Maf'ul ma'ah adalah kata benda yang dibaca dengan vokal nasab yang disebutkan setelah kata waw yang berarti menyertai. Kata benda ini harus memenuhi tiga syarat yaitu berada setelah kata waw, setelah kata kerja, dan harus didahulukan oleh kata kerjanya.
MAF'UL MA'AH] Definisi, Syarat dan Hukum Kalimat Maf'ul Ma'ah
1. BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nahwu salah satu mata kuliah yang mempelajari kaidah – kaidah Bahasa Arab
terutama dalam bab Maf’ul ada makna yang tersembunyi dalam bab ini. Sehingga
apabila salah memahami berakibat pula salah pula dalam ma’nanya. Maka perlunya
ketelatenan dalam memahami bab ini.
2. Tujuan pembuatan makalah
1. Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab
2. Agar lebih memahami tata bahasa Indonesa dengan baik dan benar
3. Agar tidak salah pemahaman dalam menulis dan berbicara bahasa Arab
ii
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI MAF’UL MA’AH
َ
َْ ع
َ ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ ََ َ ع
ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ ََ ع ع
َ َ
ََف عَم ْ عْفعِت ْ َُُهععلق ْ عْفع عل حِ ْ وْلَ نلْد لْععْ ن ن لَُعوْص ْ د َُمْععق ْبْص نمٌَ مْم ُهعم لََُْمل
ْ
Yaitu isim yang dibaca nashab yang jatuh sesudah waw ) ن نِتyang berarti; menyertai,
untuk menunjukkan sesuatu hasil perbuatan dengan menyertainya,
Atau redaksi lain :
َْ ع
ِْ َُُهععلق ْ عْفع عل َحِ ُُوْل ْ َُُل عَ لْععْ َُل ن ُُعمَم َ م ِمََ هََُْ َُص ُفم
َ ْ َ ََ َْ ع ع ْ َ ع
ََ ع
ْ ََ َ ْ َ َ َْ َ
Yaitu isim yang dibaca nasab yang disebutkan setelah wawu ma’iyyah tanpa
bersamaan dengan hukumnya
Contoh :
= حََ هعلَعل ن ُتلمTono berjalan menyertai gunung
ْ ْْ ْ
ْ ْ
Jadi maf’ulma’ahu adalah isim yang mempunyai kedudukan jabatannya sesudah waw
ع ن نِتyang berarti; menyertai atau serta, maka di sini kalau diartikan secara harfiyah,
kalimat tersebut di atas menjadi : Tono berjalan dan gunung, tetapi berjalan dan
gunung di sini maksudnya ialah Tono berjalan di lereng gunung, bukan berarti Tono
berjalan bersama dengan gunung, dengan kata lain ia senantiasa berjalan seolah –olah
di sebelah gunung.
Penjelasannya :
Isim yang dijadikan maf’uul ma’ah harus dijadikan berharokat nashab contoh :
حََ هعلَعل ن ُتلْمTono berjalan menyertai gunung
ْ ْ ْ
ْ ْ
Lafazh ْ ن ُتلْمharus berharokat nashab fathah
ْ ْ
B. SYARAT – SYARAT KALIMAH YANG DILETAKAN SEBELUM MAF’UUL
MA’AH YAITU ADA TIGA :
1. Isim yang terletak setelah ن نwawu yang bermakna ْ د
ْ
2. Isim terletak setelah fi’il
3. ‘amil maf’uul ma’ah harus didahulukan
ii
3. syarat syarat maf’ul ma’ah
1. Berbentuk isim Fadhlah
maksudnya adanya isim tersebut termasuk kelebihan artinya tanpa adanya isim terebut
sebenarnya jumlah tersebut sudah bisa dipahami, contoh :
“ َْمَ ُألَ َُِ ن ظْاََعajak lah orang – orang dholim bersamaan hari – hari”
ْ ْ َ
ْ
2. Sebelum Wawu Ma’iyyah ada Jumlah contoh
“ ََْ َْ َ مَ ن ُتمَاraja datang bersamaan dengan prajurit”
ْ ْ ْ ع
ْ ْ
3. Wawu tersebut bermakna “ Ma’ah “
حََ هعلَعل ن ُتلمTono berjalan menyertai gunung
ْ ْْ ْ
ْ ْ
C. HUKUM-HUKUM KALIMAT ISIM YANG JATUH SETELAH WAWU
Dalam hal ini ada empat macam hukum kalimat yang jatuh setelah wawu
1 عWajib dibaca Nashob ِتWawu Ma’iyyahع
Dalam hal ini jika sudah memenuhi tiga syarat di atas.
