SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
1
ANALISIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER
DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA
Simon Patabang1)
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Makassar
1)
Dosen Prodi Teknik Elektro, Universitas Atma Jaya Makassar
Email : spatabang@gmail.com
Abstract
This study aims to discuss the use of genetic algorithms to search the shortest route in the
computer network. Materials testing is done with a computer network using the network model as
many as 10 nodes, namely node 1 to node 10 where the nodes are interconnected have a certain
distance. Decision-making to determine the shortest route by genetic algorithms can be done
within seconds that optimally so that the process of sending the shortest route can be fast. Thus, it
is expected that the data can be received at the point of destination in quick time.
Keywords: The shortest route, genetic algorithms, computer networks
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecepatan pengiriman data dalam jaringan komputer dari titik sumber (pengguna) ke titik
tujuan (pengguna lain) sangat dipengaruhi oleh lintasan yang dilewati dimana paket-paket data itu
dilewatkan pada saat proses pengiriman data sedang berlangsung. Seiring dengan pertumbuhan
pengguna internet yang semakin meningkat maka lalu lintas data pun dalam jaringan komputer
atau jaringan internet semakin meningkat.
Salah satu cara mengatasi masalah kecepatan transfer data tersebut adalah dengan
menggunakan algoritma genetika untuk melakukan proses pencarian rute terpendek yang akan
dilewati oleh paket-paket data menuju titik tujuan. Algoritma genetika adalah metode yang akan
digunakan untuk mencari rute terpendek sebagai lintasan optimal yang dilewati paket-paket data
dari satu router ke router lain dalam jaringan komputer. Dengan mencari semua kemungkinan
solusi dari semua jalur yang ada dengan algoritma genetika maka pengiriman paket data pada
jaringan komputer dapat tiba dengan cepat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rute Terpendek
Yang dimaksud dengan perutean (routing) adalah menentukan lintasan yang dilalui oleh paket
data dari komputer pengirim (sumber data) ke komputer penerima (tujuan data). Jaringan komputer
digambarkan seperti pada Gambar 1.
2
Router 1
Router 2
Router 6
Router 3
Router 5
Router 4
(560 km, 56 kbps)
(450
km
, 30
kbps)
(350 km, 5 kbps)
(1225 km, 35 kbps)
(1040
km
, 10
kbps)
(
8
9
0
k
m
,
1
0
k
b
p
s
)
(340 km, 20 kbps)
(2275
km
, 25
kbps)
(
1
2
1
0
k
m
,
1
1
k
b
p
s
)
Gambar 1. Model Jaringan Komputer
B. Algoritma Genetika
Algoritma genetika adalah algoritma komputasi yang diinspirasi teori evolusi Darwin yang
menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi aturan “yang kuat adalah yang
menang”. Berdasarkan ilmu Genetika, kelangsungan hidup suatu makhluk dapat dipertahankan
melalui proses reproduksi, crossover, dan mutasi. Siklus algoritma genetika digambarkan seperti
pada Gambar 2.
Gambar 2. Siklus Algoritma Genetika
METODE PENELITIAN
A. Bahan Penelitian
Sebagai bahan penelitian, digunakan model jaringan komputer seperti pada gambar 3.
3
Gambar 3. Model Jaringan Untuk Pengujian Algoritma Genetika
B. Data Penelitian
Sebuah jaringan dengan n buah node, dimana node yang terhubung didefinisikan dengan 1
dan yang tidak terhubung didefinisikan dengan 0. Hubungan antar node dari node ke j dalam
model jaringan pada Gambar 3 dutunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks Hubungan Node I Ke Node J
Node
j
i
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
3 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
4 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
6 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
7 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Setiap node yang berhubungan memiliki jarak tertentu. Jarak antara node ditunjukan pada
Tabel 2. Node yang sama memiliki jarak 0 sedangkan node yang tidak berhubungan memiliki jarak
tak berhingga ∞.
4
Tabel 2. Matriks Jarak Antar Node I Ke Node J
Node
j
i
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 2 4 3 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞
2 ∞ 0 ∞ ∞ 4 4 6 ∞ ∞ ∞
3 ∞ ∞ 0 ∞ 3 2 4 ∞ ∞ ∞
4 ∞ ∞ ∞ 0 4 1 5 ∞ ∞ ∞
