SlideShare a Scribd company logo
REVIEW SESI
11
KESADARAN
HUKUM DALAM
MASYARAKAT
A. Pengertian dan Proses Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum menurut Wignjoesoebroto ialah kesediaan masyarakat dalam
berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam kesadaran hukum
memiliki dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Kognitif merupakan pengetahuan
tentang hukum yang mengatur perilaku tertentu baik dilarang maupun diperintahkan
sesuai dengan hukum yang telah ditentukan. Sedangkan afektif merupakan suatu bentuk
keinsyafan yang mengakui bahwa hukum memang harus dipatuhi.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum merupakan kepatuhan
terhadap hukum dari persoalan yang secara luas, diantaranya masalah pengetahuan,
pengakuan, serta penghargaan terhadap hukum.
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Hukum
a. Pengetahuan tentang ketentuan hukum
b. Pengakuan terhadap ketentuan hukum
c. Penghargaan terhadap ketentuan hukum
d. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum
C. Indikator Kesadaran Hukum
Indikator-indikator dari kesadaran hukum, sebenarnya merupakan petunjuk-petunjuk
yang relatif konkret tentang adanya kesadaran hukum tertentu. Dengan adanya
indikator-indikator tersebut, maka seseorang yang menaruh perhatian pada kesadaran
hukum, akan dapat mengetahui apa yang sesungguhnya merupakan kesadaran hukum
walaupun hanya mengenai hal-hal tertentu saja
SOSIOLOGI HUKUM
SESI 12
TIPE-TIPE HUKUM
TIPE-TIPE
HUKUM
Menurut Philippe Nonet dan
Philip Selznick, ada 3 tipe
hukum yaitu
1. Hukum Represif
2. Hukum Otonom dan
3. Hukum Responsif
TIPE HUKUM
REPRESIF
Adapun definisi represif menurut para ahli,
antara lain:
1. Collins Dictionary
Represif dalam kaitannya dengan kontkes
pemerintahan yaitu pemerintahan yang
membatasi kebebasan rakyat dan mengontrol
mereka dengan menggunakan kekerasan.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Represif mengacu pada bersifat represi artinya
menekan, mengekang, menahan, atau
menindas yang bersifat menyembuhkan.
TIPE HUKUM
REPRESIF
Nonet dan Selznick menyebutkan beberapa bentuk
dalam mana represi dapat memanifestasikan
dirinya, yaitu :
1. Ketidak mampuan pemerintah untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan umum;
2. Pemerintah yang melampaui batas;
3. Kebijakan umum yang berat sebelah, yang sering
kali dipercontohkan pembaruan kota-kota dan
kebijakan pengembangan ekonomi dalam mana
“program pemerintah” tidak mempunyai sarana
untuk memenuhi, ataupun memperhatikan,
lingkup kepentingan individual dan kelompok
yang dipengaruhinya.
TIPE HUKUM
REPRESIF
Ciri Represif/Karakteristik represif antara
lain;
1. Dipergunakan dalam upaya menindaklanjuti
terjadinya pelanggaran norma sosial, agar
menimbulkan efek jera buat para pelakunya.
2. Diterapkan sebagai langkah penindakkan
terhadap pelanggaran norma sosial yang
berlaku.
TIPE HUKUM
REPRESIF
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
TINDAKAN REPRESIF
Setidaknya ada akibat positif dan negatif yang ditimbulkan dari
adanya perwujuatan untuk tindakan represif. Antara lain;
1. Pengendalian represif akan mampu menimbulkan efek
jera bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran dan
mencoba menjauhkan diri dari perilaku yang sama atau
tidak mengulang perilaku buruk yang sama.
2. Tindakan represif mempunyai sisi negatif bagi
masyarakat. Misalnya saja dalam hal ini ketakutan dan
dendam terhadap masyarakat yang memberikan sanksi.
 Oleh karena itulah penting diapahami bahwa salah satu
ciri pengendalian sosial yang bersifat negatif yaitu tidak
munculnya efek jera bagi pelaku pelanggaran, justru
memunculkan permasalahan baru yang lebih besar.
Selain itu, pengendalian yang dilakukan belum tentu bisa
tersampaikan dengan baik. Ada bermacam-macam konflik
yang bisa saja muncul di masyarakat, akibat dari
penerapan bentuk pengendalian sosial yang kurang tepat.
TIPE HUKUM
REPRESIF
TUJUAN PENGENDALIAN SOSIAL
REPRESI
Setidaknya ada beberapa tujuan dilakukannya
pengendalian sosial secara represif, diantaranya yaitu:
1. Agar terjaga keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat.
2. Mencegah atau mengurangi kemungkinan
pelanggaran nilai dan norma sosial dalam
masyarakat.
3. Mengambangkan arti budaya malu pada masyarakat.
4. Menciptakan dan menegakkan hukum yang berlaku
dalam masyarakat.
5. Agar orang yang pernah melakukan pelanggaran
kembali patuh terhadap atauran yang berlaku.
6. Agar keserasian dan kenyamanan di dalam
masyarakat dapat tercipta.
TIPE HUKUM
REPRESIF
Tipe hukum menindas (represif) adalah hukum yang
mengabdi kepada kekuasaan yang represif.
Tipe hukum ini praktis tanpa legitimasi sama sekali.
Orang menaatinya karena dibayang-bayangi oleh
ketakutan terhadap penguasa yang keras dan kasar.
Sifat represif dari hukum itu semata-mata
bertujuan untuk memelihara stabilitas sosial.
Tipe hukum represif dapat dilihat dari adaptasi
yang pasif dan oportunistis dari institusi-institusi
hukum terhadap lingkungan sosial-politik. Kata
"adaptasi" menunjukkan hukum berada pada kondisi
subordinat (di bawah pengaruh) sistem sosial dan
politik.
TIPE HUKUM
REPRESIF
 Bahkan, kekuatan orang-orang yang menjadi penguasa
politik dapat menembus semua pintu masuk ke dalam
"sistem" hukum.
 Hukum dikendalikan oleh figur tokoh politik yang paling
berkuasa di negara itu.
 Kriminalisasi adalah bentuk yang paling disukai oleh para
penguasa politik dalam mengontrol warga masyarakat agar
selalu menaati kehendak pemerintah. Di sinilah wajah
represif itu muncul. Hukum tampil dengan wajah
menakutkan dan tanpa kompromi.
 Sebaliknya akses warga masyarakat untuk berpartisipasi
dalam hukum sangatlah sempit. Keberadaan dan
keberlakuan hukum tidak perlu harus memperhatikan
kepentingan warga yang diperintah. Pada tipe ini hukum
dan politik merupakan satu kesatuan di dalam sistem
pemerintahan
TIPE HUKUM
REPRESIF
Contoh Tindakan Represif
Tindakan represif bisa dilakukan dengan dua cara. Yang
kesemua contohnya bisa dilihat dalam kehidupan sehari-
hari. Antara lain;
1. PERSUASIF
Persuasif merupakan bentuk pengendalian sosial yang
dilakukan dengan cara membujuk atau mengarahkan individu.
Contoh-contoh tindakan persuasif, diantaranya yaitu:
1. Pemerintah memberikan himbauan dan pengarahan
melalui media TV, internet, dan spanduk agar masyarakat
menjaga kebersihan lingkungan.
