SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian .
Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai
wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image
yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa,
sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya
ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi
manusia.
Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular
baik yang berbisa maupun tidak.
Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa
ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa
yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang
tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam
waktu delapan jam.
Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi
dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama,
dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan
kadar tinggi
`
95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan
pertama dapat mudah di lakukan.

1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
apakah defenisi dari gigtan ular ?
bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ?
bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ?

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang
yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta
dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien
dengan gigitan ular,
C. Manfaat
Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang
keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan
keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami
dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN :
“GIGITAN ULAR‖

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang
digigit ular atau diduga digigit ular
2. Anatomi fisiologi kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan
ikat.
 Anatomi kulit

a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan
kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).

b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
―True

Skin‖.Terdiri

atas

jaringan

ikat

yang

menyokong

epidermis

dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin
berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.
Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.

c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi,

mengontrol

suhu

tubuh

(termoregulasi),

sensasi,

eskresi

dan

metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon
rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan
ujung jari.
Kulit

berperan

pada

pengaturan

suhu

dan

keseimbangan

cairan

elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh
darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian
tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian
akan mempertahankan panas.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin
D.
3. Etiologi
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
4. Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut
bersifat
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena
paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,
kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis:
luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM,
hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan
pada tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
5. Manifestasi Klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun
yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :
 Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
 Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
 Mulut terasa kering
 Pusing, mata berkunang – kunang
 Demam, menggigil
 Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah
 Reaksi emosi yang kuaat
 Penglihatan kembar/kabur, mengantuk
 Pingsan
 Mual dan atau muntah dan diare
 Rasa sakit atau berat didada dan perut
 Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki
 Sukar bernafas dan berkeringat banyak
 Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
6. Penatalaksanaan Medic
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering
penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada
memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap
dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency
life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi
ABC

(Airway,

Breathing,

Circulation).]

Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka
habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area
yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang
tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin
alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar
untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu
jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis
ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan
sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah
mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat
mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang
salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau
bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga
menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari
atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi
kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek
mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi
dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid
Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke
bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi
juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.
7. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan
blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian
umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala
demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya
tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks
antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas
timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8
vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari
antihistamin dan steroid.
8. Penyimpangan KDM
9. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan
penentuan gula darh, BUM dan elektrolit
10. Terapi
Dimana proses terapi/pengobatan yaitu :
Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis
Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik
Hidrokortison 100 mg/iv
Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi) dan pada penyakit jantung
pemberianya harus hati-hati
Pemberian serum anti bisa

B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Biodata


Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.



Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.

b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
-

Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.

Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P

: nyeri

Q

: Terus menerus

R

: seluruh persendian,dada, dan perut

S

: 4(0-5)

T

: saat beraktifitas

Riwayat kesehatan dahulu
-

Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.

-

Riwayat pemakaian obat-obatan

b. Pengkajian primer
Airway
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
c. Analisa data
Data
Peningkatan frekunsi
napas
Napas dangkal
Distress pernapasan :
pernapasan cuping
hidung, takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot
pernapasan
Kesulitan bernapas :
sianosis

Penyebab

Masalah

Bisa ular mengandung toksin

Gangguan pola

yang bersifat neurotoksin

napas

↓
Merangsang saraf perifer atau
sentral
↓
Menyebabkan paralise otot otot
lurik
↓
Kelumpuhan / kelemahan otot
otot pernapasan
↓
Kompensasi tubuh dengan cara
napas yang dalam dan cepat
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas

Penurunan curah jantung :

Bisa ular yang mengadung toksin

gelisah, letargi, takikardia

yang bersifat kardiotoksin dan

Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang –
kunang

cytotoksin
↓
Mengakibatkan terganggunya otot
otot jantung
↓
Kerusakan otot jantung
↓
Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan
b. Penurunan curah jantung
Tindakan Gawat Darurat
a. Gangguan pola napas
1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan
pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag
2) Terapi oksigen
3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong
4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau
PEEP
5) Pemantauan hemodinamik/jantung

b. Penurunan curah jantung
1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar
bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2
kali hembusan ambu bag
2) Kaji / pantau tekanan darah
3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat
frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra
4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan
menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran
ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget
5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari
situasi stress
d. Pengkajian Sekunder
1) Pengumpulan Data
 Aktivitas / Istrahat
Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
Tanda

; Klien nampak lemah
 Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda

; Klien nampak mual dan muntah

 Nyeri dan Kenyamanan
Gejala :

Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Pusing, mata berkunang – kunang

Tanda

;

Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
Tanda-tanda tusukan gigi

 Integritas ego
Gejala :

Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Tanda

Reaksi emosi yang kuat, kaget

;

e. pengkajian psikososial
Kaji bagaimana

pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya

seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.

f. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan
penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

2) Pengelompokan Data


Data Subyektif
a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
c.

