SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
BAB 13
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN
PEMBANGUNAN NASIONAL
Sistem manajemen pembangunan dalam tahun 2009 dan 2010
diarahkan untuk mempertajam pencapaian sasaran-sasaran
pembangunan. Dalam bidang perencanaan pembangunan telah
diselesaikan RKP Tahun 2010 dan Tahun 2011 serta RPJM Tahun
2010—2014 dengan melibatkan pemangku kepentingan di pusat dan
daerah.
Reformasi anggaran terus dilanjutkan dengan
menyempurnakan anggaran berbasis kinerja dan kerangka
pengeluaran jangka menengah guna diterapkan sepenuhnya dalam
periode 2010—2014. Penyempurnaan dimaksud meliputi,
penyempurnaan indikator dan keluaran, perkuatan akuntabilitas
program dan kegiatan, serta penerapan pagu baseline dari program
dan kegiatan.
Di bidang statistik, pembangunan statistik pada tahun 2009
dan 2010 terus diarahkan untuk mendukung proses perencanaan
pembangunan secara menyeluruh, serta memenuhi kebutuhan
masyarakat akan data statistik. Upaya tersebut dilakukan dengan
meningkatkan akurasi, relevansi, ketepatan waktu, kemudahan akses,
koherensi, dan konsistensi.
Dalam tahun 2010, beberapa statistik pokok yang telah dan
sedang dilakukan, antara lain, survei sosial ekonomi nasional
(susenas), survei angkatan kerja nasional (sakernas) dalam 2 periode
13 - 2
pendataan; survei harga konsumen (SHK); pendataan perusahaan
industri besar dan sedang; pengumpulan data ekspor/impor,
pengumpulan data pariwisata dan data-data lain yang hasilnya
digunakan untuk penghitungan PDB dan PDRB; pelaksanaan
statistical capacity building-change and reform for development of
statistics (statcap-cerdas) dalam rangka reformasi menyeluruh
kelembagaan BPS; serta pelaksaanaan sensus penduduk (SP) yang
akan memberi gambaran mengenai kondisi demografi, pendidikan,
dan ketenagakerjaan hingga wilayah administrasi yang paling kecil.
Di bidang pengadaan barang dan jasa, langkah-langkah pokok
yang ditempuh pada tahun 2009 dan 2010 diarahkan untuk (1)
memperbaiki dan memperkuat peraturan perundang-undangan
pengadaan barang/jasa; (2) meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme aparatur dalam bidang pengadaan barang/jasa; (3)
meningkatkan pelayanan publik secara lebih cepat, mudah, dan
transparan; serta (4) mengurangi praktek penyalahgunaan
kewenangan oleh aparatur negara dalam pengadaan barang/jasa.
Dalam rangka peningkatan kemampuan aparatur dalam
pengadaan barang/jasa telah dilakukan (a) fasilitasi ujian sertifikasi
ahli pengadaan yang sampai bulan Juni 2010 telah dilaksanakan 521
kali ujian dengan jumlah peserta sebanyak 45.563 orang, (b)
peningkatan pelayanan sistem ujian sertifikasi ahli pengadaan, (c)
peningkatan sistem pangkalan data (database) ahli pengadaan, serta
(d) fasilitasi peningkatan pengetahuan dan profesionalitas lembaga-
lembaga pelatihan pengadaan barang dan jasa. Selanjutnya dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat telah
dilakukan perbaikan prosedur operasi standar (standard operating
procedures (SOP)) bimbingan teknis, advokasi, pengaduan dan
sanggah, serta bantuan hukum.
Dalam upaya memperkecil peluang penyalahgunaan
kewenangan aparat birokrasi telah dilakukan penguatan regulasi
pengadaan melalui penyusunan naskah akademis dan draf rancangan
undang-undang pengadaan barang/jasa pemerintah serta peningkatan
monitoring dan evaluasi pengadaan, perencanaan pengadaan serta
13 - 3
pengembangan sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-
procurement.)
Sejalan dengan reformasi perencanaan dan penganggaran
terus dikembangkan kapasitas dalam pelaksanaan perencanaan dan
penganggaran berbasis kinerja yang akuntabel dan transparan
melalui kegiatan-kegiatan pemantauan dan evaluasi kinerja
pelaksanaan pembangunan sehingga perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif.
13.1 PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Pelaksanaan pembangunan nasional memerlukan manajemen
pembangunan, yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian (pengawasan dan pemantauan), serta evaluasi kinerja
yang saling terkait. Perencanaan pembangunan menempati posisi
penting dan strategis untuk memberikan arahan yang jelas dan
terukur bagi proses pembangunan melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Untuk itu, terus
dilakukan upaya penguatan di bidang perencanaan pembangunan
nasional.
Berbagai upaya penguatan perencanaan pembangunan
nasional telah dilakukan, antara lain dengan diterbitkannya Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dengan fokus utama pada penguatan proses
dan penajaman perumusan rencana pembangunan dalam
musyawarah perencanaan pembangunan, baik pada tingkat daerah
(kabupaten/kota dan propinsi) maupun nasional termasuk penguatan
hubungan kelembagaan perencanaan dan keterlibatan para pemangku
kepentingan (stakeholders), serta peningkatan kapasitas para
perencana pembangunan di daerah dan kementerian/lembaga.
13.1.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Beberapa tantangan pokok yang masih dihadapi, antara lain,
adalah integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
13 - 4
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, ataupun antara pusat
dan daerah; koordinasi antarpelaku pembangunan; keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi; penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan; serta peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang belum berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
13.1.2 LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL YANG
DICAPAI
Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan upaya penguatan
perencanaan pembangunan yang mulai dilakukan sejak tahun 2009,
yang merupakan tahun awal persiapan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahap II
periode tahun 2010—2014. Upaya peningkatan kualitas penyusunan
RPJMN yang sudah dilakukan pada tahun 2009, antara lain, meliputi
penajaman dalam perumusan rencana pembangunan jangka
menengah serta penguatan proses perencanaan melalui peningkatan
kualitas keterlibatan para pemangku kepentingan, termasuk di
dalamnya penguatan hubungan kelembagaan perencanaan. Upaya-
upaya tersebut tercermin dari berbagai kegiatan dan keterlibatan
Kementerian PPN/Bappenas dalam berbagai proses pembangunan
nasional.
Kegiatan-kegiatan dalam penajaman perumusan rencana
pembangunan, antara lain, meliputi (a) identifikasi awal visi dan misi
presiden terpilih yang selanjutnya dituangkan dalam RPJMN periode
2010—2014; (b) penyusunan RPJMN Tahun 2010—2014; c)
pengembangan proses bottom up dan top down yang melibatkan
partisipasi berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat
maupun daerah; (d) berbagai kajian substantif yang berkaitan dengan
bidang kedeputian di Kementerian PPN/Bappenas yang berupa
background study sesuai bidang masing-masing kedeputian; (e)
forum koordinasi yang secara langsung melibatkan para pemangku
kepentingan dan yang dimintakan pendapat serta masukan untuk
bahan penyusunan RPJMN 2010—2014.
13 - 5
Beberapa hasil strategis yang dicapai dalam perencanaan
pembangunan sejak tahun 2009 adalah Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2010 (Perpres No. 21 Tahun 2009), RPJMN 2010-2014
(Perpres No. 5 Tahun 2010), Pedoman Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Permen PPN/Kepala Bappenas Tahun 2009),
Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011, Pedoman
Penyusunan RPJMN 2010—2014, dan Evaluasi Lima Tahun
Pelaksanaan RPJMN 2004—2009, serta Evaluasi Kinerja
Pembangunan Daerah. Dalam penyusunan RKP dan RPJM,
Kementerian PPN/Bappenas melakukan rapat-rapat koordinasi
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders), baik tingkat
pusat maupun nasional (musrenbangnas) yang sebelumnya telah
melalui proses musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat
provinsi, kabupaten bahkan sampai ke desa. Selain itu, terus
dilakukan peningkatan kapasitas perencana, baik di tingkat pusat
maupun daerah melalui pemberian beasiswa untuk pendidikan gelar
dan nongelar secara selektif, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Sebagian dari kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut dibiayai
bersama (cost sharing) dengan anggaran dari Kementerian
PPN/Bappenas dan pemerintah daerah.
Dalam rangka meletakkan landasan implementasi anggaran
berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah yang
dituangkan ke dalam dokumen perencanaan penganggaran RPJMN
2010—2014 dan Renstra-K/L 2010—2014, RKP 2011, Renja-K/L
2011 dan RKA K/L 2011, telah dilakukan restrukturisasi program
dan kegiatan dan anggaran kementerian dan lembaga yang
disesuaikan dengan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai
dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Di samping itu, di dalam penyusunan RPJMN 2010—2014
dan RKP 2011 telah diperkuat implementasi dari prinsip-prinsip
penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka
menengah. Hal ini tercermin pada hal-hal berikut.
13 - 6
1. penyempurnaan indikator dan keluaran pada masing-masing
program dan kegiatan,
2. perkuatan akuntabilitas program dan kegiatan dengan
pencantuman pelaksana dari masing-masing program dan
kegiatan,
3. penerapan pagu baseline dari program dan kegiatan yang
merupakan upaya agar perencanaan yang disusun merupakan
rencana kerja yang dapat diimplementasikan dan terukur.
Untuk menunjang perkuatan implementasi ini, telah disusun
berbagai manual penyusunan dokumen perencanaan, seperti manual
penyusunan RPJMN 2010—2014, Renstra K/L 2010-2014, RKP
2011 dan Renja K/L 2011, dengan menerapkan prinsip penganggaran
berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah. Di
samping itu, sinergi dari sistem pangkalan data dan perangkat lunak
penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran juga terus
dilakukan.
13.1.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Beberapa tindak lanjut yang diperlukan dalam tahun 2010 dan
seterusnya, antara lain sebagai berikut.
1. Menyusun dan menyempurnakan draf Manual Penyusunan
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran dengan perkuatan
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based
Budgeting) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(Medium Term Expenditure Framework) ataupun dokumen
lain yang terkait,
2. Meningkatkan koordinasi dalam rangka integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi rencana pembangunan, baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, maupun
antara pusat dan daerah (Dalam rangka sinergi antara pusat
13 - 7
dan daerah, pada tahun 2010 direncanakan rapat koordinasi
sebanyak 4 (empat) kali setelah Musrenbangnas 2010)
13.2 PEMBANGUNAN STATISTIK
Pembangunan statistik diarahkan untuk mendukung
perencanaan pembangunan guna menyusun kebijakan yang tepat
bagi pencapaian sasaran pembangunan. Dalam kaitan itu
ketersediaan data dan informasi statistik yang andal merupakan salah
satu kunci keberhasilan dari perencanaan yang disusun. Data dan
informasi statistik yang berkualitas merupakan pijakan bagi
perumusan kebijakan dalam menyusun perencanaan, melakukan
pemantauan/monitoring, dan mengevaluasi program-program agar
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif.
Permintaan data dan informasi statistik yang beragam, tepat
waktu, dan berkelanjutan terus meningkat seiring dengan makin
tingginya kesadaran pengguna terhadap pentingnya data dan
informasi statistik. Kebutuhan akan data dan informasi statistik tidak
hanya dari instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah, tetapi
juga dari kalangan akademisi, lembaga-lembaga penelitian, serta
kalangan dunia usaha. Pada bagian lain, tuntutan yang bergulir dan
menjadi agenda utama pada era reformasi adalah penyelenggaraan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Untuk
mewujudkan good governance diperlukan prakondisi yang harus
dipenuhi terlebih dahulu, antara lain, faktor dukungan politik
terhadap pemerintah, kualitas administrasi pemerintahan, dan
kapasitas membuat, menerapkan serta mengevaluasi kebijakan
kenegaraan. Untuk itu, perencanaan pembangunan yang baik juga
merupakan bagian yang perlu mendapat fokus perhatian serius dalam
rangka mewujudkan good governance.
Dalam pada itu masyarakat juga menuntut keterbukaan atau
transparansi instansi pemerintah di bidang informasi statistik serta
