Dokumen tersebut membahas tentang seni rupa Islam di berbagai negara dan Indonesia. Secara khusus membahas ciri-ciri seni rupa pada zaman Umayyah, Abbasiyah, Turki, dan Cordoba. Juga menjelaskan tentang kontroversi hukum seni rupa dalam Islam dan contoh-contoh hasil karya seni rupa Islam di Indonesia seperti masjid, istana, makam, kaligrafi, hias, dan wayang.
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
SENI RUPA ISLAM DI INDONESIA
1. NAMA : RISSA NABILLAHAKIKI
KELAS : X IPA 3
NO ABSEN: 29
TUGAS SENI : HASIL KARYA SENI RUPA ZAMANISLAM – ZAMANTRADISI
2. Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga
akhir masa keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah
Arab, Afrika Timur, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam
pada 571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun
sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu
dan tetap bertahan hingga sekarang.
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa
yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal
pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam perkembangan
seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur kontemporer
seperti abstraksi dan filsafat kehidupan. Seni rupa Islam juga
memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli medium
arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini, perabotan.
Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque.
Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi
buku, dan permadani.
3. Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti Seni rupa Buddha atau pun
Barat. Ia merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan
akibat adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di sekitar Timur
Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil, dan Eropa dan penakulukan oleh bangsa
Mongol.
Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol, Bizantium,
India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula pengaruh akibat
hubungan dagang, seperti Tiongkok. Ini disebabkan miskinnya seni rupa asli
Arab pada saat itu walaupun dalam bidang sastra dan musik sebenarnya
memperlihatkan hal yang menakjubkan. Keberagaman pengaruh inilah yang
membuat seni rupa Islam sangat kaya.
Hal ini terutama bisa dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan
gabungan corak dari berbagai daerah.
A. HASIL KARYA SENI RUPA ZAMAN ISLAM DI BERBAGAI NEGARA
Seni rupa asli Jazirah Arab
Seni rupa asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar wilayah
Makkah dan Madinah Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan pada
masa Nabi Muhammad.
Masjid Nabawi
4. Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab berupa bentuk bangunan segi empat
sederhana yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Bagian tengah
merupakan lapangan terbuka dengan dikelilingi pilar, dinding, dan kamar-
kamar. Lapangan berfungsi sebagai tempat salat berjamaah dan di bagian
depan kiblat terdapat mimbar untuk khatib yang memberikan ceramah
keagamaan.
Contoh bangunan yang masih memperlihatkan ciri arsitektur ini adalah
Masjid Nabawi.
Seni rupa Umayyah
Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian
Bizantium, sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari
Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak memperlihatkan ciri seni rupa
kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti bisa dilihat
di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus.
Interior masjid ini digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
Masjid Umayyah
Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana yang memiliki ciri
tersendiri, yaitu bangunan di tengah-tengah gurun pasir yang terasing,
walaupun kini banyak yang telah rusak. Contohnya adalah Istana Kusair
Amra.
Seni rupa Abbasyiah
Perkembangan seni rupa periode ini dimulai sejak tahun 747 M sebagai
akibat keruntuhan Dinasti Umayyah akibat revolusi oleh Keluarga
5. Abbasiyah bersama kelompok Syiah. Seni rupa ini terkonsentrasi di pusat
pemerintahan baru di daerah Baghdad dan kemudian pindah ke Sammara,
Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak). Walaupun sebenarnya
Baghdad adalah pusat pemerintahan dan kebudayaan, namun penyerangan
oleh bangsa Mongol membuat hampir seluruh peninggalan di daerah ini
musnah, sehingga bukti karya lebih banyak didapat di daerah-daerah
sekitarnya.
Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan
bangsa Syria, Tiongkok, India, dan bahkan Nusantara. Selain itu dimulai
banyak penerjemahan tulisan-tulisan kuno Yunani, sehingga seni ilustrasi
berkembang.
Masjid Kubah Emas Abbasiyah
Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu
Delif, dan bekas istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip
bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara yang semakin mengecil di bagian
ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari kaligrafi
berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung.
