SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
ISSN 2442-7659
Situasi Campak dan Rubella di Indonesia
2018
Kementerian Kesehatan RI
Pusat Data dan Informasi
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan
ISSN 2442-7659
di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada
tahun 2012 kematian akibat Campak telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global.
Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara dengan kasus Campak terbanyak
di dunia.
Masa penularan penyakit Campak terjadi pada 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul
rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama
sakit. Masa Inkubasi terjadi pada 7 – 18 hari. Gejala Campak ditandai dengan :
o
1. Demam dengan suhu badan biasanya > 38 C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu
atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.
2. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga.
3. Gejala pada tubuh berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran
4-7 hari menjalar keseluruh tubuh.
4. Khas (Patognomonis) ditemukan Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar
merah di pipi bagian dalam.
Penyebab Rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus
dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi
pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta
sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella
Syndrome/CRS. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah
rash. Masa inkubasi Rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala Rubella ditandai dengan
demam (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di
belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.
Virus penyakit Campak dan Rubella penyebarannya sama melalui batuk dan bersin, serta
kontak langsung dengan penderita. Virus Campak dan Rubella cepat mati oleh sinar ultra
violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Untuk memastikan diagnosis penyakit
Campak dan Rubella, diperlukan konfirmasi laboratorium dengan melakukan pemeriksaan
serologis (pengambilan darah pasien/serum darah) atau virologis (pengambilan urin pasien).
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala
sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan Rubella pada wanita dewasa sering
menimbulkan arthritis atau arthralgia.
Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus
atau bayi lahir dengan CRS. Bentuk kelainan pada CRS :
1. Kelainan jantung : Patent ductus arteriosus, Defek septum atrial, Defek septum ventrikel,
Stenosis katup pulmonal ;
2. Kelainan pada mata : Katarak kongenital, Glaukoma kongenital, Pigmentary Retinopati ;
3. Kelainan pendengaran ;
4. Kelainan pada sistim saraf pusat : Retardasi mental, Mikrocephalia, Meningoensefalitis ;
5. Kelainan lain : Purpura, Splenomegali, Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir,
Radioluscent bone.
1 2
II. Definisi Kasus Campak dan Rubella
Derajat kesehatan masyarakat sebuah negara ditentukan oleh beberapa indikator. Beberapa
indikator yang dianggap signifikan dalam menggambarkan derajat tersebut antara lain,
kematian ibu, kematian bayi, dan status gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia masih dianggap sensitif dalam mendeteksi ada atau tidaknya
perbaikan pada sektor pelayanan kesehatan. Angka Kematian Bayi menggambarkan
banyaknya kejadian kematian pada anak usia 0-11 bulan per 1.000 kelahiran hidup di populasi.
Indikator ini diperoleh berdasarkan hasil survey atau sensus yang dilakukan secara periodik
pada tahun tertentu. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menujukkan peningkatan. Namun demikian
peningkatan tersebut masih dianggap “on track”, yang artinya AKB masih berpeluang dapat
diturunkan.
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa angka kematian neonatal, angka kematian bayi,
dan angka kematian balita menunjukkan kecenderungan penurunan dari tahun 1991 sampai
dengan tahun 2015. Kematian bayi dan balita dapat disebabkan oleh infeksi, asfiksia, dan PD3I.
I. Kematian Bayi dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Indonesia
Sumber: SDKI tahun 1991-2017
1991 1995 1999 2003 2007 2012 2017
97
81
58
46 44 40
32
24
32
15
19
34
19
35
20
46
26
57
30
68
32
120
100
80
60