2. Seorang dokter gigi menghimbau dan menasehati
pasiennya agar rajin membersihkan gigi.
3. Seorang guru menasehati muridnya untuk belajar dengan
giat dan mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu
agar bisa mendapatkan nilai yang memuaskan.
TIPE HUKUM
REPRESIF
2. KOERSIF
Koersif merupakan bentuk pengendalian sosial yang
bersifat keras dan tegas. Atau bisa juga dikatakan bahwa
koersif merupakan tindakan pengendalian sosial dengan
cara kekerasan dan memberikan sanksi tegas.
Contoh-contoh tindakan koersif, diantaranya yaitu:
1. Polantas memberikan surat tilang kepada pengendara
yang melanggar aturan.
2. Satpol PP menangkap para pedagang kaki lima yang
berjualan di lokasi umum yang bukan diperuntukkan
untuk berjualan.
3. Guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak
mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) nya.
4. Seorang manajer memberhentikan salah seorang
karyawannya yang melakukan pelanggaran berat di
tempat kerja.
TIPE HUKUM
REPRESIF
KESIMPULAN
1. Tujuan utama: terciptanya ketertiban shg
tercipta kepatuhan tanpa syarat
2. Peraturannya keras & terperinci thd obyek
hukum dan sifat lunak thd pembuatnya.
3. Adanya kebebasan bertindak (diskresi) yg
meresap dan dilakukan sesuai kesempatan.
4. Hukum ini berada dalam kekuasaan politik.
5. Persetujuan = kepatuhan
6. dan kritik = ketidaksetiaan.
TIPE HUKUM
OTONOM
 Hukum otonom lahir atas sebuah
reaksi dari hukum represif dan untuk
membatasi kesewenang-wenangan
penguasa.
 Hukum otonom tidak
mempermasalahkan dominasi
kekuasaan dalam orde yang ada
maupun orde yang hendak dicapai.
Hukum otonom merupakan model
hukum “the rule of law”.
TIPE HUKUM
OTONOM
 Konsep the rule of law merupakan reaksi
negara atas gagasan-gagasan keterbukaan
yang kerap datangnya dari masyarakat luas.
Atas nama hukum, desakan-desakan
demikian dapat diredam. Di sisi lain, dalam
tipe negara hukum otonom, tertib hukum juga
digunakan untuk menjinakkan perilaku
represif negara.
 Jadi, tipe hukum otonom ini ingin menjadi
penengah bagi masyarakat dan penguasa
agar kedua kekuatan itu tidak saling tumpang
tindih atau berbenturan secara destruktif.
TIPE HUKUM
OTONOM
 Untuk itulah, konsep the rule of
law mengedepankan penyelesaian masalah
melalui prosedur-prosedur tertentu. Keadilan
pun pada akhirnya cukup dilihat sebagai
keadilan prosedural di mana sesuatu akan
dianggap adil sepanjang sesuai dengan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Selain itu, pada tipe hukum otonom, hukum
sudah terpisah dari politik.
 Hukum otonom berorientasi kepada
mengawasi kekuasaan represif. Dalam arti ini,
hukum otonom merupakan antitesa dari
hukum represif dalam cara yang sama seperti
“kekuasaan oleh hukum” yaitu hukum hanya
sebagai suatu sarana untuk memerintah
berhubungan dengan kekuasaan
berdasarkan hukum.
TIPE HUKUM
OTONOM
 Hukum otonom memfokuskan
perhatiannya pada kondisi sosial empiris
dari kekuasaan berdasar hukum realitas-
realitas institusional dalam mana cita-cita
ini dijewantahkan yaitu potensi-potensi
khusus institusi-institusi ini untuk
memberikan sumbangan kepada
kepantasan dalam kehidupan sosial,
tetapi juga batasan-batasannya.
TIPE HUKUM
OTONOM
 Sifa-sifat yang paling penting dari hukum
otonom adalah penekanan kepada aturan-
aturan hukum sebagai upaya utama untuk
mengawasi kekuasaan resmi dan swasta.
Selain itu, terdapat pengadilan yang dapay
didatangi secara bebas yang tidak dapat
dimanipulasi oleh kekuasaan politik dan
ekonomi serta bebas daripadanya dan
yang memiliki otoritas eksklusif untuk
mengadili pelanggar hukum baik oleh para
pejabat umum maupun oleh individu-
individu swasta.
TIPE HUKUM
OTONOM
Hukum otonom menunjukkan tiga kelemahan khas
yang sama sekali membatasi potensial hukum untuk
memberi sumbangan kepada keadilan sosial, yaitu
sebagai berikut:
1. Perhatian yang terlalu besar terhadap aturan-aturan
dan kepantasan prosedural mendorong suatu konsep
yang sempit tentang peranan hukum. Mematuhi
aturan-aturan dengan ketat dilihat sebagai suatu
tujuan tersendiri dan hukum menjadi terlepas dari
tujuan. Hasilnya adalah legalisme dan formalisme
birokrasi;
2. Keadilan prosedural dapat menjadi pengganti keadilan
substantif; serta
3. Penekanan atas kepatuhan terhadap hukum akan
melahirkan pandangan tentang hukum sebagai suatu
sarana kontrol sosial, ia mengembangkan suatu
mentalitas hukum dan tata tertib diantara rakyat dan ia
mendorong ahli-ahli hukum untuk mengadopsi suatu
sikap yang konservatif.
TIPE HUKUM
OTONOM
Kesimpulan Kelemahan
 terlalu fokus pada aturan dan pentingnya
prosedur menimbulkan konsep sempit tentang
hukum, kekakuan hukum
 Munculnya keadilan prosedural dan
menggantikan keadilan substantif
 Penekanan kepatuhan akan hukum sehingga
Hukum sebagai sarana kontrol sosial
 Kelemahan-kelemahan ini akan menghambat
realisasi kekuasaan secara benar berdasarkan
hukum yang dicita-citakan. Namun demikian,
hukum otonom mengandung suatu potensi untuk
perkembangan lebih lanjut dengan mana
kelemahan-kelemahan ini akan dapat diatasi.
TIPE HUKUM
OTONOM
Kesimpulan :
1. Keabsahan berdasarkan prosedur yang benar
2. Peraturan dibuat teliti dng ikatan penuh baik
thd objek hukum mapun pembuatnya
3. Diskresi dibatasi pd peraturan-peraturan
4. Penyerahan wewenang secara sempit sehingga
pemaksaan dpt dilakukan dng pembatasan hk
5. Partisipasi masy dibatasi prosedur yg mapan
6. Hk ini mengaharapkan dasar tingkahlaku yg
dipakai untuk menguji keabsahan PP
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Hukum responsif adalah model atau teori yang
digagas Nonet-Selznick di tengah kritik pedas Neo-
Marxis terhadap liberal legalism.
Seperti diketahui, legalisme liberal mengandaikan
hukum sebagai institusi mandiri dengan sistem
peraturan dan prosedur yang objektif, tidak
memihak, dan benar-benar otonom.
Ikon legalisme liberal adalah otonomi hukum.
Wujud paling nyata dari otonomi itu adalah rezim
rule of law.
Dengan karakternya yang otonom itu, diyakini
bahwa hukum dapat mengendalikan represi dan
menjaga integritasnya sendiri.
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Sifat responsif dapat diartikan sebagai
melayani kebutuhan dan kepentingan sosial
yang dialami dan ditemukan tidak oleh
pejabat melainkan oleh rakyat. Syarat untuk
mengemukakannya secara otentik
memerlukan upaya-upaya khusus yang akan
memungkinkan hal ini dilakukan. Dengan
demikian, diperlukan jalurjalur baru untuk
