Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari tempat implantasinya yang normal di dinding rahim sebelum bayi lahir. Hal ini dapat terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan menyebabkan perdarahan yang berbahaya bagi ibu dan janin."
2. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau
keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus
uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir
. Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio
plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan
implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir. Jika
separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka
mungkin akan didiagnosis sebagai abortus imminens .
Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya
mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin
lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada
kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500
gram .
3. • Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan
implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif
Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media
Aeskulapius. 2001).
• Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam
kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat
implantasinya normal (pada fundus atau korpus
uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Dr.
Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003)
5. Penyebab Solusio Plasenta
• Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi
• Tali pusat yang pendek, anomali atau
tumor uterus defisiensi gizi
• Trauma, merokok, konsumsi
alkohol, penyalahgunaan kokain
• Tekanan oleh rahim yang membesar
pada vena cava inferior
• Uterus yang sangat mengecil
(hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo
inferior dan vena ovarika
7. Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah
plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta
terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan
plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala
pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah
plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan
bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
8.
9. Gejala-gejala S.Plasenta
• Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
• Anemia dan shock
• Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi
rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di
belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois)
• Palpasi sukar karena rahim keras
• Fundus uteri makin lama makin naik
• Bunyi jantung biasanya tidak ada
• Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus
• Sering ada proteinuria karena disertai toxemia
10. Klasifikasi S.Plasenta berdasarkan
derajat pelepasannya
Menurut Trijatmo Rachimhadhi :
1. Solusio plasenta totalis, plasenta
terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta
terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian
kecil pinggir plasenta yang terlepas.
11. Menurut Pritchard JA
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk
ke dalam kantong amnion
12. Berdasarkan tingkat klinisnya
• Cunningham dan Gasong
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak
tegang, belum ada tanda renjatan, janin
hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus
tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi
tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.
15. Komplikasi pada Janin
• Asfiksia ringan sampai berat dan
kematian janin,karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang
mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin. Kelainan susunan system saraf
pusat
• Retardasi pertumbuhan
• Anemi
16. CONTINUE
• Observasi keadaan umum ibu sesudah
partus/persalinan,yang bertujuan untuk :
• Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca
persalinan (Hemorhagi postpartum/HPP) dengan
:
• Memasang folley kateter (kolaborasi)
• Memasang gurita untuk penekanan pada fundus
uteri
• Mencegah infeksi
17. Manifestasi Klinis
• Anamnesis
• Perdarahan biasanya pada trimester ke III perdarahan
pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali
tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok,
dan kematian janin intrauterin.
• Pemeriksaan fisik : Tanda vital dapat normal sampai
menunjukkan tanda syok
• Pemeriksaan obstetri : Nyeri tekanan uterus dan tegang,
bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit
dinilai atau tidak ada air ketuban berwarna kemerahan
karena bercampur darah.
18. Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan laboratorium
• Hemoglobin
• Hematokrit
• Trombosit
• Waktu protrombin
• Waktu pembekuan
• Waktu tromboplastin
• Kadar fibrinogen
• Elektrolot plasma
• KTG untuk menilai kesejahteraan janin
• USG untuk menilai letak plasma, usia gestasi, dan keadaan janin
19. Pengobatan
Umum
Pemberian darah yang cukup
Pemberian O2
Pemberian antibiotica
Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi
Khusus
Teraphy hypoibrinogenemi
Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar
Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor)
200.000 s IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus
Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol Deurese yang baik
lebih dari 30-40 cc/jam .
Obstetris