Klien mengatakan merasa mual dan muntah

d.

Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

e.

Rasa sakit atau berat didada dan perut

f.

Pusing, mata berkunang – kunang

g.

Klien mengatakan takut dengan keadaannya


Data Obyektif
a. Klien nampak lemah
b. Reaksi emosi yang kuat, kaget
c. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
d. Ekspresi wajah meringis
e. Tanda-tanda tusukan gigi
f. Klien nampak mual dan muntah
3) Analisa Data
Data

Ds :
Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
Klien mengatakan pinggangnya
terasa pegal
Do :
Klien nampak lemah

Penyebab
Gigitan ular yang berbisa

Masalah
Intoleransi

↓

aktivitas

Toksin masuk ke tubuh
↓
Merangsang saraf saraf
↓
Kelemahan otot
↓
Intoleransi aktivitas

Ds :
Klien mengatakan rasa sakit di
seluruh persendian tubuh
Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
Klien mengatakan pusing, mata
berkunang – kunang
Do :
Nampak pembengkakan pada luka
gigitan ular

Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Merangsang saraf saraf seluruh
tubuh
↓
Merangsang pengeluaran
bradikin, prostaglandin
↓
Impuls di sampaikan ke SSP

Nyeri
Ekspresi wajah meringis

bagian korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan

Ds :

Gigitan ular berbisa yang

Klien mengatakan takut dengan

Cemas

mengandung toksin
↓

keadaannya
Do :

Mempengaruhi saraf saraf
↓

Reaksi emosi yang kuat, kaget

Kurang informasi
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Cemas
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot
c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk
3. Rencana tindakan keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :


Klien melaporkan tidak nyeri lagi



Ekspresi wajah tidak meringis

Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak
klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang
cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan

Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga
memberi support dalam pemulihan kesehatan
4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi
penyebaran toksin.
 Cemas berhubungan kondisi yang menurun
Tupan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang
Intervensi
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan
cukup
2) Anjurkan klien untuk tidak panic
R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh
3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan
tindakan yang akan dilakukan
R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu
menambah wawasan klien akan gigitan ular

4. Implementasi dan Evaluasi

DX

Hari/

jam

Implementasi

tgl
1

Hari/

jam

Evaluasi

tgl
1)Mengkaji skala

S:klien

nyeri, frekuensi,dan

mengatakan

lokasi

nyerinya sudah

Hasil:

berkurang

-nyeri klien
berkurang

O: klien nampak

2) mengatur posisi

istrahat dengan

klien senyaman

tenang

mungkin.
Hasil:

A:masalah agak

-posisi klien dapat

mulai teratasi

dirubah setiap saat.

P:intervensi di

3)mengajarkan klien

pertahankan

tehnik relaksasi dan
distraksi
Hasil:
-klien dapat
mengikuti instruksi
perawat
4)menciptakan
lingkungan yang
aman dan tenang dan
anjurkan klien
beristrahat yang
cukup
Hasil:
-klien bisa istrahat
dengan tenang
karena pengunjung
disaran agar tidak
ribut dalam ruangan
2

1)memantau

S:klien

kemampuan klien

mengatakan

dalam melakukan

sudah bisa

aktifitas sehari-hari

menerima dan

Hasil:

memahami

-klien dapat

anjuran perawat

melakukan aktifitas
secara bertahap

O: klien nampak

2) membantu klien

terlihat lega

dalam melakukan
pemenuhan

A: masalah belum

kebutuhan sehari-

teratasi

hari

P: intervensi

Hasil:

dilanjutkan

-klien dapat
melakukan aktifitas
dalam pemenuhan
kebutuhan
3) menganjurkan
klien untuk ikut serta
dalam tindakan
pemulihan kesehatan
klien
Hasil:
-klien dapat
mengukuti anjuran
tim medis dalam
proses pemulihan
4) menganjurkan
klien untuk istrahat
dan tidak melakukan
aktifitas yang tidak
perlu.
Hasil:
-klien dapat
mengikuti anjuran
yang diberikan oleh
perawat
3