40
20
0
Angka Kematian Neonatal
Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Balita
GAMBAR 1. TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA
TAHUN 1991 – 2017 DI INDONESIA
Salah satu penyakit yang termasuk ke dalam golongan PD3I adalah Campak. Penyakit Campak
dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular
(infeksius) dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan virus RNA. Manusia diperkirakan
satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam
penularan. Pada tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih
20 juta orang di dunia terkena Campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian
besar adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak
Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 provinsi (52,9%) yang mengalami
peningkatan kasus dalam tiga tahun terakhir, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Banten, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku,
dan Papua Barat. Provinsi Banten dan Jawa Timur mengalami peningkatan yang signifikan
di antara 18 provinsi tersebut.
Pada saat tertentu adanya peningkatan kasus di suatu wilayah menyebabkan penetapan status
Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wilayah tersebut. KLB suspect Campak terjadi ketika ditemukan
5 atau lebih suspect Campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut, terjadi mengelompok dan
memiliki hubungan epidemiologi. KLB Campak pasti terjadi ketika ada KLB suspect Campak
dengan hasil laboratorium > 2 IgM Campak. KLB Rubella pasti terjadi ketika terdapat KLB
suspect Campak dengan hasil laboratorium > IgM Rubella.
Kasus Campak pada pelaporan rutin dan kasus pada Kejadian Luar Biasa dilaporkan tiap bulan.
Kedua jenis kasus tersebut menunjukkan peningkatan pada bulan-bulan tertentu, namun pola
yang ditunjukkan tidak sama dalam tiga tahun terakhir (2015-2017).
3 4
III. Gambaran Kasus
Kegiatan surveilans yang dilakukan setiap tahun melaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect
Campak. Hasil konfirmasi laboratorium terhadap kasus tersebut, diketahui bahwa 12 – 39%
di antaranya adalah Campak pasti (confirmed), dan sebanyak 16–43% adalah Rubella pasti.
Dalam kurun waktu tahun 2010-2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus Campak dan 30.463
kasus Rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya
di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari
pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
Jumlah kasus Campak yang dilaporkan dapat dibandingkan antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya dengan menggunakan Incidence Rate. Incidence Rate Campak diperoleh
dengan membagi jumlah kasus Campak dengan jumlah penduduk di wilayah tertentu lalu
dikalikan dengan konstanta 100.000. Incidence rate Campak menggambarkan rate penderita
Campak di tiap 100.000 penduduk.
Incidence Rate Campak per 100.000 penduduk di Indonesia pada tahun 2011-2017
menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 9,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk. Namun
demikian, Incidence rate cenderung naik dari tahun 2015 sampai dengan 2017, yaitu
dari 3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk.
Kasus Campak dalam tiga tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan dibeberapa provinsi.
Namun ada juga beberapa provinsi yang mengalami penurunan.
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Frekuensi
KLB
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.
Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau
DKI
Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Utara
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Maluku
Utara
Papua
Barat
Papua
2015 2016 2017
GAMBAR 3. DISTRIBUSI KASUS CAMPAK TAHUN 2015-2017
GAMBAR 2. INCIDENCE RATE CAMPAK PER 100.000 PEDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2011-2017
2011
9,2
2012
6,5
2013
4,6
2014
5,1
2015
3,2
2016
5,0
2017
5,6
5 6
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kasus Campak tidak tergantung musim. Pola yang
dapat diidentifikasi adalah jika terjadi peningkatan kasus, maka akan diiringi dengan
peningkatan kasus pada KLB.
Pemerintah melaksanakan imunisasi Campak tambahan pada bulan Agustus 2016, dan
