Penelitian ini menganalisis pola penggunaan obat anti tuberkulosis pada 72 pasien tuberkulosis paru dewasa di Puskesmas Manonjaya periode Januari-Juni 2021. Variabel yang dianalisis meliputi jenis kelamin, umur, tepat obat, dosis, diagnosis, dan hasil pengobatan. Didapatkan bahwa sebagian besar pasien sembuh setelah menerima pengobatan selama enam bulan.
1. GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKOLUSIS (OAT) PADA PASIEN
TUBERKOLUSIS PARU DEWASA DI PUSKESMAS MANONJAYA PERIODE 01
JANUARI-30 Juni 2021
Disusun Oleh :
ENCEP IZMAL MAULANA HERMAN
1804010006
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
2022
2. POKOK BAHASAN
•Latar Belakang •Rumusan Masalah •Manfaat Penelitian •Tinjauan Pustaka
•Faktor yang
dapat
mempengaruhi
TB paru
•Pengertian
puskesmas dan
penyakit TBC
•Metodelogi
penelitian
• Daftar pustaka
PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH
PENGERTIAN
TINJAUAN
PUSTAKA
MANFAAT
PENELITIAN
3. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Laporan dari World Health Organization (WHO) mencakup penilaian sementara tentang dampak pandemi
COVID-19 pada layanan TB. Beban penyakit TB dan kemajuan menuju target. Edisi 2021 ini memberikan hasil
yang diperbaharui , lebih pasti, dan lebih luas. Selain itu pada bulan Februari – Maret 2021, data pemberitahuan
kasus bulanan atau triwulan dari oran baru terdiagnosis dengan TB pada tahun 2020 dikumpulkan dari 84 negara
yang bersama – sama memiliki hampir 90% kasus TB Global. Sejak April 2021 data tersebut telah diminta dari
100 Negara secara berkelanjutan dengan visualisasi dari semua data yang dilaporkan secara Real Time. Data
sangat penting untuk pemantauan tepat waktu dampak pandemi COVID- 19 pada deteksi kasus TB. ( World
Health Organization, 2020).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia Regional Asia Tenggara (WHO SEARO) menyebutkan bahwa TB
menyebabkan 800 ribu kematian di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2021, terdapat 4,74 kasus TB baru di Asia
Tenggara dengan Bangladesh, Korea utara, India, Indonesia, Myanmar dan Thailand termasuk dalam 30 negara
dengan beban tertinggi di dunia.(Kemenkes RI, 2021)
RUMUSAN MASALAH
PENGERTIAN
SISTEM
MANFAAT
PENELITIAN
4. PENDAHULUAN
Tuberkolusis (TBC) adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis Paru (TB paru) adalah penyebab utama kesembilan kematian di seluruh dunia dan
penyebab utama dari satu agen infeksius, hal ini menjadi tantangan besar dalam bidang kesehatan
sebagai masalah beban ganda yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satu penyakit menular yang
berkontribusi terhadap kematian adalah penyakit TB paru (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2017).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), tingginya jumlah penderita TB paru di
Provinsi Jawa Barat (0,63%), menduduki peringkat ketiga terbesar di Indonesia setelah Papua dan
Banten. Hasil data dan informasi diperoleh jumlah penderita TB paru sebesar 62.218 kasus, dengan
BTA positif sebesar 34.123 kasus. Data tersebut mengindikasikan bahwa kasus TB paru di Jawa
barat masih cukup tinggi.
RUMUSAN MASALAH
PENGERTIAN
SISTEM
MANFAAT
PENELITIAN
5. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
PENGERTIAN
SISTEM
MANFAAT PENELITIAN
PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui pola penggunaan Obat anti Tuberkulosis
(OAT) meliputi tepat obat,tepat dosis,tepat indikasi,tepat cara
pemberian obat,tepat cara penggunaan obat, tepat diagnosis
dan hasil pengobatan di Puskesmas Manonjaya pada tahun
2021.
Rumusan Masalah :
Bagaimana pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
meliputi tepat obat,tepat dosis,tepat indikasi,tepat cara
pemberian obat,cara penggunaan obat ,tepat diagnosis, dan hasil
pengobatan di Puskesmas Manonjaya pada tahun 2021?
6. MANFAAT PENELITIAN
PENGERTIAN
TINJAUAN
PUSTAKA
PENDAHULUAN RUMUSAN MASALH
Bagi Peneliti
Dengan dilakukan penelitian ini, maka akan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman serta dapat diketahui bagaimana
gambaran penggunaan obat anti tuberkulosis secara tepat obat, tepat
dosis dan tepat hasil pengobatannya.