Seni rupa Turki
Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada abad
11 M. Di bawah kekuasaan ini Bizantium, Iran, Mesopotamia, dan Asia Kecil
bersatu di bawah kerajaan bercorak Islam.
6. Masjid Sultan Ahmed, Turki.
Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil.
Antara lain ditemukan teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan kaligrafi
dengan abjad nashi dan juga banyak pengaruh keramik-keramik Tiongkok
dari dinasti Sung.
Seni rupa Cordoba
Dimulai pada tahun 750, Seni rupa Cordoba meliputi daerah Spanyol dan
Moor. Contoh peninggalannya adalah Masjid Cordoba. Ia merupakan
gabungan kesenian Yunani klasik dan kesenian lokal yang tidak
terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah
pelengkung tapal kuda.
Masjid Cordoba
Ciri khas seni rupa dari Moor adalah pemakaian motif yang diinspirasi oleh
pengulangan ilmu ukur.
7. Kontroversi hukum seni rupa
Ada banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam. Pandangan
kaum konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam beranggapan
bahwa segala bentuk peniruan adalah usaha menyaingi kesempurnaan Tuhan
dan wujud keinginan menciptakan Tuhan baru. Tetapi banyak pula yang
menyatakan bahwa bagaimanapun hasil penciptaan manusia tetap tidak akan
bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan ataupun Tuhan itu sendiri,
sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan saja, tetapi diiringi pula
dengan stilasi yang memperlihatkan keagungan Pencipta. Sementara
pendapat lain terbentuk atas pengaruh kebudayaan Eropa, yang
menganggap proses seni rupa adalah hal normal, ia sama sekali tidak bisa
dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk baru ataupun Tuhan baru,
sehingga sama sekali tidak perlu dilarang.
Bagaimanapun sangat sulit menemukan peninggalan seni patung dari seni
rupa Islam, karena sejarahnya yang berhubungan langsung dengan tindakan
berhala. Tetapi tidak sulit menemukan bentuk-bentuk makhluk hidup dalam
bentuk perabotan. Juga dengan mudah bisa ditemukan lukisan-lukisan di
dinding istana dan gambar ilustrasi untuk buku-buku terjemahan ilmu
pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari ilustrasi buku aslinya.
A. CIRI SENI RUPA ZAMAN ISLAM DI INDONESIA
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media
pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu
Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1. Masjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas
bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap
mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
8. 2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat
pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya
didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit
pertahanan
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh
dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk
makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada
nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun
pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup.
b. Seni Kaligrafi
Adalah seni menulis (umumnya kutipan dari ayat-ayat dalam kitab suci
Al-Qur’an). Perpaduan seni kaligrafi dengan seni tradisional indonesia
(hindu-budha) itu dapat dikatakan sebagai perwujudan kesenian Islam
Nusantara. Seni kaligrafi pada umumnya bisa di jumpai pada pintu gerbang
masjid, istana, dan hiasan pada keris. Kaligrafi juga dapat ditemukan pada
bendera dan panji-panji kerajaan Islam. Dalam seni busana, kaligrafi
muncul sebagai motif hias kain batik, khususnya kain batik yang digunakan
untuk upacara tertentu.
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian
Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian
ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi
dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti
kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli.
c. Seni Hias
9. Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara
realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau
diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh–tumbuhan.
d. Makam
Di indonesia, peninggalan seni rupa Islam paling tua ditemukan di sumatra,
di bekas kerajaan Pasai (aceh utara) pada abad 13 M. Peninggalan itu
berupa batu nisan dan kuburan Islam, batu nisan berukir itu terbuat dari
pualam, mengandung tulisan arab dan dipenuhi dengan hiasan. Hasil seni
rupa Islam dalam bentuk pahatan pualam itu berasal dari kesenian Islam
yang ada di India. Di india sendiri seni bangunan berornamen Islam yang
berkembang bukanlah masjid, melainkan makam. Komplek pemakaman raja
dan keturunannya merupakan salah satu peninggalan peradaban awal Islam
di Nusantara. Hiasan yang menonjol adalah berupa kaligrafi arab dan motif
flora. Motif lain yang menggambarkan makhluk hidup dilarang sesuai
dengan ajaran Islam. Pengaruh Islam juga tampak pada bentuk hiasan
makam, seperti yang ada di Samudra Pasai (Aceh Utara) dan di Gresik.
