SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat
menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan
spesifik enantem (complik’s spot), di ikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh.
Bertahun-tahun kejadian penyakit campak terjadi pada anak-anak balita meminta banyak
korban tetapi masyarakat belum menyadari bahayanya; bahkan ada mitos jangan memberikan
obat apa saja sebelum bercak-bercak merah pada kulit keluar.
Bahaya penyulit penyakit campak dikemudian hari adalah (1) kurang gizi sebagai akibat diare
berulang dan berkepanjangan pasca campak; (2) subakut panensifilitis (SSPE) pada anak >10
tahun; (3) munculnya gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah pasca mengidap
penyakit campak yang berat yang disertai pneunomia.
Etiologi
Penyakit campak yang disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak termasuk dalam
famili paramyxvirus. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada
suhu 370C. Toleransi terhadap perubahan pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter,
cahaya dan trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival time)
yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan dalam laboratorium, suhu penyimpanan yang baik
adalah pada suhu -700C.
Gejala Klinis
Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari ke lima atau ke enam pada puncak
timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bivasik, ruam awal
pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama
periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai
400C pada waktu ruam sudah timbul diseluruh tubuh. Pada kasus yang tanpa komplikasi,
suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu tubuh yang normal.
Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya di
cari gejala koplik’s spot. Dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s spot yang merupakan
tanda pathognomonis dari penyakit campak, dapat di deteksi. Lesi ini telah dideskripsikan
oleh koplik pada tahun 1896 sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna
merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan. Mula-mula
hanya didapatkan dua atau tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda putih keabuan
sangat kecil dan sulit terlihat dan hanya dengan sinar yang langsung dan terang dapat terlihat.
Timbulnya koplik’s spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar
terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis.
Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam
dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian samping atas
leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas kedahi. Kemudian
menyebar kebawah keseluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke
ekstremitas atas, dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki hari ketiga. Bagian yang
pertama kena mengandung lebih banyak lesi dari pada yang terkena kemudian. Setelah tiga
atau empat hari, lesi tersebut berubah menjadi berwarna kecoklat. Hal ini kemungkinan
sebagai akibat dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian
disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan.
Imunisasi Campak
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston
B)
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada
dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium)
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50
atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah
dapat memberi hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun
demikian dapat diberikan secara intramuskular.
Pada saat ini dinegara yang sedang berkembang angka kejadian campak masih tinggi dan
sering kali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada
bayi brumur 9 bulan. Untuk negara maju imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak
berumur 12-15 bulan dan kemudian imunisasi kedua (booster) juga dengan MMR dilakukan
secara rutin pada umur 4-6 bulan, tetapi dapat juga diberikan setiap waktu semasa periode
anak dengan tenggang waktu paling sedikit 4 minggu dari imunisasi pertama.
Imunisasi campak tidak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi
primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, mereka yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang
terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti
kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak.
Kesulitan untuk mencapai dan mempertahankan angka cakupan yang tinggi bersama-sama
dengan keinginanuntuk mnunda pemberian imunisasi sampai antibodi maternal hilang
merupakan suatu hal yang berat dalam pengendalian penyakit campak. Pada anak-anak di
negara berkembang, antibodi maternal akan hilang pada usia 9 bulan, dan pada anak-anak
dinegara maju setelah 15 bulan.
Dosis dan cara pemberian
 Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000
TCID50 atau sebanyak 0,5 ml
 Untuk vaksin hidup pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan
hasil yang baik
 Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun demikian dapat
di9berikan secara intramuskular
 Daya proteksi vaksi campak diukur dengan berbagai macam cara, salah satu indikator
pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak
sesudah pelaksanaan program imunisasi.
 Imuninasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD (program BIAS)
Reaksi KIPI
 Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang
pada seorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin
campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun
dengan digunakan vaksin campak yang dilemahkan.
 Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,500C yang terjadi pada 5%-15% kasus,
demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2
hari.
 Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan
suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.
 Ruam dapat dijumpai pada 5% resipen, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi
yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat inkubasi penyakit
lami.
Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti esefalitis dan
esefalopati pasca imunisasi, diperkirakan resiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30
hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin
CHECK LIST SKILL LAB:
IMUNISASI CAMPAK
No. Aspek Penilaian
Skor
0 1 2 3
1. Alat dan bahan:
Alat :
Pinset
Disposable spuit
Bahan :
Vaksin campak
Pelarut
Kapas
air
2. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan
3. Pastikan vaksin campak dalam keadaan baik (perhatikan nomor,
tanggal kadarluarsa dan vaksin vial monitor)
4. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset
5. Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc)
6.
Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi (memakai
spuit khusus)
7.
Bersihkan lengan kiri bagian atas anak atau di paha anak dengan
kapas yang telah dibasahi air bersih
8. Suntikan secara subkutan (sc)
9. Rapikan alat
10. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan
Keterangan Skor Aceh Besar, .............2016
0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%)
2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%)
3.Dilakukan dengan benar
NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......)
30
Hepatitis B
Infeksi virus hepatitis B (VHB) menebabkan sedikitnya satu juta kematian/tahun. Saat
ini terdapat 35o juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada anak
umumnya asimtomatis tetapi 80%-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan
menjadi sirosis dan /atau karsinoma hepatoseluler (KHS). Di negara endemis, 80% KHS
disebabkan oleh VHB. Resiko KHS ini sangat tinggi bila inveksi terjadi pada usia dini. Di
lain pihak, terapi anti virus belum mernuaskan, terlebih pada pengidap yang terinfeksi secara
vertikal atau pada usia dini.
Di kawasan yang prevalens infeksi VHB nya tinggi, infeksi terjadi pada awal masa
kanak-kanak baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, kebijakan utama
tatalaksana VHB adalah pemotong jalur transmisi sedini mungkin. Baksinasi universal bayi
baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens VHB dan KHS.
Penularan
Semua orang yang mengandung HbsAg positif potensial infeksius transmisi terjadi
melalui kontak perkutaneus atau parenteral, dan melalui hubungan seksual. Transmisi antara
anak mcdus yang sering terjadi di negara endemis VHB. VHB dapat melekat dan bertahan di
permukana suatu benda selama kurang lebih satu minggu tanpa kehilangan daya tular. Darah
bersifat infeksius beberapa minggu sebelum awitan, menetap selama fase akut berlangsung.
Daya tular pasien VHB kronis bervariasi, sangat infeksius bila HbeAg positif
Kelompok yang rentan terhadap infeksi VHB
Pada dasarnya, individu yang belum pernah imunisasi hepatitis B atau yang tidak
memiliki antibodi anti-HBs, potensial terinfeksi VHB. Resiko kronisitas dipengaruhi oleh
faktor usia saat yang bersangkutan terinfeksi. Kronisitas dialami oleh 90% yang terinfeksi
secara lahir, oleh 25-50% anak yang terinfeksi usia 1-5 tahun, dan oleh 1-5% anak besar dan
orang dewasa. Infeksi VHB juga umumnya akan menjadi kronis bila mengenai pada individu
dengan defisiensi imun, baik kongenital maupun didapat (infeksi HIV, terapi imunosupresi,
kemodialisis).
Pencegahan
Pencegahan merupakan upaya terpenting karena paling cost-effective. Secara garis besar,
upaya pencegahan terdiri dari preventif umum dan khusus yaitu imunisasi VHB aktif dan
pasif.
Umum. selain uji tapis donor darah, upaya pencegahan umum mencakup sterilisasi intrumen
kesehatan, laat dialisis individual, membuang jarum, distosadle ketempat khusus, dan
pemakaian sarung tangan oleh tenaga medis. Mencakup juga penyuluhan perihal safe sex,
penggunaan jarum suntik disposable, mencegah kontak mikrolesi (pemakaian sikat gigi,
sisir), menutup luka. Selain itu, idealnya skrining ibu hamil (trimester ke-1 dan ke-3,
terutama ibu resiko tinggi) dan skrining populasi resiko tinggi (lahir di daerah hiperendemis
dan belum pernah imunisasi, homo-heteroseksual, pasangan sexganda, tenaga medis, pasien
dialisis, keluarga pasien VHB, kontak seksual dengan pasien VHB).
Khusus. Program imunisasi universal bayi baru lahir berhasil menurunkan prevalens infeksi
VHB dan KHS di taiwan, gambia, alaska, polynesia.
Imunisasi pasif
Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat segera memberikan proteksi
meskipun hanya untuk jangka pendek (3-6 bulan).
HBIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (needle stick injury, kontak seksual, bayi
dan ibu VHB terciprat darah kemukosa atau ke mata). Sebaiknya HBIg diberikan bersama
vaksin VHB sehingga proteksinya berlangsung lama.
Imunisasi aktif
Vaksi VHB yang tersedia adalah vaksin rekombinaan pemberian ketiga seri vaksin dan
dengan dosis yang sesuai rekomendasi, akan menyebabkan terbentuknya respon protektif
(anti HBs ≥ 10 mIU/mL) pada > 90% dewasa, bayi, anak dan remaja
Vaksi diberikan secara intramuskular dalam. Pada neornatus dan bayi diberikan di
anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa, diberikan regio deltoid.
Siapa yang harus mendapat imunisasi hepatitis B?
 Semua bayi baru lahir tanpa memandang status VHB ibunya
 Individu yang karena pekerjaannya beresiko tertular VHB
 Karyawan di lembaga perawatan cacat mental
 Pasien hemodialisis
 Pasien koagulopati yang membutuhkan tranfusi berulang
 Individu yang serumah dengan pengidap VHB atau kontak akibat hubungan seksual
 Drug users
 Homoseksual, biseksual, heteroseksual
Jadwal dan dosis. Pada dasarnya jadwal imunisasi hepatitis B sangat fleksibel sehingga
tersedia berbagai pilihan untuk menyatukannya kedalam program imunisasi terpadu. Namun
demikian ada beberapa hal yang perlu diingat.
 Minimal diberikan sebanyak 3x
 Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir
 Jadwal imunisasi yang dianjurkan 0,1,6 bulan karena respons antibodi paling optimal
 Interval antara dosis pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang
interval antara dosis pertama dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas
atau titer antibodi sesudah imunisasi selesai (dosis ketiga).
 Dosis ketiga merupakan penentu respon antibodi karena merupakan dosis booster.
Semakin panjang jarak antara imunisasi kedua dengan imunisasi ketiga (4-12 bulan),
semakin tinggi titer antibodi.
 Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua.
Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek dua bulan dari
imunisasi kedua.
 Bila dosis ketiga terlambat diberikan segera memungkinkan.
Setiap vaksin hepatitis B sudah dievaluasi untuk menentukan dosis sesuai umur (age-specific
dose) yang dapat menimbulkan respons antibodi yang optimum. Oleh karena itu, dosis yang
direkomendasikan bervariasi tergantung produk dan usia resipien. Sedangkan dosis pada bayi
dipengaruhi pula oleh status HbsAg ibu.
Pasien hemodialisis membutuhkan dosis yang lebih besar atau penambahan jumlah suntikan.
Tabel 5.3 imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir
HbsAg ibu Imunisasi Keterangan
Positif HBIg (0,5 ml) dan vaksin
HB
Dosis 1:<12 jam pertama
Negatif atau tidak
diketahui*
Vaksin HB Dosis 1:segera setelah lahir
Status HBV ibu semula
tidak diketahui tetapi bila
dalam 7 hari terbukti ibu
HBV, segera beri HBIg
Pada pasien koagulopati penyuntikan segera setelah memperoleh terapi faktor koagulasi,
dengan jarum kecil (no ≤ 23). Tempat penyuntikan ditekan minimal 2 menit.
Bayi prematur: bila ibu HbsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau
berat badan sudah mencapai 2 kg.
Catch up immunization. Merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang belum
pernah diimunisasi atau terlambat > dari 1 bulan dari jadwal yang seharusnya. Khusus pada
imunisasi hepatitis B, imunisasi cetch up ini diberikan dengan interval minimal 4 minggu
antara dosis pertama dan dosis kedua, sedangkan interval antara dosis kedua dan ketiga
minimal 8 minggu atau 16 minggu sesudah dosis pertama.
Efektivitas, lama proteksi. Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90%-
95%. Memori sistem imun menetapkan minimal sampai 12 tahun pasca imunisasi sehingga
pada anak normal, tidak dianjurkan untuk imunisasi booster.
Pada pasien hemodialisis, proteksi vaksin tidak sebaik individu normal dan mungkin hanya
berlangsung selama titer anti HBs ≥ mIU/ml. Pada kelompok ini dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan anti HBs setiap tahun dan booster diberikan bila anti HBs turun menjadi <10
mIU/ml.
Non responder. Mereka yang tidak memberikan respons terhada imunisasi primer, diberikan
vaksinasi tambahan (kecuali bila HbsAg positif). Tambahan satu kali vaksinasi menyebabkan
15%-25% non responder memberikan respon antibodi yang adekuat. Bila vaksinasi di ulang
3 kali, sampai dengan 40% dapat membentuk antibodi yang adekuat. Bila sesudah 3 kali
vaksinasi tambahan tidak terjadi serokonversi, tidak perlu imunisasi tambahan lagi.
Uji serologi. Pada bayi-anak, pemeriksaan anti-HBs pra dan pasca imunisasi tidak
dianjurkan. Uji serologi pra imunisasi hanya dilakukan pada yang akan memperoleh
profilaksis pasca paparan dan individu beresiko tinggi tertular infeksi HBV. Uji serologi
pasca imunisasi perlu dilakukan pada bayi dan ibu pengidap VHB, individu yang
memperoleh profilaksis pasca paparan, dan pasien imunokompromis. Iju serologi, pasca
imunisasi ini dilakukan 1 bulan sesudah umunisasi ke-3.
Reaksi KIPI. Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan
bersifat sementara. Kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.
Indikasi kontra. Sampai saat ini tidak ada indikasi kontra abolut pemberian vaksin VHB.
Kehamilan dan laktasi bukan indikasi kontra imunisasi VHB.
CHECK LIST SKILL LAB:
IMUNISASI DPT COMBO
No. Aspek Penilaian
Skor
0 1 2 3
1. Alat dan bahan:
Alat :
Disposable spuit
Bahan :
Vaksin Combo(hepatitis, HIB, DPT) merk dagang Pentabio
Kapas
2. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan
3. Pastikan vaksin campak dalam keadaan baik (perhatikan nomor,
tanggal kadarluarsa dan vaksin vial monitor)
4. Kocok vaksin kemudian ambil vaksin 0,5 cc
5. Suntikan didaerah sepertiga paha lateral bagian atas 45° C secara
intramuskular (im)
6. Rapikan alat
7. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan
Keterangan Skor Aceh Besar, .............2016
0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%)
2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%)
3.Dilakukan dengan benar
NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......)
21

