SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Page | 1
PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH
Evaluasi
Terhadap Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor 8/M.PPN/11/2007
tentang Pedoman Penyusunan RKP Di Lingkungan Kementerian PPN/Bappenas
Reghi Perdana, SH, LLM
Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan negara yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial merupakan cita-cita bersama yang harus diwujudkan. Pewujudan cita-
cita bernegara tersebut dilakukan melalui perencanaan pembangunan yang komperensif
dan integratif. Perencanaan pembangunan yang mampu menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi
pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan yang mampu
sinergi dengan penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, telah disusun Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Berdasarkan Undang-Undang
tersebut, dalam rangka mencapai tujuan bernegara, disusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (25 Tahun), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (5 Tahun), dan
Rencana Pembangunan Jangka Pendek (1 Tahun) baik di tingkat nasional, provinsi,
maupun kabupaten/kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,
penyusunan rencana pembangunan tersebut dikoordinasikan oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Page | 2
(Kementerian PPN/Bappenas) untuk nasional, dan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) untuk provinsi dan kabupaten/kota.
Untuk level nasional, hingga saat ini telah disusun Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025, 2 (dua) Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (Tahun 2005-2009 dan Tahun 2010-2014), dan 9 (sembilan) Rencana Kerja
Pemerintah yang diterbitkan untuk tahun 2005 hingga tahun 2014. Sedangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah tahun 2015-2019 tengah disiapkan oleh Kementerian
PPN/Bappenas.
Dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tersebut
tengah disiapkan pula prosedur penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019.
Paper ini tidak akan membahas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019 dan prosedur penyusunannya. Paper ini akan membahas Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) yang akan disusun untuk tahun 2015 hingga tahun 2019 yang
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019. Fokus paper ini adalam membahas prosedur penyusunan RKP internal
Kementerian PPN/Bappenas yang mampu mengintegrasikan dan mensinergikan
perencanaan pembangunan antar bidang dan perencanaan pembangunan pusat dan
daerah.
Untuk RKP yang disusun tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 telah disusun prosedur
penyusunan RKP yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas Nomor 8/M.PPN/11/2007 pada tanggal 30 Nopember 2007. Prosedur tersebut
disusun dalam rangka memberikan pedoman bagi seluruh pihak terkait di Kementerian
PPN/Bappenas dalam penyusunan RKP. Dengan pedoman ini diharapkan RKP dapat
disusun tepat waktu, konsisten, bermutu, bermanfaat dan berkesinambungan. Pedoman
tersebut berisi
Page | 3
1. prosedur umum penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Kementerian
PPN/Bappenas;
2. tata cara penyusunan kebijakan bidang yang dibiayai dari dana alokasi khusus;
3. tata cara konsulatsi internal;
4. tata cara penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga;
5. tata cara pertemuan trilateral;
6. tata cara pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan nasional;
7. format Rencana Kerja Pemerintah;
8. format Rencana Kerja Kementerian/Lembaga; dan
9. format kesepakatan trilateral
B. Permasalahan (Research Question)
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi bahwa Peraturan Menteri Negara
PPN/Kepala Bappenas Nomor 8/M.PPN/11/2007 berlaku untuk penyusunan RKP untuk
kurun waktu 2009 sampai dengan 2014. Bagaimana dengan penyusunan RKP untuk
periode RPJMN berikutnya, apakah prosedur dan format yang telah diatur di dalam
Peraturan Menteri tersebut masih dapat digunakan?
Pertanyaan ini relevan untuk diajukan, mengingat telah terbit berbagai peraturan baru
yang berdampak pada proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah yakni
1. terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut penyusunan program
pembentukan peraturan perundang-undangan jangka waktu lima tahun (program
legislasi nasional) harus merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Hal inilah yang tengah diupayakan
penyelarasannya dengan “kerangka regulasi” yang merupakan bagian dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah dan RKP. Selama ini penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah dan penyusunan RKP lebih menekankan pada
penyusunan kerangka pendanaan dan melupakan penyusunan kerangka regulasi.
Page | 4
Dengan adanya Undang-Undang 12 tahun 2011 ini, maka penyusunan kerangka
regulasi akan semakin diperhatikan keberadaannya.
3. Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Pedoman ini
sedang disusun yang nantinya akan ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Negara
PPN/Kepala Bappenas. Di dalam rancangan peraturan tersebut, diatur secara khusus
tentang penyusunan kerangka regulasi. Dengan demikian maka, pedoman
penyusunan RKP harus pula memuat pengaturan tentang penyusunan kerangka
regulasi.
C. Metodologi
Metodologi pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini
berupa survey secara acak terhadap 30 (tiga) puluh orang staf perencana Kementerian
PPN/Bappenas serta pelaksanaan Focus Group Discussion dengan mengundang
narasumber kompeten yang berasal dari
1. Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas; dan
2. Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan Kementerian PPN/Bappenas.
II. EVIDENCE
Berdasarkan hasil survey, Focus Group Discussion dan desk study, didapat beberapa
temuan (bukti/evidence) sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 tidak disadari keberadaannya
Untuk keperluan tersebut, kami telah mensurvey 30 (tiga puluh) responden. Berasarkan
hasil survey tersebut
a. 100 % responden tidak mengetahui judul dari Peraturan Menteri Nomor
8/M.PPN/11/2007.
b. Hanya 30 % responden yang mengetahui adanya Peraturan Menteri tentang
penyusunan RKP secara internal.
Page | 5
c. 100 % responen menyatakan tidak memperhatikan/membaca Peraturan Menteri
Nomor 8/M.PPN/11/2007 dalam menyusun RKP.
2. Substansi Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 tidak sejalan dengan praktek
yang ada
Karena dalam penyusunan RKP tidak memerhatikan/membaca kembali Peraturan
Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007, maka terdapat beberapa substansi yang diatur di
dalam Peraturan Menteri tersebut tidak dilaksanakan dalam praktek. Beberapa hal
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pasal 17 menyatakan bahwa Sesmen PPN/Sestama Bappenas menyampaikan surat
permohonan penetapan jadwal Sidang Kabinet. Namun dalam prakteknya,
permohonan jadwal Sidang Kabinet tersebut diajukan oleh Menko Perekonomian
atas permintaan Menteri PPN/Kepala Bappenas.
b. Pasal 23 menyatakan Draft Rancangan Awal dikoordinasikan oleh Deputi Ekonomi.
Namun dalam prakteknya, penulisan draft Rancangan Awal RKP 2014 dilaksanakan
oleh Deputi Penanggung Jawab Buku I, II dan III
c. Pasal 28 mengatur tentang penyusunan Rancangan Interim RKP, akan tetapi dalam
penyusunan RKP 2014, tidak disusun Rancangan Interim RKP. Hal ini dikarenakan
terbatasnya waktu dan koordinasi dilakukan oleh masing-masing penanggung jawab
Buku.
Demikian pula sebaliknya, dalam praktek terdapat beberapa hal yang tidak diatur dalam
peraturan menteri tersebut. Hal-hal yang belum diatur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembahasan tema RKP bersama dengan Staf Ahli Menteri PPN/Kepala Bappenas.
b. Surat Menteri PPN/Kepala Bappenas kepada Menteri Keuangan tentang
Permohonan Resource Envelope Pagu Indikatif.
c. Surat Edaran Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Inisiatif Baru kepada seluruh
Kementerian/Lembaga (Pengajuan dan Evaluasi Usulan Inisiatif Baru).
d. Kick Off Penyusunan RKP (sosialisasi proses dan jadwal untuk internal dan
eksternal).
Page | 6
e. Review Draft Awal Rancangan RKP oleh Staf Ahli - Master Writer.
f. Proses Penyempurnaan Draft Buku RKP.
g. Konsultasi Publik Rancangan Awal RKP dengan Organisasi Masyarakat Sipil.
h. Forum Konsultasi Triwulanan dengan Bappeda yang dikoordinir oleh Deputi Bidang
Regional dan Pengembangan Wilayah.
i. Rangkaian proses Musrenbangnas (Pra-Musrenbang, Musrenbang dan Pasca
Musrenbang).
3. Penyusunan Kerangka Regulasi belum dilaksanakan dengan baik
Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, salah satu isi
RKP adalah Kerangka Pendanaan dan Kerangka Regulasi. Namun dalam prakteknya,
selama ini penyusunan RKP lebih menitikberatkan pada penyusunan Kerangka
Pendanaan. Penyusunan Kerangka Regulasi, belum dilaksanakan dan diatur dengan
baik.
III. DISKUSI (DISCUSSION)
A. RKP dan Peran Para Deputi/Pejabat Eselon I
Pemerintahan negara Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam konsitusi,
dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan bernegara tersebut, maka
pemerintah wajib melaksanakan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karenanya pembangunan
tersebut haruslah direncanakan dengan baik dan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan bangsa.
Maka dari itu, melalui Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, ditetapkan berbagai dokumen
Page | 7
perencanaan pembangunan baik jangka panjang, menengah, maupun pendek. Baik
dokumen yang berlaku di level nasional, instansi pusat, maupun daerah. Dokumen
tersebut adalah:
1. Nasional
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang merupakan
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang merupakan
dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
c. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan dokumen Rencana
Pembangunan Tahunan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
2. Instansi Pusat
a. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) yang merupakan
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga
untuk periode 5 (lima) tahun.
b. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) yang merupakan dokumen
Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, untuk periode 1 (satu)
tahun.
3. Daerah
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang merupakan
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang merupakan
dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat
Daerah(Renstra-SKPD yang merupakan dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
Page | 8
e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) yang merupakan
dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk
periode 1 (satu) tahun.
Keseluruhan dokumen tersebut haruslah sinergi dan saling berhubungan. Keterkaitan
tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut
Berdasarkan gambar sebagaimana tercantum di atas, jelaslah bahwa RKP harus
1) Merujuk pada RPJMN;
2) Selaras dengan Renja K/L;dan
3) Selaras dengan RKPD melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan
nasional secara bottom up dan top down.
Page | 9
Selaras dengah RPJMN artinya RKP menjabarkan apa yang telah tercantum dalam
RPJMN melalui pembangunan tahunan. Selaras dengah Renja K/L bahwa dalam
penyusunan rancangan RKP harus memperhatikan rancangan Renja K/L. dan selaras
dengan RKPD artinya perencanaan pembangunan di daerah merupakan hal yang harus
diakomodir (bottom up) dalam perencanaan pembangunan nasional, serta RKP yang telah
ditetapkan merupakan rujukan penyusunan RKPD.
Mengingat RKP harus selaras dengan Renja K/L, maka peran deputi yang menangani
sektor menjadi sangat penting dan krusial untuk mengawal konsistensi Renja K/L dengan
RKP. Namun yang perlu pula diperhatikan adalah pembangunan lintas sektor yang lebih
penting. Oleh karenanya perlu diatur dalam mekanisme penyusunan RKP, tentang
mekanisme pembangunan lintas sektor yang dapat menghilangkan ego sektor. Perlu
ditunjuk pihak (unit kerja) netral yang bertanggung jawab atas pembangunan lintas
sektor. Mengingat RKP harus selaras dengan RKPD maka peran Deputi Regional juga
