POJK Nomor 14 Tahun 2016.pdf
 
Pp 39 tahun_2008
Pp 39 tahun_2008Pp 39 tahun_2008
Pp 39 tahun_2008
 
B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010
B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010
B72ae13086c4 peraturan-menteri-keuangan-nomor-259-pmk-04-2010
 
Perdirjen 28 2008
Perdirjen 28 2008Perdirjen 28 2008
Perdirjen 28 2008
 
UU Nomor 36 Tahun 2008
UU Nomor 36 Tahun 2008UU Nomor 36 Tahun 2008
UU Nomor 36 Tahun 2008
 
Pmk 29.pmk03.2015
Pmk   29.pmk03.2015Pmk   29.pmk03.2015
Pmk 29.pmk03.2015
 
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
Peraturan kepala bkpm no. 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara permoho...
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
 
Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107
 
Per 06-2008-asuransi
Per 06-2008-asuransiPer 06-2008-asuransi
Per 06-2008-asuransi
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
Uu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPHUu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPH
 
UU 36-2008-1
UU 36-2008-1UU 36-2008-1
UU 36-2008-1
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
Uu 12 1970
Uu 12 1970Uu 12 1970
Uu 12 1970
 
190pmk 022017per
190pmk 022017per190pmk 022017per
190pmk 022017per
 
Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...
Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...
Per 07-bl-2009 tentang referensi unsur premi murni serta unsur biaya administ...
 

More from Ridwan Ichsan

Cause related marketing - 3 m case
Cause related marketing  - 3 m caseCause related marketing  - 3 m case
Cause related marketing - 3 m caseRidwan Ichsan
 
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseMcDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseRidwan Ichsan
 
Extracting Consumer Surplus
Extracting Consumer SurplusExtracting Consumer Surplus
Extracting Consumer SurplusRidwan Ichsan
 
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JITKerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JITRidwan Ichsan
 
Underwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overviewUnderwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overviewRidwan Ichsan
 
Avn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsementAvn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsementRidwan Ichsan
 
Avn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clauseAvn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clauseRidwan Ichsan
 
Avn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination noticeAvn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination noticeRidwan Ichsan
 
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement Ridwan Ichsan
 
Avn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clauseAvn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clauseRidwan Ichsan
 
Avn 67 c termination notice
Avn 67 c termination noticeAvn 67 c termination notice
Avn 67 c termination noticeRidwan Ichsan
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull warAvn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull warRidwan Ichsan
 
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilitiesAvn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilitiesRidwan Ichsan
 
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsementAvn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsementRidwan Ichsan
 
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clausesAvn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clausesRidwan Ichsan
 
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilitiesRidwan Ichsan
 
Avn 52 j extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 j extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 j extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 j extended coverage endorsement aviation liabilitiesRidwan Ichsan
 
Avn 52 h extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 h extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 h extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 h extended coverage endorsement aviation liabilitiesRidwan Ichsan
 
Avn 101 additional insureds endorsement
Avn 101 additional insureds endorsementAvn 101 additional insureds endorsement
Avn 101 additional insureds endorsementRidwan Ichsan
 
INSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONS
INSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONSINSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONS
INSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONSRidwan Ichsan
 

More from Ridwan Ichsan (20)

Cause related marketing - 3 m case
Cause related marketing  - 3 m caseCause related marketing  - 3 m case
Cause related marketing - 3 m case
 
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior CaseMcDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
McDonalds Corporation - Organizational Behavior Case
 
Extracting Consumer Surplus
Extracting Consumer SurplusExtracting Consumer Surplus
Extracting Consumer Surplus
 
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JITKerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
Kerangka Teori kanban dan Junbiki dalam JIT
 
Underwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overviewUnderwriting Liability Insurance: an overview
Underwriting Liability Insurance: an overview
 
Avn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsementAvn 102 waiver of subrogation endorsement
Avn 102 waiver of subrogation endorsement
 
Avn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clauseAvn 100 fraudulent claims clause
Avn 100 fraudulent claims clause
 
Avn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination noticeAvn 99 continuing liability termination notice
Avn 99 continuing liability termination notice
 
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement Avn 99 aircraft finance lease contract   continuing liability endorsement
Avn 99 aircraft finance lease contract continuing liability endorsement
 
Avn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clauseAvn 97 arbitration clause
Avn 97 arbitration clause
 
Avn 67 c termination notice
Avn 67 c termination noticeAvn 67 c termination notice
Avn 67 c termination notice
 
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull warAvn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
Avn 67 c airline finance lease contract endorsement hull war
 
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilitiesAvn 52 r guidance note   extended coverage endorsement - aviation liabilities
Avn 52 r guidance note extended coverage endorsement - aviation liabilities
 