imunisasi Campak Rubella (MR) di provinsi di Pulau Jawa pada Bulan Agustus sampai dengan
September 2017. Kampanye imunisasi tersebut bertujuan untuk untuk memberikan kekebalan
tambahan terhadap Campak dan Rubella sehingga dapat mengurangi kasus dan kejadian KLB
Campak. Hal ini dibuktikan adanya penurunan kasus dan tidak adanya laporan KLB Campak
pada bulan Oktober 2017 sampai dengan Maret 2018 di wilayah pelaksanaan imunisasi.
KLB Campak dalam tiga tahun terakhir hampir di setiap provinsi dengan jumlah provinsi
melaporkan KLB meningkat dari 27 provinsi tahun 2015 menjadi 30 provinsi tahun 2017.
Peningkatan ini di antaranya disebabkan perbaikan kewaspadaan dini terhadap kasus Campak,
yaitu petugas lebih cepat menangkap adanya peningkatan kasus. Kecepatan dalam
mendeteksi kasus ditindaklanjuti dengan upaya penanggulangan, antara lain melalui
kampanye Campak Rubella (MR) pada bulan Agustus dan September tahun 2017 yang sangat
signifikan mempengaruhi terjadinya penurunan KLB.
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2015
2016
2017
2015 (KLB)
2016 (KLB)
2017 (KLB)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1.495
205
1.222
245
2.461
497
966
35
339
112
206
23
1.802
216
562
193
406
117
1.346
238
474
485
647
279
923
317
677
365
971
306
563
52
278
117
903
243
735
198
735
647
1.100
480
952
55
395
76
981
123
1.046
129
565
165
1.457
188
1.194
247
685
116
1.586
254
1.446
219
769
128
1.850
255
1.422
328
759
109
2.071
458
GAMBAR 4. JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT BULAN TAHUN 2015-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
GAMBAR 5. SEBARAN KASUS DAN FREKUENSI KLB CAMPAK TAHUN 2015-2017
2015
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 282
: 2.246
: 27
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 351
: 5.502
: 29
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 349
: 3.143
: 30
2016
2017
2015
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 84
: 688
: 16
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 36
: 332
: 11
Frekuensi KLB
Kasus saat KLB
Jumlah Provinsi
: 79
: 753
: 19
2016
2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Dalam kurun waktu 2015-2017 juga terjadi KLB Rubella di beberapa provinsi di Indonesia. KLB
Rubella pada tahun 2017 dilaporkan di 19 provinsi dengan frekuensi sebanyak 79 kali.
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
GAMBAR 6. SEBARAN KASUS DAN FREKUENSI KLB RUBELLA TAHUN 2015-2017
Pada gambar terlihat distribusi atau sebaran KLB Rubella dalam 3 tahun terakhir terlihat tahun
2017 merupakan sebaran KLB Rubella tertinggi dibandingkan tahun 2015 dan 2016.
Gambaran cakupan imunisasi di tiap provinsi dalam tiga tahun terakhir menunjukkan
beberapa provinsi yang mengalami peningkatan maupun penurunan.
Gambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan dan Jambi memiliki cakupan
imunisasi Campak tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Sebanyak 21 provinsi (61,8%)
mengalami penurunan cakupan dari tahun 2015 sampai 2017.
7 8
IV. Pengendalian Campak
Meskipun Campak sangat menular dan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini dapat
dicegah melalui program Imunisasi. Pengendalian Campak di Indonesia diawali pada tahun
1982. Program Imunisasi Nasional diperluas dan mulai menerapkan jadwal standar untuk
imunisasi rutin yang mencakup dosis vaksin Campak diberikan pada usia 9 bulan. Cakupan
imunisasi Campak semakin meningkat sehingga pada tahun 1990 dapat mencapai lebih dari
90%. Pada tahun 2000, dalam rangka mengatasi KLB dan memberikan kesempatan kedua bagi
anak yang belum diimunisasi atau pun yang belum terbentuk kekebalannya, maka ditetapkan
3 strategi pengendalian Campak:
· Crash program Campak untuk anak balita di daerah risiko tinggi
· Catch-up campaign Campak untuk anak sekolah
· Introduksi pemberian dosis kedua melalui kegiatan rutin BIAS untuk kelas satu SD pada
tahun berikutnya setelah catch-up campaign.
Reduksi Campak ditargetkan untuk mengurangi kematian akibat Campak hingga 90% pada
2010 berdasarkan perkiraan pada tahun 2000. Setelah tercapai reduksi Campak maka fase
selanjutnya adalah upaya untuk mencapai eliminasi yang telah disepakati akan dicapai pada
tahun 2020.
Pada tahun 2014 untuk lebih meningkatkan kekebalan pada anak-anak, maka dikeluarkan
