SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS
MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT
INFEKSI TBC/ISPA
OLEH KELOMPOK 6:
Regina (200204042)
Risfal hidayat(200204090)
Syarifah kama alfayet(200204051)
Dosen pengampu : Ns.Siska Evi,MNS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2022
PENGANTAR
Segala puji syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
keperawatan agret dalam komunitas penyakit Tb paru di Kecamatan Medan
Helvetia”. Selama proses penyusunan makalah ini begitu banyak bantuan,
nasehat dan bimbingan yang kelompok terima demi kelancaran penyusunan
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini Kelompok
menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kami dari kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki
di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, 13 November 2022
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1.Latar Belakang ...........................................................................
1.2.Tujuan penulisan ........................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ..................................................................
2.1 Konsep Komunitas .....................................................................
2.1.1 Defenisi ..............................................................................
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Keperawatan.......................................
2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas
2.1.4 Peran Pewat Komunitas .....................................................
2.2 Konsep Tb Paru............................................................................
2.3.1 Defenisi ............................................................................
2.3.2 Klasifikasi .........................................................................
2.3.3 Penyebab ............................................................................
2.3.4 Patway ...............................................................................
2.3.5 Tanda Gejala ......................................................................
2.3.6 Komplikasi.........................................................................
2.4 Konsep Asuhan Komunitas .........................................................
Bab 3 Tinjauan Kasus ..................................................................................
3.1 Kasus ...........................................................................................
3.1.1 Pengkajian ........................................................................
3.1.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................
3.1.3 Intervensi Keperawatan......................................................
3.1.4 Implementasi Keperawatan................................................
3.1.5 Evaluasi Keperawatan........................................................
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................
4.1 Kesimpulan ..................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K,
2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan
masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional
terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui
pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh
masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan
suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi,
tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan
kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu
memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada
rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan
berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap
pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan
empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa
terkait empat pendekatan yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok
masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa mengelola
satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa
melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan
Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait
masalah yang muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu
harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan
kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan
pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat
menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan
sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya
penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi
sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian
tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus
ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja,
kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang
ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi
yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan
masyarakat.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya
menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil
Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik
anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan
pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang
langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan
satu-satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu
masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki
peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia
setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 %
dari total jumlah pasien TB dunia.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru
dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia
pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada
lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC
evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa
kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara
global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data
ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya
kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman
tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet
dan berada diudara disekitar penderita TB. Untuk membatasi terjadinya
penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk
menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini
adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan
kepada pasien TB tipe menular.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya
untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman
anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru,
pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis,
keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian
komunitas dengan masalah TB Paru.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi TB paru
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru
7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik
8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Komunitas
2.1.1 Defenisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan
komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).
2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran
dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan
tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi
maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
1. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga
dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas
juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:
perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll.
Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan,
puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2011).
2.1.4 Peran Perawat Komuitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
2.2 Konsep TB Paru
2.2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain
menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium
tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru.
Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang
lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa
yang hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling
banyak adalah paru-paru.
2.2.2 Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan
mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu
dalam keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C
dalam 15 – 20 menit.
2.2.3 Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan
tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan
lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel
pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial
beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post
Primer
dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC
post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi
di sebagian apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman,
1990; Snieltzer, 2000).
2.2.4 Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi
jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan
tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri
terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat
terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan
timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus).
Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai
kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan
meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang)
Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara
perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen
pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga
kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
2.2.5 Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai
berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza,
terkadang sampai 40-410
C.
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk
non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
produktif. Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya
pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi
ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari
(Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000).
2.2.6 Cara Penularan
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita
TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TBC dewasa.
2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi hamper
seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari
dan udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri
tuberculosis berkembang dengan baik dan membahayakan orang
yang tinggal didalam rumah.
2.2.7 Penegakan Diagnistic TB Paru
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan
pemerikasaan patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar
untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru adalah pemeriksaan
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi
Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes
RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan
pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan
pengobatan.
2.2.8 Pengobatan
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
4. Mencegah kambuhnya penyakit
5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton,
Norman & Miller, 2002).
Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus
disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar
dan bosan untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien
diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus
diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang
diberikan (Depkes RI, 1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek
selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H),
Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin
(Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah
paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan
tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI,
2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix
Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam
satu kemasan (WHO, 2002).
Paduan Obat
Kategori Tahap Intensif Tahap lanjutan Untuk Klien TUberculosis
I
II
III
2HRZE
2HRZES atau
1HRZE
2HRZ
4H3R3
5H3R3E3
4H3R3
TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro (+)
dengan kerusakan jaringan paru
yang luas
TBC ekstra paru sakit berat
TBC paru BTA (+), kambuh
TBC paru BTA (+), gagal
TBC paru BTA (+),
pengobatan ulang karena lalai
berobat
TBC paru BTA (-) Ro (+)
TBC ekstra paru
Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin
(Depkes, RI, 2002)
Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat
dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa
kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ
artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka
waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH,
Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam
seminggu (Depkes RI, 2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH :
Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik.
Pada Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus
VIII cranial. Pirazinamid dapat mengakibatkan hepatotoksik dan
hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis optika,
nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti
tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual,
muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang
(Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat
terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena
ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap
obat.
Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru
dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat
yang bakterisid. Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi
awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2
macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan
ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat
komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan
selalu memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan
memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat.
Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan
yaitu: Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama
suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia
untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini
terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga
program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan oun akan
tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru
melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan
penemuan secara pasif.
3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan
ikut mengawasi pasien minum obat seluruh obatnya sehngga dapat
dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan diharapkan
keswembuhan pada akhir masa pengobatannya
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian
dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien
dapat berjalan.
5. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk
dosis, dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan.
2.2.9 Penatalaksaan Keperawatan
Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB
atau tidak. Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan
mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat
pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani “follow-
up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai
penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling
umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari.
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB
mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi
tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang
menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).
2.2.10 Penatalaksanaan Diet
Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut
serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas
normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai
berat badan normal
2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak
meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram)
3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total
4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
6. Macam diet untuk penyakit TBC:
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)
b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)
2.2.11 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI,
2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
2.2.12 Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi
oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai
delapan minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi
tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi
meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal
dengan sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat
melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
2. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
3. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus
beresiko tinggi.
4. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang
berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan
interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG.
2.2.13 Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2
hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan
aktifitas penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek
TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya
kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura
(Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis
kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat
(presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-
lain.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran
serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya
untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat
sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2011).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS MASALAH
KESEHATAN POPULASI PENYAKIT INFEKSI TBC/ISPA
Nama desa : Dwi kora jln. Amal luhur
Kecamatan : Medan helvetia
Kabupaten : Kota medan
Propinsi : Sumatra utara
A. DATA INTI KOMUNITAS
1. kelurahan dwi kora jln.amal luhur Kecamatan Medan Helvetia adalah
salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan
memiliki luas ± 1.156.147 dan merupakan pecahan dari Kecamatan
Medan Sunggal Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih
dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan
Gubernur Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari
1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal
20 Meret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan
Helvetia dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991
didevinitifkan menjadi kecamatan Medan Helvetia yang diresmikan pada
tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan yaitu :
Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta
Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II. Adapun kantornya telah
menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan Beringin X No 2
Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah ± 1.800
m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak
ketiga/masyarakat yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 04 Juni
1992.
2. Data demografi
Pada tahun 2021, kecamatan Medan Helvetia mempunyai penduduk
sebesar 164.910 jiwa. Luasnya adalah 13,16 km² dan kepadatan
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
Category 1Category 2Category 3
2020
2021
2022
penduduknya adalah 12.351 jiwa Sebagai salah satu kecamatan di Kota
Medan, suku penduduk di kecamatan ini cukup beragam.
Teknik
pengkajian
Hal yang dikaji
Data sekunder
Angket(KK)
1.Usia
Balita : 50
Usia sekolah : 60
Remaja : 80
Pertengahan : 80
Usia dewasa : 30
Lansia : 50
2.Jenis kelamin
Laki-laki : 184
Perempuan : 166
B. PENGKAJIAN 8 SUBSISTEM
1. Pengkajian fisik lingkungan
a. Tipe perkampungan/perumahan dan lingkungan dan dekat dengan pasar
sei kambing
b. jenis bangunan 4% permanen dan 96% semi permanen
rumah warga yang belum memiliki ventilasi sebanyak 47 KK (34,31%)
penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44
KK(23,10%) dan jarak antar rumah berdekatan dan padat.
c. Lingkungan terbuka ada 28x15m. kegunaan sebagai lapangan basket.
Dan memiliki selokan disekitar jalan amal luhur.
d. Kebiasaan warga sekitar dari data survey warga sering berkumpul di
warung dan sering membuang dahak diselokan dengan sembarangan
2. Layanan kesehatan dan sosial
Terdapat fasilitas kesehatan seperti beberapa klinik dan fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah tersebut hanya terdapat satu puskesmas.Masyarakat
ikut serta dalam posyandu yang diadakan di puskesmas satu kali sebulan
akses menuju pelayanan kesehatan mudah dan dekat dari hasil wawancara
bahwa masyarakat yang mederita TBC tidak memeriksa atau mengontrol
kesehatannya ke puskesmas dan tidak rutin mengambil obat TBC ke
puskesmas sebagian masyarakat banyak yang mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengubatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan atau
lupa tidak minum obat TBC akibat kesibukan kerja
3. Pengkajian status ekonomi
Dari data angket tingkat ekonomi atau pendapatan rendah sampai
menengah dengan penghasilan rata-rata >Rp.1.668.700- dan sebagian
mempunyai pertokoan,warung dikarenakan dekat dengan pasar sei
kambing masyarakat banyak yang berdagang dan penghasilan tidak
menentu.
4. Keamanan, keselamatan dan transportasi
Keamanan diwilayah tersebut memiliki siskamling masyarakat
menggunakan transportasi pribadi 88% dan kendaraan umum 12% dalam
mobilisasi akses mendapatkan transportasi mudah dekat dengan jalan
raya,pasar, dan dapat menggunakan aplikasi gojek online kondisi lalu
lintas jalan lancar dan jalanan baik kondisi dilingkungan wilayah tersebut
aman
5. Politik dan pemerintah
Data didapatkan dari wawancara TOGA,TOMA,petugas puskesmas dan
beberapa masyarakat.
Kebijakan politik yang ada di masyarakat : kebijakan kesehatan oleh
puskesmas difasilitasi oleh kader kesehatan per RT dan organisasi PKK
untuk membantu pemerintah lurah danmerupakan mitra dalam
pemerdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Dan organisasi
BPD (badan permusyawaratan desa) untuk membahas dan menyepakati
rancangan peraturan desa bersama kepala desa untuk menampung
danmmenyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan melakukan pengawasan
kinerja kepala desa
6. Komunikasi
Data didapatkan dari angket Mendapatkan informasi pelayanan kesehatan
dari kader posyandu perkumpulan warga melalui pengkajian dan PKK
penyebaran informasi melalui perkumpulan warga setempat.
7. Pendidikan
Data dari angket di dapatkan bahwa pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 101 KK (26,5%) pendidikan warga yang lulusan SMA sebnayak
180 KK (47,2%) dan pendidikan warga lulusan sarjana 69KK (27%)
terdapat sekolah SD dan SMA dilingkungan tersebut terdapat sekolah non
formal yaitu TPQ di masjid.
8. Rekreasi
Data dari angket tidak terdapat fasilitas masyarakat untuk rekreasi dan
masyarakat sering menghabiskan waktu luang dengan menonton TV 90%
dan anak-anak bermain di tanah kosong dekat rumah warga.
1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS:
- Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa Mayoritas
masyarakat tidak tahu tentang
perawatan TBC sehingga mereka
kadang-kadang meludah/
berdahak di sembarang tempat
(kadang di got, di jalan umum)
- Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.
DO:
1. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TBC sebanyak 23%
2. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TBCsebanyak 57%
3. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap
1.
Kurang pengetahuan
tentang perawatan
penyakit TBC
Resiko penularan
penyakit TBC di
jalan amal luhur, dwi
kora, medan helvetia
2. DS:
1. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa masyarakat yang
menderita TBC tidak
memeriksakan / mengontrol
kesehatannya ke puskesmas
2. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin
mengambil obat TBC ke
Puskesmas
3. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/ lupa tidak minum obat
TBC akibat kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka jendela
nya
DO:
2. Jumlah penderita TBC sebanyak
23 orang (43,5%)
3. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK (34,31
%)
4. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
Kurang pengetahuan
tentang penyakit TBC
Resiko terjadi
peningkatan
prevalensi penyakit
TBC di jalan amal
luhur, dwi kora,
medan helvetia
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak
gelap dan ruangan di dalam
rumah tampak gelap
3. DS:
1. Dari hasil wawancara ternyata
warga masyarakat belum pernah
mendapatkan informasi tentang
penyakit TBC baik dari tenaga
kesehatan maupun melalui leaflet.
2. Dari hasil wawancara ternyata
Pada daerah tersebut belum
pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TBC
DO:
1. fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah tersebut hanya terdapat 1
buah puskesmas pembantu
2. pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 101 KK (26,5%)
3. pendidikan warga yang lulusan
SMA sebnayak 180 KK (47,2%)
4. pendidikan warga lulusan sarjana
69KK (27%)
5. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TBC sebanyak 23%
6. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TBC sebanyak 57%
Kurangnya peranan
fasilitas pelayanan
kesehatan
Kurang pengetahuan
tentang perawatan
TBC di jalan amal
luhur, dwi kora,
medan helvetia
B. Penapisan Masalah
Masalah Kesehatan
Perhatian
masyarakat
Poin
prevalensi
Tingkat
bahaya
Kemungkinan
untuk dikelola Skor
Resiko penularan
penyakit TBC di amal
luhur dwi kora helvetia
medan.
4 3 4 3 14
Resiko terjadi
peningkatan prevalensi
penyakit TBC di di amal
luhur dwi kora helvetia
medan.
4 4 4 3 15
Kurang pengetahuan
tentang perawatan TBC
di di amal luhur dwi kora
helvetia medan.
1 3 3 3 10
N
O
KRITERIA
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3
10. Sumber daya dana 4 4 2
11. Sumber daya peralatan 3 4 2
12. Sumber daya orang 2 3 2
Jumlah skor 46 49 43
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi
3.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama
1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TBC di amal luhur
helvetia medan berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang
penyakit TBC
2. Resiko penularan penyakit TBC di amal luhur helvetia medan utara
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit
TBC
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC di amal luhur helvetia
medan berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan
3.3 Perencanaan
No Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharakan tidak terjadi
Setalah dilakukan tindakan
keperawatan masyarakat
dapat:
1. Identifikasi factor
internal dan eksternal
yang dapat
peningkatan prevalensi
penyakit TBC
1. Semua penduduk yang
menderita TBC
memeriksakan
kesehatannya ke
puskesmas
2. Masyarakat rutin
mengambil obat TBC di
puskesmas
3. Masyarakat yang
menderita TBC tidak
mengalami putus obat dan
Rutin minum obat
4. Masyarakat membuka
jendela kamarnya
5. Warga yang belum
memiliki ventilasi dapat
membuat ventilasi
6. Pencahayaan yang cukup
meningkatkan atau
menurunkan motivasi
untuk memeriksakan
diri ke puskesmas
2. Identifikasi penyebab
masyarakat tidak
engambil obat di
puskesmas
3. Identifikasi penyebab
masyarakat putus obat
4. Beri penyuluhan
tentang tentang
penyakit TBC dan
akibat bila tidak
mengkonsumsi obat
dengan benar serta
penyebab putus obat
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan tidak terjadi
penyakit TBC
Setalah dilakukan tindakan
keperawatan masyarakat
dapat:
1. Masyarakat tahu tentang
perawatan TBC
2. Masyarakat dapat
mengkhususan alat tenun
dan alat makan antara
penderita dengan orang
