SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian utama. Nurhadi &
Senduk (2003) menjelaskan bahwa peran pendidikan sangat penting untuk men-
ciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu
pembaharuan pendidikan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidik-
an. Salah satu caranya adalah melalui perubahan kurikulum.
Gagasan mengenai peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sebenarnya
tidak pernah berhenti, terutama mulai berlakunya kurikulum-1975. Kurikulum-
1975 merupakan perbaikan dari kurikulum berbasis pengetahuan menjadi kuriku-
lum berbasis kognitivisme. Perubahan kurikulum-1975 ke kurikulum-1984,
orientasi pendidikan pada basis kognitivisme disempurnakan menjadi berbasis
ketrampilan proses. Kurikulum-1984 disempurnakan menjadi kurikulum-1994
yang berbasis ketrampilan proses makin diintensifkan. Pada bagian akhir dari
dasawarsa berlakunya kurikulum-1994 (tahun ajaran 2001-2002) muncul lagi
gagasan pembaharuan dengan diintroduksikannya konsep pendidikan kecakapan
hidup (life skill education), yang ditindaklanjuti dengan terbitnya draft kurikulum
berbasis kompetensi. Perubahan dan perkembangan kurikulum yang didasari oleh
berkembangnya pembaharuan pendidikan demi meningkatnya mutu pendidikan
itu seiring dengan perubahan dan perkembangan paradigma pendidikan yang
2
berlaku secara global. Ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu pendidik-
an di Indonesia secara konseptual tidak ketinggalan dibandingkan dengan perkem-
bangan gagasan pembaharuan pendidikan di negara-negara maju. Namun, indika-
tor-indikator pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat
secara berarti, bahkan banyak kalangan memberi penilaian mutu pendidikan di
Indonesia makin rendah (Susanto, 2002). Oleh karena itu, pemerintah telah mene-
tapkan Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi, untuk dijadikan acuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Mulyasa, 2007).
Pelaksanaan KTSP telah mengubah tata cara pembelajaran yang ada di
sekolah. Selama ini guru cenderung menggunakan model pengajaran konvensio-
nal, di mana guru hanya sekedar memberikan informasi atau transfer ilmu dan
murid menerimanya. Model pembelajaran konvensional yang identik dengan
ceramah terbukti di dalam pelaksanaannya tidaklah menjadikan keberhasilan
belajar siswa. Dengan penerapan KTSP maka tata cara pengajaran pun harus
berubah. Oleh karena itu diperlukan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
yang nantinya bisa menjadikan siswa aktif dan senang untuk belajar.
Selain itu proses pembelajaran di sekolah sejauh ini lebih banyak meng-
arahkan siswa pada pola belajar kompetitif dan individualitas. Pembelajaran
dikatakan mengarah pada pola belajar kompetitif karena proses pembelajaran
cenderung menempatkan siswa pada posisi persaingan dengan siswa-siswa yang
lain. Kecenderungan guru untuk membuat rangking kelas merupakan kasus yang
sering dijumpai, demikian pula kecenderungan guru membanding-bandingkan
hasil ujian siswa. Pembelajaran dikatakan mengarah pada pola belajar
3
individualitas karena proses pembelajaran sering kali berlangsung tanpa ketergan-
tungan atau komunikasi antar siswa.
Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan menyiapkan
siswa agar memiliki hubungan sosial yang sehat akhir-akhir ini banyak dikem-
bangkan pembelajaran kooperatif. Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa
elemen utama pembelajaran kooperatif adalah 1) ketergantungan antar siswa
untuk mencapai tujuan bersama mencapai suatu tujuan, 2) interaksi langsung
antara siswa satu dengan siswa yang lain, 3) tanggung jawab masing-masing
siswa untuk mengusai bahan pelajaran, 4) menggunakan ketrampilan interperso-
nal dan kelompok kecil.
Belajar kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang
diyakini mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa karena pembela-
jaran ini berorientasi pada siswa. Pembelajaran kooperatif memberikan kesem-
patan kepada siswa untuk membangun pemahaman suatu konsep melalui aktivitas