data statistik yang akurat dan tepat waktu. Untuk mempercepat
pelaksanaan kegiatan statistik, terutama pada tahap pengolahan,
penyajian, dan penyebarluasan data statistik, selain faktor sumber
13 - 8
daya manusia yang memadai juga diperlukan perangkat teknologi
informasi yang memadai.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna dari berbagai
kalangan tersebut, terus diupayakan berbagai langkah peningkatan
terhadap jenis serta kualitas data dan informasi statistik. Selain itu,
pengembangan metodologi dan sistem informasi terus ditingkatkan
guna mengembangkan jaringan informasi statistik serta penguasaan
teknologi dengan makin beragamnya kebutuhan data statistik dan
pesatnya kemajuan teknologi sebagai prasyarat dalam menyajikan
informasi statistik yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu.
13.2.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Dalam penyediaan data dan informasi statistik yang andal,
terdapat empat permasalahan utama yang dihadapi dalam
merencanakan pembangunan nasional di bidang statistik. Pertama,
dengan diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah menurut
UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah beserta peraturan-
peraturan pelaksanaannya, kebutuhan akan berbagai ragam data dan
informasi statistik untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya
mengenai kondisi dan permasalahan yang dihadapi setiap daerah
makin meningkat. Hingga saat ini penyediaan berbagai jenis dan
keragaman data dan informasi statistik yang dibutuhkan di daerah ini
masih belum dapat dipenuhi. Kondisi daerah yang sulit terjangkau
masih menjadi permasalahan yang belum teratasi sehingga
mengakibatkan terhambatnya pengiriman dokumen sebelum dan
setelah pendataan.
Kedua, kesadaran yang rendah dari responden untuk
memberikan informasi dengan benar masih menjadi permasalahan
utama dari petugas statistik untuk memperoleh hasil yang akurat dan
tepat waktu. Ketiga, koordinasi antarpemangku kepentingan statistik
juga belum terbentuk dengan baik meskipun sudah diundangkan PP
tentang Sistem Statistik Nasional (SSN). Penyelenggara statistik
sektoral maupun statistik khusus belum menyadari pentingnya
terbangun SSN secara terpadu. Keempat, di sisi lain, walaupun tidak
sedikit akademisi maupun institusi penyelenggara pendidikan
13 - 9
statistik, kesadaran akan arti dan pentingnya statistik masih perlu
ditingkatkan.
13.2.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-
HASIL YANG DICAPAI
Pembangunan statistik diarahkan untuk meningkatkan kualitas
statistik nasional yang diukur dalam enam dimensi, yaitu akurat,
relevan, tepat waktu, mudah diakses, koheren, yang berarti konsisten
antarsektor maupun antarperiode dan spasial, serta mudah
diinterpretasi.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut dirumuskan tiga langkah
kebijakan, yaitu peningkatan kualitas data, peningkatan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi, dan peningkatan kapasitas
SDM.
Statistik bermutu tinggi dan dapat diandalkan yang dihasilkan
secara tepat waktu merupakan bagian esensial dalam proses
perumusan suatu kebijakan. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya
kualitas data statistik ekonomi, kesejahteraan rakyat, manajemen
survei dan metodologi survei, berkembangnya analisis statistik,
membaiknya hubungan dengan pengguna data, serta diseminasi data
statistik yang efektif dan efisien.
Perbaikan yang dilakukan mulai menyentuh seluruh aspek
seperti penelaahan kembali proses ketatalaksanaan (business process
review) dan pengembangan kapasitas TIK (teknologi informasi
komunikasi). Keberhasilan upaya peningkatan kualitas data statistik
ini tidak terlepas dari dukungan dan peranan TIK yang diwujudkan
melalui pembangunan arsitektur dan kerangka TIK serta manajemen
informasi.
Pembangunan kapasitas dan penyediaan data statistik nasional
dilaksanakan melalui sebuah program teknis kestatistikan yaitu
program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik. Program ini
akan menjadi rencana kerja yang meliputi institusi penyedia data dan
statistik, baik di pusat maupun daerah.
13 - 10
Kegiatan pokok rutin penyediaan data statistik nasional yang
dilakukan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut.
1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 dilakukan
dalam dua periode pendataan, yaitu
a. Susenas Panel Maret 2010 dengan sampel sekitar 70.000
rumah tangga untuk memperoleh data jumlah penduduk
miskin untuk estimasi tingkat provinsi serta
b. Susenas Juli 2010 dengan sampel sekitar 300.000 rumah
tangga untuk memperoleh data jumlah penduduk miskin
tingkat kabupaten/kota.
2. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010 yang
memberikan informasi data jumlah penduduk usia 10 tahun ke
atas yang bekerja, menganggur, pernah berhenti atau pindah
pekerjaan dilaksanakan pada dua periode pendataan dengan
sampel yang berbeda, yaitu
a. Sakernas Februari 2010 dengan sampel sekitar 70.000
rumah tangga untuk memperoleh estimasi data angkatan
kerja sampai tingkat provinsi serta
b. Sakernas Agustus 2010 dengan sampel sekitar 300.000
rumah tangga untuk memperoleh estimasi data angkatan
kerja sampai tingkat kabupaten/kota.
3. Survei harga konsumen (SHK) yang akan digunakan sebagai
dasar penghitungan indeks harga konsumen (IHK) untuk
mengukur tingkat inflasi
4. Survei harga pedesaan yang digunakan untuk menghitung
indeks nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu alat
untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yang
penyajiannya makin cepat
5. Penyusunan PDB dan PDRB triwulanan yang telah
dipublikasikan lebih cepat dari 45 hari menjadi 40 hari dari
13 - 11
waktu berjalan dan terus diupayakan publikasi yang lebih
cepat lagi
6. Survei pertanian yang menjadi dasar penghitungan angka
produksi padi dan palawija yang disajikan setiap empat bulan
7. Pendataan perusahaan industri besar dan sedang yang
dilakukan secara sensus, pengumpulan data ekspor/impor,
pengumpulan data pariwisata dan data lain yang hasilnya
digunakan untuk penghitungan PDB dan PDRB
8. Kegiatan statistical capacity building-change and reform for
development of statistics (Statcap-Cerdas) dalam rangka
reformasi menyeluruh BPS
9. Pengembangan IT (teknologi informasi) dalam rangka
mempercepat laporan hasil pendataan di lapangan dan
memudahkan pengguna data untuk mengakses data statistik.
10. Pengembangan kegiatan analisis statistik dasar dan lintas
sektor serta penyusunan berbagai neraca seperti neraca
regional, produksi, konsumsi dan sebagainya.
11. Penyelenggaraan berbagai kursus/pelatihan dalam rangka
peningkatan kompetensi sumber daya manusia BPS baik di
level staf maupun struktural.
Pada tahun 2010, BPS juga melaksanakan kegiatan yang
berskala besar, yaitu Sensus Penduduk (SP2010) yang diawali
dengan tahapan perencanaan, persiapan, pengumpulan data,
pengolahan dan penyajian data, analisis data hingga diseminasi.
Data yang dihasilkan dari kegiatan SP2010 dapat memberikan
gambaran secara faktual mengenai kondisi perumahan, demografi,
pendidikan, dan ketenagakerjaan hingga wilayah administratif yang
paling kecil. Secara umum tujuan SP2010 adalah mengumpulkan
informasi yang lengkap tentang kependudukan yang memungkinkan
dianalisa kondisi dan permasalahannya. Data hasil SP2010
13 - 12
bermanfaat bagi perencanaan pembangunan di segala bidang, bahkan
untuk program langsung pemerintah karena disajikan menurut nama
dan alamat.
13.2.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan
ketersediaan data dan informasi statistik yang cepat, lengkap, dan
akurat, baik secara nasional maupun regional, perlu ditindaklanjuti
dan dijaga kesinambungannya. Tindak lanjut tersebut, antara lain,
melalui peningkatan koordinasi dengan instansi terkait, integrasi,
sinkronisasi, dan standardisasi kegiatan statistik dalam kerangka
mewujudkan sistem statistik nasional yang andal, efektif, dan efisien.
Dalam kaitan itu, kapasitas sumber daya manusia yang
profesional serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi mutakhir perlu ditingkatkan. Kemampuan petugas dalam
pendekatan terhadap masyarakat juga perlu didorong agar dapat
memperoleh informasi yang benar dan substansial.
Upaya kerja sama dan dukungan pemerintah provinsi,
kabupaten/kota akan terus ditingkatkan sehingga hasil survei dapat
dimanfaatkan secara luas oleh pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota. Selain itu, diperlukan peningkatan titik jaringan
komunikasi data agar hasil pencacahan dapat dikirim melalui
jaringan dan langsung diolah di kantor provinsi atau kantor pusat
secara daring (online). Dengan demikian, data akan lebih cepat
dipublikasikan dengan waktu yang lebih singkat baik untuk
pengiriman maupun pengolahan data. Pengembangan layanan
jaringan komunikasi perlu ditingkatkan agar setiap kabupaten/kota
mempunyai titik-titik layanan jaringan komunikasi.
13 - 13
13.3 PENGADAAN BARANG DAN JASA
13.3.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan barang/jasa
adalah belum adanya regulasi yang lebih teknis terkait dengan
pengelolaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang berupa norma,
standar, prosedur, dan manual. Hal ini mengakibatkan banyaknya
pengelola pengadaan barang/jasa yang ragu-ragu dalam
melaksanakan pengadaan karena belum adanya petunjuk pelaksanaan
secara teknis.
Selain itu, pengelolaan pengadaan barang/jasa juga
dihadapkan pada rendahnya kompetensi aparatur dalam mengelola
pengadaan barang/jasa pemerintah. Hal ini ditandai dengan masih
tingginya pelanggaran prosedur yang dilakukan oleh aparat dalam
pengelolaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan masih
tersendatnya proses pengadaan barang/jasa yang berakibat pada
keterlambatan realisasi fisik atau keuangan. Kinerja yang buruk
tersebut disebabkan masih rendahnya kapasitas dan kemampuan
serta ketrampilan para pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah.
Masalah lainnya dalam pengelolaan pengadaan barang/jasa
adalah rendahnya kualitas pelayanan publik. Salah satu penyebabnya
adalah penerapan teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai
sarana untuk memberikan pelayanan publik (e-services) masih belum
diterapkan secara luas dan merata dengan masih sedikitnya
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang menerapkan
pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement).
Pengelolaan pengadaan barang dan jasa juga dihadapkan pada
tingginya praktek penyalahgunaan kewenangan oleh aparatur negara.
Hal ini ditandai dengan masih banyaknya kasus penyalahgunaan
kewenangan dalam bentuk tindak pidana korupsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Ini
menunjukkan masih rendahnya tingkat kesadaran pejabat yang
berwenang tentang pentingnya menaati peraturan perundang-
13 - 14
undangan khususnya dalam bidang pengadaan barang/jasa
pemerintah.
13.3.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-
HASIL YANG DICAPAI
Salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan pengadaan
barang/jasa adalah memperbaiki kebijakan dan regulasi yang ada,
serta menyusun standar, pedoman, prosedur, dan manual untuk
proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Standar, pedoman,
prosedur, dan manual yang disusun adalah Dokumen Standar
Pengadaan Jasa Konsultansi, Pengadaan Pekerjaan Konstruksi,
Pengadaan Barang, Pengadaan Jasa Lainnya; Manual Penyusunan
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Perhitungan Penyesuaian Harga
(Price Adjustment), Manual Pemberlakuan Daftar Hitam (blacklist);
Manual Penilaian Kualifikasi, Evaluasi Teknis dan Evaluasi Harga;
dan Pedoman Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP).
Terkait dengan upaya peningkatan kinerja birokrasi agar
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, kualitas sumber daya
manusia aparatur pengelola pengadaan terus ditingkatkan. Secara
umum kebijakan ini mencakup perumusan dan penyusunan strategi
dan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah. Salah satu langkah kebijakan yang penting
adalah pemberlakuan sertifikasi bagi pengelola pengadaan
barang/jasa pemerintah. Kebijakan lain yang terkait dengan
peningkatan kinerja birokrasi, khususnya bagi mereka yang
mengelola pengadaan barang/jasa pemerintah adalah pemberian
bimbingan teknis dan advokasi yang terkait dengan pelaksanaan
regulasi pengadaan barang/jasa pemerintah.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dalam
