SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
A. Pengertian
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang
mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan
keluar udara paru-paru.(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dalam dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
Obstruksi jalan napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam tergantung pada
penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, penumpukan lendir dan sekresi yang sangat
banyak menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh hiperekstensi
ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkial menyempit dan membatasi jumlah
udara yang mengalir kedalam paru-paru. Sehingga menyebabkan gagal napas. Tipe-tipe gagal
napas terdiri dari tipe I disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia atau kegagalan
oksigenasi ( PaO2 rendah dan PCO2 normal). Tipe II disebut gagal nafas hiperkapnue
hipoksemia atau kegagalan ventilasi (PaO2 rendah dan PCO2 Tinggi).
B. Klasifikasi
a. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik adalah bentuk batuk kronis produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu
tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu
keefektifan pernapasan. polusi adalah penyebab utama bronkitis kronis. Pasien dengan
bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah.
Kisaran infeksi virus, bakteri, mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis
akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup
udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.
b. Emfisema Paru
Emfisema Paru adalah sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang
mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun. Pada kenyataannya, ketika
pasien mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami kerusakan yang ireversibel.
Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini merupakan penyebab utama
kecacatan.
c. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing,
muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor,
pembuluh darah yang berdilatasi, dan persebaran nodus limfe. Individu mungkin mempunyai
predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi pernapasan pada masa kanak-
kanaknya, campak, influenza, tuberkulosis, dan gangguan imunodefisiensi. Setelah
pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara
efektif, dengan akibat lendir menyumbat bronkial dan mengarah pada atelektasis.
C. Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian besar bisa dicegah.
Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOK.Laki-laki dengan
usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita PPOK.Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-
faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi paru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan
D. Tanda Dan Gejala
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah malfungsi kronis pada
sistem pernafasan yang manifestasi awalnya berupa:
1. Sesak napas.
2. Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat pagi hari.
3. Kehilangan berat badan yang cukup drastis.
4. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari.
5. Hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.
6. Penurunan daya kekuatan tubuh
E. Patofisiologi
Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada
penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang
sangat banyak sehingga menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obtruksi pada pertukaran
oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh
hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkhial menyempit dan
membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. Protokol pengobatan tertentu yang
digunakan dalam ksemua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing – masing kelainan ini
membutuhkan pendekatan spesifik.
PPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan
lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan ditempat kerja (terhadap batubara, kapas
dan padi – padian) merupakan faktor resiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini.
Prosesnya dapat eterjadi dalam rentang lebih dari 20 – 30 tahun. PPOM juga ditemukan
terjadi pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah
penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
PPOM merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu bertahun –
tahun untuk menunjukkan awitan (onset) gejala klinisnya seperti kerusakan fungsi paru.
PPOM sering terjadi simptomatik selama bertahun – tahun usia baya, tetapi insidennya
meningkat sejala dengan peningkatan usia. Meski aspek – aspek fungsi paru tertentu seperti
kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan peningkatan
usia, PPOMdapat memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan
mengakibatkan obstruksi jalan napas misalnya pada bronkitis serta kehilangan daya
pengembangan (elstisitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu, terdapat perubahan
dalam rasio ventilasi – perfusi pada klien lansia dengan PPOM.
A. Komplikasi
Ada tiga komplikasi pernapasan utama yang biasa terjadi pada PPOK yaitu gagal nafas akut(
Acute Respiratory Failure), pneumotorak dan giant bullae serta ada satu komplikasi kardiak
yaitu penyakit cor-pulmonale.
a. Acute RespiratoryFailure (ARF)
Terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat
tidur. Analisa gas darah arteri bagi pasien PPOK menunjukkan tekanan oksigen aarterial
(PaO2) sebesar 55mmHg atau kurang dan tekanan kaebondioksida (PaCO2) sebesar
50mmHg atau lebuh besar. Jika pasien atau keluarganya membutuhkan alat-alat bantu