menjadi penting dalam menjaga konsistensi hal tersebut. Terutama keselarasan
pembangunan sektor di daerah.
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif. Dengan demikian maka peran Deputi Pendanaan dan
Deputi Ekonomi sangat krusial pula. Keduanya perlu diberikan tempat dalam mekanisme
penyusunan RKP.
Pembangunan merupakan sebuah siklus, yang diawali dari perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan evaluasi. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana
pembangunan nasional/daerah untuk periode berikutnya. Dengan demikian maka Deputi
Evaluasi pun merupakan aktor yang harus terlibat dalam mekanisme penyusunan RKP.
Page | 10
Penyusunan RKP tidak lepas dari dukungan sarana dan prasarana. Tanpa adanya sarana
prasarana, maka mustahil bagi para penyusun untuk dapat menghasilkan RKP yang baik.
Oleh karenanya peran Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama juga perlu dimuat dalam
mekanisme penyusunan RKP. Di samping itu, Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama
sesuai dengan tugas dan fungsinya, memberikan dukungan administrative dalam
penyusunan RKP.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka, Deputi Sektor, Deputi Regional, Deputi Ekonomi,
Deputi Pendanaan, dan Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama menjadi tokoh dalam
mekanisme penyusunan RKP. Namun demikian, berdasarkan praktek yang terjadi,
terdapat aktor lain yang juga penting dalam menjaga kualitas tulisan RKP baik dari sisi
substansi maupun redaksional. Aktor tersebut adalah para staf ahli yang dapat turut
membaca dan mengkritisi rancangan RKP sebelum ditetapkan menjadi RKP.
Namun dari semua aktor tersebut, penulis berpendapat harus ada pimpinan yang lebih
tinggi yang dapat mengkoordinasikan para pejabat eselon I serta mampu mengatasi ego
sektoral yang mungkin terjadi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004,
Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia beserta dengan
perubahannya dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Kementerian PPN/Bappenas bertugas mengkoordinasikan
penyusunan RKP. Dengan demikian maka Menteri PPN/Kepala Bappenas bertanggung
jawab dalam mengkoordinasikan penyusunan RKP, termasuk mengkoordinasikan para
pejabat eselon I dalam mekanisme penyusunan RKP. Namun demikian, Menteri
PPN/Kepala Bappenas dapat pula mendelegasikan kewenangan tersebut kepada Wakil
Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas.
B. Arti Penting Mekanisme (Standar Prosedur Operasi) dan relevansinya dengan
Mekanisme Penyusunan RKP
Page | 11
Mekanisme atau dapat pula disebut standard operation procedure, merupakan serangkaian
instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.
Dengan adanya mekanisme penyusunan RKP ini maka diharapkan:
1. Terdapat alur yang jelas serta standarisasi cara yang dilakukan oleh aktor yang
terlibat dalam menyelesaikan penyusunan RKP;
2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan;
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab;
4. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
5. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu, dan
prosedur;
6. Menjamin kejelasan beban tugas yang dipikul oleh masing-masing actor dan tumpang
tindih pelaksanaan tugas;
7. Menjadi instrumen yang dapat melindungi para aktor dari kemungkinan tuntutan
hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan; dan
8. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam penyusunan
RKP.
Tujuan sebagaimana tersebut di atas jika mekanisme yang disusun memperhatikan
berbagai prinsip sebagai berikut:
a. Kemudahan dan kejelasan.
Mekanisme yang disusun harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh
semua aparatur bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan
tugasnya.
b. Efisiensi dan efektivitas.
Mekanisme yang disusun harus merupakan mekanisme yang paling efisien dan efektif
dalam proses pelaksanaan tugas.
c. Keselarasan.
Page | 12
Mekanisme yang disusun harus selaras dengan ketentuan hukum, mekanisme, dan
prosedur-prosedur standar lain yang terkait.
d. Keterukuran.
Output dari mekanisme yang disusun mengandung standar kualitas atau mutu baku
tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya.
e. Dinamis.
Mekanisme yang disusun harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan
peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan.
f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani.
Mekanisme yang disusun harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s
needs) sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.
g. Kepatuhan hukum.
Mekanisme yang disusun harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan
pemerintah yang berlaku.
h. Kepastian hukum.
Mekanisme yang disusun harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk
hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi aparatur
atau pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.
Dengan demikian maka mekanisme penyusunan RKP yang melibatkan berbagai aktor
sebagaimana tersebut di atas harus dibangun secara:
1. Partisipatif melibatkan seluruh actor dan stakeholders terkait lainnya;
2. Memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana tersebut di atas;
3. Mengakomodir praktek yang baik yang selama ini sudah berlangsung;
4. Hasil evaluasi atas pelaksanaan Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007; dan
5. Ditetapkan melalui produk hukum yang bersifat dinamis terhadap perubahan.
C. Evaluasi terhadap Mekanisme Penyusunan RKP dalam Peraturan Menteri Nomor
8/M.PPN/11/2007 sebagai bahan masukan bagi mekanisme penyusunan RKP yang
baru
Page | 13
Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 disusun dalam rangka menghasilkan RKP
yang tepat waktu, konsisten, berrnutu bermanfaat dan berkesinarnbungan. Oleh
karenanya Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 memerintahkan seluruh unit
kerja di Kernenterian Negara PPN/Bappenas wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi baik dalarn lingkungan Kementerian Negara PPN/Bappenas
maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah pusat dan daerah. Koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi antar unit kerja tersebut dapat terlihat dalam pembagian tugas
sebagai berikut:
1. Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama
Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama sesuai dengan tugas dan fungsinya bertanggung
jawab mengkoordinasikan kegiatan di Kementerian PPN/Bappenas,
menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaraan
pelaksanaan tugas dan fungsi di Kementerian PPN/Bappenas, serta
menyelenggarakan hubungan kerja di bidang administrasi dengan lembaga terkait.
Dengan tugas dan fungsi tersebut, maka terkait dengan penyusunan RKP, Sekretaris
Menteri/Sekretaris Utama memiliki peran memfasilitasi penyelenggaraan rapat dan
pertemuan seperti:
a. penyelenggaraan Rapim persiapan penyusunan RKP Tahun Rencana;
b. Rapim untuk membahas dan menetapkan terna, prioritas, dan focus bidang/sektor yang
dibiayai DAK, dan kegiatan pokok RKPTahun Rencana;
c. Pertemuan Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian dan Menteri Keuangan membahas rancangan Kerangka Ekonomi Makro,
tema dan prioritas RKP Tahun Rencana;
d. Rapat Koordinasi Terbatas bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri
Koordinator Bidang Politik Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri;
e. Rapim untuk menyepakati rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas
RKP Tahun Rencana;
Page | 14
f. penyampaian rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun
Rencana kepada Presiden danWakil Presiden;
g. penyampaian surat permohonan penetapan jadwal sidang kabinet untuk pembahasan
penyusunan RKPTahun Rencana;
h. penyelenggaraan serangkaian Raker; dan
i. mengkoordinasikan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pernbangunan Nasional.
2. Deputi Ekonomi
Deputi Bidang Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan
pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang ekonomi. Oleh
karenanya dalam penyusunan RKP, Deputi Ekonomi bertugas:
a. Menyiapkan bahan Raker Kementerian Negara PPN/Bappenas dengan Badan
Pusat Statistik;
b. Mengkoordinasikan penyusunan rancangan tema, prioritas, fokus dan kegiatan pokok
RKPTahun Rencana;
c. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan Rakor Menteri PPN/Kepala Bappenas
dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik dan
pimpinan instansi terkait;
d. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan paparan Menteri tentang rancangan
Kerangka Ekonomi Makro, tema dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan;
e. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan Rapat Koordinasi Terbatas bersama
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum,
Pertahanan dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri
Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri;
f. Menyiapkan bahan Rapim untuk menyepakati rancangan Kerangka Ekonomi Makro,
tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana;
g. Bersama Deputi Pendanaan mengkoordinasikan penyusunan Resource Envelope;
h. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan Menteri terkait penyampaian rancangan
Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Presiden dan
Wakil Presiden;
Page | 15
i. Mengkoordinasikan penyusunan Rancangan Awal RKP Tahun Rencana dan penyusunan
Rancangan Interim RKP Tahun Rencana; dan
j. Menyiapkan bahan untuk Pembicaraaan Pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara di Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Deputi Pendanaan
Deputi Pendanaan Pembangunan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan
pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pendanaan pembangunan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka, tugas Deputi Pendanaan terkait dengan penyusunan
RKP adalah sebagai berikut:
a. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan Rakor Menteri PPN/Kepala Bappenas
dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik dan
pimpinan instansi terkait;
b. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan paparan Menteri tentang rancangan
Kerangka Ekonomi Makro, tema dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan;
c. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan Rapat Koordinasi Terbatas bersama
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum,
Pertahanan dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri
Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri;
d. Bersama Deputi Ekonomi mengkoordinasikan penyusunan Resource Envelope;
e. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan Menteri terkait penyampaian rancangan
Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Presiden dan
Wakil Presiden;
f. Mengkoordinasikan penyusunan rancangan Pagu Indikatif tahun rencana bersama dengan
Departemen Keuangan;
g. Mengkoordinasikan Konsultasi Internal Kementerian PPN/Bappenas;
h. Memaparkan exercise Pagu Indikatif dalam raker; dan
i. menyusun Pedoman Penyusunan RKP-K/L dan informasi masalah pendanaan dan
pembiayaan pernbangunan tahun rencana.
Page | 16
4. Deputi Regional
Deputi Regional mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pengembangan regional dan otonomi
daerah. Dengan demikian maka dalam penyusunan RKP, Deputi Regional bertugas:
a. Menyiapkan bahan-bahan hasil evaluasi RKPTahun Berjalan sesuai dengan tugas pokok,
perkiraan pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan regional tahun yang ditetapkan, dan
tantangan pernbangunan untuk tahun rencana sebagai masukan untuk menentukan
prioritas regional tahun rencana;
b. Menyiapkan bahan Rapim sebagai masukan untuk menentukan prioritas regional;
c. Menyiapkan konsep Surat Edaran Bersama Menteri bersarna Menteri Dalam Negeri
tentang jadwal penyusunan RKPTahun Rencana dan pedoman umum penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
d. Menyusun tata cara/ mekanisme penyusunan kebijakan untuk bidang /sektor yang
dibiayai Dana Aalokasi Khusus;
e. Merancang kebijakan kriteria khusus untuk menentukan daerah-daerah yang
mendapatkan Dana Alokasi Khusus dan kriteria teknis untuk kegiatannya; dan
f. Menyiapkan Bahan Musyawarah Perencanaan Pernbangunan Tahunan Provinsi.
