Dokumen tersebut membahas tentang pakaian yang dipakai oleh Nabi Muhammad SAW. berisi beberapa hadits yang menjelaskan tentang pakaian yang disukai dan dipakai Nabi seperti warna putih dan hijau serta panjang pakaian.
1. I. PENDAHULUAN
Pakaian dikenakan oleh seorang muslim maupun muslimah sebagai ungkapan ketaatan dan
ketundukan kepada Allah, karena itu berpakaian bagi seorang muslim memiliki nilai ibadah.
Karena itu dalam berpakaian ia pun mengikuti aturan yang ditetapkan Allah.
Manusia dengan segala peradabannya memiliki naluri untuk mengembangkan apa yang ada,
termasuk dalam perkembangan model pakaian. Tidak bisa dipungkiri lagi model pakaian yang
ada di era globalisasi ini banyak menyadur dari dunia barat. Tapi umat Islam haruslah tetap
bercermin terhadap syari’at Islam yang Rasulullah lah yang menjadi suri tauladannya, tidak
mengabaikan apa yang menjadi batasan-batasan berpakaian sesuai syari’at Islam.
Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut tentang segala yang berhubungan dengan tema makalah
ini yakni “Pakaian”. Adapun yang akan diuraikan adalah pengertian dari pakaian, syarat-syarat
berpakaian menurut syari’at Islam, fungsi dari pakaian,warna pakaian yang disukai Rasulullah
serta etika dalam berpakaian.
II. HADITS
َعنِْاَننع نََنانٍعَقَ:قِاَناَِعوِل :ِنٍَق َن نَنَعِهان نَعِمعلنبعِمنعم :َنِنعمَنك نمَنكع بََنٍنَعِوِاَعنوَِعَ:قِانَاَِع ِاانكعوِل
مََمََقهالِفعََقنٍاَاكَو عاَكامهعَاَ: نَو نلَعنْاِنَ :طبِان نَ2]2
Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “pakailah pakaian
berwarna putih. Karena pakaian putih adalah pakaian yang paling baik. Dan kafanilah orang
yang meninggal dengan kain putih.”(H.R Abu Daud dan Tirmidzi)[3]
عِانَعنوَنَعنَنََعْعن نَنَعِهان نَعِمعلنبعِمنعم :َنِع:ُْنَنِع نعمَنكعِْع:هنطَع:معك ِ نِعْعكِهللاانْعَقهَنَن ِِهعن ل ِِععكَِينا نَعِهان
َعمََمََقهالِفعاَِطَمبضاخ بعاََِتعَاَِينناح4]4[َك
Artinya: Dari Abu Rimtsah Rifaah at-taimiy R.A. Ia berkata: “saya pernah melihat Rasulullah
SAW.memakai dua baju yang hijau”(H.R Abu Daud dan Tirmidzi)[5]
ع:هنطَع:معك ِ نِع باِاَنمعنوَنَ :عاََِتعع:وَنم نَعلْنلَعنهللاَِعِهان نَنَعنْقنلعِخهناعَقنََنَنعلنكنمَعن نَنَعِهان نَع:معلنبعِمنعم :َنِعَي
]66مََمَو
Artinya: Dari Jabir R.A., ia berkata:”ketika Rasulullah SAW. memasuki kota makkah pada hari
penaklukannya, beliau memakai sorban hitam”(H.R Abu Daud).[7]
َن نَنَعِهان نَع:منعلنبعكٍِعَقطِنوَعِهاِانَعنوَعِمِعٍنََعاوعِقَِنَعنوَِعمََنِعكِانَاوع َُِ َِنََِقعٍنَعنوَععكِنع:مَنٍَِعَا نمَنك
عنُعَنقعِونلنانامكَْعنْطِلانمعوِعلِْنلَعنهللاََِقنَع ِ اِهللانيَقنَ َِِنِْ ََمََم عاَكامهعَاِْنلَعناِيعَقنَ نُعِهانقنَعِم:ا:و8][ط
2. Artinya: Dari Abdul Aziz bin Abu Ruwad, dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, dari Nabi SAW
bersabda:” hendaknya dipanjangkaan sarung, baju, dan sorban, barang siapa memanjangkan
sesuatu darinya karena sombong Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” (H.R Abu
Daud)
ع:هُنَنِععنينقنَيَعَ :اانلعنَن نَنَعِهاي نَع:معلنبعِمنعم :َنِعنَين ع نمَنكع:هنطَ:عمعك ِ نِع ِقنانٍعَقنوَنَع:ُْنَنَِعنلعنوَناهللانءبعْ :ءعكِنع:ه
عَينكعيمناْ َمََم عاَكامهعَا:هطِعلوننِءنَ[9]9
Artinya: Dari Al Barra bin Azib R.A., ia berkata: “Tubuh Rasulullah SAW. berukuran sedang.