kehidupan maka pasien tersebut dilakukan intubasi dan diberi sebuah respirator untuk
ventilasi secara mekanik.
b. Corpulmonal
Cor pulmonal atau dekompensasi ventrikel kanan, merupakan pembesaran ventrikel kanan
yang disebabkan oleh overloading akibat dari penyakit pulmo. Komplikasi jantung ini terjadi
sebagai mekanisme kompensasi sekunder bagi paru-paru yang rusak bagi penderita PPOK.
Cor pulmonari merupakan contoh yang tepat dari sistem kerja tubuh secara menyeluruh.
Apabila terjadi mafungsi pada satu sisitem organ, maka hal ini akan merembet ke siisteem
organ yang lainnya. Dalam PPOK, hipoksemia kronis menyebababkan vasokontriksi kapiler
paru-paru, yang kemudian akan meningkatkan resistensi vaskuler pulmonari. Efek dari
perubahan fisiologis ini adalah terjadi peningkatan tekanan dalam paru-paru mengakibatkan
ventrikel kanan lebih kuat dalam memompa sehingga lama kelamaan otot ventrikel kanan
menjadi hipertropi (ukurannya membesar).
Perawatan penyakit jantung-paru meliputi pemberian oksigen dosis rendah (dibatasi hingga
2liter/menit), diuretik untuk menurunkan edema perifer, dan istirahat. Edema perifer
merupakan efek domino yang lain, karena darah balik ke jantung dari perifer atau sistemik
dipengaruhi oleh hipertropi ventrikel kanan dan peningkatan tekanan ventrikel kanan.
Digitalis hanya digunakan pada penyakit jantung paru yang juga menderita gagal jantung kiri.
c. Pneumothoraks
Pneumothoraks merupakan komplikasi PPOK serius lainnya. Pneumo berarti udara sehingga
pneumothoraks diartikan sebagai akumulasi udara dalam rongga pleural. Rongga pleural
sesungguhnya merupakan rongga yang khusus, yakni berupa lapisan cairan tipis antara
lapisan visceral dan parietal paru-paru. Funsi cairan pleura adalah untuk membantu gerakan
paru-paru menjadi lancar selama pernapasan berlangsung. Ketika uadara terakumulasi dalam
rongga pleural, maka kapsitas paru-paru untuk pertukaran udara secara normal menjadi
melemah dan hal ini menyebabkan menurunnya kapasitas vital dan hipoksemia.
B. PemeriksaanDiagnostik
PemeriksaanFisik
Temuanpemeriksaanfisikmulaidariinspeksidapatberupabentuk dada seperti tong (barrel
chest), terdapatcarabernapaspurse lips breathing (seperti orang meniup),
terlihatpenggunaandanhipertrofiotot-otot bantu napas, pelebaranselaiga,
danbilatelahterjadigagaljantungkananterlihatdistensi vena jugularisdan edema tungkai.
Padaperkusibiasanyaditemukanadanyahipersonor. Pemeriksaanauskultasidapatditemukan
fremitus melemah, suaranapasvesikulermelemahatau normal, ekspirasimemanjang, ronki,
danmengi (PDPI, 2003).
PemeriksaanPenunjang
a. Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksiditentukanolehnilai VEP1 prediksi (%) danatau VEP1/KVP (%). VEP1 merupakan
parameter yang paling umumdipakaiuntukmenilaiberatnya PPOK
danmemantauperjalananpenyakit.
Apabilaspirometritidaktersediaatautidakmungkindilakukan, APE meter
walaupunkurangtepat,
dapatdipakaisebagaialternatifdenganmemantauvariabilitasharianpagidan sore,
tidaklebihdari 20%.
b. Radiologi (fototoraks)
Hasilpemeriksaanradiologisdapatditemukankelainanparuberupahiperinflasiatauhiperlusen,
diafragmamendatar, corakanbronkovaskuler
Universitas Sumatera Utara meningkat, jantung pendulum, danruang retrosternal melebar.
Meskipunkadang-kadanghasilpemeriksaanradiologismasih normal pada PPOK
ringantetapipemeriksaanradiologisiniberfungsijugauntukmenyingkirkan diagnosis
penyakitparulainnyaataumenyingkirkan diagnosis banding darikeluhanpasien (GOLD, 2009).
c. Laboratoriumdarahrutin
d. Analisa gas darah
e. Mikrobiologi sputum (PDPI, 2003)
C. ManajemenPenatalaksanaan
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara misalnya latihan batuk
efektif.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi
yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid
untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 – 2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi dada yaitu drainase postural, perkusi dan vibrasi dada, terutama bertujuan
untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan napas dalam dan latihan batuk efektif untuk melatih penderita agar bisa
melakukan pernapasan yang paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu seperti jalan santai, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
d. Vocational guidance (bimbingan pekerjaan), yaitu usaha yang dilakukan terhadap
penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Haemophilus Influenza dan StreptococcusPneumonia,
maka digunakan ampisilin atau eritromisin. Augmentin (amoksilin danasam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalahHaemophilus Influenza. Pemberian
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, ataudoksisiklin pada pasien yang mengalami
eksaserbasi akut terbukti mempercepatpenyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan
peak flow rate. Namun hanyadalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat
infeksi sekunder atautanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi dada membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
3. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan
adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau
ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin .
4. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin dapat menurunkan
kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
c. Fisioterapi dada.
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e. Mukolitik dan ekspektoran
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan
PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,
untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.