5 ∞ ∞ ∞ ∞ 0 ∞ ∞ 1 4 ∞
6 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 ∞ 6 3 ∞
7 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 3 3 ∞
8 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 ∞ 3
9 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 4
10 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0
Diagram rute jaringan dari node 1 ke node 10 berdasarkan data pada Tabel 2 ditunjukkan pada
Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Rute Jaringan
5
B. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Membuat program aplikasi berdasarkan diagram alir pada Gambar 5.
2. Pengujian program dengan menggunakan data pada tabel 2
3. Melakukan simulasi pencarian rute terpendek
Gambar 5. Flowchart Algoritma Genetika
C. Hasil dan Pembahasan
Simulasi pengujian pencarian rute terpendek dengan algoritama genetika menggunakan
model jaringan pada Gambar 4.
Simulasi I : Pencarian Rute terpendek dari Node 1 ke Node 10
Pengujian pertama dilakukan untuk mencari rute terpendek dari node 1 ke node 10. Data
masukan program seperti pada Tabel 2.
6
Gambar 5. Tampilan Proses Input Data
Hasil keluaran diagram rute terpendek dari node 1 ke node 10 ditampilkan oleh program
seperti pada Gambar 6. Rute terpendek yang diperoleh yaitu rute 1-2-5-8-`10 dengan jarak 10
satuan.
Gambar 6. Rute Terpendek dari Node 1 ke Node 10
7
Gambar 7. Grafik Nilai Fitness Terhadap Generasi
Hasil keluaran yang memperlihatkan hubungan nilai fetness dengan pertambahan generasi
ditampilkan oleh program seperti pada Gambar 7. Kemudian penyelesaian rute terpendek dan
waktu komputasinya ditampilkan oleh program seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Hasil Rute Terpendek
Simulasi II: Pencarian Rute terpendek dari Node 1 ke Node 9
Simulasi ke-2 dilakukan untuk mencari rute terpendek dari node 1 ke node 9 dengan input
data program sebagai pada Gambar 9.
8
Gambar 9. Tampilan Input Data Program
Hasil keluaran diagram rute terpendek dari node 1 ke node 9 ditampilkan seperti pada
Gambar 10. Rute terpendek hasil pencarian program adalah rute 1- 4 - 6 - 9 dengan jarak 7
satuan.
Gambar 10. Rute Terpendek dari Node1 ke Node 9
Gambar 11 menggambarkan solusi optimal dengan nilai fitness terbaik pada tiap
generasinya.
9
Gambar 11. Grafik Nilai fitness terhadap generasi
Pengujian Pengaruh Parameter ALgoritma Genetika terhadap waktu komputasi
1. Pengaruh Jumlah Populasi
Pengujian dilakukan dengan mencatat waktu komputasi dimana jumlah populasi berubah-
ubah pada Pc = 0,75 dan Pm = 0,25. Hasil pengujian diperolah seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengujian Pengaruh Jumlah Populasi
Jumlah
Populasi
Node 1 ke Node 10.
Total Jarak 10 Satuan
Node 1 ke Node 9
Total Jarak 7 Satuan
Nilai
Fitness
Waktu
Komputasi
(detik)
Nilai
Fitness
Waktu
Komputasi
(detik)
20 0.100 0.068606 0.144 0.068404
30 0.100 0.096610 0.144 0.092993
40 0.100 0.119650 0.144 0.118181
50 0.100 0.145972 0.144 0.140339
100 0.100 0.273033 0.144 0.267516
150 0.100 0.434147 0.144 0.407722
2. Pengaruh Probabilitas Crossover
Pengujian dilakukan pada jumlah populasi tetap yaitu 20 dan probabilitas mutasi 25%
dengan melihat pengaruhnya terhadap waktu komputasi. Hasil pengujian seperti pada Tabel 4.
10
Tabel 4. Hasil Pengujian Pengaruh Probabilitas Crossover
Probabilitas
Crossover Pc
Node 1 ke Node 10.
Total Jarak 10 Satuan
Node 1 ke Node 9
Total Jarak 7 Satuan
Nilai
Fitness
Waktu
Komputasi
(detik)
Nilai
Fitness
Waktu
Komputasi
(detik)
25% 0.100 0.053083 0.144 0.037313
40% 0.100 0.058954 0.144 0.057643
55% 0.100 0.063392 0.144 0.062115
75% 0.100 0.063944 0.144 0.063521
85% 0.100 0.067010 0.144 0.066983
3. Pengaruh Probabilitas Mutasi
Pengujian dilakukan pada jumlah populasi tetap yaitu 20 dan probabilitas crossover 75%
dengan melihat pengaruhnya terhadap waktu komputasi. Hasil pengujian seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengujian Pengaruh Probabilitas Mutasi
Probabilitas
Mutasi Pm
Node 1 ke Node 10.
Total Jarak 10 Satuan
Node 1 ke Node 9
Total Jarak 7 Satuan
Nilai
Fitness
Waktu
Komputasi
(detik)
Nilai
Fitness
Waktu
Komputasi
(detik)
25% 0.100 0.066121 0.144 0.062260
40% 0.100 0.068940 0.144 0.068480
55% 0.100 0.068256 0.144 0.068251
75% 0.100 0.074571 0.144 0.072801
85% 0.100 0.079728 0.144 0.073594