Saya pernah melihat beliau mengenakan kain merah, dan belum pernah melihat orang yang
lebih tampan dari beliau.”(H.R Abu Daud)[10]
َعِانَععٍنا ننعَ: عنءنَنعلنَنهانََعن َِنعمَنكَعن نَنَعِهان نَع:معلنبعِمنعم :َنِعينَع عنكناُنا:ْعكِانَعنوَعِمَنهللاِبنَقِاعَنعٍناَقنننعْنَناَن ِ نَعِواِهللاناق
:اَكامهعَوْنَط:َُنهللا:ْنا ِْكنَع:لنَنهط:ُعنَهللا:ْنقعَنَهعِطِهللاناعَق::وقنهَقنَِوع ثعء ُِهعَِْءع ا َع َمعَا هالِفعَك َمََمََق
]11اخَو بض 11
Artinya: dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda” kalau kamu memakai
sandal, pasang yang kanan terlebih dahulu tetapi kalau membukanya yang kiri buka dahulu, jadi
yang kanan adalah pertama dipasang dan yeng kiri terakhir dibuka.”(HR Abu Daud dan
Tirmidzi, dan Abu Isa berkata ini hadits hasan shahih).
III. PEMBAHASAN
A.Pengertian Pakaian dan Aurat
1. Pengertian Pakaian
Huruf lam ل ,ba’ب dan sin سadalah tiga huruf asli yang menunjuk pada pengertian tutup atau
menutupi. Secara denotatif kata al-libas سابلا berarti pakaian yang dikenakan.
2. Pengertian Aurat
Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh dibuka untuk diperlihatkan. [12]Karena aurat
adalah sesuatu yang harus dijaga oleh setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan maka ini
adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijalankan oleh setiap umat Islam. Sesuatu yang baik
akan tetap apik ketika dapat dijaga.
B.Syarat-syarat berpakaian menurut syari’at Islam
Pakaian merupakan salah satu nikmat dan penghormatan yang diberikan Allah kepada anak
cucu Adam. Barang siapa mensyukuri nikmat ini, maka dia telah berada dalam batas-batas aturan
yang diperbolehkan kepadanya.
Hukum berpakaian ada tiga yaitu wajib, sunnah dan haram. Hukumnya wajib jika untuk
menutupi aurat, hukumnya sunnah jika dengan berpakaian itu menjadikannya lebih menarik dan
indah dan haram hukumnya karena ada larangan dari Rasulullah.
Pakaian ada dua macam, yaitu pakaian khusus perempuan dan pakaian khusus laki-laki.
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam mengenakan pakaian bagi perempuan, yaitu
3. 1. Menutupi seluruh anggota tubuh kecuali bagian-bagian tertentu yang boleh diperlihatkan.
2. Pakaian itu tidak menjadi fitnah pada dirinya.
3. Pakaian itu tebal dan tidak transparan sehingga bagian dalam tubuh tidak terlihat
4. Pakaian tersebut tidak ketat atau sempit sehingga tidak membentuk lekukan- lekukan tubuh
yang dapat menimbulkan daya rangsang bagi laki-laki.
