SlideShare a Scribd company logo
1 of 93
Download to read offline
i
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC)
TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh:
Bijalmiah
PSW.IB.2013.0059
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini
di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2016
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Agustus 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Kab. Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini
di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2016
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Agustus 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Kab. Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini
di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2016
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Agustus 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Kab. Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….)
2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….)
3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….)
2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….)
3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….)
2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….)
3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI :
Nama : Bijalmiah
NIM : 2013.IB.0059
Tempat / Tanggal Lahir : Ghonsume, 31 Desember 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gatot Subroto
II. PENDIDIKAN
A. Taman kanak-kanak : TK PGRI Wadasa tahun 2000
B. SD : SD Negeri 10 Maginti 2001 – 2007
C. SMP : SMP Negeri 5 Tikep 2008 – 2010
D. SMA : SMA Negeri 1 Kabangka 2011 – 2013
E. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya
tahun 2016.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subuhana Wataala berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulisan tugas membuat karya tulis
ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang
Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2016” dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rosdiana, S.ST selaku pembimbing
I dan Ibu Fatmawati Desa, S.ST selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga karya
tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Selain itu, ucapan terimah kasih yang tak terhingga penulis sampaikan pula
pada:
1. Bapak La Ode Muhlisi, A,Kep.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Sowite Kabupaten Muna.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna dan sekaligus penguji karya tulis ilmih.
3. Seluruh jajaran Dosen dan seluruh staf tata usaha Akademi Kebidanan
Paramata yang telah membekali dengan ilmu pengetahuan kepada penulis.
4. Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
vi
5. Direktur dan Kepala Ruangan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang telah memberikan izin serta kesempatan untuk melaku
kan penelitian.
6. Untuk kedua orang tuaku (La Saali dan Wa Muhaimah) saudara saudariku
serta keluargaku yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun
material serta do’a restu yang tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha.
7. Semua rekan-rekan mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata Raha angkatan
2013 khususnya kelas B dan sahabat-sahabatku (Lina, Ayu, Sarnia, Asti, Niar,
Afi). Terima kasih atas semangat, motivasi, dan dukungan yang tidak henti-
hentinya, semoga hati kita disatukan dalam cinta-nya dan dipisahkan dalam
kasih-nya serta persahabatan kita yang tak lekang oleh waktu. Dan semoga
Allah SWT, memberikan imbalan yang setimpal atas segala kebaikan dalam
mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,
masih masih jauh dari sempurna, olehnya itu penulis sangat mengharapkan
usulan dan saran dari untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan berkah dan rahmat-nya kepada kita semua.
Amin.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
Raha, Juli 2016
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Riwayat Hidup ................................................................................................. iv
Kata pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Tabel ..................................................................................................... ix
Daftar lampiran ............................................................................................... x
Intisari ...... .................................................................................................... xi
Bab I Pendahuluan.................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1. Tujuan Umum....................................................................... 5
2. Tujuan Khusus...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ................................................................... 6
2. Manfaat Praktis..................................................................... 6
Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7
A. Telaah Pustaka ..……………………………………………… 7
1. Masa Nifas…………………................................................ 7
2. Sectio Caesarea ……………………………………………. 20
3. Mobilisasi Dini ...………………………………………… 23
4. Pengetahuan ……………………………………….....…… 50
Bab III Metode Penelitian .......................................................................... 51
A. Jenis dan Rancangan Penelitan.................................................. 51
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 51
1. Populsai ................................................................................ 51
2. Sampel ................................................................................. 51
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 51
viii
D. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................. 51
E. Definisi Operasional ................................................................... 52
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 53
G. Pengolahan dan Analisis Data.................................... ................ 54
H. Jalannya Penelitian ..................................................................... 55
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................... 57
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 57
B. Pembahasan ............................................................................... 63
Bab V Kesimpulan dan Saran....................................................................... 70
A. Kesimpulan ................................................................................ 70
B. Saran ........................................................................................... 70
Daftar Pustaka................................................................................................ 72
Lampiran – Lampiran
ix
Daftar Tabel
Tabel 1. Program Masa Nifas............................................................................. 9
Tabel 2. Proses Involusio Uterus........................................................................ 11
Tabel 3. Definisi Operasional............................................................................. 50
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan
tingkat Tahu di RSUD Kab. Muna Tahun 2016.................................. 59
Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkat
Pemahaman di RSUD Kab. Muna Tahun 2016. ................................ 59
Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkat
Aplikasi di RSUD Kab. Muna Tahun 2016............. ......................... 60
x
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3. Kuisioner
Lampiran 4. Master Tabel
Lampiran 5. Surat Bukti Penelitian
Lampiran 6. Lembar Pernyataan
xi
Intisari
Bijalmiah (2013.IB.0059) “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea
Tentang Mobilisasi Dini Di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna” di
bawah Bimbingan Ibu Rosdiana, S.ST Dan Ibu Fatmawati Desa, S.ST.
Latar Belakang: Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun
2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada tahun 2006
sampai dengan tahun 2012 rata-rata kejadian SC meningkat sebesar 12% (WHO,
2013 & 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan
kelahiran bedah caesarea sebesar (9,8%) dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta
(19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Di RSUD Kabupaten Muna
selama periode bulan Januari-Juni 2016, jumlah ibu yang melahirkan secara
keseluruhan sebanyak 284 orang, 109 orang ibu diantaranya dengan persalinan
Sectio Caesaria.
Metode Penelitian: Jenis penelitian deskriptif. Populasi semua ibu melahirkan
dengan SC, kemudian seluruh populasi dijadikan sampel dengan menggunakan
teknik accidental sampling.
Hasil Penelitian: Pengetahuan responden tentang Mobilisasi Dini dari 30 responden
yang tingkat tahu kategori baik 3 responden (10%), cukup 11 responden (36,7%),
dan kurang 16 responden (50%), berdasarkan tingkat pamahaman kategori baik 4
responden (13,3%), cukup 11 responden (36,7), kurang 15 responden (50%),
berdasarkan tingkat aplikasi kategori baik 6 responden (20%) cukup 7 responden
(23,3%), kurang 17 responden (56,7 %).
Kesimpulan: Berdasarkan pengetahuan responden tentang Mobilisasi Dini
(50%) mempunyai tingkat tahu kategori kurang, (36,7%) mempunyai tingkat tahu
kategori cukup, (10%) mempunyai tingkat tahu kategori baik, (50%) mempunyai
tingkat memahami kategori kurang, (36,7) mempunyai tingkat memahami kategori
cukup, (13,3%) mempunyai tingkat memahami kategori baik, (56,7 %) mempunyai
tingkat aplikasi kategori kurang, (23,3%) mempunyai tingkat aplikasi kategori
kurang, (20%) mempunyai tingkat aplikasi kategori kurang.
`
Kata Kunci : Pengetahuan – Mobilisasi Dini Post SC
Daftar pustaka : 18 literatur (2007 s.d 2015).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 diperoleh angka
kejadian sectio caesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun–tahun sebelumnya.
Standar rata-rata sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000
kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit
swasta bisa lebih dari 30%, jumlah tindakan sectio caesarea di Inggris sekitar 29.1%
per 100 kelahiran pada tahun 2010. Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara
berkembang melonjak pesat setiap tahunnya (Hasmirah Mira, 2012).
Pada terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang. Jika
setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena
persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga
dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha
tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional
misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer
program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau program
gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia
sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun
1994. (Rahmawati, 2012)
Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang
juga bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) seperti International
Conference on Population and Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference
on Women, di Beijing, 1995 (Rahima, 2016).
1
2
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012). Pembedahan Caesarea
professional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum
tahun 1800 Sectio Caesarea jarang dikerjakan dan biasanya Fatal. Di London dan
Edinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan Caesarea terdapat 33 kematian ibu.
Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea di Amerika
Serikat. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari
fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Sugeng
Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012).
Sectio caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-
negra berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni, et al, 2014). Menurut World Health
Organization (WHO), (2014) negara tersebut diantaranya adalah Australia (32%),
Brazil (54%), dan Colombia (43%). Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005
sampai dengan tahun 2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran,
sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 rata-rata kejadian SC meningkat
menjadi sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukan kelahiran bedah caesarea sebesar 9,8% dengan proporsi
tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Persalinan
melalui Sectio Caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan
pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan
ibu setelah tindakan Sectio Caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat
3
akan berdampak pada kematian ibu. Oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring
dilakukan beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam keadaan sehat
Salah satu upaya untuk mencegah kejadian ini dapat dilakukan mobilisasi dini
(Early Ambulation). Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.
Dengan mobilisasi dini diharapkan ibu nifas dapat menjadi lebih sehat dan lebih kuat,
selain juga dapat melancarkan pengeluaran lochea, membantu proses penyembuhan
luka akibat proses persalinan, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan kelancaran
peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi air susu ibu (ASI) dan pengeluaran sisa
metabolisme.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih
lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat
proses pembedahan. Biasanya, hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah
operasi. Ibu yang baru menjalani sectio caesaria lebih aman bila diperbolehkan pulang
pada hari keempat atau kelima post partum dengan syarat tidak terdapat komplikasi
selama masa nifas. Komplikasi setelah tindakan pembedahan dapat memperpanjang
lama perawatan dan memperlama masa pemulihan di rumah sakit.
Pada Sectio Caesaria terjadi perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan
otot perut) dan dinding uterus. Adanya luka post Sectio Caesaria merupakan salah satu
faktor yang memperpanjang lama perawatan ibu post Sectio Caesaria di rumah sakit.
Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan dari luka post Sectio Caesaria antara
4
lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya mobilisasi dini diharapkan
akan menyebabkan perbaikan suplay darah sehingga berpengaruh terhadap kecepatan
proses penyembuhan luka post Sectio Caesaria (Bahiyatun, 2009)
Di RSUD Kabupaten Muna selama periode bulan Januari-Juni 2016, jumlah ibu
yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 284 orang, 109 orang ibu diantaranya
dengan persalinan Sectio Caesaria. Persalinan Sectio Caesaria di RSUD Kabupaten
Muna dilakukan dengan berbagai indikasi baik dari faktor ibu maupun faktor janin.
Faktor ibu diantaranya diantaranya KPD >24 jam 28 kasus, CPD 7 kasus (6,4%) PEB
dan eklamsi 18 kasus (16,5%), gravid post SC atau bekas sectio caesarea 9 kasus
(8,3%), dan faktor janin letak memanjang 12 kasus (11,0%), gawat janin 18 kasus
(16,6%), kasus dan yang lainya diantaranya, tumor uterus, kehamilan kembar, kala II
lama, dan lain-lain. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti selama
mengikuti kegiatan praktek klinik kebidanan pada periode bulan Mei di Ruang
kebidanan RSUD Kabupaten Muna yaitu dengan melakukan wawancara kepada ibu
post Sectio Caesaria didapatkan kenyataan bahwa ibu yang tidak mau melakukan
mobilisasi dini yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasakan nyeri
pada luka post Sectio Caesaria. Rasa nyeri masih dirasakan ibu 2-3 hari setelah operasi
dan umumnya membuat ibu malas untuk melakukan mobilisasi atau menggerakkan
badan dengan alasan takut jahitan lepas. Berdasarkan fenomena tersebut dan mengingat
pentingnya mobilisasi dini untuk penyembuhan luka post Sectio Caesaria dan
pemulihan kesehatan ibu maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang
“Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria tentang Mobilisasi Dini di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “ Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang
Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi
Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat tahu ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio
Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten
Muna Tahun 2016.
b. Mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post
Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD
Kabupaten Muna Tahun 2016
c. Mengetahui tingkat aplikasi ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post
Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD
Kabupaten Muna Tahun 2016.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teorietis
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam memperkaya
wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus.
2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi RSUD Kabupaten Muna
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penilaian dan pemikiran terhadap
pelayanan yang telah di diberikan terutama dalam pemberian asuhan kebidanan
kepada ibu post Sectio Caesaria selama perawatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini dan sebagai bahan
bacaan di perpustakaan.
c. Bagi Profesi Kebidanan
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu
kebidanan serta merupakan masukan informasi yang berharga bagi profesi bidan
dalam menyusun program pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya
melakukan mobilisasi dini setelah menjalani persalinan ataupun operasi sectio
caesarea.
d. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian tentang Gambaran
Pengetahuan Ibu Post Sectio tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan
RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Masa Nifas
a) Pengertian
Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Sinopsis Obstetric, 2015)
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal (Rukiyah, at all, 2011)
b) Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan diberikanya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain
untuk :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana
dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan
pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi
selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan
harus melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa nifas
secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif maupun
penunjang.
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisis data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat
7
8
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibumaupun bayinya,
yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk
kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga
berencana. (Rukiyah, at all, 2011)
c) Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu puerperium dini (Immediate
Puerperium), puerperium intermedial (Early Puerperium), dan remote
puerperium (Sinopsis Obstetri). Dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Puerperium dini (Immediate Puerperium) yaitu pemulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (24 jam pertama setelah
partus)
2) Puerperium intermedial (Immediate Puerperium) yaitu pemulihan
menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. (Rukiyah, at all, 2011)
d) Kebijakan Nasional Masa Nifas
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa
nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan
9
kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan
tahapan perkembangannya antara lain :
Tabel 1. Program Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
Ke-1 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
2. mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu
Ke-2 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusio uterus berjalan normal:
Uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal,tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidakmemperlihatkan tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi,tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
Ke-3 2 minggu
setelah
persalinan
Sama seperti dengan kunjungan ke-2
Ke-4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
yang ia atau bayi alami
2. Memberikan Kb secara dini
(Rukiyah, at all, 2011)
e) Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
(1) Pengerutan Rahim Involusi
10
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisanluar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotik
(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
palpasi untuk meraba TFUnya. Proses involusio uterus adalah
sebagai berikut:
(a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan
tercerna sendirisehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan
(b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogan yang menyertai
pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada oto-otot
uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofidan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi
menjadi endometrium yang baru.
(c) Efek oksitosin (kontraksi)
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis dan
11
mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan
membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot
uterus akan mengurangi suplai darah keuterus. Proses ini akan
membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta
serta mengurangi pendarahan. Luka bekas perlengketan
plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
(Lestari, N, 2013)
Tabel 2. Tabel Proses Involusio Uterus
Involusi TFU Berat
uterus
(gr)
Keadaan
serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 gr Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat dan
simphisis
500 gr Beberapa hari
setelah post
partum dapat
dilalui dua
jari, akhir
minggu
pertama dapat
dimasuki 1
jari
Dua minggu Tak teraba diatas
simphisis
350 gr
Enam
minggu
Bertambah kecil 50-60 gr
Delapan
minggu
Sebesar normal 30 gr
Menurut Ambarwati (2009) involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu
dengan memeriksa fundus uteri dengan cara:
1. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12
jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm
setiap hari.
2. Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundua uteri 1 cm dibawah
pusat. Pada hari ketiga sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm
12
dibawah pusat. Pada hari kelima sampai hari ketujuh tinggi fundus
uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi
fundus uteri tidak teraba.
b) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nfas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda- beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau dan tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan warna dan
volume karena adanya proses involusi.
Berikut Ini Adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada
masa nifas yaitu :
1) Lochea Rubra (cruenta)
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sia plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan mekonium.
2) Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlansung, dari hari
keempat dan hari ketujuh post partum.
3) Lochea Serosa
13
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari
ketujuh sampai hari ke-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba ini dapat
berlansung selama 2-6 minggu post partum.
5) Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya (Lestari, N, 2013)
c) Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat
menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Segera
setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin (Rukiyah. at.all, 2011; h. 60).
d) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina.
14
e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebeluya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natamnl hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
tonus-nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum hamil
(Lestari, N, 2013)
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah
melahirkan, perineum menjadi agak bengkak atau edema dan mungkin
ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk
memperluas pengeluaran bayi (Lestari, N, 2013)
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka
perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka
perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum. Kriteria penilaian
luka yang pertama dikatakan baik, jika luka kering,perineum menutup dan
tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).
Kedua, dikatan sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada
tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa). Ketiga
dikatakan buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada
tanda-tanda infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsi oleosa (Lestari,
N, 2013)
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
15
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan,
serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal,
dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi
awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia. (Lestari, N, 2013)
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan
dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi,
serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu
makan. (Lestari, N, 2013)
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung
kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam /post
partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“dieresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
(Lestari, N, 2013)
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
16
retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada
5) Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
b) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu.
c) Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengertii. Diperkirakan bahwa
tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron
memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran
17
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina. (Lestari, N, 2013)
6) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2derajat Celsius.
sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 derajat Celsius dari keadaan
normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat Celsius. Sesudah dua jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila
suhu ibu lebih dari 38 derajat Celsius, mungkin terjadi infeksi pada
klien.
b) Nadi dan pernafasan
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah
partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan
atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut
nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan
sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan
semula.
c) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit
lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan. (Lestari, N, 2013)
7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
18
darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama
masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
8) Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan
peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari
setelah persalinan. (Rukiyah. at.all, 2011)
9) Perubahan Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu
produksi susu dan sekresi susu atau let down.
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu
mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan,
efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, refleks saraf meransang untuk
19
mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu
yang cukup lama. (Lestari, N, 2013)
2. Sectio Caesarea
a) Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin
dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan sehat. (Sugeng Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Rantauprapat, 2015)
Jenis – jenis sectio caesarea yaitu :
Jenis jenis sectio caesarea menurut Rantauprapat, 2015 yaitu :
1) Sectio caesarea klasik (corporal) dengan syatan memanjang pada korpus
uteri kira – kira sepanjang 10 cm
2) Sectio caesarea ismika (profunda) dengan sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira–kira 10 cm.
3) Sectio caesarea transperitonialis yang terdiri dari sectio ekstraperitonelis,
yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka
kavum abdominalis (Sugeng Jitowiyono, 2012)
20
Kontraindikasi Sectio caesarea, pada umumnya sectio caesarian tidak
dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat, sebelum diatasi, kelainan
kongenital berat (Sugeng Jitowiyono, 2012).
b) Etiologi
1) Menurut Rantauprapat, 2015 dalam kutipan Hasmirah Mira (indikasi yang
berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelfik (janin/panggul), sejarah
kehamilan dan persaliana yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta
previa terutama pada primigravida, solusio plasenta, komplikasi kehamilan
yaitu preklamsia-eklamsia, kehamilan yang disertai penyakit jantung dan
DM, sedangkan menurut (Sugeng Jitowiyono, 2012) yaitu : disproporsi
kepala panggul/CPD/FPD, disfungsi uterus, dan distosia jaringan lunak.
2) Indikasi yang berasal dari janin yaitu: fetal distres/gawat janin, mal
presentase dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, kegagalan parsalinan vakum (Sugeng Jitowiyono, 2012)
c) Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, plasenta previa dan lain-lain, untuk ibu sedangkan
untuk janin adalah gawat janin, janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum. (Rahmawati, T, 2012)
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anstesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
21
janin maupun ibu, sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan tidak
dapat diatasi dengan mudah. (Nilda, Y.S, 2013)
Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anastesi bagi ibu sendiri
yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat secret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.anstesi
ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan morblitas usus.
(Rantauprapat, 2015)
d) Resiko Persalinan Sectio Caesarea
Menurut Suwignyo Siswosuharjo, 2010 dalam kutipan Rantauprapat
1) Resiko Bagi Ibu (untuk waktu pendek) :
Mual muntah dan menggigil, merasa kehilangan emosi, gangguan
pada sisitem pernafasan, kejang-kejang, dan pusing.
2) Risiko Bagi Ibu (untuk waktu panjang) :
Komplikasi sistem saraf, sakit pada bagian belakang tubuh (bisa
menahun), kehilangan kontrol unuk buang air kecil maupun air besar, dan
kehilangan sensasi pada bagian perineum (daerah antara vagina dan anus)
(Rahmawati, T, 2012).
3) Risiko Bagi Bayi:
Kekuatan dan kemampuan gerak otot tubuhnya kurang baik pada
jam-jam pertama setelah dilahirkan, dan demam karena mengalami
penurunan suhu tubuh. (Bahiyatun, 2009)
22
e) Nasihat Pasca Operasi Sectio Caecaria
1) Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai
kontrasepsi
2) Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal
yang baik
3) Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar
4) Apakah pelahiran selanjutnya harus ditolong dengan sectio caecaria
bergantung pada indikasi sectio secaria dan keadaan pada kehamilan
berikutnya (Amru Sofyan, 2012) dalam kutipan Rantauprapat, 2015
3. Mobilisasi Dini
a) Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Setiap orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Wahid Ikbal M & Nurul C,
2007).
Menurut Carpenito (2009) mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep
23
mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian
secara berangsur–angsur ketahap mobilisasi sebelumnya sebelum terjadi
komplikasi.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang
dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami
kemunduran dan selanjutnya berada diantara rentang mobilisasi-imobilisasi,
tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut
sampai jangka waktu tidak terbatas. (Wahid Ikbal M & Nurul C, 2007).
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi
resiko–resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan/penegangan otot–otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah dan
pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih.
Sering kali dengan keluhan nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi
ataupun tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator
dan motifator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatukomplikasi
yang tidak diinginkan. (Walyani, E.S & Purwostuti, E, 2015)
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan
suatu aktivitas atau kegiatan, mobilisasi merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek
yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk
mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu
24
upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Mobilisasi dini adalah
kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. (Ambarwati
dan Wulandari, 2010)
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea
ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena
setelah mengalami sectio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk
bergerak pasca operasi sectio caesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin
cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara
hati-hati.
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik.
Pada pasien post operasi sectio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera
menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan
segera kembali normal. (Prawirohardjo, 2009)
b) Tujuan Mobilisasi
Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan
dari mobilisasi dini adalah membantu untuk menguatkan otot - otot perut dan
dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot
dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh
tubuh (Rukiyah. at.all, 2011), untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan
25
kontraktur sendi bahu , untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainya,
maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan (Sugeng
Jetowiyono, Weni Kristiyanasari 2012) agar persendian yang kaku atau
pembengkakan yang terjadi pada urat-urat karena mobilisasi darah akan bisa
menjadi normal kembali.
(Bahan Ajar KDM 1) Tujuan lain mobilisasi :
1) Mempertahankan fungsi tubuh
2) Mempercepat peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka.
3) Membantu pernapasan menjadi lebih baik
4) Mempertahankan tonus otot
5) Memperlancar eliminasi alvi dan urin
6) Mengembalikan aktifitas tertentu sehingga pasien kembali normal danatau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi.
8) Meningkatkan fungsi paru-paru dan sirkulasi darah, hal tersebut
memperkecil resiko penggumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan
dan menolong saluran cernah agar mulai
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan
diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,
mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.
26
c) Manfaat Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,
memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,
menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem
respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan
ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan
diafragma, pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal,
meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan
trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas
tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan
mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin
meningkatkan masa otot, pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,
mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih
baik, dan berkurangnya penyakit. (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007)
d) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan system saraf
(Handiyani, 2009). Mobilisasi dipengaruhi oleh Faktor fisiologis yaitu:
frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status
kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi
aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor
emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas,
motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan
yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan
27
perkembangan, perubahan sistem skeletal, faktor – faktor yang mempengaruhi
mobilisasi :
1) Gaya Hidup
Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya,
nilai–nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat)
(Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). Gaya hidup seseorang sangat
tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan diikuti perilaku yang meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilisasi
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
2) Proses Penyakit dan Injury
Adanya penyakit tertentu yang diterima seseorang akan
mempengaruhi mobilisasinya, misalnya; seorang yang patah tulang akan
kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula dengan orang yang
baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit / nyeri yang menjadi
alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien
harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
3) Kebudayaan
Kebudayaan dapat mampengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktivitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena
kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi
sembuh.
28
4) Tingkat Energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.
Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing -masing individu
bervariasi. Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk
menghindari steresor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikilogis
(Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). Seseorang melakukan mobilisasi jelas
membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda
mobilisasinya dengan orang dalam keadaan sehat.
5) Usia dan Status Perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasinya
dibandingkan dengan seorang remaja. Usia berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada invidu lansia,
kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun sejalan
dengan penuaan (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007).
e) Macam–macam Mobilisasi
1) Mobilisasi Penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukan syaraf motorik dan sensorik mampu
mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak
keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien
untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan
interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mobilisasi Sebagian Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya
mempunyai gangguan
29
syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat
dibedakan menjadi;
a) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim
muskuloskletal seperti dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf
yang reversibel.
f) Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Ada beberapa hal dilakukan imobilisasi :
1) Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi misalnya
pada klien yang mengalami pembedahan atau yang mengalami cedera pada
tungkai dan lengan.
2) Kaharusan (tidak terelakan). Ini biasanya disebabkan ketidakmampuan
primer, seperti penderita palisis.
3) Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.
Pelaksanaan, mobilisasi dini terdapat tiga langkah penting yaitu;
1) Pemanasan
Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan
aliran darah dan memperbanyak masuknya O2 ke dalam tubuh,
memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerak refleks, juga menjaga
kejang otot dan pegal–pegal keesokkan harinya. Pemanasasan dapat
dilakukan dengan menggerakkan mengepalkan tangan, tarik napas pelan–