1)menciptakan

S: kliem

lingkungan yang

mengatakan

sehat

sudah mulai

Hasil:

menerima

-klien merasa

skeadaanya

nyaman dengan

O: klien nampak

keadaan rumah sakit

lega

2) menganjurkan

P: intervensi

klien untuk tidak

dilanjutkan

panik
Hasil:
-klien dapat
mengikuti saran
perawat
3) memberikan
informasi yang
cukup mengenai
gigitan ular serta
penangananya dan
tindakan yang
dilakukan
Hasil:
-klien mulai
menerima keadaanya
DAFTAR PUSTAKA

Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup di alam bebas
Sartono, 1999, racun dan keracunan. Jakarta: EGC
http://www.searo.who.int/een/sektion10/ sektion/17.htm
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….............
B. Rumusan Masalah……………………………………....................
C. Tujuan …………………………………………............................
D. Manfaat………………………………………………...................
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ………………………………………………......
B. Etiologi..............................……………………………….....
C. Patofisiologi……………………………………………… ...
D. Manifestasi Klinis……………………………………….......
E. Komplikasi ............................................................................
F. Penyimpangan KDM……………………………….............
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................
H. Terapi .....................................................................................
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian ……………………………………..………........
B. Diagnosa………………………………………………….....
C. Perencanaan……………………………………………........
D. Implementasi ..........................................................................
E. Evaluasi ..................................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………........
B. Saran……………………………………………….…….........
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat
pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‗‘
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‗‘. Adapun askep ini membahas mengenai
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN
ULAR”.
Penyusun

mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah

mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.

Raha,

September 2012

Penyusun
DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.Kep
TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN “GIGITAN ULAR”

OLEH
KELOMPOK VI:
FITRAWATI
WAODE YUL SARTIKA
IRWANA
PUJI ASTUTI
MUH.ASWIN

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011/2012
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang
digigit ular atau diduga digigit ular.
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun
yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu :
Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, Rasa sakit di seluruh persendian
tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata berkunang – kunang, Demam, menggigil,
Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat,
Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare,
Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya
pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta
kaku di daerah leher dan geraham.

B. Saran
Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Intergumen Pada Klien Dengan
Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat
bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan
dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka
mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang
utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan
ular.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.
Kak fitra

More Related Content

What's hot (14)

Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
Sistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen VertebrataSistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen Vertebrata
 
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Anatomi dan Fisiologi KulitAnatomi dan Fisiologi Kulit
Anatomi dan Fisiologi Kulit
 
Sistem Integumen (Universitas Kuningan)
Sistem Integumen (Universitas Kuningan)Sistem Integumen (Universitas Kuningan)
Sistem Integumen (Universitas Kuningan)
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
sistem integumen
sistem integumensistem integumen
sistem integumen
 
struktur kulit
struktur kulitstruktur kulit
struktur kulit
 
Integumen kulit
Integumen kulitIntegumen kulit
Integumen kulit
 
penyakit pada kulit
penyakit pada kulitpenyakit pada kulit
penyakit pada kulit
 
Tugas patofisiologi pada kulit maranata
Tugas patofisiologi pada kulit maranataTugas patofisiologi pada kulit maranata
Tugas patofisiologi pada kulit maranata
 
Struktur dan fungsi kulit
Struktur dan fungsi kulitStruktur dan fungsi kulit
Struktur dan fungsi kulit
 
Makalah antiperspirant
Makalah antiperspirantMakalah antiperspirant
Makalah antiperspirant
 
Kulit part 1
Kulit part 1Kulit part 1
Kulit part 1
 

Viewers also liked (20)

Denmark. - Free Online Library
Denmark. - Free Online LibraryDenmark. - Free Online Library
Denmark. - Free Online Library
 
Trauma kapitis indry
Trauma kapitis indryTrauma kapitis indry
Trauma kapitis indry
 
From
FromFrom
From
 
Mau diprin anja
Mau diprin anjaMau diprin anja
Mau diprin anja
 
Trabajo practico n
Trabajo practico nTrabajo practico n
Trabajo practico n
 
3
33
3
 
Chd
ChdChd
Chd
 
Makalah ayu
Makalah ayuMakalah ayu
Makalah ayu
 
Pembahasan fitra
Pembahasan fitraPembahasan fitra
Pembahasan fitra
 
Kmb in
Kmb inKmb in
Kmb in
 
Saad jali
Saad jaliSaad jali
Saad jali
 
Makalah swaludin
Makalah  swaludinMakalah  swaludin
Makalah swaludin
 
Mkla trauma in
Mkla trauma inMkla trauma in
Mkla trauma in
 
Gobierno Electrónico en gobiernos locales (caso de Corea)
Gobierno Electrónico en gobiernos locales (caso de Corea)Gobierno Electrónico en gobiernos locales (caso de Corea)
Gobierno Electrónico en gobiernos locales (caso de Corea)
 