partisipasi.
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Sifat responsif mengandung arti suatu
komitmen kepada hukum di dalam
perspektif konsumen (vide Edmond Cahn,
“Hukum dalam perspektif Konsumen”).
Tetapi, di dalam konsep hukum responsif
terkandung lebih dari hanya sesuatu hasrat
bahwa hukum sistem hukum bisa dibuka
untuk tuntutantuntutan kerakyatan.
Keterbukaan saja akan mudah turun
derajatnya menjadi oportunisme.
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Tipe hukum responsif mempunyai ciri yang
menonjol, yakni:
a. Pergeseran penekanan dari aturan-aturan ke
prinsip-prinsip dan tujuan
b. Pentingnya watak kerakyatan (populis) baik
sebagai tujuan hukum maupun cara untuk
mencapainya
Ciri khas hukum responsif adalah mencari nilai-nilai
tersirat yang terdapat dalam peraturan dan
kebijakan. Dalam model hukum responsif ini,
mereka menyatakan ketidaksetujuan terhadap
doktrin yang dianggap mereka sebagai interpretasi
yang baku dan tidak fleksibel
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Tipe hukum responsif membedakan dirinya dari
hukum otonom di dalam penekananya pada
peranan tujuan di dalam hukum.
Pembuatan hukum dan penerapan hukum tidak lagi
merupakan tujuan sendiri, melainkan arti
pentingya merupakan akibat dari tujuan sosial yang
lebih besar yang dilayaninya.
Dilihat dari sisi ini, aturan-aturan hukum
kehilangan sedikit dari sifat keketatannya
Aturan-aturan ini sekarang dilihat sebagai cara-
cara khusus untuk mencapai tujuan yang lebih
umum, dan aturan yang banyak macamnya itu
diperluas atau mungkin malahan dibuang, apabila
dipandang lebih baik ditinjau dari segi tujuan yang
akan dicapai.
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Suatu institusi yang responsif mempertahankan
secara kuat hal-hal yang esensial bagi integritasnya
sembari tetap memperhatikan atau
memperhitungkan keberadaan kekuatan-kekuatan
baru di dalam lingkungannya.
Untuk melakukan ini, hukum responsif memperkuat
cara-cara di mana keterbukaan dan integritas dapat
saling menopang walaupun terdapat benturan di
antara keduanya.
Lembaga responsif ini menganggap tekanan-
tekanan sosial sebagai sumber pengetahuan dan
kesempatan untuk mengoreksi diri. Agar dapat
memperoleh sosok seperti ini, sebuah institusi
memerlukan panduan berupa tujuan
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Di antara ketiga tipe hukum, Nonet dan Selznick
berargumen bahwa hanya hukum responsif yang
menjanjikan tertib kelembagaan yang langgeng dan
stabil. Nonet melalui tipe hukum responsifnya
menolak otonomi hukum yang bersifat final dan tak
dapat diganggu gugat.
Teori ini berpandangan bahwa hukum merupakan
cara mencapai tujuan. Sifat responsif dapat
diartikan sebagai melayani kebutuhan dan
kepentingan sosial yang dialami dan ditemukan,
tidak oleh pejabat melainkan oleh rakyat.
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Sifat responsif mengandung arti suatu komitmen
kepada hukum dalam perspektif konsumen.
Dua ciri yang paling menonjol dari konsep hukum
responsif adalah:
a. pergeseran penekanan dari aturan-aturan ke
prinsip-prinsip dan tujuan
b. pentingnya kerakyatan baik sebagai tujuan
hukum maupun cara untuk mencapainya.
TIPE HUKUM
RESPONSIF
Hukum responsif berorientasi pada hasil,
yaitu pada tujuan-tujuan yang akan dicapai
di luar hukum. Dalam hukum responsif,
tatanan hukum dinegosiasikan, bukan
dimenangkan melalui subordinasi atau
dipaksakan
KESIMPULAN
PERBEDAAN
KESIMPULAN
1. Peraturan berada dibawah azas hukum dan
kebijakan (policy) sesuai kewenangannya.
2. Tujuannya untuk mewujudkan keadilan yg
substantif
3. Diskresi diperluas tetapi harus dipertanggung
jawabkan sesuai tujuan
4. Sedapat mungkin menghindari pemaksaan.
5. Hubungan antar pihak dengan kesederajatan
dng moralitas perdata yg merupakan kekuatan
social
6. Ketidakpatuhan sbg bahan untuk
meningkatkan keabsahan shg ada pembelaan
yuridis
Represif Otonom Responsif
Tujuan Hukum Ketertiban Legitimasi Kompetensi
Legitimasi Demi
Kepentingan
Negara itu
sendiri
Menegakkan
Prosedur
Keadilan
Substantif
Peraturan Kasar dan
terperinci,
hanya mengikat
yang
dipderintah
Panjang lebar,
mengikat
Pembuat dan
Yang Diperintah
Tunduk kepada
Prinsip dan
Kebijaksanaan
KESIMPULAN
PERBEDAAN
Represif Otonom Responsif
Penalaran/
Reasoning
Sesuai
keperluan dan
partikularistik
(cepat dan
khusus)
Mengikatkan
diri pada
otoritas hokum,
mudah terjebak
pada
formalistic dan
legismen
Bertujuan;
perluasan
kompetensi
kognitif
Diskresi Sangat Umum,
merata,
oportunis
Dibatasi oleh
peraturan
Banyak sekali
dipakai, tetapi
demi tujuan
yang dapat
dipertanggung-
jawabkan
KESIMPULAN
PERBEDAAN
Represif Otonom Responsif
Pemaksaan Luas sekali,
pemabatasan
lemah (keluar
kendali)
Dikontrol oleh
hukum
Pencarian
alternative
positif,
misalnya
insentif,
system-system
swasembada.
Moralitas Moralitas
komunal,
moralitas
hokum,
moralitas
pemaksaan
(pengawasan)
Moralitas
kelembagaan,
sangat
memperhatikan
integritas
proses hukum
Moralitas rakya,
“moralitas
kerja sama”
KESIMPULAN
PERBEDAAN
Represif Otonom Responsif
Kaitan Politik Hukum tunduk
pada politik
dan kekuasaan
Hukum bebas
dari politik; ada
pemisahan
kekuasaan
Aspirasi-aspirasi
hokum dan
politik
berintegrasi;
pembauran
kekuasaan
Harapan Kepatuhan
tanpa syarat;
jika tidak taat
harus dihukum
sebagai
pembangkanga
n
Penyimpangan
aturan dapat
dibenarkan
secara hukum,
misalnya untuk
mengkaji
validitas
undang-undang
dan peraturan
Tidak taan
dilihat sebagai
kerugian
substantif;
dipandang
sebagai
pengajuan issu
tentang
legitimasi.
KESIMPULAN
PERBEDAAN
Represif Otonom Responsif
Partisipasi Tunduk dan
patuh; kritik
dianggap tidak
loyal
Kemungkinan
dibatasi oleh
prosedur yang
ada, terbuka
munculnya
kritik hukum
Kemungkinan
diperluas oleh
integrase
kepengacaraan
hokum dan
social (bantuan
hokum)
KESIMPULAN
PERBEDAAN
KESIMPULAN
1. Peraturan berada dibawah azas hukum dan
kebijakan (policy) sesuai kewenangannya.
2. Tujuannya untuk mewujudkan keadilan yg
substantif
3. Diskresi diperluas tetapi harus dipertanggung
jawabkan sesuai tujuan
4. Sedapat mungkin menghindari pemaksaan.
5. Hubungan antar pihak dengan kesederajatan
dng moralitas perdata yg merupakan kekuatan
social
6. Ketidakpatuhan sbg bahan untuk
meningkatkan keabsahan shg ada pembelaan
yuridis
CLOSING
TIPE-TIPE
HUKUM
Sekian untuk Sesi 12
Materi Tipe-Tipe Hukum
Semoga Bermanfaat dan Salam
Sehat Penuh Semangat