pengadaan barang dan jasa, kebijakan difokuskan pada
terselenggaranya pelayanan publik yang cepat, mudah, dan
transparan. Kebijakan utama yang diambil adalah dengan
memperkenalkan sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-
procurement). Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan
koordinasi, pembinaan, pengawasan, dan pengembangan sistem
13 - 15
pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik (e-
procurement). Kebijakan pemberian bimbingan teknis dan advokasi
yang telah disebutkan sebelumnya juga merupakan bagian dari upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Selanjutnya, langkah kebijakan yang diambil dalam rangka
pengurangan praktek penyalahgunaan kewenangan oleh aparatur
negara adalah dengan memperkecil peluang terjadinya
penyalahgunaan kewenangan dengan menerapkan sistem monitoring
dan evaluasi pengadaan, melakukan rencana pengadaan, menerapkan
pengadaan secara elektronik, serta memberi pelayanan bimbingan
teknis dan advokasi di bidang pengadaan.
Hasil yang dicapai pada tahun pertama RPJMN 2010—2014
adalah sebagai berikut. Pertama, dalam upaya peningkatan kinerja
birokrasi khususnya di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah,
hasil yang telah dicapai pada tahun 2010 terkait dengan
pengembangan SDM pengadaan barang/jasa adalah sebagai berikut.
1. Fasilitasi ujian sertifikasi ahli pengadaan dilaksanakan dengan
merujuk pada Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 52 ayat (1) dan
Perpres Nomor 8 Tahun 2006 Pasal II butir 2 mengenai
kewajiban bersertifikat bagi pejabat pembuat komitmen (PPK)
dan panitia pengadaan. Dalam rangka memenuhi kewajiban di
atas, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) memfasilitasi ujian sertifikasi ahli pengadaan
barang/jasa tingkat dasar bagi aparat di instansi pemerintah
pusat dan daerah. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan
Juni 2010 telah dilaksanakan 521 kali ujian dengan jumlah
peserta sebanyak 45.563 orang. Dari seluruh penyelenggaraan
ujian tersebut sebanyak 15.471 orang telah dinyatakan lulus
sebagai ahli pengadaan barang/jasa dengan perincian yang
mendapatkan sertifikat L2 sebanyak 11.299 orang, sertifikat
L4 sebanyak 4.158 orang, dan L5 sebanyak 14 orang. Jumlah
tersebut tersebar di lebih dari 1200 instansi/lembaga pusat dan
daerah. Tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan
13 - 16
barang/jasa adalah sebesar 33,95 %, lebih tinggi dari tingkat
kelulusan pada tahun-tahun sebelumnya, misalnya pada
periode 2008-2009 tingkat kelulusan peserta hanya sebesar
28,50 persen.
2. Peningkatan pelayanan sistem ujian sertifikasi ahli pengadaan
dilakukan melalui penyusunan bank data soal ujian,
penayangan informasi tentang pedoman penyelenggaraan
ujian, jadwal penyelenggaraan ujian, pemeriksaan hasil ujian,
dan pengiriman sertifikat. Peningkatan pelayanan khususnya
dilakukan dengan memperbaiki pemeriksaan hasil ujian,
proses pengumuman hasil ujian, dan pengiriman sertifikat
yang pada awalnya membutuhkan minimal 2 (dua) bulan, saat
ini sudah dapat diselesaikan hanya dalam waktu 1 (satu) bulan.
3. Peningkatan sistem pengenalan data database ahli pengadaan
dilakukan dengan LKPP dapat menyediakan data yang terkini
dan akurat tentang ahli pengadaan di seluruh
kementerian/lembaga non kementerian serta pemerintah
provinsi/kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
4. Fasilitasi peningkatan pengetahuan dan profesionalitas
lembaga-lembaga pelatihan pengadaan barang/jasa dilakukan
melalui banyak hal. Dalam rangka meningkatkan mutu
pelatihan pengadaan barang/jasa tingkat dasar yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pelatihan, LKPP telah
melakukan kaji ulang terhadap modul pelatihan yang sudah
ada dan mengoordinasikan penyediaan instruktur untuk
pelatihan tersebut. Selanjutnya, untuk mewadahi para ahli
pengadaan barang/jasa pemerintah, LKPP memfasilitasi
pembentukan Ikatan Ahli Pengadaan Barang/Jasa Indonesia
(IAPI).
13 - 17
Hasil lain yang terkait dengan pengembangan dan pembinaan
SDM pengadaan yang telah dicapai sampai dengan bulan Juni 2010
adalah
1. draf final master plan SDM pengadaan barang/jasa;
2. draf kedua modul pelatihan;
3. pelatihan instruktur (TOT) pengadaan barang/jasa sebanyak
dua kali dengan jumlah peserta 60 orang;
4. draf konsep akreditasi lembaga pelatihan pengadaan;
5. penyempurnaan sistem informasi SDM pengadaan barang/jasa
pemerintah;
6. draf kerangka standar kompetensi nasional tenaga pengadaan
barang/jasa; serta
Kedua, peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
salah satunya dilakukan melalui perbaikan manajemen pelayanan
publik dalam bidang pengadaan barang/jasa yang diwujudkan
terutama melalui penyusunan prosedur operasi standar (standard
operating procedures (SOP) bimbingan teknis, advokasi, pengaduan
dan sanggah, serta bantuan hukum. Saat ini penyusunan SOP telah
selesai dan sosialisasinya diperkirakan dapat diselesaikan seluruhnya
pada akhir tahun 2010.
Hasil lainnya yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha serta pengintensifan
penanganan pengaduan masyarakat yang terkait dengan pengadaan
adalah sebagai berikut
1. Pemberian bimbingan teknis dan advokasi kepada semua
pemangku kepentingan (pengelola pengadaan, aparat
pengawasan, aparat penyidik, hakim pengadilan, perguruan
tinggi, penyedia barang/jasa, LSM, dan masyarakat) yang
13 - 18
terkait dengan peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah
dilakukan melalui (i) konsultasi pengadaan dan (ii)
pendampingan/asistensi (advokasi). Jumlah layanan konsultasi
pengadaan barang/jasa yang telah diberikan adalah sebanyak
lebih atas 28 ribu layanan yang terdiri dari konsultasi melalui
telepon/SMS, tatap muka, surat, dan forum pengadaan surat
kabar.
2. Penyelesaian sanggah banding dan penanganan pengaduan
telah dilakukan selama ini. Rekomendasi penyelesaian
sanggah dan sanggah banding LKPP sementara ini terbatas
pada pemberian konsultasi dan rekomendasi terhadap sanggah
banding yang disampaikan. Penanganan sanggah banding oleh
LKPP rata-rata satu kasus per hari. Jumlah kasus yang telah
ditangani hingga saat ini sebanyak 59 kasus. Sementara itu,
untuk penanganan pengaduan rata-rata terdapat 4 (empat)
kasus per bulan dengan jumlah kasus pengaduan yang
ditangani hingga saat ini sebanyak 24 kasus.
3. Penyelesaian permasalahan hukum dilaksanakan melalui
pemberian bantuan hukum dan pemberian pendapat hukum
serta kesaksian ahli di bidang barang/jasa pemerintah.
Pemberian bantuan hukum hanya berupa pemberian pendapat
hukum terhadap kasus sengketa kontrak serta sengketa antara
pengelola dan auditor. LKPP telah memberikan bantuan
hukum sengketa/permasalahan kontrak sebanyak 9 kasus dan
sengketa/permasalahan audit sebanyak 18 kasus. Untuk
pemberian pendapat hukum serta kesaksian ahli, LKPP telah
menjadi saksi ahli dalam penyelidikan, penyidikan, dan
persidangan perkara korupsi pengadaan barang/jasa di KPK,
pengadilan tipikor, kejaksaan, dan kepolisian dengan jumlah
kasus sebanyak 24 kasus. Selain itu LKPP juga diminta
menjadi saksi ahli oleh KPPU dalam menangani 6 (enam)
perkara persaingan usaha terkait pengadaan barang/jasa.
13 - 19
Ketiga, dalam rangka memperkecil peluang penyalahgunaan
kewenangan aparat birokrasi, telah dilakukan pengembangan sistem
pengadaan secara elektronik (e-procurement). Selain itu, juga
dilakukan penguatan regulasi pengadaan melalui penyusunan naskah
akademis dan draf rancangan undang-undang pengadaan barang/jasa
pemerintah. Hasil-hasil lain yang telah dicapai terkait dengan
pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut
1. Lampiran Perpres pengganti Keppres No. 80 Tahun 2003 telah
selesai draf finalnya sehingga pada bulan Agustus 2010 akan
dilaksanakan seminar nasional.
2. Dalam tahun 2010 LKPP menyusun dan mengembangkan
National Procurement Assessment Tools yang merupakan
penyempurnaan dari Compliance Performance Indicator (CPI-
OECD DAC). Tools ini dimaksudkan terutama untuk menilai
permasalahan nyata dalam hal regulasi pengadaan nasional,
kelembagaan pengadaan, dunia usaha dan implementasinya,
serta pelaksanaan good governance dalam pelaksanaan
pengadaan. Tools ini telah pula disosialisasikan dengan para
mitra pembangunan. Dalam waktu dekat National
Procurement Assessement Tools akan diterapkan secara
bertahap untuk seluruh K/L/D/I.
Masih dalam upaya untuk mengurangi penyalahgunaan
kewenangan dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik, telah dilakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan
monitoring dan evaluasi pengadaan, perencanaan pengadaan, serta
pengembangan e-procurement. Hasil yang telah dicapai dalam
kegiatan ini, antara lain sebagai berikut.
1. Penyusunan sistem monitoring dan evaluasi
Pemerintah pusat dan daerah telah mulai melakukan pengisian
tabel monitoring dan evaluasi dan menyampaikan hasilnya kepada
LKPP. Berdasarkan tabel tersebut, LKPP mempersiapkan pangkalan
data monitoring dan evaluasi pengadaan. Pangkalan data ini
13 - 20
selanjutnya akan diintegrasikan kedalam sistem electronic
announcement dan electronic procurement.
2. Perencanaan pengadaan RAPBN
Dalam rangka mengintegrasikan proses
penganggaran/perencanaan pembangunan, maka diusulkan untuk
memasukkan informasi mengenai rencana pengadaan pada sistem
aplikasi RKAKL. Untuk itu kementerian/lembaga diwajibkan
menyusun rencana pengadaan barang/jasa yang mengacu pada buku
pedoman perencanaan pengadaan yang disusun LKPP. Pedoman
perencanaan pengadaan RAPBN untuk K/L sudah selesai dan telah
disosialisasikan kepada 6 (enam) K/L. Sementara itu pedoman
perencanaan pengadaan RAPBN dan RAPBD untuk daerah, draf
pedumnya sedang dibahas di pusat dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan
Bappenas.
3. Pengembangan dan pelaksanaan electronic procurement
Dalam rangka menyelenggarakan proses pengadaan
barang/jasa pemerintah secara lebih transparan, efektif, terbuka,
bersaing, adil, dan tidak diskriminatif, pemerintah mengembangkan
dan memperkenalkan e-procurement. LKPP hingga saat ini telah
memfasilitas pembangunan 61 layanan pengadaan secara elektronik
(LPSE) yang melayani 136 instansi pusat dan daerah. Jumlah paket
yang sudah dilelang melalui e-procurement secara nasional sampai
Juni 2010 adalah 5.147 paket dengan jumlah anggaran lebih kurang
Rp8,9 trilyun. Selama Januari sampai dengan Juni tahun 2010 LKPP
berhasil memfasilitasi pembangunan 28 LPSE yang dapat melayani
95 instansi pusat dan daerah dan telah berhasil melelang 3.389 paket
dengan jumlah anggaran lebih kurang Rp5,5 trilyun.
13.3.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran RPJM 2010–
2014, diperlukan adanya percepatan penyelesaian beberapa kegiatan
prioritas terutama menyangkut draf RUU pengadaan barang/jasa
pemerintah serta peningkatan jumlah LPSE. Upaya yang akan
13 - 21
dilakukan untuk mempercepat penyelesaian kegiatan tersebut adalah
melalui pembahasan draf RUU secara intensif di lingkungan internal
dan eksternal LKPP, serta sosialisasi dan fasilitasi pembentukan
LPSE terhadap K/L/D/I. Selanjutnya, untuk mewujudkan capaian
sasaran RPJM tersebut, akan dilakukan upaya-upaya, antara lain (a)
dilaksanakannya sosialisasi Perpres pengganti Keppres Nomor 80
Tahun 2003 sambil menunggu ditandatanganinya Perpres tersebut;
(b) mempercepat penyelesaian norma, standar, panduan, dan
manual; dan (c) mempercepat penyusunan rancangan undang-undang
pengadaan barang/jasa agar dapat segera dibahas dengan DPR RI.
Selain itu, hal lain yang perlu ditindaklanjuti terkait dengan
upaya untuk meningkatkan kinerja birokrasi, khususnya di bidang
pengadaan, adalah melalui peningkatan jumlah aparat birokrasi yang
memiliki sertifikat pengadaan. Tingkat kelulusan ujian sertifikasi
pengadaan secara umum masih rendah, tetapi pada tahun 2010
mengalami peningkatan tingkat kelulusan ujian sertifikasi pengadaan
dibandingkan dengan periode 2005—2009. Untuk itu, langkah tindak
lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan tingkat
kelulusan, antara lain, adalah meningkatkan standar pelatihan baik
dari aspek lamanya pelatihan, kualitas instruktur (melalui sertifikasi
instruktur), serta kualitas lembaga pelatihan (melalui akreditasi
lembaga pelatihan). Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi
pemegang sertifikat pengadaan barang/jasa, soal ujian akan disusun
sesuai dengan standar kompetensi.