Kasus
KasusKasus
Kasus
 
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumorGangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
 
Tugas mas lilik
Tugas mas lilikTugas mas lilik
Tugas mas lilik
 
Materi lilik fitra
Materi lilik fitraMateri lilik fitra
Materi lilik fitra
 
Radio advert questionnaire: (responses)
Radio advert questionnaire: (responses)Radio advert questionnaire: (responses)
Radio advert questionnaire: (responses)
 
Trauma kepala
Trauma kepalaTrauma kepala
Trauma kepala
 

Similar to Kak fitra (20)

Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNAAskep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
 
INDERA_PERABA.pptx.pdfgevsxvgvz xnknKNXSNvg
INDERA_PERABA.pptx.pdfgevsxvgvz xnknKNXSNvgINDERA_PERABA.pptx.pdfgevsxvgvz xnknKNXSNvg
INDERA_PERABA.pptx.pdfgevsxvgvz xnknKNXSNvg
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik new
Tugas pp tik newTugas pp tik new
Tugas pp tik new
 
Integumen
IntegumenIntegumen
Integumen
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
 
ANFIS Integument.ppt
ANFIS Integument.pptANFIS Integument.ppt
ANFIS Integument.ppt
 
Malakah Sistem integumen
Malakah Sistem integumenMalakah Sistem integumen
Malakah Sistem integumen
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
Pp.....anfis sistem integumen
Pp.....anfis sistem integumenPp.....anfis sistem integumen
Pp.....anfis sistem integumen
 
Sph
SphSph
Sph
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.pptANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
 
Makalah zull
Makalah zullMakalah zull
Makalah zull
 
Makalah zull
Makalah zullMakalah zull
Makalah zull
 
KMB AKPER PEMKAB MUNA
KMB AKPER PEMKAB MUNA KMB AKPER PEMKAB MUNA
KMB AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT KULIT.pptx
PPT KULIT.pptxPPT KULIT.pptx
PPT KULIT.pptx
 
Bab ii AKPER PEMKAB MUNA
Bab ii AKPER PEMKAB MUNA Bab ii AKPER PEMKAB MUNA
Bab ii AKPER PEMKAB MUNA
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Kak fitra

