Menjelaskan mengenai Perdarahan Antepatum dan Pospartum pada patofosiologi kebidanan.
Perdarahan Antepatum dan Pospartum
Anatomi Fisiologi Uterus dan Plasenta
Anatomi Fisiologi Uterus dan Plasenta
Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2012).
Perdarahan Antepartum dapat berasal dari:
Plasenta Previa
Solusio plasenta
Insertio Velamentosa
Ruptura Sinus Marginalis
Perdarahan Postpartum
Perdarahan lebih darah 500 ml (pada persalinan per vaginal) atau lebih dari 1000 ml (pada persalinan caesar) setelah bayi lahir.
Menurut terjadinya dibagi atas dua bagian:
Perdarahan post partum dini
terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir
Perdarahan post partum lanjut
terjadi setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
Gambaran klinis perdarahan postpartum berupa perdarahan terus-terusan dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan dingin dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya coma serta meninggal.
Penyebab perdarahan post partum dikenal sebagai 4T, yaitu (Kemenkes RI, 2013) :
Tone
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Prawirohardjo, 2014).
Tissue
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2011).
Rest plasenta adalah jika ditemukan adalah kotiledon yang tidak lengkap dan masih ada perdarahan pervagina padahal plasenta sudah lahir ( Jannah, 2011 ).
Trauma
Ruptura uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang-kadang juga pada kehamilan tua.
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstrasi.
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri) memasuki cavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri bahkan kedalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar (Prawirohardjo, 2014).
Thrombin
Gangguan Pembekuan Darah
Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partum sekunder.
3. Anatomi Fisiologi Uterus dan Plasenta
Implantasi Plasenta Normal
Arteri dan Vena
Uterine
Uterus
1.Fundus
2.Korpus
3.Serviks Uteri
4. Anatomi Fisiologi Uterus dan Plasenta
Perdarahan adalah keluarnya darah dari
pembuluh darah akibat kerusakan (robekan)
pembuluh darah. Kehilangan darah bisa
disebabkan perdarahan internal dan
eksternal.
Oksigen, nutrisi, dan
hormon dikirim ke bayi
limbah dan karbondioksida
dikirim dari bayi
5.
6. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2012).
Plasenta Previa
Solusio plasenta
Insertio Velamentosa
Ruptura Sinus Marginalis
Perdarahan Antepartum dapat berasal dari:
7. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR)
sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir
(Ostium uteri Internum)
Klasifikasi Plasenta Previa :
Letak Rendah
Marginalis
Parsialis
Totalis
8. Faktor penyebab :
1. Endometrium di fundus uteri belum
siap menerima implantasi
2. Faktor resiko :
- Usia >35 tahun atau <20 tahun
- Paritas
- Riwayat pembedahan rahim
- Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
- Hipoplasia endometrium
- Korpus luteum bereaksi lambat
Tanda khas :
1. Perdarahan tanpa rasa sakit
2. Darahnya bewarna merah segar
Patofisiologi :
9. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada fundus/korpus uteri sebelum janin lahir yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
dilahirkan.
Ringan Sedang Berat
Manifestasi Klinis : Faktor peningkat:
1. Usia, Paritas, Ras, dan Faktor Familial
2. Hipertensi
3. KPD dan Pelahiran kurang bulan
4. Merokok
5. Kokain
6. Trombofilia
7. Solusio Traumatic
8. Leiomioma
9. Solusio Berulang
10. Patofisiologi :
Solusio plasenta dimulai oleh pendarahan kedalam
desidua basalis
Pembentukan hematoma desidua
yang menyebabkan pemisahan,
kompresi dan akhirnya terpisah
plasenta yang terletak didekatnya.
Daerah terpisahnya plasenta
dengan cepat meluas dan
mencapai tepi plasenta.
Dengan ciri khas pengeluaran
darah pervaginam yang kehitam-
hitaman atau berwarna gelap.
11. Insertio Velamentosa
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang
tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi
pada selaput janin sehingga pembuluh darah
umblikus berjalan diantara amnion dan
korion menuju plasenta.
pembuluh darahnya berinsersi pada membran,
maka pembuluh darahnya berjalan antara
funiculus umbilikalis dan plasenta melewati
membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan
didaerah ostium uteri internum, maka
disebut vasa previa.