sendiri dan interaksinya dengan siswa lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat
memberikan dukungan bagi siswa dalam saling tukar menukar ide, memecahkan
masalah, berpikir alternatif, dan meningkatkan kecakapan berbahasa (Lawrence
dalam Arnyana, 2004).
Model pembelajaran cooperative script sampai saat ini belum banyak
diteliti di Indonesia, belum banyak dikembangkan baik melalui penelitian maupun
aplikasinya dalam pembelajaran di kelas khususnya pada Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Model cooperative script memiliki banyak kelebihan, sebagaimana
dikatakan oleh para ahli yang pernah menerapkan model pembelajaran
4
cooperative script yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan proses yang
mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran (Jacobs, dkk, 1996).
Banyak siswa merasakan manfaat bekerja sama dengan teman sekelas
mendiskusikan materi yang telah mereka baca atau telah mereka dengar di kelas.
Menjadikan latihan bersama teman sebaya ini menjadi prosedur resmi telah diteliti
oleh Danserau dan koleganya dalam Nur & Wikandari (2004). Dalam penelitian
ini siswa bekerja secara berpasangan dan secara bergantian membuat ringkasan
bagian materi pelajaran untuk teman pasangannya. Sementara satu siswa
membaca ringkasan, siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi kesalahan-
kesalahan atau bagian-bagian penting yang hilang. Selanjutnya kedua siswa itu
berganti peran, melanjutkan cara ini hingga seluruh materi pelajaran telah dipela-
jari. Sejumlah studi tentang cooperative script ini telah konsisten menemukan
bahwa siswa yang belajar dengan cara ini dapat belajar dan mengendapkan materi
lebih banyak daripada siswa yang membuat ringkasannya sendiri atau mereka
yang hanya sekedar membaca materi pelajaran itu. Ada suatu hal yang menarik,
sementara kedua siswa dalam cooperative script ini mendapatkan peningkatan
hasil belajar dari aktivitas ini, peningkatan yang lebih besar diperoleh untuk
bagian materi saat siswa mengajarkan bagian materi itu kepada pasangannya
daripada materi saat siswa berperan sebagai pendengar (Spurlin, dkk dalam Nur &
Wikandari, 2004).
Pembelajaran cooperative script mempunyai kelebihan dalam hal mening-
katkan hasil belajarnya diantaranya pada tahap berpasangan, siswa mempunyai
persepsi bahwa ”mereka tenggelam dan berenang bersama-sama” dan siswa harus
mempunyai tujuan bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama sehingga siswa
5
akan terpacu untuk belajar. Tahap meringkas wacana atau materi yang diberikan
oleh guru, siswa mempunyai tanggungjawab terhadap siswa lain dalam kelompok-
nya disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi
pelajaran dan siswa harus berbagi tugas dan tanggungjawab secara merata antar
anggota. Tahap selanjutnya, tahap pembentukan peran pembicara dan pendengar,
tahap ini siswa berbagi kepemimpinan disamping belajar. Pada tahap diskusi yang
dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa akan mempertanggungjawabkan
materi secara individu atas materi yang dipelajari dalam belajarnya. Sedangkan
Pembelajaran cooperative script mempunyai kelebihan dalam hal meningkatkan
kemampuan berpikirnya diantaranya pada tahap meringkas wacana atau materi
yang diberikan oleh guru, siswa dapat mengelompokkan dan meringkas materi.
Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa dapat
membandingkan, menghubungkan sebab-akibat, memberikan alasan, berpendapat,
menciptakan, menerapkan, dan menganalisis pada materi. Tahap yang terakhir
yaitu menarik kesimpulan siswa dapat menyimpulkan, mensintesis, dan
mengevaluasi.
Model cooperative script merupakan model pembelajaran yang mengem-
bangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Danserau dalam
Hadi, 2007). Model cooperative script efektif untuk meningkatkan pemahaman
siswa pada materi pelajaran (Mc Donald dalam Hadi, 2007). Siswa juga menda-
patkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya
(Spurlin dalam Hadi, 2007). Pada metode pembelajaran cooperative script siswa
akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan
pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan
6
kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-
ide pokok yang kurang lengkap (Danserau dalam Hadi, 2007). Penerapan metode
pembelajaran cooperative script sangat fleksibel karena dapat dilakukan pada
pembelajaran yang dipusatkan di dalam ruangan kelas, kegiatan laboratorium, dan
observasi lapangan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai ilmu yang terus berkembang tidak
hanya dibutuhkan keterampilan dalam memahami tetapi juga perlu adanya proses
berpikir dari siswa. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dimiliki
individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat
dan bakat kritis yaitu mempunyai sifat rasa ingin tahu yang tinggi imajinatif dan
selalu tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan selalu meng-
hargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain (Guilford dalam
Riyanto, dkk, 2004)
Kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran merupakan
hal yang sangat penting. Pengembangan kemampuan berpikir kritis belum di
upayakan terencana dan terintegrasi dalam pembelajaran biologi (Corebima
2007). Pentingnya kemampuan berpikir kritis dimasukkan ke dalam kurikulum
karena dengan keterampilan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih
alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu berbagai kajian telah
menemukan adanya hubungan antara ketrampilan penalaran formal dan prestasi
belajar khususnya biologi, termasuk ketrampilan laboratorium dan ketrampilan
berpikir kritis perlu terus menerus dilatih agar dapat berkembang karena dengan
melatih ketrampilan berpikir kritis pada siswa akan mewujudkan watak-watak
berpikir kritis (Ennis dalam Hadi, 2007). Terdapat tiga alasan manusia perlu
7
berpikir kritis. Alasan tersebut adalah: alasan fisiologis, tiga fungsi benak manusia
yaitu perasaan, kehendak atau keinginan, pikiran; alasan psikolo-gis, dua jenis
berpikir manusia, yaitu pikiran tingkat I dan pikiran tingkat II. Secara alami,
manusia cenderung berpikir melibatkan perasaan dan keinginan yang biasa
disebut pikiran tingkat I. Penimbangan secara cermat dan hati-hati diperoleh
pikiran tingkat II yang bersih dari perasaan dan keinginan; dan alasan akademis,
seorang siswa diharapkan mampu mengidentifikasi gejala dan masalah, mampu
menganalisis gejala dan masalah, mampu menyelesaikan masalah, memperbaiki
kesalahan, dan melengkapi kekurangan dalam masyarakat dengan hasil karyanya
(penelitian, penerapan ilmu, dan sebagainya).
Dengan kata lain, diharapkan siswa dapat secara mandiri belajar memaha-
mi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah agar nantinya dapat melakukan
perbaikan masyarakat (Mayasari, 2006). Oleh sebab itu melatih kemampuan
berpikir kritis melalui pembelajaran sangat mendesak untuk dilakukan. Metode
yang digunakan efektif untuk melatih kemampuan berpikir kritis adalah metode
pembelajaran kooperatif (Susilo, 2007). Lebih lanjut diungkapkan bahwa pada
pembelajaran kooperatif, siswa berdiskusi, berargumentasi, bertukar pikiran, dan
melakukan kerjasama. Aktivitas yang terjadi pada pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas yang mengembangkan ketrampilan berpikir kritis. Metode
pembelajaran cooperative script merupakan salah satu dari model pembelajaran
kooperatif yang memiliki ciri-ciri dan aktivitas yang memberdayakan kemampuan
berpikir kritis khususnya pada saat peran pembicara dan pendengar berlangsung,
siswa menyusun kalimat yang baik untuk ditransfer pada pasangannya.
8
Hubungan antara metode pembelajaran cooperative script dengan
kemampuan berpikir kritis yakni pada metode pembelajaran cooperative script
setiap siswa akan melakukan aktivitas untuk mengasah kemampuan berpikir kritis
seperti membandingkan, menghubungkan sebab-akibat, memberikan alasan,
meringkas, menyimpulkan, berpendapat, mengelompokkan, menciptakan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Permasalahan pembelajaran biologi di SMP Negeri 21 Malang, berdasar
hasil wawancara dengan guru biologi, khususnya dengan koodinator bidang studi
biologi, bahwa masalah pembelajaran biologi selama ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut: 1) pembelajaran biologi belum melatih siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menciptakan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi, 2) pembelajaran biologi belum pernah menerapkan model
pembelajaran cooperative script, 3) konsep biologi (sistem ekskresi) dibutuhkan
siswa untuk mengenal dirinya lebih lanjut, dan 4) penguasaan konsep biologi
sistem ekskresi belum memuaskan dari segi hasil belajar dan kemampuan berpikir
kritis. Berdasarkan permasalahan pembelajaran biologi di SMP Negeri 21 Malang,
sebagai sekolah negeri yang ingin mengembangkan proses dan output
pembelajaran maka penerapan strategi inovatif banyak dikembangkan di sekolah
ini termasuk pembelajaran cooperative script.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka judul penelitian yang
diusulkan adalah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model
Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ketuntasan
Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang.
9
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 21 Malang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model
cooperative script?
2. Apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 21 Malang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model
cooperative script?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model
cooperative script dalam meningkatkan.
1. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dalam penelitian ini antara lain.
1. Bagi peneliti: menambah keterampilan untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif model cooperative script.
2. Bagi guru: sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru
biologi maupun guru bidang studi yang lain.
10
3. Bagi sekolah: dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk mening-
katkan mutu pendidikan di sekolah.
4. Bagi siswa: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa pada matapelajaran biologi sehingga hasil belajarnya dapat
meningkat.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat permasalahan dalam suatu penelitian dapat berkembang
menjadi masalah yang lebih luas dan kompleks maka perlu membatasi pada hal-
hal sebagai berikut.
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang Kota
Malang pada tahun pelajaran 2007/2008.
2. Metode pembelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajar-
an kooperatif model cooperative script.
3. Materi pembelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sistem
ekskresi.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman dalam penafsirkan judul
penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu.
1. Pembelajaran kooperatif model cooperative script yaitu pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa dengan membaca materi yang diberikan oleh guru atau
dari referensi siswa sendiri dan kemudian diringkas. Siswa dibagi dalam
11
kelompok berpasang-pasangan dengan salah satu menjadi pendengar dan yang
lain sebagai pembicara. Hasil dari ringkasan tersebut akan diutarakan kepada
pendengar. Setelah pembicara menyelesaikan ringkasannya, pendengar
berganti peran menjadi pembicara. Jumlah siswa dalam kelas adalah 47 untuk
menanggulanginya maka ada satu kelompok yang mempunyai anggota
kelompok 3 siswa. Saat peran pembicara dan pendengar, salah seorang siswa
bisa menjadi pembicara ataupun pendengar secara bergantian.
2. Kemampuan berpikir kritis adalah membandingkan, menghubungkan sebab-
akibat, memberikan alasan, meringkas, menyimpulkan, berpendapat,
mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi.
3. Ketuntasan hasil belajar biologi siswa adalah penguasaan materi (kognitif)
biologi pada pokok bahasan sistem ekskresi yang terlihat pada tes akhir siklus
yang dianalisis menurut standar ketuntasan belajar dari Depdiknas.

More Related Content

What's hot

MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICK
MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICKMODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICK
MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICKdina suci
 
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekolaPendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekolaMuhammad Iqbal
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualRomi Afrizal
 
Restu Kurikulum
Restu KurikulumRestu Kurikulum
Restu Kurikulum210389
 
1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunita1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunitaYunita Anggraeni
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonEko Supriyadi
 
MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...
MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...
MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...Blog Malaikat Iblis di Bulan Maret
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposalishakaxly
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIdina suci
 
Makalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelasMakalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelasDee Deeka
 

What's hot (20)

Bab ii tps
Bab ii tpsBab ii tps
Bab ii tps
 
MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICK
MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICKMODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICK
MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING DAN TALKING STICK
 
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekolaPendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
 
Makalah 8
Makalah 8Makalah 8
Makalah 8
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual
 
Restu Kurikulum
Restu KurikulumRestu Kurikulum
Restu Kurikulum
 
Makalah yulia
Makalah yuliaMakalah yulia
Makalah yulia
 
Direct instruction
Direct instructionDirect instruction
Direct instruction
 
1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunita1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunita
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...
MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...
MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU MENURUT FORGATY (PENGGALAN ...
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
 
Interaksi dalam pendidikan
Interaksi dalam pendidikanInteraksi dalam pendidikan
Interaksi dalam pendidikan
 
Makalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelasMakalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelas
 
Model Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran TerpaduModel Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran Terpadu
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bahan membuat proposal sm
Bahan membuat proposal smBahan membuat proposal sm
Bahan membuat proposal sm
 

Similar to Bab i

(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)Susi Yanti
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranFenny Radinal
 
Review makalah inovasi kurikulum
Review makalah inovasi kurikulumReview makalah inovasi kurikulum
Review makalah inovasi kurikulumRossiana Fazri
 
belajar pembelajaran
belajar pembelajaranbelajar pembelajaran
belajar pembelajaranahmadfwzzy
 
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptxpemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptxAkbarMuhammad38
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
Model Pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran portofolioModel Pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran portofolioAulia Faris Humam
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Kornea Situraja
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Kornea Situraja
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Kornea Situraja
 
penulisan ilmiah
penulisan ilmiahpenulisan ilmiah
penulisan ilmiah92 degrees
 
194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf
194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf
194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdfAdeWiraPribadi1
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaMar Tunis
 
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfKEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfDianaUlfah4
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahdalilah77
 

Similar to Bab i (20)

(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
Review makalah inovasi kurikulum
Review makalah inovasi kurikulumReview makalah inovasi kurikulum
Review makalah inovasi kurikulum
 
belajar pembelajaran
belajar pembelajaranbelajar pembelajaran
belajar pembelajaran
 
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptxpemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
pemebelajaranportofolio-201116025752.pptx
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Model Pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran portofolioModel Pembelajaran portofolio
Model Pembelajaran portofolio
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
 
penulisan ilmiah
penulisan ilmiahpenulisan ilmiah
penulisan ilmiah
 
194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf
194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf
194202-ID-peningkatan-kemampuan-reading-comprehens.pdf
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
 
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfKEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 

Bab i

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian utama. Nurhadi & Senduk (2003) menjelaskan bahwa peran pendidikan sangat penting untuk men- ciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidik- an. Salah satu caranya adalah melalui perubahan kurikulum. Gagasan mengenai peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sebenarnya tidak pernah berhenti, terutama mulai berlakunya kurikulum-1975. Kurikulum- 1975 merupakan perbaikan dari kurikulum berbasis pengetahuan menjadi kuriku- lum berbasis kognitivisme. Perubahan kurikulum-1975 ke kurikulum-1984, orientasi pendidikan pada basis kognitivisme disempurnakan menjadi berbasis ketrampilan proses. Kurikulum-1984 disempurnakan menjadi kurikulum-1994 yang berbasis ketrampilan proses makin diintensifkan. Pada bagian akhir dari dasawarsa berlakunya kurikulum-1994 (tahun ajaran 2001-2002) muncul lagi gagasan pembaharuan dengan diintroduksikannya konsep pendidikan kecakapan hidup (life skill education), yang ditindaklanjuti dengan terbitnya draft kurikulum berbasis kompetensi. Perubahan dan perkembangan kurikulum yang didasari oleh berkembangnya pembaharuan pendidikan demi meningkatnya mutu pendidikan itu seiring dengan perubahan dan perkembangan paradigma pendidikan yang
  • 2. 2 berlaku secara global. Ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu pendidik- an di Indonesia secara konseptual tidak ketinggalan dibandingkan dengan perkem- bangan gagasan pembaharuan pendidikan di negara-negara maju. Namun, indika- tor-indikator pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat secara berarti, bahkan banyak kalangan memberi penilaian mutu pendidikan di Indonesia makin rendah (Susanto, 2002). Oleh karena itu, pemerintah telah mene- tapkan Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi, untuk dijadikan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Mulyasa, 2007). Pelaksanaan KTSP telah mengubah tata cara pembelajaran yang ada di sekolah. Selama ini guru cenderung menggunakan model pengajaran konvensio- nal, di mana guru hanya sekedar memberikan informasi atau transfer ilmu dan murid menerimanya. Model pembelajaran konvensional yang identik dengan ceramah terbukti di dalam pelaksanaannya tidaklah menjadikan keberhasilan belajar siswa. Dengan penerapan KTSP maka tata cara pengajaran pun harus berubah. Oleh karena itu diperlukan suasana pembelajaran yang menyenangkan, yang nantinya bisa menjadikan siswa aktif dan senang untuk belajar. Selain itu proses pembelajaran di sekolah sejauh ini lebih banyak meng- arahkan siswa pada pola belajar kompetitif dan individualitas. Pembelajaran dikatakan mengarah pada pola belajar kompetitif karena proses pembelajaran cenderung menempatkan siswa pada posisi persaingan dengan siswa-siswa yang lain. Kecenderungan guru untuk membuat rangking kelas merupakan kasus yang sering dijumpai, demikian pula kecenderungan guru membanding-bandingkan hasil ujian siswa. Pembelajaran dikatakan mengarah pada pola belajar
  • 3. 3 individualitas karena proses pembelajaran sering kali berlangsung tanpa ketergan- tungan atau komunikasi antar siswa. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan menyiapkan siswa agar memiliki hubungan sosial yang sehat akhir-akhir ini banyak dikem- bangkan pembelajaran kooperatif. Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa elemen utama pembelajaran kooperatif adalah 1) ketergantungan antar siswa untuk mencapai tujuan bersama mencapai suatu tujuan, 2) interaksi langsung antara siswa satu dengan siswa yang lain, 3) tanggung jawab masing-masing siswa untuk mengusai bahan pelajaran, 4) menggunakan ketrampilan interperso- nal dan kelompok kecil. Belajar kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa karena pembela- jaran ini berorientasi pada siswa. Pembelajaran kooperatif memberikan kesem- patan kepada siswa untuk membangun pemahaman suatu konsep melalui aktivitas sendiri dan interaksinya dengan siswa lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan dukungan bagi siswa dalam saling tukar menukar ide, memecahkan masalah, berpikir alternatif, dan meningkatkan kecakapan berbahasa (Lawrence dalam Arnyana, 2004). Model pembelajaran cooperative script sampai saat ini belum banyak diteliti di Indonesia, belum banyak dikembangkan baik melalui penelitian maupun aplikasinya dalam pembelajaran di kelas khususnya pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model cooperative script memiliki banyak kelebihan, sebagaimana dikatakan oleh para ahli yang pernah menerapkan model pembelajaran
  • 4. 4 cooperative script yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan proses yang mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran (Jacobs, dkk, 1996). Banyak siswa merasakan manfaat bekerja sama dengan teman sekelas mendiskusikan materi yang telah mereka baca atau telah mereka dengar di kelas. Menjadikan latihan bersama teman sebaya ini menjadi prosedur resmi telah diteliti oleh Danserau dan koleganya dalam Nur & Wikandari (2004). Dalam penelitian ini siswa bekerja secara berpasangan dan secara bergantian membuat ringkasan bagian materi pelajaran untuk teman pasangannya. Sementara satu siswa membaca ringkasan, siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi kesalahan- kesalahan atau bagian-bagian penting yang hilang. Selanjutnya kedua siswa itu berganti peran, melanjutkan cara ini hingga seluruh materi pelajaran telah dipela- jari. Sejumlah studi tentang cooperative script ini telah konsisten menemukan bahwa siswa yang belajar dengan cara ini dapat belajar dan mengendapkan materi lebih banyak daripada siswa yang membuat ringkasannya sendiri atau mereka yang hanya sekedar membaca materi pelajaran itu. Ada suatu hal yang menarik, sementara kedua siswa dalam cooperative script ini mendapatkan peningkatan hasil belajar dari aktivitas ini, peningkatan yang lebih besar diperoleh untuk bagian materi saat siswa mengajarkan bagian materi itu kepada pasangannya daripada materi saat siswa berperan sebagai pendengar (Spurlin, dkk dalam Nur & Wikandari, 2004). Pembelajaran cooperative script mempunyai kelebihan dalam hal mening- katkan hasil belajarnya diantaranya pada tahap berpasangan, siswa mempunyai persepsi bahwa ”mereka tenggelam dan berenang bersama-sama” dan siswa harus mempunyai tujuan bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama sehingga siswa
  • 5. 5 akan terpacu untuk belajar. Tahap meringkas wacana atau materi yang diberikan oleh guru, siswa mempunyai tanggungjawab terhadap siswa lain dalam kelompok- nya disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi pelajaran dan siswa harus berbagi tugas dan tanggungjawab secara merata antar anggota. Tahap selanjutnya, tahap pembentukan peran pembicara dan pendengar, tahap ini siswa berbagi kepemimpinan disamping belajar. Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa akan mempertanggungjawabkan materi secara individu atas materi yang dipelajari dalam belajarnya. Sedangkan Pembelajaran cooperative script mempunyai kelebihan dalam hal meningkatkan kemampuan berpikirnya diantaranya pada tahap meringkas wacana atau materi yang diberikan oleh guru, siswa dapat mengelompokkan dan meringkas materi. Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa dapat membandingkan, menghubungkan sebab-akibat, memberikan alasan, berpendapat, menciptakan, menerapkan, dan menganalisis pada materi. Tahap yang terakhir yaitu menarik kesimpulan siswa dapat menyimpulkan, mensintesis, dan mengevaluasi. Model cooperative script merupakan model pembelajaran yang mengem- bangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Danserau dalam Hadi, 2007). Model cooperative script efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pelajaran (Mc Donald dalam Hadi, 2007). Siswa juga menda- patkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya (Spurlin dalam Hadi, 2007). Pada metode pembelajaran cooperative script siswa akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan
  • 6. 6 kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide- ide pokok yang kurang lengkap (Danserau dalam Hadi, 2007). Penerapan metode pembelajaran cooperative script sangat fleksibel karena dapat dilakukan pada pembelajaran yang dipusatkan di dalam ruangan kelas, kegiatan laboratorium, dan observasi lapangan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai ilmu yang terus berkembang tidak hanya dibutuhkan keterampilan dalam memahami tetapi juga perlu adanya proses berpikir dari siswa. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat dan bakat kritis yaitu mempunyai sifat rasa ingin tahu yang tinggi imajinatif dan selalu tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan selalu meng- hargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain (Guilford dalam Riyanto, dkk, 2004) Kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Pengembangan kemampuan berpikir kritis belum di upayakan terencana dan terintegrasi dalam pembelajaran biologi (Corebima 2007). Pentingnya kemampuan berpikir kritis dimasukkan ke dalam kurikulum karena dengan keterampilan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu berbagai kajian telah menemukan adanya hubungan antara ketrampilan penalaran formal dan prestasi belajar khususnya biologi, termasuk ketrampilan laboratorium dan ketrampilan berpikir kritis perlu terus menerus dilatih agar dapat berkembang karena dengan melatih ketrampilan berpikir kritis pada siswa akan mewujudkan watak-watak berpikir kritis (Ennis dalam Hadi, 2007). Terdapat tiga alasan manusia perlu
  • 7. 7 berpikir kritis. Alasan tersebut adalah: alasan fisiologis, tiga fungsi benak manusia yaitu perasaan, kehendak atau keinginan, pikiran; alasan psikolo-gis, dua jenis berpikir manusia, yaitu pikiran tingkat I dan pikiran tingkat II. Secara alami, manusia cenderung berpikir melibatkan perasaan dan keinginan yang biasa disebut pikiran tingkat I. Penimbangan secara cermat dan hati-hati diperoleh pikiran tingkat II yang bersih dari perasaan dan keinginan; dan alasan akademis, seorang siswa diharapkan mampu mengidentifikasi gejala dan masalah, mampu menganalisis gejala dan masalah, mampu menyelesaikan masalah, memperbaiki kesalahan, dan melengkapi kekurangan dalam masyarakat dengan hasil karyanya (penelitian, penerapan ilmu, dan sebagainya). Dengan kata lain, diharapkan siswa dapat secara mandiri belajar memaha- mi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah agar nantinya dapat melakukan perbaikan masyarakat (Mayasari, 2006). Oleh sebab itu melatih kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran sangat mendesak untuk dilakukan. Metode yang digunakan efektif untuk melatih kemampuan berpikir kritis adalah metode pembelajaran kooperatif (Susilo, 2007). Lebih lanjut diungkapkan bahwa pada pembelajaran kooperatif, siswa berdiskusi, berargumentasi, bertukar pikiran, dan melakukan kerjasama. Aktivitas yang terjadi pada pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas yang mengembangkan ketrampilan berpikir kritis. Metode pembelajaran cooperative script merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri dan aktivitas yang memberdayakan kemampuan berpikir kritis khususnya pada saat peran pembicara dan pendengar berlangsung, siswa menyusun kalimat yang baik untuk ditransfer pada pasangannya.
  • 8. 8 Hubungan antara metode pembelajaran cooperative script dengan kemampuan berpikir kritis yakni pada metode pembelajaran cooperative script setiap siswa akan melakukan aktivitas untuk mengasah kemampuan berpikir kritis seperti membandingkan, menghubungkan sebab-akibat, memberikan alasan, meringkas, menyimpulkan, berpendapat, mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Permasalahan pembelajaran biologi di SMP Negeri 21 Malang, berdasar hasil wawancara dengan guru biologi, khususnya dengan koodinator bidang studi biologi, bahwa masalah pembelajaran biologi selama ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) pembelajaran biologi belum melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menciptakan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, 2) pembelajaran biologi belum pernah menerapkan model pembelajaran cooperative script, 3) konsep biologi (sistem ekskresi) dibutuhkan siswa untuk mengenal dirinya lebih lanjut, dan 4) penguasaan konsep biologi sistem ekskresi belum memuaskan dari segi hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan permasalahan pembelajaran biologi di SMP Negeri 21 Malang, sebagai sekolah negeri yang ingin mengembangkan proses dan output pembelajaran maka penerapan strategi inovatif banyak dikembangkan di sekolah ini termasuk pembelajaran cooperative script. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka judul penelitian yang diusulkan adalah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang.
  • 9. 9 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah ada peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script? 2. Apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model cooperative script dalam meningkatkan. 1. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang. 2. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang. D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dalam penelitian ini antara lain. 1. Bagi peneliti: menambah keterampilan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif model cooperative script. 2. Bagi guru: sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru biologi maupun guru bidang studi yang lain.
  • 10. 10 3. Bagi sekolah: dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk mening- katkan mutu pendidikan di sekolah. 4. Bagi siswa: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada matapelajaran biologi sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. E. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat permasalahan dalam suatu penelitian dapat berkembang menjadi masalah yang lebih luas dan kompleks maka perlu membatasi pada hal- hal sebagai berikut. 1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang Kota Malang pada tahun pelajaran 2007/2008. 2. Metode pembelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajar- an kooperatif model cooperative script. 3. Materi pembelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi. F. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman dalam penafsirkan judul penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu. 1. Pembelajaran kooperatif model cooperative script yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan membaca materi yang diberikan oleh guru atau dari referensi siswa sendiri dan kemudian diringkas. Siswa dibagi dalam
  • 11. 11 kelompok berpasang-pasangan dengan salah satu menjadi pendengar dan yang lain sebagai pembicara. Hasil dari ringkasan tersebut akan diutarakan kepada pendengar. Setelah pembicara menyelesaikan ringkasannya, pendengar berganti peran menjadi pembicara. Jumlah siswa dalam kelas adalah 47 untuk menanggulanginya maka ada satu kelompok yang mempunyai anggota kelompok 3 siswa. Saat peran pembicara dan pendengar, salah seorang siswa bisa menjadi pembicara ataupun pendengar secara bergantian. 2. Kemampuan berpikir kritis adalah membandingkan, menghubungkan sebab- akibat, memberikan alasan, meringkas, menyimpulkan, berpendapat, mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. 3. Ketuntasan hasil belajar biologi siswa adalah penguasaan materi (kognitif) biologi pada pokok bahasan sistem ekskresi yang terlihat pada tes akhir siklus yang dianalisis menurut standar ketuntasan belajar dari Depdiknas.