Contoh :
ْ “ حََُْ ا َبمم ن ُبَمَمkholil bepergian bersamaan dengan malam”
ْ َ َ ْ ْ ْ
Kata “ ْ “ ُبممwajib dibaca nashob karena jatuh setelah wawu ma’iyyah, dan jika
diatofkan
malah akan merusak makna kalam.
2) Wajib athof (wawu Athof)
Dalam hal ini jika tidak memenuhi tga syarat di atas, contoh :
َ “ نحعمعَََ ََْ اَْ َُعkholid datang bersamaan dengan said”
ْ ْ
D. ‘AMIL PADA MAF’UL MA’AH
Seperti yang kita tahu pada definisi maf’ul ma’ah di atas kita ketahui bahwa yang
membuat
maf’ul ma’ah dibaca nashob adalah fi’ilnya atau isim yang menyerupai fi’il ِتsyibhu
fi’ilع
contoh :
“ ََْ َْ َ مَ ن ُتمَاraja datang bersamaan dengan prajurit”
ْ ْ ْ ع
ْ ْ
ii
4. Akan tetapi terkadang amil maf’ul ma’ah juga dikira-kirakan. Hal itu jika jatuh setelah
“ ْ “ َ ن مistifhamiyyah. Contoh :
َ ََعْ ناَُع ا ن َ ُخ نحعمع ا
Hal tersebut tetap menggunakan amil fi’il akan tetapi dikira-kirakan, jika
ditampakkan berbunyi :
ع ع
َْ هْملَ ناَُع اً ن َ مَنم ُخ
ْ ْ ْ
Catatan :
Bahasan yang menjadi catatan penting adalah pada bab maf’ul ma’ah ini, maf’ul
ma’ah tidak
boleh didahulukan dari amilnya.
ii
5. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maf’ul Ma’ah yaitu isim yang dibaca nasab yang disebutkan setelah wawu ma’iyyah
tanpa bersamaan dengan hukumnya.
Syarat – syarat kalimah yang diletakan sebelum maf’uul ma’ah yaitu ada tiga :
1. Isim yang terletak setelah ن نwawu yang bermakna ْ د
ْ
2. Isim terletak setelah fi’il
‘amil maf’uul ma’ah harus didahulukan
B. Saran
- Kita dituntut untuk memahaminya lebih detail sehingga tidak ada misundrestanding
- Agar pembaca lebih berhati – hati dalam melakukan percakapan maupun penulisan
bahasa arab.
ii
6. KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya, Sehingga penulis telah menyelesaikan makalah salah satu tugas mata
kuliah Bahasa Arab.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Atas segala bantuan dari segala pihak semoga Allah SWT membalas dengan pahala
yang berlipat ganda. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini Semoga makalah ini bermanfa’at khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
Raha,
November 2013
Penulis
ii
7. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………................i
DAFTAR ISI ………………………………………………..............................ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...................1
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
BAB II ISI …………………………. .… ……………………………...............2
A. DEFINISI MAF’UL MA’AH ………….……………………………...........2
B. SYARAT – SYARAT KALIMAH YANG DILETAKAN SEBELUM MAF’UUL
MA’AH ………………………………………………..……….........................2
C. HUKUM-HUKUM KALIMAT ISIM YANG JATUH SETELAH WAWU.3
D. ‘AMIL PADA MAF’UL MA’AH…………………………….....................3
BAB III PENUTUP………………………………………………..................4
A. Kesimpulan...................................................................................................4
B. Saran.............................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................5
ii
8. DAFTAR PUSTAKA
- K.H. Moch. Anwar,” Ilmu nahwu Terjemah” Bandung, Sinar Baru
ALGESINDO,2006,
- Muhammad Abdullah Bin Hasan’ Tashilul masalik fi tarjamah alfiah ibnu malik”
SUKABUMI
- Yahya,aly”Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu”
Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga,1402 H
ii
9. TUGAS MAKALAH INDIVIDU
BAHASA ARAB
(MA’FUL MA’AH)
DISUSUN OLEH :
EKI NURMALASARI SUDJANA PUTERI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SYARIF MUHAMMAD RAHA
ii