5. Deputi Evaluasi
Deputi Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
evaluasi kinerja pembangunan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam
penyusunan RKP, Deputi Evaluasi bertugas menyiapkan bahan evaluasi RKPTahun Berjalan
sebagai masukan untuk menentukan prioritas RKPTahun Rencana.
6. Deputi Sektor
Deputi Sektor mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
penyusunan rencana pembangunan nasional sektornya masing-masing. Oleh karenanya
terkait dengan penyusunan RKP, deputi sektor bertugas
a. Menyiapkan bahan-bahan hasil evaluasi RKPTahun Berjalan sesuai dengan sektor
masing-masing, perkiraan pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan rnasing-masing sektor
Page | 17
tahun yang ditetapkan; dan tantangan pernbangunan untuk tahun rencana sebagai
masukan untuk menentukan prioritas sektoral tahun rencana.
b. menyusun Rancangan RKP-KL.
Peran masing-masing pihak dapat terlihat jelas dalam bagan sebagai berikut:
Mekanisme sebagaimana tergambar di atas belum memberikan ruang pada aktor lain yang selama
ini terlibat dalam penyusunan RKP. Aktor tersebut adalah Wakil Menteri PPN/Kepala Bappenas
dan para staf ahli sebagai pihak pembaca draft RKP.
Di samping itu, substansi yang dibahas dalam mekanisme penyusunan RKP tersebut belum
mengatur penyusunan kerangka regulasi dan pihak yang bertanggung jawab terhadap penyusunan
kerangka regulasi. Sebaliknya pula, terdapat beberapa hal yang diatur dalam mekanisme tersebut
tidak dilaksanakan dalam prakteknya (lihat kembali Bagian II paper ini).
Dengan demikian maka, hal-hal sebagaimana tersebut di atas merupakan bahan bagi
penyempurnaan prosedur penyusunan RKP untuk 5 tahun mendatang.
Page | 18
D. Konsep Kerangka Regulasi
Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menyatakan bahwa “RKP merupakan penjabaran dari RPJM
Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal,
serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam
bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif”. Dengan
demikian maka, kerangka regulasi merupakan salah satu materi pokok yang harus dimuat
dalam RKP. Namun sejauh ini penyusunan RKP belum memperhatikan penyusunan
kerangka regulasi.
Saat ini, Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan Kementerian PPN/Bappenas
sedang merumuskan konsep Kerangka Regulasi dan bagaimana pengintegrasiannya
dalam dokumen perencanaan pembangunan. Dalam draft pedoman penyusunan kerangka
regulasi, Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan mendefinisikan Kerangka
Regulasi adalah Perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi,
mendorong maupun mengatur perilaku masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara
negara. Kerangka Regulasi di sini dikaitkan dengan perencanaan pembentukan peraturan
perundang-undangan (program legislasi nasional) sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. Konsep Kerangka Regulasi yang disusun tersebut mengharuskan anggaran
yang dikeluarkan oleh negara memiliki payung hukum (regulasi) sebagai bentuk
legalitas. Sementara di sisi lain, pembentukan dan pelaksanaan suatu regulasi harus
didukung dengan pendanaannya. Karena hubungan mutual antara regulasi dan pendanaan
tersebut, maka sinergitas antara pendanaan dan regulasi menjadi sangat penting. Salah
satu upaya untuk mendorong sinergitas antara pendanaan dan regulasi ini adalah dengan
integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan pembangunan. Urgensi integrasi
kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat tinggi karena kerangka regulasi
bertujuan untuk:
Page | 19
1. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan
sesuai kebutuhan pembangunan;
2. Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung
pencapaian prioritas pembangunan; dan
3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan Pembentukan
peraturan perundang-undangan.
Dalam penyusunan RKP, proses pengitegrasian Kerangka Regulasi ke dalam dokumen
perencanaan diatur sebagai berikut:
1. Usulan RUU dan/atau regulasi
Menteri/Kepala Lembaga mengajukan usulan RUU dan/atau arah kerangka regulasi
kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas, untuk diintegrasikan ke dalam RKP. Usulan
dimaksud memuat:
a. Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan terkait; dan
b. Urgensi Kebijakan/Regulasi yang diusulkan.
2. Pembahasan Usulan RUU dan/atau regulasi
RUU dan/atau regulasi yang diusulkan oleh Kementerian/Lembaga, dibahas oleh
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian/Lembaga terkait, yaitu Kementerian
Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Sekretariat Negara.
a. Pembahasan usulan kebijakan/regulasi diinternal Kementerian PPN/Bappenas
Tahapan pembahasan yang dilakukan adalah:
1) Kementerian PPN/Bappenas c.q. seluruh Kedeputian Sektor melakukan
review bersama berkaitan dengan kerangka regulasi yang akan diusulkan
untuk mendukung pencapaian prioritas nasional pada RKP. Proses tersebut
dilakukan dengan cara:
(a) Menginventarisasi regulasi yang ada sesuai kewenangan Direktorat
Sektor; dan
(b) Mereview dan menetapkan tujuan dalam rangka pencapaian prioritas
nasional RKP.
Page | 20
2) Deputi Sektor c.q. Direktorat sektor berkoordinasi dengan Deputi
Polhukhankam c.q. Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan untuk
mendalami Usulan RUU dan/atau regulasi yang diusulkan
Kementerian/Lembaga.
3) Bersama dengan Deputi Pendanaan c.q. Direktorat Alokasi Pendanaan
Pembangunan, Deputi Sektor c.q. Direktorat sektor dan Deputi Polhukhankam
c.q. Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan, dilakukan pendalaman
dalam rangka menselaraskan dengan kerangka pendanaan.
4) Masing-masing Deputi Sektor c.q. direktorat sektor yang terlibat menunjuk
satu orang focal point dalam rangka proses perumusan dan penyusunan usulan
RUU dan/atau arah kerangka regulasi.
b. Pembahasan usulan RUU dan/atau regulasi dengan Kementerian/Lembaga terkait
tahapan pembahasan usulan kebijakan/regulasi dengan Kementerian/Lembaga
terkait meliputi: Analisis Awal dan Perumusan Rencana Kerangka Regulasi.
1) Analisis Awal
Kebijakan/regulasi yang diusulkan oleh Kementerian/Lembaga akan dianalisis
oleh Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian
Sekretariat Negara. Tahapan ini meliputi:
a) Analisis dalam Perspektif Kebijakan
- Penyampaian tema dan konsep kebijakan prioritas nasional serta
identifikasi masalah dan tujuan RKP. Proses ini dilakukan oleh
Kementerian PPN/Bappenas, setelah melalui pembahasan internal.
- Penyampaian arahan Presiden tentang prioritas pada RKP.
Kementerian Sekretariat Negara menjadi penanggung jawab dalam
proses ini.
b) Analisis dalam Perspektif Regulasi
- Penyampaian Pemenuhan Prolegnas Jangka Menengah oleh
Kementerian Hukum dan HAM.
- Penyampaian perkembangan harmonisasi regulasi pusat dan daerah
oleh Kementerian Dalam Negeri c.q. Biro Hukum.
Page | 21
c) Analisis dalam Perspektif Anggaran
Penyampaian penerapan Analisa Pembiayaan serta analisa Dampak dan
Manfaat oleh Kementerian Keuangan.
2) Perumusan rencana kerangka regulasi yang sejalan dengan pemenuhan
pencapaian kebijakan prioritas nasional Rencana Kerja Pemerintah.
a) Bappenas, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sekretariat Negara
merumuskan rencana kerangka regulasi berdasarkan analisis awal.
b) Rencana kerangka regulasi difokuskan pada level Undang-undang sebagai
bahan penyusunan Prolegnas di Kementerian Hukum dan HAM.
c) Perumusan rencana kerangka regulasi berupa pilihan kebijakan, yang
meliputi:
- KebijakanRegulasi
Rekomendasi bahwa kebijakan/regulasi yang diusulkan
Kementerian/Lembaga tidak sesuai dengan regulasi yang ada saat ini
sehingga perlu mengubah regulasi yang ada atau membentuk
regulasi yang baru
- Kebijakan Non Regulasi
Rekomendasi bahwa kebijakan/regulasi yang diusulkan yang telah
sesuai dengan regulasi yang ada maka tidak perlu membentuk
regulasi (cukup kebijakan saja). Dalam hal kebijakan/regulasi
direkomendasikan tidak membentuk regulasi, kebijakan/regulasi
tersebut tidak dapat dialihkan menjadi inisiatif DPR.
3. Penetapan Kerangka Regulasi yang bersifat indikatif
Hasil kesepakatan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Sekretariat
Negara yang berupa rekomendasi perlu mengubah regulasi yang ada atau membentuk
regulasi yang baru dituangkan dalam bentuk arah kerangka regulasi ke depan. Arah
kerangka regulasi digunakan oleh Kementerian Hukum dan HAM dalam menyusun
prolegnas.
Page | 22
Mencermati konsep Kerangka Regulasi sebagaimana di atas, penulis berpendapat bahwa
konsep tersebut berbeda dengan definisi Kerangka Regulasi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.
Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menyatakan bahwa “RKP merupakan penjabaran dari RPJM
Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal,
serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam
bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan
Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional menyatakan Kegiatan dalam Kerangka
Regulasi adalah kegiatan pemerintah dalam rangka baik memfasilitasi, mendorong,
maupun mengatur kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.
Dengan demikian maka menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, kerangka regulasi merupakan kegiatan yang tidak
selalu outputnya berupa peraturan perundang-undangan. Hal inilah yang perlu di bahas
bersama dan disepakati bersama, sehingga konsep kerangka regulasi yang digagas tidak
bertentangan dengan pengertian kerangka regulasi dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Dr. Riant Nugroho yang menyatakan bahwa regulasi sering disalahartikan
sebagai “peraturan” (Makalah “Kebijakan Publik: Pengantar Ke Pemahaman dan
Praktek”, Universitas Indonesia). Regulasi dapat berbentuk peraturan ataupun bentuk
kebijakan dan kegiatan lain.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
1. Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 sudah tidak sesuai lagi dengan praktek
yang ada, karena
Page | 23
a. Mekanisme yang diatur di dalam Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007
digunakan untuk penyusunan RKP pada masa RPJMN 2009-2014;
b. Terdapat beberapa rumusan pengaturan di dalam Peraturan Menteri Nomor
8/M.PPN/11/2007 yang tidak dilaksanakan dalam praktek; dan
c. terdapat praktek baru yang tidak diatur dalam di dalam Peraturan Menteri Nomor
8/M.PPN/11/2007.
2. Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 kurang disosialisasikan dan
dinternalisasikan sehingga tidak diperhatikan dalam penyusunan RKP.
3. Konsep kerangka regulasi yang disusun belum selaras dengan definisi kerangka regulasi
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 40 tahun 2006.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengusulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam rangka menjaga mutu RKP yang dihasilkan diperlukan adanya prosedur
penyusunan RKP yang baru di Kementerian PPN/Bappenas sebagai pengganti
Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007. Prosedur baru ini tersebut memuat hal-hal
yang diantaranya sebagai berikut:
a. Melegalisasikan praktek yang baik yang telah ada;
b. Mengatur prosedur penyusunan kerangka regulasi dan memberikan peran kepada
Deputi Polhukhankam untuk mengkoordinasikan penyusunan kerangka regulasi;
c. Memberikan peran kepada Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas sebagai
penanggung jawab penyusunan RKP yang memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan permasalahan ego sektoral; dan
d. Memberikan peran kepada staf ahli dalam penyusunan RKP.
2. Prosedur penyusunan RKP tersebut dibuat dengan memperhatikan kaidah-kaidah
penyusunan standar prosedur operasi sebagai berikut:
a. Kemudahan dan kejelasan;
b. Efisiensi dan efektivitas;
c. Keselarasan;
d. Keterukuran;
e. Dinamis;
Page | 24
f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani;
g. Kepatuhan hukum; dan
h. Kepastian hukum.
3. Prosedur penyusunan RKP yang baru perlu disosialisasikan dan diinternalisasikan
sehingga duipatuhi dan menjadi pedoman dalam penyusunan RKP.
4. Konsep kerangka regulasi yang tengah digagas perlu diselaraskan dengan konsep
kerangka regulasi sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006.