kebijakan pemberian imunisasi Campak lanjutan pada anak usia 24 bulan dan sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 pemberian imunisasi Campak lanjutan
dosis ke-2 diberikan pada anak usia 18 bulan.
Selain pelaksanaan imunisasi, salah satu strategi untuk mencapai eliminasi dan pengendalian
Campak di Indonesia adalah pelaksanaan surveilans Campak Rubella berbasis individu yang
dikenal juga dengan CBMS (case based measles surveillance). Pelaksanaan surveilans ini jika
ditemukan setiap satu kasus dengan gejala demam, rash/bintik merah pada tubuh, disertai
salah satu gejala atau lebih batuk/pilek/mata merah, maka diambil spesimen darah/serum
diperiksa di laboratorium rujukan nasional yaitu Badan Litbangkes Kemenkes, Bio Farma,
BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk memastikan diagnosis Campak atau Rubella.
Cakupan Imunisasi Rutin Campak
Cakupan Imunisasi Campak menunjukkan kecenderungan peningkatan pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2012. Namun kecenderungan penurunan terjadi dari tahun 2012
sebesar 99,3% menjadi 89,8% pada tahun 2017.
GAMBAR 7. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2008-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
2011
96,6
2012
99,3
2013
95,8
2014
94,6
2015
92,3
2016
93,0
2017
89,8
2008
90,5
2009
92,09
2010
93,61
%
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
Frekuensi
KLB
120
100
80
60
40
20
0
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.
Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau
DKI
Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Utara
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Maluku
Utara
Papua
Barat
Papua
2015 2016 2017
GAMBAR 8. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2015-2017
Kampanye Imunisasi Measles Rubella
Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi Campak rutin saja belum
cukup untuk mencapai target eliminasi Campak. Sedangkan untuk akselerasi pengendalian
Rubella/CRS maka perlu dilakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin
MR ke dalam imunisasi rutin.
Oleh karena itu, diperlukan kampanye pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai
dengan <15 tahun. Pemberian imunisasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun
dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata diharapkan akan membentuk imunitas
kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih
dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi.
Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun dilaksanakan secara
bertahap dalam 2 fase sebagai berikut :
1. Fase 1 bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa
2. Fase 2 bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
Pencanangan Kampanye Imunisasi MR dilaksanakan dalam rangka menggerakkan masyarakat
agar dapat dicapai cakupan yang tinggi yang diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2017
oleh Bapak Presiden RI di MTSN 1 Sleman, DI Yogyakarta.
Pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR Fase I telah mencapai target cakupan yaitu > 95%.
Cakupan Kampanye Imunisasi MR Fase I yang sudah dicapai yaitu 100,9% atau sejumlah
35.307.148 anak telah diberikan imunisasi MR.
Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR) Fase II akan dilaksanakan pada bulan
Agustus – September 2018 dengan jumlah sasaran anak usia 9 bulan sampai dengan < 15
tahun sebesar 31.963.154 di 28 provinsi di luar Pulau Jawa. Semua upaya yang dilakukan
tersebut ditujukan untuk memperoleh herd imunity (kekebalan kelompok) yang dapat
menangkal kasus infeksi Campak dan Rubella. Penurunan kasus Campak dan Rubella
diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan angka kematian neonatal, bayi dan balita
di Indonesia. Anak anak yang sehat dan terbebas dari penyakit adalah asset bangsa dalam
menyongsong bonus demografi yang berpotensi untuk diperoleh Indonesia di masa depan.
9 10
GAMBAR 9. PELAKSANAAN IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA (MR)
FASE-1 TAHUN 2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018
GAMBAR 10. PELAKSANAAN IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA (MR)
FASE-II TAHUN 2018
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018