Insertio Velamentosa
Plasenta
12. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada
waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak
dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari
anak.
Gejalanya ialah perdarahan segera setelah
ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal
dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak
menjadi buruk
13. Ruptura Sinus Marginalis
Ruptura sinus marginalis (solusio plasenta ringan) adalah
terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau pun
janinnya. Ari-ari terlepas sebagian kecil. Ditunjukkan dengan
gejala perut sedikit nyeri, rahim mulai menegang dan keluar
darah agak kehitaman
Diagnosis:
Dari hasil anamnesa terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam-hitaman dan
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa adak tegang yang sifatnya terus-menerus.
Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba, pada pemeriksaan dalam
terdapat pembukaan dan ketuban tegang dan menonjol. Pada waktu persalinan, perdarahan
terjadi tanpa rasa sakit dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirakan kemungkinan
perdarahan karena sinus marginalis yang pecah.
15. Perdarahan Postpartum
Perdarahan lebih darah 500 ml (pada persalinan per vaginal) atau lebih dari
1000 ml (pada persalinan caesar) setelah bayi lahir.
Menurut terjadinya dibagi atas dua bagian:
Perdarahan post partum dini
• terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir
Perdarahan post partum lanjut
• terjadi setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
16. Gambaran klinis perdarahan postpartum berupa perdarahan terus-terusan
dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut
nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah
pucat dan dingin dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat
dan akhirnya coma serta meninggal.
Penyebab perdarahan post partum dikenal sebagai 4T, yaitu (Kemenkes RI, 2013) :
Tone
Tissue
Trauma
Thrombin
Atonia Uteri
Retensio Plasenta Rest Plasenta
Ruptura Uteri Robekan Jalan Lahir Inversio Uteri
Gangguan Pembekuan Darah
17. Tone
Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-
serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta (Prawirohardjo, 2014).
Muscle
Fibrae
Blood
Vescels
faktor predisposisi :
1. Overdistention uterus
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan
plasenta
18. Tanda dan Gejala (Sukarni, dkk, 2013):
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir
(post partum primer).
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
Pencegahan atonia uteri:
Atonia uteri dapat dicegah dengan
Managemen aktif kala III
Proses Persalinan dan Pospartum
19. Tissue Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin,
2011).
Kondisi umum yang menjadi penyebab retensio plasenta adalah :
a. Plasenta Adhesiva
a) Plasenta akreta
b) Plasenta inkreta
c) Plasenta perkreta
b. Plasenta Inkarserata
c. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih atau rektum penuh
20. Tissue Rest Plasenta
Rest plasenta adalah jika ditemukan adalah kotiledon yang tidak
lengkap dan masih ada perdarahan pervagina padahal plasenta sudah
lahir ( Jannah, 2011 ).
Penyebab rest plasenta:
Pengeluaran plasenta tidak hati-hati, his kurang baik
Salah pimpinan kala III
Abnormalitas plasenta
Kelahiran bayi yang terlalu cepat
21. Trauma
Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang sangat
berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang-kadang
juga pada kehamilan tua.
Menurut cara terjadinya ruptura uteri terbagi
atas;
1) Ruptur uteri spontan,
2) Ruptur uteri traumatik.,
3) Ruptur uteri pada parut uterus
(Prawirohardjo, 2014).
22. Trauma
Robekan Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan
spontan perineum, trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena
versi ekstrasi.
Laserasi dalam jalan lahir memiliki derajat tertentu :
Laserasi dalam jalan lahir memiliki derajat tertentu :
23. Trauma
Inversio Uteri
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus
uteri) memasuki cavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam kavum uteri bahkan kedalam vagina atau keluar vagina dengan dinding
endometriumnya sebelah luar (Prawirohardjo, 2014).
Laserasi dalam jalan lahir memiliki derajat tertentu :
Inversio uteri dibagi atas (Manuaba, 2008):
Inversio Uteri Ringan Inversio Uteri Sedang Inversio Uteri Berat
24. Thrombin
Gangguan Pembekuan Darah
Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki
peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada
daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partum sekunder.