More Related Content

What's hot

Ppt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchPpt bu ayu torch
Ppt bu ayu torch
resiy
 
Penyakit campak measles
Penyakit  campak measlesPenyakit  campak measles
Penyakit campak measles
F.x. Alexander
 
251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan
251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan
251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan
kholila izza
 
Asuhan keperawatan pada pasien AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada pasien  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada pasien  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada pasien AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
kenggi
 

What's hot (19)

Ppt bu ayu torch
Ppt bu ayu torchPpt bu ayu torch
Ppt bu ayu torch
 
Campak, rubella dan afp 2
Campak, rubella dan afp 2Campak, rubella dan afp 2
Campak, rubella dan afp 2
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
Measles
MeaslesMeasles
Measles
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
 
Penyakit campak measles
Penyakit  campak measlesPenyakit  campak measles
Penyakit campak measles
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan
251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan
251548839 infeksi-varisela-pada-kehamilan
 
Asuhan keperawatan pada pasien AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada pasien  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada pasien  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada pasien AKPER PEMKAB MUNA
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Kampanye campak
Kampanye campakKampanye campak
Kampanye campak
 
Slide master (rubella)
Slide master (rubella)Slide master (rubella)
Slide master (rubella)
 
Imunisasi campak pada anak
Imunisasi campak pada anakImunisasi campak pada anak
Imunisasi campak pada anak
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Askep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakAskep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campak
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Kebijakan &amp;strategi operasional campak 2010
Kebijakan &amp;strategi operasional campak 2010Kebijakan &amp;strategi operasional campak 2010
Kebijakan &amp;strategi operasional campak 2010
 