More Related Content

Similar to imunisasi campak 2018.pdf

f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdff9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
AzizSeptian2
 
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptxPPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
Fajri29
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
tristyanto
 
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxflusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
JemsOtniel1
 

Similar to imunisasi campak 2018.pdf (20)

Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
Mini research ikterus neonatorum
Mini research ikterus neonatorum Mini research ikterus neonatorum
Mini research ikterus neonatorum
 
Tb hamil
Tb hamilTb hamil
Tb hamil
 
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdff9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
f9e0b9ea3c875e3730c0b2d9f15c46e4.pdf
 
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptxPPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
PPT CRS MENINGITIS TB dengan tb klinis.pptx
 
Tugas bu reka epidemologi
Tugas bu reka epidemologiTugas bu reka epidemologi
Tugas bu reka epidemologi
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
 
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
PPT MAKSMIN TIFOID.pptx
PPT MAKSMIN TIFOID.pptxPPT MAKSMIN TIFOID.pptx
PPT MAKSMIN TIFOID.pptx
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
 
infodatin-tuberkulosis-2018.pdf
infodatin-tuberkulosis-2018.pdfinfodatin-tuberkulosis-2018.pdf
infodatin-tuberkulosis-2018.pdf
 
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVdiagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
 
PD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara SehatPD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara Sehat
 
Bab iii sifilis
Bab iii sifilisBab iii sifilis
Bab iii sifilis
 
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxflusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
 

Recently uploaded

Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
ssuserbb0b09
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
YosuaNatanael1
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 

Recently uploaded (20)

epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 

imunisasi campak 2018.pdf

  • 1. ISSN 2442-7659 Situasi Campak dan Rubella di Indonesia 2018 Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Selatan ISSN 2442-7659
  • 2. di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat Campak telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global. Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara dengan kasus Campak terbanyak di dunia. Masa penularan penyakit Campak terjadi pada 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Masa Inkubasi terjadi pada 7 – 18 hari. Gejala Campak ditandai dengan : o 1. Demam dengan suhu badan biasanya > 38 C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair. 2. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga. 3. Gejala pada tubuh berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran 4-7 hari menjalar keseluruh tubuh. 4. Khas (Patognomonis) ditemukan Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam. Penyebab Rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella Syndrome/CRS. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi Rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala Rubella ditandai dengan demam (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Virus penyakit Campak dan Rubella penyebarannya sama melalui batuk dan bersin, serta kontak langsung dengan penderita. Virus Campak dan Rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Untuk memastikan diagnosis penyakit Campak dan Rubella, diperlukan konfirmasi laboratorium dengan melakukan pemeriksaan serologis (pengambilan darah pasien/serum darah) atau virologis (pengambilan urin pasien). Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan Rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS. Bentuk kelainan pada CRS : 1. Kelainan jantung : Patent ductus arteriosus, Defek septum atrial, Defek septum ventrikel, Stenosis katup pulmonal ; 2. Kelainan pada mata : Katarak kongenital, Glaukoma kongenital, Pigmentary Retinopati ; 3. Kelainan pendengaran ; 4. Kelainan pada sistim saraf pusat : Retardasi mental, Mikrocephalia, Meningoensefalitis ; 5. Kelainan lain : Purpura, Splenomegali, Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir, Radioluscent bone. 1 2 II. Definisi Kasus Campak dan Rubella Derajat kesehatan masyarakat sebuah negara ditentukan oleh beberapa indikator. Beberapa indikator yang dianggap signifikan dalam menggambarkan derajat tersebut antara lain, kematian ibu, kematian bayi, dan status gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih dianggap sensitif dalam mendeteksi ada atau tidaknya perbaikan pada sektor pelayanan kesehatan. Angka Kematian Bayi menggambarkan banyaknya kejadian kematian pada anak usia 0-11 bulan per 1.000 kelahiran hidup di populasi. Indikator ini diperoleh berdasarkan hasil survey atau sensus yang dilakukan secara periodik pada tahun tertentu. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menujukkan peningkatan. Namun demikian peningkatan tersebut masih dianggap “on track”, yang artinya AKB masih berpeluang dapat diturunkan. Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa angka kematian neonatal, angka kematian bayi, dan angka kematian balita menunjukkan kecenderungan penurunan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2015. Kematian bayi dan balita dapat disebabkan oleh infeksi, asfiksia, dan PD3I. I. Kematian Bayi dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Indonesia Sumber: SDKI tahun 1991-2017 1991 1995 1999 2003 2007 2012 2017 97 81 58 46 44 40 32 24 32 15 19 34 19 35 20 46 26 57 30 68 32 120 100 80 60 40 20 0 Angka Kematian Neonatal Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita GAMBAR 1. TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA TAHUN 1991 – 2017 DI INDONESIA Salah satu penyakit yang termasuk ke dalam golongan PD3I adalah Campak. Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan virus RNA. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan. Pada tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang di dunia terkena Campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian besar adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak
  • 3. Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 provinsi (52,9%) yang mengalami peningkatan kasus dalam tiga tahun terakhir, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Banten, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat. Provinsi Banten dan Jawa Timur mengalami peningkatan yang signifikan di antara 18 provinsi tersebut. Pada saat tertentu adanya peningkatan kasus di suatu wilayah menyebabkan penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wilayah tersebut. KLB suspect Campak terjadi ketika ditemukan 5 atau lebih suspect Campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut, terjadi mengelompok dan memiliki hubungan epidemiologi. KLB Campak pasti terjadi ketika ada KLB suspect Campak dengan hasil laboratorium > 2 IgM Campak. KLB Rubella pasti terjadi ketika terdapat KLB suspect Campak dengan hasil laboratorium > IgM Rubella. Kasus Campak pada pelaporan rutin dan kasus pada Kejadian Luar Biasa dilaporkan tiap bulan. Kedua jenis kasus tersebut menunjukkan peningkatan pada bulan-bulan tertentu, namun pola yang ditunjukkan tidak sama dalam tiga tahun terakhir (2015-2017). 