D. Pembahasan Hasil
Simulasi pertama memperlihatkan pencarian rute terpendek dari node 1 ke node 10. Hasil
simulasi memperlihatkan bahwa nilai fitness pada generasi 1 hingga 7 menghasikan nilai fitness
terbesar yaitu 0,091 kemudian mulai konvergen pada generasi 7 dengan nilai 0,100 seperti
ditunjukkan pada Gambar 6. Hal ini menunjukkan bahwa nilai fitness individu yang terseleksi dan
membentuk generasi baru dengan nilai fitness terbesar mulai pada generasi ke-7 adalah merupakan
penyelesaian rute terpendek.
Kemudian simulasi ke-2 memperlihatkan hasil pencarian rute terpendek dari node 1 ke node
9. Gambar 10 memperlihat bahwa solusi rute terpendek dari node 1 ke node 9 adalah 1 – 4 – 6 – 9
dengan total jarak 7. Gambar 11 mengambarkan solusi optimal dengan nilai fitness terbaik pada
tiap generasinya. Hasil nilai fitness mulai konvergen pada generasi ke-4 yang menunjukkan solusi
optimal dengan nilai fitness 0,144.
Hasil pengujian kinerja algoritma genetika oleh parameter jumlah populasi dengan
probabilitas crossover Pc = 0,75 dan probabilitas mutasi Pm = 0,25 pada Tabel 3. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar jumlah populasi maka waktu pencarian rute terpendek akan
semakin lama.
Hal ini terjadi karena ukuran populasi menentukan banyaknya kombinasi rute yang ada
dalam satu populasi, semakin besar ukuran populasi maka semakin banyak pula variasi dari
kromosom atau kombinasi rute, sehingga semakin besar pula kemungkinan ditemukannya
11
kromosom dengan nilai fitness terbaik. Hasil ini menunjukkan bahwa implementasi algoritma
genetika dalam dalam jumlah populasi yang semakin besar dapat memberikan hasil yang terbaik
dalam proses pencarian soludi yang optimal.
Hasil pengujian kinerja algoritma genetika oleh parameter probabilitas crossover terhadap
waktu komputasi terlihat pada Tabel 4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai
probabilitas crossover maka waktu komputasinya semakin bertambah. Hasill ini menunjukkan
bahwa parameter Pc dapat mempengaruhi kinerja algoritma genetika. Karena semakin besar nilai
probabilitas crossover maka semakin besar pula peluang untuk membentuk kromosom baru dari
kromosom yang terseleksi, sehingga pada akhir generasi akan terbentuk kromosom dengan nilai
fitness yang terbaik.
Kemudian hasil pengujian pengaruh probabilitas mutasi terhadap kinerja algoritma
genetika ditunjukkan pada tabel 5. Hasil ini memperlihatkan bawah semakin besar nilai
probabilitas mutasi, maka waktu komputasinya juga semakin bertambah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rute terpendek dapat ditentukan dengan melakukan evaluasi fungsi fitness terhadap setiap
rute pada tiap generasi. Jika nilai fitnees dari suatu individu sudah stabil pada beberapa
generasi, maka rute atau individu tersebut merupakan solusi rute terpendek.
2. Kinerja waktu komputasi algoritma genetika dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu
jumlah populasi, probabilitas corossover, probabilitas mutasi. Semakin besar nilai
parameter tersebut, maka waktu komputasi semakin besar.
3. Pengambilan keputusan untuk menentukan rute terpendek oleh algoritma genetika dapat
dilakukan dalam waktu satuan detik yang seoptimal mungkin sehingga proses pengiriman
pada rute terpendek dapat berlangsung dengan cepat. Dengan demikian, maka diharapkan
data dapat diterima pada titik tujuan dalam waktu cepat.
4. Algoritma genetika dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah rute terpendek.
DAFTAR PUSTAKA
1. Horowitz, Ellis, & Sartaj Sahni, 1978, Fundamental of Computer Algoritms, Pitman
Publishing Limited.
2. Neapolitan, Richard R., Foundations of Algorithms, D.C Heath and Company, 1996.
3. Levitin, Introduction to the Design & Analysis of Algorithms, 2003, Addison-Wesley, 2003.
4. Parsons, Thomas W., 1995, Introduction to Algorithms in Pascal, John Wiley and Sons.
5. Nagib dan W. G. Ali ,2010), Network Routing Protocol using Genetic Algorithms.
International Journal of Electrical & Computer Sciences, Vol. 10 No. 02.
6. Goldberg, D.E., 1989, Genetic Algorithms in search, Optimization and Machine Learning.
7. R. Kumar dan M. Kumar, 2010. Exploring Genetic Algorithm for Shortest Path Optimization
in Data Networks. Global, Journal of Computer Science and Technology Vol.10.
.