More Related Content

What's hot

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015
Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015
Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015Dadang Solihin
 
renja dishub kutai kartanegara tahun 2020
renja dishub kutai kartanegara tahun 2020renja dishub kutai kartanegara tahun 2020
renja dishub kutai kartanegara tahun 2020Web Master
 
Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...
Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...
Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...Joy Irman
 
Renstra SATPOL PP Kota Balikpapan
Renstra SATPOL PP Kota BalikpapanRenstra SATPOL PP Kota Balikpapan
Renstra SATPOL PP Kota BalikpapanOddie ZSafari
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Tri Widodo W. UTOMO
 
01. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-200701. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-2007bintang purba
 
Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran PemerintahSujatmiko Wibowo
 
renja dishub 2019
renja dishub 2019renja dishub 2019
renja dishub 2019Web Master
 
Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013Mus Mulyadi
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanBidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Manual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota
Manual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/KotaManual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota
Manual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/Kotainfosanitasi
 

What's hot (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Buku daftar informasi publik sumsel 2021
Buku daftar informasi publik sumsel 2021Buku daftar informasi publik sumsel 2021
Buku daftar informasi publik sumsel 2021
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015
Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015
Arah dan Kebijakan Pembangunan Indonesia 2015
 
renja dishub kutai kartanegara tahun 2020
renja dishub kutai kartanegara tahun 2020renja dishub kutai kartanegara tahun 2020
renja dishub kutai kartanegara tahun 2020
 
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
 
Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...
Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...
Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perenca...
 