More Related Content

What's hot (12)

Makalah anvis "enfisema"
Makalah anvis "enfisema"Makalah anvis "enfisema"
Makalah anvis "enfisema"
 
Systema digestivus
Systema  digestivusSystema  digestivus
Systema digestivus
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Penyakit sistem pernafasan
Penyakit sistem pernafasanPenyakit sistem pernafasan
Penyakit sistem pernafasan
 
Askep ards tahyr AKPER PEMKAB MUNA
Askep ards tahyr AKPER PEMKAB MUNA Askep ards tahyr AKPER PEMKAB MUNA
Askep ards tahyr AKPER PEMKAB MUNA
 
Emphysema paru
Emphysema paruEmphysema paru
Emphysema paru
 
Patologi sistem respirasi
Patologi sistem respirasiPatologi sistem respirasi
Patologi sistem respirasi
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT ASKEP BRONKITIS
PPT ASKEP BRONKITISPPT ASKEP BRONKITIS
PPT ASKEP BRONKITIS
 
Copd Akper pemkab muna
Copd  Akper pemkab munaCopd  Akper pemkab muna
Copd Akper pemkab muna
 
Laporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOKLaporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOK
 

Similar to Materi ppok (20)

Satpel ppok
Satpel ppokSatpel ppok
Satpel ppok
 
Copd
Copd Copd
Copd
 
Copd
Copd Copd
Copd
 
Penyakit paru obstruktif
Penyakit paru obstruktifPenyakit paru obstruktif
Penyakit paru obstruktif
 
Emfisema AKPER PEMKAB MUNA
Emfisema AKPER PEMKAB MUNAEmfisema AKPER PEMKAB MUNA
Emfisema AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by SheraraKelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
 
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
 
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan tata laksana gagal nafas di rumah sakit
Asuhan tata laksana gagal nafas di rumah sakitAsuhan tata laksana gagal nafas di rumah sakit
Asuhan tata laksana gagal nafas di rumah sakit
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Pptaskep 111006064606-phpapp02
Pptaskep 111006064606-phpapp02Pptaskep 111006064606-phpapp02
Pptaskep 111006064606-phpapp02
 
Ppt askep
Ppt askepPpt askep
Ppt askep
 
Penyakit_Pernapasan.pptx
Penyakit_Pernapasan.pptxPenyakit_Pernapasan.pptx
Penyakit_Pernapasan.pptx
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 

Recently uploaded (17)