More Related Content

What's hot

Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Satria Wijaya
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2sinta novita
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralelSimon Patabang
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Heni Widayani
 
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeterSimon Patabang
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrikSimon Patabang
 
RL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsRL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsMuhammad Dany
 
Modul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonModul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonbernadsihotang
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronikaSimon Patabang
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Implementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisika
Implementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisikaImplementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisika
Implementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisikaElva A Michio Thea
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAhmad_Bagus
 
Penyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapPenyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapCheria Asyifa
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangokti agung
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelPenyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelBAIDILAH Baidilah
 
3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrik3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrikSimon Patabang
 

What's hot (20)

Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel
 
Bab 3 flip flop
Bab 3   flip flopBab 3   flip flop
Bab 3 flip flop
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
 
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik
 
RL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsRL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton Theorems
 
Modul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonModul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-norton
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Implementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisika
Implementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisikaImplementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisika
Implementasi persamaan poisson dan persamaan laplace di dalam fisika
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistor
 
Penyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapPenyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh Map
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelPenyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
 
3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrik3. hubungan rangkaian listrik
3. hubungan rangkaian listrik
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMARumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
 

Similar to RUTE PENDEK

Traffic Lights Infographics by Slidesgo.pptx
Traffic Lights Infographics by Slidesgo.pptxTraffic Lights Infographics by Slidesgo.pptx
Traffic Lights Infographics by Slidesgo.pptxEvolutionTechnologyI
 
4271 13118-1-pb
4271 13118-1-pb4271 13118-1-pb
4271 13118-1-pbDavi Najib
 
Sri utami_csamt
Sri utami_csamt Sri utami_csamt
Sri utami_csamt Sri Utami
 
Analisis perbandingan interferensi_link
Analisis perbandingan interferensi_linkAnalisis perbandingan interferensi_link
Analisis perbandingan interferensi_linkFAJAR BAHRI
 
Ppt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andini
Ppt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andiniPpt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andini
Ppt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andiniNita NTD
 
Laporan Penilaian Software dengan Cyclomatic Complexity
Laporan Penilaian Software dengan Cyclomatic ComplexityLaporan Penilaian Software dengan Cyclomatic Complexity
Laporan Penilaian Software dengan Cyclomatic ComplexityMoch. Nor Kholis
 
7106040027 m
7106040027 m7106040027 m
7106040027 meleanoryu
 
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIFJawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIFSUCIK PUJI UTAMI
 
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiunKhairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiunKhairullah Khairullah
 
Presentasi Seminar Proposal
Presentasi Seminar ProposalPresentasi Seminar Proposal
Presentasi Seminar ProposalDaryan Ramadhany
 
Literature review ECVT
Literature review ECVTLiterature review ECVT
Literature review ECVTRifa Fadilah
 
Presentasi tgs baru
Presentasi tgs baruPresentasi tgs baru
Presentasi tgs baruAri Jayati
 
Materi 3 dispersi tugas.pptx
Materi 3 dispersi tugas.pptxMateri 3 dispersi tugas.pptx
Materi 3 dispersi tugas.pptxNurulAflah9
 

Similar to RUTE PENDEK (20)

Traffic Lights Infographics by Slidesgo.pptx
Traffic Lights Infographics by Slidesgo.pptxTraffic Lights Infographics by Slidesgo.pptx
Traffic Lights Infographics by Slidesgo.pptx
 
4271 13118-1-pb
4271 13118-1-pb4271 13118-1-pb
4271 13118-1-pb
 
Sri utami_csamt
Sri utami_csamt Sri utami_csamt
Sri utami_csamt
 
Analisis perbandingan interferensi_link
Analisis perbandingan interferensi_linkAnalisis perbandingan interferensi_link
Analisis perbandingan interferensi_link
 
Ppt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andini
Ppt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andiniPpt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andini
Ppt sidang 4 september 2017 sesi 2 nita tri andini
 