More Related Content

What's hot

What is the procedure to apply for a copyright?
What is the procedure to apply for a copyright?What is the procedure to apply for a copyright?
What is the procedure to apply for a copyright?vakilsearch_tutorial
 
Copyright Law in the Digital Age
Copyright Law in the Digital AgeCopyright Law in the Digital Age
Copyright Law in the Digital Age
SharonYang
 
Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)
Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)
Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)
teresacheung
 
Copyright
CopyrightCopyright
Copyright
SoumikBanerjee41
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
Lestari Moerdijat
 
Intellectual property rights
Intellectual property rightsIntellectual property rights
Intellectual property rightsTanuj Poddar
 
Copyright and Trademark
Copyright and TrademarkCopyright and Trademark
Copyright and Trademark
Bhopesh Jangra
 
Role of IPR in creativity and knowledge economy vinay & kathir
Role of IPR in creativity and knowledge economy   vinay & kathirRole of IPR in creativity and knowledge economy   vinay & kathir
Role of IPR in creativity and knowledge economy vinay & kathir
Vinay Prajapati
 
Intellectual Property Rights
Intellectual Property RightsIntellectual Property Rights
Intellectual Property RightsShwet Kamal
 
What are copyright and other related rights
What are copyright and other related rights What are copyright and other related rights
What are copyright and other related rights
Kamma K Babu
 
(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik
(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik
(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politikYusuf Abror
 
INSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptx
INSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptxINSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptx
INSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptx
KurniawanBugoS
 
Patents registration
Patents registrationPatents registration
Patents registration
PUTTU GURU PRASAD
 
Types of trademark in india
Types of trademark in indiaTypes of trademark in india
Types of trademark in india
iamsidkul
 
Industrial design ipr
Industrial design iprIndustrial design ipr
Industrial design ipr
DR.Gopinathan Narasimhan
 
Intellectual property rights 1
Intellectual property rights 1Intellectual property rights 1
Intellectual property rights 1Sonam Gandhi
 
Jurisprudence 1.pptx
Jurisprudence 1.pptxJurisprudence 1.pptx
Jurisprudence 1.pptx
ChinJoy1
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
Siti Sahati
 
Intro to Copyrights and Trademarks.
Intro to Copyrights and Trademarks.Intro to Copyrights and Trademarks.
Intro to Copyrights and Trademarks.
LawTrades
 
Trademark and It's Types
Trademark and It's TypesTrademark and It's Types
Trademark and It's Types
Jharna Jagtiani
 

What's hot (20)

What is the procedure to apply for a copyright?
What is the procedure to apply for a copyright?What is the procedure to apply for a copyright?
What is the procedure to apply for a copyright?
 
Copyright Law in the Digital Age
Copyright Law in the Digital AgeCopyright Law in the Digital Age
Copyright Law in the Digital Age
 
Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)
Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)
Copyright And How To Protect Your Art (Linkedin)
 
Copyright
CopyrightCopyright
Copyright
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
 
Intellectual property rights
Intellectual property rightsIntellectual property rights
Intellectual property rights
 
Copyright and Trademark
Copyright and TrademarkCopyright and Trademark
Copyright and Trademark
 
Role of IPR in creativity and knowledge economy vinay & kathir
Role of IPR in creativity and knowledge economy   vinay & kathirRole of IPR in creativity and knowledge economy   vinay & kathir
Role of IPR in creativity and knowledge economy vinay & kathir
 
Intellectual Property Rights
Intellectual Property RightsIntellectual Property Rights
Intellectual Property Rights
 
What are copyright and other related rights
What are copyright and other related rights What are copyright and other related rights
What are copyright and other related rights
 
(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik
(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik
(Paper v) pendekatan pendekatan ilmu politik
 
INSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptx
INSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptxINSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptx
INSTRUMEN PEMERINTAHAN.pptx
 
Patents registration
Patents registrationPatents registration
Patents registration
 
Types of trademark in india
Types of trademark in indiaTypes of trademark in india
Types of trademark in india
 
Industrial design ipr
Industrial design iprIndustrial design ipr
Industrial design ipr
 
Intellectual property rights 1
Intellectual property rights 1Intellectual property rights 1
Intellectual property rights 1
 
Jurisprudence 1.pptx
Jurisprudence 1.pptxJurisprudence 1.pptx
Jurisprudence 1.pptx
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
 
Intro to Copyrights and Trademarks.
Intro to Copyrights and Trademarks.Intro to Copyrights and Trademarks.
Intro to Copyrights and Trademarks.
 