5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir
7. Tidak terlalu berlebihan atau mewah
Mengenai pakaian laki-laki juga ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu
1. Pakaian tidak terbuat dari sutera murni
2. Tidak berlebihan atau mewah
3. Tidak menyerupai pakaian wanita
4. Tidak memberikan gambaran bentuk tubuh atau aurat dan tidak perlu memperlihatkannya.
5. Hendaknya panjang pakaian tidak melebihi kedua mata kaki. [13]
C. Fungsi pakaian
Untuk memahami kembali fungsi-fungsi busana, dapat diperjelas lagi ilustrasi berikut:
1. Busana Sebagai Penutup Aurat
Aurat dalam al-Qur’an disebut sau’at yang terambil dari kata sa’a, yasu’u yang berarti buruk, tidak
menyenangkan. Kata ini sama maknanya dengan aurat yang terambil dari kata ar yang berarti onar, aib,
tercela. Keburukan yang dimaksud tidak harus dalam arti sesuatu yang pada dirinya buruk, tetapi bisa
juga karena adanya faktor lain yang mengakibatkannya buruk. Tidak satu pun dari bagian tubuh yang
buruk karena semuanya baik dan bermanfaat termasuk aurat. Tetapi bila dilihat orang, maka
“keterlihatan” itulah yang buruk.
2. Fungsi Busana sebagai Perhiasan
Perhiasan merupakan sesuatu yang dipakai untuk memperelok (memperindah). Tentunya
pemakaiannya sendiri harus lebih dahulu menganggap bahwa perhiasan tersebut indah, kendati orang
lain tidak menilai indah atau pada hakikatnya memang tidak indah. Al-Qur’an tidak menjelaskan apalagi
merinci apa yang disebut perhiasan, atau sesuatu yang “elok”. Sebagian pakar menjelaskan bahwa
sesuatu yang elok adalah yang menghasilkan kebebasan dan keserasian. Kebebasan haruslah disertai
tanggung jawab, karena keindahan harus menghasilkan kebebasan yang bertanggung jawab. Tentu saja
pendapat tersebut dapat diterima atau ditolak sekalipun keindahan merupakan dambaan manusia.
Namun harus diingat pula bahwa keindahan sangat relatif, tergantung dari sudut pandang masing-
masing penilai.
Hakikat ini merupakan salah satu sebab mengapa al-Qur’ân tidak menjelaskan secara rinci apa yang
dinilainya indah atau elok. Wahyu kedua yang dinilai oleh ulama sebagai ayat-ayat yang mengandung
informasi pengangkatan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasul antara lain menuntunnya agar menjaga
dan terus-menerus meningkatkan kebersihan pakaiannya (Q.S. al-Mudatsir (74): 4). Memang salah satu
unsur multak keindahan adalah kerbersihan. Itulah sebabnya mengapa Nabi Muhammad S.a.w. senang
memakai pakaian putih, bukan saja karena warna ini lebih sesuai dengan iklim Jazirah Arab yang panas,
melainkan juga karena warna putih segera menampakkan kotoran, sehinga pemakaiannya akan segera
terdorong untuk mengenakan pakaian lain yang bersih.[14]
D. Warna Pakaian yang Paling Disukai Nabi
4. Warna pakaian yang disukai oleh Nabi saw adalah hijau karena warna ini merupakan warna pakaian
disurga. Ada yang mengatakan bahwa memandang kehijauan dan air yang mengalir dapat menguatkan
pengllihatan. Karena hasiatnya itulah, warna hijau menjadi warna yang paling dsukai oleh rasulullah.
Ibnu Baththal menngatakan, “Dengan Rasuliullah menyukainya saja sudah cukup bagi warna ini
kemuliaan dan alasan disukai.” Qatadah menuturkan, “Suatu hari kami pergi bersama Anas r.a kesuatu
tempat. Lalu ketika kami sampai disana seseorang berujar, ‘Betapa indah kehijauan ini.’ Maka ketika itu
Anas berkata, ‘kita sudah pernah membicarakan bahwa warna yang paling disukai oleh Nabi SAW.
adalah hijau.”[15]
E. Etika berpakaian
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, atau adat kebiasaan yang mana etika
berhubungan erat dengan konsep penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah
dilakukan. Dalam berpakaian ada beberapa etika yang harus diperhatikan oleh seorang muslim,
diantaranya:
1. Membaca doa
2. Disunnahkan untuk mendahulukan anggota tubuh yang bagian kanan dalam mengenakan pakaian
3. Memakai pakaian yang rapi dan sopan yang sesuai dengan tempat
4. Disunnahkan melepaskan pakaian dari sebelah kiri.
Jadi dalam mengenakan pakaian tidak hanya sekedar langsung memakai pakaian tersebut, melainkan
ada beberapa aturan-aturan yang harus diperhatikan sebelumnya.