M10-jarKomp-1.pdf
M10-jarKomp-1.pdfM10-jarKomp-1.pdf
M10-jarKomp-1.pdf
 
Laporan Penilaian Software dengan Cyclomatic Complexity
Laporan Penilaian Software dengan Cyclomatic ComplexityLaporan Penilaian Software dengan Cyclomatic Complexity
Laporan Penilaian Software dengan Cyclomatic Complexity
 
7106040027 m
7106040027 m7106040027 m
7106040027 m
 
Jaringan komputer 8b
Jaringan komputer 8bJaringan komputer 8b
Jaringan komputer 8b
 
Cyc
CycCyc
Cyc
 
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIFJawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
Jawaban diskusi minggu 11 METODE KUANTITATIF
 
P6 jaringan komputer
P6 jaringan komputerP6 jaringan komputer
P6 jaringan komputer
 
P6 jaringan komputer
P6 jaringan komputerP6 jaringan komputer
P6 jaringan komputer
 
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiunKhairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiun
 
P6 jarkom
P6 jarkomP6 jarkom
P6 jarkom
 
Presentasi Seminar Proposal
Presentasi Seminar ProposalPresentasi Seminar Proposal
Presentasi Seminar Proposal
 
Literature review ECVT
Literature review ECVTLiterature review ECVT
Literature review ECVT
 
Presentasi tgs baru
Presentasi tgs baruPresentasi tgs baru
Presentasi tgs baru
 
BAB II.doc
BAB II.docBAB II.doc
BAB II.doc
 
Materi 3 dispersi tugas.pptx
Materi 3 dispersi tugas.pptxMateri 3 dispersi tugas.pptx
Materi 3 dispersi tugas.pptx
 

More from Simon Patabang

6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdfSimon Patabang
 
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhAnalisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhSimon Patabang
 
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuanAnalisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuanSimon Patabang
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatSimon Patabang
 
Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018Simon Patabang
 
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019Simon Patabang
 
Modulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrikModulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrikSimon Patabang
 
Dasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascalDasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascalSimon Patabang
 
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkatSimon Patabang
 
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa 9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa Simon Patabang
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararelSimon Patabang
 
6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balik6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balikSimon Patabang
 
2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronikaSimon Patabang
 
Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18Simon Patabang
 
Tugas uas sem ganjil 2017 2018
Tugas uas sem  ganjil 2017 2018Tugas uas sem  ganjil 2017 2018
Tugas uas sem ganjil 2017 2018Simon Patabang
 
Program dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian MatriksProgram dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian MatriksSimon Patabang
 

More from Simon Patabang (20)

6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
 
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhAnalisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuh
 
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuanAnalisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
Analisis pemanfaatan kapasitor daya untuk menambah kemampuan
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
 
Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018Jurnal Pengabdian 2017 2018
Jurnal Pengabdian 2017 2018
 
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019Jurnal  Pengabdian Tahun 2018 2019
Jurnal Pengabdian Tahun 2018 2019
 
Modulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrikModulpraktikum dasar instalasi listrik
Modulpraktikum dasar instalasi listrik
 
Dasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascalDasar pemrograman pascal
Dasar pemrograman pascal
 
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
11 perencanaan instalasi listrik rumah bertingkat
 
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa 9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
9 perencanaan instalasi listrik 1 phasa
 
10 analisis komponen
10 analisis komponen10 analisis komponen
10 analisis komponen
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararel
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
 
8 beban rlc
8 beban rlc8 beban rlc
8 beban rlc
 
7 jenis beban ac
7 jenis beban ac7 jenis beban ac
7 jenis beban ac
 
6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balik6 rangkaian arus bolak balik
6 rangkaian arus bolak balik
 
2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika2. hukum dasar rangkaian elektronika
2. hukum dasar rangkaian elektronika
 
Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18Tugas uas sem ganjil 17 18
Tugas uas sem ganjil 17 18
 
Tugas uas sem ganjil 2017 2018
Tugas uas sem  ganjil 2017 2018Tugas uas sem  ganjil 2017 2018
Tugas uas sem ganjil 2017 2018
 
Program dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian MatriksProgram dan Flowchart Perkalian Matriks
Program dan Flowchart Perkalian Matriks
 

Recently uploaded

Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxWitaadw
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIACochipsPJW
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 

Recently uploaded (6)

Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 

RUTE PENDEK

  • 1. 1 ANALISIS PENCARIAN RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Simon Patabang1) Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Makassar 1) Dosen Prodi Teknik Elektro, Universitas Atma Jaya Makassar Email : spatabang@gmail.com Abstract This study aims to discuss the use of genetic algorithms to search the shortest route in the computer network. Materials testing is done with a computer network using the network model as many as 10 nodes, namely node 1 to node 10 where the nodes are interconnected have a certain distance. Decision-making to determine the shortest route by genetic algorithms can be done within seconds that optimally so that the process of sending the shortest route can be fast. Thus, it is expected that the data can be received at the point of destination in quick time. Keywords: The shortest route, genetic algorithms, computer networks PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pengiriman data dalam jaringan komputer dari titik sumber (pengguna) ke titik tujuan (pengguna lain) sangat dipengaruhi oleh lintasan yang dilewati dimana paket-paket data itu dilewatkan pada saat proses pengiriman data sedang berlangsung. Seiring dengan pertumbuhan pengguna internet yang semakin meningkat maka lalu lintas data pun dalam jaringan komputer atau jaringan internet semakin meningkat. Salah satu cara mengatasi masalah kecepatan transfer data tersebut adalah dengan menggunakan algoritma genetika untuk melakukan proses pencarian rute terpendek yang akan dilewati oleh paket-paket data menuju titik tujuan. Algoritma genetika adalah metode yang akan digunakan untuk mencari rute terpendek sebagai lintasan optimal yang dilewati paket-paket data dari satu router ke router lain dalam jaringan komputer. Dengan mencari semua kemungkinan solusi dari semua jalur yang ada dengan algoritma genetika maka pengiriman paket data pada jaringan komputer dapat tiba dengan cepat. TINJAUAN PUSTAKA A. Rute Terpendek Yang dimaksud dengan perutean (routing) adalah menentukan lintasan yang dilalui oleh paket data dari komputer pengirim (sumber data) ke komputer penerima (tujuan data). Jaringan komputer digambarkan seperti pada Gambar 1.
  • 2. 2 Router 1 Router 2 Router 6 Router 3 Router 5 Router 4 (560 km, 56 kbps) (450 km , 30 kbps) (350 km, 5 kbps) (1225 km, 35 kbps) (1040 km , 10 kbps) ( 8 9 0 k m , 1 0 k b p s ) (340 km, 20 kbps) (2275 km , 25 kbps) ( 1 2 1 0 k m , 1 1 k b p s ) Gambar 1. Model Jaringan Komputer B. Algoritma Genetika Algoritma genetika adalah algoritma komputasi yang diinspirasi teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi aturan “yang kuat adalah yang menang”. Berdasarkan ilmu Genetika, kelangsungan hidup suatu makhluk dapat dipertahankan melalui proses reproduksi, crossover, dan mutasi. Siklus algoritma genetika digambarkan seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Siklus Algoritma Genetika METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Sebagai bahan penelitian, digunakan model jaringan komputer seperti pada gambar 3.
  • 3. 3 Gambar 3. Model Jaringan Untuk Pengujian Algoritma Genetika B. Data Penelitian Sebuah jaringan dengan n buah node, dimana node yang terhubung didefinisikan dengan 1 dan yang tidak terhubung didefinisikan dengan 0. Hubungan antar node dari node ke j dalam model jaringan pada Gambar 3 dutunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Matriks Hubungan Node I Ke Node J Node j i 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 6 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 7 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Setiap node yang berhubungan memiliki jarak tertentu. Jarak antara node ditunjukan pada Tabel 2. Node yang sama memiliki jarak 0 sedangkan node yang tidak berhubungan memiliki jarak tak berhingga ∞.