3 4 III. Gambaran Kasus Kegiatan surveilans yang dilakukan setiap tahun melaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect Campak. Hasil konfirmasi laboratorium terhadap kasus tersebut, diketahui bahwa 12 – 39% di antaranya adalah Campak pasti (confirmed), dan sebanyak 16–43% adalah Rubella pasti. Dalam kurun waktu tahun 2010-2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus Campak dan 30.463 kasus Rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah. Jumlah kasus Campak yang dilaporkan dapat dibandingkan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dengan menggunakan Incidence Rate. Incidence Rate Campak diperoleh dengan membagi jumlah kasus Campak dengan jumlah penduduk di wilayah tertentu lalu dikalikan dengan konstanta 100.000. Incidence rate Campak menggambarkan rate penderita Campak di tiap 100.000 penduduk. Incidence Rate Campak per 100.000 penduduk di Indonesia pada tahun 2011-2017 menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 9,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk. Namun demikian, Incidence rate cenderung naik dari tahun 2015 sampai dengan 2017, yaitu dari 3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk. Kasus Campak dalam tiga tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan dibeberapa provinsi. Namun ada juga beberapa provinsi yang mengalami penurunan. Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 Frekuensi KLB 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua 2015 2016 2017 GAMBAR 3. DISTRIBUSI KASUS CAMPAK TAHUN 2015-2017 GAMBAR 2. INCIDENCE RATE CAMPAK PER 100.000 PEDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2011-2017 2011 9,2 2012 6,5 2013 4,6 2014 5,1 2015 3,2 2016 5,0 2017 5,6
  • 4. 5 6 Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kasus Campak tidak tergantung musim. Pola yang dapat diidentifikasi adalah jika terjadi peningkatan kasus, maka akan diiringi dengan peningkatan kasus pada KLB. Pemerintah melaksanakan imunisasi Campak tambahan pada bulan Agustus 2016, dan imunisasi Campak Rubella (MR) di provinsi di Pulau Jawa pada Bulan Agustus sampai dengan September 2017. Kampanye imunisasi tersebut bertujuan untuk untuk memberikan kekebalan tambahan terhadap Campak dan Rubella sehingga dapat mengurangi kasus dan kejadian KLB Campak. Hal ini dibuktikan adanya penurunan kasus dan tidak adanya laporan KLB Campak pada bulan Oktober 2017 sampai dengan Maret 2018 di wilayah pelaksanaan imunisasi. KLB Campak dalam tiga tahun terakhir hampir di setiap provinsi dengan jumlah provinsi melaporkan KLB meningkat dari 27 provinsi tahun 2015 menjadi 30 provinsi tahun 2017. Peningkatan ini di antaranya disebabkan perbaikan kewaspadaan dini terhadap kasus Campak, yaitu petugas lebih cepat menangkap adanya peningkatan kasus. Kecepatan dalam mendeteksi kasus ditindaklanjuti dengan upaya penanggulangan, antara lain melalui kampanye Campak Rubella (MR) pada bulan Agustus dan September tahun 2017 yang sangat signifikan mempengaruhi terjadinya penurunan KLB. 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 2015 2016 2017 2015 (KLB) 2016 (KLB) 2017 (KLB) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 1.495 205 1.222 245 2.461 497 966 35 339 112 206 23 1.802 216 562 193 406 117 1.346 238 474 485 647 279 923 317 677 365 971 306 563 52 278 117 903 243 735 198 735 647 1.100 480 952 55 395 76 981 123 1.046 129 565 165 1.457 188 1.194 247 685 116 1.586 254 1.446 219 769 128 1.850 255 1.422 328 759 109 2.071 458 GAMBAR 4. JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT BULAN TAHUN 2015-2017 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 GAMBAR 5. SEBARAN KASUS DAN FREKUENSI KLB CAMPAK TAHUN 2015-2017 2015 Frekuensi KLB Kasus saat KLB Jumlah Provinsi : 282 : 2.246 : 27 Frekuensi KLB Kasus saat KLB Jumlah Provinsi : 351 : 5.502 : 29 Frekuensi KLB Kasus saat KLB Jumlah Provinsi : 349 : 3.143 : 30 2016 2017 2015 Frekuensi KLB Kasus saat KLB Jumlah Provinsi : 84 : 688 : 16 Frekuensi KLB Kasus saat KLB Jumlah Provinsi : 36 : 332 : 11 Frekuensi KLB Kasus saat KLB Jumlah Provinsi : 79 : 753 : 19 2016 2017 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 Dalam kurun waktu 2015-2017 juga terjadi KLB Rubella di beberapa provinsi di Indonesia. KLB Rubella pada tahun 2017 dilaporkan di 19 provinsi dengan frekuensi sebanyak 79 kali. Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 GAMBAR 6. SEBARAN KASUS DAN FREKUENSI KLB RUBELLA TAHUN 2015-2017
