1. B Pembahasan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Post Op
Laparatomi POD III a/i Ileus Obstruksi Parsial di Ruangan Kemuning Bedah
Umum Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, yang telah di berikan melalui
pendekatan proses keperawatan selama tiga hari, penulis akan membahas
mengenai kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan yang penulis
temui.
1 Tahap Pengkajian
Secara konsep data-data yang didapatkan pada klien dengan Post Op
Laparatomi POD III a/i Ileus Obstruksi Parsial ditemukan adanya
keluhan nyeri pada luka post operasi dan sedangkan keluhan yang
ditemukan pada Tn. A dengan Post Op Laparatomi POD III a/i Ileus
Obstruksi Parsial juga ditemukan nyeri pada daerah luka bekas oprasi
yaitu pada daerah abdomen bekas post op, hal ini sesuai dengan
konsep teori yang ada.
a Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara secara “ Head To Toe ”
namun dituangkan secara persistem, adapun data – data fokus yang
diperoleh saat pemeriksaan pada klien dengan Post Op Laparatomi
POD III a/i Ileus Obstruksi Parsial adalah sebagai berikut :
1; Sistem Pencernaan
Pada pengkajian sistem pencernaan pada Tn. A tidak ditemukan
penyimpangan, karena hasil yang didapatkan sesuai dengan konsep
1
2. yaitu : terdapat luka post op laparatomi, nyeri tekan pada luka post
op, maupun paristaltik usus yang menurun. Hal ini sesuai dengan
praktek dimana terdapat luka post op laparatomi pada daerah
abdomen, nyeri pada luka post op, dan penurunan paristaltik usus.
2; Sistem Muskuloskeletal
Pada Tn. A ditemukan adanya keterbatasan gerak akibat adanya
luka post op. Hal ini pun sesuai dengan konsep yang ada dimana
pada pasien dengan post op laparatomi ditemukan keterbatasan
gerak akibat luka post op.
3; Sistem Integumen
Pada Tn. A ditemukan luka post op laparatomi pada daerah
abdomen. Selain itu keadaan kulit klien juga kotor dan lengket,
rambut kusam dan berketombe, kuku panjang dan kotor, serta
keadaan gigi kotor dan mulut yang bau ini dikarenakan klien belum
pernah melakukan perawatan diri karena keterbatasan gerak dan
nyeri saat melakukan aktifitas. Hal ini juga sesuai dengan konsep
yang telah ada.
b Pola aktivitas sehari – hari
Pada klien Tn. O tidak mengalami gangguan dalam asupan nutrisi,
selain itu intake cairan juga adekuat. Hanya saja klien masih
bermasalah pada personal hygiene dan aktivitas gerak di mana
terjadinya keterbatasan aktivitas akibat luka post op. Tetapi setelah 3
hari penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A klien sudah
2
2
3. dapat melakukan perawatan diri dan aktivitas gerak secara mandiri
tanpa bantuan. Untuk eliminasi BAB klien sudah kembali normal yaitu
klien sudah bisa BAB seperti semula hanya untuk eliminasi BAK klien
masih melalui kateter tetapi hal tersebut menurut klien sudah bukan
masalah lagi dikarenakan klien sudah terbiasa BAK melalui selang
sebelumnya.
c Aspek Psikologis
Pada Tn. A ditemukan terdapat ansietas terhadap penyakitnya. Tn. A
selalu bertanya mengenai penyakit yang dialaminya penyakit yang
dialaminya dan Tn. A selalu tampak gelisa dengan kondisinya saat ini.
Hal ini sesuai dengan konsep yang ada, yaitu biasanya klien
mengalami kecemasan yang diakibatkan kurangnya pengetahuan klien
tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan serta dampak
dari penyakitnya.
2 Diagnosa Keperawatan.
Adapun masalah keperawatan yang penulis dapatkan dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan post operasi laparatomi yang sering
muncul, antara lain :
a Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
b Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
c Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pasca operasi (puasa)
3
4. d Perubahan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan tindakan bedah.
e Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan
keterbatasan gerak.
f Defisit perawatan diri kurang berhubungan keterbatasan gerak dan
kelemahan.
g Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka
operasi.
h Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
gangguan sistem pencernaan post op laparatomi selama 3 hari, penulis
mengangkat beberapa diagnosa yang terdiri dari :
a Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
c Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
d Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
e Ansietas berhubungan kurang terpaparnya informasi
Masalah keperawatan yang tidak muncul pada kasus sesuai dengan
teori adalah :.
a Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
b Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pasca operasi (puasa)
4
4
5. c Perubahan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan tindakan bedah.
Perbedaan tersebut diatas disebabkan oleh respon yang berbeda
antara setiap individu dan pengalaman yang sudah ada terhadap suatu
penyakit atau suatu prosedur tindakan (operasi). Pada Tn. A tidak terjadi
gangguan perubahan nutrisi dikarenakan klien tidak mengalami mual
muntah, serta masa indeks tubuh klien berada pada keadaan normal.
Diagnosa selanjutnya yang tidak diangkat adalah devisit volume
cairan. Diagnosa ini tidak diangkat karna pada Tn. A tidak menunjukan
pnurunan volume cairan misalnya turgor kulit yang buruk, mukosa bibir
yang kering, dll.
Untuk diagnosa perubahan pola eliminasi (BAB) tidak diangkat karena
pola eliminasi pada Tn. A tidak mengalami gangguan maupun perubahan.
3 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini rencana keperawatan yang penulis rancang sesuai dengan
data – data fokus yang menunjukkan terjadinya kesenjangan yang
ditemukan saat pengkajian. Pada tahap ini penulis dapat menetapkan
perencanaan karena ada faktor pendukung sebagai berikut :
a Bimbingan dan arahan dari pembimbing pendidikan maupun ruangan.
b Penulis mencoba untuk mencari buku yang sesuai dengan kasus
termasuk media lainnya.
c Rencana tindakan disesuaikan dengan masalah keperawatan dan
kemungkinan untuk dapat diatasi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
5
6. Pada masalah resiko infeksi penulis mengganti balutan klien
setiap hari (1 kali sehari), memberikan antibiotik Cefotaxim 2x 1 gram
IV sesuai order, selalu menjaga sterilitas dari alat yang akan
digunakan untuk mengganti balutan luka klien. Penulis membantu
klien dalam merawat kebersihan diri klien (personal hygiene) seperti ;
membantu klien keramas, dan potong kuku. Penulis juga memberikan
analgetik Ketorolac 2x 1 mg/Drips sesuai order, mengatur posisi tidur
klien (semi fowler) untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi
rasa nyeri. Selain itu juga penulis memberikan penkes tentang
manajemen nyeri non farmakologi.
4 Tahap Pelaksanaan
Selama pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan penulis dapat
melakukan semua tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, karena didukung oleh faktor faktor sebagai berikut :
a Peran serta keluarga klien yang mau terlibat dalam asuhan
keperawatan
b Bimbingan dari para pembimbing
c Kelengkapan alat – alat untuk melakukan tindakan keperawatan yang
telah tersedia.
Pada tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
disusun sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan
yang merupakan suatu pendukung berjalanya tahap pelaksanaan adalah
6
6
7. kerjasama yang baik antara perawat, klien, keluarga yang
memudahkan dalam setiap tindakankeperawatan yang dilakukan.
5 Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Pada tahap ini dapat menunjukkan adanya kemajuan atas keberhasilan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Evaluasi yang
dilakukan penulis selama 3 hari terhadap masalah yang dialami klien tidak
teratasi. Hal ini disebabkan karena studi kasus yang dilakukan dengan
waktu yang sangat terbatas yaitu 3 hari.
Pada tahap evaluasi ini akan diuraikan pencapaian tujuan setelah
asuhan keperawatan dilaksanakan. Selama melakukan asuhan keperawata
selama 3 hari, semua masalah keperawatan klien dapat diatasi. Hal ini
didukung karna kerjasama yang baik antara perawat, klien maupun
keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan. Adapun salah satu
masalah yang telah teratasi selama melakukan asuhan keperawatan namun
masi beresiko untuk dapat terjadi adalah resiko infeksi. Hal ini disebabkan
oleh karna luka post op yang belum sembuh dan klien masih dirawat di
RS.
Jadi pengkajian akhir belum dapat di evaluasi secara tuntas. Pasien
masih sementara dirawat di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung akan tetapi
dengan gambaran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
terlaksananya implementasi ini karena ditunjang oleh sarana dan prasarana
7
8. yang ada, kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan lainnya
8
8