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan
dan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Farmasi
Universitas Perjuangan Tasikmalaya.
Bagi Tenaga Kesehatan
Menghasilkan informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan dalam bidang farmasiz serta
meningkatkan pelayanan kesehatan dalam menangani penderita TB Paru.
Dapat digunakan sebagai masukan mengenai penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
yang rasional dalam peningkatan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan strategi
penanggulangan tuberkulosis yaitu strategi DOTS.
7. TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
PENDAHULUAN RUMUSAN
MASALAH
MANFAAT
PENELITIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru dan disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis, meskipun dapat mengenai organ apapun di dalam tubuh. Infeksi TB berkembang
ketika bakeri masuk melalui droplet di udara. (WHO. 2015)
PERILAKU
LINGKUNGAN
STATUS
KESEHATAN
8. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENULARAN TB PARU
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENULARAN TB PARU
PENGERTIAN
PENDAHULUAN RUMUSAN
MASALAH
MANFAAT
PENELITIAN
Manusia merupakan satu-satunya inang bagi Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran bakteri terjadi melalui titik-
titik cairan (droplet) yang dipancarkan ke udara (misal batuk, bersin, atau berbicara). Partikel-partikel ini
berdiameter 1 hingga 5 µm dan mengandung Mycoplasma tuberculosis. Seseorang dapat mengeluarkan 1000 droplet
yang infeksius per kali batuk. 10 bakteri atau kurang telah dapat menyebabkan infeksi paru-paru (Meyer, V. 2015).
9. PENGERTIAN PUSKESMAS DAN PENGERTIAN PENYAKIT TBC
PENGERTIAN PUSKESMAS DAN PENGERTIAN PENYAKIT TBC
PENGERTIAN
PENDAHULUAN RUMUSAN
MASALAH
MANFAAT
PENELITIAN
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dan
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan
sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA)
PENGERTIAN PUSKESMAS
PENGERTIAN PENAYKIT TBC
10. METODELOGI PENELITIAN
METODELOGI PENELITIAN
PENDAHULUAN RUMUSAN
MASALAH
MANFAAT
PENELITIAN
TINJAUAN
PUSTAKA
• Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Mei s/d juni 2022 di
Puskesmas Manonjaya
• Populasi Sampel
Populasi : pasien yang
menderita TB Paru
Sampel : sampel yang
digunakan yaitu buku
Rekam Medik
• Metode Penelitian:
Penelitian yang dilakukan adalah non eksperimental,analisis
deskriptip,dan retrospektif. Dikatakan non eksperimental
(observasional) karena penelitian yang dilakukan terhadap
kejadian atau fenomena casual-effect (sebab akibat) yang telah
terjadi dan penyebabnya bukan karena adanya
perlakuan/intervensi dari peneliti. Penelitian deskriptif
ditunjukan untuk mendeskripsi secara sistematis,faktual dan
akurat terhadap suatu populasi tertentu mengenai sifat atau
faktor tertentu. Retrospektif karena dilakukan pengumpulan
data dari peristiwa yang sudah terjadi di masalalu (melihat
kembali).
• Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian menggunakan buku
Rekam Medik
11. METODELOGI PENELITIAN
PENDAHULUAN RUMUSAN
MASALAH
MANFAAT
PENELITIAN
TINJAUAN
PUSTAKA
• Kriteria
Penelitian :
Kriteria Inklusi
Kriteria Ekslusi
• Variabel Penelitian
Variabel Bebas :
o Variabel dalam penelitian ini
yaitu : jenis kelamin,umur,tepat
obat, dan tepat dosis, tepat
indikasi, tepat cara pemberian
obat, cara penggunaan obat, cara
penggunaan obat, tepat diagnois
dan hsil pengobatan
Variabel Terikat :
o Variabel terikat pada penelitian
ini adalah hasil pengobatan
• Analisis Data
:
Dalam penelitian
ini menggunakan
teknik pengolahan
data dengan
bantuan program
Microsoft excel
• Prosedur Penelitian :
Pembuatan Proposal Penelitian
Mengurus surat perizinan untuk
penelitian di Puskesmas Manonjaya
Pengambilan data secara retrospektif
Pengolahan Data dari buku rekamedik
Kesimpulan dan saran
Pembahasan tentang penggunaan Obat
Anti Tuberkoluis (OAT) pada pasien
paru dewasa
12. PROFILE PUSKESMAS MANONJAYA :
Profil kesehatan Manonjaya 2021 sebagai publikasi data dan informasi yang komprehensif dapat digunakan
sebagai landasan dalam pengambilan keputusan pada setiap proses manajemen kesehatan di wilayah kerja Manonjaya.