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditanganidapat menyebabkan kematian . Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa, sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi manusia. Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular baik yang berbisa maupun tidak. Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam waktu delapan jam. Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan kadar tinggi ` 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah di lakukan. 1. 2. 3. 4. Rumusan Masalah apakah defenisi dari gigtan ular ? bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ? bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ? B. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gigitan ular, C. Manfaat Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : “GIGITAN ULAR‖ A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular 2. Anatomi fisiologi kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
  • 3. Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.  Anatomi kulit a. Epidermis Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : 1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. 3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. 4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans. 5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
  • 4. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). b. Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai ―True Skin‖.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi. c. Subkutis Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
  • 5.  Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D. 3. Etiologi Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae 4. Patofisiologi Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma. b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
  • 6. sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal. c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot. d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung. e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler. f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa. 5. Manifestasi Klinis Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :  Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna  Rasa sakit di seluruh persendian tubuh  Mulut terasa kering  Pusing, mata berkunang – kunang  Demam, menggigil  Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah  Reaksi emosi yang kuaat  Penglihatan kembar/kabur, mengantuk  Pingsan  Mual dan atau muntah dan diare  Rasa sakit atau berat didada dan perut  Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki  Sukar bernafas dan berkeringat banyak  Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
  • 7. 6. Penatalaksanaan Medic Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit. a. Perawatan di Lapangan Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).] Pertolongan Pertama : 1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis. 2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa. 3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal. 4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit. 5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi. 6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
  • 8. 7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal. 8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit. 9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana. 7. Komplikasi Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
  • 9. Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid. 8. Penyimpangan KDM 9. Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit 10. Terapi Dimana proses terapi/pengobatan yaitu : Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik Hidrokortison 100 mg/iv Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi) dan pada penyakit jantung pemberianya harus hati-hati Pemberian serum anti bisa B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengumpulan Data a. Biodata  Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa, diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.  Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien. b. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang RSMRS
  • 10. - Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit. Keluhan utama : Nyeri Riwayat keluhan utama P : nyeri Q : Terus menerus R : seluruh persendian,dada, dan perut S : 4(0-5) T : saat beraktifitas Riwayat kesehatan dahulu - Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya. - Riwayat pemakaian obat-obatan b. Pengkajian primer Airway a. Pengkajian Primer 1) Airway Jalan napas bersih Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi Tidak ada jejas badan daerah dada 2) Breathing Peningkatan frekunsi napas Napas dangkal Distress pernapasan Kelemahan otot pernapasan Kesulitan bernapas : sianosis 3) Circulation Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia Sakit kepala Pingsan berkeringat banyak Reaksi emosi yang kuat Pusing, mata berkunang – kunang 4) Disability
  • 11. Dapat terjadi penurunan kesadaran Triase : merah c. Analisa data Data Peningkatan frekunsi napas Napas dangkal Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi Menggunakan otot-otot pernapasan Kesulitan bernapas : sianosis Penyebab Masalah Bisa ular mengandung toksin Gangguan pola yang bersifat neurotoksin napas ↓ Merangsang saraf perifer atau sentral ↓ Menyebabkan paralise otot otot lurik ↓ Kelumpuhan / kelemahan otot otot pernapasan ↓ Kompensasi tubuh dengan cara napas yang dalam dan cepat ↓ Sesak ↓ Gangguan pola napas Penurunan curah jantung : Bisa ular yang mengadung toksin gelisah, letargi, takikardia yang bersifat kardiotoksin dan Sakit kepala Pingsan berkeringat banyak Reaksi emosi yang kuat Pusing, mata berkunang – kunang cytotoksin ↓ Mengakibatkan terganggunya otot otot jantung ↓ Kerusakan otot jantung ↓ Penurunan curah jantung
  • 12. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan b. Penurunan curah jantung Tindakan Gawat Darurat a. Gangguan pola napas 1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag 2) Terapi oksigen 3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong 4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP 5) Pemantauan hemodinamik/jantung b. Penurunan curah jantung 1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2 kali hembusan ambu bag 2) Kaji / pantau tekanan darah 3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra 4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget 5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari situasi stress d. Pengkajian Sekunder 1) Pengumpulan Data  Aktivitas / Istrahat Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal Tanda ; Klien nampak lemah
  • 13.  Makanan dan Cairan Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah Tanda ; Klien nampak mual dan muntah  Nyeri dan Kenyamanan Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh Rasa sakit atau berat didada dan perut Pusing, mata berkunang – kunang Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular Tanda-tanda tusukan gigi  Integritas ego Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya Tanda Reaksi emosi yang kuat, kaget ; e. pengkajian psikososial Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat. f. pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit 2) Pengelompokan Data  Data Subyektif a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal c. Klien mengatakan merasa mual dan muntah d. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh e. Rasa sakit atau berat didada dan perut f. Pusing, mata berkunang – kunang g. Klien mengatakan takut dengan keadaannya