More Related Content

What's hot

SPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPDSPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPDPSEKP - UGM
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019Muh Saleh
 
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja PemerintahRencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja PemerintahNilla Pratiwi
 
Permendagri no.22 th 2018
Permendagri no.22 th 2018Permendagri no.22 th 2018
Permendagri no.22 th 2018pandianganedu
 
Permendagri nomor 38 tahun 2018
Permendagri nomor 38 tahun 2018 Permendagri nomor 38 tahun 2018
Permendagri nomor 38 tahun 2018 pandianganedu
 
Perencanaan pembangunan dan penganggaran apbd
Perencanaan pembangunan dan penganggaran apbdPerencanaan pembangunan dan penganggaran apbd
Perencanaan pembangunan dan penganggaran apbdQiu El Fahmi
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negaraAry Efendi
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatDanny Akbar
 
Penyusunan rka pelayanan publik pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik  pkp okiPenyusunan rka pelayanan publik  pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik pkp okihoyin rizmu
 
Konsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan Rakyat
Konsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan RakyatKonsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan Rakyat
Konsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan RakyatOswar Mungkasa
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2rafasya
 
Penyusunan RKA Pelayanan Puplik
Penyusunan RKA Pelayanan PuplikPenyusunan RKA Pelayanan Puplik
Penyusunan RKA Pelayanan Puplikhoyin rizmu
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1
Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1
Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1rafasya
 
Manajemen penganggaran
Manajemen penganggaranManajemen penganggaran
Manajemen penganggaranhoyin rizmu
 
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Jogo Hera
 
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018Denbagus
 

What's hot (20)

SPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPDSPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPD
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja PemerintahRencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja Pemerintah
 