yang sehat.
4. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TBC
5. Warga memilki cukup
1. Berikan penyuluhan
tentang perawatan
penyakit TBC
2. Jelaskan kepada
masyarakat untuk
mengkususkan alat
tenun dan makan
antara penderita TBC
dan orang sehat
3. Jelaskan kepada
masyarakat pentingnya
penerangan rumah
oleh matahari
4. Anjurkan masyarakat
pengetahuan TBC
6. Penerangan rumah oleh
matahari cukup
7. Pencahayaan dalam rumah
tampak terang
untuk meiliki
pencahayaan dalam
rumah yang terang
3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan pengetahuan
masyarkat meningkat tentang
TBC serta peranan fasilitas
pelayanan kesehatan
meningkat
Setalah dilakukan tindakan
keperawatan masyarakat
dapat:
1. Pengetahuan masyarakat
tentang TBC meningkat
(80%)
2. Masyarakat mengetahui
tentang TBC, penyebab,
cara pencegahan dan
penularan
3. Adanya penyuluhan dari
tenaga kesehatan tentang
TBC
4. Fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat
1. Identifikasi
pengetahuan
masyarakat tentang
TBC
2. Lakukan penyuluhan
kesehatan tentang
TBC (pengertian,
penyebab, cara
pencegahan dan
penularan)
3. Anjurkan untuk
meningkatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan
3.4 Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi
(NIC)
Metode
Evaluasi
Evaluator
1 Manajemen
Kesehatan Tidak
Efektif ( D.0116)
Setelah dilakukan penyuluhan selama
30 menit diharapkan Manajemen
Kesehatan Tidak Efektif Teratasi
Dengan Kriteria Hasil :
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
1. Perilaku kesehatan masyarakat
dari yang buruk membaik.
2. Kemampuan masyarakat dalam
menjalankan perilaku sehat dari
kurang menjadi meningkat.
Perilaku Promosi Kesehatan
(1602)
1. Peningkatan skrining
kesehatan masyarakat yang
Skrining Kesehatan (6520)
1. Tes mantoux.
2. Beri saran kepada
masyarakat dengan hasil
yang lebih dari normal untuk
melakukan alternatif
pengobatan.
Edukasi Kesehatan ( L.12383)
1. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
2. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Psikomotor Mahasisw
a
Kader
kurang menjadi meningkat.
2. Terjadi peningkatan
keseimbangan aktivitas dan
latihan masyarakat dari
kurang menjadi meningkat
(160221)
2 Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko (00188)
Setelah dilakukan tindakan selama
30 menit diharapkan Perilaku
kesehatan cenderung beresiko dapat
teratasi dengan Kriteria Hasil :
Kepercayaan Mengenai kesehatan
: kontrol yang diterima (1702)
1. Kemampuan masyarakat
dalam menerima dan
melaksanakan tanggung
jawab terkait dengan
keputusan kesehatan dari
kurang menjadi meningkat
(170201)
2. Peningkatan keyakinan
bahwa tindakan sendiri yang
Peningkatan efikasi diri (5395)
1. Identifikasi hambatan
untuk merubah perilaku
2. Bantu individu untuk
berkomitmen terhadap
rencana tindakan untuk
merubah perilaku
3. Berikan contoh atau
tunjukan perilaku yang
diinginkan
4. Berikan informasi
mengenai perilaku yang
diinginkan
Kognitif
Psikomotor
Mahasisw
a
masyaraka
t
mengontrol hasil kesehatan
yang semula kurang menjadi
meningkat(170205)
3. Keterlibatan masyarakat
dalam keputusan kesehatan
yang kurang menjadi
meningkat (170202)
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT KELURAHAN DI AMAL LUHUR DWI KORA HELVETIA MEDAN.
No.
Dx
Masalah Tujuan Kegiatan Tempat
Waktu &
sasaran
Penanggung
Jawab
1 Manajemen kesehatan
tidak efektif
Setelah diakukan tindakan
keperawatan selama 4 minggu di
Kelurahan dwi kora Kecamatan
medan Helvetia diharapkan :
- Diharapkan meningkat derajat
kesehatan masyarakat
1. Tes mantoux.
2. Beri saran kepada
pasien dengan hasil
yang lebih dari normal
untuk melakukan
alternatif pengobatan.
3. Mengadakan dan
mengajak lansia untuk
mengikuti senam
osteoporosis
4. Melakukan kegiatan
Posko
kesehatan
Posko
kesehatan
Lapangan
Posko
kesehatan
Setiap hari
warga
Setiap hari
Warga
Minggu,14
november
2022
warga
Mahasiswa
dan Tokoh
Masyarakat
Mahasiswa
dan Kader
Mahasiswa
dan Kader
Mahasiswa
dan warga ka
penyuluhan kesehatan
2. Pemeliharaan
kesehatan tidak efektif
Setelah diakukan tindakan
keperawatan selama 4 minggu di
Desa amal luhur Kelurahan dwikora
Kecamatan medan helvetia
diharapkan :
- Masyarakat memelihara tempat
pembuangan air limbah.
1. Tidak ada air limbah yang
tergenang
2. Tidak ada lagi media untuk
perkembangbiakan nyamuk
3. Masyarakat mampu menerapkan
PHBS
1. Lakukan pemantauan
untuk menentukan
kebutuhan rujukan
2. Bantu kelompok untuk
untuk merubah perilaku
terhadap rencana
tindakan (kerja bakti).
3. Mengajak kelompok
untuk menanan TOGA
4. Ajarkan warga untuk
melakukan PHBS
dengan cuci tangan 6
langkah
5. Pemantauan jentik
nyamuk
Posko
kesehatan
Lingkup
Desa amal
luhur
Setiap hari
Warga
Tanggal 20
november
2022
Warga
Tanggal 23
november
2022
Warga
Setiap
minggu
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Kader
Mahasiswa
Mahasiswa
Kader
3.5 Implementasi Keperawatan
No Hari/Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Evaluasi Formatif
1 13 November
2022
11.00 WIB Melakukan
pemeriksaan tekanan
darah
Evaluasi Struktur :
- Pemeriksaan dilakukan oleh mahasiswa praktikan yang
bertempat di posko kesehatan
- Kegiatan dilakukan setiap hari
Evaluasi Proses :
- Pengecekan tekanan darah menggunakan
sphygnomanometer dan stetoskop
- Warga yang melakukan pemeriksaan sebelumnya
didata dan dicek berat badan
- Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian diberikan
pendidikan kesehatan.
Evaluasi Hasil :
- Masyarakat sangat antusias dan mendatangi posko
kesehatan untuk pengecekan tekanan darah
- Tekanan darah pasien 140/90 mmHg
- Dilakukan pengukuran berat badan, dan pendidikan
kesehatan hipertensi
2 13 November
2022
09.00 WIB Pemantauan jentik
nyamuk
Evaluasi Struktur :
- Pemeriksaan dilakukan bersama dengan ibu kader
PKK dan mahasiswa
- Pemeriksaan ditujukan bagi seluruh rumah warga RT
04
- Mahasiswa menyiapkan senter dan ceklist pemeriksaan
Evaluasi Proses :
- Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB
- Kelompok dibagi menjadi 3 tim untuk melakukan
pengecekan rumah di 3 wilayah pembagian. Masing-
masing tim ditemani oleh ibu kader PKK
Evaluasi Hasil :
- Ditemukan 8 rumah terdapat jentik nyamuk
- Warga dihimabau untuk memperhatikan kebersihan
lingkungan
- Warga diberikan ceklist pemeriksaan jentik yang
ditempelkan pada depan rumah
1. Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Manajemen kesehatan tidak
efektif
S : warga X mengatakan jika tidak tahu tentang penyakit hipertensinya
dan mengeluh kepala pening, dan belum mengerti senam hipertensi
O : 9,5 mg/dl, saat ditanya riwayat darah tinggi pasien tidak mampu
menjawab
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif
S : warga X mengatakan jika belum mampu memilah sampahnya dan
mengatakan jika dirumahnya banyak nyamuk
O : terdapat jentik nyamuk di genangan air, di kamar mandi, dan
wadah penyimpanan air
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2. Rencana Tindak Lanjut
Masalah
Kesehatan
Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Tanggung
jawab
Manajemen
kesehatan tidak
efektif
Untuk meningkatkan
kesadaran
masyarakat akan
kesehatan mengenai
pencegahan dan
penanganan penyakit
1. Cek kesehatan
2. Pendidikan
kesehatan
3. Ajarkan Batuk
Efektif
Warga - Posko
kesehatan
Mahasiswa
Warga
Pemeliharaan
kesehatan tidak
efektif
Untuk meningkatkan
kesadaran
masyarakat dalam
menerapkan pola
hidup bersih dan
sehat
1. Pendidikan
kesehatan
2. Pemeriksaan
jentik nyamuk
3. Penanaman
TOGA
4. Kerja bakti
Warga Rumah
Kepala
desa
Mahasiswa
Warga
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh, namun yang paling banyak
adalah paru-paru. Kuman TBC tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman beradadalam sifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan TBC aktif kembali. Selain itu kuman ini juga bersifat aerob
yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
Peran perawat kesehatan yang paling utama yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan di komunitas. Salah satu fungsi peran perawat komunitas yaitu
memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di komunitas.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi
dalam meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Compston,Juliet.2016.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat.
Corwin, Elizabet J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cosman, Felicia. 2019. Osteoporosis: Panduan Lengkap agar Tulang Anda Tetap
Sehat. Solo: Bintang Pustaka.
Handayani, Sri, dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal”. Jakarta : EGC.
Junaidi, Iskandar. 2017. Osteoporosis. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Lane,
Nancy E. 2001. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis. Jakarta : Fajar.
Muttaqin, Arif. 2018. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Nurarif, A.H &Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta :
MediaAction.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2015.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Efendi Ferry, Makhfudli. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba
Medika : Jakarta
Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika :
Yogyakarta Mubarak
Faisalado Candra widyanto (2016) Keperawatan komunitas dengan pendekatan
praktis Nuha medika : Yogyakarta
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