Trademark and It's Types
Trademark and It's TypesTrademark and It's Types
Trademark and It's Types
 

Similar to 11. SESI 12.pptx

Kuliah 2 (struktur sosial).ppt
Kuliah 2 (struktur sosial).pptKuliah 2 (struktur sosial).ppt
Kuliah 2 (struktur sosial).ppt
NadnosWolfrider
 
Government Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahanGovernment Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahan
Yuca Siahaan
 
Perlindungan hukum
Perlindungan hukumPerlindungan hukum
Perlindungan hukumiwan Alit
 
Budaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasional
Budaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasionalBudaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasional
Budaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasional
Muh Sudirman Sesse Albone
 
Law Sociology
Law SociologyLaw Sociology
Law Sociology
RiskyAminAlQadry
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesia
feggyernes
 
Sosiologi hukum s-1
Sosiologi hukum s-1Sosiologi hukum s-1
Sosiologi hukum s-1
ariirwanto
 
Ketika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOLKetika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOLatuulll
 
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLKetika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLatuulll
 
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdfpenegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
RendySahputra1
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
Sherly Anggraini
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
Sherly Anggraini
 
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannyaPPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
RidwanRafif1
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesia
Liling InkInk
 
Hukum tata pemerintahan New.pptx
Hukum tata pemerintahan New.pptxHukum tata pemerintahan New.pptx
Hukum tata pemerintahan New.pptx
RenggaSantoso
 
2. norma dasar adminstrasi negara
2. norma dasar adminstrasi negara2. norma dasar adminstrasi negara
2. norma dasar adminstrasi negara
Dian Oktavia
 
Pancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiaPancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiatowetoe
 

Similar to 11. SESI 12.pptx (20)

Kuliah 2 (struktur sosial).ppt
Kuliah 2 (struktur sosial).pptKuliah 2 (struktur sosial).ppt
Kuliah 2 (struktur sosial).ppt
 
Government Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahanGovernment Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahan
 
Perlindungan hukum
Perlindungan hukumPerlindungan hukum
Perlindungan hukum
 
Budaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasional
Budaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasionalBudaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasional
Budaya hukum dan implikasinya terhadap pembangunan hukum nasional
 
Law Sociology
Law SociologyLaw Sociology
Law Sociology
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesia
 
Sosiologi hukum s-1
Sosiologi hukum s-1Sosiologi hukum s-1
Sosiologi hukum s-1
 
Ketika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOLKetika Hukum di negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di negeriku dikali NOL
 
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOLKetika Hukum di Negeriku dikali NOL
Ketika Hukum di Negeriku dikali NOL
 
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdfpenegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannyaPPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesia
 
Hukum tata pemerintahan New.pptx
Hukum tata pemerintahan New.pptxHukum tata pemerintahan New.pptx
Hukum tata pemerintahan New.pptx
 
2. norma dasar adminstrasi negara
2. norma dasar adminstrasi negara2. norma dasar adminstrasi negara
2. norma dasar adminstrasi negara
 
Makalah kontrol sosial
Makalah kontrol sosialMakalah kontrol sosial
Makalah kontrol sosial
 
Pancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiaPancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesia
 
K elompok 7 pkn
K elompok 7 pknK elompok 7 pkn
K elompok 7 pkn
 
K elompok 7 pkn
K elompok 7 pknK elompok 7 pkn
K elompok 7 pkn
 

Recently uploaded

RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
Adhi Setyowibowo
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
intelkejarimimika07
 

Recently uploaded (16)

RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
 

11. SESI 12.pptx

  • 1. REVIEW SESI 11 KESADARAN HUKUM DALAM MASYARAKAT A. Pengertian dan Proses Kesadaran Hukum Kesadaran hukum menurut Wignjoesoebroto ialah kesediaan masyarakat dalam berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam kesadaran hukum memiliki dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Kognitif merupakan pengetahuan tentang hukum yang mengatur perilaku tertentu baik dilarang maupun diperintahkan sesuai dengan hukum yang telah ditentukan. Sedangkan afektif merupakan suatu bentuk keinsyafan yang mengakui bahwa hukum memang harus dipatuhi. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum merupakan kepatuhan terhadap hukum dari persoalan yang secara luas, diantaranya masalah pengetahuan, pengakuan, serta penghargaan terhadap hukum. B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Hukum a. Pengetahuan tentang ketentuan hukum b. Pengakuan terhadap ketentuan hukum c. Penghargaan terhadap ketentuan hukum d. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum C. Indikator Kesadaran Hukum Indikator-indikator dari kesadaran hukum, sebenarnya merupakan petunjuk-petunjuk yang relatif konkret tentang adanya kesadaran hukum tertentu. Dengan adanya indikator-indikator tersebut, maka seseorang yang menaruh perhatian pada kesadaran hukum, akan dapat mengetahui apa yang sesungguhnya merupakan kesadaran hukum walaupun hanya mengenai hal-hal tertentu saja
  • 3. TIPE-TIPE HUKUM Menurut Philippe Nonet dan Philip Selznick, ada 3 tipe hukum yaitu 1. Hukum Represif 2. Hukum Otonom dan 3. Hukum Responsif
  • 4. TIPE HUKUM REPRESIF Adapun definisi represif menurut para ahli, antara lain: 1. Collins Dictionary Represif dalam kaitannya dengan kontkes pemerintahan yaitu pemerintahan yang membatasi kebebasan rakyat dan mengontrol mereka dengan menggunakan kekerasan. 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Represif mengacu pada bersifat represi artinya menekan, mengekang, menahan, atau menindas yang bersifat menyembuhkan.
  • 5. TIPE HUKUM REPRESIF Nonet dan Selznick menyebutkan beberapa bentuk dalam mana represi dapat memanifestasikan dirinya, yaitu : 1. Ketidak mampuan pemerintah untuk memenuhi tuntutan-tuntutan umum; 2. Pemerintah yang melampaui batas; 3. Kebijakan umum yang berat sebelah, yang sering kali dipercontohkan pembaruan kota-kota dan kebijakan pengembangan ekonomi dalam mana “program pemerintah” tidak mempunyai sarana untuk memenuhi, ataupun memperhatikan, lingkup kepentingan individual dan kelompok yang dipengaruhinya.
  • 6. TIPE HUKUM REPRESIF Ciri Represif/Karakteristik represif antara lain; 1. Dipergunakan dalam upaya menindaklanjuti terjadinya pelanggaran norma sosial, agar menimbulkan efek jera buat para pelakunya. 2. Diterapkan sebagai langkah penindakkan terhadap pelanggaran norma sosial yang berlaku.
  • 7. TIPE HUKUM REPRESIF DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF TINDAKAN REPRESIF Setidaknya ada akibat positif dan negatif yang ditimbulkan dari adanya perwujuatan untuk tindakan represif. Antara lain; 1. Pengendalian represif akan mampu menimbulkan efek jera bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran dan mencoba menjauhkan diri dari perilaku yang sama atau tidak mengulang perilaku buruk yang sama. 2. Tindakan represif mempunyai sisi negatif bagi masyarakat. Misalnya saja dalam hal ini ketakutan dan dendam terhadap masyarakat yang memberikan sanksi.  Oleh karena itulah penting diapahami bahwa salah satu ciri pengendalian sosial yang bersifat negatif yaitu tidak munculnya efek jera bagi pelaku pelanggaran, justru memunculkan permasalahan baru yang lebih besar. Selain itu, pengendalian yang dilakukan belum tentu bisa tersampaikan dengan baik. Ada bermacam-macam konflik yang bisa saja muncul di masyarakat, akibat dari penerapan bentuk pengendalian sosial yang kurang tepat.
  • 8. TIPE HUKUM REPRESIF TUJUAN PENGENDALIAN SOSIAL REPRESI Setidaknya ada beberapa tujuan dilakukannya pengendalian sosial secara represif, diantaranya yaitu: 1. Agar terjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. 2. Mencegah atau mengurangi kemungkinan pelanggaran nilai dan norma sosial dalam masyarakat. 3. Mengambangkan arti budaya malu pada masyarakat. 4. Menciptakan dan menegakkan hukum yang berlaku dalam masyarakat. 5. Agar orang yang pernah melakukan pelanggaran kembali patuh terhadap atauran yang berlaku. 6. Agar keserasian dan kenyamanan di dalam masyarakat dapat tercipta.
  • 9. TIPE HUKUM REPRESIF Tipe hukum menindas (represif) adalah hukum yang mengabdi kepada kekuasaan yang represif. Tipe hukum ini praktis tanpa legitimasi sama sekali. Orang menaatinya karena dibayang-bayangi oleh ketakutan terhadap penguasa yang keras dan kasar. Sifat represif dari hukum itu semata-mata bertujuan untuk memelihara stabilitas sosial. Tipe hukum represif dapat dilihat dari adaptasi yang pasif dan oportunistis dari institusi-institusi hukum terhadap lingkungan sosial-politik. Kata "adaptasi" menunjukkan hukum berada pada kondisi subordinat (di bawah pengaruh) sistem sosial dan politik.
  • 10. TIPE HUKUM REPRESIF  Bahkan, kekuatan orang-orang yang menjadi penguasa politik dapat menembus semua pintu masuk ke dalam "sistem" hukum.  Hukum dikendalikan oleh figur tokoh politik yang paling berkuasa di negara itu.  Kriminalisasi adalah bentuk yang paling disukai oleh para penguasa politik dalam mengontrol warga masyarakat agar selalu menaati kehendak pemerintah. Di sinilah wajah represif itu muncul. Hukum tampil dengan wajah menakutkan dan tanpa kompromi.  Sebaliknya akses warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam hukum sangatlah sempit. Keberadaan dan keberlakuan hukum tidak perlu harus memperhatikan kepentingan warga yang diperintah. Pada tipe ini hukum dan politik merupakan satu kesatuan di dalam sistem pemerintahan
  • 11. TIPE HUKUM REPRESIF Contoh Tindakan Represif Tindakan represif bisa dilakukan dengan dua cara. Yang kesemua contohnya bisa dilihat dalam kehidupan sehari- hari. Antara lain; 1. PERSUASIF Persuasif merupakan bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara membujuk atau mengarahkan individu. Contoh-contoh tindakan persuasif, diantaranya yaitu: 1. Pemerintah memberikan himbauan dan pengarahan melalui media TV, internet, dan spanduk agar masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. 2. Seorang dokter gigi menghimbau dan menasehati pasiennya agar rajin membersihkan gigi. 3. Seorang guru menasehati muridnya untuk belajar dengan giat dan mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu agar bisa mendapatkan nilai yang memuaskan.