Permendagri no.22 th 2018
Permendagri no.22 th 2018Permendagri no.22 th 2018
Permendagri no.22 th 2018
 
Permendagri nomor 38 tahun 2018
Permendagri nomor 38 tahun 2018 Permendagri nomor 38 tahun 2018
Permendagri nomor 38 tahun 2018
 
Perencanaan pembangunan dan penganggaran apbd
Perencanaan pembangunan dan penganggaran apbdPerencanaan pembangunan dan penganggaran apbd
Perencanaan pembangunan dan penganggaran apbd
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
 
Penyusunan rka pelayanan publik pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik  pkp okiPenyusunan rka pelayanan publik  pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik pkp oki
 
Konsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan Rakyat
Konsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan RakyatKonsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan Rakyat
Konsep Dekonsentrasi Lingkup Perumahan Rakyat
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
 
Penyusunan RKA Pelayanan Puplik
Penyusunan RKA Pelayanan PuplikPenyusunan RKA Pelayanan Puplik
Penyusunan RKA Pelayanan Puplik
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
 
Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1
Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1
Permendagri nomor 33 tahun 2017 389 1
 
Manajemen penganggaran
Manajemen penganggaranManajemen penganggaran
Manajemen penganggaran
 
Modul 2 KB 2
Modul 2 KB 2Modul 2 KB 2
Modul 2 KB 2
 
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
 
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
 

Similar to Prosedur penyusunan RKP kacau !!!!

19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub
19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub
19112014 Paparan Pedoman RKA KemenhubDwi Suprayitno
 
Permen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdf
Permen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdfPermen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdf
Permen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdfBilherSihombing2
 
KLHS RPJM/P Bappenas Yogya
KLHS RPJM/P Bappenas YogyaKLHS RPJM/P Bappenas Yogya
KLHS RPJM/P Bappenas Yogyaalizias_boys
 
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Joy Irman
 
struktur dan penyusunan APBN.pptx
struktur dan penyusunan APBN.pptxstruktur dan penyusunan APBN.pptx
struktur dan penyusunan APBN.pptxRikiWahyudi19
 
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16hafid abdul
 
Ir. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgs
Ir. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgsIr. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgs
Ir. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgsmuzakir tombolotutu
 
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015lkibandung
 
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdfPermen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdfAulia05a
 
Ir.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.ppt
Ir.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.pptIr.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.ppt
Ir.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.pptOmOecoep1
 
sistemperencanaanpembabangunannasional.ppt
sistemperencanaanpembabangunannasional.pptsistemperencanaanpembabangunannasional.ppt
sistemperencanaanpembabangunannasional.pptSriFatmasariSyam
 
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014Randy Wrihatnolo
 
Makalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaMakalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaDio_irawan13
 
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONALSISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONALIrvan Doang
 
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...ItjenKLHK
 
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...Dadang Solihin
 
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdf
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdfPeraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdf
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdfharyonopkamase1
 

Similar to Prosedur penyusunan RKP kacau !!!! (20)

19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub
19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub
19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub
 
Permen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdf
Permen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdfPermen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdf
Permen PPN Nomor 2 Tahun 2020.pdf
 
KLHS RPJM/P Bappenas Yogya
KLHS RPJM/P Bappenas YogyaKLHS RPJM/P Bappenas Yogya
KLHS RPJM/P Bappenas Yogya
 
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
 
struktur dan penyusunan APBN.pptx
struktur dan penyusunan APBN.pptxstruktur dan penyusunan APBN.pptx
struktur dan penyusunan APBN.pptx
 
Public sector accounting
Public sector accountingPublic sector accounting
Public sector accounting
 
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
 
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
 
Ir. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgs
Ir. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgsIr. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgs
Ir. yerry-yanuar-jawa-barat-menyongsong-sdgs
 
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
 
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdfPermen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
 
Ir.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.ppt
Ir.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.pptIr.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.ppt
Ir.-Yerry-Yanuar-MM-Jawa-Barat-Menyongsong-SDGs.ppt
 
sistemperencanaanpembabangunannasional.ppt
sistemperencanaanpembabangunannasional.pptsistemperencanaanpembabangunannasional.ppt
sistemperencanaanpembabangunannasional.ppt
 
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014
 
Makalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaMakalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian Indonesia
 
Teori Anggaran Berbasis Kinerja
Teori Anggaran Berbasis KinerjaTeori Anggaran Berbasis Kinerja
Teori Anggaran Berbasis Kinerja
 
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONALSISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
 
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
 
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
 
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdf
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdfPeraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdf
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2013_503_1_Jenis Belanja.pdf
 

Recently uploaded

LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024ssuser8905b3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (15)

LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 

Prosedur penyusunan RKP kacau !!!!

