2. PENGERTIAN AKULTURASI
KEBUDAYAAN ISLAM
Akulturasi Kebudayaan Islam Adalah sebuah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan
budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya Contohnya sebuah proses
percampuran 2 budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama
sehingga dapat saling memengaruhi.
Faktor Kontak Akulturasi
• Kontak sosial pada semua lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, maupun antar individu dalam
dua masyarakat.
• Kontak budaya dalam situasi bersahabat ataupun situasi bermusuhan.
• Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam semua unsur budaya, baik
dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, ataupun ilmu pengetahuan.
• Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak ataupun sedikit.
• Kontak budaya baik antar sistem budaya, sistem sosial, ataupun unsur budaya fisik.
3. MACAM-MACAM, JENIS DAN CONTOH AKULTURASI
KEBUDAYAAN ISLAM
• Seni Bangunan
Seni dan Arsitektur bangunan Islam di Indonesia
sangatlah unik, menarik dan akulturatif. Seni bangunan
yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini adalah
masjid, menara dan makam.
• Masjid dan Menara
Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam,
terlihat ada perpaduan antara unsur Islam dengan
kebudayaan praIslam yang sudah ada sebelumnya.
4. CIRI-CIRINYA ADALAH:
1. Atapnya berbentuk tumpang yakni atap yang bersusun semakin ke atas
semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil
1, 3 atau 5 Dan biasanya ditambah dengan kemuncak guna memberi tekanan
akan keruncingannya yang disebut Mustaka.
2. Tak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di
luar Indonesia atau yang ada sekarang, namun dilengkapi dengan kentongan
atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan
kentongan adalah budaya asli Indonesia.
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yakni sebelah barat alun-alun atau
bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yakni di atas bukit atau dekat
dengan makam.
5. • Makam
Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat
kesultanan adalah makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, makam
raja-raja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta), makam sultan-sultan Palembang,
makam sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yakni kompleks makam di Samudera
Pasai, makam Sultan Ternate di Ternate, makam sultan-sultan Goa di Tamalate, serta
kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan kompleks makam di Watan Lamuru (Sulawesi
Selatan), makam-makam di berbagai daerah lainnya di Sulawesi Selatan, dan kompleks
makam Selaparang di Nusa Tenggara serta masih banyak yang lainnya.
Di beberapa tempat ada makam-makam yang penempatannya ada di daerah
dataran tinggi. Contohnya makam Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat
(Lamongan), makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus di Kudus,
makam Maulana Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur), makam Datuk Ri
Bkalianng di Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh Burhanuddin (Pariaman), makam
Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) serta masih banyak para dai lainnya di tanah
air yang dimakamkan.
6. CIRI-CIRINYA
• Makam-makam kuno dibangun di atas bukit maupun tempat-tempat yang tinggi.
• Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya
pun terbuat dari batu.
• Di atas jirat umumnya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
• Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antar makam dengan
makam ataupun kelompok-kelompok makam.
• Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam itu adalah makam para wali atau raja Contohnya adalah masjid makam
Sendang Duwur di Tuban.
7. • Seni Ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni
ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, bahkan manusia secara nyata, tak
diperbolehkan. Di Indonesia ajaran itu ditaati. Hal tersebut menyebabkan seni patung di
Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang. Padahal pada masa sebelumnya seni
patung sangat berkembang, baik patung-patung bentuk manusia ataupun binatang. Akan
tetapi, seteah zaman madya, seni patung berkembang seperti yang bisa kita saksikan
sekarang ini.
Meskipun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tak
diperbolehkan. Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang. Para seniman tak
ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan
bunga-bungaan seperti yang sudah dikembangkan sebelumnya. Lalu ditambah seni hias
dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi baru, yakni kalau terpaksa mau
melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi
jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.
8. Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan
berbagai macam motif ukir-ukiran. Contohnya, ukir-ukiran pada
pintu atau tiang pada bangunan keraton maupun masjid, pada
gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan pun seni hias atau seni
ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias
yang lain. Malah ada seni kaligrafi yang membentuk orang,
binatang, atau wayang.
9. • Aksara dan Seni Sastra
• Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh besar dalam
bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai
abjad yang dipakai untuk menulis bahasa Arab mulai dipakai di
Indonesia. Bahkan huruf Arab dipakai di bidang seni ukir.
Berhubungan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping
pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman
madya tak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya.
• Dengan begitu terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra
yang berkembang di zaman praIslam. Seni sastra di zaman Islam
tersebut berkembang di Melayu dan Jawa. Dilihat dan corak dan
isinya, ada beberapa jenis seni sastra adalah sebagai berikut:
10. • Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah maupun dongeng. Dalam
hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal
yang tak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran yaitu karangan bebas
atau prosa. Hikayat-hikayat yang terkenal, contohnya Hikayat Iskandar Zulkarnain,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam,
Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, dan masih banyak yang lainnya.
• Babad
Babad mirip dengan hikayat Penulisan babad murup tulisan sejarah, namun isinya
tidak selalu berdasarkan fakta.Jadi, isinya campuran fakta sejarah, mitos, dan
kepercayaan.Di tanah Melayu sendiri terkenal dengan sebutan tambo atau salasilah.
Contoh babad ialah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad
Surakarta.
11. • Syair
Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan
karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas 4 baris
setiap baitnya. Contoh syair sangat tua ialah syair yang
tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
• Suluk
Suluk adalah karya sastra yang berupa kitab-kitab serta
isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh nya suluk
yakni Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang
Sumirang.
12. BIDANG KESENIAN
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan guna
menyebarkan ajaran Islam. Kesenian itu, contohnya adalah:
• Debus
Debus adalah tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda tajam
ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat
dalam Al Quran serta salawat nabi. Tarian ini ada di Banten dan Minangkabau.
• Seudati
Seudati adalah sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata syaidati
yang berarti permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman berarti delapan.
Tarian ini aslinya dimainkan oleh 8 orang penari. Para pemain menyanyikan lagu yang
isinya adalah salawat nabi.
13. • Wayang
Wayang adalah termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang
telahberkembang sejak zaman Hindu, akan namun, pada zaman Islam terus
dikembangkan laluberdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan
pertunjukan wayang golek.
• Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah
14. WUJUD AKULTURASI DAN PERKEMBANGAN
BUDAYA ISLAM
• Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang
pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua
(lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya
bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia.
15. WUJUD ALKULTURASI SENI BANGUNAN
• Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,
istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:
• Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan
biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut dengan Mustaka.
• Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug
untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan
budaya asli Indonesia.
• Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
16. Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid
Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai
wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari
wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
• makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
• makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya
juga terbuat dari batu.
• di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
• dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan
makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk
kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap
dan tidak berpintu).
• Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang
Duwur di Tuban.