SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn. U dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis Di Ruang C Lantai II
Bedah Umum Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah diberikan
melalui pendekatan proses keperawatan selama lima hari, penulis akan membahas
mengenai kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan yang penulis temui.

A. Tahap Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini penulis menemukan beberapa kesenjangan
diantaranya adalah :
Pola aktivitas sehari-hari klien, secara konsep akan ditemui adanya gangguan
dalam pemenuhan nutrisi yaitu adanya mual akibat dari peningkatan kandung kemih
yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat. Selain itu nyeri juga dapat
merangsang reflek vaso vagal sehingga merangsang pengeluaran HCL lambung
yang berakibat mual semakin meningkat dan klien menjadi anoreksia. Namun
dilapangan, Tn. U tidak mengalami keluhan seperti tersebut, hal ini menunjukkan
bahwa respon manusia itu unik dan berbeda-beda.
Secara konsep pula akan ditemui adanya gangguan pemenuhan eliminasi
BAB : konstipasi akibat dari adanya rasa nyeri pada daerah genetalia dan
ketidaknyamanan karena terpasangnya kateter sehingga menyebabkan klien
mengalami keterbatasan aktivitas, peristaltik usus menurun dan timbullah
konstipasi. Namun kenyataannya dilapangan, Tn. U tidak mengalami konstipasi, hal

77
78

ini disebabkan karena walaupun klien terpasang kateter dan merasakan nyeri tetapi
tiap ada keinginan untuk BAB klien selalu berusaha turun dari tempat tidur untuk
BAB dengan bantuan dari keluarga, sehingga aktifitas klien menjadi meningkat dan
tidak terjadi konstipasi.
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik, penulis mendapatkan kesenjangan
antara teori dengan kasus di lapangan. Perbedaan dan kesenjangan yang penulis
temukan yaitu sebagai berikut:
1. Sistem Perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan pada klien dengan Benigna Prostat
Hiperplasia + Epididimitis secara konsep ditemukan terjadi urgensi frekuensi
berkemih yang sering dan mungkin terbentuknya batu pada saluran kemih
akibat statis urine, tetapi dilapangan tidak ditemukan hal tersebut karena pada
saat pengkajian Tn. U sudah terpasang kateter pada kandung kemih dan untuk
terjadinya batu tidak terjadi, ini mungkin disebabkan karena tindakan yang tepat
dari keluarga yaitu segera membawa klien ke rumah sakit setelah timbulnya
gejala sehingga klien tidak masuk pada tahap lanjut seperti pembentukan batu
dan bahkan sampai terjadinya gagal ginjal kronik.
2. Sistem Pernafasan
Secara konseptual pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan
ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dalam (kussmaul), irama nafas
yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal yang
disebabkan karena klien merasakan nyeri dan mungkin juga dikarenakan karena
terdapat adanya infeksi, hal ini tidak ditemukan dilapangan karena Tn. U belum
mengalami komplikasi yang lebih lanjut dan nyeri pada klien dirasakan hanya
79

sewaktu-waktu sehingga tidak menimbulkan dampak seperti yang tersebut
diatas.
Pengkajian aspek psikologis dan sosial pada klien dengan Benigna Prostat
Hiperplasia dan Epididimitis secara konseptual akan memperlihatkan klien akan
menarik diri dari interaksi sosial berhubungan dengan terjadinya perubahan pola
eliminasi bagi klien yang terpasang kateter atau bahkan karena penurunan fungsi
seksual. Namun hal tersebut tidak ditemukan di lapangan, Tn. U tidak mengalami
gangguan psikologis dan sosial yang ditimbulkan, hal ini terjadi karena koping yang
digunakan klien dalam menghadapi masalah penyakitnya efektif, adanya dukungan
yang positif dari keluarga dan kerabatnya, serta perasaan yang sudah menerima
terhadap keadaannya membuat klien tidak menarik diri.
Secara konsep terdapat tujuh diagnosa yang mungkin timbul pada klien dengan
Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis, yaitu :
1. Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, ketidakmampuan kandung kemih berkontraksi secara
adekuat, pemasangan kateter.
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi
kandung kemih, infeksi urinaria.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi
ginjal.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, adanya obstruksi
dan statis urine.
5. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri, adanya
keinginan untuk berkemih.
80

6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kemungkinan prosedur
pembedahan.
7. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Pada kasus Tn. U penulis menemukan enam diagnosa keperawatan yang
ditunjang oleh data hasil pengkajian, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya pendesakan sel-sel
syaraf oleh urine pada daerah vesika urinaria akibat BPH.
2.

Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya port de
entry mikroorganisme akibat dari pemasangan kateter dan infus.

3.

Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene berhubungan
dengan adanya keterbatasan aktivitas.

4.

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
teraktivasinya RAS diformatio retikularis.

5.

Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan pemasangan
kateter.

6.

Gangguan rasa aman : cemas sedang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit klien.
Apabila dibandingkan secara konseptual dengan kasus Tn. U terdapat dua

diagnosa keperawatan yang seharusnya muncul secara teoritis yaitu : diagnosa
keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
fungsi ginjal dan diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan. Diagnosa keperawatan resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal tidak muncul pada
81

Tn. U karena tidak ada data yang mendukung bahwa ginjal mengalami penurunan
fungsi yang ditandai dengan seimbangnya intake dan output cairan pada klien. Pada
Tn. U tidak terdapat hal tersebut sehingga penulis tidak mengangkatnya sebagai
sebuah masalah keperawatan pada Tn. U. Untuk diagnosa keperawatan kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan yang tidak
muncul ada kasus Tn. U dikarenakan penulis mengintegrasikan kedalam diagnosa
gangguan rasa aman : cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga terhadap penyakit klien. Hal ini karena kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga Tn. U menjadikan perasaan cemas dan khawatir sehingga penulis
menggabungkan diagnosa keperawatan cemas dan kurangnya pengetahuan secara
konsep menjadi satu diagnosa keperawatan. Terdapat satu diagnosa keperawatan
yang tidak terdapat dalam konsep tetapi muncul pada kasus Tn. U yaitu diagnosa
keperawatan

gangguan

pemenuhan

kebutuhan

ADL

:

personal

hygiene

berhubungan dengan adanya keterbatasan aktivitas. Hal ini dikarenakan data yang
ada pada klien sangat mendukung untuk ditegakkannya diagnosa tersebut, selain itu
juga intervensi dan kriteria hasil yang akan dilakukan pada diagnosa ini saling
mendukung terhadap proses penyembuhan klien.

B. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis merencanakan tindakan keperawatan menurut
diagnosa yang muncul pada Tn. U, disesuaikan dengan kondisi, situasi dan
kemampuan klien ataupun keluarga, serta disesuaikan dengan sarana dan prasarana
yang tersedia di ruangan. Dalam perencanaan secara konseptual untuk diagnosa
keperawatan resiko infeksi tidak terdapat rencana tindakan kolaborasi untuk
pemberian tranfusi, ganti alat tenun setiap hari dan anjurkan klien untuk
82

mengkonsumsi protein dan kalori, tetapi dalam perencanaan pada kasus Tn. U
penulis merencanakan untuk melakukan hal tersebut diatas karena data yang ada
sesuai hasil pengkajian membutuhkan hal tersebut yaitu Hb klien 9,4 gr/dl,
sehingga diharapkan dengan tranfusi, penggantian alat tenun dan diet TKTP Hb dan
daya tahan tubuh klien meningkat sehingga dapat meminimalkan terjadinya infeksi.
Dalam perencanaan secara konsep untuk diagnosa keperawatan perubahan pola
eliminasi BAK tidak terdapat rencana berikan penjelasan kepada klien tentang
indikasi dilakukan pemasangan kateter dan pemasangan kateter tidak untuk
selamanya, tetapi dalam kasus Tn. U penulis merencanakannya karena sesuai
dengan data saat pengkajian yaitu klien dan keluarga bertanya kepada perawat
apakah BAKnya akan kembali normal. Tujuan dari rencana ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien dapat beadaptasi
terhadap perubahan pola berkemihnya.
Selain itu, untuk perencanaan diagnosa gangguan rasa aman : cemas sedang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
klien, penulis melakukan penggabungan perencanaan antara diagnosa gangguan
rasa aman : cemas berhubungan dengan kemungkinan prosedur pembedahan dan
kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan,
rencana ini juga disesuaikan dengan kondisi dan keadaan klien beserta keluarga.

C. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan penulis
mengalami beberapa hambatan karena ada perencanaan tindakan keperawatan yang
tidak bisa dilaksanakan pada klien. Secara konsep penggantian alat tenun harus
83

dilaksanakan tiap hari untuk mencegah adanya kuman yang menempel di alat tenun
sehingga memungkinkan terjadinya infeksi, tetapi dalam pelaksanaannya penulis
tidak dapat melakukan hal tersebut, hal ini dikarenakan keterbatasan peralatan yang
ada diruangan. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mencari alternatif tindakan
keperawatan lain yang bisa dilaksanakan, yaitu dengan tetap menjaga kebersihan
dan selalu merapikan alat tenun klien setiap hari.
Kesulitan lain yang penulis alami adalah mengobservasi keluaran urine pada
sore dan malam hari, dan tidak adanya dokumentasi mengenai keluaran urine klien
setiap shif. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis mencari alternatif lain yaitu
dengan menganjurkan kepada keluarga untuk tidak membuang urine selama 24 jam
sampai penulis mengobservasinya.
Dalam tahap pengkajian sampai pelaksanaan penulis memperoleh dukungan
sehingga dapat memperlancar proses tersebut, yaitu :
1. Adanya respon yang positif dari klien dan keluarga terhadap penulis sehingga
dapat terbina rasa percaya yang dapat memudahkan untuk proses pengumpulan
data.
2. Adanya dukungan dan bimbingan dari pembimbing, baik pihak ruangan
maupun dari institusi pendidikan.
3. Adanya dukungan dari perawat ruangan sehingga dalam melakukan pengkajian
sampai pelaksanaan bisa menggunakan fasilitas yang ada di ruangan.
84

D. Tahap Evalusi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk
menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada tahap ini penulis
melakukan penilaian dari respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Dari semua masalah yang ada dalam susunan diagnosa keperawatan pada
Tn. U, semua diagnosa keperawatan dapat diatasi sesuai dengan kriteria waktu
yang telah ditetapkan. Hal ini dimungkinkan karena respon klien yang baik dalam
menerima prosedur perawatan dan pengobatan, juga motivasi untuk sembuh dari
klien yang sangat mendukung dalam proses perawatan. Selain itu juga dapat
disebabkan karena tepatnya perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada klien
sehingga dapat meningkatkan kondisi dan status kesehatan klien dalam waktu yang
singkat.

More Related Content

What's hot

Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatansehunrima
 
NURSING DIAGNOSIS (NANDA)
NURSING DIAGNOSIS (NANDA)NURSING DIAGNOSIS (NANDA)
NURSING DIAGNOSIS (NANDA)Amalia Senja
 
Askep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswAskep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswnurulrachma0
 
Kb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternal
Kb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternalKb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternal
Kb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternalpjj_kemenkes
 
Ppt diagnosa keperawatan
Ppt diagnosa keperawatanPpt diagnosa keperawatan
Ppt diagnosa keperawatanRezza Putri
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanSulistia Rini
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanUllank Stira
 
Dokumentasi diagnosa keperawatan.ppt saji
Dokumentasi diagnosa keperawatan.ppt sajiDokumentasi diagnosa keperawatan.ppt saji
Dokumentasi diagnosa keperawatan.ppt sajiSumi Tarigan
 
Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia
Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia
Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia dwirani amelia
 
Dokumentasi intervensi keperawatan
Dokumentasi intervensi keperawatanDokumentasi intervensi keperawatan
Dokumentasi intervensi keperawatanAmalia Senja
 

What's hot (20)

Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Karlis maya
Karlis mayaKarlis maya
Karlis maya
 
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
 
Makalah metodologi keperawatan
Makalah metodologi keperawatanMakalah metodologi keperawatan
Makalah metodologi keperawatan
 
NURSING DIAGNOSIS (NANDA)
NURSING DIAGNOSIS (NANDA)NURSING DIAGNOSIS (NANDA)
NURSING DIAGNOSIS (NANDA)
 
Askep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswAskep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpsw
 
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
 
Kb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternal
Kb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternalKb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternal
Kb 2 rujukan kasus kegawatdaruratan maternal
 