Puskesmas Manonjaya merupakan salah satu Puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Manonjaya Kabupaten
Tasikmlaya Provinsi Jawa Barat. Terletak diarah timur dan berjarak 11 Km dari Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya. Kepala
Puskesmas Manonjaya yaitu bapak H. Ijang Budiana Nur, S.km., M.Km.
Fasilitas pelayanan yang ada di Puskesmas Manonjaya diantaranya adalah pelayanan rawat jalan, pelayanan
rawat inap, pelayanan penunjang/tindakan medis pelayanan umum, pelayanan rawat jalan terdiri dari Instalasi Gawat
Darurat (IGD) 24 jam. Poli Klinik (Kandungan, THT, DOTS). Pelayanan Rawat Inap terdiri dari ruang perawatan, kelas I A (1
bed) dan kelas 1B (2 bed). Pelayanan penunjang/tindakan medis terdiri dari Instalasi Farmasi, Labolatorium dan
Ambulance.
TUJUAN PUSKESMAS MANONJAYA
• Memberikan gambaran kesehatan secara menyeluruh di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Manonjaya dalam rangka
meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna.
• Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan arah program pembangunan kesehatan demi tercapainya
peningkatan derajat kesehatan.
• Mengetahui upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta evaluasi
program pembangunan kesehatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
13. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan melalui data sekunder yaitu rekam medik Puskesmas Manonjaya data dari bulan
Januari sampai dengan Juni 2021/ jumlah pasien yang terdiagnosis TB dan mendapat pengobatan OAT Puskesmas
Manonjaya tahun 2021 sebanyak 72 pasien. Subjek penelitian adalah pasien yang berobat di Puskesmas Manonjaya
dan mendapatkan pengobatan OAT mulai dari bulan Januari sampai Juni 2021. Data diambil dari kelengkapan data,
tanggal pengoatan pasien, jenis kelamin, usia pasien, hasil pemeriksaan labolatorium, tipe pasien, jenis
pengobatan,kategori pengobatan dan hasil pengobatan..
14. 1. JUMLAH DATA YANG DI JADIKAN SAMPEL
0
2
4
6
8
10
12
14
Pasien
Baru
Pasien
Kambu
h
Sembuh Pengob
atan
Lengka
p
Gagal Putus
Berobat
Mening
gal
Jenis Pasien Frekuensi
Januari 11 6 3 2
Februari 11 7 3 1
Maret 9 8 1
April 12 1 10 2 1
Mei 14 1 11 2 1
Juni 13 12 1
Jumlah
Pasien
TBC
Berdasarkan grafik 4.3 jumlah pasien dengan diagnosis TB di Puskesmas
Manonjaya dan mendapat pengobatan OAT dari bulan Januari – Juni tahun
2021 yang dijadikan sampel sebanyak 72 pasien. Pada bulan Januari terdapat 11
pasien baru. 6 pasien dinyatakan sembuh, dan 3 pasien yang dinyatakan
pengobatan lengkap,2 pasien dinyatakan putus berobat (dropout). Bulan
Februari 11 pasien baru. 7 pasien dinyatakan sembuh, 3 pasien dinyatakan
pengobatan lengkap, 1 pasien dinyatakan meninggal. Bulan Maret 9 pasien
baru, 8 pasien dinyatakan sembuh dan 1 pasien dinyatakan pengobaan lengkap.
Bulan April 12 pasien baru, 1 pasien dinyatakan kambuh (relaps), 10 pasien
dinyatakan sembuh, 2 pasen dinyatakan pengobatan lengkap dan 1 pasien
dinyatakan putus berobat (dropout). Bulan Mei 14 pasien baru, 1 pasien
dinyatakan kambuh (relaps), 11 pasien dinyatakan sembuh, 2 pasien dinyatakan
pengobatan lengkap dan 1 pasien dinyatakan meninggal. Bulan Juni 13 pasien
baru, 12 pasien dinyatakan sembuh dan 1 pasien dinyatakan meninggal. Pasien
yang paling banyak mendapatkan pengobatan OAT pada bulan Mei dan paling
sedikit pada bulan Maret 2021.