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsementAvn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
Avn 52 p aviation manufacturers product liabilities endorsement
 
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clausesAvn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
Avn 52 p a products endorsement for avn52 clauses
 
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 l extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 l extended coverage endorsement aviation liabilities
 
Avn 52 j extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 j extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 j extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 j extended coverage endorsement aviation liabilities
 
Avn 52 h extended coverage endorsement aviation liabilities
Avn 52 h extended coverage endorsement   aviation liabilitiesAvn 52 h extended coverage endorsement   aviation liabilities
Avn 52 h extended coverage endorsement aviation liabilities
 
Avn 101 additional insureds endorsement
Avn 101 additional insureds endorsementAvn 101 additional insureds endorsement
Avn 101 additional insureds endorsement
 
INSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONS
INSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONSINSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONS
INSTITUTE TIME CLAUSES HULL PERILS COVERED COMPARISONS
 

Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif

  • 1. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79 /PMK.010/2009 TENTANG SANKsI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DAN TATA CARA PEN AGIHANNY A TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, ATAU PERUSAHAAN PEN UN}ANG USAHA ASURANSI MENTER I KEUANGAN, Menimbang a. bahwa dalam rangka meningkatkan ketertiban dalam pelaksanaan pembayaran denda yang telah dikenakan kepada Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan, laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan, danJatau laporan operasional tahunan, maka perlu menyempurnakan ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif berupa denda sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks1;ld dalam huru£ a,· perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sanksi Administratif Berupa Denda dan Tata Cara Penagihannya Terhadap Perusahaan Asuransl, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Penunjang Us aha Asuransi; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 ten tang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomer 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ten tang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 4-3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);
  • 2. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -2- 4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3506) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 212, Tambahan Lembal'an Negara Republik Indonesia NomOI 4954); 5. Peraturan Pemerintah NomOI 22 Tahun 1997 tentarig Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694); 6. Peraturan Presiden Nomor 89 Tahun 2006 tentang Panitia Urusan Piutang Negara; 7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi; 9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir d.engan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/ PMKOI0/2008; 10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi; 11. Peraturan Menteri Keuangan NomOI 122/PMK.06/2007 tentang Keanggotaan dan Tata Kerja Panitia Urusan Piutang Negara; 12. Peraturan Menteri Keuangan NomoI' 128/KMK06/2007 tentang Pengurusan Piutang NegaI'a; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DAN TATA CARA PENAGIHANNYA TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, ATAU PERUSAHAAN PENUNJANG USAHA ASURANSI.
  • 3. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -3- BABI KETENTUANUMUM Pasal1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Denda adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan kepada Negara sebagai sanksi atas pelanggaran terhadap Und,ang- Undang Nomor 2·Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan/ atau peraturan pelaksanaannya. 2. Bunga adalah sejumlah uang yang timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran denda dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. 3. Perusahaan adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaaan Penunjang Usaha Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008,yang wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan, laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan, dan/ atau laporan operasional tahunan. 4. Laporan adalah laporan keuangan tahunan, laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan, dan/ atau laporan operasional tahunan yang wajib disampaikan oleh Perusahaan kepada Menteri Keuangan sesuai peraturan perundang-undangan di bidangperasuransian. 5. Piutang Negara adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan kepada Negara atau badan-badan yang secara langsung ataupun tidak langsung ·dikuasai oleh Negara, berdasarkan suatu perjanjian, peraturan, atau sebab apapun. 6. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. BABII PENGENAAN SANKSIADMINISTRATIF BERUPA DENDA Pasal2 (1) Perusahaan wajib menyampaikan Laporan kepada Menteri. (2) Perusahaan yang terlambat atau tidak menyampaikan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupa denda sebagaimana diatur dalam Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
  • 4. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -4- Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008. (3) Batas akhir penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tanggal30 April puku117.00 WIB. (4) Dalam hal tanggal 30 April adalah hari libur,maka batas akhir penyampaian Laporan adalah hari kerja pertama setelah tanggal30 April puku117.00 WIB. Pasal3 Perhitungan jumlah sanksi administratif berupa denda dimulai sejak hari pertama setelah batas akhir masa penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) atau ayat (4), sampai dengan tanggal diterimanya Laporan tersebut oleh Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Pasal4 Surat pengenaan sanksi adminish"atif berupa denda ditetapkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atas nama Menteri setelah: a. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diterima oleh Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; atau b. jumlah denda telah mencapai nilai maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008. PasalS (1) Perusahaan yang dicabut izin usahanya dan memiliki kewajiban untuk membayar denda atas keterlambatan penyampaian Laporan atau tidak menyampaikan Laporan, tetap diwajibkan untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 ayat (2). (2) Bagi Perusahaan yang dicabut izin usahanya dan tidak menyampaikan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penghitungan jumlah hari keterlambatan dihitung setelah batas akhir kewajiban penyampaian Laporan sampai dengan 1 (satu) hari sebelum tanggal pencabutan izin usaha.