Karlis maya beres
Karlis maya beresKarlis maya beres
Karlis maya beres
 
Ppt diagnosa keperawatan
Ppt diagnosa keperawatanPpt diagnosa keperawatan
Ppt diagnosa keperawatan
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Pawer point
Pawer pointPawer point
Pawer point
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan
 
Dokumentasi diagnosa keperawatan.ppt saji
Dokumentasi diagnosa keperawatan.ppt sajiDokumentasi diagnosa keperawatan.ppt saji
Dokumentasi diagnosa keperawatan.ppt saji
 
Makalah metodologi keperawatan
Makalah metodologi keperawatanMakalah metodologi keperawatan
Makalah metodologi keperawatan
 
Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia
Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia
Kolaborasi dalam Pelayanan Maternal Neonatal di Indonesia
 
Patient Safety 3
Patient Safety 3Patient Safety 3
Patient Safety 3
 
Dokumentasi intervensi keperawatan
Dokumentasi intervensi keperawatanDokumentasi intervensi keperawatan
Dokumentasi intervensi keperawatan
 
Patient Safety 2
Patient Safety 2Patient Safety 2
Patient Safety 2
 

Similar to Bab iv bhb (20)

Bab v bhb
Bab v bhbBab v bhb
Bab v bhb
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab iv AKPER PEMKAB MUNA
Bab iv AKPER PEMKAB MUNA Bab iv AKPER PEMKAB MUNA
Bab iv AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
Copy of pembahasan
Copy of pembahasanCopy of pembahasan
Copy of pembahasan
 
Bab iv. ikhsan
Bab iv. ikhsanBab iv. ikhsan
Bab iv. ikhsan
 
Copy of pembahasan
Copy of pembahasanCopy of pembahasan
Copy of pembahasan
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Bab iii (pembahasan) juli
Bab iii (pembahasan) juliBab iii (pembahasan) juli
Bab iii (pembahasan) juli
 
Bab iii (pembahasan) juli
Bab iii (pembahasan) juliBab iii (pembahasan) juli
Bab iii (pembahasan) juli
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Bab iv. ikhsan
Bab iv. ikhsanBab iv. ikhsan
Bab iv. ikhsan
 
Bab iv anti
Bab  iv antiBab  iv anti
Bab iv anti
 
Sampul
SampulSampul
Sampul
 
Bab 1 bhb
Bab 1 bhbBab 1 bhb
Bab 1 bhb
 
Inkontenensia urin
Inkontenensia urinInkontenensia urin
Inkontenensia urin
 
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Bab iv bhb

  • 1. BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn. U dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis Di Ruang C Lantai II Bedah Umum Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah diberikan melalui pendekatan proses keperawatan selama lima hari, penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan yang penulis temui. A. Tahap Pengkajian Pada tahap pengkajian ini penulis menemukan beberapa kesenjangan diantaranya adalah : Pola aktivitas sehari-hari klien, secara konsep akan ditemui adanya gangguan dalam pemenuhan nutrisi yaitu adanya mual akibat dari peningkatan kandung kemih yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat. Selain itu nyeri juga dapat merangsang reflek vaso vagal sehingga merangsang pengeluaran HCL lambung yang berakibat mual semakin meningkat dan klien menjadi anoreksia. Namun dilapangan, Tn. U tidak mengalami keluhan seperti tersebut, hal ini menunjukkan bahwa respon manusia itu unik dan berbeda-beda. Secara konsep pula akan ditemui adanya gangguan pemenuhan eliminasi BAB : konstipasi akibat dari adanya rasa nyeri pada daerah genetalia dan ketidaknyamanan karena terpasangnya kateter sehingga menyebabkan klien mengalami keterbatasan aktivitas, peristaltik usus menurun dan timbullah konstipasi. Namun kenyataannya dilapangan, Tn. U tidak mengalami konstipasi, hal 77
  • 2. 78 ini disebabkan karena walaupun klien terpasang kateter dan merasakan nyeri tetapi tiap ada keinginan untuk BAB klien selalu berusaha turun dari tempat tidur untuk BAB dengan bantuan dari keluarga, sehingga aktifitas klien menjadi meningkat dan tidak terjadi konstipasi. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik, penulis mendapatkan kesenjangan antara teori dengan kasus di lapangan. Perbedaan dan kesenjangan yang penulis temukan yaitu sebagai berikut: 1. Sistem Perkemihan Pemeriksaan fisik sistem perkemihan pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia + Epididimitis secara konsep ditemukan terjadi urgensi frekuensi berkemih yang sering dan mungkin terbentuknya batu pada saluran kemih akibat statis urine, tetapi dilapangan tidak ditemukan hal tersebut karena pada saat pengkajian Tn. U sudah terpasang kateter pada kandung kemih dan untuk terjadinya batu tidak terjadi, ini mungkin disebabkan karena tindakan yang tepat dari keluarga yaitu segera membawa klien ke rumah sakit setelah timbulnya gejala sehingga klien tidak masuk pada tahap lanjut seperti pembentukan batu dan bahkan sampai terjadinya gagal ginjal kronik. 2. Sistem Pernafasan Secara konseptual pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dalam (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal yang disebabkan karena klien merasakan nyeri dan mungkin juga dikarenakan karena terdapat adanya infeksi, hal ini tidak ditemukan dilapangan karena Tn. U belum mengalami komplikasi yang lebih lanjut dan nyeri pada klien dirasakan hanya
  • 3. 79 sewaktu-waktu sehingga tidak menimbulkan dampak seperti yang tersebut diatas. Pengkajian aspek psikologis dan sosial pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis secara konseptual akan memperlihatkan klien akan menarik diri dari interaksi sosial berhubungan dengan terjadinya perubahan pola eliminasi bagi klien yang terpasang kateter atau bahkan karena penurunan fungsi seksual. Namun hal tersebut tidak ditemukan di lapangan, Tn. U tidak mengalami gangguan psikologis dan sosial yang ditimbulkan, hal ini terjadi karena koping yang digunakan klien dalam menghadapi masalah penyakitnya efektif, adanya dukungan yang positif dari keluarga dan kerabatnya, serta perasaan yang sudah menerima terhadap keadaannya membuat klien tidak menarik diri. Secara konsep terdapat tujuh diagnosa yang mungkin timbul pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis, yaitu : 1. Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat, ketidakmampuan kandung kemih berkontraksi secara adekuat, pemasangan kateter. 2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih, infeksi urinaria. 3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. 4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, adanya obstruksi dan statis urine. 5. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri, adanya keinginan untuk berkemih.
  • 4. 80 6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kemungkinan prosedur pembedahan. 7. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Pada kasus Tn. U penulis menemukan enam diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data hasil pengkajian, yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya pendesakan sel-sel syaraf oleh urine pada daerah vesika urinaria akibat BPH. 2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya port de entry mikroorganisme akibat dari pemasangan kateter dan infus. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan adanya keterbatasan aktivitas. 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan teraktivasinya RAS diformatio retikularis. 5. Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan pemasangan kateter. 6. Gangguan rasa aman : cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit klien. Apabila dibandingkan secara konseptual dengan kasus Tn. U terdapat dua diagnosa keperawatan yang seharusnya muncul secara teoritis yaitu : diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal tidak muncul pada
  • 5. 81 Tn. U karena tidak ada data yang mendukung bahwa ginjal mengalami penurunan fungsi yang ditandai dengan seimbangnya intake dan output cairan pada klien. Pada Tn. U tidak terdapat hal tersebut sehingga penulis tidak mengangkatnya sebagai sebuah masalah keperawatan pada Tn. U. Untuk diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan yang tidak muncul ada kasus Tn. U dikarenakan penulis mengintegrasikan kedalam diagnosa gangguan rasa aman : cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit klien. Hal ini karena kurangnya pengetahuan klien dan keluarga Tn. U menjadikan perasaan cemas dan khawatir sehingga penulis menggabungkan diagnosa keperawatan cemas dan kurangnya pengetahuan secara konsep menjadi satu diagnosa keperawatan. Terdapat satu diagnosa keperawatan yang tidak terdapat dalam konsep tetapi muncul pada kasus Tn. U yaitu diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan adanya keterbatasan aktivitas. Hal ini dikarenakan data yang ada pada klien sangat mendukung untuk ditegakkannya diagnosa tersebut, selain itu juga intervensi dan kriteria hasil yang akan dilakukan pada diagnosa ini saling mendukung terhadap proses penyembuhan klien. B. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan penulis merencanakan tindakan keperawatan menurut diagnosa yang muncul pada Tn. U, disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kemampuan klien ataupun keluarga, serta disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia di ruangan. Dalam perencanaan secara konseptual untuk diagnosa keperawatan resiko infeksi tidak terdapat rencana tindakan kolaborasi untuk pemberian tranfusi, ganti alat tenun setiap hari dan anjurkan klien untuk
  • 6. 82 mengkonsumsi protein dan kalori, tetapi dalam perencanaan pada kasus Tn. U penulis merencanakan untuk melakukan hal tersebut diatas karena data yang ada sesuai hasil pengkajian membutuhkan hal tersebut yaitu Hb klien 9,4 gr/dl, sehingga diharapkan dengan tranfusi, penggantian alat tenun dan diet TKTP Hb dan daya tahan tubuh klien meningkat sehingga dapat meminimalkan terjadinya infeksi. Dalam perencanaan secara konsep untuk diagnosa keperawatan perubahan pola eliminasi BAK tidak terdapat rencana berikan penjelasan kepada klien tentang indikasi dilakukan pemasangan kateter dan pemasangan kateter tidak untuk selamanya, tetapi dalam kasus Tn. U penulis merencanakannya karena sesuai dengan data saat pengkajian yaitu klien dan keluarga bertanya kepada perawat apakah BAKnya akan kembali normal. Tujuan dari rencana ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien dapat beadaptasi terhadap perubahan pola berkemihnya. Selain itu, untuk perencanaan diagnosa gangguan rasa aman : cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit klien, penulis melakukan penggabungan perencanaan antara diagnosa gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kemungkinan prosedur pembedahan dan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan, rencana ini juga disesuaikan dengan kondisi dan keadaan klien beserta keluarga. C. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan penulis mengalami beberapa hambatan karena ada perencanaan tindakan keperawatan yang tidak bisa dilaksanakan pada klien. Secara konsep penggantian alat tenun harus
  • 7. 83 dilaksanakan tiap hari untuk mencegah adanya kuman yang menempel di alat tenun sehingga memungkinkan terjadinya infeksi, tetapi dalam pelaksanaannya penulis tidak dapat melakukan hal tersebut, hal ini dikarenakan keterbatasan peralatan yang ada diruangan. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mencari alternatif tindakan keperawatan lain yang bisa dilaksanakan, yaitu dengan tetap menjaga kebersihan dan selalu merapikan alat tenun klien setiap hari. Kesulitan lain yang penulis alami adalah mengobservasi keluaran urine pada sore dan malam hari, dan tidak adanya dokumentasi mengenai keluaran urine klien setiap shif. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis mencari alternatif lain yaitu dengan menganjurkan kepada keluarga untuk tidak membuang urine selama 24 jam sampai penulis mengobservasinya. Dalam tahap pengkajian sampai pelaksanaan penulis memperoleh dukungan sehingga dapat memperlancar proses tersebut, yaitu : 1. Adanya respon yang positif dari klien dan keluarga terhadap penulis sehingga dapat terbina rasa percaya yang dapat memudahkan untuk proses pengumpulan data. 2. Adanya dukungan dan bimbingan dari pembimbing, baik pihak ruangan maupun dari institusi pendidikan. 3. Adanya dukungan dari perawat ruangan sehingga dalam melakukan pengkajian sampai pelaksanaan bisa menggunakan fasilitas yang ada di ruangan.
  • 8. 84 D. Tahap Evalusi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada tahap ini penulis melakukan penilaian dari respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Dari semua masalah yang ada dalam susunan diagnosa keperawatan pada Tn. U, semua diagnosa keperawatan dapat diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan. Hal ini dimungkinkan karena respon klien yang baik dalam menerima prosedur perawatan dan pengobatan, juga motivasi untuk sembuh dari klien yang sangat mendukung dalam proses perawatan. Selain itu juga dapat disebabkan karena tepatnya perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada klien sehingga dapat meningkatkan kondisi dan status kesehatan klien dalam waktu yang singkat.