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 

Materi ppok

  • 1. A. Pengertian PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.(Brunner&Suddarth,2001) Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dalam dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008). Obstruksi jalan napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam tergantung pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkial menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir kedalam paru-paru. Sehingga menyebabkan gagal napas. Tipe-tipe gagal napas terdiri dari tipe I disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia atau kegagalan oksigenasi ( PaO2 rendah dan PCO2 normal). Tipe II disebut gagal nafas hiperkapnue hipoksemia atau kegagalan ventilasi (PaO2 rendah dan PCO2 Tinggi). B. Klasifikasi a. Bronkitis Kronik Bronkitis kronik adalah bentuk batuk kronis produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu keefektifan pernapasan. polusi adalah penyebab utama bronkitis kronis. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan. b. Emfisema Paru Emfisema Paru adalah sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun. Pada kenyataannya, ketika pasien mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami kerusakan yang ireversibel. Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini merupakan penyebab utama kecacatan. c. Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan persebaran nodus limfe. Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi pernapasan pada masa kanak- kanaknya, campak, influenza, tuberkulosis, dan gangguan imunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat lendir menyumbat bronkial dan mengarah pada atelektasis. C. Etiologi PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOK.Laki-laki dengan
  • 2. usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita PPOK.Penyakit ini dikaitkan dengan faktor- faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain: 1. Merokok sigaret yang berlangsung lama 2. Polusi udara 3. Infeksi paru berulang 4. Umur 5. Jenis kelamin 6. Ras 7. Defisiensi alfa-1 antitripsin 8. Defisiensi anti oksidan D. Tanda Dan Gejala Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya berupa: 1. Sesak napas. 2. Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat pagi hari. 3. Kehilangan berat badan yang cukup drastis. 4. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. 5. Hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah. 6. Penurunan daya kekuatan tubuh E. Patofisiologi Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obtruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkhial menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. Protokol pengobatan tertentu yang digunakan dalam ksemua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing – masing kelainan ini membutuhkan pendekatan spesifik. PPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan ditempat kerja (terhadap batubara, kapas dan padi – padian) merupakan faktor resiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat eterjadi dalam rentang lebih dari 20 – 30 tahun. PPOM juga ditemukan terjadi pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu. PPOM merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu bertahun – tahun untuk menunjukkan awitan (onset) gejala klinisnya seperti kerusakan fungsi paru. PPOM sering terjadi simptomatik selama bertahun – tahun usia baya, tetapi insidennya meningkat sejala dengan peningkatan usia. Meski aspek – aspek fungsi paru tertentu seperti kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan peningkatan usia, PPOMdapat memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan napas misalnya pada bronkitis serta kehilangan daya pengembangan (elstisitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu, terdapat perubahan dalam rasio ventilasi – perfusi pada klien lansia dengan PPOM. A. Komplikasi
  • 3. Ada tiga komplikasi pernapasan utama yang biasa terjadi pada PPOK yaitu gagal nafas akut( Acute Respiratory Failure), pneumotorak dan giant bullae serta ada satu komplikasi kardiak yaitu penyakit cor-pulmonale. a. Acute RespiratoryFailure (ARF) Terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat tidur. Analisa gas darah arteri bagi pasien PPOK menunjukkan tekanan oksigen aarterial (PaO2) sebesar 55mmHg atau kurang dan tekanan kaebondioksida (PaCO2) sebesar 50mmHg atau lebuh besar. Jika pasien atau keluarganya membutuhkan alat-alat bantu kehidupan maka pasien tersebut dilakukan intubasi dan diberi sebuah respirator untuk ventilasi secara mekanik. b. Corpulmonal Cor pulmonal atau dekompensasi ventrikel kanan, merupakan pembesaran ventrikel kanan yang disebabkan oleh overloading akibat dari penyakit pulmo. Komplikasi jantung ini terjadi sebagai mekanisme kompensasi sekunder bagi paru-paru yang rusak bagi penderita PPOK. Cor pulmonari merupakan contoh yang tepat dari sistem kerja tubuh secara menyeluruh. Apabila terjadi mafungsi pada satu sisitem organ, maka hal ini akan merembet ke siisteem organ yang lainnya. Dalam PPOK, hipoksemia kronis menyebababkan vasokontriksi kapiler paru-paru, yang kemudian akan meningkatkan