Similar to Imunisasi hepatitis dan campak

Campak
CampakCampak
Campak
lidya8
 
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptxPPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
Fajri29
 
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdff9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
AzizSeptian2
 
Imunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polioImunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polio
Ferdiansah Umar
 
PELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIA
PELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIAPELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIA
PELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIA
RahmawatyNanang
 

Similar to Imunisasi hepatitis dan campak (20)

Waspada Campak.pptx
Waspada Campak.pptxWaspada Campak.pptx
Waspada Campak.pptx
 
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
Penyuluhan MR.pdf
Penyuluhan MR.pdfPenyuluhan MR.pdf
Penyuluhan MR.pdf
 
Keamanan Vaksin & KIPI MR edit.ppt
Keamanan Vaksin & KIPI MR edit.pptKeamanan Vaksin & KIPI MR edit.ppt
Keamanan Vaksin & KIPI MR edit.ppt
 
PAPARAN ATM PKK DESA DENGAN PENINGKATAN KAPATISITAS KADER DAN TPKK.pptx
PAPARAN ATM PKK DESA DENGAN PENINGKATAN KAPATISITAS KADER DAN TPKK.pptxPAPARAN ATM PKK DESA DENGAN PENINGKATAN KAPATISITAS KADER DAN TPKK.pptx
PAPARAN ATM PKK DESA DENGAN PENINGKATAN KAPATISITAS KADER DAN TPKK.pptx
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
Ensefalitis tb
Ensefalitis tbEnsefalitis tb
Ensefalitis tb
 
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptxPPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
 
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdff9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
 
mempelajari tentang Varicella pada ibu hamil
mempelajari tentang Varicella pada ibu hamilmempelajari tentang Varicella pada ibu hamil
mempelajari tentang Varicella pada ibu hamil
 
imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
 
Sains
Sains Sains
Sains
 
Materi Kebijakan MR Malut1.ppt
Materi Kebijakan MR Malut1.pptMateri Kebijakan MR Malut1.ppt
Materi Kebijakan MR Malut1.ppt
 
Sosialisasi campak.pptx
Sosialisasi campak.pptxSosialisasi campak.pptx
Sosialisasi campak.pptx
 
imunisasi campak 2018.pdf
imunisasi campak 2018.pdfimunisasi campak 2018.pdf
imunisasi campak 2018.pdf
 
CAMPAK&RUBELLA (1).ppt
CAMPAK&RUBELLA (1).pptCAMPAK&RUBELLA (1).ppt
CAMPAK&RUBELLA (1).ppt
 
Imunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polioImunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polio
 
PELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIA
PELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIAPELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIA
PELAKSANAAN BIAS materi di Puskesmas BIA
 
Imunisasi yunita
Imunisasi yunitaImunisasi yunita
Imunisasi yunita
 

Recently uploaded

2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
DavyPratikto1
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
NadhifahRahmawati
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
AthoinNashir
 

Recently uploaded (20)