15. 2. BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Dapat disimpulkan bahwa di Puskesmas Manonjaya terdapat 32 pasien (44%) pasien laki-laki dan 40 pasien
(56%) pasien perempuan. Hal ini terjadi pada perempuan karena penularan terjadi melalui kontak anggota keluarga
yang tinggal di rumah atau karena lingkungan yang kebanyak terkena penyakit TBC. Perempuan juga dapat terkena
penyakit TB dikarenakan mengurusi anggota keluarga yang terkena TB. Sistim imun yang lemah bakteri gampang
masuk kedalam tubuh dan mengakibatkan penularan penyakit TB.
Pasien laki-laki biasanya lebih mudah terkena penyakit TB dikarenakan laki-laki mempunyai mobilitas
yang tinggi daripada perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar lebih besar. Selain itu, kebiasaan seperti
merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat memudahkan laki-laki terkena penyakit TB paru. Merokok diketahui
mempunyai hubungan dengan meningkatkan risiko untuk terkena kanker paru-paru, penyakit jantung koroner,
brochitis kronik, dan kanker kantung kemih.
No Jenis kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 32 44%
2 Perempuan 40 56%
Jumlah 72 100%
1 Laki-laki
44%
2 Perempuan
56%
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 2 Perempuan
16. 3. BERDASARKAN USIA
Pasien terbanyak yang terkena penyakit TB paru di Puskesmas Manonjaya pada usia 17-25 tahun dikarenakan pola
hidup dan lingkungan sekitar yang meyebabkan mudahnya bakteri TB menyebar. Dan bisa juga karena mengurus
keluarga yang terkena penyakit TB atau terlalu dekat berkomunikasi dengan orang yang terkena penyakit TB
akhirnya itu bisa menjadi penularan. Adapun di beberapa pasien yang terkena penyakit TB karena adanya penyakit
penyerta seperti diabetes. Orang yang terkena penyakit diabetes mudah terpapar penyakit lain dikarenakan sistim
imun yang lemah jadi bakteri mudah masuk kedalam tubuh orang tersebut.
No Usia Frekuensi Persentase
1 17 - 25 Tahun 17 24%
2 26 - 35 Tahun 15 21%
3 36- 45 Tahun 9 12%
4 46- 55 Tahun 8 11%
5 56- 65 Tahun 15 21%
6 66- 80 Tahun 8 11%
Jumlah 72 100%
24%
21%
12%
11%
21%
11%
Usia Pasien
17 - 25 Tahun
26 - 35 Tahun
36- 45 Tahun
46- 55 Tahun
56- 65 Tahun
66- 80 Tahun
17. 4. TIPE PASIEN
NO
Tipe Pasien
Jumlah Persentase
1 Kasus Baru (B) 70 97%
2 Kasus Kambuh (K) - -
3 Kasus setelah putus berobat (default) (D) - -
4 Kasus setelah gagal (Failure) (G) - -
5 Kasus Pindahan (P) - -
6 Kasus Kronik (K) 2 3%
7 Kasus lain (L) - -
Total 72 100%
97%
3%
Tipe Pasien
Kasus Baru (B) Kasus Kambuh (K)
Kasus setelah putus berobat (default) (D) Kasus setelah gagal (Failure) (G)
Kasus Pindahan (P) Kasus Kronik (K)
Kasus lain (L)
18. 5. HASIL PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
Berdasarkan data hasil pemeriksaan labolatorium tersebut maka dikelompokkan menjadi pasien dengan pemeriksaan
labolatorium lengkap dan tidak lengkap. Adapun tabel distribusi frekuensi berdasarkan kelengkapan hasil
pemeriksaan labolatorium adalah sebagai berikut :
No. Hasil Labolatorium Frekensi Persentase
1 BTA (+3) 4 6%
2 BTA (+2) 6 8%
3 BTA (+1) Rontgen (+) 13 18%
4 BTA (-) Rongen (+) 22 31%
5 Hasil Pemeriksaan Tidak lengkap
27 37%
Jumlah 72 100%
6% 8%
18%
31%
37%
Hasil Labolatorium
BTA (+3)
BTA (+2)
BTA (+1) Rontgen (+)
BTA (-) Rongen (+)
NO Hasil Labolatorium Frekuensi Persentase
1 Hasil pemeriksaan lengkap 35 49%
2 Hasil pemeriksaan tidak lengkap 37 51%
Jumlah 72 100%
19. 6. KATEGORI PENGOBATAN
Pasien yang termasuk kedalam pengobatan kategori I adalah pasien dengan status pasien baru tuberkulosis paru BTA
positif (+), dan pasien tuberkulosis BTA negatif (-) dan foto thorak positif. Pasien baru artinya pasien yang belum
pernah diobati dengan Oat atau sudah pernah mengkonsumsi OAT dari satu bulan. Pasien termasuk dalam pengobatan
kategori II adalah pasien dengan status kambuh (relaps) yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis kembali dengan BTA
positif.