More Related Content

Similar to makalah komunitas REGINA.docx

MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docxMAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
JessicaConstantia
 
Kb 3 epidemiologi -
Kb 3    epidemiologi -Kb 3    epidemiologi -
Kb 3 epidemiologi -
pjj_kemenkes
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
anggieapriliani
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
maung8
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidanNico Robin
 
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatKonsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Fransiska Oktafiani
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatZelitania
 
Konsep dasar-kesehatan-masyarakat
Konsep dasar-kesehatan-masyarakatKonsep dasar-kesehatan-masyarakat
Konsep dasar-kesehatan-masyarakat
Agriculture Faculty at Universitas Islam Nusantara
 
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Valentina Frebianti
 
promosi kesehatan dan edukasi kesehatan.ppt
promosi kesehatan dan edukasi kesehatan.pptpromosi kesehatan dan edukasi kesehatan.ppt
promosi kesehatan dan edukasi kesehatan.ppt
RoniAlfaqih2
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
MUHAMMAD NATSIR
 
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3DR Irene
 
Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptx
Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptxEpidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptx
Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptx
SilviRani1
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
nrukmana rukmana
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Operator Warnet Vast Raha
 
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi BencanaPelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Dhenok Citra Panyuluh
 

Similar to makalah komunitas REGINA.docx (20)

MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docxMAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
 
Kb 3 epidemiologi -
Kb 3    epidemiologi -Kb 3    epidemiologi -
Kb 3 epidemiologi -
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidan
 
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatKonsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
 
Konsep dasar-kesehatan-masyarakat
Konsep dasar-kesehatan-masyarakatKonsep dasar-kesehatan-masyarakat
Konsep dasar-kesehatan-masyarakat
 
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
 
promosi kesehatan dan edukasi kesehatan.ppt
promosi kesehatan dan edukasi kesehatan.pptpromosi kesehatan dan edukasi kesehatan.ppt
promosi kesehatan dan edukasi kesehatan.ppt
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
 
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
Design buku pedoman tb 2012 revisi 3
 
Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptx
Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptxEpidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptx
Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat.pptx
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
 
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi BencanaPelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
Pelayanan Kesehatan pada Kondisi Bencana
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 

Recently uploaded

BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
Ggproject
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
ssuser283069
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
fauzandika
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
khalisahumairahh
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 

Recently uploaded (13)

BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 

makalah komunitas REGINA.docx

  • 1. ASUHAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT INFEKSI TBC/ISPA OLEH KELOMPOK 6: Regina (200204042) Risfal hidayat(200204090) Syarifah kama alfayet(200204051) Dosen pengampu : Ns.Siska Evi,MNS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA T.A 2022
  • 2. PENGANTAR Segala puji syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan keperawatan agret dalam komunitas penyakit Tb paru di Kecamatan Medan Helvetia”. Selama proses penyusunan makalah ini begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang kelompok terima demi kelancaran penyusunan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami dari kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Medan, 13 November 2022 Kelompok
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1.Latar Belakang ........................................................................... 1.2.Tujuan penulisan ........................................................................ BAB 2 TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 2.1 Konsep Komunitas ..................................................................... 2.1.1 Defenisi .............................................................................. 2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Keperawatan....................................... 2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas 2.1.4 Peran Pewat Komunitas ..................................................... 2.2 Konsep Tb Paru............................................................................ 2.3.1 Defenisi ............................................................................ 2.3.2 Klasifikasi ......................................................................... 2.3.3 Penyebab ............................................................................ 2.3.4 Patway ............................................................................... 2.3.5 Tanda Gejala ...................................................................... 2.3.6 Komplikasi......................................................................... 2.4 Konsep Asuhan Komunitas ......................................................... Bab 3 Tinjauan Kasus .................................................................................. 3.1 Kasus ........................................................................................... 3.1.1 Pengkajian ........................................................................ 3.1.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................... 3.1.3 Intervensi Keperawatan...................................................... 3.1.4 Implementasi Keperawatan................................................ 3.1.5 Evaluasi Keperawatan........................................................ BAB 4 PENUTUP.......................................................................................... 4.1 Kesimpulan .................................................................................. 4.2 Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif. Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan. Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan
  • 5. berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat. Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul. Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat. Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus
  • 6. ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya. TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara
  • 7. global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita. Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita TB. Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan masalah TB Paru. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui definisi TB paru 2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru 3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru 4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru 5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru 6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru
  • 8. 7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik 8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru 9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru 10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru 11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
  • 9. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunitas 2.1.1 Defenisi Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).
  • 10. 2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Komunitas a. Tujuan keperawatan komunitas Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut. 1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas. 2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk: 1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami 2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut 3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan 4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi 5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care). b. Fungsi keperawatan komunitas 1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. 2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan. 3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
  • 11. 4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011). 2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: a. Proses kelompok (group process) Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan- pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok. b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion) Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
  • 12. c. Kerjasama (Partnership) Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat. 1. Pusat Kesehatan Komunitas Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di: a. Sekolah atau Kampus Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik. b. Lingkungan kesehatan kerja Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja 2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja 3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja 4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan.
  • 13. 5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011). c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten. d. Lingkungan kesehatan kerja lain Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011). 2.1.4 Peran Perawat Komuitas Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah: a. Penyedia pelayanan (Care provider) Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
  • 14. perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011). c. Role Model Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat. d. Advokasi (Advocate) Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
  • 15. mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2011). e. Manajer kasus (Case Manager) Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. f. Kolaborator Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011). g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner) Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan. h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan- pertemuan, observasi dan pengumpulan data. i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services) Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2011).
  • 16. j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader) Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011). Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011). k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and Researcher) Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas. 2.2 Konsep TB Paru 2.2.1 Definisi Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru.
  • 17. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002). Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-paru. 2.2.2 Etiologi 1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882). 2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung. 3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit. 2.2.3 Klasifikasi Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi
  • 18. di sebagian apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000). 2.2.4 Patofisiologi Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000). Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000). 2.2.5 Tanda Dan Gejala Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut : 1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang sampai 40-410 C.
  • 19. 2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus. 3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000). 2.2.6 Cara Penularan 1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. 2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening. 3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah. 2.2.7 Penegakan Diagnistic TB Paru Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan
  • 20. pemerikasaan patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru adalah pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan pengobatan. 2.2.8 Pengobatan Penatalaksanaan Medis Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan : 1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin; 2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat 3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait 4. Mencegah kambuhnya penyakit 5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten 6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman & Miller, 2002). Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 1997). Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI,
  • 21. 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam satu kemasan (WHO, 2002). Paduan Obat Kategori Tahap Intensif Tahap lanjutan Untuk Klien TUberculosis I II III 2HRZE 2HRZES atau 1HRZE 2HRZ 4H3R3 5H3R3E3 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+) TBC Paru BTA (-) Ro (+) dengan kerusakan jaringan paru yang luas TBC ekstra paru sakit berat TBC paru BTA (+), kambuh TBC paru BTA (+), gagal TBC paru BTA (+), pengobatan ulang karena lalai berobat TBC paru BTA (-) Ro (+) TBC ekstra paru Keterangan : H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes, RI, 2002) Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH,
  • 22. Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI, 2002). Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH : Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial. Pirazinamid dapat mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap obat. Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat. Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu: Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:
  • 23. 1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia. 2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif. 3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum obat seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya 4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan. 5. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. 2.2.9 Penatalaksaan Keperawatan Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani “follow- up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari. Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).