pelan dan dikeluarkan dengn pelan – pelan.
2) Gerakan Inti Mobilisasi Dini
a) Gerakan Pertama
30
Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut
diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut
dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan – pelan
melalui mulut sambil mengontraksikan otot perut. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.
b) Gerakan Kedua
Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus kedepan. Angkat
kedua tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu,
kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga
terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.
c) Gerakan Ketiga
Berbaring relaks dengan posisi tangan disamping badan dan lutut
ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali.ingat
jangan menghentak ketiak menurunkan pantat. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.
d) Gerakan keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri disamping badan,
tangan kanan diatas perut, dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai
dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan
mengontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan keposisi semula
sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut.
Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8
kali.
31
e) Gerakan kelima
Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama – sama dengan mengangkat
kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut
kiri yang ditekuk,diulang sebaliknya. Kerut kan otot sekitar anus dan
kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan
atur pernafasan saat melakukan gerakan. Gerak diulangi 8 kali.
f) Gerakan Keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan,
kemudian lutut ditekuk kearah perut 90 derajat secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. jangan menghentak ketiak, menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan 8 kali
g) Gerakan Ketujuh
Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan.
Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil
mengontraksikan perut,kemudian turunkan perlahan.
h) Gerakan Kedelapan
Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan
tahan 5-10 detik. Saatanus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan
nafas pelan–pelan sambil mengendurkan anus. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.
i) Gerakan Kesembilan
Posisi berbaring, kaki lurus, dankedua tangan disamping badan. Angkat
kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan
kembali pelan – pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki.
32
Atur nafas saat mengangkat kaki. Atur nafas saat mengangkat dan
menurunkan kaki. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
j) Gerakan Kesepuluh
Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan
dibelakang kepala, kemudian bangun sampai posisi duduk, lalu
perlahan – lahan posisi tidur kembali (sit up). Ulangi gerakan sebanyak
8 kali.
Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua
tangan yang ditekuk dibelakang kepala untuk mendorong tubuh untuk
duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan
perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.
3) Pendinginan
Pendinginan setelah mobilisasi tetap diperlukan, hal ini agar kerja
jantung kembali normal. Gerakan pendinginan berupa menghela napas
lebih panjang dan lebih dalam, lengan, tungkai, akan membantu sistem
jantung dan pembuluh darah mampu menyesuaikan diri dengan semakin
mengendurnya aktivitas tubuh. Proses gerakan mobilisasi dini dilakukan 3
kali dalam1 hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari selama 3 hari.
Gerakan senam mobilisasi dini pada pasien post operasi sectio dari 10 gerakan
yang ada secara teori, hanya dilakukan pada gerakan pertama sampai gerakan ketujuh.
g) Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Tahap mobilisasi pada pasien sectio dengan anastesi umum:
1) Melakukan nafas dalam segera (5-10 menit) setelah sadar dari bius operasi
dengan cara inspirasi melalui hidung, pada saat ekspirasi pasien membuka
33
mulut selanjutnya nafas dihembuskan secara perlahan-lahan seperti meniup
lilin
2) Merubah posisi tidur ke kiri dan kekanan, dilakukan 6 jam setelah operasi
sectio dengan cara menekuk kedua lutut daerah yang luka atau bekas
insisi, ditahan dengan telapak tangan kiri sambil bertumpu pada kaki kanan,
dan tangan kanan berpegang pada sisi tempat tidur begitu juga sebaliknya.
3) Meregangkan dan mengendorkan tungkai bawah dengan cara menegangkan
kedua telapak kaki, selanjutnya ditahan 1 - 2 menit setelah itu dikendorkan
kembali, ini dilakukan sesuai dengan kemampuan klien
4) Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil
sebelum berjalan jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan
dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit, namun dengan beberapa
latihan nyeri itu akan berkurang.
Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi sectio dari waktu ke
waktu:
a) 6 jam pertama
Ibu post secsio caesaria istirahat baring, mobilisasi dini yang
bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b) 6-10 jam
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat
tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.
34
c) Setelah 24 jam
Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat
mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa
bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.
d) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
h) Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post secsio caesaria terdiri dari:
1) Hari ke 1 :
a) Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita / ibu sadar.
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar.
2) Hari ke 2 :
a) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk
melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan
pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c) Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari,
3) Hari ke 3 sampai 5:
a) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
b) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan ibu.
35
i) Jenis Imobilisasi
Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilisasi antara lain:
1) Imobilisasi fisik. Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebakan oleh faktor lingkungan maupun kondisi ornag tersebut.
2) Imobilisasi intelektual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada
kasus kanker otak.
3) Imobilisasi emosional. Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan seseorang yang dicintai.
4) Imobilisasi sosial. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial
yang sering terjadi akibat penyakit.
j) Masalah Fisik yang dapat terjadi akibat Imobilisasi dini
Masalah imobilisasi dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis, imobilisasi dapat menyebabkan penurunan motivasi,
menyebabkan kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan
perubahan konsep diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidak
sesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya
serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis
(Wahid Ikbal M, Nurul C 2008).
Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a) Sistem Muskuloskletal
Muskuloskeletal dimineralisasi tulang yaitu kehabisan kalsium yang
memberikan kekuatan dan kepadatan tulang akibat dari imobilisasi dengan
tidak beraktivitas proses pengurasan berlangsung, hal ini karena oestoblas
36
dan pembentukan matriks tulang memerlukan tekanan dan kolagenari
aktivitas untuk manahan berat badan, serta penarikan otot oleh tulang
berfungsi dimineralisasi terus menerus sehingga menyebabkan tulang
menjadi rapuh dan pada gilirannya dengan mudah terjadi deformitas atau
kompresi serta fraktur Atropi otot. (Wahid Ikbal M & Nurul C 2008).
Menurut Wahid Ikbal M & Nurul C (2008) pada sistem ini,
imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah seperti osteoporosis,
atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi.
(1) Osteoporosis, tanpa adanya aktivitas yang memberikan beban pada
tulang, tulanag akan mengalami demineralisasi (osteoporosis). Proses
ini akan mengakibatkan tulang - tulang kehilangan kekuatan dan
kepadatanya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.
(2) Atrofi otot, otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan
kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
(3) Kontraktur, pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu
memendek atau memanjang. Lama- kelamaan kondisi ini akan
menyebabkan kontraktur (pemendekan otot permanen) proses ini
sering mengenai sendi, tendon dan ligamen.
(4) Kekakuan dan nyeri sendi. Pada kondisi imobilisasi jaringan kolagen
pada sendi dapat mengalami ankilosa. Selain tulang juga akan
mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi
kalsium pada sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri
pada sendi. Tidak menggerakkan otot cenderung terjadi pada ujung
terpaut di tempat tidur karena serabut otot yang tidak berkontraksi
37
selama beberapa waktu akhirnya terjadi pengurangan ukuran, bila
otot dilatih maka ukuran serabut otot bertambah buang air
besar .pasien yang immobilisasi dapat menyebabkan hilangnya rektal
defekasi dan kemampuan eksplusi rektal disebabkan oleh aktivitas
muskuloskeletal ada refleks viseral yang digunakan dalam proses
defekasi, kelemahan dan kemunduran refleks defekasi dapat
mengakibatkan konstipasi dan masalah pernafasan. Penurunan gerak
pernafasan akumulasi sekret pada saluran pernafasan ada dapat
terbatas geraknya karena kehilangan koordinasi otot, barangkali
karena otot tidak digunakan karena agen terminologi tertentu seperti
sedatifa dan analgesik ekspirasi dada akan lebih terbatas karena posisi
atau berbaring gerakan dada juga dapat dibatasi oleh distensi
abdomen disebabkan digesti atau penyebab-penyebab lainnya.
(Wahid Ikbal M & Nurul C, 2008).
b) Eliminasi urine
Masalah yang umum ditemukan pada masalah perkemihan akibat
imobilisasi antara lain:
(1) Stasis urine. Pada individu yang mobiliasai, gravitasi memainkan peran
yang penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih.
Sebaliknya saat individu berada dalam posisi berbaring dalam waktu
lama, gravitasi justru akan menghambat proses tersebut. Akibatnya
pengosongan urine jadi terhambat dan terjadilah stasis urine
(terhentinya atau terhambatnya aliran urine).
38
(2) Batu ginjal, pada kondisi imobilisasi terjadi ketidak seimbangan antara
kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium,
akibatnya urine akan lebih basa, dan garam kalsium mempresipitasi
terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horizontal akibat imobilisasi,
pelvis ginjal yang terisi urine basa menjadi tempat yang ideal untuk
pembentukan batu ginjal.
(3) Retensi urine. Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk
melemaskan otot perineum pada saat berkemih. Selain itu, penurunan
tonus otot kandung kemih juga menghambat kemampuan untuk
mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
(4) Infeksi perkemihan. Urine yang stasis merupakn media yang baik untuk
pertumbuhsn bakteri. Selain itu, sifat urine yang basa akibat
hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang
umumnya menimbulkan /menyebabkan infeksi saluran kemih adalah
Escherichia Coli.
c) Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi memengaruhi 3 fungsi sistem pencernaan, yaitu
fungsi ingesti, digesti, dan eliminasi. Dalam hala ini,masalah yang umum
ditemuia salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi terjadi akibat
penurunan peristalsis dan motolitas usus. Jika konstipasi terus berlanjut,
feses akan menjadi sangat keras dan diperlukannya upaya yang kuat untuk
mengeluarkannya.
39
d) Respirasi
(1) Penurunan gerak pernafasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena jarangnya
otot - otot tersebut digunakan, obat – obatan tertentu (misalnya sedatif
dan analgesik) dapat pula menyebabkan kondisi itu.
(2) Penumpukan sekret. Normalnya, secret pada saluran pernafasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh, serta dengan
bentuk. Pada kindisi imobilisasi, secret terkumpul pada jalan napas
akibat gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan
karbondioksida di alveoli. Selain itu, upaya batuk untuk mengeluarkan
secret juga terhambat karena melemahnya tonus oto- otot pernafasan.
(3) Atelektasisi. Pada kondisi tirah baring (imobilisasi) perubahan aliran
darah regional dapat menurunkan produksi surfaktan. Kondisi ini
ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan nafas, dapat
mengakibatkan ateletaksisi.
e) Sistem Kardiovaskular
(1) Hipotensi ortostastik. Hipotensi ortostastik terjadi karena sisitem saraf
otonom tidak dapat menjaga keseimbangan supalai darah ke tubuh
sewaktu individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.
Darah berkumpul di ekstermitas, dan tekanan darah menurun drastis.
Akibatnya, perfusi di otak mengalami gangguan yang bermakna, dan
individu dapat mengalami pusing, berkunang–kunang, bahkan pingsan.
(2) Pembentukan trombus. Trombus atau massa padat darah yang
terbentuk dijantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh 3
40
faktor, yakni gangguan aliran balik vena menuju jantung,
hyperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembulu darah.
Jika trombus lepas dari dinding pembulu darah akan masuk ke
sirkulasi disebut sebagai embolus.
(3) Edema dependen. Edema dependen biasa terjadi di area – area yang
menggantung, seperti kaki dan tungkai bahwa pada individu yang
sering duduk berjuntai dikursi. lebih lanjut, edema ini akan
menghambat aliran balik vena menuju jantung yang akan menimbulkan
lebih banyak edema.
f) Metabolisme dan Nutrisi
(1) Penurunan laju metabolisme. Laju metabolisme basal adalah jumlah
energi minimal yang digunakan untuk mempertahakan proses
metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolisme basal,
motilitas usus, serta sekresi kelenjar digestif menurun sesuai dengan
penurunan kebutuhan energi tubuh.
(2) Balans nitrogen negatif. Pada kondisi imobilisasi terdapat
ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein.
Dalam hal ini, proses katabolisme melebihi anabolisme. Akibatnya,
jumlah nitrogen yang diekskresikan meningkat (akibat prose
katabolisme) dan mengakibatkan balans nitrogen negatif.
(3) Anoreksia. Penurunan nafsu makan (anoreksia) biasanya terjadi akibat
penurunan laju metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap
menyertai kondisi imobilisasi. Jika asupan protein berkurang koindisi
41
ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut
pada status malnutrisi.
g) Sistem Integumen
(1) Turgor kulit menurun. Kulit dapat mengalami atropi akibat imobilisasi
yang lama. Selain itu, perpindahan cairan antara – kompartemen pada
area tubuh yang menggantung dapat mengganggu keutuhan dan
kesehatan dermis dan jaringan
(2) Kerusakan kulit. Kondisi imobilisasi mengganggu sirkulasi dan suplai
nutrien menuju area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia dan nekrosis
jaringan superfisial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.
h) Sistem Neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input
sensori, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan
mudah bingung.
4. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis
perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada pengetahuan
yang tidak didasari oleh pengetahuan.
42
Pengetahuan adalah informasi yang telah di kombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat dibenak
seseorang. Pada umumnya pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola manakala informasi
data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk
mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk menindaki (Meliono,
2007)
Ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
hasil dari tahu yang diperoleh melalui panca indera, dimana pengetahuan itu
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Ariani (2014) seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda–beda. Secara garis besarnya dibagi dalam
6 tingkatan pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan–pertanyaan.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
43
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkn dan /atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antar komponen – komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen
pengetahuan yang dimiliki.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek materi atau objek penilaian
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau responden.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu:
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lainmenuju kearah suatu cita-cita tertentu. Kegiatan
pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar-mengajar,
dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi
44
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak dapat menjadi
dapat. Maka makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil
keputusan dan bertindak.
2) Media Masa/Sumber Informasi
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain–lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas
3) Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Tingkat kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang tingkat
ekonominya lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi karena
kemampuannya dalam penyediaan media informasi.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, bilogis, maupun sosial.
5) Pekerjaan
Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu
dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan
45
memerlukan perhatian tersebut, sehingga masyarakat yang sibuk hanya
mempunyai sedikit waktu memperoleh informasi (Maimonah, M, 2009)
6) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapai
masa lalu.
Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan
mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam
berperilaku.Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak
selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara
variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.
d. Kategori Pengetahuan
Kategori pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) pengukuran
pengetahuan dengan menggunakan pengkategorian yaitu:
1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 – 100 % dari seluruh
pernyataan.
2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 – 75 % dari seluruh
pertnyataan.
5. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh
pernyataan.
46
B. Landasan Teori
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas/kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalianan Caecaria.
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas atau kegiatan, mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan
demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi.
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Wahid
Ikbal M & Nurul C, 2008)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirin pasien dalam pelaksanaan
mobilisasi dini adalah intervensi dari tenaga kesehatan (perawat, bidan, dan dokter),
pengetahuan keluarga besar (extended family) terhadap prosedur tindakan yang
diberikan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
47
behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis perilaku yang didasari oleh pengetahuan
lebih langgeng dari pada pengetahuan yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2007)
Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap apa
yang telah diterima atau tentang apa yang dipelajari (Ariani, 2014). Untuk mengukur
bahwa sesorang ibu post SC tahu tentang mobilisasi yaitu dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan apa yang diketahuinya tentang
mobilisasi dini.
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat mengintreprestasikan materi tersebut. Untuk mengukur