NO Kategori Pengobatan Frekuensi Persentase
1 Kategori I 70 97%
2 Kategori II 2 3%
Jumlah 72 100%
Kategori I
97%
Kategori II
3%
Kategori Pengobatan
20. 7. JENIS PAKET PENGOBATAN
Menunjukkan distribusi frekuensi pasien TB berdasarkan jenis OAT yang diberikan. Dari 72 pasien penderita TB paru
di Puskesmas Manonjaya pada bulan Januari- Juni 2021 didapatkan seluruh pasien diberikan pengobatan OAT-KDT
yaitu 72 pasien (100%).
No Jenis OAT Frekuensi Persentase
1 OAT KDT 72 100%
2 OAT Kombipak - -
Total 72 100%
100%
OAT KDT OAT Kombipak
21. 8. JENIS PAKET OBAT TBC
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati Perifer (gangguan saraf tepi), psikosis toksik, gangguan fungsi hati,
kejang.
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome ( gejala influenza berat), gangguan gastrointestinal, urine
berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash,
sesak nafas, anemia hemolitik.
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout arthritis.
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran,renjatan
anafilaktik, anemia, agranulositosis, trombositopeni.
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer (gangguan saraf tepi)
22. • Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
Tablet OAT-KDT ini terdiri dari 2 kombinasi dan 4 jenis obat dalam satu tablet.dosisnya disesuaikan dengan berat
badan pasien. Paduan ini dikemas dalam 1 masa pengobatan.
• Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan
Etambutol (E) yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk pasien yang tidak
bisa menggunakan paduan KDT-OAT.
• Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien untuk satu (1) masa
pengobatan.
24. Berat Badan Tahap Intensif setiap hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan setiap hari
RH(150/75)
Selama 56 hari Selama 16 minggu
30 – 37 Kg 2 Tablet 4 KDT 2 Tablet
38 – 54 Kg 3 Tablet 4 KDT 3 Tablet
55 - 70 Kg 4 Tablet 4 KDT 4 Tablet
≥ 71 Kg 5 Tablet 4 KDT 5 Tablet
DOSIS KATEGORI 1
Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien baru :
• Pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis
• Pasien TB paru terdiagnosis
klinis
• Pasien TB ekstra paru
Dosis harian {2(HRZE) / 4(HR)}
Dosis harian fase awal dan dosis
intermiten fase lanjutan {2(HRZE) /
4(HR)3}
Berat Badan Tahap Intensif setiap hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan setiap hari
RH(150/75)
Selama 56 hari Selama 16 minggu
30 – 37 Kg 2 Tablet 4 KDT 2 Tablet 2 KDT
38 – 54 Kg 3 Tablet 4 KDT 3 Tablet 2 KDT
55 - 70 Kg 4 Tablet 4 KDT 4 Tablet 2 KDT
≥ 71 Kg 5 Tablet 4 KDT 5 Tablet 2 KDT
25. DOSIS KATEGORI 2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien
BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang) yaitu :
• Pasien Kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan
sebelumnya dengan paduan OAT
kategori-1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah
putus berobat (lost to follow-up)
Berat Badan Tahap Intensif setiap hari RHZE (150/75/400/275) + S Tahap Lanjutan setiap hari
RHE(150/75/275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30 – 37 Kg 2 Tablet 4 KDT + 500 Mg
Streptomisin Inj.
2 Tablet 4 KDT 2 Tablet
38 – 54 Kg 3 Tablet 4 KDT + 750 Mg
Streptomisin Inj.
3 Tablet 4 KDT 3 Tablet
55 - 70 Kg 4 Tablet 4 KDT + 1000 Mg
Streptomisin Inj.
4 Tablet 4 KDT 4 Tablet
≥ 71 Kg 5 Tablet 4 KDT + 1000 Mg
Streptomisin Inj.
5 Tablet 4 KDT ( > DO Maks) 5 Tablet
Dosis harian {2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HRE)}
26. Berat Badan Tahap Intensif setiap hari RHZE (150/75/400/275) + S Tahap Lanjutan 3 Kali
Seminggu RH(150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30 – 37 Kg 2 Tablet 4 KDT + 500 Mg
Streptomisin Inj.