2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 

Imunisasi hepatitis dan campak

  • 1. Campak Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (complik’s spot), di ikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Bertahun-tahun kejadian penyakit campak terjadi pada anak-anak balita meminta banyak korban tetapi masyarakat belum menyadari bahayanya; bahkan ada mitos jangan memberikan obat apa saja sebelum bercak-bercak merah pada kulit keluar. Bahaya penyulit penyakit campak dikemudian hari adalah (1) kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak; (2) subakut panensifilitis (SSPE) pada anak >10 tahun; (3) munculnya gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneunomia. Etiologi Penyakit campak yang disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak termasuk dalam famili paramyxvirus. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 370C. Toleransi terhadap perubahan pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya dan trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan dalam laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -700C. Gejala Klinis Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari ke lima atau ke enam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bivasik, ruam awal pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 400C pada waktu ruam sudah timbul diseluruh tubuh. Pada kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu tubuh yang normal. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya di cari gejala koplik’s spot. Dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s spot yang merupakan tanda pathognomonis dari penyakit campak, dapat di deteksi. Lesi ini telah dideskripsikan oleh koplik pada tahun 1896 sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan. Mula-mula hanya didapatkan dua atau tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda putih keabuan sangat kecil dan sulit terlihat dan hanya dengan sinar yang langsung dan terang dapat terlihat. Timbulnya koplik’s spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis. Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas kedahi. Kemudian menyebar kebawah keseluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke
  • 2. ekstremitas atas, dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki hari ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih banyak lesi dari pada yang terkena kemudian. Setelah tiga atau empat hari, lesi tersebut berubah menjadi berwarna kecoklat. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan. Imunisasi Campak Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B) b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium) Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberi hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular. Pada saat ini dinegara yang sedang berkembang angka kejadian campak masih tinggi dan sering kali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi brumur 9 bulan. Untuk negara maju imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan dan kemudian imunisasi kedua (booster) juga dengan MMR dilakukan secara rutin pada umur 4-6 bulan, tetapi dapat juga diberikan setiap waktu semasa periode anak dengan tenggang waktu paling sedikit 4 minggu dari imunisasi pertama. Imunisasi campak tidak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, mereka yang mendapatkan pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. Kesulitan untuk mencapai dan mempertahankan angka cakupan yang tinggi bersama-sama dengan keinginanuntuk mnunda pemberian imunisasi sampai antibodi maternal hilang merupakan suatu hal yang berat dalam pengendalian penyakit campak. Pada anak-anak di negara berkembang, antibodi maternal akan hilang pada usia 9 bulan, dan pada anak-anak dinegara maju setelah 15 bulan. Dosis dan cara pemberian  Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml  Untuk vaksin hidup pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik  Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun demikian dapat di9berikan secara intramuskular
  • 3.  Daya proteksi vaksi campak diukur dengan berbagai macam cara, salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.  Imuninasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD (program BIAS) Reaksi KIPI  Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada seorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakan vaksin campak yang dilemahkan.  Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,500C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.  Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.  Ruam dapat dijumpai pada 5% resipen, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat inkubasi penyakit lami. Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti esefalitis dan esefalopati pasca imunisasi, diperkirakan resiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin
  • 4. CHECK LIST SKILL LAB: IMUNISASI CAMPAK No. Aspek Penilaian Skor 0 1 2 3 1. Alat dan bahan: Alat : Pinset Disposable spuit Bahan : Vaksin campak Pelarut Kapas air 2. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan 3. Pastikan vaksin campak dalam keadaan baik (perhatikan nomor, tanggal kadarluarsa dan vaksin vial monitor) 4. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset 5. Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc) 6. Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi (memakai spuit khusus) 7. Bersihkan lengan kiri bagian atas anak atau di paha anak dengan kapas yang telah dibasahi air bersih 8. Suntikan secara subkutan (sc) 9. Rapikan alat 10. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan Keterangan Skor Aceh Besar, .............2016 0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur, 1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%) 2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%) 3.Dilakukan dengan benar NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......) 30
  • 5. Hepatitis B Infeksi virus hepatitis B (VHB) menebabkan sedikitnya satu juta kematian/tahun. Saat ini terdapat 35o juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada anak umumnya asimtomatis tetapi 80%-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan menjadi sirosis dan /atau karsinoma hepatoseluler (KHS). Di negara endemis, 80% KHS disebabkan oleh VHB. Resiko KHS ini sangat tinggi bila inveksi terjadi pada usia dini. Di lain pihak, terapi anti virus belum mernuaskan, terlebih pada pengidap yang terinfeksi secara vertikal atau pada usia dini. Di kawasan yang prevalens infeksi VHB nya tinggi, infeksi terjadi pada awal masa kanak-kanak baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, kebijakan utama tatalaksana VHB adalah pemotong jalur transmisi sedini mungkin. Baksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens VHB dan KHS. Penularan Semua orang yang mengandung HbsAg positif potensial infeksius transmisi terjadi melalui kontak perkutaneus atau parenteral, dan melalui hubungan seksual. Transmisi antara anak mcdus yang sering terjadi di negara endemis VHB. VHB dapat melekat dan bertahan di permukana suatu benda selama kurang lebih satu minggu tanpa kehilangan daya tular. Darah bersifat infeksius beberapa minggu sebelum awitan, menetap selama fase akut berlangsung. Daya tular pasien VHB kronis bervariasi, sangat infeksius bila HbeAg positif Kelompok yang rentan terhadap infeksi VHB Pada dasarnya, individu yang belum pernah imunisasi hepatitis B atau yang tidak memiliki antibodi anti-HBs, potensial terinfeksi VHB. Resiko kronisitas dipengaruhi oleh faktor usia saat yang bersangkutan terinfeksi. Kronisitas dialami oleh 90% yang terinfeksi secara lahir, oleh 25-50% anak yang terinfeksi usia 1-5 tahun, dan oleh 1-5% anak besar dan orang dewasa. Infeksi VHB juga umumnya akan menjadi kronis bila mengenai pada individu dengan defisiensi imun, baik kongenital maupun didapat (infeksi HIV, terapi imunosupresi, kemodialisis). Pencegahan Pencegahan merupakan upaya terpenting karena paling cost-effective. Secara garis besar, upaya pencegahan terdiri dari preventif umum dan khusus yaitu imunisasi VHB aktif dan pasif. Umum. selain uji tapis donor darah, upaya pencegahan umum mencakup sterilisasi intrumen kesehatan, laat dialisis individual, membuang jarum, distosadle ketempat khusus, dan pemakaian sarung tangan oleh tenaga medis. Mencakup juga penyuluhan perihal safe sex, penggunaan jarum suntik disposable, mencegah kontak mikrolesi (pemakaian sikat gigi, sisir), menutup luka. Selain itu, idealnya skrining ibu hamil (trimester ke-1 dan ke-3, terutama ibu resiko tinggi) dan skrining populasi resiko tinggi (lahir di daerah hiperendemis dan belum pernah imunisasi, homo-heteroseksual, pasangan sexganda, tenaga medis, pasien dialisis, keluarga pasien VHB, kontak seksual dengan pasien VHB).
  • 6. Khusus. Program imunisasi universal bayi baru lahir berhasil menurunkan prevalens infeksi VHB dan KHS di taiwan, gambia, alaska, polynesia. Imunisasi pasif Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat segera memberikan proteksi meskipun hanya untuk jangka pendek (3-6 bulan). HBIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (needle stick injury, kontak seksual, bayi dan ibu VHB terciprat darah kemukosa atau ke mata). Sebaiknya HBIg diberikan bersama vaksin VHB sehingga proteksinya berlangsung lama. Imunisasi aktif Vaksi VHB yang tersedia adalah vaksin rekombinaan pemberian ketiga seri vaksin dan dengan dosis yang sesuai rekomendasi, akan menyebabkan terbentuknya respon protektif (anti HBs ≥ 10 mIU/mL) pada > 90% dewasa, bayi, anak dan remaja Vaksi diberikan secara intramuskular dalam. Pada neornatus dan bayi diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa, diberikan regio deltoid. Siapa yang harus mendapat imunisasi hepatitis B?  Semua bayi baru lahir tanpa memandang status VHB ibunya  Individu yang karena pekerjaannya beresiko tertular VHB  Karyawan di lembaga perawatan cacat mental  Pasien hemodialisis  Pasien koagulopati yang membutuhkan tranfusi berulang  Individu yang serumah dengan pengidap VHB atau kontak akibat hubungan seksual  Drug users  Homoseksual, biseksual, heteroseksual Jadwal dan dosis. Pada dasarnya jadwal imunisasi hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia berbagai pilihan untuk menyatukannya kedalam program imunisasi terpadu. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diingat.  Minimal diberikan sebanyak 3x  Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir  Jadwal imunisasi yang dianjurkan 0,1,6 bulan karena respons antibodi paling optimal  Interval antara dosis pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval antara dosis pertama dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas atau titer antibodi sesudah imunisasi selesai (dosis ketiga).  Dosis ketiga merupakan penentu respon antibodi karena merupakan dosis booster. Semakin panjang jarak antara imunisasi kedua dengan imunisasi ketiga (4-12 bulan), semakin tinggi titer antibodi.  Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek dua bulan dari imunisasi kedua.  Bila dosis ketiga terlambat diberikan segera memungkinkan.
  • 7. Setiap vaksin hepatitis B sudah dievaluasi untuk menentukan dosis sesuai umur (age-specific dose) yang dapat menimbulkan respons antibodi yang optimum. Oleh karena itu, dosis yang direkomendasikan bervariasi tergantung produk dan usia resipien. Sedangkan dosis pada bayi dipengaruhi pula oleh status HbsAg ibu. Pasien hemodialisis membutuhkan dosis yang lebih besar atau penambahan jumlah suntikan. Tabel 5.3 imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir HbsAg ibu Imunisasi Keterangan Positif HBIg (0,5 ml) dan vaksin HB Dosis 1:<12 jam pertama Negatif atau tidak diketahui* Vaksin HB Dosis 1:segera setelah lahir Status HBV ibu semula tidak diketahui tetapi bila dalam 7 hari terbukti ibu HBV, segera beri HBIg Pada pasien koagulopati penyuntikan segera setelah memperoleh terapi faktor koagulasi, dengan jarum kecil (no ≤ 23). Tempat penyuntikan ditekan minimal 2 menit. Bayi prematur: bila ibu HbsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan sudah mencapai 2 kg. Catch up immunization. Merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang belum pernah diimunisasi atau terlambat > dari 1 bulan dari jadwal yang seharusnya. Khusus pada imunisasi hepatitis B, imunisasi cetch up ini diberikan dengan interval minimal 4 minggu antara dosis pertama dan dosis kedua, sedangkan interval antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 minggu atau 16 minggu sesudah dosis pertama. Efektivitas, lama proteksi. Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90%- 95%. Memori sistem imun menetapkan minimal sampai 12 tahun pasca imunisasi sehingga pada anak normal, tidak dianjurkan untuk imunisasi booster. Pada pasien hemodialisis, proteksi vaksin tidak sebaik individu normal dan mungkin hanya berlangsung selama titer anti HBs ≥ mIU/ml. Pada kelompok ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti HBs setiap tahun dan booster diberikan bila anti HBs turun menjadi <10 mIU/ml. Non responder. Mereka yang tidak memberikan respons terhada imunisasi primer, diberikan vaksinasi tambahan (kecuali bila HbsAg positif). Tambahan satu kali vaksinasi menyebabkan 15%-25% non responder memberikan respon antibodi yang adekuat. Bila vaksinasi di ulang 3 kali, sampai dengan 40% dapat membentuk antibodi yang adekuat. Bila sesudah 3 kali vaksinasi tambahan tidak terjadi serokonversi, tidak perlu imunisasi tambahan lagi. Uji serologi. Pada bayi-anak, pemeriksaan anti-HBs pra dan pasca imunisasi tidak dianjurkan. Uji serologi pra imunisasi hanya dilakukan pada yang akan memperoleh profilaksis pasca paparan dan individu beresiko tinggi tertular infeksi HBV. Uji serologi pasca imunisasi perlu dilakukan pada bayi dan ibu pengidap VHB, individu yang
  • 8. memperoleh profilaksis pasca paparan, dan pasien imunokompromis. Iju serologi, pasca imunisasi ini dilakukan 1 bulan sesudah umunisasi ke-3. Reaksi KIPI. Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara. Kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari. Indikasi kontra. Sampai saat ini tidak ada indikasi kontra abolut pemberian vaksin VHB. Kehamilan dan laktasi bukan indikasi kontra imunisasi VHB.
  • 9. CHECK LIST SKILL LAB: IMUNISASI DPT COMBO No. Aspek Penilaian Skor 0 1 2 3 1. Alat dan bahan: Alat : Disposable spuit Bahan : Vaksin Combo(hepatitis, HIB, DPT) merk dagang Pentabio Kapas 2. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan 3. Pastikan vaksin campak dalam keadaan baik (perhatikan nomor, tanggal kadarluarsa dan vaksin vial monitor) 4. Kocok vaksin kemudian ambil vaksin 0,5 cc 5. Suntikan didaerah sepertiga paha lateral bagian atas 45° C secara intramuskular (im) 6. Rapikan alat 7. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan Keterangan Skor Aceh Besar, .............2016 0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur, 1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%) 2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%) 3.Dilakukan dengan benar NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......) 21