Renstra SATPOL PP Kota Balikpapan
Renstra SATPOL PP Kota BalikpapanRenstra SATPOL PP Kota Balikpapan
Renstra SATPOL PP Kota Balikpapan
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
 
Perencanaan anggaran pp
Perencanaan anggaran ppPerencanaan anggaran pp
Perencanaan anggaran pp
 
Revisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatan
Revisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatanRevisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatan
Revisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatan
 
Renstra revisi bb pengkajian 2015 2019
Renstra revisi bb pengkajian 2015 2019Renstra revisi bb pengkajian 2015 2019
Renstra revisi bb pengkajian 2015 2019
 
01. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-200701. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-2007
 
Sop bidang kspp
Sop bidang ksppSop bidang kspp
Sop bidang kspp
 
Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah
 
renja dishub 2019
renja dishub 2019renja dishub 2019
renja dishub 2019
 
Kumpulan aturan reformasi birokrasi sesi 2
Kumpulan aturan reformasi birokrasi sesi 2Kumpulan aturan reformasi birokrasi sesi 2
Kumpulan aturan reformasi birokrasi sesi 2
 
Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di KalimantanKajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan
 
Manual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota
Manual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/KotaManual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota
Manual Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota
 

Viewers also liked

Sistem pendukung managemen
Sistem pendukung managemenSistem pendukung managemen
Sistem pendukung managemenchanzz
 
Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung KeputusanSistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung KeputusanAhmad ZA
 
Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016
Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016
Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016Yiannis Kardamis
 
LR World Christmas Edition GR|CY 2014
LR World Christmas Edition GR|CY 2014LR World Christmas Edition GR|CY 2014
LR World Christmas Edition GR|CY 2014Yiannis Kardamis
 
Loi tien bao iii fatima
Loi tien bao iii fatimaLoi tien bao iii fatima
Loi tien bao iii fatimaTherese Thuy
 
Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016
Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016
Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016Yiannis Kardamis
 
24dieunennho (pp tminimizer)
24dieunennho (pp tminimizer)24dieunennho (pp tminimizer)
24dieunennho (pp tminimizer)Therese Thuy
 

Viewers also liked (20)

Sistem pendukung managemen
Sistem pendukung managemenSistem pendukung managemen
Sistem pendukung managemen
 
Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung KeputusanSistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan
 
Haydanhthoigian
HaydanhthoigianHaydanhthoigian
Haydanhthoigian
 
Group dynamics
Group dynamicsGroup dynamics
Group dynamics
 
Prezi recu de info
Prezi recu de infoPrezi recu de info
Prezi recu de info
 
LR World GR|CY 3/2015
LR World GR|CY 3/2015LR World GR|CY 3/2015
LR World GR|CY 3/2015
 
Safe in the sun 2016
Safe in the sun 2016Safe in the sun 2016
Safe in the sun 2016
 
Anjakan 10
Anjakan 10Anjakan 10
Anjakan 10
 
Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016
Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016
Timokatalogos Synergaton Health GR|02-2016
 
LR World Christmas Edition GR|CY 2014
LR World Christmas Edition GR|CY 2014LR World Christmas Edition GR|CY 2014
LR World Christmas Edition GR|CY 2014
 
Doi con
Doi conDoi con
Doi con
 
Presentatie duurste camper ooit
Presentatie duurste camper ooitPresentatie duurste camper ooit
Presentatie duurste camper ooit
 
Loi tien bao iii fatima
Loi tien bao iii fatimaLoi tien bao iii fatima
Loi tien bao iii fatima
 
LR world 6 | 2014
LR world 6 | 2014LR world 6 | 2014
LR world 6 | 2014
 
Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016
Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016
Εγχειρίδιο Προϊόντων | LR Product manual 2016
 
24dieunennho (pp tminimizer)
24dieunennho (pp tminimizer)24dieunennho (pp tminimizer)
24dieunennho (pp tminimizer)
 
LR World GR 7|2014
LR World GR 7|2014LR World GR 7|2014
LR World GR 7|2014
 
LR world 5|2014
LR world 5|2014LR world 5|2014
LR world 5|2014
 
LR world 9/2016 GR|CY
LR world 9/2016 GR|CYLR world 9/2016 GR|CY
LR world 9/2016 GR|CY
 
Cha oicondave
Cha oicondaveCha oicondave
Cha oicondave
 

Similar to OPTIMASI PERENCANAAN

5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik
5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik
5ilham summary penyusunan rka pelayanan publiktemanna #LABEDDU
 
Laporan pak suaib
Laporan pak suaibLaporan pak suaib
Laporan pak suaibLiza Nasa'i
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanJoy Irman
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangPedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangriky_safrizal_rusli
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Grand Design RB
Grand Design RBGrand Design RB
Grand Design RBrbpkalbar
 
Modul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka Menengah
Modul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka MenengahModul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka Menengah
Modul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka MenengahJoy Irman
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MMMAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MMACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019Muh Saleh
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019Muh Saleh
 

Similar to OPTIMASI PERENCANAAN (20)

5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik
5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik
5ilham summary penyusunan rka pelayanan publik
 
Laporan pak suaib
Laporan pak suaibLaporan pak suaib
Laporan pak suaib
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
2PEREN~2 (3).pptx
2PEREN~2 (3).pptx2PEREN~2 (3).pptx
2PEREN~2 (3).pptx
 
2PEREN~2 (3).pptx
2PEREN~2 (3).pptx2PEREN~2 (3).pptx
2PEREN~2 (3).pptx
 
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangPedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
KAK Roadmap SPM Pendidikan
KAK Roadmap SPM PendidikanKAK Roadmap SPM Pendidikan
KAK Roadmap SPM Pendidikan
 
Grand Design RB
Grand Design RBGrand Design RB
Grand Design RB
 
Modul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka Menengah
Modul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka MenengahModul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka Menengah
Modul MP-04 Pemrograman dan Penganggaran Sanitasi Jangka Menengah
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MMMAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH POL PP..LAMPUNG UTARA ,Zarkasi BY ACHMAD AVANDI,SE,MM
 
Renstra revisi dpmptsp
Renstra revisi dpmptsp Renstra revisi dpmptsp
Renstra revisi dpmptsp
 
Bab i pendahuluan
Bab i  pendahuluanBab i  pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Kuliah ke 8
Kuliah ke 8Kuliah ke 8
Kuliah ke 8
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019
 