bahwa seorang ibu post SC telah paham terhadap moblisasi maka harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan tentang mobilisasi dini.
Aplikasi adalah sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari. Kemampuan seorang ibu post SC melakukan sesuatu yang didasarkan
pada apa yang diketahuinya dan dipahaminya yaitu melakukan mobilisasi dini.
48
C. Kerangka Konsep
Pengetahuan Ibu
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
: Hubungan antar Variabel
Gambar 1. Kerangka Konsep
D. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat tahu ibu tentang
Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat pemahaman ibu tentang
Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.
3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat aplikasi ibu tentang
Mobilisasi dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.
Aplikasi
Memahami
Tahu
Mobilisasi Dini
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang
Mobilisasi Dini Di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Ibu Post Sectio Caesarea di
Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016.
2. Sampel
Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Accidental Sampling yaitu
cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu pada ibu post
Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna pada bulan Juli
tahun 2016.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna pada tahun 2016.
b. Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 25 Juli tahun 2016.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu tentang mobilisasi dini,
sedangkan tahu, memahami, aplikasi menjadi variabel independent dalam penelitian
ini.
49
50
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).
Tabel 3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
No Variabel Devinisi
Operasional
Kriteria Objektif Alat
Ukur
Skala
1. Dependent
Mobilisasi
dini
Adalah kemampuan
responden untuk
bergerak sedini
mungkin setelah
melakukan operasi >
6 jam
a. Melakukan mobilisasi
b. Tidak melakukan
mobilisasi
Kuisioner Nominal
2. Independent
Tahu Adalah segala
sesuatu yang
diketahui ibu post
Sectio Caesarea
tentang mobilisasi
dini
a. Baik: Apabila skor 76-
100% dari total skor (bila
jawaban 6-10 dari 10
pertanyaan yang diberikan).
b. Cukup: Apabila skor 56-
75% dari total skor (bila
jawaban yang benar 2-5
dari 10 pertanyaan yang
diberikan).
c. Kurang: Apabila skor
kurang dari 55% dari total
skor (bila jawaban yang
benr kurang dari1 dari 10
pertanyaan yang diberikan
Kuisioner Ordinal
Pemahaman Tingkat pengetahuan
dengan kemampuan
menjelaskan kembali
pengetahuan yang
telah dimiliki
a. Baik: Apabila skor 76-
100% dari total skor (bila
jawaban 6-10 dari 10
pertanyaan yang
diberikan).
b. Cukup: Apabila skor 56-
75% dari total skor (bila
jawaban yang benar 2-5
dari 10 pertanyaan yang
diberikan).
c. Kurang: Apabila skor
kurang dari 55% dari total
skor (bila jawaban yang
benr kurang dari1 dari 10
pertanyaan yang diberikan
Kuisioner Ordinal
Aplikasi Kemampuan
melakukan atau
mengaplikasikan dari
pengetahuan yang
dimiliki.
a. Baik:Apabila skor 76-
100% dari total skor (bila
jawaban 6-10 dari 10
pertanyaan yang
diberikan).
Kuisioner Ordinal
51
b. Cukup: Apabila skor 56-
75% dari total skor (bila
jawaban yang benar 2-5
dari 10 pertanyaan yang
diberikan).
c. Kurang: apabila skor
kurang dari 55% dari total
skor (bila jawaban yang
benr kurang dari1 dari 10
pertanyaan yang diberikan
F. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jenis
kuesioner tertutup dimana responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah
disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan supaya lebih mudah mengarahkan
jawaban responden dan lebih mudah diolah. Kuesioner yang dibagikan meliputi
kuesioner Gambaran Pengetahuan Ibu Post SC tentang Mobilisasi Dini. Kuesioner
gambaran pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini untuk pernyataan positif,
jika jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Sedangkan
untuk pernyataan negatif, jika jawaban benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah
diberi skor 1.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya (Ariani, 2014). Metode yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah dengan membagikan kuesioner kepada responden yang telah dijelaskan
cara pengisiannya untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang mobilisasi. Setelah
diisi oleh responden dikembalikan kepada peneliti untuk dilakukan pengolahan data.
G. Pengolahan dan Cara Analisis Data
52
1. Pengolahan data
Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pengeditan (Editing)
Yaitu dengan melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul.
Setelah dilakukan pengecekan tidak terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam
pengumpulan data.
b. Pengkodean (Coding)
Data yang telah diedit dirubah dalam bentuk angka (kode) yaitu nama responden
dirubah dengan kode responden.
c. Pemberian skor (Tabulating)
Data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria dihitung dan disesuaikan dengan
variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.
d. Analisis Data (Analiting)
Dalam melakukan analisis khususnya data penelitian akan menggunakan ilmu
statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis secara
univariat.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang
telah dikumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
Analisis data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan
menggunakan teori dan kepustakaan yang ada. Selanjutnya adalah apakah hasil
scoring tersebut masuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang. Presentase dapat
diperoleh melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
53
ℎ
ℎ
100%
=
Keterangan :
P : Angka Presentase (Notoadmodjo : 2008)
n : Jumlah sampel yang diteliti
: Frekuensi yang sedang diuji presentasenya.
K : Konstanta
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis univariate yang menganalisis terhadap tiap variabel dan hasil tiap penelitian
untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Ariani,
2014)
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
muda dibaca di interprestasikan. Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk
menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensi untuk memberikan deskriptif secara umum.
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin
penelitian kepada instansi dan melapor kepada Kepala Kesbang dan Linmas
Kabupaten Muna sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
2. Tahap Pelaksanaan
54
Dimulai dengan menyebarkan kuisioner yang telah dipersiapkan
berdasarkan responden yang datang berkunjung di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupatenr Muna.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis, disajikan dalam
bentuk tabel.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini disusun suatu laporan sebagai tahap akhir dari penelitian.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara terletak di Ibu Kota Kabupaten tepatnya di jalan Sultan Syahril
Kelurahan Laende Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas
sebagai berikut :
1) Sebelah utara : Jl. Basuki Rahmat
2) Sebelah Timur : Jl. Sultan Hasanudin
3) Sebelah selatan : Jl. Laode Pandu
4) Sebelah Barat : Jl. Ir. Juanda
b. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didirikan pada masa
penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda. Pada saat itu
mantri berkebangsaan belanda hanya dibantu oleh seorang asistennya dan dua
orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali ke
negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter dari
Jawa yang bernama dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal dokter
Soeparjo dengan sebutan dokter jawa. Beliau tamatan dari sekolah belanda yaitu
Nederlandhes In Launshe Aonzen School (NIAS).
55
56
Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama tujuh
tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama
dokter Hyaman. Selang 5 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1940 seorang
dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang menggantikan kepemimpinan
dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan dokter Pang Ing Ciang sangat
disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau sangat memperhatikan kesehatan
masyarakat Muna pada saat itu.
Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan
Republik Indonesia masa pemerintahan dokter Pang Ing Cian berakhir dan
beliau diganti oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama dokter Post. Dokter
Post mempunyai dua orang asisten sehingga sebagian besar pekerjaannya
diserahkan pada kedua asistennya. Namun kepemimpinan dokter Post tidak
berlangsung lama, beliau hanya satu tahun lamanya.
Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang
berasal dari Belgia. Dokter Lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada
tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan rehabilitasi
yang di prakarsai oleh Bupati Muna Laode Rasyid, SH. Ini merupakan
rehabilitasi pertama selama Rumah sakit tersebut didirikan tahun 1965-1970.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dipimpin oleh dokter Ibrahim
Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung selama 3 tahun dan sejak
itu tahun masa kepemimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna ditetapkan
setiap 3 tahun sekali memimpin.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dijadikan sebagai
salah satu rumah sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian ilmiah bagi
57
mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Muna dan Mahasiswa Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
c. Lingkungan Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara berdiri diatas lahan seluas 10.740 Ha.
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara adalah :
1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam, poliklinik
umum, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan, poliklinik gigi dan
mulut, poliklinik bedah, poliklinik saraf, poliklinik dalam, instalasi
rehabilitasi medik, dan instalasi gawat darurat, poliklinik mata, poliklinik
THT, dan poliklinik psikiatri.
2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,
perawatan bayi/perinatologi dan perawatan umum, ICU
3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium klinik dan
instalasi gizi.
e. Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna saat
ini adalah 529 orang (terdiri atas paramedis sebanyak 430 dan non paramedis
sebanyak 73 orang) serta dokter dan dokter ahli sebanyak 26 orang. Dengan
jumlah bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah sebanyak
128 orang, yang bekerja di Ruang kebidanan sebanyak 38 orang dan terdapat 2
58
orang dokter ahli kandungan sedangkan di ruang perinatology sebanyak 26
orang dan 2 orang dokter ahli anak.
2. Analisis Data
Kegiatan penelitian berlangsung dari tanggal 6 Agustus sampai tanggal
September 2016 di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna, Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini
di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Berdasarkan
data yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna diperoleh jumlah
ibu post sectio caesarea yaitu 30 orang, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
30 orang.
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam beberapa tabel distribusi disertai
dengan narasi atau penjelasan tabel yang terdiri dari analisis univariat sebagai
berikut :
a. Tahu
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden tentang
mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat
dilihat pada tabel 4
59
Tabel 4. Distribusi Tingkat Tahu Ibu Post Sektio Caesarea tentang Mobilisasi
Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tahun 2016.
Tingkat Tahu Frekuensi Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
8
10
12
26, 7%
33,3 %
40 %
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu post
SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat tahu kategori baik
berjumlah 8 responden (26,7%), kategori cukup 10 responden (33,3%), dan
kategori kurang 12 responden (40%).
b. Memahami
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat memahami responden tentang
mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat
dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Distribusi Tingkat Memahami Ibu Post Sektio Caesarea tentang
Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2016.
Tingkat Memahami Frekuensi Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
3
13
14
10%
43,3%
46,7%
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2016
60
Berdasarkan tabel 5. menunjukan bahwa dari 30 responden, ibu post
SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat memahami kategori baik
berjumlah 3 responden (10%), kategori cukup 13 responden (43,3%), dan
kategori kurang 14 responden (46,7%).
c. Aplikasi
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden tentang
mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat
dilihat pada tabel 6
Tabel 6.Distribusi Tingkat Aplikasi Ibu Post Sektio Caesarea tentang Mobilisasi
Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tahun 2016.
Tingkat Aplikasi Frekuensi Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
1
10
19
3,33%
33,33%
63,33 %
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu post
SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi kategori baik
berjumlah 1 responden (3,33%), kategori cukup10 responden (33,33%), dan
kategori kurang 19 responden (63,33%).
61
B. Pembahasan
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, dengan kata lain mengingat kembali (recall) terhadap spesifikasi dari
seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Sedangkan
menurut Notoatmodjo (2007). Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi
yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima atau tentang apa yang
dipelajari (Ariani, 2014).
Kemampuan seseorang dalam mengingat dapat dipengaruhi oleh dimensi
waktu, sehingga pengetahuan responden yang teramati melalui kuisioner sebagian
besar responden memiliki pengetahuan yang kurang, hal ini dapat disebabkan
karena kurangnya informasi yang diperoleh, dimana pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan,
informasi, pengalaman, lingkungan, social ekonomi, dan sosial budaya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post SC yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terhadap mobilisasi dini post SC
sebagian besar masih kurang yaitu sebanyak 12 orang (40%).
Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan seseorang
sehingga mempengaruhi pula tingkat tahu ibu tentang mobilisasi dini. Dimana dari
hasil penelitian yang diperoleh dari 30 responden terdapat 28 responden yang
memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD dan SMP. Tingkat pengetahuan pada
sebagian besar responden dipengaruhi oleh tingkat tahu (know) yang kurang
memadai tentang mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea.
62
Pengetahuan yang baik adalah dimana individu memiliki kemampuan
untuk memperjelas fenomena yang terjadi disekitarnya. Hal ini kemungkinan
disebabkan antara lain karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu
post SC dan juga kurang mendapatkan informasi tentang mobilisasi dini atau
kurang mengikuti penyuluhan yang diberikan, sehingga pengetahuan ibu post SC
tersebut tidak berubah atau tidak bertambah bahkan menetap, kesadaran ibu akan
pentingnya mobilisasi selama setelah operasi pengaruh lingkungan yang mayoritas
kesadarannya kurang, informasi yang kurang, tingkat pendidikan ibu yang kurang.
Untuk meningkatkan pendidikan ibu lebih baik perlu dilakukan langkah-langkah
peningkatan pengetahuan reponden diantaranya adalah dengan didapat dari
pengalaman, konseling, dan pendidikan.
Sesuai dengan teori yang ada, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan dan keterpaparan informasi. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima dan memperoleh
informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rhaditya Prassana yang berjudul
“Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini pada Ibu Post Sectio
Caesarea di Badan Layanan Umum Daerah (Blud) Rumah Sakit Umum Kota
Banjar tahun 2012. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan membuat ibu
post SC lebih cepat memahami dan menambah wawasan tentang mobilisasi dini
baik dari media elektronik, media cetak, ataupun dari tenaga kesehatan. Untuk itu
perlu bagi tenaga kesehatan atau petugas kesehatan agar lebih meningkatkan
pemberian penyuluhan tentang mobilisasi dini dan memberi motivasi pada ibu-ibu
post SC betapa penting mobilisasi itu setelah operasi SC.
63
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang responden. Berdasarkan tingkat
pendidikan dari 30 responden yang memiliki pengetahuan kategori baik pada
pendidikan SD tidak ditemukan. Dan pada tingkat SMP pengetahuan kategori baik
tidak ditemukan dari 30 responden, namun yang nampak pada hasil penelitian
yang berpendidikan SD 3 responden memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu
2 orang responden dan 1orang responden memiliki pengetahuan kategori cukup,
sedangkan yang berpendidikan SMP 8 responden memiliki pengetahuan kategori
kurang yaitu 3 orang responden dan 4 orang responden memiliki pengetahuan
kategori cukup. Sedangkan pada tingkat SMA masih ada ditemukan yang memiliki
pengetahuan kategori kurang yaitu 10 orang responden dan 4 orang responden
memiliki pengetahuan kategori cukup, sedangkan yang baik 2 orang dari 12 orang
responden, sedangkan Diploma lebih mendominasi pengetahuan kategori baik
dan cukup dibandingkan dengan pengetahuan kategori kurang yang hanya
ditemukan 1 orang pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang tinggi sangat mempengaruhi pengetahuan ibu post SC.
Hal ini disebabkan oleh faktor sumber informasi, dimana mayoritas
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Maka menyebabkan responden
mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi disebabkan karena
hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Responden mempunyai waktu yang
cukup untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dan konseling dari tenaga
kesehatan, memperoleh informasi dari media massa terutama berkaitan dengan
pentingnya mobilisasi dini post sectio caesarea.
64
Sehingga pada hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna bahwa tingkat tahu pada ibu post sectio caesarea yaitu sangat kurang
sedangkan pada hasil penelitian oleh Rhaditya Prassana di Rumah Sakit Umum
Kota Banjar bahwa tingkat tahu pada ibu post sectio caesarea yaitu kurang.
Sehingga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rhaditya
Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang dapat diketahui dan dapat menginterpretasikan informasi
tersebut secara benar, maka dari itu meskipun responden pernah mendapatkan
informasi tentang pentingnya mobilisasi dini setelah operasi. Tetapi responden
tersebut tidak melakukan penginderaan dengan baik. Jika seseorang lebih mudah
dan lebih banyak memperoleh informasi, maka ia akan lebih mudah dan cukup
tanggap dalam menerima informasi atau pengetahuan tentang mobilisasi dini pada
saat setelah operasi. Bagi yang tidak memahami sama sekali, kemungkinan
cenderung tidak tanggap atau tidak mengerti dengan pengetahuan yang diperoleh.
Tingkat kemampuan dalam menerima dan memikirkan suatu hal masih kurang.
Menyebabkan tingkat memahami juga cenderung kurang, sehingga ditemukan
bahwa tentunya tingkat memahami ibu post SC mempengaruhi pemahamannya
tentang mobilisasi dini setelah operasi caesarea.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post sectio
caesarea yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat memahami terhadap
pentingnya mobilisasi dini setelah operasi sebagian besar masih kurang yaitu
sejumlah 14 responden (46,7%)
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha

More Related Content

What's hot (12)

Kti wa liati
Kti wa liatiKti wa liati
Kti wa liati
 
Kti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramataKti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramata
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
 
Kti mariani
Kti marianiKti mariani
Kti mariani
 
Kti nirwana akbid paramata raha
Kti nirwana akbid paramata rahaKti nirwana akbid paramata raha
Kti nirwana akbid paramata raha
 
Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.
 
Kti haslia akbid paramata raha
Kti haslia akbid paramata rahaKti haslia akbid paramata raha
Kti haslia akbid paramata raha
 
Kti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata rahaKti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata raha
 
Kti wa ode piana
Kti wa ode pianaKti wa ode piana
Kti wa ode piana
 
Kti arni akbid paramata raha
Kti arni akbid paramata rahaKti arni akbid paramata raha
Kti arni akbid paramata raha
 
Kti wa ode aulia nurfatullah
Kti wa ode aulia nurfatullahKti wa ode aulia nurfatullah
Kti wa ode aulia nurfatullah
 
Kti wa ode yudiana
Kti wa ode yudianaKti wa ode yudiana
Kti wa ode yudiana
 

Similar to Kti bijalmiah akbid paramata raha

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...Warnet Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...Warnet Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...Warnet Raha
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...Warnet Raha
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...Warnet Raha
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...Warnet Raha
 
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...Warnet Raha
 
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...Warnet Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...Warnet Raha
 

Similar to Kti bijalmiah akbid paramata raha (20)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KOMPLIKASI DI RUMA...
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK IBU BERSALINDENGANPOSTTERMDI RUANG DELIMA RUMAH SA...
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA GAWAT JANIN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIM...
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
 
Kti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramataKti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramata
 
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
 
Kti sitti andriyani
Kti sitti andriyaniKti sitti andriyani
Kti sitti andriyani
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN D...
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTI...
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINA...
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
 
Kti sitti mayansari
Kti sitti mayansariKti sitti mayansari
Kti sitti mayansari
 
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
 
Kti sitti mayansari
Kti sitti mayansariKti sitti mayansari
Kti sitti mayansari
 
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
 
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
 
Kti kiki rezky amalia akbid paramata raha
Kti kiki rezky amalia akbid paramata rahaKti kiki rezky amalia akbid paramata raha
Kti kiki rezky amalia akbid paramata raha
 