Makam yang terdiri dari bangunan bawah (kijing) dan bangunan atas (nisan
atau maesan) . Bahan untuk kijing adalah batu pualam yang disusun secara
bertumpuk menyerupai bangunan punden, sedangkan nisan terbuat dari
tongkat batu. Terdapat dua jenis makam tertua di Indonesia. Pertama,
jenis yang mempunyai ciri bangunan lama (pra-Islam). Kedua, jenis makam
yang dipengaruhi oleh bentuk dan motif yang berasal dari luar nusantara.
e. Wayang
Pertunjukan wayang di indonesia bukan saja sebuah kesenian, melainkan
juga sumber nilai. Wayang dalam perkembangannya sebagai sumber nilai,
menyerap berbagai ajaran tentang penghormatan kepada alam, nenek
moyang, dan para dewa-dewi.
Penghormatan itu dilakukan oleh manusia sebagai keinginan dasar untuk
berhubungan dengan kekuatan adikodrati (supranatural), kepemimpinan dan
kepahlawanan. Selain itu juga sebagai bentuk hubungan manusia dg Tuhan,
dan juga manusia dg manusia lain.
Wayang selalu berubah dan menyesuaikan diri dengan kegamaan dan
zamannya. Pada masa penyebaran agama Hindu-Budha dan juga Islam atau
10. kristen, kesenian wayang selalu dimanfaatkan sebagai media yang populer
dan efektif untuk dakwah keagamaan.
Meskipun sudah berkembang sejak masa Hindu-Budha, kesenian wayang di
Jawa mendapat sentuhan kreatif pada masa Islam. sentuhan itu bukan saja
pada bentuknya, melainkan juga pada tema-temanya. Meskipun begitu
wayang tetap mengandung pakem-pakem cerita utama, seperti Ramayana
dan Mahabarata.
Dari kesenian yang bernafaskan Islam tersebut, lahirlah sejumlah jenis
wayang lain, diantaranya :
Wayang beber (Disebut wayang beber karena bentuknya yg berupa
lembaran).
Wayang kulit (terbuat dari kulit sapi atau kambing )
Wayang golek
Wayang krucil (Sama dengan wayang kulit tetapi ukurannya lebih kecil )
f. Batik
Mitos paling awal tentang batik sudah ada sejak sekitar tahun 700
Masehi. Mitos tersebut bercerita tentang istri pangeran Jenggala Lembu
Ami Luhur. Dia seorang putri dari Coromandel. Ia mengajari orang Jawa
menenun, membatik, dan mewarnai kain. Sejak saat itu kain batik dengan
berbagai motif tertentu menjadi bagian dari identitas busana dan budaya
raja, permaisuri dan keluarga istana pada masa kerajaan Hindu. Namun
catatan tertulis tentang batik baru muncul pada tahun 1518.
Pada masa Islam, motif animisme dan hinduisme yang muncul pada masa
kerajaan Hindu diperkaya dengan motif kaligrafi Arab, Masjid, Ka’bah, dan
permadani. Pada masa Islam dan masa sebelumnya, tradisi batik memang
cenderung menjadi bagian dari tradisi istana. Namun, dalam
perkembangannya, ketika nilai-nilai keistanaan meluntur, nilai-nilai batik
menjadi lebih bermasyarakat. Batikpun dibuat dan dipakai oleh semua
kalangan.
Hasanudin, dalam bukunya Batik pesisiran, menyebutkan bahwa kegiatan
membatik didasarkan pada lima motivasi dasar.
Pertama, membatik sebagai kegiatan sambilan wong cilik.
Kedua, kegiatan membatik sebagai komoditas.
Ketiga, membatik sebagai tradisi kalangan bangsawan.
11. Keempat, kegiatan membatik sebagai usaha dagang orang Cina dan
Indo Belanda yang ragam hias dan fungsinya diperuntukkan bagi kalangan
terbatas.
Kelima, membatik sebagai kebutuhan seni desain dengan konsep
kontemporer