resistensi vaskuler pulmonari. Efek dari perubahan fisiologis ini adalah terjadi peningkatan tekanan dalam paru-paru mengakibatkan ventrikel kanan lebih kuat dalam memompa sehingga lama kelamaan otot ventrikel kanan menjadi hipertropi (ukurannya membesar). Perawatan penyakit jantung-paru meliputi pemberian oksigen dosis rendah (dibatasi hingga 2liter/menit), diuretik untuk menurunkan edema perifer, dan istirahat. Edema perifer merupakan efek domino yang lain, karena darah balik ke jantung dari perifer atau sistemik dipengaruhi oleh hipertropi ventrikel kanan dan peningkatan tekanan ventrikel kanan. Digitalis hanya digunakan pada penyakit jantung paru yang juga menderita gagal jantung kiri. c. Pneumothoraks Pneumothoraks merupakan komplikasi PPOK serius lainnya. Pneumo berarti udara sehingga pneumothoraks diartikan sebagai akumulasi udara dalam rongga pleural. Rongga pleural sesungguhnya merupakan rongga yang khusus, yakni berupa lapisan cairan tipis antara lapisan visceral dan parietal paru-paru. Funsi cairan pleura adalah untuk membantu gerakan paru-paru menjadi lancar selama pernapasan berlangsung. Ketika uadara terakumulasi dalam rongga pleural, maka kapsitas paru-paru untuk pertukaran udara secara normal menjadi melemah dan hal ini menyebabkan menurunnya kapasitas vital dan hipoksemia. B. PemeriksaanDiagnostik PemeriksaanFisik Temuanpemeriksaanfisikmulaidariinspeksidapatberupabentuk dada seperti tong (barrel chest), terdapatcarabernapaspurse lips breathing (seperti orang meniup), terlihatpenggunaandanhipertrofiotot-otot bantu napas, pelebaranselaiga, danbilatelahterjadigagaljantungkananterlihatdistensi vena jugularisdan edema tungkai. Padaperkusibiasanyaditemukanadanyahipersonor. Pemeriksaanauskultasidapatditemukan
  • 4. fremitus melemah, suaranapasvesikulermelemahatau normal, ekspirasimemanjang, ronki, danmengi (PDPI, 2003). PemeriksaanPenunjang a. Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP) Obstruksiditentukanolehnilai VEP1 prediksi (%) danatau VEP1/KVP (%). VEP1 merupakan parameter yang paling umumdipakaiuntukmenilaiberatnya PPOK danmemantauperjalananpenyakit. Apabilaspirometritidaktersediaatautidakmungkindilakukan, APE meter walaupunkurangtepat, dapatdipakaisebagaialternatifdenganmemantauvariabilitasharianpagidan sore, tidaklebihdari 20%. b. Radiologi (fototoraks) Hasilpemeriksaanradiologisdapatditemukankelainanparuberupahiperinflasiatauhiperlusen, diafragmamendatar, corakanbronkovaskuler Universitas Sumatera Utara meningkat, jantung pendulum, danruang retrosternal melebar. Meskipunkadang-kadanghasilpemeriksaanradiologismasih normal pada PPOK ringantetapipemeriksaanradiologisiniberfungsijugauntukmenyingkirkan diagnosis penyakitparulainnyaataumenyingkirkan diagnosis banding darikeluhanpasien (GOLD, 2009). c. Laboratoriumdarahrutin d. Analisa gas darah e. Mikrobiologi sputum (PDPI, 2003) C. ManajemenPenatalaksanaan 1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari polusi udara. 2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara misalnya latihan batuk efektif. 3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik. 4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial. 5. Pengobatan simtomatik. 6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. 7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit. 8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi: a. Fisioterapi dada yaitu drainase postural, perkusi dan vibrasi dada, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus. b. Latihan napas dalam dan latihan batuk efektif untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif. c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu seperti jalan santai, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani.
  • 5. d. Vocational guidance (bimbingan pekerjaan), yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula. Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis) 1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara 2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan : a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Haemophilus Influenza dan StreptococcusPneumonia, maka digunakan ampisilin atau eritromisin. Augmentin (amoksilin danasam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalahHaemophilus Influenza. Pemberian antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, ataudoksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepatpenyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanyadalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atautanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat. b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2 c. Fisioterapi dada membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik. 3. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin . 4. Terapi jangka panjang di lakukan : a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut. b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru. c. Fisioterapi dada. d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik e. Mukolitik dan ekspektoran f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg) g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.