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 

Kti bijalmiah akbid paramata raha

  • 1. i GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh: Bijalmiah PSW.IB.2013.0059 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2016
  • 2. ii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Agustus 2016 Pembimbing I Pembimbing II Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Paramata Kab. Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes. ii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Agustus 2016 Pembimbing I Pembimbing II Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Paramata Kab. Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes. ii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Agustus 2016 Pembimbing I Pembimbing II Rosdiana, SST Fatmawati Desa, SST Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Paramata Kab. Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T, M.Kes.
  • 3. iii LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….) 2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….) 3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….) Raha, Juli 2016 Pembimbing I Pembimbing II Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes iii LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….) 2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….) 3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….) Raha, Juli 2016 Pembimbing I Pembimbing II Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes iii LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes (...........................................….) 2. Rosdiana, S.ST (.......................................…….) 3. Fatmawati Desa, S.ST (……….......…..…...……....….) Raha, Juli 2016 Pembimbing I Pembimbing II Rosdiana, S.ST Fatmawati Desa, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
  • 4. iv RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI : Nama : Bijalmiah NIM : 2013.IB.0059 Tempat / Tanggal Lahir : Ghonsume, 31 Desember 1994 Jenis Kelamin : Perempuan Suku / Bangsa : Muna / Indonesia Agama : Islam Alamat : Jl. Gatot Subroto II. PENDIDIKAN A. Taman kanak-kanak : TK PGRI Wadasa tahun 2000 B. SD : SD Negeri 10 Maginti 2001 – 2007 C. SMP : SMP Negeri 5 Tikep 2008 – 2010 D. SMA : SMA Negeri 1 Kabangka 2011 – 2013 E. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya tahun 2016.
  • 5. v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subuhana Wataala berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulisan tugas membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016” dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rosdiana, S.ST selaku pembimbing I dan Ibu Fatmawati Desa, S.ST selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Selain itu, ucapan terimah kasih yang tak terhingga penulis sampaikan pula pada: 1. Bapak La Ode Muhlisi, A,Kep.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten Muna. 2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dan sekaligus penguji karya tulis ilmih. 3. Seluruh jajaran Dosen dan seluruh staf tata usaha Akademi Kebidanan Paramata yang telah membekali dengan ilmu pengetahuan kepada penulis. 4. Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
  • 6. vi 5. Direktur dan Kepala Ruangan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah memberikan izin serta kesempatan untuk melaku kan penelitian. 6. Untuk kedua orang tuaku (La Saali dan Wa Muhaimah) saudara saudariku serta keluargaku yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material serta do’a restu yang tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha. 7. Semua rekan-rekan mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata Raha angkatan 2013 khususnya kelas B dan sahabat-sahabatku (Lina, Ayu, Sarnia, Asti, Niar, Afi). Terima kasih atas semangat, motivasi, dan dukungan yang tidak henti- hentinya, semoga hati kita disatukan dalam cinta-nya dan dipisahkan dalam kasih-nya serta persahabatan kita yang tak lekang oleh waktu. Dan semoga Allah SWT, memberikan imbalan yang setimpal atas segala kebaikan dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, masih masih jauh dari sempurna, olehnya itu penulis sangat mengharapkan usulan dan saran dari untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah dan rahmat-nya kepada kita semua. Amin. Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh Raha, Juli 2016 Penyusun
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................. i Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii Riwayat Hidup ................................................................................................. iv Kata pengantar ................................................................................................ v Daftar Isi .......................................................................................................... vii Daftar Tabel ..................................................................................................... ix Daftar lampiran ............................................................................................... x Intisari ...... .................................................................................................... xi Bab I Pendahuluan.................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 1. Tujuan Umum....................................................................... 5 2. Tujuan Khusus...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6 1. Manfaat Teoritis ................................................................... 6 2. Manfaat Praktis..................................................................... 6 Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7 A. Telaah Pustaka ..……………………………………………… 7 1. Masa Nifas…………………................................................ 7 2. Sectio Caesarea ……………………………………………. 20 3. Mobilisasi Dini ...………………………………………… 23 4. Pengetahuan ……………………………………….....…… 50 Bab III Metode Penelitian .......................................................................... 51 A. Jenis dan Rancangan Penelitan.................................................. 51 B. Subjek Penelitian ........................................................................ 51 1. Populsai ................................................................................ 51 2. Sampel ................................................................................. 51 C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 51
  • 8. viii D. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................. 51 E. Definisi Operasional ................................................................... 52 F. Instrumen Penelitian .................................................................. 53 G. Pengolahan dan Analisis Data.................................... ................ 54 H. Jalannya Penelitian ..................................................................... 55 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................... 57 A. Hasil Penelitian .......................................................................... 57 B. Pembahasan ............................................................................... 63 Bab V Kesimpulan dan Saran....................................................................... 70 A. Kesimpulan ................................................................................ 70 B. Saran ........................................................................................... 70 Daftar Pustaka................................................................................................ 72 Lampiran – Lampiran
  • 9. ix Daftar Tabel Tabel 1. Program Masa Nifas............................................................................. 9 Tabel 2. Proses Involusio Uterus........................................................................ 11 Tabel 3. Definisi Operasional............................................................................. 50 Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkat Tahu di RSUD Kab. Muna Tahun 2016.................................. 59 Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkat Pemahaman di RSUD Kab. Muna Tahun 2016. ................................ 59 Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu Post Sektio Caesarea berdasarkan tingkat Aplikasi di RSUD Kab. Muna Tahun 2016............. ......................... 60
  • 10. x Daftar Lampiran Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3. Kuisioner Lampiran 4. Master Tabel Lampiran 5. Surat Bukti Penelitian Lampiran 6. Lembar Pernyataan
  • 11. xi Intisari Bijalmiah (2013.IB.0059) “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini Di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna” di bawah Bimbingan Ibu Rosdiana, S.ST Dan Ibu Fatmawati Desa, S.ST. Latar Belakang: Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 rata-rata kejadian SC meningkat sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan kelahiran bedah caesarea sebesar (9,8%) dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Di RSUD Kabupaten Muna selama periode bulan Januari-Juni 2016, jumlah ibu yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 284 orang, 109 orang ibu diantaranya dengan persalinan Sectio Caesaria. Metode Penelitian: Jenis penelitian deskriptif. Populasi semua ibu melahirkan dengan SC, kemudian seluruh populasi dijadikan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil Penelitian: Pengetahuan responden tentang Mobilisasi Dini dari 30 responden yang tingkat tahu kategori baik 3 responden (10%), cukup 11 responden (36,7%), dan kurang 16 responden (50%), berdasarkan tingkat pamahaman kategori baik 4 responden (13,3%), cukup 11 responden (36,7), kurang 15 responden (50%), berdasarkan tingkat aplikasi kategori baik 6 responden (20%) cukup 7 responden (23,3%), kurang 17 responden (56,7 %). Kesimpulan: Berdasarkan pengetahuan responden tentang Mobilisasi Dini (50%) mempunyai tingkat tahu kategori kurang, (36,7%) mempunyai tingkat tahu kategori cukup, (10%) mempunyai tingkat tahu kategori baik, (50%) mempunyai tingkat memahami kategori kurang, (36,7) mempunyai tingkat memahami kategori cukup, (13,3%) mempunyai tingkat memahami kategori baik, (56,7 %) mempunyai tingkat aplikasi kategori kurang, (23,3%) mempunyai tingkat aplikasi kategori kurang, (20%) mempunyai tingkat aplikasi kategori kurang. ` Kata Kunci : Pengetahuan – Mobilisasi Dini Post SC Daftar pustaka : 18 literatur (2007 s.d 2015).
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 diperoleh angka kejadian sectio caesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun–tahun sebelumnya. Standar rata-rata sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%, jumlah tindakan sectio caesarea di Inggris sekitar 29.1% per 100 kelahiran pada tahun 2010. Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara berkembang melonjak pesat setiap tahunnya (Hasmirah Mira, 2012). Pada terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang. Jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. (Rahmawati, 2012) Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang juga bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) seperti International Conference on Population and Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference on Women, di Beijing, 1995 (Rahima, 2016). 1
  • 13. 2 Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012). Pembedahan Caesarea professional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 Sectio Caesarea jarang dikerjakan dan biasanya Fatal. Di London dan Edinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan Caesarea terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea di Amerika Serikat. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012). Sectio caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara- negra berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni, et al, 2014). Menurut World Health Organization (WHO), (2014) negara tersebut diantaranya adalah Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia (43%). Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 rata-rata kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan kelahiran bedah caesarea sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Persalinan melalui Sectio Caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat
  • 14. 3 akan berdampak pada kematian ibu. Oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring dilakukan beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam keadaan sehat Salah satu upaya untuk mencegah kejadian ini dapat dilakukan mobilisasi dini (Early Ambulation). Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Dengan mobilisasi dini diharapkan ibu nifas dapat menjadi lebih sehat dan lebih kuat, selain juga dapat melancarkan pengeluaran lochea, membantu proses penyembuhan luka akibat proses persalinan, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi air susu ibu (ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme. Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Biasanya, hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi. Ibu yang baru menjalani sectio caesaria lebih aman bila diperbolehkan pulang pada hari keempat atau kelima post partum dengan syarat tidak terdapat komplikasi selama masa nifas. Komplikasi setelah tindakan pembedahan dapat memperpanjang lama perawatan dan memperlama masa pemulihan di rumah sakit. Pada Sectio Caesaria terjadi perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan dinding uterus. Adanya luka post Sectio Caesaria merupakan salah satu faktor yang memperpanjang lama perawatan ibu post Sectio Caesaria di rumah sakit. Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan dari luka post Sectio Caesaria antara
  • 15. 4 lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya mobilisasi dini diharapkan akan menyebabkan perbaikan suplay darah sehingga berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan luka post Sectio Caesaria (Bahiyatun, 2009) Di RSUD Kabupaten Muna selama periode bulan Januari-Juni 2016, jumlah ibu yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 284 orang, 109 orang ibu diantaranya dengan persalinan Sectio Caesaria. Persalinan Sectio Caesaria di RSUD Kabupaten Muna dilakukan dengan berbagai indikasi baik dari faktor ibu maupun faktor janin. Faktor ibu diantaranya diantaranya KPD >24 jam 28 kasus, CPD 7 kasus (6,4%) PEB dan eklamsi 18 kasus (16,5%), gravid post SC atau bekas sectio caesarea 9 kasus (8,3%), dan faktor janin letak memanjang 12 kasus (11,0%), gawat janin 18 kasus (16,6%), kasus dan yang lainya diantaranya, tumor uterus, kehamilan kembar, kala II lama, dan lain-lain. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti selama mengikuti kegiatan praktek klinik kebidanan pada periode bulan Mei di Ruang kebidanan RSUD Kabupaten Muna yaitu dengan melakukan wawancara kepada ibu post Sectio Caesaria didapatkan kenyataan bahwa ibu yang tidak mau melakukan mobilisasi dini yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasakan nyeri pada luka post Sectio Caesaria. Rasa nyeri masih dirasakan ibu 2-3 hari setelah operasi dan umumnya membuat ibu malas untuk melakukan mobilisasi atau menggerakkan badan dengan alasan takut jahitan lepas. Berdasarkan fenomena tersebut dan mengingat pentingnya mobilisasi dini untuk penyembuhan luka post Sectio Caesaria dan pemulihan kesehatan ibu maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016”.
  • 16. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat tahu ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016. b. Mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016 c. Mengetahui tingkat aplikasi ibu tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teorietis Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus. 2. Manfaat Praktis
  • 17. 6 a. Bagi RSUD Kabupaten Muna Penelitian ini dapat digunakan sebagai penilaian dan pemikiran terhadap pelayanan yang telah di diberikan terutama dalam pemberian asuhan kebidanan kepada ibu post Sectio Caesaria selama perawatan. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan. c. Bagi Profesi Kebidanan Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu kebidanan serta merupakan masukan informasi yang berharga bagi profesi bidan dalam menyusun program pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah menjalani persalinan ataupun operasi sectio caesarea. d. Bagi Peneliti Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016
  • 18. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Masa Nifas a) Pengertian Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sinopsis Obstetric, 2015) Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Rukiyah, at all, 2011) b) Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan diberikanya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk : 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga. 2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan. Pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif maupun penunjang. 3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisis data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat 7
  • 19. 8 mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi. 4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibumaupun bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan. 5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana. (Rukiyah, at all, 2011) c) Tahapan Masa Nifas Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu puerperium dini (Immediate Puerperium), puerperium intermedial (Early Puerperium), dan remote puerperium (Sinopsis Obstetri). Dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Puerperium dini (Immediate Puerperium) yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (24 jam pertama setelah partus) 2) Puerperium intermedial (Immediate Puerperium) yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. (Rukiyah, at all, 2011) d) Kebijakan Nasional Masa Nifas Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan
  • 20. 9 kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain : Tabel 1. Program Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan Ke-1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2. mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu Ke-2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusio uterus berjalan normal: Uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,tidak ada bau 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidakmemperlihatkan tanda-tanda penyulit 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. Ke-3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti dengan kunjungan ke-2 Ke-4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami 2. Memberikan Kb secara dini (Rukiyah, at all, 2011) e) Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus (1) Pengerutan Rahim Involusi
  • 21. 10 Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisanluar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotik (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan palpasi untuk meraba TFUnya. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut: (a) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendirisehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan (b) Atrofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogan yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada oto-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofidan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru. (c) Efek oksitosin (kontraksi) Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis dan
  • 22. 11 mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah keuterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan. Luka bekas perlengketan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. (Lestari, N, 2013) Tabel 2. Tabel Proses Involusio Uterus Involusi TFU Berat uterus (gr) Keadaan serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simphisis 500 gr Beberapa hari setelah post partum dapat dilalui dua jari, akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari Dua minggu Tak teraba diatas simphisis 350 gr Enam minggu Bertambah kecil 50-60 gr Delapan minggu Sebesar normal 30 gr Menurut Ambarwati (2009) involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara: 1. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm setiap hari. 2. Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundua uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ketiga sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm
  • 23. 12 dibawah pusat. Pada hari kelima sampai hari ketujuh tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi fundus uteri tidak teraba. b) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nfas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda- beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau dan tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Berikut Ini Adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa nifas yaitu : 1) Lochea Rubra (cruenta) Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sia plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. 2) Lochea Sanguilenta Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlansung, dari hari keempat dan hari ketujuh post partum. 3) Lochea Serosa
  • 24. 13 Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ketujuh sampai hari ke-14 pasca persalinan. 4) Lochea Alba Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba ini dapat berlansung selama 2-6 minggu post partum. 5) Lochea Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk. 6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya (Lestari, N, 2013) c) Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin (Rukiyah. at.all, 2011; h. 60). d) Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina.
  • 25. 14 e) Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebeluya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natamnl hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum hamil (Lestari, N, 2013) Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak atau edema dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi (Lestari, N, 2013) Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum. Kriteria penilaian luka yang pertama dikatakan baik, jika luka kering,perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa). Kedua, dikatan sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa). Ketiga dikatakan buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda-tanda infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsi oleosa (Lestari, N, 2013) 2) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
  • 26. 15 berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. (Lestari, N, 2013) Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan. (Lestari, N, 2013) 3) Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam /post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “dieresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. (Lestari, N, 2013) 4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
  • 27. 16 retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 5) Perubahan Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. a) Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. b) Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. c) Estrogen dan Progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengertii. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran
  • 28. 17 kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Lestari, N, 2013) 6) Perubahan Tanda-Tanda Vital a) Suhu badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2derajat Celsius. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 derajat Celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat Celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38 derajat Celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien. b) Nadi dan pernafasan Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. c) Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan. (Lestari, N, 2013) 7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
  • 29. 18 darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. 8) Perubahan Sistem Hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. (Rukiyah. at.all, 2011) 9) Perubahan Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down. Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, refleks saraf meransang untuk
  • 30. 19 mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama. (Lestari, N, 2013) 2. Sectio Caesarea a) Pengertian Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. (Sugeng Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Rantauprapat, 2015) Jenis – jenis sectio caesarea yaitu : Jenis jenis sectio caesarea menurut Rantauprapat, 2015 yaitu : 1) Sectio caesarea klasik (corporal) dengan syatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm 2) Sectio caesarea ismika (profunda) dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira–kira 10 cm. 3) Sectio caesarea transperitonialis yang terdiri dari sectio ekstraperitonelis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis (Sugeng Jitowiyono, 2012)
  • 31. 20 Kontraindikasi Sectio caesarea, pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sugeng Jitowiyono, 2012). b) Etiologi 1) Menurut Rantauprapat, 2015 dalam kutipan Hasmirah Mira (indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelfik (janin/panggul), sejarah kehamilan dan persaliana yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta, komplikasi kehamilan yaitu preklamsia-eklamsia, kehamilan yang disertai penyakit jantung dan DM, sedangkan menurut (Sugeng Jitowiyono, 2012) yaitu : disproporsi kepala panggul/CPD/FPD, disfungsi uterus, dan distosia jaringan lunak. 2) Indikasi yang berasal dari janin yaitu: fetal distres/gawat janin, mal presentase dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan parsalinan vakum (Sugeng Jitowiyono, 2012) c) Patofisiologi Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dan lain-lain, untuk ibu sedangkan untuk janin adalah gawat janin, janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum. (Rahmawati, T, 2012) Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anstesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
  • 32. 21 janin maupun ibu, sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan tidak dapat diatasi dengan mudah. (Nilda, Y.S, 2013) Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anastesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat secret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.anstesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan morblitas usus. (Rantauprapat, 2015) d) Resiko Persalinan Sectio Caesarea Menurut Suwignyo Siswosuharjo, 2010 dalam kutipan Rantauprapat 1) Resiko Bagi Ibu (untuk waktu pendek) : Mual muntah dan menggigil, merasa kehilangan emosi, gangguan pada sisitem pernafasan, kejang-kejang, dan pusing. 2) Risiko Bagi Ibu (untuk waktu panjang) : Komplikasi sistem saraf, sakit pada bagian belakang tubuh (bisa menahun), kehilangan kontrol unuk buang air kecil maupun air besar, dan kehilangan sensasi pada bagian perineum (daerah antara vagina dan anus) (Rahmawati, T, 2012). 3) Risiko Bagi Bayi: Kekuatan dan kemampuan gerak otot tubuhnya kurang baik pada jam-jam pertama setelah dilahirkan, dan demam karena mengalami penurunan suhu tubuh. (Bahiyatun, 2009)
  • 33. 22 e) Nasihat Pasca Operasi Sectio Caecaria 1) Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai kontrasepsi 2) Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal yang baik 3) Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar 4) Apakah pelahiran selanjutnya harus ditolong dengan sectio caecaria bergantung pada indikasi sectio secaria dan keadaan pada kehamilan berikutnya (Amru Sofyan, 2012) dalam kutipan Rantauprapat, 2015 3. Mobilisasi Dini a) Pengertian Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Wahid Ikbal M & Nurul C, 2007). Menurut Carpenito (2009) mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep
  • 34. 23 mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur ketahap mobilisasi sebelumnya sebelum terjadi komplikasi. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada diantara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas. (Wahid Ikbal M & Nurul C, 2007). Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko–resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot–otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motifator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatukomplikasi yang tidak diinginkan. (Walyani, E.S & Purwostuti, E, 2015) Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu
  • 35. 24 upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010) Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami sectio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi sectio caesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati. Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi sectio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal. (Prawirohardjo, 2009) b) Tujuan Mobilisasi Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari mobilisasi dini adalah membantu untuk menguatkan otot - otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh (Rukiyah. at.all, 2011), untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan
  • 36. 25 kontraktur sendi bahu , untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan (Sugeng Jetowiyono, Weni Kristiyanasari 2012) agar persendian yang kaku atau pembengkakan yang terjadi pada urat-urat karena mobilisasi darah akan bisa menjadi normal kembali. (Bahan Ajar KDM 1) Tujuan lain mobilisasi : 1) Mempertahankan fungsi tubuh 2) Mempercepat peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka. 3) Membantu pernapasan menjadi lebih baik 4) Mempertahankan tonus otot 5) Memperlancar eliminasi alvi dan urin 6) Mengembalikan aktifitas tertentu sehingga pasien kembali normal danatau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. 7) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi. 8) Meningkatkan fungsi paru-paru dan sirkulasi darah, hal tersebut memperkecil resiko penggumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan menolong saluran cernah agar mulai Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.
  • 37. 26 c) Manfaat Mobilisasi Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma, pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot, pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit. (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007) d) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan system saraf (Handiyani, 2009). Mobilisasi dipengaruhi oleh Faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan
  • 38. 27 perkembangan, perubahan sistem skeletal, faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi : 1) Gaya Hidup Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai–nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat) (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti perilaku yang meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilisasi seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat. 2) Proses Penyakit dan Injury Adanya penyakit tertentu yang diterima seseorang akan mempengaruhi mobilisasinya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula dengan orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit / nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu. 3) Kebudayaan Kebudayaan dapat mampengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktivitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi sembuh.
  • 39. 28 4) Tingkat Energi Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing -masing individu bervariasi. Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari steresor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikilogis (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilisasinya dengan orang dalam keadaan sehat. 5) Usia dan Status Perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasinya dibandingkan dengan seorang remaja. Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada invidu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Wahid Ikbal M & Nurul C 2007). e) Macam–macam Mobilisasi 1) Mobilisasi Penuh Mobilisasi penuh ini menunjukan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari. 2) Mobilisasi Sebagian Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan
  • 40. 29 syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi; a) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskletal seperti dislokasi sendi dan tulang. b) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel. f) Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ada beberapa hal dilakukan imobilisasi : 1) Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi misalnya pada klien yang mengalami pembedahan atau yang mengalami cedera pada tungkai dan lengan. 2) Kaharusan (tidak terelakan). Ini biasanya disebabkan ketidakmampuan primer, seperti penderita palisis. 3) Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup. Pelaksanaan, mobilisasi dini terdapat tiga langkah penting yaitu; 1) Pemanasan Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan aliran darah dan memperbanyak masuknya O2 ke dalam tubuh, memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerak refleks, juga menjaga kejang otot dan pegal–pegal keesokkan harinya. Pemanasasan dapat dilakukan dengan menggerakkan mengepalkan tangan, tarik napas pelan– pelan dan dikeluarkan dengn pelan – pelan. 2) Gerakan Inti Mobilisasi Dini a) Gerakan Pertama
  • 41. 30 Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan – pelan melalui mulut sambil mengontraksikan otot perut. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. b) Gerakan Kedua Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu, kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. c) Gerakan Ketiga Berbaring relaks dengan posisi tangan disamping badan dan lutut ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali.ingat jangan menghentak ketiak menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. d) Gerakan keempat Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri disamping badan, tangan kanan diatas perut, dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan mengontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan keposisi semula sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
  • 42. 31 e) Gerakan kelima Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama – sama dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk,diulang sebaliknya. Kerut kan otot sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan. Gerak diulangi 8 kali. f) Gerakan Keenam Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan, kemudian lutut ditekuk kearah perut 90 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. jangan menghentak ketiak, menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan 8 kali g) Gerakan Ketujuh Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil mengontraksikan perut,kemudian turunkan perlahan. h) Gerakan Kedelapan Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saatanus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan–pelan sambil mengendurkan anus. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. i) Gerakan Kesembilan Posisi berbaring, kaki lurus, dankedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan kembali pelan – pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki.
  • 43. 32 Atur nafas saat mengangkat kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. j) Gerakan Kesepuluh Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan dibelakang kepala, kemudian bangun sampai posisi duduk, lalu perlahan – lahan posisi tidur kembali (sit up). Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang ditekuk dibelakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksakan. 3) Pendinginan Pendinginan setelah mobilisasi tetap diperlukan, hal ini agar kerja jantung kembali normal. Gerakan pendinginan berupa menghela napas lebih panjang dan lebih dalam, lengan, tungkai, akan membantu sistem jantung dan pembuluh darah mampu menyesuaikan diri dengan semakin mengendurnya aktivitas tubuh. Proses gerakan mobilisasi dini dilakukan 3 kali dalam1 hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari selama 3 hari. Gerakan senam mobilisasi dini pada pasien post operasi sectio dari 10 gerakan yang ada secara teori, hanya dilakukan pada gerakan pertama sampai gerakan ketujuh. g) Tahap-tahap Mobilisasi Dini Tahap mobilisasi pada pasien sectio dengan anastesi umum: 1) Melakukan nafas dalam segera (5-10 menit) setelah sadar dari bius operasi dengan cara inspirasi melalui hidung, pada saat ekspirasi pasien membuka
  • 44. 33 mulut selanjutnya nafas dihembuskan secara perlahan-lahan seperti meniup lilin 2) Merubah posisi tidur ke kiri dan kekanan, dilakukan 6 jam setelah operasi sectio dengan cara menekuk kedua lutut daerah yang luka atau bekas insisi, ditahan dengan telapak tangan kiri sambil bertumpu pada kaki kanan, dan tangan kanan berpegang pada sisi tempat tidur begitu juga sebaliknya. 3) Meregangkan dan mengendorkan tungkai bawah dengan cara menegangkan kedua telapak kaki, selanjutnya ditahan 1 - 2 menit setelah itu dikendorkan kembali, ini dilakukan sesuai dengan kemampuan klien 4) Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil sebelum berjalan jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit, namun dengan beberapa latihan nyeri itu akan berkurang. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi sectio dari waktu ke waktu: a) 6 jam pertama Ibu post secsio caesaria istirahat baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. b) 6-10 jam Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.
  • 45. 34 c) Setelah 24 jam Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu. d) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan. h) Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post secsio caesaria terdiri dari: 1) Hari ke 1 : a) Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadar. b) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. 2) Hari ke 2 : a) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih. b) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk c) Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari, 3) Hari ke 3 sampai 5: a) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi. b) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.
  • 46. 35 i) Jenis Imobilisasi Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilisasi antara lain: 1) Imobilisasi fisik. Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebakan oleh faktor lingkungan maupun kondisi ornag tersebut. 2) Imobilisasi intelektual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kanker otak. 3) Imobilisasi emosional. Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. 4) Imobilisasi sosial. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit. j) Masalah Fisik yang dapat terjadi akibat Imobilisasi dini Masalah imobilisasi dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis, imobilisasi dapat menyebabkan penurunan motivasi, menyebabkan kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidak sesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis (Wahid Ikbal M, Nurul C 2008). Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai berikut: a) Sistem Muskuloskletal Muskuloskeletal dimineralisasi tulang yaitu kehabisan kalsium yang memberikan kekuatan dan kepadatan tulang akibat dari imobilisasi dengan tidak beraktivitas proses pengurasan berlangsung, hal ini karena oestoblas
  • 47. 36 dan pembentukan matriks tulang memerlukan tekanan dan kolagenari aktivitas untuk manahan berat badan, serta penarikan otot oleh tulang berfungsi dimineralisasi terus menerus sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan pada gilirannya dengan mudah terjadi deformitas atau kompresi serta fraktur Atropi otot. (Wahid Ikbal M & Nurul C 2008). Menurut Wahid Ikbal M & Nurul C (2008) pada sistem ini, imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah seperti osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi. (1) Osteoporosis, tanpa adanya aktivitas yang memberikan beban pada tulang, tulanag akan mengalami demineralisasi (osteoporosis). Proses ini akan mengakibatkan tulang - tulang kehilangan kekuatan dan kepadatanya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah. (2) Atrofi otot, otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya. (3) Kontraktur, pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu memendek atau memanjang. Lama- kelamaan kondisi ini akan menyebabkan kontraktur (pemendekan otot permanen) proses ini sering mengenai sendi, tendon dan ligamen. (4) Kekakuan dan nyeri sendi. Pada kondisi imobilisasi jaringan kolagen pada sendi dapat mengalami ankilosa. Selain tulang juga akan mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri pada sendi. Tidak menggerakkan otot cenderung terjadi pada ujung terpaut di tempat tidur karena serabut otot yang tidak berkontraksi
  • 48. 37 selama beberapa waktu akhirnya terjadi pengurangan ukuran, bila otot dilatih maka ukuran serabut otot bertambah buang air besar .pasien yang immobilisasi dapat menyebabkan hilangnya rektal defekasi dan kemampuan eksplusi rektal disebabkan oleh aktivitas muskuloskeletal ada refleks viseral yang digunakan dalam proses defekasi, kelemahan dan kemunduran refleks defekasi dapat mengakibatkan konstipasi dan masalah pernafasan. Penurunan gerak pernafasan akumulasi sekret pada saluran pernafasan ada dapat terbatas geraknya karena kehilangan koordinasi otot, barangkali karena otot tidak digunakan karena agen terminologi tertentu seperti sedatifa dan analgesik ekspirasi dada akan lebih terbatas karena posisi atau berbaring gerakan dada juga dapat dibatasi oleh distensi abdomen disebabkan digesti atau penyebab-penyebab lainnya. (Wahid Ikbal M & Nurul C, 2008). b) Eliminasi urine Masalah yang umum ditemukan pada masalah perkemihan akibat imobilisasi antara lain: (1) Stasis urine. Pada individu yang mobiliasai, gravitasi memainkan peran yang penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih. Sebaliknya saat individu berada dalam posisi berbaring dalam waktu lama, gravitasi justru akan menghambat proses tersebut. Akibatnya pengosongan urine jadi terhambat dan terjadilah stasis urine (terhentinya atau terhambatnya aliran urine).
  • 49. 38 (2) Batu ginjal, pada kondisi imobilisasi terjadi ketidak seimbangan antara kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium, akibatnya urine akan lebih basa, dan garam kalsium mempresipitasi terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horizontal akibat imobilisasi, pelvis ginjal yang terisi urine basa menjadi tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal. (3) Retensi urine. Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk melemaskan otot perineum pada saat berkemih. Selain itu, penurunan tonus otot kandung kemih juga menghambat kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara tuntas. (4) Infeksi perkemihan. Urine yang stasis merupakn media yang baik untuk pertumbuhsn bakteri. Selain itu, sifat urine yang basa akibat hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang umumnya menimbulkan /menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia Coli. c) Gastrointestinal Kondisi imobilisasi memengaruhi 3 fungsi sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti, dan eliminasi. Dalam hala ini,masalah yang umum ditemuia salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi terjadi akibat penurunan peristalsis dan motolitas usus. Jika konstipasi terus berlanjut, feses akan menjadi sangat keras dan diperlukannya upaya yang kuat untuk mengeluarkannya.
  • 50. 39 d) Respirasi (1) Penurunan gerak pernafasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena jarangnya otot - otot tersebut digunakan, obat – obatan tertentu (misalnya sedatif dan analgesik) dapat pula menyebabkan kondisi itu. (2) Penumpukan sekret. Normalnya, secret pada saluran pernafasan dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh, serta dengan bentuk. Pada kindisi imobilisasi, secret terkumpul pada jalan napas akibat gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan karbondioksida di alveoli. Selain itu, upaya batuk untuk mengeluarkan secret juga terhambat karena melemahnya tonus oto- otot pernafasan. (3) Atelektasisi. Pada kondisi tirah baring (imobilisasi) perubahan aliran darah regional dapat menurunkan produksi surfaktan. Kondisi ini ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan nafas, dapat mengakibatkan ateletaksisi. e) Sistem Kardiovaskular (1) Hipotensi ortostastik. Hipotensi ortostastik terjadi karena sisitem saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan supalai darah ke tubuh sewaktu individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama. Darah berkumpul di ekstermitas, dan tekanan darah menurun drastis. Akibatnya, perfusi di otak mengalami gangguan yang bermakna, dan individu dapat mengalami pusing, berkunang–kunang, bahkan pingsan. (2) Pembentukan trombus. Trombus atau massa padat darah yang terbentuk dijantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh 3
  • 51. 40 faktor, yakni gangguan aliran balik vena menuju jantung, hyperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembulu darah. Jika trombus lepas dari dinding pembulu darah akan masuk ke sirkulasi disebut sebagai embolus. (3) Edema dependen. Edema dependen biasa terjadi di area – area yang menggantung, seperti kaki dan tungkai bahwa pada individu yang sering duduk berjuntai dikursi. lebih lanjut, edema ini akan menghambat aliran balik vena menuju jantung yang akan menimbulkan lebih banyak edema. f) Metabolisme dan Nutrisi (1) Penurunan laju metabolisme. Laju metabolisme basal adalah jumlah energi minimal yang digunakan untuk mempertahakan proses metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolisme basal, motilitas usus, serta sekresi kelenjar digestif menurun sesuai dengan penurunan kebutuhan energi tubuh. (2) Balans nitrogen negatif. Pada kondisi imobilisasi terdapat ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein. Dalam hal ini, proses katabolisme melebihi anabolisme. Akibatnya, jumlah nitrogen yang diekskresikan meningkat (akibat prose katabolisme) dan mengakibatkan balans nitrogen negatif. (3) Anoreksia. Penurunan nafsu makan (anoreksia) biasanya terjadi akibat penurunan laju metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap menyertai kondisi imobilisasi. Jika asupan protein berkurang koindisi