OPTIMASI PERENCANAAN

  • 1. BAB 13 SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL Sistem manajemen pembangunan dalam tahun 2009 dan 2010 diarahkan untuk mempertajam pencapaian sasaran-sasaran pembangunan. Dalam bidang perencanaan pembangunan telah diselesaikan RKP Tahun 2010 dan Tahun 2011 serta RPJM Tahun 2010—2014 dengan melibatkan pemangku kepentingan di pusat dan daerah. Reformasi anggaran terus dilanjutkan dengan menyempurnakan anggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah guna diterapkan sepenuhnya dalam periode 2010—2014. Penyempurnaan dimaksud meliputi, penyempurnaan indikator dan keluaran, perkuatan akuntabilitas program dan kegiatan, serta penerapan pagu baseline dari program dan kegiatan. Di bidang statistik, pembangunan statistik pada tahun 2009 dan 2010 terus diarahkan untuk mendukung proses perencanaan pembangunan secara menyeluruh, serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan data statistik. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan akurasi, relevansi, ketepatan waktu, kemudahan akses, koherensi, dan konsistensi. Dalam tahun 2010, beberapa statistik pokok yang telah dan sedang dilakukan, antara lain, survei sosial ekonomi nasional (susenas), survei angkatan kerja nasional (sakernas) dalam 2 periode
  • 2. 13 - 2 pendataan; survei harga konsumen (SHK); pendataan perusahaan industri besar dan sedang; pengumpulan data ekspor/impor, pengumpulan data pariwisata dan data-data lain yang hasilnya digunakan untuk penghitungan PDB dan PDRB; pelaksanaan statistical capacity building-change and reform for development of statistics (statcap-cerdas) dalam rangka reformasi menyeluruh kelembagaan BPS; serta pelaksaanaan sensus penduduk (SP) yang akan memberi gambaran mengenai kondisi demografi, pendidikan, dan ketenagakerjaan hingga wilayah administrasi yang paling kecil. Di bidang pengadaan barang dan jasa, langkah-langkah pokok yang ditempuh pada tahun 2009 dan 2010 diarahkan untuk (1) memperbaiki dan memperkuat peraturan perundang-undangan pengadaan barang/jasa; (2) meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparatur dalam bidang pengadaan barang/jasa; (3) meningkatkan pelayanan publik secara lebih cepat, mudah, dan transparan; serta (4) mengurangi praktek penyalahgunaan kewenangan oleh aparatur negara dalam pengadaan barang/jasa. Dalam rangka peningkatan kemampuan aparatur dalam pengadaan barang/jasa telah dilakukan (a) fasilitasi ujian sertifikasi ahli pengadaan yang sampai bulan Juni 2010 telah dilaksanakan 521 kali ujian dengan jumlah peserta sebanyak 45.563 orang, (b) peningkatan pelayanan sistem ujian sertifikasi ahli pengadaan, (c) peningkatan sistem pangkalan data (database) ahli pengadaan, serta (d) fasilitasi peningkatan pengetahuan dan profesionalitas lembaga- lembaga pelatihan pengadaan barang dan jasa. Selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat telah dilakukan perbaikan prosedur operasi standar (standard operating procedures (SOP)) bimbingan teknis, advokasi, pengaduan dan sanggah, serta bantuan hukum. Dalam upaya memperkecil peluang penyalahgunaan kewenangan aparat birokrasi telah dilakukan penguatan regulasi pengadaan melalui penyusunan naskah akademis dan draf rancangan undang-undang pengadaan barang/jasa pemerintah serta peningkatan monitoring dan evaluasi pengadaan, perencanaan pengadaan serta
  • 3. 13 - 3 pengembangan sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik (e- procurement.) Sejalan dengan reformasi perencanaan dan penganggaran terus dikembangkan kapasitas dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja yang akuntabel dan transparan melalui kegiatan-kegiatan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif. 13.1 PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Pelaksanaan pembangunan nasional memerlukan manajemen pembangunan, yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pengawasan dan pemantauan), serta evaluasi kinerja yang saling terkait. Perencanaan pembangunan menempati posisi penting dan strategis untuk memberikan arahan yang jelas dan terukur bagi proses pembangunan melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Untuk itu, terus dilakukan upaya penguatan di bidang perencanaan pembangunan nasional. Berbagai upaya penguatan perencanaan pembangunan nasional telah dilakukan, antara lain dengan diterbitkannya Undang- Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dengan fokus utama pada penguatan proses dan penajaman perumusan rencana pembangunan dalam musyawarah perencanaan pembangunan, baik pada tingkat daerah (kabupaten/kota dan propinsi) maupun nasional termasuk penguatan hubungan kelembagaan perencanaan dan keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders), serta peningkatan kapasitas para perencana pembangunan di daerah dan kementerian/lembaga. 13.1.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Beberapa tantangan pokok yang masih dihadapi, antara lain, adalah integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
  • 4. 13 - 4 antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, ataupun antara pusat dan daerah; koordinasi antarpelaku pembangunan; keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi; penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan; serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 13.1.2 LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL YANG DICAPAI Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan upaya penguatan perencanaan pembangunan yang mulai dilakukan sejak tahun 2009, yang merupakan tahun awal persiapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahap II periode tahun 2010—2014. Upaya peningkatan kualitas penyusunan RPJMN yang sudah dilakukan pada tahun 2009, antara lain, meliputi penajaman dalam perumusan rencana pembangunan jangka menengah serta penguatan proses perencanaan melalui peningkatan kualitas keterlibatan para pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya penguatan hubungan kelembagaan perencanaan. Upaya- upaya tersebut tercermin dari berbagai kegiatan dan keterlibatan Kementerian PPN/Bappenas dalam berbagai proses pembangunan nasional. Kegiatan-kegiatan dalam penajaman perumusan rencana pembangunan, antara lain, meliputi (a) identifikasi awal visi dan misi presiden terpilih yang selanjutnya dituangkan dalam RPJMN periode 2010—2014; (b) penyusunan RPJMN Tahun 2010—2014; c) pengembangan proses bottom up dan top down yang melibatkan partisipasi berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah; (d) berbagai kajian substantif yang berkaitan dengan bidang kedeputian di Kementerian PPN/Bappenas yang berupa background study sesuai bidang masing-masing kedeputian; (e) forum koordinasi yang secara langsung melibatkan para pemangku kepentingan dan yang dimintakan pendapat serta masukan untuk bahan penyusunan RPJMN 2010—2014.
  • 5. 13 - 5 Beberapa hasil strategis yang dicapai dalam perencanaan pembangunan sejak tahun 2009 adalah Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2010 (Perpres No. 21 Tahun 2009), RPJMN 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010), Pedoman Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Permen PPN/Kepala Bappenas Tahun 2009), Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011, Pedoman Penyusunan RPJMN 2010—2014, dan Evaluasi Lima Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004—2009, serta Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah. Dalam penyusunan RKP dan RPJM, Kementerian PPN/Bappenas melakukan rapat-rapat koordinasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders), baik tingkat pusat maupun nasional (musrenbangnas) yang sebelumnya telah melalui proses musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat provinsi, kabupaten bahkan sampai ke desa. Selain itu, terus dilakukan peningkatan kapasitas perencana, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui pemberian beasiswa untuk pendidikan gelar dan nongelar secara selektif, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian dari kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut dibiayai bersama (cost sharing) dengan anggaran dari Kementerian PPN/Bappenas dan pemerintah daerah. Dalam rangka meletakkan landasan implementasi anggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah yang dituangkan ke dalam dokumen perencanaan penganggaran RPJMN 2010—2014 dan Renstra-K/L 2010—2014, RKP 2011, Renja-K/L 2011 dan RKA K/L 2011, telah dilakukan restrukturisasi program dan kegiatan dan anggaran kementerian dan lembaga yang disesuaikan dengan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Di samping itu, di dalam penyusunan RPJMN 2010—2014 dan RKP 2011 telah diperkuat implementasi dari prinsip-prinsip penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah. Hal ini tercermin pada hal-hal berikut.
  • 6. 13 - 6 1. penyempurnaan indikator dan keluaran pada masing-masing program dan kegiatan, 2. perkuatan akuntabilitas program dan kegiatan dengan pencantuman pelaksana dari masing-masing program dan kegiatan, 3. penerapan pagu baseline dari program dan kegiatan yang merupakan upaya agar perencanaan yang disusun merupakan rencana kerja yang dapat diimplementasikan dan terukur. Untuk menunjang perkuatan implementasi ini, telah disusun berbagai manual penyusunan dokumen perencanaan, seperti manual penyusunan RPJMN 2010—2014, Renstra K/L 2010-2014, RKP 2011 dan Renja K/L 2011, dengan menerapkan prinsip penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah. Di samping itu, sinergi dari sistem pangkalan data dan perangkat lunak penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran juga terus dilakukan. 13.1.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN Beberapa tindak lanjut yang diperlukan dalam tahun 2010 dan seterusnya, antara lain sebagai berikut. 1. Menyusun dan menyempurnakan draf Manual Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran dengan perkuatan penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) ataupun dokumen lain yang terkait, 2. Meningkatkan koordinasi dalam rangka integrasi, sinkronisasi, dan sinergi rencana pembangunan, baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, maupun antara pusat dan daerah (Dalam rangka sinergi antara pusat
  • 7. 13 - 7 dan daerah, pada tahun 2010 direncanakan rapat koordinasi sebanyak 4 (empat) kali setelah Musrenbangnas 2010) 13.2 PEMBANGUNAN STATISTIK Pembangunan statistik diarahkan untuk mendukung perencanaan pembangunan guna menyusun kebijakan yang tepat bagi pencapaian sasaran pembangunan. Dalam kaitan itu ketersediaan data dan informasi statistik yang andal merupakan salah satu kunci keberhasilan dari perencanaan yang disusun. Data dan informasi statistik yang berkualitas merupakan pijakan bagi perumusan kebijakan dalam menyusun perencanaan, melakukan pemantauan/monitoring, dan mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif. Permintaan data dan informasi statistik yang beragam, tepat waktu, dan berkelanjutan terus meningkat seiring dengan makin tingginya kesadaran pengguna terhadap pentingnya data dan informasi statistik. Kebutuhan akan data dan informasi statistik tidak hanya dari instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah, tetapi juga dari kalangan akademisi, lembaga-lembaga penelitian, serta kalangan dunia usaha. Pada bagian lain, tuntutan yang bergulir dan menjadi agenda utama pada era reformasi adalah penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan good governance diperlukan prakondisi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, antara lain, faktor dukungan politik terhadap pemerintah, kualitas administrasi pemerintahan, dan kapasitas membuat, menerapkan serta mengevaluasi kebijakan kenegaraan. Untuk itu, perencanaan pembangunan yang baik juga merupakan bagian yang perlu mendapat fokus perhatian serius dalam rangka mewujudkan good governance. Dalam pada itu masyarakat juga menuntut keterbukaan atau transparansi instansi pemerintah di bidang informasi statistik serta data statistik yang akurat dan tepat waktu. Untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan statistik, terutama pada tahap pengolahan, penyajian, dan penyebarluasan data statistik, selain faktor sumber