  • 12. TIPE HUKUM REPRESIF 2. KOERSIF Koersif merupakan bentuk pengendalian sosial yang bersifat keras dan tegas. Atau bisa juga dikatakan bahwa koersif merupakan tindakan pengendalian sosial dengan cara kekerasan dan memberikan sanksi tegas. Contoh-contoh tindakan koersif, diantaranya yaitu: 1. Polantas memberikan surat tilang kepada pengendara yang melanggar aturan. 2. Satpol PP menangkap para pedagang kaki lima yang berjualan di lokasi umum yang bukan diperuntukkan untuk berjualan. 3. Guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) nya. 4. Seorang manajer memberhentikan salah seorang karyawannya yang melakukan pelanggaran berat di tempat kerja.
  • 13. TIPE HUKUM REPRESIF KESIMPULAN 1. Tujuan utama: terciptanya ketertiban shg tercipta kepatuhan tanpa syarat 2. Peraturannya keras & terperinci thd obyek hukum dan sifat lunak thd pembuatnya. 3. Adanya kebebasan bertindak (diskresi) yg meresap dan dilakukan sesuai kesempatan. 4. Hukum ini berada dalam kekuasaan politik. 5. Persetujuan = kepatuhan 6. dan kritik = ketidaksetiaan.
  • 14. TIPE HUKUM OTONOM  Hukum otonom lahir atas sebuah reaksi dari hukum represif dan untuk membatasi kesewenang-wenangan penguasa.  Hukum otonom tidak mempermasalahkan dominasi kekuasaan dalam orde yang ada maupun orde yang hendak dicapai. Hukum otonom merupakan model hukum “the rule of law”.
  • 15. TIPE HUKUM OTONOM  Konsep the rule of law merupakan reaksi negara atas gagasan-gagasan keterbukaan yang kerap datangnya dari masyarakat luas. Atas nama hukum, desakan-desakan demikian dapat diredam. Di sisi lain, dalam tipe negara hukum otonom, tertib hukum juga digunakan untuk menjinakkan perilaku represif negara.  Jadi, tipe hukum otonom ini ingin menjadi penengah bagi masyarakat dan penguasa agar kedua kekuatan itu tidak saling tumpang tindih atau berbenturan secara destruktif.
  • 16. TIPE HUKUM OTONOM  Untuk itulah, konsep the rule of law mengedepankan penyelesaian masalah melalui prosedur-prosedur tertentu. Keadilan pun pada akhirnya cukup dilihat sebagai keadilan prosedural di mana sesuatu akan dianggap adil sepanjang sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu, pada tipe hukum otonom, hukum sudah terpisah dari politik.  Hukum otonom berorientasi kepada mengawasi kekuasaan represif. Dalam arti ini, hukum otonom merupakan antitesa dari hukum represif dalam cara yang sama seperti “kekuasaan oleh hukum” yaitu hukum hanya sebagai suatu sarana untuk memerintah berhubungan dengan kekuasaan berdasarkan hukum.
  • 17. TIPE HUKUM OTONOM  Hukum otonom memfokuskan perhatiannya pada kondisi sosial empiris dari kekuasaan berdasar hukum realitas- realitas institusional dalam mana cita-cita ini dijewantahkan yaitu potensi-potensi khusus institusi-institusi ini untuk memberikan sumbangan kepada kepantasan dalam kehidupan sosial, tetapi juga batasan-batasannya.
  • 18. TIPE HUKUM OTONOM  Sifa-sifat yang paling penting dari hukum otonom adalah penekanan kepada aturan- aturan hukum sebagai upaya utama untuk mengawasi kekuasaan resmi dan swasta. Selain itu, terdapat pengadilan yang dapay didatangi secara bebas yang tidak dapat dimanipulasi oleh kekuasaan politik dan ekonomi serta bebas daripadanya dan yang memiliki otoritas eksklusif untuk mengadili pelanggar hukum baik oleh para pejabat umum maupun oleh individu- individu swasta.
  • 19. TIPE HUKUM OTONOM Hukum otonom menunjukkan tiga kelemahan khas yang sama sekali membatasi potensial hukum untuk memberi sumbangan kepada keadilan sosial, yaitu sebagai berikut: 1. Perhatian yang terlalu besar terhadap aturan-aturan dan kepantasan prosedural mendorong suatu konsep yang sempit tentang peranan hukum. Mematuhi aturan-aturan dengan ketat dilihat sebagai suatu tujuan tersendiri dan hukum menjadi terlepas dari tujuan. Hasilnya adalah legalisme dan formalisme birokrasi; 2. Keadilan prosedural dapat menjadi pengganti keadilan substantif; serta 3. Penekanan atas kepatuhan terhadap hukum akan melahirkan pandangan tentang hukum sebagai suatu sarana kontrol sosial, ia mengembangkan suatu mentalitas hukum dan tata tertib diantara rakyat dan ia mendorong ahli-ahli hukum untuk mengadopsi suatu sikap yang konservatif.
  • 20. TIPE HUKUM OTONOM Kesimpulan Kelemahan  terlalu fokus pada aturan dan pentingnya prosedur menimbulkan konsep sempit tentang hukum, kekakuan hukum  Munculnya keadilan prosedural dan menggantikan keadilan substantif  Penekanan kepatuhan akan hukum sehingga Hukum sebagai sarana kontrol sosial  Kelemahan-kelemahan ini akan menghambat realisasi kekuasaan secara benar berdasarkan hukum yang dicita-citakan. Namun demikian, hukum otonom mengandung suatu potensi untuk perkembangan lebih lanjut dengan mana kelemahan-kelemahan ini akan dapat diatasi.
  • 21. TIPE HUKUM OTONOM Kesimpulan : 1. Keabsahan berdasarkan prosedur yang benar 2. Peraturan dibuat teliti dng ikatan penuh baik thd objek hukum mapun pembuatnya 3. Diskresi dibatasi pd peraturan-peraturan 4. Penyerahan wewenang secara sempit sehingga pemaksaan dpt dilakukan dng pembatasan hk 5. Partisipasi masy dibatasi prosedur yg mapan 6. Hk ini mengaharapkan dasar tingkahlaku yg dipakai untuk menguji keabsahan PP
  • 22. TIPE HUKUM RESPONSIF Hukum responsif adalah model atau teori yang digagas Nonet-Selznick di tengah kritik pedas Neo- Marxis terhadap liberal legalism. Seperti diketahui, legalisme liberal mengandaikan hukum sebagai institusi mandiri dengan sistem peraturan dan prosedur yang objektif, tidak memihak, dan benar-benar otonom. Ikon legalisme liberal adalah otonomi hukum. Wujud paling nyata dari otonomi itu adalah rezim rule of law. Dengan karakternya yang otonom itu, diyakini bahwa hukum dapat mengendalikan represi dan menjaga integritasnya sendiri.
  • 23. TIPE HUKUM RESPONSIF Sifat responsif dapat diartikan sebagai melayani kebutuhan dan kepentingan sosial yang dialami dan ditemukan tidak oleh pejabat melainkan oleh rakyat. Syarat untuk mengemukakannya secara otentik memerlukan upaya-upaya khusus yang akan memungkinkan hal ini dilakukan. Dengan demikian, diperlukan jalurjalur baru untuk partisipasi.