  • 1. Page | 1 PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH Evaluasi Terhadap Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor 8/M.PPN/11/2007 tentang Pedoman Penyusunan RKP Di Lingkungan Kementerian PPN/Bappenas Reghi Perdana, SH, LLM Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan negara yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial merupakan cita-cita bersama yang harus diwujudkan. Pewujudan cita- cita bernegara tersebut dilakukan melalui perencanaan pembangunan yang komperensif dan integratif. Perencanaan pembangunan yang mampu menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan yang mampu sinergi dengan penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasannya. Sehubungan dengan hal tersebut, telah disusun Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dalam rangka mencapai tujuan bernegara, disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (25 Tahun), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (5 Tahun), dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (1 Tahun) baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, penyusunan rencana pembangunan tersebut dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
  • 2. Page | 2 (Kementerian PPN/Bappenas) untuk nasional, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) untuk provinsi dan kabupaten/kota. Untuk level nasional, hingga saat ini telah disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, 2 (dua) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Tahun 2005-2009 dan Tahun 2010-2014), dan 9 (sembilan) Rencana Kerja Pemerintah yang diterbitkan untuk tahun 2005 hingga tahun 2014. Sedangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2015-2019 tengah disiapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tersebut tengah disiapkan pula prosedur penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Paper ini tidak akan membahas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 dan prosedur penyusunannya. Paper ini akan membahas Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan disusun untuk tahun 2015 hingga tahun 2019 yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Fokus paper ini adalam membahas prosedur penyusunan RKP internal Kementerian PPN/Bappenas yang mampu mengintegrasikan dan mensinergikan perencanaan pembangunan antar bidang dan perencanaan pembangunan pusat dan daerah. Untuk RKP yang disusun tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 telah disusun prosedur penyusunan RKP yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor 8/M.PPN/11/2007 pada tanggal 30 Nopember 2007. Prosedur tersebut disusun dalam rangka memberikan pedoman bagi seluruh pihak terkait di Kementerian PPN/Bappenas dalam penyusunan RKP. Dengan pedoman ini diharapkan RKP dapat disusun tepat waktu, konsisten, bermutu, bermanfaat dan berkesinambungan. Pedoman tersebut berisi
  • 3. Page | 3 1. prosedur umum penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Kementerian PPN/Bappenas; 2. tata cara penyusunan kebijakan bidang yang dibiayai dari dana alokasi khusus; 3. tata cara konsulatsi internal; 4. tata cara penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga; 5. tata cara pertemuan trilateral; 6. tata cara pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan nasional; 7. format Rencana Kerja Pemerintah; 8. format Rencana Kerja Kementerian/Lembaga; dan 9. format kesepakatan trilateral B. Permasalahan (Research Question) Sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi bahwa Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor 8/M.PPN/11/2007 berlaku untuk penyusunan RKP untuk kurun waktu 2009 sampai dengan 2014. Bagaimana dengan penyusunan RKP untuk periode RPJMN berikutnya, apakah prosedur dan format yang telah diatur di dalam Peraturan Menteri tersebut masih dapat digunakan? Pertanyaan ini relevan untuk diajukan, mengingat telah terbit berbagai peraturan baru yang berdampak pada proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah yakni 1. terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut penyusunan program pembentukan peraturan perundang-undangan jangka waktu lima tahun (program legislasi nasional) harus merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Hal inilah yang tengah diupayakan penyelarasannya dengan “kerangka regulasi” yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan RKP. Selama ini penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan penyusunan RKP lebih menekankan pada penyusunan kerangka pendanaan dan melupakan penyusunan kerangka regulasi.
  • 4. Page | 4 Dengan adanya Undang-Undang 12 tahun 2011 ini, maka penyusunan kerangka regulasi akan semakin diperhatikan keberadaannya. 3. Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Pedoman ini sedang disusun yang nantinya akan ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas. Di dalam rancangan peraturan tersebut, diatur secara khusus tentang penyusunan kerangka regulasi. Dengan demikian maka, pedoman penyusunan RKP harus pula memuat pengaturan tentang penyusunan kerangka regulasi. C. Metodologi Metodologi pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa survey secara acak terhadap 30 (tiga) puluh orang staf perencana Kementerian PPN/Bappenas serta pelaksanaan Focus Group Discussion dengan mengundang narasumber kompeten yang berasal dari 1. Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas; dan 2. Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan Kementerian PPN/Bappenas. II. EVIDENCE Berdasarkan hasil survey, Focus Group Discussion dan desk study, didapat beberapa temuan (bukti/evidence) sebagai berikut: 1. Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 tidak disadari keberadaannya Untuk keperluan tersebut, kami telah mensurvey 30 (tiga puluh) responden. Berasarkan hasil survey tersebut a. 100 % responden tidak mengetahui judul dari Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007. b. Hanya 30 % responden yang mengetahui adanya Peraturan Menteri tentang penyusunan RKP secara internal.
  • 5. Page | 5 c. 100 % responen menyatakan tidak memperhatikan/membaca Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 dalam menyusun RKP. 2. Substansi Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 tidak sejalan dengan praktek yang ada Karena dalam penyusunan RKP tidak memerhatikan/membaca kembali Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007, maka terdapat beberapa substansi yang diatur di dalam Peraturan Menteri tersebut tidak dilaksanakan dalam praktek. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut: a. Pasal 17 menyatakan bahwa Sesmen PPN/Sestama Bappenas menyampaikan surat permohonan penetapan jadwal Sidang Kabinet. Namun dalam prakteknya, permohonan jadwal Sidang Kabinet tersebut diajukan oleh Menko Perekonomian atas permintaan Menteri PPN/Kepala Bappenas. b. Pasal 23 menyatakan Draft Rancangan Awal dikoordinasikan oleh Deputi Ekonomi. Namun dalam prakteknya, penulisan draft Rancangan Awal RKP 2014 dilaksanakan oleh Deputi Penanggung Jawab Buku I, II dan III c. Pasal 28 mengatur tentang penyusunan Rancangan Interim RKP, akan tetapi dalam penyusunan RKP 2014, tidak disusun Rancangan Interim RKP. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dan koordinasi dilakukan oleh masing-masing penanggung jawab Buku. Demikian pula sebaliknya, dalam praktek terdapat beberapa hal yang tidak diatur dalam peraturan menteri tersebut. Hal-hal yang belum diatur tersebut adalah sebagai berikut: a. Pembahasan tema RKP bersama dengan Staf Ahli Menteri PPN/Kepala Bappenas. b. Surat Menteri PPN/Kepala Bappenas kepada Menteri Keuangan tentang Permohonan Resource Envelope Pagu Indikatif. c. Surat Edaran Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Inisiatif Baru kepada seluruh Kementerian/Lembaga (Pengajuan dan Evaluasi Usulan Inisiatif Baru). d. Kick Off Penyusunan RKP (sosialisasi proses dan jadwal untuk internal dan eksternal).
  • 6. Page | 6 e. Review Draft Awal Rancangan RKP oleh Staf Ahli - Master Writer. f. Proses Penyempurnaan Draft Buku RKP. g. Konsultasi Publik Rancangan Awal RKP dengan Organisasi Masyarakat Sipil. h. Forum Konsultasi Triwulanan dengan Bappeda yang dikoordinir oleh Deputi Bidang Regional dan Pengembangan Wilayah. i. Rangkaian proses Musrenbangnas (Pra-Musrenbang, Musrenbang dan Pasca Musrenbang). 3. Penyusunan Kerangka Regulasi belum dilaksanakan dengan baik Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, salah satu isi RKP adalah Kerangka Pendanaan dan Kerangka Regulasi. Namun dalam prakteknya, selama ini penyusunan RKP lebih menitikberatkan pada penyusunan Kerangka Pendanaan. Penyusunan Kerangka Regulasi, belum dilaksanakan dan diatur dengan baik. III. DISKUSI (DISCUSSION) A. RKP dan Peran Para Deputi/Pejabat Eselon I Pemerintahan negara Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam konsitusi, dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan bernegara tersebut, maka pemerintah wajib melaksanakan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karenanya pembangunan tersebut haruslah direncanakan dengan baik dan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa. Maka dari itu, melalui Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, ditetapkan berbagai dokumen
  • 7. Page | 7 perencanaan pembangunan baik jangka panjang, menengah, maupun pendek. Baik dokumen yang berlaku di level nasional, instansi pusat, maupun daerah. Dokumen tersebut adalah: 1. Nasional a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. c. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 2. Instansi Pusat a. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) yang merupakan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun. b. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) yang merupakan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, untuk periode 1 (satu) tahun. 3. Daerah a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah(Renstra-SKPD yang merupakan dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
  • 8. Page | 8 e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) yang merupakan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Keseluruhan dokumen tersebut haruslah sinergi dan saling berhubungan. Keterkaitan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut Berdasarkan gambar sebagaimana tercantum di atas, jelaslah bahwa RKP harus 1) Merujuk pada RPJMN; 2) Selaras dengan Renja K/L;dan 3) Selaras dengan RKPD melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan nasional secara bottom up dan top down.
  • 9. Page | 9 Selaras dengah RPJMN artinya RKP menjabarkan apa yang telah tercantum dalam RPJMN melalui pembangunan tahunan. Selaras dengah Renja K/L bahwa dalam penyusunan rancangan RKP harus memperhatikan rancangan Renja K/L. dan selaras dengan RKPD artinya perencanaan pembangunan di daerah merupakan hal yang harus diakomodir (bottom up) dalam perencanaan pembangunan nasional, serta RKP yang telah ditetapkan merupakan rujukan penyusunan RKPD. Mengingat RKP harus selaras dengan Renja K/L, maka peran deputi yang menangani sektor menjadi sangat penting dan krusial untuk mengawal konsistensi Renja K/L dengan RKP. Namun yang perlu pula diperhatikan adalah pembangunan lintas sektor yang lebih penting. Oleh karenanya perlu diatur dalam mekanisme penyusunan RKP, tentang mekanisme pembangunan lintas sektor yang dapat menghilangkan ego sektor. Perlu ditunjuk pihak (unit kerja) netral yang bertanggung jawab atas pembangunan lintas sektor. Mengingat RKP harus selaras dengan RKPD maka peran Deputi Regional juga menjadi penting dalam menjaga konsistensi hal tersebut. Terutama keselarasan pembangunan sektor di daerah. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Dengan demikian maka peran Deputi Pendanaan dan Deputi Ekonomi sangat krusial pula. Keduanya perlu diberikan tempat dalam mekanisme penyusunan RKP. Pembangunan merupakan sebuah siklus, yang diawali dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan nasional/daerah untuk periode berikutnya. Dengan demikian maka Deputi Evaluasi pun merupakan aktor yang harus terlibat dalam mekanisme penyusunan RKP.