2 Tablet 4 KDT 2 Tablet 2 KDT + 2 Tab
Etambutol
38 – 54 Kg 3 Tablet 4 KDT + 750 Mg
Streptomisin Inj.
3 Tablet 4 KDT 3 Tablet 2 KDT + 3 Tab
Etambutol
55 - 70 Kg 4 Tablet 4 KDT + 1000 Mg
Streptomisin Inj.
4 Tablet 4 KDT 4 Tablet 2 KDT + 4 Tab
Etambutol
≥ 71 Kg 5 Tablet 4 KDT + 1000 Mg
Streptomisin Inj.
5 Tablet 4 KDT ( > DO Maks) 5 Tablet 2 KDT + 5 Tab
Etambutol
Dosis harian fase awal dan dosis intermiten fase lanjutan {2(HRZE)S / 5(HR)3E3}
27. 10. HASIL PENGOBATAN
No
Hasil Pengobatan Jumlah Persentase
1 Sembuh 54 75%
2 Pengobatan Lengkap 11 15%
3 Meninggal 4 6%
4 Pindah - -
5 Putus Berobat 3 4%
6 Gagal - -
Jumlah 72 100%
75%
15%
6% 4%
Hasil Pengobatan
Sembuh
Pengobatan Lengkap
Meninggal
Pindah
Putus Berobat
Gagal
Pasien
Kambuh (2
Pasien)
Kombipak (0
Pasien)
KDT (3
Pasien)
Sembuh ( 5
Pasien)
Putus Berobat
(3 Pasien
Diagram Pengobatan Pasien dan hasil pengobatan TB
Pasien Baru
(72 Pasien)
Kombipak ( 0
Pasien)
KDT (72
Pasien)
Putus Berobat
(3 Pasien)
Sembuh (54
Pasien)
Pengobatan Lengkap
(11Pasien)
Meninggal (4
Pasien)
28. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
• Jumlah pasien yang terdiagnosis TB dan mendapat pengobatan OAT di Puskesmas Manonjaya bulan Januari – Juni
2021 sebanyak 72 pasien.
• Berdasarkan jenis paket pengobatan yang diberikan pasien diperoleh hasil bahwa 72 pasien TB paru mendapatkan
pengobatan OAT yang terdiri dari kategori 1 sebanyak 70 pasien (97%) dan kategori 2 sebanyak 2 pasien (3%) di
Puskesmas Manonjaya pada bulan Januari - Juni 2021, semuanya diberikan OAT dengan jenis Kombinasi Dosis
Tetap (KDT).
• Kelengkapan data hasil pemeriksaan labolatorium telah memenuhi kesesuaian pasien dengan data hasil Pasien
pemeriksaan BTA positif (+3) sebanyak 4 pasien (6%), BTA positif (+2) sebanyak 6 pasien (8%), pasien BTA
positif (+1) rontgen positif (+) sebanyak 13 pasien (18%), pasien dengan data hasil pemeriksaan BTA negatif (-)
dan foto rontgen positif (+) sebanyak 22 pasien (31%) dan pasien dengan data hasil pemeriksaan labolatorium
tidak lengkap sebanyak 27 pasien (37%).
• Kesesuaian dalam penggunaan obat anti tuberkulosis berdasarkan kategori paduan OAT yang diberikan pada
pasien baru dan pasien kambuh, telah memenuhi kesesuaian 100% sesuai dengan standar pengobatan berdasarkan
pedoman penanggulangan Tuberkulosis dari Depkes RI tahun 2008.
• Berdasarkan tipe pasien dan hasil pengobatan terdapat 72 pasien penderita TB paru dengan status pasien sembuh
sebanyak 54 pasien (57%),pasien pengobatan lengkap sebanyak 11 pasien (15%), pasien yang dinyatakan
meninggal sebanyak 4 pasien (6%), dan pasien yang gagal berobat (dropout) sebanyak 3 pasien (4%).
29. DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN RUMUSAN
MASALAH
TINJAUAN
PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberculosis di
Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Mayoritas Penderita Tuberkulosis Paru di Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI, (2014). Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011- 2014. Jakarta, 2011
Kementrian Kesehatan RI. 2021 Profil Kesehatan Indonesia 2021 Jakarta:Kemenkes RI. Diakses pada tanggal
31 Januari 2021
Meyer, V. 2015,’Pharmacology of Anti-TB Medications’, heartlandntbc
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, (2017). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
PDPI;
World Health Organization.2015. Global Tuberculosis Report 2015. Switzerland