  • 8. 13 - 8 daya manusia yang memadai juga diperlukan perangkat teknologi informasi yang memadai. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna dari berbagai kalangan tersebut, terus diupayakan berbagai langkah peningkatan terhadap jenis serta kualitas data dan informasi statistik. Selain itu, pengembangan metodologi dan sistem informasi terus ditingkatkan guna mengembangkan jaringan informasi statistik serta penguasaan teknologi dengan makin beragamnya kebutuhan data statistik dan pesatnya kemajuan teknologi sebagai prasyarat dalam menyajikan informasi statistik yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu. 13.2.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Dalam penyediaan data dan informasi statistik yang andal, terdapat empat permasalahan utama yang dihadapi dalam merencanakan pembangunan nasional di bidang statistik. Pertama, dengan diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah beserta peraturan- peraturan pelaksanaannya, kebutuhan akan berbagai ragam data dan informasi statistik untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi dan permasalahan yang dihadapi setiap daerah makin meningkat. Hingga saat ini penyediaan berbagai jenis dan keragaman data dan informasi statistik yang dibutuhkan di daerah ini masih belum dapat dipenuhi. Kondisi daerah yang sulit terjangkau masih menjadi permasalahan yang belum teratasi sehingga mengakibatkan terhambatnya pengiriman dokumen sebelum dan setelah pendataan. Kedua, kesadaran yang rendah dari responden untuk memberikan informasi dengan benar masih menjadi permasalahan utama dari petugas statistik untuk memperoleh hasil yang akurat dan tepat waktu. Ketiga, koordinasi antarpemangku kepentingan statistik juga belum terbentuk dengan baik meskipun sudah diundangkan PP tentang Sistem Statistik Nasional (SSN). Penyelenggara statistik sektoral maupun statistik khusus belum menyadari pentingnya terbangun SSN secara terpadu. Keempat, di sisi lain, walaupun tidak sedikit akademisi maupun institusi penyelenggara pendidikan
  • 9. 13 - 9 statistik, kesadaran akan arti dan pentingnya statistik masih perlu ditingkatkan. 13.2.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL- HASIL YANG DICAPAI Pembangunan statistik diarahkan untuk meningkatkan kualitas statistik nasional yang diukur dalam enam dimensi, yaitu akurat, relevan, tepat waktu, mudah diakses, koheren, yang berarti konsisten antarsektor maupun antarperiode dan spasial, serta mudah diinterpretasi. Untuk mewujudkan sasaran tersebut dirumuskan tiga langkah kebijakan, yaitu peningkatan kualitas data, peningkatan penerapan teknologi informasi dan komunikasi, dan peningkatan kapasitas SDM. Statistik bermutu tinggi dan dapat diandalkan yang dihasilkan secara tepat waktu merupakan bagian esensial dalam proses perumusan suatu kebijakan. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas data statistik ekonomi, kesejahteraan rakyat, manajemen survei dan metodologi survei, berkembangnya analisis statistik, membaiknya hubungan dengan pengguna data, serta diseminasi data statistik yang efektif dan efisien. Perbaikan yang dilakukan mulai menyentuh seluruh aspek seperti penelaahan kembali proses ketatalaksanaan (business process review) dan pengembangan kapasitas TIK (teknologi informasi komunikasi). Keberhasilan upaya peningkatan kualitas data statistik ini tidak terlepas dari dukungan dan peranan TIK yang diwujudkan melalui pembangunan arsitektur dan kerangka TIK serta manajemen informasi. Pembangunan kapasitas dan penyediaan data statistik nasional dilaksanakan melalui sebuah program teknis kestatistikan yaitu program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik. Program ini akan menjadi rencana kerja yang meliputi institusi penyedia data dan statistik, baik di pusat maupun daerah.
  • 10. 13 - 10 Kegiatan pokok rutin penyediaan data statistik nasional yang dilakukan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut. 1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 dilakukan dalam dua periode pendataan, yaitu a. Susenas Panel Maret 2010 dengan sampel sekitar 70.000 rumah tangga untuk memperoleh data jumlah penduduk miskin untuk estimasi tingkat provinsi serta b. Susenas Juli 2010 dengan sampel sekitar 300.000 rumah tangga untuk memperoleh data jumlah penduduk miskin tingkat kabupaten/kota. 2. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010 yang memberikan informasi data jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja, menganggur, pernah berhenti atau pindah pekerjaan dilaksanakan pada dua periode pendataan dengan sampel yang berbeda, yaitu a. Sakernas Februari 2010 dengan sampel sekitar 70.000 rumah tangga untuk memperoleh estimasi data angkatan kerja sampai tingkat provinsi serta b. Sakernas Agustus 2010 dengan sampel sekitar 300.000 rumah tangga untuk memperoleh estimasi data angkatan kerja sampai tingkat kabupaten/kota. 3. Survei harga konsumen (SHK) yang akan digunakan sebagai dasar penghitungan indeks harga konsumen (IHK) untuk mengukur tingkat inflasi 4. Survei harga pedesaan yang digunakan untuk menghitung indeks nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yang penyajiannya makin cepat 5. Penyusunan PDB dan PDRB triwulanan yang telah dipublikasikan lebih cepat dari 45 hari menjadi 40 hari dari
  • 11. 13 - 11 waktu berjalan dan terus diupayakan publikasi yang lebih cepat lagi 6. Survei pertanian yang menjadi dasar penghitungan angka produksi padi dan palawija yang disajikan setiap empat bulan 7. Pendataan perusahaan industri besar dan sedang yang dilakukan secara sensus, pengumpulan data ekspor/impor, pengumpulan data pariwisata dan data lain yang hasilnya digunakan untuk penghitungan PDB dan PDRB 8. Kegiatan statistical capacity building-change and reform for development of statistics (Statcap-Cerdas) dalam rangka reformasi menyeluruh BPS 9. Pengembangan IT (teknologi informasi) dalam rangka mempercepat laporan hasil pendataan di lapangan dan memudahkan pengguna data untuk mengakses data statistik. 10. Pengembangan kegiatan analisis statistik dasar dan lintas sektor serta penyusunan berbagai neraca seperti neraca regional, produksi, konsumsi dan sebagainya. 11. Penyelenggaraan berbagai kursus/pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi sumber daya manusia BPS baik di level staf maupun struktural. Pada tahun 2010, BPS juga melaksanakan kegiatan yang berskala besar, yaitu Sensus Penduduk (SP2010) yang diawali dengan tahapan perencanaan, persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data, analisis data hingga diseminasi. Data yang dihasilkan dari kegiatan SP2010 dapat memberikan gambaran secara faktual mengenai kondisi perumahan, demografi, pendidikan, dan ketenagakerjaan hingga wilayah administratif yang paling kecil. Secara umum tujuan SP2010 adalah mengumpulkan informasi yang lengkap tentang kependudukan yang memungkinkan dianalisa kondisi dan permasalahannya. Data hasil SP2010
  • 12. 13 - 12 bermanfaat bagi perencanaan pembangunan di segala bidang, bahkan untuk program langsung pemerintah karena disajikan menurut nama dan alamat. 13.2.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN Berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang cepat, lengkap, dan akurat, baik secara nasional maupun regional, perlu ditindaklanjuti dan dijaga kesinambungannya. Tindak lanjut tersebut, antara lain, melalui peningkatan koordinasi dengan instansi terkait, integrasi, sinkronisasi, dan standardisasi kegiatan statistik dalam kerangka mewujudkan sistem statistik nasional yang andal, efektif, dan efisien. Dalam kaitan itu, kapasitas sumber daya manusia yang profesional serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mutakhir perlu ditingkatkan. Kemampuan petugas dalam pendekatan terhadap masyarakat juga perlu didorong agar dapat memperoleh informasi yang benar dan substansial. Upaya kerja sama dan dukungan pemerintah provinsi, kabupaten/kota akan terus ditingkatkan sehingga hasil survei dapat dimanfaatkan secara luas oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu, diperlukan peningkatan titik jaringan komunikasi data agar hasil pencacahan dapat dikirim melalui jaringan dan langsung diolah di kantor provinsi atau kantor pusat secara daring (online). Dengan demikian, data akan lebih cepat dipublikasikan dengan waktu yang lebih singkat baik untuk pengiriman maupun pengolahan data. Pengembangan layanan jaringan komunikasi perlu ditingkatkan agar setiap kabupaten/kota mempunyai titik-titik layanan jaringan komunikasi.
  • 13. 13 - 13 13.3 PENGADAAN BARANG DAN JASA 13.3.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan barang/jasa adalah belum adanya regulasi yang lebih teknis terkait dengan pengelolaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang berupa norma, standar, prosedur, dan manual. Hal ini mengakibatkan banyaknya pengelola pengadaan barang/jasa yang ragu-ragu dalam melaksanakan pengadaan karena belum adanya petunjuk pelaksanaan secara teknis. Selain itu, pengelolaan pengadaan barang/jasa juga dihadapkan pada rendahnya kompetensi aparatur dalam mengelola pengadaan barang/jasa pemerintah. Hal ini ditandai dengan masih tingginya pelanggaran prosedur yang dilakukan oleh aparat dalam pengelolaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan masih tersendatnya proses pengadaan barang/jasa yang berakibat pada keterlambatan realisasi fisik atau keuangan. Kinerja yang buruk tersebut disebabkan masih rendahnya kapasitas dan kemampuan serta ketrampilan para pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah. Masalah lainnya dalam pengelolaan pengadaan barang/jasa adalah rendahnya kualitas pelayanan publik. Salah satu penyebabnya adalah penerapan teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai sarana untuk memberikan pelayanan publik (e-services) masih belum diterapkan secara luas dan merata dengan masih sedikitnya kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang menerapkan pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement). Pengelolaan pengadaan barang dan jasa juga dihadapkan pada tingginya praktek penyalahgunaan kewenangan oleh aparatur negara. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya kasus penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kesadaran pejabat yang berwenang tentang pentingnya menaati peraturan perundang-
  • 14. 13 - 14 undangan khususnya dalam bidang pengadaan barang/jasa pemerintah. 13.3.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL- HASIL YANG DICAPAI Salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan pengadaan barang/jasa adalah memperbaiki kebijakan dan regulasi yang ada, serta menyusun standar, pedoman, prosedur, dan manual untuk proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Standar, pedoman, prosedur, dan manual yang disusun adalah Dokumen Standar Pengadaan Jasa Konsultansi, Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, Pengadaan Barang, Pengadaan Jasa Lainnya; Manual Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Perhitungan Penyesuaian Harga (Price Adjustment), Manual Pemberlakuan Daftar Hitam (blacklist); Manual Penilaian Kualifikasi, Evaluasi Teknis dan Evaluasi Harga; dan Pedoman Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP). Terkait dengan upaya peningkatan kinerja birokrasi agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, kualitas sumber daya manusia aparatur pengelola pengadaan terus ditingkatkan. Secara umum kebijakan ini mencakup perumusan dan penyusunan strategi dan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah. Salah satu langkah kebijakan yang penting adalah pemberlakuan sertifikasi bagi pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah. Kebijakan lain yang terkait dengan peningkatan kinerja birokrasi, khususnya bagi mereka yang mengelola pengadaan barang/jasa pemerintah adalah pemberian bimbingan teknis dan advokasi yang terkait dengan pelaksanaan regulasi pengadaan barang/jasa pemerintah. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengadaan barang dan jasa, kebijakan difokuskan pada terselenggaranya pelayanan publik yang cepat, mudah, dan transparan. Kebijakan utama yang diambil adalah dengan memperkenalkan sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik (e- procurement). Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi, pembinaan, pengawasan, dan pengembangan sistem