  • 5. Pada gambar terlihat distribusi atau sebaran KLB Rubella dalam 3 tahun terakhir terlihat tahun 2017 merupakan sebaran KLB Rubella tertinggi dibandingkan tahun 2015 dan 2016. Gambaran cakupan imunisasi di tiap provinsi dalam tiga tahun terakhir menunjukkan beberapa provinsi yang mengalami peningkatan maupun penurunan. Gambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan dan Jambi memiliki cakupan imunisasi Campak tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Sebanyak 21 provinsi (61,8%) mengalami penurunan cakupan dari tahun 2015 sampai 2017. 7 8 IV. Pengendalian Campak Meskipun Campak sangat menular dan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini dapat dicegah melalui program Imunisasi. Pengendalian Campak di Indonesia diawali pada tahun 1982. Program Imunisasi Nasional diperluas dan mulai menerapkan jadwal standar untuk imunisasi rutin yang mencakup dosis vaksin Campak diberikan pada usia 9 bulan. Cakupan imunisasi Campak semakin meningkat sehingga pada tahun 1990 dapat mencapai lebih dari 90%. Pada tahun 2000, dalam rangka mengatasi KLB dan memberikan kesempatan kedua bagi anak yang belum diimunisasi atau pun yang belum terbentuk kekebalannya, maka ditetapkan 3 strategi pengendalian Campak: · Crash program Campak untuk anak balita di daerah risiko tinggi · Catch-up campaign Campak untuk anak sekolah · Introduksi pemberian dosis kedua melalui kegiatan rutin BIAS untuk kelas satu SD pada tahun berikutnya setelah catch-up campaign. Reduksi Campak ditargetkan untuk mengurangi kematian akibat Campak hingga 90% pada 2010 berdasarkan perkiraan pada tahun 2000. Setelah tercapai reduksi Campak maka fase selanjutnya adalah upaya untuk mencapai eliminasi yang telah disepakati akan dicapai pada tahun 2020. Pada tahun 2014 untuk lebih meningkatkan kekebalan pada anak-anak, maka dikeluarkan kebijakan pemberian imunisasi Campak lanjutan pada anak usia 24 bulan dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 pemberian imunisasi Campak lanjutan dosis ke-2 diberikan pada anak usia 18 bulan. Selain pelaksanaan imunisasi, salah satu strategi untuk mencapai eliminasi dan pengendalian Campak di Indonesia adalah pelaksanaan surveilans Campak Rubella berbasis individu yang dikenal juga dengan CBMS (case based measles surveillance). Pelaksanaan surveilans ini jika ditemukan setiap satu kasus dengan gejala demam, rash/bintik merah pada tubuh, disertai salah satu gejala atau lebih batuk/pilek/mata merah, maka diambil spesimen darah/serum diperiksa di laboratorium rujukan nasional yaitu Badan Litbangkes Kemenkes, Bio Farma, BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk memastikan diagnosis Campak atau Rubella. Cakupan Imunisasi Rutin Campak Cakupan Imunisasi Campak menunjukkan kecenderungan peningkatan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Namun kecenderungan penurunan terjadi dari tahun 2012 sebesar 99,3% menjadi 89,8% pada tahun 2017. GAMBAR 7. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2008-2017 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 2011 96,6 2012 99,3 2013 95,8 2014 94,6 2015 92,3 2016 93,0 2017 89,8 2008 90,5 2009 92,09 2010 93,61 % Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 Frekuensi KLB 120 100 80 60 40 20 0 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua 2015 2016 2017 GAMBAR 8. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2015-2017
  • 6. Kampanye Imunisasi Measles Rubella Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi Campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi Campak. Sedangkan untuk akselerasi pengendalian Rubella/CRS maka perlu dilakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR ke dalam imunisasi rutin. Oleh karena itu, diperlukan kampanye pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun. Pemberian imunisasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata diharapkan akan membentuk imunitas kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi. Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun dilaksanakan secara bertahap dalam 2 fase sebagai berikut : 1. Fase 1 bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa 2. Fase 2 bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Pencanangan Kampanye Imunisasi MR dilaksanakan dalam rangka menggerakkan masyarakat agar dapat dicapai cakupan yang tinggi yang diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2017 oleh Bapak Presiden RI di MTSN 1 Sleman, DI Yogyakarta. Pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR Fase I telah mencapai target cakupan yaitu > 95%. Cakupan Kampanye Imunisasi MR Fase I yang sudah dicapai yaitu 100,9% atau sejumlah 35.307.148 anak telah diberikan imunisasi MR. Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR) Fase II akan dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2018 dengan jumlah sasaran anak usia 9 bulan sampai dengan < 15 tahun sebesar 31.963.154 di 28 provinsi di luar Pulau Jawa. Semua upaya yang dilakukan tersebut ditujukan untuk memperoleh herd imunity (kekebalan kelompok) yang dapat menangkal kasus infeksi Campak dan Rubella. Penurunan kasus Campak dan Rubella diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan angka kematian neonatal, bayi dan balita di Indonesia. Anak anak yang sehat dan terbebas dari penyakit adalah asset bangsa dalam menyongsong bonus demografi yang berpotensi untuk diperoleh Indonesia di masa depan. 9 10 GAMBAR 9. PELAKSANAAN IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA (MR) FASE-1 TAHUN 2017 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018 GAMBAR 10. PELAKSANAAN IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA (MR) FASE-II TAHUN 2018 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2018