  • 5. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -5- BABIII TATA CARA PEMBAYARANDAN PENAGIHAN DENDA Pasal6 (1) Sanksi administratif berupa denda wajib dibayarkan ke Kas Negara dengan menggunakan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dengan kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) sebagaimana disebutkan dalam surat penetapan sanksinya. (2) Fotocopy SSBP yang merupakan bukti pembayaran sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan c.q. Kepala Bagian Keuangan dengan tembusan kepada Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas PasarModal dan Lembaga Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal pembayaran denda dimaksud .. Pasal7 (1) Pembayaran sanksi administratif berupa denda. dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak surat pengenaan sanksi administratif berupa denda ditetapkan. (2) Apabila sanksi administratif berupa denda belum dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (I), Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menetapkan surat teguran pertama kepada Perusahaan untuk segera melunasi sanksi administratif berupa denda beserta bunganya sebesar 2% (dua perseratus) per bulan paling lama 14 (empat belas) hari sejak ditetapkannya surat teguran pertama tersebut. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada surat teguran pertama, sanksi administratif berupa denda beserta bunganya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dilunasi, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menetapkan surat teguran kedua dengan jangka waktu pelunasan paling lama 14 (empat belas) hari sejak ditetapkannya surat teguran kedua tersebut. (4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada surat teguran kedua, sanksi administratif berupa denda beserta bunganya tidak dilunasi, maka sanksi administratif berupa denda beserta bunganya tersebut dikategorikan sebagai piutang macet.
  • 6. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -6- (5) Piutang macet sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pengurusannya dilimpahkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Panitia Drusan Piutang NegarajDirektorat Jenderal Kekayaan Negara paling lama 14 (empat belas) hari sejak sanksi administratif berupa denda dikategorikan sebagai piutang macet. Pasal8 Dalam hal Perusahaan belum membayar sanksi administratif berupa denda, maka sanksi administratif berupa denda tersebut dinyatakan sebagai utang Perusahaan kepada Negara dan harus dicantumkan dalam laporan keuangan Perusahaan yang bersangku tan. Pasal9 Terhadap Perusahaan yang telah dikenakan sanksi administratif berupa.. denda dan sebelum berakhirnya jangka. waktu kewajiban pembayaran sanksi .administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 izin usaha Perusahaan dicabut, makaketentuan mengenai tata cara penagihan pembayaran denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tetap berlaku. Pasal10 (1) Dalam hal Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menetapkan sanksi administratif berupa denda disertai dengan pencabutan izin us~ha Perusahaan, maka pembayaran sanksi administratif berupa denda dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sanksi administratif berupa denda belum dilunasi, maka sanksi administratif berupa denda dimaksud dikategorikan sebagai piutang macet. (3) Piutang macet sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilimpahkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Panitia Drusan Piutang NegarajDirektorat Jenderal Kekayaan Negara paling lama 14 (empat belas) hari sejak sanksi administratif berupa denda dikategorikan sebagai piutang macet.
  • 7. MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA -7- Pasal11 PeI'atuI'an Menteri Keuangan ini berlaku untuk penyampaian Laporan yang berakhir per tanggal 31 Desember 2008 dan .seterusnya. Pasal12 Dalam hal Perusahaan dikenakan 'sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha karena tidak menyampaikan LapoI'an, maka pencabutan sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha hanya dapat dilakukan apabila Laporan telah disampaikan kepada Menteri dan fotocopy SSBP telah disampaikan kepada SekretarisBadan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan c.q. Kepala Bagian Keuangan dengan tembusan kepada Kepala Biro Perasuransian Badan' Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. BABIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal13 Terhadap Piutang Negara yang timbul dari pengenaan sanksi administrasi berupa denda pada Perusahaan yang sudah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, akan dilakukan tindakan sebagai berikut: a. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya PeI'atuI'an Menteri Keuangan ini, akan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada Perusahaan untuk dapat segera melunasi denda paling lama 14 (empat belas) hari sejak ditetapkannya surat pemberitahuan tersebut. b. Apabila denda belum, dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka sanksi administratif berupa denda tersebut dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan atau diseI'ahkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Panitia Urusan Piutang NegaI'aj Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
  • 8. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -8- BABV KETENTUAN PENUTUP Pasal14 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, ketentuan mengenai pembayaran sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal15 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 April 2009 MENTERI KEUANGAN, ttd. SRI MULYANI INDRA WATI Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 22 April 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, ttd. ANDIMATTALATIA 72 ..