  • 10. Page | 10 Penyusunan RKP tidak lepas dari dukungan sarana dan prasarana. Tanpa adanya sarana prasarana, maka mustahil bagi para penyusun untuk dapat menghasilkan RKP yang baik. Oleh karenanya peran Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama juga perlu dimuat dalam mekanisme penyusunan RKP. Di samping itu, Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama sesuai dengan tugas dan fungsinya, memberikan dukungan administrative dalam penyusunan RKP. Berdasarkan hal tersebut di atas maka, Deputi Sektor, Deputi Regional, Deputi Ekonomi, Deputi Pendanaan, dan Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama menjadi tokoh dalam mekanisme penyusunan RKP. Namun demikian, berdasarkan praktek yang terjadi, terdapat aktor lain yang juga penting dalam menjaga kualitas tulisan RKP baik dari sisi substansi maupun redaksional. Aktor tersebut adalah para staf ahli yang dapat turut membaca dan mengkritisi rancangan RKP sebelum ditetapkan menjadi RKP. Namun dari semua aktor tersebut, penulis berpendapat harus ada pimpinan yang lebih tinggi yang dapat mengkoordinasikan para pejabat eselon I serta mampu mengatasi ego sektoral yang mungkin terjadi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia beserta dengan perubahannya dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian PPN/Bappenas bertugas mengkoordinasikan penyusunan RKP. Dengan demikian maka Menteri PPN/Kepala Bappenas bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan penyusunan RKP, termasuk mengkoordinasikan para pejabat eselon I dalam mekanisme penyusunan RKP. Namun demikian, Menteri PPN/Kepala Bappenas dapat pula mendelegasikan kewenangan tersebut kepada Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas. B. Arti Penting Mekanisme (Standar Prosedur Operasi) dan relevansinya dengan Mekanisme Penyusunan RKP
  • 11. Page | 11 Mekanisme atau dapat pula disebut standard operation procedure, merupakan serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Dengan adanya mekanisme penyusunan RKP ini maka diharapkan: 1. Terdapat alur yang jelas serta standarisasi cara yang dilakukan oleh aktor yang terlibat dalam menyelesaikan penyusunan RKP; 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan; 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab; 4. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas; 5. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu, dan prosedur; 6. Menjamin kejelasan beban tugas yang dipikul oleh masing-masing actor dan tumpang tindih pelaksanaan tugas; 7. Menjadi instrumen yang dapat melindungi para aktor dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan; dan 8. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam penyusunan RKP. Tujuan sebagaimana tersebut di atas jika mekanisme yang disusun memperhatikan berbagai prinsip sebagai berikut: a. Kemudahan dan kejelasan. Mekanisme yang disusun harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya. b. Efisiensi dan efektivitas. Mekanisme yang disusun harus merupakan mekanisme yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas. c. Keselarasan.
  • 12. Page | 12 Mekanisme yang disusun harus selaras dengan ketentuan hukum, mekanisme, dan prosedur-prosedur standar lain yang terkait. d. Keterukuran. Output dari mekanisme yang disusun mengandung standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya. e. Dinamis. Mekanisme yang disusun harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan. f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani. Mekanisme yang disusun harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s needs) sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna. g. Kepatuhan hukum. Mekanisme yang disusun harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku. h. Kepastian hukum. Mekanisme yang disusun harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi aparatur atau pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum. Dengan demikian maka mekanisme penyusunan RKP yang melibatkan berbagai aktor sebagaimana tersebut di atas harus dibangun secara: 1. Partisipatif melibatkan seluruh actor dan stakeholders terkait lainnya; 2. Memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana tersebut di atas; 3. Mengakomodir praktek yang baik yang selama ini sudah berlangsung; 4. Hasil evaluasi atas pelaksanaan Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007; dan 5. Ditetapkan melalui produk hukum yang bersifat dinamis terhadap perubahan. C. Evaluasi terhadap Mekanisme Penyusunan RKP dalam Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 sebagai bahan masukan bagi mekanisme penyusunan RKP yang baru
  • 13. Page | 13 Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 disusun dalam rangka menghasilkan RKP yang tepat waktu, konsisten, berrnutu bermanfaat dan berkesinarnbungan. Oleh karenanya Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 memerintahkan seluruh unit kerja di Kernenterian Negara PPN/Bappenas wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalarn lingkungan Kementerian Negara PPN/Bappenas maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah pusat dan daerah. Koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar unit kerja tersebut dapat terlihat dalam pembagian tugas sebagai berikut: 1. Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama sesuai dengan tugas dan fungsinya bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan di Kementerian PPN/Bappenas, menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaraan pelaksanaan tugas dan fungsi di Kementerian PPN/Bappenas, serta menyelenggarakan hubungan kerja di bidang administrasi dengan lembaga terkait. Dengan tugas dan fungsi tersebut, maka terkait dengan penyusunan RKP, Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama memiliki peran memfasilitasi penyelenggaraan rapat dan pertemuan seperti: a. penyelenggaraan Rapim persiapan penyusunan RKP Tahun Rencana; b. Rapim untuk membahas dan menetapkan terna, prioritas, dan focus bidang/sektor yang dibiayai DAK, dan kegiatan pokok RKPTahun Rencana; c. Pertemuan Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan membahas rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema dan prioritas RKP Tahun Rencana; d. Rapat Koordinasi Terbatas bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri; e. Rapim untuk menyepakati rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana;
  • 14. Page | 14 f. penyampaian rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Presiden danWakil Presiden; g. penyampaian surat permohonan penetapan jadwal sidang kabinet untuk pembahasan penyusunan RKPTahun Rencana; h. penyelenggaraan serangkaian Raker; dan i. mengkoordinasikan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pernbangunan Nasional. 2. Deputi Ekonomi Deputi Bidang Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang ekonomi. Oleh karenanya dalam penyusunan RKP, Deputi Ekonomi bertugas: a. Menyiapkan bahan Raker Kementerian Negara PPN/Bappenas dengan Badan Pusat Statistik; b. Mengkoordinasikan penyusunan rancangan tema, prioritas, fokus dan kegiatan pokok RKPTahun Rencana; c. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan Rakor Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik dan pimpinan instansi terkait; d. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan paparan Menteri tentang rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan; e. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan Rapat Koordinasi Terbatas bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri; f. Menyiapkan bahan Rapim untuk menyepakati rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana; g. Bersama Deputi Pendanaan mengkoordinasikan penyusunan Resource Envelope; h. Bersama Deputi Pendanaan menyiapkan bahan Menteri terkait penyampaian rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Presiden dan Wakil Presiden;
  • 15. Page | 15 i. Mengkoordinasikan penyusunan Rancangan Awal RKP Tahun Rencana dan penyusunan Rancangan Interim RKP Tahun Rencana; dan j. Menyiapkan bahan untuk Pembicaraaan Pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Deputi Pendanaan Deputi Pendanaan Pembangunan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pendanaan pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut maka, tugas Deputi Pendanaan terkait dengan penyusunan RKP adalah sebagai berikut: a. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan Rakor Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik dan pimpinan instansi terkait; b. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan paparan Menteri tentang rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan; c. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan Rapat Koordinasi Terbatas bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri; d. Bersama Deputi Ekonomi mengkoordinasikan penyusunan Resource Envelope; e. Bersama Deputi Ekonomi menyiapkan bahan Menteri terkait penyampaian rancangan Kerangka Ekonomi Makro, tema, dan prioritas RKP Tahun Rencana kepada Presiden dan Wakil Presiden; f. Mengkoordinasikan penyusunan rancangan Pagu Indikatif tahun rencana bersama dengan Departemen Keuangan; g. Mengkoordinasikan Konsultasi Internal Kementerian PPN/Bappenas; h. Memaparkan exercise Pagu Indikatif dalam raker; dan i. menyusun Pedoman Penyusunan RKP-K/L dan informasi masalah pendanaan dan pembiayaan pernbangunan tahun rencana.
  • 16. Page | 16 4. Deputi Regional Deputi Regional mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pengembangan regional dan otonomi daerah. Dengan demikian maka dalam penyusunan RKP, Deputi Regional bertugas: a. Menyiapkan bahan-bahan hasil evaluasi RKPTahun Berjalan sesuai dengan tugas pokok, perkiraan pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan regional tahun yang ditetapkan, dan tantangan pernbangunan untuk tahun rencana sebagai masukan untuk menentukan prioritas regional tahun rencana; b. Menyiapkan bahan Rapim sebagai masukan untuk menentukan prioritas regional; c. Menyiapkan konsep Surat Edaran Bersama Menteri bersarna Menteri Dalam Negeri tentang jadwal penyusunan RKPTahun Rencana dan pedoman umum penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah; d. Menyusun tata cara/ mekanisme penyusunan kebijakan untuk bidang /sektor yang dibiayai Dana Aalokasi Khusus; e. Merancang kebijakan kriteria khusus untuk menentukan daerah-daerah yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus dan kriteria teknis untuk kegiatannya; dan f. Menyiapkan Bahan Musyawarah Perencanaan Pernbangunan Tahunan Provinsi. 5. Deputi Evaluasi Deputi Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penyusunan RKP, Deputi Evaluasi bertugas menyiapkan bahan evaluasi RKPTahun Berjalan sebagai masukan untuk menentukan prioritas RKPTahun Rencana. 6. Deputi Sektor Deputi Sektor mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional sektornya masing-masing. Oleh karenanya terkait dengan penyusunan RKP, deputi sektor bertugas a. Menyiapkan bahan-bahan hasil evaluasi RKPTahun Berjalan sesuai dengan sektor masing-masing, perkiraan pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan rnasing-masing sektor