  • 14.  Data Obyektif a. Klien nampak lemah b. Reaksi emosi yang kuat, kaget c. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular d. Ekspresi wajah meringis e. Tanda-tanda tusukan gigi f. Klien nampak mual dan muntah 3) Analisa Data Data Ds : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas Klien mengatakan pinggangnya terasa pegal Do : Klien nampak lemah Penyebab Gigitan ular yang berbisa Masalah Intoleransi ↓ aktivitas Toksin masuk ke tubuh ↓ Merangsang saraf saraf ↓ Kelemahan otot ↓ Intoleransi aktivitas Ds : Klien mengatakan rasa sakit di seluruh persendian tubuh Klien mengatakan rasa sakit atau berat didada dan perut Klien mengatakan pusing, mata berkunang – kunang Do : Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular Gigitan ular berbisa yang mengandung toksin ↓ Merangsang saraf saraf seluruh tubuh ↓ Merangsang pengeluaran bradikin, prostaglandin ↓ Impuls di sampaikan ke SSP Nyeri
  • 15. Ekspresi wajah meringis bagian korteks serebri ↓ Thalamus ↓ Nyeri dipersepsikan Ds : Gigitan ular berbisa yang Klien mengatakan takut dengan Cemas mengandung toksin ↓ keadaannya Do : Mempengaruhi saraf saraf ↓ Reaksi emosi yang kuat, kaget Kurang informasi ↓ Koping individu tidak efektif ↓ Cemas 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk 3. Rencana tindakan keperawatan  Nyeri berhubungan dengan retensi urin Tupan : Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi Tupen : Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat berkurang dengan kriteria :  Klien melaporkan tidak nyeri lagi  Ekspresi wajah tidak meringis Intervensi 1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya 2) Atur posisi klien senyaman mungkin
  • 16. R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul 3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan 4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan Intervensi 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya 2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari 3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan 4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran toksin.  Cemas berhubungan kondisi yang menurun Tupan :
  • 17. Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang Intervensi 1) Ciptakan lingkungan yang tenang R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan cukup 2) Anjurkan klien untuk tidak panic R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh 3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan tindakan yang akan dilakukan R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu menambah wawasan klien akan gigitan ular 4. Implementasi dan Evaluasi DX Hari/ jam Implementasi tgl 1 Hari/ jam Evaluasi tgl 1)Mengkaji skala S:klien nyeri, frekuensi,dan mengatakan lokasi nyerinya sudah Hasil: berkurang -nyeri klien berkurang O: klien nampak 2) mengatur posisi istrahat dengan klien senyaman tenang mungkin. Hasil: A:masalah agak -posisi klien dapat mulai teratasi dirubah setiap saat. P:intervensi di 3)mengajarkan klien pertahankan tehnik relaksasi dan distraksi
  • 18. Hasil: -klien dapat mengikuti instruksi perawat 4)menciptakan lingkungan yang aman dan tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup Hasil: -klien bisa istrahat dengan tenang karena pengunjung disaran agar tidak ribut dalam ruangan 2 1)memantau S:klien kemampuan klien mengatakan dalam melakukan sudah bisa aktifitas sehari-hari menerima dan Hasil: memahami -klien dapat anjuran perawat melakukan aktifitas secara bertahap O: klien nampak 2) membantu klien terlihat lega dalam melakukan pemenuhan A: masalah belum kebutuhan sehari- teratasi hari P: intervensi Hasil: dilanjutkan -klien dapat melakukan aktifitas dalam pemenuhan
  • 19. kebutuhan 3) menganjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien Hasil: -klien dapat mengukuti anjuran tim medis dalam proses pemulihan 4) menganjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktifitas yang tidak perlu. Hasil: -klien dapat mengikuti anjuran yang diberikan oleh perawat 3 1)menciptakan S: kliem lingkungan yang mengatakan sehat sudah mulai Hasil: menerima -klien merasa skeadaanya nyaman dengan O: klien nampak keadaan rumah sakit lega 2) menganjurkan P: intervensi klien untuk tidak dilanjutkan panik Hasil: -klien dapat
  • 20. mengikuti saran perawat 3) memberikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penangananya dan tindakan yang dilakukan Hasil: -klien mulai menerima keadaanya
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup di alam bebas Sartono, 1999, racun dan keracunan. Jakarta: EGC http://www.searo.who.int/een/sektion10/ sektion/17.htm
  • 22. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang ……………………………………………............. B. Rumusan Masalah…………………………………….................... C. Tujuan …………………………………………............................ D. Manfaat………………………………………………................... BAB II : PEMBAHASAN 1. KONSEP PENYAKIT A. Pengertian ………………………………………………...... B. Etiologi..............................………………………………..... C. Patofisiologi……………………………………………… ... D. Manifestasi Klinis………………………………………....... E. Komplikasi ............................................................................ F. Penyimpangan KDM………………………………............. G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... H. Terapi ..................................................................................... 2. KONSEP ASKEP A. Pengkajian ……………………………………..………........ B. Diagnosa…………………………………………………..... C. Perencanaan……………………………………………........ D. Implementasi .......................................................................... E. Evaluasi .................................................................................. BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………........ B. Saran……………………………………………….……......... DAFTAR PUSTAKA
  • 23. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‗‘ KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‗‘. Adapun askep ini membahas mengenai ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN ULAR”. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan askep ini. Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih. Raha, September 2012 Penyusun
  • 24. DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.Kep TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN ULAR” OLEH KELOMPOK VI: FITRAWATI WAODE YUL SARTIKA IRWANA PUJI ASTUTI MUH.ASWIN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011/2012
  • 25. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular. Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu : Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, Rasa sakit di seluruh persendian tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata berkunang – kunang, Demam, menggigil, Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat, Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare, Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham. B. Saran Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Intergumen Pada Klien Dengan Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan ular. Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.