  • 24. TIPE HUKUM RESPONSIF Sifat responsif mengandung arti suatu komitmen kepada hukum di dalam perspektif konsumen (vide Edmond Cahn, “Hukum dalam perspektif Konsumen”). Tetapi, di dalam konsep hukum responsif terkandung lebih dari hanya sesuatu hasrat bahwa hukum sistem hukum bisa dibuka untuk tuntutantuntutan kerakyatan. Keterbukaan saja akan mudah turun derajatnya menjadi oportunisme.
  • 25. TIPE HUKUM RESPONSIF Tipe hukum responsif mempunyai ciri yang menonjol, yakni: a. Pergeseran penekanan dari aturan-aturan ke prinsip-prinsip dan tujuan b. Pentingnya watak kerakyatan (populis) baik sebagai tujuan hukum maupun cara untuk mencapainya Ciri khas hukum responsif adalah mencari nilai-nilai tersirat yang terdapat dalam peraturan dan kebijakan. Dalam model hukum responsif ini, mereka menyatakan ketidaksetujuan terhadap doktrin yang dianggap mereka sebagai interpretasi yang baku dan tidak fleksibel
  • 26. TIPE HUKUM RESPONSIF Tipe hukum responsif membedakan dirinya dari hukum otonom di dalam penekananya pada peranan tujuan di dalam hukum. Pembuatan hukum dan penerapan hukum tidak lagi merupakan tujuan sendiri, melainkan arti pentingya merupakan akibat dari tujuan sosial yang lebih besar yang dilayaninya. Dilihat dari sisi ini, aturan-aturan hukum kehilangan sedikit dari sifat keketatannya Aturan-aturan ini sekarang dilihat sebagai cara- cara khusus untuk mencapai tujuan yang lebih umum, dan aturan yang banyak macamnya itu diperluas atau mungkin malahan dibuang, apabila dipandang lebih baik ditinjau dari segi tujuan yang akan dicapai.
  • 27. TIPE HUKUM RESPONSIF Suatu institusi yang responsif mempertahankan secara kuat hal-hal yang esensial bagi integritasnya sembari tetap memperhatikan atau memperhitungkan keberadaan kekuatan-kekuatan baru di dalam lingkungannya. Untuk melakukan ini, hukum responsif memperkuat cara-cara di mana keterbukaan dan integritas dapat saling menopang walaupun terdapat benturan di antara keduanya. Lembaga responsif ini menganggap tekanan- tekanan sosial sebagai sumber pengetahuan dan kesempatan untuk mengoreksi diri. Agar dapat memperoleh sosok seperti ini, sebuah institusi memerlukan panduan berupa tujuan
  • 28. TIPE HUKUM RESPONSIF Di antara ketiga tipe hukum, Nonet dan Selznick berargumen bahwa hanya hukum responsif yang menjanjikan tertib kelembagaan yang langgeng dan stabil. Nonet melalui tipe hukum responsifnya menolak otonomi hukum yang bersifat final dan tak dapat diganggu gugat. Teori ini berpandangan bahwa hukum merupakan cara mencapai tujuan. Sifat responsif dapat diartikan sebagai melayani kebutuhan dan kepentingan sosial yang dialami dan ditemukan, tidak oleh pejabat melainkan oleh rakyat.
  • 29. TIPE HUKUM RESPONSIF Sifat responsif mengandung arti suatu komitmen kepada hukum dalam perspektif konsumen. Dua ciri yang paling menonjol dari konsep hukum responsif adalah: a. pergeseran penekanan dari aturan-aturan ke prinsip-prinsip dan tujuan b. pentingnya kerakyatan baik sebagai tujuan hukum maupun cara untuk mencapainya.
  • 30. TIPE HUKUM RESPONSIF Hukum responsif berorientasi pada hasil, yaitu pada tujuan-tujuan yang akan dicapai di luar hukum. Dalam hukum responsif, tatanan hukum dinegosiasikan, bukan dimenangkan melalui subordinasi atau dipaksakan
  • 31. KESIMPULAN PERBEDAAN KESIMPULAN 1. Peraturan berada dibawah azas hukum dan kebijakan (policy) sesuai kewenangannya. 2. Tujuannya untuk mewujudkan keadilan yg substantif 3. Diskresi diperluas tetapi harus dipertanggung jawabkan sesuai tujuan 4. Sedapat mungkin menghindari pemaksaan. 5. Hubungan antar pihak dengan kesederajatan dng moralitas perdata yg merupakan kekuatan social 6. Ketidakpatuhan sbg bahan untuk meningkatkan keabsahan shg ada pembelaan yuridis Represif Otonom Responsif Tujuan Hukum Ketertiban Legitimasi Kompetensi Legitimasi Demi Kepentingan Negara itu sendiri Menegakkan Prosedur Keadilan Substantif Peraturan Kasar dan terperinci, hanya mengikat yang dipderintah Panjang lebar, mengikat Pembuat dan Yang Diperintah Tunduk kepada Prinsip dan Kebijaksanaan
  • 32. KESIMPULAN PERBEDAAN Represif Otonom Responsif Penalaran/ Reasoning Sesuai keperluan dan partikularistik (cepat dan khusus) Mengikatkan diri pada otoritas hokum, mudah terjebak pada formalistic dan legismen Bertujuan; perluasan kompetensi kognitif Diskresi Sangat Umum, merata, oportunis Dibatasi oleh peraturan Banyak sekali dipakai, tetapi demi tujuan yang dapat dipertanggung- jawabkan
  • 33. KESIMPULAN PERBEDAAN Represif Otonom Responsif Pemaksaan Luas sekali, pemabatasan lemah (keluar kendali) Dikontrol oleh hukum Pencarian alternative positif, misalnya insentif, system-system swasembada. Moralitas Moralitas komunal, moralitas hokum, moralitas pemaksaan (pengawasan) Moralitas kelembagaan, sangat memperhatikan integritas proses hukum Moralitas rakya, “moralitas kerja sama”
  • 34. KESIMPULAN PERBEDAAN Represif Otonom Responsif Kaitan Politik Hukum tunduk pada politik dan kekuasaan Hukum bebas dari politik; ada pemisahan kekuasaan Aspirasi-aspirasi hokum dan politik berintegrasi; pembauran kekuasaan Harapan Kepatuhan tanpa syarat; jika tidak taat harus dihukum sebagai pembangkanga n Penyimpangan aturan dapat dibenarkan secara hukum, misalnya untuk mengkaji validitas undang-undang dan peraturan Tidak taan dilihat sebagai kerugian substantif; dipandang sebagai pengajuan issu tentang legitimasi.
  • 35. KESIMPULAN PERBEDAAN Represif Otonom Responsif Partisipasi Tunduk dan patuh; kritik dianggap tidak loyal Kemungkinan dibatasi oleh prosedur yang ada, terbuka munculnya kritik hukum Kemungkinan diperluas oleh integrase kepengacaraan hokum dan social (bantuan hokum)
  • 36. KESIMPULAN PERBEDAAN KESIMPULAN 1. Peraturan berada dibawah azas hukum dan kebijakan (policy) sesuai kewenangannya. 2. Tujuannya untuk mewujudkan keadilan yg substantif 3. Diskresi diperluas tetapi harus dipertanggung jawabkan sesuai tujuan 4. Sedapat mungkin menghindari pemaksaan. 5. Hubungan antar pihak dengan kesederajatan dng moralitas perdata yg merupakan kekuatan social 6. Ketidakpatuhan sbg bahan untuk meningkatkan keabsahan shg ada pembelaan yuridis
  • 37. CLOSING TIPE-TIPE HUKUM Sekian untuk Sesi 12 Materi Tipe-Tipe Hukum Semoga Bermanfaat dan Salam Sehat Penuh Semangat