  • 17. Page | 17 tahun yang ditetapkan; dan tantangan pernbangunan untuk tahun rencana sebagai masukan untuk menentukan prioritas sektoral tahun rencana. b. menyusun Rancangan RKP-KL. Peran masing-masing pihak dapat terlihat jelas dalam bagan sebagai berikut: Mekanisme sebagaimana tergambar di atas belum memberikan ruang pada aktor lain yang selama ini terlibat dalam penyusunan RKP. Aktor tersebut adalah Wakil Menteri PPN/Kepala Bappenas dan para staf ahli sebagai pihak pembaca draft RKP. Di samping itu, substansi yang dibahas dalam mekanisme penyusunan RKP tersebut belum mengatur penyusunan kerangka regulasi dan pihak yang bertanggung jawab terhadap penyusunan kerangka regulasi. Sebaliknya pula, terdapat beberapa hal yang diatur dalam mekanisme tersebut tidak dilaksanakan dalam prakteknya (lihat kembali Bagian II paper ini). Dengan demikian maka, hal-hal sebagaimana tersebut di atas merupakan bahan bagi penyempurnaan prosedur penyusunan RKP untuk 5 tahun mendatang.
  • 18. Page | 18 D. Konsep Kerangka Regulasi Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa “RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif”. Dengan demikian maka, kerangka regulasi merupakan salah satu materi pokok yang harus dimuat dalam RKP. Namun sejauh ini penyusunan RKP belum memperhatikan penyusunan kerangka regulasi. Saat ini, Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan Kementerian PPN/Bappenas sedang merumuskan konsep Kerangka Regulasi dan bagaimana pengintegrasiannya dalam dokumen perencanaan pembangunan. Dalam draft pedoman penyusunan kerangka regulasi, Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan mendefinisikan Kerangka Regulasi adalah Perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong maupun mengatur perilaku masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara negara. Kerangka Regulasi di sini dikaitkan dengan perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan (program legislasi nasional) sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan. Konsep Kerangka Regulasi yang disusun tersebut mengharuskan anggaran yang dikeluarkan oleh negara memiliki payung hukum (regulasi) sebagai bentuk legalitas. Sementara di sisi lain, pembentukan dan pelaksanaan suatu regulasi harus didukung dengan pendanaannya. Karena hubungan mutual antara regulasi dan pendanaan tersebut, maka sinergitas antara pendanaan dan regulasi menjadi sangat penting. Salah satu upaya untuk mendorong sinergitas antara pendanaan dan regulasi ini adalah dengan integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan pembangunan. Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat tinggi karena kerangka regulasi bertujuan untuk:
  • 19. Page | 19 1. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai kebutuhan pembangunan; 2. Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan 3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan Pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan RKP, proses pengitegrasian Kerangka Regulasi ke dalam dokumen perencanaan diatur sebagai berikut: 1. Usulan RUU dan/atau regulasi Menteri/Kepala Lembaga mengajukan usulan RUU dan/atau arah kerangka regulasi kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas, untuk diintegrasikan ke dalam RKP. Usulan dimaksud memuat: a. Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan terkait; dan b. Urgensi Kebijakan/Regulasi yang diusulkan. 2. Pembahasan Usulan RUU dan/atau regulasi RUU dan/atau regulasi yang diusulkan oleh Kementerian/Lembaga, dibahas oleh Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian/Lembaga terkait, yaitu Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sekretariat Negara. a. Pembahasan usulan kebijakan/regulasi diinternal Kementerian PPN/Bappenas Tahapan pembahasan yang dilakukan adalah: 1) Kementerian PPN/Bappenas c.q. seluruh Kedeputian Sektor melakukan review bersama berkaitan dengan kerangka regulasi yang akan diusulkan untuk mendukung pencapaian prioritas nasional pada RKP. Proses tersebut dilakukan dengan cara: (a) Menginventarisasi regulasi yang ada sesuai kewenangan Direktorat Sektor; dan (b) Mereview dan menetapkan tujuan dalam rangka pencapaian prioritas nasional RKP.
  • 20. Page | 20 2) Deputi Sektor c.q. Direktorat sektor berkoordinasi dengan Deputi Polhukhankam c.q. Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan untuk mendalami Usulan RUU dan/atau regulasi yang diusulkan Kementerian/Lembaga. 3) Bersama dengan Deputi Pendanaan c.q. Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan, Deputi Sektor c.q. Direktorat sektor dan Deputi Polhukhankam c.q. Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan, dilakukan pendalaman dalam rangka menselaraskan dengan kerangka pendanaan. 4) Masing-masing Deputi Sektor c.q. direktorat sektor yang terlibat menunjuk satu orang focal point dalam rangka proses perumusan dan penyusunan usulan RUU dan/atau arah kerangka regulasi. b. Pembahasan usulan RUU dan/atau regulasi dengan Kementerian/Lembaga terkait tahapan pembahasan usulan kebijakan/regulasi dengan Kementerian/Lembaga terkait meliputi: Analisis Awal dan Perumusan Rencana Kerangka Regulasi. 1) Analisis Awal Kebijakan/regulasi yang diusulkan oleh Kementerian/Lembaga akan dianalisis oleh Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sekretariat Negara. Tahapan ini meliputi: a) Analisis dalam Perspektif Kebijakan - Penyampaian tema dan konsep kebijakan prioritas nasional serta identifikasi masalah dan tujuan RKP. Proses ini dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas, setelah melalui pembahasan internal. - Penyampaian arahan Presiden tentang prioritas pada RKP. Kementerian Sekretariat Negara menjadi penanggung jawab dalam proses ini. b) Analisis dalam Perspektif Regulasi - Penyampaian Pemenuhan Prolegnas Jangka Menengah oleh Kementerian Hukum dan HAM. - Penyampaian perkembangan harmonisasi regulasi pusat dan daerah oleh Kementerian Dalam Negeri c.q. Biro Hukum.
  • 21. Page | 21 c) Analisis dalam Perspektif Anggaran Penyampaian penerapan Analisa Pembiayaan serta analisa Dampak dan Manfaat oleh Kementerian Keuangan. 2) Perumusan rencana kerangka regulasi yang sejalan dengan pemenuhan pencapaian kebijakan prioritas nasional Rencana Kerja Pemerintah. a) Bappenas, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sekretariat Negara merumuskan rencana kerangka regulasi berdasarkan analisis awal. b) Rencana kerangka regulasi difokuskan pada level Undang-undang sebagai bahan penyusunan Prolegnas di Kementerian Hukum dan HAM. c) Perumusan rencana kerangka regulasi berupa pilihan kebijakan, yang meliputi: - KebijakanRegulasi Rekomendasi bahwa kebijakan/regulasi yang diusulkan Kementerian/Lembaga tidak sesuai dengan regulasi yang ada saat ini sehingga perlu mengubah regulasi yang ada atau membentuk regulasi yang baru - Kebijakan Non Regulasi Rekomendasi bahwa kebijakan/regulasi yang diusulkan yang telah sesuai dengan regulasi yang ada maka tidak perlu membentuk regulasi (cukup kebijakan saja). Dalam hal kebijakan/regulasi direkomendasikan tidak membentuk regulasi, kebijakan/regulasi tersebut tidak dapat dialihkan menjadi inisiatif DPR. 3. Penetapan Kerangka Regulasi yang bersifat indikatif Hasil kesepakatan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Sekretariat Negara yang berupa rekomendasi perlu mengubah regulasi yang ada atau membentuk regulasi yang baru dituangkan dalam bentuk arah kerangka regulasi ke depan. Arah kerangka regulasi digunakan oleh Kementerian Hukum dan HAM dalam menyusun prolegnas.
  • 22. Page | 22 Mencermati konsep Kerangka Regulasi sebagaimana di atas, penulis berpendapat bahwa konsep tersebut berbeda dengan definisi Kerangka Regulasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa “RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional menyatakan Kegiatan dalam Kerangka Regulasi adalah kegiatan pemerintah dalam rangka baik memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat. Dengan demikian maka menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, kerangka regulasi merupakan kegiatan yang tidak selalu outputnya berupa peraturan perundang-undangan. Hal inilah yang perlu di bahas bersama dan disepakati bersama, sehingga konsep kerangka regulasi yang digagas tidak bertentangan dengan pengertian kerangka regulasi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006. Hal ini sejalan dengan pemikiran Dr. Riant Nugroho yang menyatakan bahwa regulasi sering disalahartikan sebagai “peraturan” (Makalah “Kebijakan Publik: Pengantar Ke Pemahaman dan Praktek”, Universitas Indonesia). Regulasi dapat berbentuk peraturan ataupun bentuk kebijakan dan kegiatan lain. IV. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa 1. Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 sudah tidak sesuai lagi dengan praktek yang ada, karena
  • 23. Page | 23 a. Mekanisme yang diatur di dalam Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 digunakan untuk penyusunan RKP pada masa RPJMN 2009-2014; b. Terdapat beberapa rumusan pengaturan di dalam Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 yang tidak dilaksanakan dalam praktek; dan c. terdapat praktek baru yang tidak diatur dalam di dalam Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007. 2. Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007 kurang disosialisasikan dan dinternalisasikan sehingga tidak diperhatikan dalam penyusunan RKP. 3. Konsep kerangka regulasi yang disusun belum selaras dengan definisi kerangka regulasi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengusulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dalam rangka menjaga mutu RKP yang dihasilkan diperlukan adanya prosedur penyusunan RKP yang baru di Kementerian PPN/Bappenas sebagai pengganti Peraturan Menteri Nomor 8/M.PPN/11/2007. Prosedur baru ini tersebut memuat hal-hal yang diantaranya sebagai berikut: a. Melegalisasikan praktek yang baik yang telah ada; b. Mengatur prosedur penyusunan kerangka regulasi dan memberikan peran kepada Deputi Polhukhankam untuk mengkoordinasikan penyusunan kerangka regulasi; c. Memberikan peran kepada Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas sebagai penanggung jawab penyusunan RKP yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan permasalahan ego sektoral; dan d. Memberikan peran kepada staf ahli dalam penyusunan RKP. 2. Prosedur penyusunan RKP tersebut dibuat dengan memperhatikan kaidah-kaidah penyusunan standar prosedur operasi sebagai berikut: a. Kemudahan dan kejelasan; b. Efisiensi dan efektivitas; c. Keselarasan; d. Keterukuran; e. Dinamis;
  • 24. Page | 24 f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani; g. Kepatuhan hukum; dan h. Kepastian hukum. 3. Prosedur penyusunan RKP yang baru perlu disosialisasikan dan diinternalisasikan sehingga duipatuhi dan menjadi pedoman dalam penyusunan RKP. 4. Konsep kerangka regulasi yang tengah digagas perlu diselaraskan dengan konsep kerangka regulasi sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006.