  • 52. 41 ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut pada status malnutrisi. g) Sistem Integumen (1) Turgor kulit menurun. Kulit dapat mengalami atropi akibat imobilisasi yang lama. Selain itu, perpindahan cairan antara – kompartemen pada area tubuh yang menggantung dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis dan jaringan (2) Kerusakan kulit. Kondisi imobilisasi mengganggu sirkulasi dan suplai nutrien menuju area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia dan nekrosis jaringan superfisial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus. h) Sistem Neurosensorik Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensori, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah bingung. 4. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada pengetahuan yang tidak didasari oleh pengetahuan.
  • 53. 42 Pengetahuan adalah informasi yang telah di kombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat dibenak seseorang. Pada umumnya pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola manakala informasi data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk menindaki (Meliono, 2007) Ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang diperoleh melalui panca indera, dimana pengetahuan itu merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. b. Tingkat Pengetahuan Menurut Ariani (2014) seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda–beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan, yaitu: 1) Tahu (Know) Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan–pertanyaan. 2) Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
  • 54. 43 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkn dan /atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antar komponen – komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek materi atau objek penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau responden. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: 1) Tingkat Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lainmenuju kearah suatu cita-cita tertentu. Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar-mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi
  • 55. 44 tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat. Maka makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak. 2) Media Masa/Sumber Informasi Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain–lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas 3) Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang tingkat ekonominya lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi karena kemampuannya dalam penyediaan media informasi. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, bilogis, maupun sosial. 5) Pekerjaan Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan
  • 56. 45 memerlukan perhatian tersebut, sehingga masyarakat yang sibuk hanya mempunyai sedikit waktu memperoleh informasi (Maimonah, M, 2009) 6) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapai masa lalu. Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku.Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. d. Kategori Pengetahuan Kategori pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) pengukuran pengetahuan dengan menggunakan pengkategorian yaitu: 1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 – 100 % dari seluruh pernyataan. 2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 – 75 % dari seluruh pertnyataan. 5. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pernyataan.
  • 57. 46 B. Landasan Teori Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas/kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalianan Caecaria. Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Wahid Ikbal M & Nurul C, 2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirin pasien dalam pelaksanaan mobilisasi dini adalah intervensi dari tenaga kesehatan (perawat, bidan, dan dokter), pengetahuan keluarga besar (extended family) terhadap prosedur tindakan yang diberikan. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
  • 58. 47 behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada pengetahuan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2007) Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima atau tentang apa yang dipelajari (Ariani, 2014). Untuk mengukur bahwa sesorang ibu post SC tahu tentang mobilisasi yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan apa yang diketahuinya tentang mobilisasi dini. Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintreprestasikan materi tersebut. Untuk mengukur bahwa seorang ibu post SC telah paham terhadap moblisasi maka harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan tentang mobilisasi dini. Aplikasi adalah sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Kemampuan seorang ibu post SC melakukan sesuatu yang didasarkan pada apa yang diketahuinya dan dipahaminya yaitu melakukan mobilisasi dini.
  • 59. 48 C. Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Keterangan : : Variabel Bebas : Variabel Terikat : Hubungan antar Variabel Gambar 1. Kerangka Konsep D. Pertanyaan penelitian 1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat tahu ibu tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016. 2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat pemahaman ibu tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016. 3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu berdasarkan tingkat aplikasi ibu tentang Mobilisasi dini di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016. Aplikasi Memahami Tahu Mobilisasi Dini
  • 60. 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini Di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016. B. Subjek Penelitian 1. Populasi Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Ibu Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2016. 2. Sampel Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Accidental Sampling yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu pada ibu post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna pada bulan Juli tahun 2016. C. Tempat dan Waktu Penelitian a. Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna pada tahun 2016. b. Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 25 Juli tahun 2016. D. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu tentang mobilisasi dini, sedangkan tahu, memahami, aplikasi menjadi variabel independent dalam penelitian ini. 49
  • 61. 50 E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Tabel 3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif No Variabel Devinisi Operasional Kriteria Objektif Alat Ukur Skala 1. Dependent Mobilisasi dini Adalah kemampuan responden untuk bergerak sedini mungkin setelah melakukan operasi > 6 jam a. Melakukan mobilisasi b. Tidak melakukan mobilisasi Kuisioner Nominal 2. Independent Tahu Adalah segala sesuatu yang diketahui ibu post Sectio Caesarea tentang mobilisasi dini a. Baik: Apabila skor 76- 100% dari total skor (bila jawaban 6-10 dari 10 pertanyaan yang diberikan). b. Cukup: Apabila skor 56- 75% dari total skor (bila jawaban yang benar 2-5 dari 10 pertanyaan yang diberikan). c. Kurang: Apabila skor kurang dari 55% dari total skor (bila jawaban yang benr kurang dari1 dari 10 pertanyaan yang diberikan Kuisioner Ordinal Pemahaman Tingkat pengetahuan dengan kemampuan menjelaskan kembali pengetahuan yang telah dimiliki a. Baik: Apabila skor 76- 100% dari total skor (bila jawaban 6-10 dari 10 pertanyaan yang diberikan). b. Cukup: Apabila skor 56- 75% dari total skor (bila jawaban yang benar 2-5 dari 10 pertanyaan yang diberikan). c. Kurang: Apabila skor kurang dari 55% dari total skor (bila jawaban yang benr kurang dari1 dari 10 pertanyaan yang diberikan Kuisioner Ordinal Aplikasi Kemampuan melakukan atau mengaplikasikan dari pengetahuan yang dimiliki. a. Baik:Apabila skor 76- 100% dari total skor (bila jawaban 6-10 dari 10 pertanyaan yang diberikan). Kuisioner Ordinal
  • 62. 51 b. Cukup: Apabila skor 56- 75% dari total skor (bila jawaban yang benar 2-5 dari 10 pertanyaan yang diberikan). c. Kurang: apabila skor kurang dari 55% dari total skor (bila jawaban yang benr kurang dari1 dari 10 pertanyaan yang diberikan F. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jenis kuesioner tertutup dimana responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan supaya lebih mudah mengarahkan jawaban responden dan lebih mudah diolah. Kuesioner yang dibagikan meliputi kuesioner Gambaran Pengetahuan Ibu Post SC tentang Mobilisasi Dini. Kuesioner gambaran pengetahuan ibu post SC tentang mobilisasi dini untuk pernyataan positif, jika jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif, jika jawaban benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah diberi skor 1. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Ariani, 2014). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan membagikan kuesioner kepada responden yang telah dijelaskan cara pengisiannya untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang mobilisasi. Setelah diisi oleh responden dikembalikan kepada peneliti untuk dilakukan pengolahan data. G. Pengolahan dan Cara Analisis Data
  • 63. 52 1. Pengolahan data Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengeditan (Editing) Yaitu dengan melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul. Setelah dilakukan pengecekan tidak terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data. b. Pengkodean (Coding) Data yang telah diedit dirubah dalam bentuk angka (kode) yaitu nama responden dirubah dengan kode responden. c. Pemberian skor (Tabulating) Data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria dihitung dan disesuaikan dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi. d. Analisis Data (Analiting) Dalam melakukan analisis khususnya data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis secara univariat. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah dikumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada. Selanjutnya adalah apakah hasil scoring tersebut masuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang. Presentase dapat diperoleh melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
  • 64. 53 ℎ ℎ 100% = Keterangan : P : Angka Presentase (Notoadmodjo : 2008) n : Jumlah sampel yang diteliti : Frekuensi yang sedang diuji presentasenya. K : Konstanta Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariate yang menganalisis terhadap tiap variabel dan hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Ariani, 2014) Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih muda dibaca di interprestasikan. Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi untuk memberikan deskriptif secara umum. H. Jalannya Penelitian 1. Tahap Persiapan Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin penelitian kepada instansi dan melapor kepada Kepala Kesbang dan Linmas Kabupaten Muna sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. 2. Tahap Pelaksanaan
  • 65. 54 Dimulai dengan menyebarkan kuisioner yang telah dipersiapkan berdasarkan responden yang datang berkunjung di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupatenr Muna. 3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel. 4. Tahap Penulisan Laporan Pada tahap ini disusun suatu laporan sebagai tahap akhir dari penelitian.
  • 66. 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara terletak di Ibu Kota Kabupaten tepatnya di jalan Sultan Syahril Kelurahan Laende Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai berikut : 1) Sebelah utara : Jl. Basuki Rahmat 2) Sebelah Timur : Jl. Sultan Hasanudin 3) Sebelah selatan : Jl. Laode Pandu 4) Sebelah Barat : Jl. Ir. Juanda b. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didirikan pada masa penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda. Pada saat itu mantri berkebangsaan belanda hanya dibantu oleh seorang asistennya dan dua orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter dari Jawa yang bernama dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal dokter Soeparjo dengan sebutan dokter jawa. Beliau tamatan dari sekolah belanda yaitu Nederlandhes In Launshe Aonzen School (NIAS). 55
  • 67. 56 Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama tujuh tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama dokter Hyaman. Selang 5 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1940 seorang dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang menggantikan kepemimpinan dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau sangat memperhatikan kesehatan masyarakat Muna pada saat itu. Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan Republik Indonesia masa pemerintahan dokter Pang Ing Cian berakhir dan beliau diganti oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama dokter Post. Dokter Post mempunyai dua orang asisten sehingga sebagian besar pekerjaannya diserahkan pada kedua asistennya. Namun kepemimpinan dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu tahun lamanya. Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang berasal dari Belgia. Dokter Lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan rehabilitasi yang di prakarsai oleh Bupati Muna Laode Rasyid, SH. Ini merupakan rehabilitasi pertama selama Rumah sakit tersebut didirikan tahun 1965-1970. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dipimpin oleh dokter Ibrahim Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung selama 3 tahun dan sejak itu tahun masa kepemimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna ditetapkan setiap 3 tahun sekali memimpin. Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dijadikan sebagai salah satu rumah sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian ilmiah bagi
  • 68. 57 mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Muna dan Mahasiswa Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. c. Lingkungan Fisik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara berdiri diatas lahan seluas 10.740 Ha. d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara adalah : 1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam, poliklinik umum, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik bedah, poliklinik saraf, poliklinik dalam, instalasi rehabilitasi medik, dan instalasi gawat darurat, poliklinik mata, poliklinik THT, dan poliklinik psikiatri. 2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan, perawatan bayi/perinatologi dan perawatan umum, ICU 3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium klinik dan instalasi gizi. e. Ketenagaan Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna saat ini adalah 529 orang (terdiri atas paramedis sebanyak 430 dan non paramedis sebanyak 73 orang) serta dokter dan dokter ahli sebanyak 26 orang. Dengan jumlah bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah sebanyak 128 orang, yang bekerja di Ruang kebidanan sebanyak 38 orang dan terdapat 2
  • 69. 58 orang dokter ahli kandungan sedangkan di ruang perinatology sebanyak 26 orang dan 2 orang dokter ahli anak. 2. Analisis Data Kegiatan penelitian berlangsung dari tanggal 6 Agustus sampai tanggal September 2016 di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna diperoleh jumlah ibu post sectio caesarea yaitu 30 orang, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam beberapa tabel distribusi disertai dengan narasi atau penjelasan tabel yang terdiri dari analisis univariat sebagai berikut : a. Tahu Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden tentang mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat dilihat pada tabel 4
  • 70. 59 Tabel 4. Distribusi Tingkat Tahu Ibu Post Sektio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016. Tingkat Tahu Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang 8 10 12 26, 7% 33,3 % 40 % Total 30 100 Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu post SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat tahu kategori baik berjumlah 8 responden (26,7%), kategori cukup 10 responden (33,3%), dan kategori kurang 12 responden (40%). b. Memahami Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat memahami responden tentang mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Distribusi Tingkat Memahami Ibu Post Sektio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016. Tingkat Memahami Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang 3 13 14 10% 43,3% 46,7% Total 30 100 Sumber : Data Primer, 2016
  • 71. 60 Berdasarkan tabel 5. menunjukan bahwa dari 30 responden, ibu post SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat memahami kategori baik berjumlah 3 responden (10%), kategori cukup 13 responden (43,3%), dan kategori kurang 14 responden (46,7%). c. Aplikasi Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden tentang mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berada pada kategori kurang dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6.Distribusi Tingkat Aplikasi Ibu Post Sektio Caesarea tentang Mobilisasi Dini di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016. Tingkat Aplikasi Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang 1 10 19 3,33% 33,33% 63,33 % Total 30 100 Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa dari 30 responden, ibu post SC yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi kategori baik berjumlah 1 responden (3,33%), kategori cukup10 responden (33,33%), dan kategori kurang 19 responden (63,33%).
  • 72. 61 B. Pembahasan 1. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dengan kata lain mengingat kembali (recall) terhadap spesifikasi dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007). Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima atau tentang apa yang dipelajari (Ariani, 2014). Kemampuan seseorang dalam mengingat dapat dipengaruhi oleh dimensi waktu, sehingga pengetahuan responden yang teramati melalui kuisioner sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh, dimana pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, social ekonomi, dan sosial budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post SC yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terhadap mobilisasi dini post SC sebagian besar masih kurang yaitu sebanyak 12 orang (40%). Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan seseorang sehingga mempengaruhi pula tingkat tahu ibu tentang mobilisasi dini. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh dari 30 responden terdapat 28 responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD dan SMP. Tingkat pengetahuan pada sebagian besar responden dipengaruhi oleh tingkat tahu (know) yang kurang memadai tentang mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea.
  • 73. 62 Pengetahuan yang baik adalah dimana individu memiliki kemampuan untuk memperjelas fenomena yang terjadi disekitarnya. Hal ini kemungkinan disebabkan antara lain karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu post SC dan juga kurang mendapatkan informasi tentang mobilisasi dini atau kurang mengikuti penyuluhan yang diberikan, sehingga pengetahuan ibu post SC tersebut tidak berubah atau tidak bertambah bahkan menetap, kesadaran ibu akan pentingnya mobilisasi selama setelah operasi pengaruh lingkungan yang mayoritas kesadarannya kurang, informasi yang kurang, tingkat pendidikan ibu yang kurang. Untuk meningkatkan pendidikan ibu lebih baik perlu dilakukan langkah-langkah peningkatan pengetahuan reponden diantaranya adalah dengan didapat dari pengalaman, konseling, dan pendidikan. Sesuai dengan teori yang ada, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan dan keterpaparan informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima dan memperoleh informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rhaditya Prassana yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini pada Ibu Post Sectio Caesarea di Badan Layanan Umum Daerah (Blud) Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan membuat ibu post SC lebih cepat memahami dan menambah wawasan tentang mobilisasi dini baik dari media elektronik, media cetak, ataupun dari tenaga kesehatan. Untuk itu perlu bagi tenaga kesehatan atau petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pemberian penyuluhan tentang mobilisasi dini dan memberi motivasi pada ibu-ibu post SC betapa penting mobilisasi itu setelah operasi SC.
  • 74. 63 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang responden. Berdasarkan tingkat pendidikan dari 30 responden yang memiliki pengetahuan kategori baik pada pendidikan SD tidak ditemukan. Dan pada tingkat SMP pengetahuan kategori baik tidak ditemukan dari 30 responden, namun yang nampak pada hasil penelitian yang berpendidikan SD 3 responden memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu 2 orang responden dan 1orang responden memiliki pengetahuan kategori cukup, sedangkan yang berpendidikan SMP 8 responden memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu 3 orang responden dan 4 orang responden memiliki pengetahuan kategori cukup. Sedangkan pada tingkat SMA masih ada ditemukan yang memiliki pengetahuan kategori kurang yaitu 10 orang responden dan 4 orang responden memiliki pengetahuan kategori cukup, sedangkan yang baik 2 orang dari 12 orang responden, sedangkan Diploma lebih mendominasi pengetahuan kategori baik dan cukup dibandingkan dengan pengetahuan kategori kurang yang hanya ditemukan 1 orang pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi sangat mempengaruhi pengetahuan ibu post SC. Hal ini disebabkan oleh faktor sumber informasi, dimana mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Maka menyebabkan responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi disebabkan karena hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan dan konseling dari tenaga kesehatan, memperoleh informasi dari media massa terutama berkaitan dengan pentingnya mobilisasi dini post sectio caesarea.
  • 75. 64 Sehingga pada hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna bahwa tingkat tahu pada ibu post sectio caesarea yaitu sangat kurang sedangkan pada hasil penelitian oleh Rhaditya Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar bahwa tingkat tahu pada ibu post sectio caesarea yaitu kurang. Sehingga hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rhaditya Prassana di Rumah Sakit Umum Kota Banjar tahun 2012. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang dapat diketahui dan dapat menginterpretasikan informasi tersebut secara benar, maka dari itu meskipun responden pernah mendapatkan informasi tentang pentingnya mobilisasi dini setelah operasi. Tetapi responden tersebut tidak melakukan penginderaan dengan baik. Jika seseorang lebih mudah dan lebih banyak memperoleh informasi, maka ia akan lebih mudah dan cukup tanggap dalam menerima informasi atau pengetahuan tentang mobilisasi dini pada saat setelah operasi. Bagi yang tidak memahami sama sekali, kemungkinan cenderung tidak tanggap atau tidak mengerti dengan pengetahuan yang diperoleh. Tingkat kemampuan dalam menerima dan memikirkan suatu hal masih kurang. Menyebabkan tingkat memahami juga cenderung kurang, sehingga ditemukan bahwa tentunya tingkat memahami ibu post SC mempengaruhi pemahamannya tentang mobilisasi dini setelah operasi caesarea. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden ibu post sectio caesarea yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat memahami terhadap pentingnya mobilisasi dini setelah operasi sebagian besar masih kurang yaitu sejumlah 14 responden (46,7%)