  • 15. 13 - 15 pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik (e- procurement). Kebijakan pemberian bimbingan teknis dan advokasi yang telah disebutkan sebelumnya juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Selanjutnya, langkah kebijakan yang diambil dalam rangka pengurangan praktek penyalahgunaan kewenangan oleh aparatur negara adalah dengan memperkecil peluang terjadinya penyalahgunaan kewenangan dengan menerapkan sistem monitoring dan evaluasi pengadaan, melakukan rencana pengadaan, menerapkan pengadaan secara elektronik, serta memberi pelayanan bimbingan teknis dan advokasi di bidang pengadaan. Hasil yang dicapai pada tahun pertama RPJMN 2010—2014 adalah sebagai berikut. Pertama, dalam upaya peningkatan kinerja birokrasi khususnya di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah, hasil yang telah dicapai pada tahun 2010 terkait dengan pengembangan SDM pengadaan barang/jasa adalah sebagai berikut. 1. Fasilitasi ujian sertifikasi ahli pengadaan dilaksanakan dengan merujuk pada Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 52 ayat (1) dan Perpres Nomor 8 Tahun 2006 Pasal II butir 2 mengenai kewajiban bersertifikat bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia pengadaan. Dalam rangka memenuhi kewajiban di atas, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) memfasilitasi ujian sertifikasi ahli pengadaan barang/jasa tingkat dasar bagi aparat di instansi pemerintah pusat dan daerah. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan Juni 2010 telah dilaksanakan 521 kali ujian dengan jumlah peserta sebanyak 45.563 orang. Dari seluruh penyelenggaraan ujian tersebut sebanyak 15.471 orang telah dinyatakan lulus sebagai ahli pengadaan barang/jasa dengan perincian yang mendapatkan sertifikat L2 sebanyak 11.299 orang, sertifikat L4 sebanyak 4.158 orang, dan L5 sebanyak 14 orang. Jumlah tersebut tersebar di lebih dari 1200 instansi/lembaga pusat dan daerah. Tingkat kelulusan peserta ujian sertifikasi pengadaan
  • 16. 13 - 16 barang/jasa adalah sebesar 33,95 %, lebih tinggi dari tingkat kelulusan pada tahun-tahun sebelumnya, misalnya pada periode 2008-2009 tingkat kelulusan peserta hanya sebesar 28,50 persen. 2. Peningkatan pelayanan sistem ujian sertifikasi ahli pengadaan dilakukan melalui penyusunan bank data soal ujian, penayangan informasi tentang pedoman penyelenggaraan ujian, jadwal penyelenggaraan ujian, pemeriksaan hasil ujian, dan pengiriman sertifikat. Peningkatan pelayanan khususnya dilakukan dengan memperbaiki pemeriksaan hasil ujian, proses pengumuman hasil ujian, dan pengiriman sertifikat yang pada awalnya membutuhkan minimal 2 (dua) bulan, saat ini sudah dapat diselesaikan hanya dalam waktu 1 (satu) bulan. 3. Peningkatan sistem pengenalan data database ahli pengadaan dilakukan dengan LKPP dapat menyediakan data yang terkini dan akurat tentang ahli pengadaan di seluruh kementerian/lembaga non kementerian serta pemerintah provinsi/kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 4. Fasilitasi peningkatan pengetahuan dan profesionalitas lembaga-lembaga pelatihan pengadaan barang/jasa dilakukan melalui banyak hal. Dalam rangka meningkatkan mutu pelatihan pengadaan barang/jasa tingkat dasar yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pelatihan, LKPP telah melakukan kaji ulang terhadap modul pelatihan yang sudah ada dan mengoordinasikan penyediaan instruktur untuk pelatihan tersebut. Selanjutnya, untuk mewadahi para ahli pengadaan barang/jasa pemerintah, LKPP memfasilitasi pembentukan Ikatan Ahli Pengadaan Barang/Jasa Indonesia (IAPI).
  • 17. 13 - 17 Hasil lain yang terkait dengan pengembangan dan pembinaan SDM pengadaan yang telah dicapai sampai dengan bulan Juni 2010 adalah 1. draf final master plan SDM pengadaan barang/jasa; 2. draf kedua modul pelatihan; 3. pelatihan instruktur (TOT) pengadaan barang/jasa sebanyak dua kali dengan jumlah peserta 60 orang; 4. draf konsep akreditasi lembaga pelatihan pengadaan; 5. penyempurnaan sistem informasi SDM pengadaan barang/jasa pemerintah; 6. draf kerangka standar kompetensi nasional tenaga pengadaan barang/jasa; serta Kedua, peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat salah satunya dilakukan melalui perbaikan manajemen pelayanan publik dalam bidang pengadaan barang/jasa yang diwujudkan terutama melalui penyusunan prosedur operasi standar (standard operating procedures (SOP) bimbingan teknis, advokasi, pengaduan dan sanggah, serta bantuan hukum. Saat ini penyusunan SOP telah selesai dan sosialisasinya diperkirakan dapat diselesaikan seluruhnya pada akhir tahun 2010. Hasil lainnya yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha serta pengintensifan penanganan pengaduan masyarakat yang terkait dengan pengadaan adalah sebagai berikut 1. Pemberian bimbingan teknis dan advokasi kepada semua pemangku kepentingan (pengelola pengadaan, aparat pengawasan, aparat penyidik, hakim pengadilan, perguruan tinggi, penyedia barang/jasa, LSM, dan masyarakat) yang
  • 18. 13 - 18 terkait dengan peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui (i) konsultasi pengadaan dan (ii) pendampingan/asistensi (advokasi). Jumlah layanan konsultasi pengadaan barang/jasa yang telah diberikan adalah sebanyak lebih atas 28 ribu layanan yang terdiri dari konsultasi melalui telepon/SMS, tatap muka, surat, dan forum pengadaan surat kabar. 2. Penyelesaian sanggah banding dan penanganan pengaduan telah dilakukan selama ini. Rekomendasi penyelesaian sanggah dan sanggah banding LKPP sementara ini terbatas pada pemberian konsultasi dan rekomendasi terhadap sanggah banding yang disampaikan. Penanganan sanggah banding oleh LKPP rata-rata satu kasus per hari. Jumlah kasus yang telah ditangani hingga saat ini sebanyak 59 kasus. Sementara itu, untuk penanganan pengaduan rata-rata terdapat 4 (empat) kasus per bulan dengan jumlah kasus pengaduan yang ditangani hingga saat ini sebanyak 24 kasus. 3. Penyelesaian permasalahan hukum dilaksanakan melalui pemberian bantuan hukum dan pemberian pendapat hukum serta kesaksian ahli di bidang barang/jasa pemerintah. Pemberian bantuan hukum hanya berupa pemberian pendapat hukum terhadap kasus sengketa kontrak serta sengketa antara pengelola dan auditor. LKPP telah memberikan bantuan hukum sengketa/permasalahan kontrak sebanyak 9 kasus dan sengketa/permasalahan audit sebanyak 18 kasus. Untuk pemberian pendapat hukum serta kesaksian ahli, LKPP telah menjadi saksi ahli dalam penyelidikan, penyidikan, dan persidangan perkara korupsi pengadaan barang/jasa di KPK, pengadilan tipikor, kejaksaan, dan kepolisian dengan jumlah kasus sebanyak 24 kasus. Selain itu LKPP juga diminta menjadi saksi ahli oleh KPPU dalam menangani 6 (enam) perkara persaingan usaha terkait pengadaan barang/jasa.
  • 19. 13 - 19 Ketiga, dalam rangka memperkecil peluang penyalahgunaan kewenangan aparat birokrasi, telah dilakukan pengembangan sistem pengadaan secara elektronik (e-procurement). Selain itu, juga dilakukan penguatan regulasi pengadaan melalui penyusunan naskah akademis dan draf rancangan undang-undang pengadaan barang/jasa pemerintah. Hasil-hasil lain yang telah dicapai terkait dengan pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut 1. Lampiran Perpres pengganti Keppres No. 80 Tahun 2003 telah selesai draf finalnya sehingga pada bulan Agustus 2010 akan dilaksanakan seminar nasional. 2. Dalam tahun 2010 LKPP menyusun dan mengembangkan National Procurement Assessment Tools yang merupakan penyempurnaan dari Compliance Performance Indicator (CPI- OECD DAC). Tools ini dimaksudkan terutama untuk menilai permasalahan nyata dalam hal regulasi pengadaan nasional, kelembagaan pengadaan, dunia usaha dan implementasinya, serta pelaksanaan good governance dalam pelaksanaan pengadaan. Tools ini telah pula disosialisasikan dengan para mitra pembangunan. Dalam waktu dekat National Procurement Assessement Tools akan diterapkan secara bertahap untuk seluruh K/L/D/I. Masih dalam upaya untuk mengurangi penyalahgunaan kewenangan dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, telah dilakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan monitoring dan evaluasi pengadaan, perencanaan pengadaan, serta pengembangan e-procurement. Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan ini, antara lain sebagai berikut. 1. Penyusunan sistem monitoring dan evaluasi Pemerintah pusat dan daerah telah mulai melakukan pengisian tabel monitoring dan evaluasi dan menyampaikan hasilnya kepada LKPP. Berdasarkan tabel tersebut, LKPP mempersiapkan pangkalan data monitoring dan evaluasi pengadaan. Pangkalan data ini
  • 20. 13 - 20 selanjutnya akan diintegrasikan kedalam sistem electronic announcement dan electronic procurement. 2. Perencanaan pengadaan RAPBN Dalam rangka mengintegrasikan proses penganggaran/perencanaan pembangunan, maka diusulkan untuk memasukkan informasi mengenai rencana pengadaan pada sistem aplikasi RKAKL. Untuk itu kementerian/lembaga diwajibkan menyusun rencana pengadaan barang/jasa yang mengacu pada buku pedoman perencanaan pengadaan yang disusun LKPP. Pedoman perencanaan pengadaan RAPBN untuk K/L sudah selesai dan telah disosialisasikan kepada 6 (enam) K/L. Sementara itu pedoman perencanaan pengadaan RAPBN dan RAPBD untuk daerah, draf pedumnya sedang dibahas di pusat dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Bappenas. 3. Pengembangan dan pelaksanaan electronic procurement Dalam rangka menyelenggarakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara lebih transparan, efektif, terbuka, bersaing, adil, dan tidak diskriminatif, pemerintah mengembangkan dan memperkenalkan e-procurement. LKPP hingga saat ini telah memfasilitas pembangunan 61 layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) yang melayani 136 instansi pusat dan daerah. Jumlah paket yang sudah dilelang melalui e-procurement secara nasional sampai Juni 2010 adalah 5.147 paket dengan jumlah anggaran lebih kurang Rp8,9 trilyun. Selama Januari sampai dengan Juni tahun 2010 LKPP berhasil memfasilitasi pembangunan 28 LPSE yang dapat melayani 95 instansi pusat dan daerah dan telah berhasil melelang 3.389 paket dengan jumlah anggaran lebih kurang Rp5,5 trilyun. 13.3.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran RPJM 2010– 2014, diperlukan adanya percepatan penyelesaian beberapa kegiatan prioritas terutama menyangkut draf RUU pengadaan barang/jasa pemerintah serta peningkatan jumlah LPSE. Upaya yang akan
  • 21. 13 - 21 dilakukan untuk mempercepat penyelesaian kegiatan tersebut adalah melalui pembahasan draf RUU secara intensif di lingkungan internal dan eksternal LKPP, serta sosialisasi dan fasilitasi pembentukan LPSE terhadap K/L/D/I. Selanjutnya, untuk mewujudkan capaian sasaran RPJM tersebut, akan dilakukan upaya-upaya, antara lain (a) dilaksanakannya sosialisasi Perpres pengganti Keppres Nomor 80 Tahun 2003 sambil menunggu ditandatanganinya Perpres tersebut; (b) mempercepat penyelesaian norma, standar, panduan, dan manual; dan (c) mempercepat penyusunan rancangan undang-undang pengadaan barang/jasa agar dapat segera dibahas dengan DPR RI. Selain itu, hal lain yang perlu ditindaklanjuti terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja birokrasi, khususnya di bidang pengadaan, adalah melalui peningkatan jumlah aparat birokrasi yang memiliki sertifikat pengadaan. Tingkat kelulusan ujian sertifikasi pengadaan secara umum masih rendah, tetapi pada tahun 2010 mengalami peningkatan tingkat kelulusan ujian sertifikasi pengadaan dibandingkan dengan periode 2005—2009. Untuk itu, langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan tingkat kelulusan, antara lain, adalah meningkatkan standar pelatihan baik dari aspek lamanya pelatihan, kualitas instruktur (melalui sertifikasi instruktur), serta kualitas lembaga pelatihan (melalui akreditasi lembaga pelatihan). Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi pemegang sertifikat pengadaan barang/jasa, soal ujian akan disusun sesuai dengan standar kompetensi.