  • 4. 4 Tabel 2. Matriks Jarak Antar Node I Ke Node J Node j i 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0 2 4 3 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 2 ∞ 0 ∞ ∞ 4 4 6 ∞ ∞ ∞ 3 ∞ ∞ 0 ∞ 3 2 4 ∞ ∞ ∞ 4 ∞ ∞ ∞ 0 4 1 5 ∞ ∞ ∞ 5 ∞ ∞ ∞ ∞ 0 ∞ ∞ 1 4 ∞ 6 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 ∞ 6 3 ∞ 7 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 3 3 ∞ 8 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 ∞ 3 9 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 4 10 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 0 Diagram rute jaringan dari node 1 ke node 10 berdasarkan data pada Tabel 2 ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram Rute Jaringan
  • 5. 5 B. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Membuat program aplikasi berdasarkan diagram alir pada Gambar 5. 2. Pengujian program dengan menggunakan data pada tabel 2 3. Melakukan simulasi pencarian rute terpendek Gambar 5. Flowchart Algoritma Genetika C. Hasil dan Pembahasan Simulasi pengujian pencarian rute terpendek dengan algoritama genetika menggunakan model jaringan pada Gambar 4. Simulasi I : Pencarian Rute terpendek dari Node 1 ke Node 10 Pengujian pertama dilakukan untuk mencari rute terpendek dari node 1 ke node 10. Data masukan program seperti pada Tabel 2.
  • 6. 6 Gambar 5. Tampilan Proses Input Data Hasil keluaran diagram rute terpendek dari node 1 ke node 10 ditampilkan oleh program seperti pada Gambar 6. Rute terpendek yang diperoleh yaitu rute 1-2-5-8-`10 dengan jarak 10 satuan. Gambar 6. Rute Terpendek dari Node 1 ke Node 10
  • 7. 7 Gambar 7. Grafik Nilai Fitness Terhadap Generasi Hasil keluaran yang memperlihatkan hubungan nilai fetness dengan pertambahan generasi ditampilkan oleh program seperti pada Gambar 7. Kemudian penyelesaian rute terpendek dan waktu komputasinya ditampilkan oleh program seperti pada Gambar 8. Gambar 8. Hasil Rute Terpendek Simulasi II: Pencarian Rute terpendek dari Node 1 ke Node 9 Simulasi ke-2 dilakukan untuk mencari rute terpendek dari node 1 ke node 9 dengan input data program sebagai pada Gambar 9.
  • 8. 8 Gambar 9. Tampilan Input Data Program Hasil keluaran diagram rute terpendek dari node 1 ke node 9 ditampilkan seperti pada Gambar 10. Rute terpendek hasil pencarian program adalah rute 1- 4 - 6 - 9 dengan jarak 7 satuan. Gambar 10. Rute Terpendek dari Node1 ke Node 9 Gambar 11 menggambarkan solusi optimal dengan nilai fitness terbaik pada tiap generasinya.
  • 9. 9 Gambar 11. Grafik Nilai fitness terhadap generasi Pengujian Pengaruh Parameter ALgoritma Genetika terhadap waktu komputasi 1. Pengaruh Jumlah Populasi Pengujian dilakukan dengan mencatat waktu komputasi dimana jumlah populasi berubah- ubah pada Pc = 0,75 dan Pm = 0,25. Hasil pengujian diperolah seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Pengaruh Jumlah Populasi Jumlah Populasi Node 1 ke Node 10. Total Jarak 10 Satuan Node 1 ke Node 9 Total Jarak 7 Satuan Nilai Fitness Waktu Komputasi (detik) Nilai Fitness Waktu Komputasi (detik) 20 0.100 0.068606 0.144 0.068404 30 0.100 0.096610 0.144 0.092993 40 0.100 0.119650 0.144 0.118181 50 0.100 0.145972 0.144 0.140339 100 0.100 0.273033 0.144 0.267516 150 0.100 0.434147 0.144 0.407722 2. Pengaruh Probabilitas Crossover Pengujian dilakukan pada jumlah populasi tetap yaitu 20 dan probabilitas mutasi 25% dengan melihat pengaruhnya terhadap waktu komputasi. Hasil pengujian seperti pada Tabel 4.
  • 10. 10 Tabel 4. Hasil Pengujian Pengaruh Probabilitas Crossover Probabilitas Crossover Pc Node 1 ke Node 10. Total Jarak 10 Satuan Node 1 ke Node 9 Total Jarak 7 Satuan Nilai Fitness Waktu Komputasi (detik) Nilai Fitness Waktu Komputasi (detik) 25% 0.100 0.053083 0.144 0.037313 40% 0.100 0.058954 0.144 0.057643 55% 0.100 0.063392 0.144 0.062115 75% 0.100 0.063944 0.144 0.063521 85% 0.100 0.067010 0.144 0.066983 3. Pengaruh Probabilitas Mutasi Pengujian dilakukan pada jumlah populasi tetap yaitu 20 dan probabilitas crossover 75% dengan melihat pengaruhnya terhadap waktu komputasi. Hasil pengujian seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Pengujian Pengaruh Probabilitas Mutasi Probabilitas Mutasi Pm Node 1 ke Node 10. Total Jarak 10 Satuan Node 1 ke Node 9 Total Jarak 7 Satuan Nilai Fitness Waktu Komputasi (detik) Nilai Fitness Waktu Komputasi (detik) 25% 0.100 0.066121 0.144 0.062260 40% 0.100 0.068940 0.144 0.068480 55% 0.100 0.068256 0.144 0.068251 75% 0.100 0.074571 0.144 0.072801 85% 0.100 0.079728 0.144 0.073594 D. Pembahasan Hasil Simulasi pertama memperlihatkan pencarian rute terpendek dari node 1 ke node 10. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa nilai fitness pada generasi 1 hingga 7 menghasikan nilai fitness terbesar yaitu 0,091 kemudian mulai konvergen pada generasi 7 dengan nilai 0,100 seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Hal ini menunjukkan bahwa nilai fitness individu yang terseleksi dan membentuk generasi baru dengan nilai fitness terbesar mulai pada generasi ke-7 adalah merupakan penyelesaian rute terpendek. Kemudian simulasi ke-2 memperlihatkan hasil pencarian rute terpendek dari node 1 ke node 9. Gambar 10 memperlihat bahwa solusi rute terpendek dari node 1 ke node 9 adalah 1 – 4 – 6 – 9 dengan total jarak 7. Gambar 11 mengambarkan solusi optimal dengan nilai fitness terbaik pada tiap generasinya. Hasil nilai fitness mulai konvergen pada generasi ke-4 yang menunjukkan solusi optimal dengan nilai fitness 0,144. Hasil pengujian kinerja algoritma genetika oleh parameter jumlah populasi dengan probabilitas crossover Pc = 0,75 dan probabilitas mutasi Pm = 0,25 pada Tabel 3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar jumlah populasi maka waktu pencarian rute terpendek akan semakin lama. Hal ini terjadi karena ukuran populasi menentukan banyaknya kombinasi rute yang ada dalam satu populasi, semakin besar ukuran populasi maka semakin banyak pula variasi dari kromosom atau kombinasi rute, sehingga semakin besar pula kemungkinan ditemukannya
  • 11. 11 kromosom dengan nilai fitness terbaik. Hasil ini menunjukkan bahwa implementasi algoritma genetika dalam dalam jumlah populasi yang semakin besar dapat memberikan hasil yang terbaik dalam proses pencarian soludi yang optimal. Hasil pengujian kinerja algoritma genetika oleh parameter probabilitas crossover terhadap waktu komputasi terlihat pada Tabel 4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai probabilitas crossover maka waktu komputasinya semakin bertambah. Hasill ini menunjukkan bahwa parameter Pc dapat mempengaruhi kinerja algoritma genetika. Karena semakin besar nilai probabilitas crossover maka semakin besar pula peluang untuk membentuk kromosom baru dari kromosom yang terseleksi, sehingga pada akhir generasi akan terbentuk kromosom dengan nilai fitness yang terbaik. Kemudian hasil pengujian pengaruh probabilitas mutasi terhadap kinerja algoritma genetika ditunjukkan pada tabel 5. Hasil ini memperlihatkan bawah semakin besar nilai probabilitas mutasi, maka waktu komputasinya juga semakin bertambah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Rute terpendek dapat ditentukan dengan melakukan evaluasi fungsi fitness terhadap setiap rute pada tiap generasi. Jika nilai fitnees dari suatu individu sudah stabil pada beberapa generasi, maka rute atau individu tersebut merupakan solusi rute terpendek. 2. Kinerja waktu komputasi algoritma genetika dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu jumlah populasi, probabilitas corossover, probabilitas mutasi. Semakin besar nilai parameter tersebut, maka waktu komputasi semakin besar. 3. Pengambilan keputusan untuk menentukan rute terpendek oleh algoritma genetika dapat dilakukan dalam waktu satuan detik yang seoptimal mungkin sehingga proses pengiriman pada rute terpendek dapat berlangsung dengan cepat. Dengan demikian, maka diharapkan data dapat diterima pada titik tujuan dalam waktu cepat. 4. Algoritma genetika dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah rute terpendek. DAFTAR PUSTAKA 1. Horowitz, Ellis, & Sartaj Sahni, 1978, Fundamental of Computer Algoritms, Pitman Publishing Limited. 2. Neapolitan, Richard R., Foundations of Algorithms, D.C Heath and Company, 1996. 3. Levitin, Introduction to the Design & Analysis of Algorithms, 2003, Addison-Wesley, 2003. 4. Parsons, Thomas W., 1995, Introduction to Algorithms in Pascal, John Wiley and Sons. 5. Nagib dan W. G. Ali ,2010), Network Routing Protocol using Genetic Algorithms. International Journal of Electrical & Computer Sciences, Vol. 10 No. 02. 6. Goldberg, D.E., 1989, Genetic Algorithms in search, Optimization and Machine Learning. 7. R. Kumar dan M. Kumar, 2010. Exploring Genetic Algorithm for Shortest Path Optimization in Data Networks. Global, Journal of Computer Science and Technology Vol.10. .