  • 24. 2.2.10 Penatalaksanaan Diet Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal. Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah: 1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan normal 2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram) 3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total 4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total 5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total 6. Macam diet untuk penyakit TBC: a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I) b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB) c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB) 2.2.11 Komplikasi Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) : 1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. 4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
  • 25. 5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya. 6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency) 2.2.12 Pencegahan 1. Vaksinasi BCG Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi yang berat. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang gizi. 2. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB 3. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi. 4. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG. 2.2.13 Pemeriksaan Diagnostik 1. Diagnosis TB paru a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
  • 26. toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru. 2. Diagnosis TB ekstra paru a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya. b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain- lain. 2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
  • 27. preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2011). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012). Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011): a. Pengkajian Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
  • 28. 1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain : a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas. b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain: i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
  • 29. ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat. 2) Jenis Data Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2011): a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran c) Sumber Data i. Data primer Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian. ii. Data sekunder Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record. 3) Cara Pengumpulan Data a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu d) Pengelolaan Data i. Klasifikasi data atau kategorisasi data ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly iii. Tabulasi data iv. Interpretasi data e) Analisa Data
  • 30. Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan. g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow: i. Keadaan yang mengancam kehidupan ii. Keadaan yang mengancam kesehatan iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan b. Diagnosa Keperawatan Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011). c. Perencanaan/Intervensi 1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
  • 31. 2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit 3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit 4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit 5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat 6) Lakukan olahraga secara rutin 7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas 8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan d. Pelaksanaan/Implementasi Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu: 1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit 2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan 3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit 4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas e. Penilaian/Evaluasi Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
  • 32. ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah: 1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi. 2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan. 3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
  • 33. BAB 3 TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT INFEKSI TBC/ISPA Nama desa : Dwi kora jln. Amal luhur Kecamatan : Medan helvetia Kabupaten : Kota medan Propinsi : Sumatra utara A. DATA INTI KOMUNITAS 1. kelurahan dwi kora jln.amal luhur Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan memiliki luas ± 1.156.147 dan merupakan pecahan dari Kecamatan Medan Sunggal Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal 20 Meret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetia dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II. Adapun kantornya telah menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah ± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak ketiga/masyarakat yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 04 Juni 1992. 2. Data demografi Pada tahun 2021, kecamatan Medan Helvetia mempunyai penduduk sebesar 164.910 jiwa. Luasnya adalah 13,16 km² dan kepadatan 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 Category 1Category 2Category 3 2020 2021 2022
  • 34. penduduknya adalah 12.351 jiwa Sebagai salah satu kecamatan di Kota Medan, suku penduduk di kecamatan ini cukup beragam. Teknik pengkajian Hal yang dikaji Data sekunder Angket(KK) 1.Usia Balita : 50 Usia sekolah : 60 Remaja : 80 Pertengahan : 80 Usia dewasa : 30 Lansia : 50 2.Jenis kelamin Laki-laki : 184 Perempuan : 166 B. PENGKAJIAN 8 SUBSISTEM 1. Pengkajian fisik lingkungan a. Tipe perkampungan/perumahan dan lingkungan dan dekat dengan pasar sei kambing b. jenis bangunan 4% permanen dan 96% semi permanen rumah warga yang belum memiliki ventilasi sebanyak 47 KK (34,31%) penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44 KK(23,10%) dan jarak antar rumah berdekatan dan padat. c. Lingkungan terbuka ada 28x15m. kegunaan sebagai lapangan basket. Dan memiliki selokan disekitar jalan amal luhur. d. Kebiasaan warga sekitar dari data survey warga sering berkumpul di warung dan sering membuang dahak diselokan dengan sembarangan 2. Layanan kesehatan dan sosial Terdapat fasilitas kesehatan seperti beberapa klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut hanya terdapat satu puskesmas.Masyarakat ikut serta dalam posyandu yang diadakan di puskesmas satu kali sebulan akses menuju pelayanan kesehatan mudah dan dekat dari hasil wawancara bahwa masyarakat yang mederita TBC tidak memeriksa atau mengontrol kesehatannya ke puskesmas dan tidak rutin mengambil obat TBC ke puskesmas sebagian masyarakat banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengubatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan atau lupa tidak minum obat TBC akibat kesibukan kerja 3. Pengkajian status ekonomi Dari data angket tingkat ekonomi atau pendapatan rendah sampai menengah dengan penghasilan rata-rata >Rp.1.668.700- dan sebagian mempunyai pertokoan,warung dikarenakan dekat dengan pasar sei
  • 35. kambing masyarakat banyak yang berdagang dan penghasilan tidak menentu. 4. Keamanan, keselamatan dan transportasi Keamanan diwilayah tersebut memiliki siskamling masyarakat menggunakan transportasi pribadi 88% dan kendaraan umum 12% dalam mobilisasi akses mendapatkan transportasi mudah dekat dengan jalan raya,pasar, dan dapat menggunakan aplikasi gojek online kondisi lalu lintas jalan lancar dan jalanan baik kondisi dilingkungan wilayah tersebut aman 5. Politik dan pemerintah Data didapatkan dari wawancara TOGA,TOMA,petugas puskesmas dan beberapa masyarakat. Kebijakan politik yang ada di masyarakat : kebijakan kesehatan oleh puskesmas difasilitasi oleh kader kesehatan per RT dan organisasi PKK untuk membantu pemerintah lurah danmerupakan mitra dalam pemerdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Dan organisasi BPD (badan permusyawaratan desa) untuk membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa untuk menampung danmmenyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa 6. Komunikasi Data didapatkan dari angket Mendapatkan informasi pelayanan kesehatan dari kader posyandu perkumpulan warga melalui pengkajian dan PKK penyebaran informasi melalui perkumpulan warga setempat. 7. Pendidikan Data dari angket di dapatkan bahwa pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 101 KK (26,5%) pendidikan warga yang lulusan SMA sebnayak 180 KK (47,2%) dan pendidikan warga lulusan sarjana 69KK (27%) terdapat sekolah SD dan SMA dilingkungan tersebut terdapat sekolah non formal yaitu TPQ di masjid. 8. Rekreasi Data dari angket tidak terdapat fasilitas masyarakat untuk rekreasi dan masyarakat sering menghabiskan waktu luang dengan menonton TV 90% dan anak-anak bermain di tanah kosong dekat rumah warga.
  • 36. 1.2 Analisa Data No Data Etiologi Problem 1. DS: - Dari hasil wawancara dengan warga bahwa Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TBC sehingga mereka kadang-kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum) - Tidak ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat. DO: 1. Warga yang memilki pengetahuan tentang TBC sebanyak 23% 2. Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TBCsebanyak 57% 3. Penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44 KK (23,10 %) Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap 1. Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TBC Resiko penularan penyakit TBC di jalan amal luhur, dwi kora, medan helvetia
  • 37. 2. DS: 1. Dari hasil wawancara dengan warga bahwa masyarakat yang menderita TBC tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke puskesmas 2. Dari hasil wawancara dengan warga bahwa mayoritas masyarakat tidak rutin mengambil obat TBC ke Puskesmas 3. Dari hasil wawancara dengan warga bahwa sebagian masyarakat banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TBC akibat kesibukan kerja. 4. Hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya DO: 2. Jumlah penderita TBC sebanyak 23 orang (43,5%) 3. Warga yang belum memiliki ventilasi sebanyak 47 KK (34,31 %) 4. Penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44 KK Kurang pengetahuan tentang penyakit TBC Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TBC di jalan amal luhur, dwi kora, medan helvetia
  • 38. (23,10 %) Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dan ruangan di dalam rumah tampak gelap 3. DS: 1. Dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TBC baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet. 2. Dari hasil wawancara ternyata Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TBC DO: 1. fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut hanya terdapat 1 buah puskesmas pembantu 2. pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 101 KK (26,5%) 3. pendidikan warga yang lulusan SMA sebnayak 180 KK (47,2%) 4. pendidikan warga lulusan sarjana 69KK (27%) 5. Warga yang memilki pengetahuan tentang TBC sebanyak 23% 6. Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TBC sebanyak 57% Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC di jalan amal luhur, dwi kora, medan helvetia
  • 39. B. Penapisan Masalah Masalah Kesehatan Perhatian masyarakat Poin prevalensi Tingkat bahaya Kemungkinan untuk dikelola Skor Resiko penularan penyakit TBC di amal luhur dwi kora helvetia medan. 4 3 4 3 14 Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TBC di di amal luhur dwi kora helvetia medan. 4 4 4 3 15 Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC di di amal luhur dwi kora helvetia medan. 1 3 3 3 10 N O KRITERIA DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 2 3 1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5 2. Jumlah yang beresiko 4 5 4 3. Besarnya resiko 5 5 4 4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5 5. Minat masyarakat 2 4 4