Sangat dianjurkan memakai pakaian dari sebelah kanan lalu sebelah kiri, dan melepaskannya dari
sebelah kiri lalu kanan. Dan sebenarnya tidak hanya dalam hal berpakaian saja tapi dalam mengerjakan
semua hal sanagat dianjurkan melakukannya dengan yang kanan terlebih dahulu, seperti, makan, wudlu,
hingga memakai sandal pun harus didahulukan yang kanan, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Daud dan Tirmidzi tentang tata cara mengenakan sandal. Bahwa itu merupakan mengarahkan
segala sesuatunya, menuju ke yang sebelah kanan. Dimana sebelah kanan, merupakan perlambang dari
"Ashabul yamin", golongan kanan, atau golongan yang baik. Dan sebelah kiri umumnya adalah
perlambang dari "Ashabul shima", atau golongan kiri, atau golongan yang menjadi lawan dari baik.
Pahamilah perlambang "KANAN" dan "KIRI" ini, bahwa itu merupakan pemahaman secara tersirat,
bahwa semua tindakan kita, laku kita, akhlak kita, haruslah diarahkan pada hal-hal yang baik, yaitu
golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk Allah dan mengerjakannya.
[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Depag RI, 2007), hlm.376.
[2] Imam al-hafidz Abi Daud Sulaiman al-Asyats, Sunan Abi Daud ,(Beirut,darul kutub al-ilmiyah,1416H,
Juz 3), hlm.54.
[3] Achmad Sunarto, Riyadhus Shalihin, terj.Riyadhus shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf
An-Nawawi(Jakarta:Pustaka Amani:1999), jilid 1, hlm. 705
[4] Jamaluddin asy-syuyuthi,Sunan an-nasa’i,(Beirut,darul kutub al-ilmiyah.t.t, Juz 7).hlm.204.
[5] Achmad Sunarto, Riyadhus Shalihin, terj.Riyadhus shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf
An-Nawawi(Jakarta:Pustaka Amani:1999), jilid 1, hlm. 707
[6]Imam al-hafidz Abi Daud Sulaiman al-Asyats, Sunan Abi Daud ..., hlm57.
5. [7]Achmad Sunarto, Riyadhus Shalihin, terj.Riyadhus shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf
An-Nawawi(Jakarta:Pustaka Amani:1999), jilid 1, hlm. 707
[8] Imam al-hafidz Abi Daud Sulaiman al-Asyats, Sunan Abi Daud...,hlm.62
[9] Imam al-hafidz Abi Daud Sulaiman al-Asyats, Sunan Abi Daud...,hlm.56.
[10] Al-imam abu zakaria yahya bin syaraf an nawawi,terbitan darul fikr,beirut t.t. Penerjemah achmad
sunarto,pustaka amani ,jakarta cet.IV.jlid 1,hlm 706.
[11] Imam al-hafidz Abi Daud Sulaiman al-Asyats, Sunan Abi Daud...,hlm.72
[12] Muhammad Sahrur, Metodologi Fiqh Islam Kontenporer, (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2008) hlm.485-
486.
[13] Syaikh Sa’ad Yusuf Abu Aziz,Buku Pintar Sunnah dan Bid’ah,(Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar,t.t),
hlm448-452.
[14] Diaz Corner, Fungsi Pakaian Dalam Ajaran Islam, http://diaz2000.multiply.com/ diunduh pada hari
minggu,25-11-2012 pukul 10.35 WIB
[15]Nur Faizah Dimyathi, Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad saw. Wa Maadza Yukhrihu, Trj. , Maadza
Yuhibbu an Nabi Muhammad saw. Wa Maadza Yukhrihu, Oleh AdnanTharsyah (Jakarta, Gema Insani,
2006), hlm. 583