2. Membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah
tersebut, serta perkembangannya.
1. Peserta didik mempelajari bagaimana dan mengapa masyarakat lokal/ daerah berkembang
seperti yang ada, bagaimana perkembangan tersebut dipengaruhi oleh situasi/konteks yang lebih besar (nasional dan internasional), serta
memahami apa yang berubah dari waktu ke waktu apa yang tetap sama.
2. Peserta didik juga mempelajari konsep dan nilai-nilai dibalik kesenian dan tradisi lokal, serta merefleksikan nilai-nilai apa yang dapat
diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka.
3. Peserta didik juga belajar untuk mempromosikan salah satu hal yang menarik tentang kesenian budaya dan nilai-nilai luhur yang dipelajarinya
Beberapa bentuk kearifan lokal seperti kesenian (tari jaran kepang, tari kubro siswo, tari topeng ireng), tradisi, artefak budaya, produk kesenian
dan kerajinan merupakan warisan leluhur yang sangat bernilai. Kearifan lokal ini sudah ada sejak ribuan tahun dan diciptakan untuk beragam
tujuan, di antaranya untuk menjaga sumber daya alam dan sumber daya lokal. Namun, generasi yang hidup di masa sekarang umumnya
kurang memahami makna kearifan lokal ini sehingga tantangan yang terjadi di masa sekarang terkait sumber daya alam dan sumber daya
lokal seolah datang begitu saja tanpa ancang- ancang. Padahal beberapa nilai kearifan lokal sendiri memiliki potensi untuk mencegah masalah
yang ada terjadi (preventif).
Projek ini dimulai dengan tahap temukan, peserta didik diajak untuk mengenali bentuk dan fungsi kearifan lokal yang ada di beberapa daerah
di Indonesia. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan menemukan hubungan antara identitas diri, identitas budayanya, dan belajar untuk
memahami bahwa identitas adalah sebuah konsepsi yang dinamis dan selalu berubah. Berangkat dari pemahaman tentang identitas ini,
peserta didik membongkar asumsinya terhadap identitas budaya yang ada di wilayahnya maupun budaya orang lain. Dengan demikian,
diharapkan peserta didik dapat menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan kearifan lokal sebuah kelompok masyarakat. Tahap ini ditutup
dengan menemukan masalah atau tantangan yang terjadi di sekitarnya yang memiliki kait dengan sumber daya alam atau sumber daya lokal.
Setelah itu projek dilanjutkan dengan tahap bayangkan, dimana pada tahap ini peserta didik diajak untuk melihat langsung bagaimana bentuk
kearifan lokal yang ada di wilayahnya. Dari sini peserta didik diminta untuk mengkritisi hubungan antara bentuk kearifan lokal yang ditemukan
dan fungsinya bagi masyarakat. Tahap ini diakhiri dengan membayangkan kondisi impian yang peserta didik harapkan terjadi pada
lingkungannya dan kearifan lokal yang ada di wilayahnya.
Projek dilanjutkan dengan tahap lakukan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk menggaungkan kearifan lokal yang ditemui dan
bermakna bagi peserta didik sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang ia miliki. Lalu, projek diakhiri dengan tahap bagikan, di mana
seluruh peserta didik membagikan pengetahuannya akan kearifan lokal kepada warga sekolah, guru, dan perwakilan masyarakat.
Melalui projek ini, peserta didik diharapkan telah mengembangkan tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu Bernalar Kritis, Berkebinekaan
Global, dan Kreatif yang akan dijabarkan pada halaman berikutnya.
Tujuan, Alur,
dan Target
Pencapaian
Projek
3. Tahapan dalam projek“Pelestarian SeniBudaya dan TradisiLokalKabupatenMagelang
Tahap Pendahuluan: Mengenali dan membangun kesadaran murid terhadap pengetahuan lokal
1
Pengantar Materi Kearifan
Lokal
2
Bentuk dan Fungsi Kearifan
Lokal
3
Budaya dan Tradisi Lokal
4
Budaya lokal dan
Globalisasi
5
Budaya dan tradisi di Sekitarku
Tahap Metode: Menggali bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada di wilayah masing-masing
6
Menggali Budaya dan
tradisi di sekitarku
7
Pemilihan Topik
8
Pengenalan karakter dan ciri
Budaya dan tradisi lokal
Tahap Aksi Nyata : Melakukan kajian dan Observasi terhadap topik yang di pilih
9
Pembuatan Instrumen dan
Pedoman Observasi
10
Refleksi Terbimbing
11
Observasi Tahap I
Tahap Bagikan: Menggenapi proses dengan membuat laporan dan paparan kepada pembimbing dan Unjuk karya
12
Penyusunan Laporan
Observasi Budaya
13
Evaluasi dan Refleksi
14
Unjuk Karya
4. Dimensi Profil
Pelajar Pancasila
Terkait
Sub-elemen Profil Pelajar Pancasila Target Pencapaian di akhir Fase E (SMA, Usia 16-18 tahun)
pelajar
Aktivitas Terkait
Bernalar Kritis
Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan
mengolah informasi dan gagasan
Secara kritis mengklarifikasi serta menganalisis gagasan dan
informasi yang kompleks dan abstrak dari berbagai sumber.
Memprioritaskan suatu gagasan yang paling relevan dari hasil
klarifikasi dan analisis.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10
Merefleksi dan mengevaluasi
pemikirannya sendiri
Menjelaskan alasan untuk mendukung pemikirannya dan
memikirkan pandangan yang mungkin berlawanan dengan
pemikirannya dan menerima masukan.
10, 12, 13, 14
Berkebinekaan Global
Mengenal dan mendalami budaya serta
identitas budaya
Menganalisis pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional,
nasional, dan global terhadap pembentukan identitas, termasuk
identitas dirinya. Mulai menginternalisasi identitas diri sebagai bagian
dari budaya bangsa.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11
Menumbuhkan rasa menghormati terhadap
keanekaragaman budaya
Memahami pentingnya saling menghormati dalam mempromosikan
pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling
terhubung serta menunjukkannya dalam perilaku.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11
Gotong Royong
Melakukan kolaborasi dengan teman
sebaya
Aktif mengkomunikasikan segala sesuatu dan bersama membuat
produk yang baik dengan pembagian tugas yang nyata. 6, 7, 8, 10, 12, 14
Memiliki kepedulian terhadap beban
bersama
Selalu berkoordinasi dalam setiap hal di kelompoknya dan tanpa
adanya paksaan
6, 7, 8, 10, 12, 13, 14
Dimensi, elemen, dan sub elemen Profil Pelajar
Pancasila
5. Belum Berkembang Mulai Berkembang Berkembang Sesuai Harapan Sangat Berkembang
Mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan mengolah
informasi dan memunculkan
gagasan
Mengumpulkan,
mengklasifikasikan,
membandingkan, dan memilih
informasi dari berbagai
sumber, serta memperjelas
informasi dengan bimbingan
orang dewasa.
Mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan
menganalisis informasi yang
relevan serta memprioritaskan
beberapa gagasan tertentu.
Secara kritis mengklarifikasi
serta menganalisis gagasan
dan informasi yang kompleks
dan abstrak dari berbagai
sumber.
Memprioritaskan suatu
gagasan yang paling relevan
dari hasil klarifikasi dan
analisis.
Secara kritis mengklarifikasi
serta menganalisis gagasan
dan informasi yang kompleks
dan abstrak dari berbagai
sumber.
Memprioritaskan suatu
gagasan yang paling relevan
dari hasil klarifikasi dan
analisis.
Menghasilkan narasi berupa
artikel / jurnal / karya ilmiah
dari gagasan tersebut.
Merefleksi dan
mengevaluasi
pemikirannya sendiri
Memberikan alasan dari hal
yang dipikirkan, serta menyadari
kemungkinan adanya bias pada
pemikirannya sendiri
Menjelaskan asumsi yang
digunakan, menyadari
kecenderungan dan
konsekuensi bias pada
pemikirannya, serta berusaha
mempertimbangkan perspektif
yang berbeda.
Menjelaskan alasan untuk
mendukung pemikirannya dan
memikirkan pandangan yang
mungkin berlawanan dengan
pemikirannya dan mengubah
pemikirannya jika diperlukan.
Menjelaskan alasan disertai
data faktual dari berbagai
sumber yang kredibel untuk
mendukung pemikirannya
sekaligus menganalisis dan
menerima pandangan yang
mungkin berlawanan dengan
pemikirannya. Mengubah
pemikirannya jika diperlukan.
Perkembangan Sub-elemenAntarfaseBernalarKritis
6. Belum Berkembang Mulai Berkembang Berkembang Sesuai Harapan Sangat Berkembang
Mengenal dan mendalami Mengidentifikasi dan Menjelaskan perubahan budaya
seiring
Menganalisis pengaruh keanggotaan Menginternalisasi identitas
budaya serta identitas mendeskripsikan keragaman waktu dan sesuai konteks, baik
dalam
kelompok lokal, regional, nasional,
dan
diri sebagai bagian dari
budaya budaya di sekitarnya; serta
menjelaskan peran budaya dan
skala lokal, regional, dan nasional.
Menjelaskan identitas diri yang
global terhadap pembentukan
identitas,
termasuk identitas dirinya. Mulai
budaya kemudian
mengeksternalisasi
kapasitas
Bahasa dalam
membentuk identitas
dirinya.
terbentuk dari budaya bangsa. menginternalisasi identitas diri
sebagai bagian dari budaya bangsa.
diri yang dimiliki sebagai
upaya melestarikan
budaya bangsa
Menumbuhkan rasa Mengidentifikasi peluang dan Memahami pentingnya
melestarikan
Memahami pentingnya saling Mampu mengelola
perbedaan
menghormati terhadap tantangan yang muncul dari dan merayakan tradisi budaya
untuk
menghormati dalam mempromosikan secara koknstruktif
sehingga
keanekaragaman budaya keragaman budaya di
Indonesia.
mengembangkan identitas pribadi,
sosial, dan bangsa Indonesia serta
pertukaran budaya dan kolaborasi
dalam
dunia yang saling terhubung serta
dapat beradaptasi di tengah
perbedaan dan melakukan
mulai berupaya melestarikan
budaya dalam kehidupan sehari-
hari.
menunjukkannya dalam perilaku. advokasi dalam rangka
mewujudkan toleransi
budaya multikultural
Perkembangan Sub-elemen Antarfase Berkebinekaan Global
7. Perkembangan Sub-elemen Antarfase Gotong Royong
Belum Berkembang Mulai Berkembang Berkembang Sesuai Harapan Sangat Berkembang
Melakukan kolaborasi
dengan teman sebaya
Kurang aktif dalam
melakukan koordinasi
dengan teman
sekelompoknya dan masih
tergantung dengan teman
sekelompoknya
Mulai aktif dalam
melakukan koordinasi
dengan teman
sekelompoknya dan tidak
tergantung terhadap teman
sekelompoknya
Aktif dalam melakukan
koordinasi dan diskusi dengan
teman sekelompoknya dan
memiliki initiative dalam
membangun komunikasi
Aktif dalam melakukan
koordinasi dan diskusi dengan
teman sekelompoknya dan
memiliki initiative dalam
membangun komunikasi serta
selalu memberikan arahan
kepada temannya.
Memiliki kepedulian
terhadap beban bersama
Kurangnya kepedulian dalam
pembagian kerja dalam
kelompok dan masih
bergantung kepada temannya
Sudah mulai tampak
kepedulian terhadap
pembagian kerja di
kelompoknya dan mulai aktif
dalam mengerjakan tugas
bersama
Aktif dan peduli dalam
pembagian kerja di
kelompoknya dan memiliki
tanggung jawab penuh
terhadap tugas bersama
Sangat aktif dan peduli dalam
pembagian kerja di
kelompoknya dan memiliki
tanggung jawab penuh
terhadap tugas bersama.
Serta selalu aktif
mengkoordinasikan hasil
pekerjaan teman
sekelompoknya.
8. Kearifan lokal merupakan suatu kekayaan budaya lokal yang memuat kebijakan dan pandangan hidup
sekaligus mengakomodasi kebijakan dan kearifan di dalamnya. Seiring berkembangnya zaman, eksistensi
kearifan lokal semakin memudar dan perlahan digantikan dengan nilai-nilai global. Itulah sebabnya, penting
bagi generasi penerus bangsa memahami serta mengetahui bagaimana menerapkan nilai-nilai yang ada pada
kearifan lokal di sekitarnya. Kearifan lokal dapat berupa budaya, kebiasaan, fenomena, dan tradisi dari sebuah
kelompok masyarakat. Kearifan lokal merupakan hasil dari jangka waktu yang sangat lama, dan diteruskan
kepada generasi-generasi selanjutnya. Hal ini penting untuk jadi perhatian kita bersama karena nilai-nilai
kearifan lokal merupakan hasil akumulasi pengetahuan lokal masyarakat Indonesia dalam jangka waktu yang
panjang. Berbagai nilai kearifan lokal tersebut mengandung makna mendalam untuk menjaga keberlanjutan
sumber daya alam dan sumber daya lokal dengan mencerminkan relasi antar manusia, relasi manusia dengan
Tuhan, dan relasi manusia dengan semesta. Nilai-nilai pengetahuan lokal yang terwujud dalam berbagai
bentuk budaya, kebiasaan, fenomena, dan tradisi sebuah kelompok masyarakat ini penting untuk terus
digaungkan dan diwariskan pada generasi selanjutnya agar tetap lestari. Sejalan dengan hal tersebut, sekolah
sebagai salah satu institusi budaya memiliki peran untuk ambil bagian dari upaya pelestarian nilai-nilai kearifan
lokal khususnya yang ada di daerah Kabupaten Magelang yang kini keadaannya semakin terancam dari waktu
ke waktu.
Selain itu, sekolah yang dapat memberikan pengalaman akan keberagaman kearifan lokal yang dibutuhkan,
diikuti dengan refleksi pada tahapannya akan membentuk masukan dan pengalaman positif dari keberagaman
itu sendiri. Di mana hal ini akan menghasilkan peserta didik yang mampu mengelola perbedaan secara
konstruktif, beradaptasi dengan baik, membangun sinergi atas perbedaan sehingga sekolah dapat mendorong
peserta didik lebih mudah dan siap menjadi bagian dari masyarakat global.
Bagaimanapun, sebagai kompas kehidupan, nilai-nilai kearifan lokal dapat mengarahkan kita untuk berpikir,
merasa, bertindak, dan berkarya ke arah benar salah, baik buruk, pantas tidak pantas.
Relevansi projek
ini bagi sekolah
dan semua guru
mata pelajaran
9. Perangkat ajar (toolkit) ini dirancang untuk membantu guru SMA/SMK (Fase E) yang berada di sekolah
jenjang SMA untuk melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang mengusung tema
Kearifan Lokal. Di dalam perangkat ajar untuk projek “Pelestarian Seni Budaya dan Tradisi Lokal
Magelang ” ini, ada 16 (enam belas) aktivitas yang saling berkaitan. Tim Penyusun menyarankan agar
projek ini dilakukan pada semester pertama kelas X dikarenakan aktivitas yang ditawarkan disusun
dengan sedemikian rupa agar peserta didik tidak hanya mengetahui isu kearifan lokal secara teori saja,
tetapi juga bisa mengkritisi fungsi kearifan lokal tersebut dan kaitannya dengan masalah sumber daya
alam atau sumber daya lokal yang terjadi saat ini. Waktu yang direkomendasikan untuk pelaksanaan
projek ini adalah 1 (satu) semester, dengan total kurang lebih 62 JP. Sebaiknya ada jeda waktu antar
aktivitas agar di satu sisi para guru mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan persiapan materi
untuk memantik diskusi dan refleksi peserta didik. peserta didik juga mempunyai waktu untuk berpikir,
berefleksi, dan menjalankan masing-masing aktivitas dengan baik.
Namun demikian, tim penyusun memahami bahwa kondisi tiap sekolah berbeda-beda. Oleh karena itu,
guru dan kepala sekolah mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menyesuaikan jumlah
aktivitas, alokasi waktu per aktivitas, dan apakah semua aktivitas diselesaikan dalam waktu singkat
atau disebar selama satu semester/satu tahun ajar. Materi ataupun rancangan aktivitas juga bisa
disesuaikan agar projek bisa berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
kondisi sekolah juga kondisi daerah tempat sekolah berdiri. Kami juga akan memberikan saran praktis
dan alternatif pelaksanaan beberapa aktivitas, serta rekomendasi aktivitas pengayaan, jika diperlukan.
Cara
Penggunaan
Perangkat Ajar
Projek ini
12. Bahan Untuk Guru:
Materi Video tentang kearifan lokal yang ada
di Magelang
https://www.youtube.com/watch?v=a2jfnFjTAeI
Artikel tentang kearifan local: “Kearifan
Lokaladalah Aspek Kesenian, Kenali Ciri-
Ciri, Fungsi, dan Bentuknya”
https://hot.liputan6.com/read
/4536990/kearifan-lokal-
adalah-aspek-kebudayaan-
kenali-ciri-ciri-fungsi-dan- bentuknya
https://pahamify.com/blog/k
earifan-lokal-di-indonesia-
dan-pemberdayaan- komunitas/
Artikel tentang kearifan local di
Magelang :
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/1
98464/mengintip-keunikan-5-adat-di-magelang-
yang-masih-lestari-sampai-sekarang
Objektif:
Sebagai pengantar, peserta
didik tertarik untuk masuk ke dalam
topik kearifan lokal
Peserta didik mengenal salah
satu kearifan lokal yang ada
1.
Pengantar
Materi
Kearifan
Lokal
Waktu: 90
Menit
/ 2 JP
Bahan:
Materi
Video,
Proyektor,
Laptop
PeranGuru:
Narasumber
dan Fasilitator
Persiapan
1. Guru membekalidiri dengan pengetahuan akan definisidan berbagai
bentuk kearifan lokal yang memiliki hubungan dengan keberlanjutan
sumberdaya alam.
Pelaksanaan
1. Guru mengawali projek dengan meminta pesertadidik untuk
menuliskan pepatah / peribahasa / nasihat-nasihat orang tua atau
orang dewasa yang masih diingat sampai saat ini.
2. Setelah pesertadidik selesaimenulis, guru bersama dengan peserta
didik membahas hasil tulisan pesertadidik dan menanyakan jika ada
pesertadidik lain yang menuliskan hal serupa.
3. Guru menggali lebih dalam apakah pesertadidik tahu arti dari pepatah
/ peribahasa / nasihat-nasihat tersebut. Kemudian guru memberi
pengantar bahwa pepatah / peribahasa / nasihat-nasihat merupakan
salah satu bentuk kearifan lokal.
4. Setelah itu, guru bertanya kepada pesertadidik tentang pengertian
dan bentuk kearifan lokal yang diketahui. Beberapapertanyaan
pemantik yang bisa dipakai:
5. Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengarkata kearifan lokal?
6. Menurutmu, apa itu kearifan lokal? Sepertiapa bentuknya?
7. Kearifan lokal apa yang kamu ketahui? Berasal dari daerah mana
kearifan lokal tersebut?
8. Bagaimana kamu bisa mengetahui bentuk kearifan lokal tersebut?
Apakah kamu tahu atau pernah mencari tahu makna dibalik kearifan
lokal tersebut?
Tugas
Peserta didik diminta untuk mencari tahu salah satu bentuk kearifan lokal yang ada
di Magelang dari para ahli, budayawan atau sumber yang lainnya
13. 2.
Bentuk dan
Fungsi
Kearifan
Lokal
Waktu: 90
Menit
/ 2 JP
Bahan: Materi
Video,
Proyektor,
Laptop Kartu
bermain
peran, lembar
kerja
“Siapakah
aku?” Peran
Guru:
Narasumber
dan Fasilitator
Bahan Untuk Guru:
Kartu peran dan lembar kerja siswa 1
Objektif:
peserta didik
mengkritisi salah satu bentuk
kearifan lokal dengan melihat
unsur geografi, demografi, dan
psikografis
peserta didik mengenal
kearifan lokal, bentuk, dan
fungsinya terhadap masyakarat
Persiapan
1. Guru mempersiapkan kartu bemain peran dan memahami cara bermain peran
Pelaksanaan
1. Guru membagipesertadidik menjadi 6 kelompok.Setiap kelompok akan
diberi satu kartu role play yang tidak boleh diketahui oleh kelompok
lainnya. (Penjelasan cara bermain ada di halaman selanjutnya)
2. Setelah selesaibermain peran, guru merangkum seluruh tebakan
pesertadidik pada saat bermain, misalnya pada peran kelompok
“Kesenian” dapat ditebak dari simbolgerakan tangan, gaya bernyanyi,
dan lagu yang dibawakan. Ciri khas setiap kelompokyang dimainkan
oleh setiap anggota dapat membuat orang lain mengenali kelompok
tersebut. Ini merupakan analogi bahwa identitas kelompokatau identitas
budaya dapat mempengaruhi identitas diri setiap orang di dalam
kelompoktersebut, sebaliknya identitas diri juga dapat mencerminkan
identitas kelompokyang melekat padanya.
3. Guru kemudian mengantar peserta didik untuk mengenali identitas
kelompokyang melekat pada diri dengan beberapapertanyaan berikut:
a. Hal apa yang melekat pada dirimu yang mencerminkan identitas
kelompokmu? (jika terkait kelompokkesenian maka bisa jadi
gerakan, lagu pengiring, dan aksesoris yang dipakai, dlsb.)
b. Ceritakan bagaimana proses identitas kelompokitu dapat melekat
pada dirimu. (Apakah kebiasaan di rumah atau terinspirasi kelompok
tertentu)
TUGAS : Mengisi lembar kerja 1
Guru meminta peserta didik
untuk memetakan identitas
dirinya dan identitas sosial yang
melekat padanya dengan
melengkapi lembar kerja
pemetaan identitas diri “Siapakah
Aku?”
14. Cara Bermain:
1. Bagi pesertadidik menjadi 5-6 kelompok
2. Setiap kelompok mendapat satu kartu peran kelompok yang akan
dimainkan, kartu ini tidak boleh diketahui oleh kelompok lain. Peserta
didik diberi waktu + 10 menit untuk mempersiapkan kelompok untuk
memainkan peran
3. kelompok yang didapat. peserta didik dibebaskan untuk
mengekspresikan peran dengan mengatur gaya rambut, gaya
berpakaian, tarian, atau nyanyian yang menunjukkan ciri khas dari
peran tersebut
4. Setelah waktu persiapan selesai, setiap kelompokmenampilkan peran
mereka di depan kelas. Setelah selesai, kelompoklain menebak peran
apa yang baru saja dimainkan disertai dengan alasannya
5. Setelah seluruh kelompok tampil, guru bersama peserta didik
mengapresiasiseluruh penampilan dengan tepuk tangan Bersama
Hal yang perlu diperhatikan
1. Ketika kelompok lain menebak peran kelompok yang tampil beserta
alasannya, guru sebagai fasilitator bertanya kembali apakah betul
alasan yang diberikan sudah pasti menjadiciri khas / identitas kelompok
tertentu, misal:
2. “Apa benar jika gaya mengangguk-anggukkan kepala mengikuti
instrumen musik sembari menjulurkan lidah sudah pasti kelompok
rock?”
3. Ada tidak orang yang menikmati musik dengan mengangguk-
anggukkan kepala sambil melompat berjingkrak tapi bukan kelompok
Kuda Lumping?
4. Apakah semua anggota kelompok kuda lumping selalu
menganggukkan kepala dan melompatberjingkrak?
5. Bagaimana tanggapan kelompoklain?
6. Guru menutup kegiatan dengan penguatan bahwa prasangka bisa
terbentuk dari ciri khas / citra yang dibawakan. Untuk itu, demi
menghindari diri dari prasangka atau bias, yang perlu dilakukan adalah
menanyakan langsung dari sumbernya bukan menciptakan asumsi
atau prasangka.
17. Contoh Kelompok Tari Soreng
Dulu kesenian Soreng kurang diminati karena dianggap oleh
teman-teman suatu kesenian yang jadul. Kebetulan setelah aku
mengenal Shinta dan Edo, kami jadi kepikiran untuk mengenalkan
kembali kesenian Soreng di sekolah, soalnya Shinta jago bikin
gerakan tari dan Edo suka mencari ide baru, sayang banget kalau
cuma kami yang menikmati. Akhirnya, kami minta tolong ke Bu
Atiek, wakil kepala kesiswaan, supaya ekskul tari diadain lagi. Bu
Atiek mengijinkan tapi dengan syarat, setiap peserta harus menjaga
prokes dan ijin dulu ke Pak Masjhur. Karena hanya bertiga yang
mengawali, jadi kami mengajak hanya teman seadanya yang kami
bisa, peminatnya masih sedikit. Tapiternyata, pentas tari yang kami
buat menarik perhatian murid lain, hingga akhirnya Fahrani, Rizky,
dan Raisa mau bergabung. Setelah berlima, kelompok Soreng kami
jadi lebih bagus dan menarik perhatian teman sekolah, bahkan kami
pernah tampil di Istana Merdeka pada saat HUT RI tahun 2019.
Sekarang peserta kelompok Soreng kami lebih banyak dan
berkembang, tiap jam ekskul pasti saja banyak yang mengikuti dan
bahkan sampai kami promosikan ke luar sekolah melalui poster,
kami semua merasa senang dan bangga sekali dengan hasil karya
kami.
“Yuk, bisa, yuk!” ini jadi jargon andalan Rizky kalau kami sedang
malas rapat, akhirnya karena sering dengar Rizky bilang ini, setiap
kali kami malas kami pasti mengucapkan kata itu
18. Objektif:
Destinasi yang dipilih merupakan
destinasi yang memiliki beragam
budaya lokal / pengetahuan lokal
yang mengatur hubungan antar
sesama manusia, manusia dengan
Tuhan, dan manusia dengan
semesta. Mulai dari sejarah, letak,
bentuk sajian , penjadwalan,
struktur organisasi, fungsinya, dlsb.
-Alternatif lain, peserta didik
bisa juga tinggal sementara di
wilayah tersebut selama 2-3 hari)
melebur bersama kegiatan
3.
Pengaruh
Identitas
Kelompok
pada
Identitas
Diri
Waktu: 90
menit/ 2 JP
Bahan:
Skenario
observasi,
lembar
observasi
PeranGuru:
Narasumber
dan Fasilitator
Persiapan
1. Guru membekalidiri dengan pengetahuan akan salah satu bentuk
kearifan lokal : “Pelestarianseni budaya dan tradisi lokal” dan
bagaimana dampaknya terhadap Pembelajaran Projek Penguat Profil
Pelajar Pencasila dan Budaya Kerja di SMA N 2 Grabag
2. Guru mempersiapkan metode observasidan pengumpulan data yang
lekat dengan budaya lokal di wilayah tersebut. Persiapan ini dimulai
darisurvey lokasi, alokasi biaya, transportasi, narasumber lokal yang
dapat membantu peserta didik, surat ijin, dlsb
Pelaksanaan
1. Guru meminta pesertadidik untuk menceritakan hasil temuan mereka
dari tugas aktivitas 1 tentang “Pelestarian seni budaya dan tradisi lokal”
2. Guru membagipesertadidik ke dalam kelompokdan memberiarahan
apa saja yang perlu dipersiapkan peserta didik sebelum memulai
observasi.
3. Peserta didik diminta untuk menuliskan tujuan dan pertanyaan
wawancara tentang identitas kelompokyang dituju.
4. Guru mengecekpesertadidik dalam persiapan penelusuranya
5. Peserta didik diminta untuk menelusur dan mengalami langsung bentuk-
bentuk kearifan lokal yang ada di wilayah Magelang terkait dengan
kearifan lokal yang ada pada daerah tersebut dan melakukan
wawancara pada narasumber terkait.
6. Peserta didik diminta untuk mencari tahu tujuan atau manfaat dari
kearifan lokal yang ditemukan, mengonfirmasiasumsi di awal, dan
mendokumentasikannya dengan lengkap.
Tugas
Kunjungan langsung ke lapangan.
Dengan menggunakan metode
wawancara atau literasi dari
berbagai sumber, peserta didik
diminta untuk mencari tahu kearifan
lokal dari Magelang terkait dengan
“Merawat kesenian mewariskan
tradisi” yang ada di Magelang
19. 1.Pilihlah sebuah kelompok kearifan lokal yang terdapat pada daerahmu
2.Tentukan salah satu bentuk kearifan lokal yang akan di jadikan objek dalam aktivitas projek
3.Buatlah daftar pertanyaan yang akan di gunakan sebagai bahan wawancara dengan nara sumber terkait bentuk
kearifan lokal yang ada di daerah Magelang
4.Lakukan wawancara dengan nara sumber tentang kearifan lokal yang ada di Magelang
5.Catat dan presentasikan hasil wawancara kalian dalam bentuk power point dan video documenter.
20. Pelaksanaan
1. Di dalam kelas, guru meminta peserta didik untuk menyiapkan presentasiyang
akan dilakukan hasil dari pelaksanaan observasi
lapangan.
2. Peserta didik diminta menuliskannya pada lembar kerja.
3. Setelah itu, guru mengamati kelompokyang presentasi.
4. Peserta didik diminta untuk mendokumentasikan proses
presentasi.
5. Setelah selesai,seluruh peserta didik kembali ke kelas, melengkapi catatan
lembar kerja, lalu perwakilan tiap kelompokdiminta untuk menceritakan
masalah yang paling dirasa meresahkan.
6. Guru mengingatkan peserta didik untuk menyimpan lembar kerja tersebut agar
dapat dipakai pada kegiatan berikutnya.
4.
Tantangan
di
Sekitarku
Waktu: 90
menit
/ 2 JP
Bahan:
Alat tulis,
LCD,
Laptop
Peran
Guru:
Pendamping
dan
Fasilitator
Objektif
peserta didik
merasakan atau
mengalami langsung
tantangan / masalah
yang terjadi di
sekitarnya
Tips:
Ketika melakukan
pengamatan di luar sekolah ajak
peserta didik untuk fokus pada
inderanya, misalnya: saat ingin
fokus pada indera pendengaran,
tutuplah mata dan fokus pada
apa yang terdengar. Minta
teman kelompok untuk
menemani proses ini agar tidak
membahayakan diri di jalan
sekitar sekolah
Hal yang paling membuatku resahdan tidak nyaman Tugas:
Guru meminta peserta
didik untuk mengisi
lembar pengamatan dan
Membuat poster
bertemakan kearifan lokal
di Magelang
22. Pelaksanaan
1. Guru melihat dan memberimasukan atas lembar kerja peserta didik, kemudian
menceritakan bahwa identitas diri dapat dipengaruhi olehorang terdekat, seperti
keluarga, teman,
tetangga, dlsb.
2. Setelah selesai, peserta didik diminta untuk menyimpan lembar kerja dengan
baik atau mendokumentasikan lembar kerja tersebut agar dapat dipakai kembali
pada kegiatan berikutnya.
3. Guru mengajak peserta didik untuk memetakan identitas kelompok di mana ia
bergabung, misalnya: kelompok Kesenian, Peninggalan sejarah, Tradisi lokal,
Kerajinan Lokal (peserta didik memilih satu kelompok saja)
4. Di dalam lembar kerja terdapat pertanyaan pemantik, seperti:
a. Siapa saja anggota dalam kelompok tersebut?
b. Apa kekuatan / potensi / kelebihan yang dimiliki
kelompok tersebut
c. Bentuk penyajian sering digunakan? Hambatan yang sering muncul?
d. Bagaimana manajemen pengeluaran dan pemasukan dalam kelompok,
relasi seperti apa yang dibangun?
e. Apakah ada tantangan yang pernah dihadapi
bersama-sama? Misalnya Jadwal latihan, penampilam, kostumdan
pemasukam dan pengeluaran dana dlsb.
5. Setelah selesai, guru kemudian menceritakan bahwa sebuah kelompok dapat
membentuk budaya yang dibutuhkan oleh kelompok itu sendiri, lalu mengajak
peserta didik untuk melihat identitas kelompok kesenian Soreng di Desa
Bandungrejo, Ngablak.
6. Guru bersama dengan peserta didik merefleksikan video yang telah ditonton
5.
Identitas
Diri dan
Kelompok
Waktu: 180
menit/ 4 JP
Bahan:
Lembar kerja
pemetaan
identitas diri,
alat tulis, alat
warna
PeranGuru:
Narasumber
dan Fasilitator
Materi untuk Guru:
“INOVASI PEMERINTAH DESA
DALAM PEMBERDAYAAN”
http://repo.apmd.ac.id/1779/1/VI
KTORIANUS% 20OCE_17520134.p
df
Video untuk peserta didik:
“Film Dokumenter | Nausus”
https://www.youtube.com/watch
?v=ufcizTCFoNs
Objektif:
peserta didik mampu
mengenali dan
mengidentifikasi bentuk
sebuah kelompok
23. LEMBARPENGAMATANTEMAN2
Teman yang menghambatku saat belajar Bentuk hambatan yang aku alami atau
rasakan
Harapanku pada teman tersebut
SEBERAPA PUAS AKU DENGAN
USAHAKU
(Beri tanda / lingkari / arsir kotak yang sesuai dengan
refleksimu!)
Tidak puas Kurang puas Puas Sangat puas
25. Teman yang
membantuku
saat belajar
Bentuk bantuan
yang aku terima
atau rasakan
Kata-kata positif
untuk teman
Teman yang
menghambatku
saat belajar
Bentuk hambatan
yang aku alami
atau rasakan
Harapanku
pada teman
tersebut
LembarPengamatanTeman
26. Pelaksanaan
1. Peserta didik siap siaga berdiri di samping hasil kerja selama dua
minggu dan aksi pelestarian kearifan lokal. (Jika ada aksi berupa poster,
lagu, atau video, maka akan ditampilkan setelah pengunjung selesai
berkeliling atau aksi tersebut dapat direkam kemudian ditampilkan pada
pada stand/meja kelompok peserta didik
2. Pengunjung yang terdiri dari pimpinan sekolah, guru, orang tua dan/atau
komunitas sekitar sekolah berkeliling dari satu tim ke tim lain untuk
mendengarkan presentasi singkat dari tiap tim dan memberikan
pertanyaan atau umpan balik. Setiap umpan balik ditulis dalam satu post it
atau ditulis pada lembar umpan balik
3. Setelah proses presentasi dan penilaian selesai dilakukan,
pengunjung mengisi formulir penilaian
4. Jika ingin mengadakan pemenang, maka kategori dan jumlah
pemenang dapat ditentukan oleh sekolah
Materi untuk Guru:
“INOVASI PEMERINTAH
DESA DALAM
PEMBERDAYAAN”
http://repo.apmd.ac.id/1779
/1/VIKTORIANUS%20OCE_
17520134.pdf
Video untuk peserta didik:
TRADISI SAPARAN
LERENG MERBABU
NGABLAK MAGELANG
https://www.youtube.co
m/watch?v=ufcizTCFoNs
Objektif:
peserta didik mampu
mengenali dan
mengidentifikasi
bentuk sebuah
kelompok
6.
Pameran Aksi
Pelestarian
kesenian local
Asesmen sumatif
TUJUAN
Dalam kegiatan
asesmen, peserta didik
mampu menunjukkan
hasil kerja mereka
dalam 2 minggu
dalam bentuk
pameran dalam ruang
pameran Waktu: 180
menit/ 4 JP Bahan:
Hasil Projek Peran
Guru: Pengunjung
31. Belum Berkembang Mulai Berkembang Berkembang Sesuai Harapan Sangat Berkembang
Perencanaan Masih berupa curah pendapat
dan ide-ide aksi yang belum
beraturan
Perencanaan memiliki tujuan
yang jelas
Perencanaan yang jelas: tujuan
dan lini masa yang
realistis
Perencanaan yang jelas dan
matang: tujuan, tahapan-
tahapan penting (milestones)
serta lini masa yang realistis
Pelaksanaan Siswa melaksanakan
aktivitas-aktivitas secara
sporadis
Siswa mengidentifikasi satu jalur
untuk menjalankan rencana.
Mereka dapat melaksanakan
proses runtut dan meminta
bantuan pada pihak- pihak yang
sesuai
Siswa mengidentifikasi satu jalur
untuk menjalankan rencana.
Mereka dapat melaksanakan
rencana dengan proses yang
terkoordinasi
Siswa mengidentifikasi jalur
yang berbeda untuk
menjalankan rencana.
Mereka dapat melaksanakan
rencana dengan roses yang
terkoordinasi, bervariasi dan
bekerja secara adaptif
Ketepatan Sasaran Masih dalam tahapan
identifikasi faktor yang
menyebabkan permasalahan
dan akibat yang ditimbulkan
Solusi/aksi yang ditawarkan
berupa ide yang masih di
permukaan permasalahan
dan/atau kurang realistis
Solusi/ aksi yang ditawarkan
menyasar faktor-faktor yang
terkait dengan permasalahan
dan memberikan dampak positif
sementara
Solusi/aksi yang ditawarkan
menyasar inti permasalahan,
realistis dan memberikan
dampak yang
berkesinambungan
Profil Pelajar Pancasila
Mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan
mengolah informasi
dan gagasan
Mengumpulkan,
mengklasifikasikan,
membandingkan, dan memilih
informasi dari berbagai
sumber, serta memperjelas
informasi dengan bimbingan
orang dewasa.
Mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan
menganalisis informasi yang
relevan serta memprioritaskan
beberapa gagasan tertentu.
Secara kritis mengklarifikasi
serta menganalisis gagasan
dan informasi yang kompleks
dan abstrak dari berbagai
sumber. Memprioritaskan suatu
gagasan yang paling relevan
dari hasil klarifikasi dan analisis.
Secara kritis mengklarifikasi
serta menganalisis gagasan
dan informasi yang kompleks
dan abstrak dari berbagai
sumber.
Memprioritaskan suatu
gagasan yang paling relevan
dari hasil klarifikasi dan
analisis.
Menghasilkan narasi berupa
artikel / jurnal / karya ilmiah
dari gagasan tersebut.
32. Menganalisis dan
mengevaluasi penalaran
Menjelaskan alasan yang relevan
dan akurat dalam penyelesaian
masalah dan pengambilan
keputusan
Membuktikan penalaran dengan
berbagai argumen dalam
mengambil suatu simpulan atau
keputusan.
Menganalisis dan mengevaluasi
penalaran yang digunakannya dalam
menemukan dan mencari solusi serta
mengambil keputusan.
Mengambil keputusan
berdasarkan hasil analisis dan
evaluasi yang telah melalui tahap
uji coba, mendapat umpan balik
dari berbagai ahli, dan melakukan
pengembangan terus menerus.
Merefleksi dan
mengevaluasi
pemikirannya sendiri
Memberikan alasan dari hal yang
dipikirkan, serta menyadari
kemungkinan adanya bias pada
pemikirannya sendiri
Menjelaskan asumsi yang
digunakan, menyadari
kecenderungan dan konsekuensi
bias pada pemikirannya, serta
berusaha mempertimbangkan
perspektif yang berbeda.
Menjelaskan alasan untuk mendukung
pemikirannya dan memikirkan
pandangan yang mungkin berlawanan
dengan pemikirannya dan mengubah
pemikirannya jika diperlukan.
Menjelaskan alasan disertai data
faktual dari berbagai sumber yang
kredibel untuk mendukung
pemikirannya sekaligus
menganalisis dan menerima
pandangan yang mungkin
berlawanan dengan pemikirannya.
Mengubah pemikirannya jika
diperlukan.
Mendalami budaya
dan identitas budaya
Mengidentifikasi dan
mendeskripsikan keragaman
budaya di sekitarnya; serta
menjelaskan peran budaya dan
Bahasa dalam membentuk
identitas dirinya.
Menjelaskan perubahan budaya
seiring waktu dan sesuai konteks,
baik dalam skala lokal, regional,
dan nasional. Menjelaskan
identitas diri yang terbentuk dari
budaya bangsa.
Menganalisis pengaruh keanggotaan
kelompok lokal, regional, nasional,
dan global terhadap pembentukan
identitas, termasuk identitas dirinya.
Mulai menginternalisasi identitas diri
sebagai bagian dari budaya bangsa.
Menginternalisasi identitas diri
sebagai bagian dari budaya
kemudian mengeksternalisasi
kapasitas diri yang dimiliki sebagai
upaya melestarikan budaya bangsa
Mengeksplorasi dan
membandingkan
pengetahuan
budaya,
kepercayaan, serta
praktiknya
Mendeskripsikan dan
membandingkan pengetahuan,
kepercayaan, dan praktik dari
berbagai kelompok budaya.
Memahami dinamika budaya yang
mencakup pemahaman,
kepercayaan, dan praktik
keseharian dalam konteks
personal dan sosial.
Menganalisis dinamika budaya yang
mencakup pemahaman,
kepercayaan, dan praktik
keseharian dalam rentang waktu
yang panjang dan konteks yang
luas.
Menemukan hubungan sebab
akibat dari hasil analisis dinamika
budaya yang kompleks dalam
rentang waktu yang panjang dan
konteks yang luas, kemudian
menemukan pola berulang yang
terjadi.
Menumbuhkan rasa
menghormati terhadap
keanekaragaman
budaya
Mengidentifikasi peluang dan
tantangan yang muncul dari
keragaman budaya di
Indonesia.
Memahami pentingnya
melestarikan dan merayakan
tradisi budaya untuk
mengembangkan identitas pribadi,
sosial, dan bangsa Indonesia serta
mulai berupaya melestarikan
budaya dalam kehidupan sehari-
hari.
Memahami pentingnya saling
menghormati dalam mempromosikan
pertukaran budaya dan kolaborasi
dalam dunia yang saling terhubung
serta menunjukkannya dalam
perilaku.
Mampu mengelola perbedaan
secara koknstruktif sehingga dapat
beradaptasi di tengah perbedaan
dan melakukan advokasi dalam
rangka mewujudkan toleransi
budaya multikultural
33. Aktif membangun
masyarakat yang
inklusif, adil, dan
berkelanjutan
Membandingkan beberapa
tindakan dan praktik
perbaikan lingkungan sekolah
yang inklusif, adil, dan
berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan
dampaknya secara jangka
panjang terhadap manusia,
alam, dan masyarakat
Mengidentifikasi masalah yang
ada di sekitarnya sebagai akibat
dari pilihan yang dilakukan oleh
manusia, serta dampak masalah
tersebut terhadap sistem ekonomi,
sosial dan lingkungan, serta
mencari solusi yang
memperhatikan prinsip-prinsip
keadilan terhadap manusia, alam
dan masyarakat
Berinisiatif melakukan suatu
tindakan berdasarkan identifikasi
masalah untuk mempromosikan
keadilan, keamanan ekonomi,
menopang ekologi dan demokrasi
sambil menghindari kerugian jangka
panjang terhadap manusia, alam
ataupun masyarakat.
Berinisiatif melakukan
berbagai tindakan
strategis dalam jangka
waktu panjang dan terukur
berdasarkan identifikasi
masalah untuk
mempromosikan keadilan,
keamanan ekonomi,
menopang ekologi dan
demokrasi sambil
menghindari kerugian
jangka panjang terhadap
manusia, alam ataupun
masyarakat.
Memiliki keluwesan
berpikir dalam
mencari alternatif
solusi permasalahan
Menghasilkan solusi alternatif
dengan mengadaptasi
berbagai gagasan dan umpan
balik untuk menghadapi
situasi dan permasalahan
Menghasilkan solusi alternatif
dengan mengadaptasi berbagai
gagasan dan umpan balik untuk
menghadapi situasi dan
permasalahan
Bereksperimen dengan berbagai
pilihan secara kreatif untuk
memodifikasi gagasan sesuai
dengan perubahan situasi.
Memodifikasi gagasan
sesuai dengan perubahan
situasi dan umpan balik
yang diterima, kemudian
melakukan siklus
pengembangan eksperimen
secara terus menerus.
34. (Diisi oleh pengunjung:pimpinansekolah, guru, orang tua dan/ataukomunitas)
Hal yang sudah berjalan baik Hal yang dapat menjadi pengembangan ke depan
Pertanyaan yang didapat Ide baru yang muncul
35. Evaluasi Aksi
Waktu: 45 Menit/ 1 JP
Bahan:
Peran Guru:
Fasilitator
Pelaksanaan
1. Peserta didik mengumpulkan umpan balik yang diberikan ke
pengunjung
2. Peserta didik di dalam kelompok bersama-sama mendiskusikan
umpan balik tersebut dan memberi kategori pada setiap umpan
balik:
a. Hal yang sudah berjalan baik
b. Hal yang sudah menjadi pengembangan ke depan
c. Pertanyaan yang didapat
d. Ide baru yang muncul
36. (Hasil umpanbalikdari pengunjungdikumpulkan olehpeserta didik)
Hal yang sudah berjalan baik Hal yang dapat menjadi pengembanganke depan
Pertanyaan yang didapat Ide baru yang muncul
37. “Budaya itu ada karena dibutuhkan, seorang ahli mengatakan bahwa budaya itu adalah fungsi
survival. Kalau budaya dikatakan jelek tidak mungkin akan bertahan, jika budaya belum
kelihatan bagusnya maka itu adalah tugas kita karena itu adalah milik kita, harus lebih positif
memandang budaya.”
Prof. Dr. phil. Hana Panggabean
38. Referensi
https://www.indonesiana.id/read/152681/serba-serbi-kesenian-tradisional-
di-kabupaten-magelang
Baca artikel Solopos.com "Tari Topeng Ireng Cerminkan
Budaya Agraris Magelang" selengkapnya di sini:
https://www.solopos.com/tari-topeng-ireng-cerminkan-budaya-
agraris-magelang-1124541.
Penulis: Yesaya WisnuAlvari Kunto Prabowo
Baca artikel detiknews, "Mengintip Meriahnya Tradisi Saparan di Lereng
Gunung Andong Magelang" selengkapnya https://news.detik.com/berita-
jawa-tengah/d-4739079/mengintip-meriahnya-tradisi-saparan-di-lereng-
gunung-andong-magelang.
http://eprints.dinus.ac.id/14516/1/[Materi]_Bab_04_kebudayaan_
dan_ masyarakat.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=4asJhKcvx_Y
https://www.esaunggul.ac.id/kearifan-lokal-pengetahuan-lokal-
dan-d egradasi-lingkungan/
https://www.youtube.com/watch?v=Pj9J4x_Jado
https://www.ideo.com/post/design-thinking-for-educators
https://thesystemsthinker.com/systems-thinking-what-why-when-w here-
and-how/
http://repository.uin-malang.ac.id/630/1/Naskah%20Budaya%26Identi
tas.pdf
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_5808B5CD-F78 A-
4A7C-A886-3DB9S
https://www.merdeka.com/jateng/keunikan-tari-soreng-magelang-citra-
diri-masyarakat-lereng-merbabu.html
Webinar Kearifan Lokal untuk Kelestarian Sumber Daya Laut
https://www.youtube.com/watch?v=rm0ytUgx1Rg&t=4281s
"Tradisi Sasi, Hukum Adat Jaga Ekosistem Laut" ,
https://katadata.co.id/padjar/berita/6046153e28ccf/tradisi-sasi-hukum
-adat-jaga-ekosistem-laut. Penulis: Melati Kristina Andriarsi. Editor:
Padjar Iswara
Webinar Membangun Karakter Unggul Berbasis Kearifan Budaya Lokal
https://www.youtube.com/watch?v=R1OELt5ckjA&t=2302s
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/article/viewFil
e/13723/7520
http://repository.unair.ac.id/32854/8/32854.pdf http://etheses.uin-
malang.ac.id/1728/6/09410050_Bab_2.pdf
http://repository.unp.ac.id/1241/1/MIKO%20SIREGAR_152_08.pdf
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/736/3/D_902008
103_ BAB%20II.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=s5_zs050Ztk
https://www.youtube.com/watch?v=gN0YBkSROK4&t=2s
https://www.youtube.com/watch?v=3BxH_pu00XM
https://www.youtube.com/watch?v=w43mH71TnuI
39. MengenalRagam Kearifan LokalMagelang di Jawa Tengah
Magelang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Secara geografis
Kabupaten Magelang terletak pada posisi 110001’51” dan 110026’58” Bujur Timur
dan antara 7019’13” dan 7042’16” Lintang Selatan. Secara administratif,
Kabupaten Magelang di bagi menjadi 21 kecamatan dan terdiri dari 372
desa/kelurahan. Wilayah Kabupaten Magelang secara umum merupakan dataran
tinggi yang berbentuk ‘basin’ (cekungan) dengan dikelilingi gunung-gunung
(Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing) dan pegunungan Menoreh.
Kabupaten Magelang memiliki keindahan alam dan budaya yang mempesona,
sehingga berbagai jenis wisata terus dikembangkan bertujuan untuk menarik
wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Seni Budaya,
Cagar Budaya, Tradisi lokal Khas Magelang dan Kerajinan lokal memiliki
pesonanya tersendiri. Selain alamnya, Magelang juga memiliki budaya yang sarat
akan kesenian dan sejarah leluhur. Berikut ini beberapa Bentuk Kearifan lokal di
Magelang yang menarik untuk kamu ketahui.
1. Kesenian
a. Soreng
Tari soreng merupakan kesenian khas Magelang yang berkembang di
lereng Gunung Merbabu. Salah satunya di Desa Bandungrejo Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Kompak gerakan para penari
soreng berjajar rapi. Bak tentara yang hendak berperang saat baris-
berbaris. Terkesan serius, raut wajah mereka memiliki aura garang yang
fokus menghadap ke depan. Gerak tari Soreng begitu khas,
melambangkan visualisasi kekuatan para petani saat di ladang. Para
penari penuh ekspresi dan energi, memposisikan diri sebagai petarung
masyarakat gunung dalam menghadapi tantangan alam. Gerakan kaki dan
tangannya melambangkan kegigihan mereka mengolah pertanian aneka
sayuran di kawasan lereng-lereng gunung.
Tari Soreng merupakan warisan dari nenek moyang yang hidup dan
berkembang diantara Lereng Gunung Merbabu juga Lereng Gunung
Andong. Seperti dalam gerakannya, Tari Soreng menceritakan
keprajuritan Kadipaten Jipang Panulan. Dipimpin oleh seorang Adipati
bernama Arya Penangsang dan Patih Ronggo Metahun beserta para
prajuritnya. Para prajurit sedang melakukan gladi perang di alun-alun
untuk melawan Brawijaya. Berperang untuk merebut tahta di Kerajaan
Demak. Kelompok-kelompok tari prajurit tinggal di Gunung Merbabu, dan
Gunung Andong. Seiring perjalanannya, hingga kini Tari Soreng sering
ditampilkan pada saat upacara atau ritual tradisi yang ada di mayarakat setempat.
Tari Soreng mengandung makna tersendiri untuk masyarakat Kabupaten
Magelang. Tari Soreng sering ditampilkan pada saat upacara atau ritual tradisi
yang ada di masyarakat, termasuk pada acara ritual Nyadran Kali. Pada saat
tradisi, Tari Soreng dilakukan sebanyak tiga kali dan pada tiga tempat yang
berbeda, tentunya setiap pementasan memiliki peran dan makna yang berbeda
pula.
Sumber: senipedia.com
Sumber: merdeka.com
40. b. Kubro siswo
Kubro siswo adalah kesenian tradisional berlatar belakang
penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa. Gerakan tariannya dan
tetabuhan yang energikmembuat para penonton ikut bersemangat.
Kubro siswo merupakan kependekan dari kesenian Ubahing Badan
Lan Rogo yang memiliki arti “kesenian mengenai gerak badan dan
jiwa”. Makna sejatinya adalah selaras antara hsrat, pikiran dan perilaku
untuk melakoni perjalanan hidup.
Kubro siswo merupakan kesenian tradisional yang masih
berkembang di masyarakat Kabupaten Magelang, kesenian yang satu
ini juga masih banyak digandrungi oleh berbagai kalangan usia, sebab
memiliki penampilan unik dan menarik. Berdasarkan sejarah kesenian
ini wujud dari penyebaran agama Islam pada zaman dahulu. Jika dilihat
seksama tarian ini memiliki formasi selayaknyasiswa yang sedang
berbaris dengan mengenakan kostum dan disertai gerakan-gerakan
yang menghibur. Dalam pertunjukkan kubro siswo ini diiringi dengan
lantunan lagu dan irama music yang khas.
Sumber: okezone.travel
c. Topeng ireng
Topeng Ireng atau yang disebut juga Dayakan merupakan kesenian
yang hingga sekarang masih dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat.
Kesenian Topeng Ireng biasa dijumpai pada acara-acara yang
diselenggarakan di kampung. Pada pementasannya seni tari ini terdiri dari tiga
variasi tarian dengan mengenakan kostum yang berbeda. Pertama, tarian
Topeng Ireng sendiri yang menggunakan kostum seperti layaknya suku
pedalaman lengkap dengan penutup kepala atau disebut ‘kuluk’ yang dihiasi
oleh bulu-bulu ayam dan disertai coretan pada wajah. Kedua, tarian Monolan
dengan mengenakan kostum yang menyerupai adat Jawa seperti surjan, jarik,
dan blangkon. Tarian ini biasanya muncul di waktu pertengahan pertunjukan
dengan diselingi drama komedi khas Jawa. Ketiga, tarian kewan-kewan yang
menggunakan kostum layaknya hewan sesungguhnya seperti harimau,
badak, kerbau, dan kambing. Tarian ini identik dengan adegan atraksi, yang
akan tampil di akhir pertunjukan Topeng Ireng sebagai penutup acara.
Tari Topeng Ireng Dayakan, merupakan kesenian yang mencerminkan
budaya pertanian di Kabupaten Magelang. Gerakan ikoniknya berupa
hentakan kaki yang mengeluarkan bunyi gemerincing yang berkepanjangan.
Bunyi itu berasal dari butir lonceng di atas mata kaki hingga lutut para penari.
Kibasan tangan para penari ini menggambarkan semangat para petani
menaklukkan ladang alam di lereng pegunungan wilayah Kabupaten
Magelang. Tidak hanya sekedar menari, Tari Topeng Ireng Dayakan ini juga
simbol dari kemajuan generasi desa dalam bercocok tanam. Sejumlah sumber
menuliskan bahwa nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama
Kenceng. Toto artinya menatam lempeng artinya lurus, irama berarti nada dan
keceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Tari Topeng Ireng,
para penarinya berbaris lurus dan diiringi music yang berirama keras dan
penuh semangat.
Sumber: BeritaSatu.com
41. d. Jathilan
Jathilan atau dikenal juga dengan Tari Kuda Lumping
merupakan salah satu kesenian yang sudah berumur tua dan masih
dilestarikan masyarakat hingga saat ini. Kesenian jathilan sendiri
ditemukan tidak hanya di Magelang saja, namun juga beberapa
daerah seperti di Jawa timur dan Yogyakarta. Pertunjukkan jathilan
saat ini akan dijumpai pada acara-acara tertentu, sehingga tidak
sesering dahulu, dimana dalam kurun waktu beberapa minggu pasti
menjumpainya. Di dalam jathilan ini terdiri dari beberapa peran atau
lakon seperti Kuda lumping, Anoman, Barongan, Rampak buto, dan
lain sebagainya. Pada kesenian ini akan disuguhkan selayaknya
cerita pada masa kerajaan dahulu dan disertai dengan atraksi yang
berbau magis.
Kuda Lumping atau yang lebih dikenal oleh masyarakat
magelang sebagai jathilan sampai saat ini masih terus bertahan
ditengah serangan arus modernisasi. Kesenian kuda lumping memiliki
keterkaitan yang erat dengan kisah Prabu Klana Sewandana. Dalam
legenda tersebut diceritakan Prabu Klana Sewandana ditinggal pergi
oleh sang istri. Dalam usaha pencariannya sang Prabu harus
bertarung melawan Buto atau raksasa. Sang Prabu menang dalam
pertarungan itu dan akhirnya dia dapat bertemu lagi dengan sang istri.
Kisah ini lah yang diangkat kembali oleh masyarakat kecamatan
windusari melalui media kesenian yaitu Kuda Lumping. Saat
pementasan Kesenian Kuda Lumping terdiri dari 40 orang pemain.
Pemain-pemain ini meliputi penari dan penabuh gamelan. Sedangkan
untuk lama pementasannya berdurasi antara 1 hingga 3 jam.
Sumber: https://www.budayanusantara.web.id
2. Tradisi
a. Saparan
Saparan merupakan tradisi Jawa, yakni ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT. Biasanya Saparan dilaksanakan pada bulan Safar. Dikenal
dengan orang yang ramah dan dermawan adalah ciri khas dari masyarakat
Jawa. Begitu pula tradisi Saparan ini mengajarkan kita untuk tetap menjalin
ukhuwah dan saling berbagi sesama manusia. Biasanya tradisi Saparan ini
digelar di desa-desa dengan membawa nasi tumpeng dan ayam jawa utuh
atau dikenal dengan sebutan ingkung di setiap untuk dibawa ke tempat
sesepuh. Kemudian mereka berdoa membaca tahlil memohon kepada Allah
SWT untuk diselamatkan dari berbagai masalah serta ingin dikabulkan segala
permintaanya. Setelah selesai berdoa biasanya mereka akan menyantap nasi
tumpeng dan ingkung bersama-sama.
Tradisi Saparan ini dilaksanakan setiap setahun sekali di bulan Safar
selama tiga hari berturut-turut. Sebelum tiba waktu Saparan, warga desa
mengadakan iuran uang untuk mengundang kesenian seperti wayang kulit
atau jathilan. Warga mengarak Tumpeng Jongko setinggi 80 cm yang terbuat
dari bahan nasi, gunung sayuran, dan buah kemudian warga berdoa bersama.
Tradisi Saparan
Sumber: https://travel.okezone.com
42. b. Sungkem Tomplak
Sungkem tlompak merupakan tradisi yang digelar oleh Warga
di daerah lereng Gunung Merbabu, Gejayan, Banyusidi, Pakis,
Kabupaten Magelang. Mereka mengadakannya setiap momen idulfitri
untuk mengirim doa dan memohon keselamatan kepada Yang
Mahakuasa. Tradisi Sungkem Tomplak digelar warga setempat pada
hari kelima Lebaran setiap tahunnya untuk mengirim doa untuk para
leluhur serta memohon keselamatan, kesejahteraan dan kesuksesan
kepada Tuhan. Tradisi sungkem tlompak dirayakan dengan
menyajikan tumpeng beserta lauknya. Ada juga sesajen kembang,
sayuran, dan buah-buahan. Beberapa orang yang ikut dalam acara ini
mengenakan kostum tradisional, seperti kostum penari topeng dan
Gatotkaca. Semua sesajen dan tumpeng lantas diarak menuju
sumber mata air Tlompak. Proses arakan dimulai dengan tarian
topeng, geculan bocah, dan gupolo gunung. Saat tiba di sumber mata
air, sesepuh akan memimpin doa.
Tradisi ini diceritakan berawal dari jaman dahulu ketika desa
mengalami musim paceklik hebat yang ditandai dengan semau panen
yang gagal serta kesulitan pangan. Dari kejadian ini warga lalu
menggelar syukuran memohon kepada Tuhan agar bencana segera
pergi dari desa mereka. Warga pun berdoa disebuah mata air yang
diberi nama Tomplak yang dilanjutkan dengan mengadakan pesta
kesenian rakyat untuk menolak bala.Hingga saat ini tradisi ini tetap
berjalan dan dipertahankan oleh generasi-generasi penerus dengan
cara kirab budaya dari ujung desa menuju sumber air Tomplak yang
berjarak sekitar 2 kilometer dari desa. Menurut kepercayaan warga
setempat tradisi ini tumbuh untuk menjaga kelestarian alam seperti
menjaga kehidupan mata air. Tradisi unik ini menanamkan sikap
kepada warga setempat untuk terus menjaga lingkungan dan tidak
merusak alam sekitar. Selain itu tradisi Sungkem Tomplak juga
dijadikan ajang silaturahmi antar warga
Tradisi Sungkem Tomplak
Sumber: https://magelangimages.wordpress.com
c. Wiwitan
Terdapat banyak kebudayaan dan tradisi yang dimiliki masyarakat
Indonesia, salah satunya yaitu tradisi wiwitan. Wiwitan adalah ritual
persembahan tradisional masyarakat Jawa sebelum panen padi dilakukan.
Ritual ini dilakukan sebagai wujud terimakasih dan rasa syukur para petani
padi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi wiwtan ini bahkan sudah ada
sejak sebelum agama masuk ke tanah Jawa. Memasuki musim panen, petani
di daerah pedesaan akan melakukan wiwitan. Tradisi ini disebut sebagai
“wiwitan” karena arti kata “wiwit” adalah mulai yang dapat di artikan sebagai
simbol memulai panen padi.
Proses wiwitan biasanya dilakukan di sawah yang biasanya dipimpin
oleh Mbah Kaum (sesepuh). Prosesi wiwitan diawali dengan berdoa, lalu
dilanjutkan dengan memotong sebagian padi sebagai tanda bahwa padi sudah
siap dipanen. Selain itu masyarakat juga menyantap makanan bersama saat
acara wiwitan. Makanan yang disajikan pun merupakan makanan tradisional
yaitu nasi gurih, ingkung ayam kampung, sayu nangka, kerupuk, tahu, tempe,
ikan teri, peyek, telur dan jajanan pasar yang biasanya dibungkus dengan
daun pisang atau daun jati.
43. Tradisi Wiwitan
Sumber: Kempalan.com
d. Sedekah Candi Gunung Wungkir
Pernahkah kalian ke Candi Gunung Wukir? Situs ini menjadi
lokasi ditemukannya prasasti tertua di Indonesia. Setiap setahun
sekali, warga mengadakan ritual di Situs Gunung Wukir. Tujuannya,
selain mengungkapkan rasa syukur, juga sebagai sarana
mengenalkan prasasti yang ada di sana. Ritual sedekah diawali
dengan acara arak-arakan kelilingi desa. Warga yang ikut boleh
menggunakan sepeda motor saat acara arakan. Setelah itu, mereka
berhenti di sebuah kawasan, tempat upacara. Di sana sudah ada
gunungan tumpeng beserta lauknya, tamu undangan, dan ketua
panitia yang bersiap memulai ritual.
Pada saat ritual Ratusan orang imenuju ke candi yang berada
di atas Bukit Wukir, yang oleh masyarakat sekitar disebut Gunung
Wukir. Berdasarkan prasasti Canggal yang ditemukan pada tahun
1879 di reruntuhan, candi ini didirikan pada saat pemerintahan raja
Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732
M (654 tahun Saka). Sesampainya di candi tersebut, beberapa orang
melakukan pradaksina atau mengelilingi reruntuhan candi yang di
bagian atasnya terdapat Yoni berukuran besar.
Setelah sembayang, sesaji berupa tumpeng dan ketupat diletakkan di
atas yoni yang merupakan bagian bangunan di masa klasik Indonesia atau
Hindu. Kompleks tempat reruntuhan candi ini berada mempunyai ukuran 50 m
x 50 m. Bangunan candi sendiri terbuat dari jenis batu andesit setidaknya terdiri
atas satu candi induk dan tiga candi perwara. Selain prasasti, di kompleks
candi ini juga ditemukan yoni, lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu
betina atau Nandi.
Tradisi Sedekah Candi Gunung Wukir
Sumber: http://mwinduphotograph.blogspot.com
e. Ruwat Bumi di Gunung Tidar
Gunung tidar merupakan sebuah gunung yang terletak di tengah kota
magelang yang tingginya hanya 503 Mdpl. Namun, untuk menuju ke
puncaknya, Anda perlu melewati ratusan anak tangga.Nah, di Gunung Tidar
terdapat ritual yang dikenal dengan ruwat bumi. Acara ini dihadiri oleh
masyarakat sekitar. Mereka mengenakan pakaian tradisional saat datang ke
Gunung Tidar. Selain itu, tiap perwakilan kelurahan atau desa harus membawa
tumpeng dan lauknya. Ada dua tumpeng yang disajikan, yakni tumpeng lanang
dan wadon.
44. Kegiatan ini biasanya kita lakukan satu tahun sekali atau biasa
disebut nyadran. Dengan melakukan bersih-bersih makam dan
berdoa bersama. Tujuannya untuk mengucapkan syukur atas berkah
yang sudah diberikan Tuhan melalui Gunung Tidar. Apalagi
penduduk sekitar penghasilannya dari Kebun Raya Gunung Tidar.
Kegiatan ini juga untuk nguri-nguri budaya. Ia berharap ruwatan
dapat menghilangkan semua kejelekan, kejahatan atau sukerto.
Tradisi Ruwat Bumi di gunung Tidar
Sumber: https://jejakbocahilang.wordpress.com
3. Cagar Budaya
a. Candi Umbul
Candi Umbul adalah situs bersejarah berusia ratusan tahun yang
konon dulu adalah tempat pemandian putri raja. Pemandian bersejarah
yang bernama Candi Umbul ini konon berasal dari zaman Kerajaan
Mataram Kuno sejak abad 8 Masehi. Lokasinya berada di Kabupaten
Magelang, tepatnya di Dusun Candi Umbul, Desa Kartoharjo. Sebuah
desa yang dikelilingi panorama alam yang masih asri, area sawah yang
luas, gunung-gunung, serta udara yang sejuk.
Situs Candi Umbul memiliki banyak keunikan. Salah satunya sumber
mata air dari pemandian ini berupa air panas yang tak pernah kering, bahkan
saat musim kemarau. Candi Umbul ini juga salah satu candi yang tertua di
Magelang. Candi Umbul sudah ada dari sejak ratusan tahun yang lalu. Candi
Umbul diperkirakan dibangun pada abad ke 8, pada masa kerajaan Mataram
Kuno. Sebelum ditemukan, Candi Umbul terpendam di dalam tanah di lahan
persawahan warga setempat. Aliran Kali Elo yang kerap membanjiri lahan
tempat candi berdiri membuat salah satu warga yang kebetulan sedang
membuat kolam dengan menggali ke dalam tanah, tiba-tiba menemukan
batuan yang mirip dengan struktur candi. Batu-batu itu ditemukan banyak
jumlahnya dan membentuk struktur seperti kolam. Warga pun terus menggali,
hingga terlihatlah sebuah kolam bekas tempat pemandian kuno dengan air
panas memancar keluar ditengah-tengah dari mata air kolam atau umbul. Di
sekitar kolam itu juga ditemukan dua buah candi kecil yang terlihat seperti
gerbang saat masuk. Candi Umbul yang ada sekarang hanya menyisakan
batu-batu bersejarah. Diperkirakan terdapat 2 candi yang berpasangan. Yang
ada saat ini di lokasi Candi Umbul adalah 2 kolam renang yang terbuat dari
batuan andesit, sebagai lokasi pemandian para bangsawan saat itu, serta
beberapa arca.
Situs Candi Umbul
Sumber: https://sejarahlengkap.com
45. .
b. Makam Kyai Dudo
Kampung Dudan di Kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang
Selatan memiliki makam Kyai Dudo yang konon dipercaya sebagai cikal
bakal daerah tersebut. Makam ini rutin didatangi oleh masyarakat yang
sekedar ingin berziarah. Di kompleks makam terdapat bangunan utama
dengan bentuk atap kerucut seperti gunungan yang di dalamnya terdapat
makam Kyai Dudo. Di sebelahnya ada bangunan joglo yang digunakan
untuk balai pertemuan. Kyai Dudo dipercaya sebagai tokoh tersohor
penyebar agama Islam di wilayah Magelang. Namanya yang terkenal itupun
diabadikan menjadi sebuah kampung yang kini dikenal sebagai Kampung
Dudan atau Dudo dalam bahasa Jawa yang berarti duda. kompleks makam
Kyai Dudo selalu ramai dikunjungi setiap kali Bulan Syaban tiba, atau saat
tradisi Nyadran. Biasanya, akan banyak warga yang datang hingga
keramaian yang terjadi melebihi saat Hari Raya Idul Fitri tiba.
Makam Kyai Dudo, Tidar Utara, Magelang Selatan
Sumber: https://magelangekspres.com
c. Makam Gunung Pring
Di Magelang terdapat sebuah desa yang bernama Gunung Pring. Desa
yang berada di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang ini diberi nama
Gunung Pring karena di desa tersebut banyak ditumbuhi pring. Desa yang
memiliki ketinggian 400 meter diatas permukaan laut ini ternyata menjadi
tempat persemayaman Kyai Raden Santri yang merupakan putra dari Ki Ageng
Pemanahan sekaligus wali tanah Jawa. Jika dilihat dari sejarahnya, Kyai Raden
Santri yang memiliki gelar Kanjeng Pangeran Singosari ini merupakan
keturunan dari Prabu Brawijaya V. Kyai Raden Santri adalah seorang ulama
yang pergi ke Jawa untuk menyebarkan agama islam. Setelah setahun
menetap di Majapahit, dirinya memutuskan untuk kembali ke Campa namun
sayangnya negeri tersebut telah hancur dan telah diambil alih oleh Raja
Pelbegu dari Kerajaan Koci. Kyai Raden Santri pun mendapat saran dari Raja
Kertajaya untuk menetap di Gresik. Beliau wafat pada tahun 1317 atau 1449
Masehi. Setelah wafatnya Kyai Raden Santri, penyebaran agama islam
dilanjutkan oleh anak keturunannya hingga saat ini. Penyebaran agama
islamnya dilanjutkan dengan didirikannya Pondok Pesantren Darussalam yang
berada di Watucongol. Kyai Raden Santri dan semua keturunannya
dimakamkan di komplek makam gunung pring. Makam beliau termasuk makam
yang kuno dan sangat kramat. Namun, makamnya justru kini menjadi tempat
ziarah yang ramai dikunjungi oleh para umat muslim diseluruh nusantara.
Makam Simbah KH.Ahmad Abdul Haq Santren Gunungpring Muntilan
Sumber: https://id.top10place.com
46. d. Candi Mendut
Candi Mendut merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram
Kuno yang diduga dibangun pada abad ke-9. Seorang ahli arkeolog asal
Belanda, J.G. De Casparis, menduga jika Candi Mendut dibangun oleh
raja pertama dari Wangsa Syailendra pada 824, dibuktikan dengan
Prasasti Karangtengah. Isi prasasti yang berangka tahun 824 tersebut
menyebutkan bahwa, Raja Indra telah membuat bangunan suci
bernama wenuwana. Casparis mengartikan wenuwana (hutan bambu)
sebagai Candi Mendut dan diperkirakan usianya lebih tua dibanding
Candi Borobudur.
Candi Mendut dibangun dari bahan batu bata dengan campuran
batu andesit, sehingga terlihat sangat kokoh. Di dalamnya terdapat tiga
buah arca Buddha serta sebuah patung Buddha Sakyamuni dengan
posisi duduk. Candi Mendut berbentuk segi empat dengan tinggi
bangunan 26,40 meter di atas batu setinggi 2 M. Tangga menuju selasar
candi terdapat di sisi barat, di depan pintu masuk candi yang dilengkapi
bilik penampil. Bagian dinding candi ini memiliki berbagai macam relief
berpahat yang menggambarkan ajaran Buddha. Di antaranya adalah
relief dengan gambar kura-kura dan angsa, Brahma dan seekor kepiting,
Dharmabuddhi dan Dustabuddhi, dan relief dua burung betet yang
berbeda.
Gambar: Candi Mendut
Sumber: https://anekatempatwisata.com/candi-mendut/
4. Kerajinan
a. Kerajinan Tanduk (Sapi/Kerbau)
Sebagian masyarakat di Desa Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, adalah perajin tanduk sapi dan kerbau. Ratusan
hingga ribuan hasil kerajinan tanduk itu telah dipasarkan ke berbagai daerah.
Keterampilan mengolah bahan baku tanduk didapatkan secara turun menurun,
sehingga saat dulu ketika banyak pesanan kerajinan tanduk, mayoritas warga
menjadi perajin. Dalam memproses bahan baku tanduk, terdapat tiga tahap,
dimulai dari proses pembakaran, proses pelebaran, dan proses pembentukan
dilanjutkan dengan finishing. Rata-rata tiga hari untuk dapat melakukan proses
tersebut, sehingga memakan waktu cukup lama dan membutuhkan keahlian
khusus, dalam pembakaran dan pembentukan, tidak semua orang bisa karena
beresiko tanduk menjadi patah.
Tanduk yang diolah menjadi kerajinan adalah tanduk sapi dan kerbau.
Tanduk-tanduk itu bisa menjadi beragam jenis kerajinan dan hiasan antara lain
sisir, gantungan kunci, mangkok, asbak, wayang, alat pijak, gelang, cincin dan
masih banyak lagi. Pengolahan tanduk menjadi kerajinan tidak hanya butuh
keahlian dan sentuhan seni, akan tetapi juga ketekunan karena proses
pengolahan tidak sebentar. Pengolahan diawali dengan pembakaran tanduk di
atas bara api agar lebih lentur sehingga mudah dibentuk. Setelah dipres dan
menjadi berbentuk lembaran, tanduk dicetak dan dipotong sesuai keinginan.
Proses selanjutnya adalah penghalusan dan finishing lalu dipasarkan.
Gambar: Perajin Tanduk Sapi/Kerbau
Sumber: https://jateng.tribunnews.com/
47. b. Kerajinan Pahat Batu
Seni Pahat Batu di Magelang sudah tersohor sejak zaman dahulu
kala. Seni Pahat Batu di Magelang juga menjadi tradisi turun menurun.
Kerajinan pahat batu hitam adalah keterampilan peninggalan zaman
purba yang hingga kini masih ditekuni sebagian besar warga Muntilan,
Jawa Tengah. Hampir semua warga di daerah tersebut telah turun
temurun membuat dan menjual pahat batu hitam. Pada awalnya,
mereka memang hanya membuat patung yang bercirikan agama
Buddha dan Hindu, seperti Ganesha, Dewa Syiwa, dan Trimurti. Hal ini
wajar saja karena seni pahat memang sangat berhubungan erat
dengan kedua agama tersebut--seperti yang terlihat di Candi
Borobudur. Namun, seiring perkembangan zaman warga setempat
juga mulai mengusahakan benda-benda keperluan sehari-hari, seperti
cobek, lumpang, kijing untuk makam, dan lampu taman. warga dapat
menyuplai bahan batu hitam dari Gunung Merapi karena lokasinya
yang memang dekat dengan Gunung Merapi.
Gambar: Kerajinan Pahat Batu di Muntilan
Sumber: https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-doelkamid-
djayaprana-maestro-pahat-batu-indonesia-asal-magelang.html
c. Kerajinan Gerabah
Salah satu sentra penghasil kerajinan gerabah yaitu Desa wisata Klipoh
di Karanganyar, Magelang, yang berjarak tiga kilometer dari Candi Borobudur.
Konon berdasar cerita dari mulut ke mulut kakek neneknya, Klipoh dulunya
belantara pohon jati. Lalu datanglah seorang perempuan yang tak diketahui asal
usulnya dan menetap di sana Namanya Nyai Kalipah. Dia menikah dengan lelaki
yang juga seorang pendatang. Mereka menetap di barat dusun di tepi sungai.
Suami istri itu mempunyai hobi berbeda. Suaminya suka memelihara perkutut
putih. Nyai Kalipah suka membuat kundi. Istilah “kundi” itu sama dengan
gerabah, yaitu perkakas dari tanah liat. Nyai Kalipah dan suaminya pun beranak
keturunan di sana. Suatu ketika Nyai Kalipah berkata, apabila ada kemajuan
zaman yang membuat tempat itu menjadi lebih baik akan dibuat dusun dengan
nama Dusun Kalipah. Selain kisah Nyai Kalipah, keberadaan dusun penghasil
gerabah perkakas dapur itu pun diduga tak lepas dari sejarah Candi Borobudur.
Mengingat salah satu relief candi yang terletak di sisi barat menggambarkan
keberadaan dusun itu. Pada relief digambarkan sosok perempuan menggendong
periuk diikuti rombongan anak kecil di belakangnya. Kisah pada relief itu disebut
Baratayuda. Secara turun-temurun, beragam produk unggulan kreatif gerabah di
desa ini telah membantu kebangkitan perekonomian masyarakat Magelang.
Proses pembuatan gerabah di Desa Klipoh masih menggunakan teknik
sederhana, berdasarkan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun.
Tanah dibuat seperti adonan dan mulai dibentuk menggunakan alat bantu putar,
cetakan atau dipilin. Setelah itu dijemur 1 hari kemudian dibakar selama lebih
kurang 12 jam jika menggunakan jerami atau kayu. Selain mempunyai nilai jejak
sejarah, kerajinan gerabah juga mempunyai nilai edukasi dalam hal seni budaya.
Gambar: Pengrajin Gerabah
Sumber: https://www.siklimis.com/
PENGERTIAN KEARIFAN LOKAL: FUNGSI, KARAKTERISTIK, DAN CIRI-CIRINYA
48.
49. B. FungsiKearifanLokal
Fungsi kearifan lokal:
1. Berfungsiuntuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsiuntuk pengembangansumberdaya manusia.
3. Berfungsiuntuk pengembangankebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsisebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial, misalnya upacara integrasi komunal atau kekerabatan dan pada upacara pertanian.
6. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan selametan roh.
7. Bermakna politik atau hubungan kekuasaan patro-client, dsb.
C. Karakteristik KearifanLokal
1. Harus menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang tentang etika dan nilai-nilai moral;
2. Kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan untuk menghancurkannya;
3. Kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua;
4. Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum, adat, aturan-aturan khusus.
D. Ciri-Ciri KearifanLokal
1. Mampu bertahan di tengah gempuran budaya luar yang semakin massif
2. Memiliki kemampuan menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur dari budaya luar
3. Mempunyai kemampuan penggabungan atau pembauran terhadap unsur budaya luar ke dalam budaya asli.
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan, memberiarah pada perkembangan budaya.