  • 40. 6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4 7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5 8. Sumber daya tempat 4 4 3 9. Sumber daya waktu 3 4 3 10. Sumber daya dana 4 4 2 11. Sumber daya peralatan 3 4 2 12. Sumber daya orang 2 3 2 Jumlah skor 46 49 43 Keterangan: 1 : Sangat rendah 2 : Rendah 3 : Cukup 4 : Tinggi 5: Sangat Tinggi 3.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama 1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TBC di amal luhur helvetia medan berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TBC 2. Resiko penularan penyakit TBC di amal luhur helvetia medan utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TBC 3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TBC di amal luhur helvetia medan berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan 3.3 Perencanaan No Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharakan tidak terjadi Setalah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat dapat: 1. Identifikasi factor internal dan eksternal yang dapat
  • 41. peningkatan prevalensi penyakit TBC 1. Semua penduduk yang menderita TBC memeriksakan kesehatannya ke puskesmas 2. Masyarakat rutin mengambil obat TBC di puskesmas 3. Masyarakat yang menderita TBC tidak mengalami putus obat dan Rutin minum obat 4. Masyarakat membuka jendela kamarnya 5. Warga yang belum memiliki ventilasi dapat membuat ventilasi 6. Pencahayaan yang cukup meningkatkan atau menurunkan motivasi untuk memeriksakan diri ke puskesmas 2. Identifikasi penyebab masyarakat tidak engambil obat di puskesmas 3. Identifikasi penyebab masyarakat putus obat 4. Beri penyuluhan tentang tentang penyakit TBC dan akibat bila tidak mengkonsumsi obat dengan benar serta penyebab putus obat 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharapkan tidak terjadi penyakit TBC Setalah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat dapat: 1. Masyarakat tahu tentang perawatan TBC 2. Masyarakat dapat mengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat. 4. Warga yang memilki pengetahuan tentang TBC 5. Warga memilki cukup 1. Berikan penyuluhan tentang perawatan penyakit TBC 2. Jelaskan kepada masyarakat untuk mengkususkan alat tenun dan makan antara penderita TBC dan orang sehat 3. Jelaskan kepada masyarakat pentingnya penerangan rumah oleh matahari 4. Anjurkan masyarakat
  • 42. pengetahuan TBC 6. Penerangan rumah oleh matahari cukup 7. Pencahayaan dalam rumah tampak terang untuk meiliki pencahayaan dalam rumah yang terang 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharapkan pengetahuan masyarkat meningkat tentang TBC serta peranan fasilitas pelayanan kesehatan meningkat Setalah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat dapat: 1. Pengetahuan masyarakat tentang TBC meningkat (80%) 2. Masyarakat mengetahui tentang TBC, penyebab, cara pencegahan dan penularan 3. Adanya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang TBC 4. Fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut meningkat 1. Identifikasi pengetahuan masyarakat tentang TBC 2. Lakukan penyuluhan kesehatan tentang TBC (pengertian, penyebab, cara pencegahan dan penularan) 3. Anjurkan untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan
  • 43. 3.4 Rencana Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi (NIC) Metode Evaluasi Evaluator 1 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif ( D.0116) Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Teratasi Dengan Kriteria Hasil : Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) 1. Perilaku kesehatan masyarakat dari yang buruk membaik. 2. Kemampuan masyarakat dalam menjalankan perilaku sehat dari kurang menjadi meningkat. Perilaku Promosi Kesehatan (1602) 1. Peningkatan skrining kesehatan masyarakat yang Skrining Kesehatan (6520) 1. Tes mantoux. 2. Beri saran kepada masyarakat dengan hasil yang lebih dari normal untuk melakukan alternatif pengobatan. Edukasi Kesehatan ( L.12383) 1. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Psikomotor Mahasisw a Kader
  • 44. kurang menjadi meningkat. 2. Terjadi peningkatan keseimbangan aktivitas dan latihan masyarakat dari kurang menjadi meningkat (160221) 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188) Setelah dilakukan tindakan selama 30 menit diharapkan Perilaku kesehatan cenderung beresiko dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : Kepercayaan Mengenai kesehatan : kontrol yang diterima (1702) 1. Kemampuan masyarakat dalam menerima dan melaksanakan tanggung jawab terkait dengan keputusan kesehatan dari kurang menjadi meningkat (170201) 2. Peningkatan keyakinan bahwa tindakan sendiri yang Peningkatan efikasi diri (5395) 1. Identifikasi hambatan untuk merubah perilaku 2. Bantu individu untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan untuk merubah perilaku 3. Berikan contoh atau tunjukan perilaku yang diinginkan 4. Berikan informasi mengenai perilaku yang diinginkan Kognitif Psikomotor Mahasisw a masyaraka t
  • 45. mengontrol hasil kesehatan yang semula kurang menjadi meningkat(170205) 3. Keterlibatan masyarakat dalam keputusan kesehatan yang kurang menjadi meningkat (170202)
  • 46. PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT KELURAHAN DI AMAL LUHUR DWI KORA HELVETIA MEDAN. No. Dx Masalah Tujuan Kegiatan Tempat Waktu & sasaran Penanggung Jawab 1 Manajemen kesehatan tidak efektif Setelah diakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu di Kelurahan dwi kora Kecamatan medan Helvetia diharapkan : - Diharapkan meningkat derajat kesehatan masyarakat 1. Tes mantoux. 2. Beri saran kepada pasien dengan hasil yang lebih dari normal untuk melakukan alternatif pengobatan. 3. Mengadakan dan mengajak lansia untuk mengikuti senam osteoporosis 4. Melakukan kegiatan Posko kesehatan Posko kesehatan Lapangan Posko kesehatan Setiap hari warga Setiap hari Warga Minggu,14 november 2022 warga Mahasiswa dan Tokoh Masyarakat Mahasiswa dan Kader Mahasiswa dan Kader Mahasiswa dan warga ka
  • 47. penyuluhan kesehatan 2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif Setelah diakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu di Desa amal luhur Kelurahan dwikora Kecamatan medan helvetia diharapkan : - Masyarakat memelihara tempat pembuangan air limbah. 1. Tidak ada air limbah yang tergenang 2. Tidak ada lagi media untuk perkembangbiakan nyamuk 3. Masyarakat mampu menerapkan PHBS 1. Lakukan pemantauan untuk menentukan kebutuhan rujukan 2. Bantu kelompok untuk untuk merubah perilaku terhadap rencana tindakan (kerja bakti). 3. Mengajak kelompok untuk menanan TOGA 4. Ajarkan warga untuk melakukan PHBS dengan cuci tangan 6 langkah 5. Pemantauan jentik nyamuk Posko kesehatan Lingkup Desa amal luhur Setiap hari Warga Tanggal 20 november 2022 Warga Tanggal 23 november 2022 Warga Setiap minggu Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Kader Mahasiswa Mahasiswa Kader
  • 48. 3.5 Implementasi Keperawatan No Hari/Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Evaluasi Formatif 1 13 November 2022 11.00 WIB Melakukan pemeriksaan tekanan darah Evaluasi Struktur : - Pemeriksaan dilakukan oleh mahasiswa praktikan yang bertempat di posko kesehatan - Kegiatan dilakukan setiap hari Evaluasi Proses : - Pengecekan tekanan darah menggunakan sphygnomanometer dan stetoskop - Warga yang melakukan pemeriksaan sebelumnya didata dan dicek berat badan - Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian diberikan pendidikan kesehatan. Evaluasi Hasil : - Masyarakat sangat antusias dan mendatangi posko kesehatan untuk pengecekan tekanan darah - Tekanan darah pasien 140/90 mmHg - Dilakukan pengukuran berat badan, dan pendidikan kesehatan hipertensi 2 13 November 2022 09.00 WIB Pemantauan jentik nyamuk Evaluasi Struktur : - Pemeriksaan dilakukan bersama dengan ibu kader
  • 49. PKK dan mahasiswa - Pemeriksaan ditujukan bagi seluruh rumah warga RT 04 - Mahasiswa menyiapkan senter dan ceklist pemeriksaan Evaluasi Proses : - Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB - Kelompok dibagi menjadi 3 tim untuk melakukan pengecekan rumah di 3 wilayah pembagian. Masing- masing tim ditemani oleh ibu kader PKK Evaluasi Hasil : - Ditemukan 8 rumah terdapat jentik nyamuk - Warga dihimabau untuk memperhatikan kebersihan lingkungan - Warga diberikan ceklist pemeriksaan jentik yang ditempelkan pada depan rumah
  • 50. 1. Evaluasi Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Evaluasi 1 Manajemen kesehatan tidak efektif S : warga X mengatakan jika tidak tahu tentang penyakit hipertensinya dan mengeluh kepala pening, dan belum mengerti senam hipertensi O : 9,5 mg/dl, saat ditanya riwayat darah tinggi pasien tidak mampu menjawab A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 2 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif S : warga X mengatakan jika belum mampu memilah sampahnya dan mengatakan jika dirumahnya banyak nyamuk O : terdapat jentik nyamuk di genangan air, di kamar mandi, dan wadah penyimpanan air A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
  • 51. 2. Rencana Tindak Lanjut Masalah Kesehatan Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Tanggung jawab Manajemen kesehatan tidak efektif Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan mengenai pencegahan dan penanganan penyakit 1. Cek kesehatan 2. Pendidikan kesehatan 3. Ajarkan Batuk Efektif Warga - Posko kesehatan Mahasiswa Warga Pemeliharaan kesehatan tidak efektif Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat 1. Pendidikan kesehatan 2. Pemeriksaan jentik nyamuk 3. Penanaman TOGA 4. Kerja bakti Warga Rumah Kepala desa Mahasiswa Warga
  • 52. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh, namun yang paling banyak adalah paru-paru. Kuman TBC tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman beradadalam sifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan TBC aktif kembali. Selain itu kuman ini juga bersifat aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Peran perawat kesehatan yang paling utama yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan di komunitas. Salah satu fungsi peran perawat komunitas yaitu memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di komunitas. 4.2 Saran Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
  • 53. DAFTAR PUSTAKA Compston,Juliet.2016.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat. Corwin, Elizabet J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. Cosman, Felicia. 2019. Osteoporosis: Panduan Lengkap agar Tulang Anda Tetap Sehat. Solo: Bintang Pustaka. Handayani, Sri, dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal”. Jakarta : EGC. Junaidi, Iskandar. 2017. Osteoporosis. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Lane, Nancy E. 2001. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis. Jakarta : Fajar. Muttaqin, Arif. 2018. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Nurarif, A.H &Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta : MediaAction. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2015. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1. Edisi 6. Jakarta : EGC. Efendi Ferry, Makhfudli. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika : Yogyakarta Mubarak Faisalado Candra widyanto (2016) Keperawatan komunitas dengan pendekatan praktis Nuha medika : Yogyakarta Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC