SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
SITUASI DAN KONDISI WILAYAH KERJA
DI ARAB SAUDI DAN ARMINA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Perbedaan cuaca yang ekstrim antara Arab Saudi dan Indonesia dapat
memicu munculnya penyakit yang jarang ditemukan di Indonesia. Banyaknya
jemaah haji yang berusia lanjut dengan berbagai komorbiditas, suhu yang
tinggi (saat musim panas) berkisar 40-50 oC, aktivitas fisik yang berat selama
prosesi Haji merupakan faktor risiko munculnya berbagai eksaserbasi akut
dari penyakit penyakit tertentu. Petugas kesehatan haji harus memahami
dengan baik kondisi alam Arab Saudi dan situasi selama menjalankan ibadah
haji agar dapat melakukan pertolongan dengan optimal
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan situasi dan
kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina
B. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskangambaran
situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina
III. POKOK BAHASAN
Pokok bahasan pada modul ini
Gambaran situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina
IV. BAHAN BELAJAR
1. Flipchart,
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Inti 1
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat
c. Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang
belum dipahami.
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
Modul Pelatihan PPIH 2017 3
VI. URAIAN MATERI
Gambaran situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina
Arab Saudi memiliki iklim gurun dengan cuaca yang cukup ekstrim,
kelembaban udara yang rendah.Arab Saudi mengalami musim panas
pada bulan Juni hingga Agustus, cuaca yang panas hingga 55°C, atau
bahkan di beberapa daerah dapat mendekati angka 60°C.Namun ketika di
bulan Desember atau Januari, biasanya dijumpai adalah musim dingin
dengan suhu udara sampai 10°C. Maka, terutama bagi Jemaah yang
telah berusia lanjut atau sensitif dengan cuaca yang terlalu panas atau
terlalu dingin, permasalahan ini harus menjadi perhatian.
Saat cuaca panas maka yang menjadi perhatian utama Jemaah dan
petugas kesehatan adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan sengatan
panas. Lakukan berbagai upaya untuk menghindari dehidrasi diantaranya
• Hindari terik matahari langsung, terutama antara pukul 10 s.d 16
• Selalu pakai topi atau payung dan masker saat keluar hotel atau
rumah
• Gunakan pakaian yang cukup longgar, cerah dan menyerap
keringat
• Gunakan krim pelembab kulit saat keluar hotel atau kemah
• Selalu membawa minum saat keluar kemah/hotel dan saat
beribadah
• Minum setiap jam sekali 200 cc, kecuali ada kontraindikasi
• Sebelum memulai thawaf atau sa’i minum 2-3 gelas air
• Perbanyak makan buah segar yang mengandung air
• Hindari kopi dan teh, karena bersifat diuretik
• Hindari rokok
• Upayakan badan tetap segar dengan istirahat yang cukup
Kondisi cuaca yang ekstrim dengan aktivitas fisik yang berat sering
menjadi pemicu munculnya eksaserbasi akut berbagai penyakit kronik
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
yang diderita oleh Jemaah misal asma eksaserbasi akut, ppok
eksaserbasi akut, komplikasi akut dari diabetes mellitus seperti
hipoglikemia, krisis hiperglikemia dan sebagainya. Maka para Jemaah
harus diedukasi untuk rutin periksa kesehatan dan tetap mengkonsumsi
obat yang diminum sejak di tanah air. Selain itu para Jemaah harus
menghindari terjadinya infeksi karena infeksi sering juga menjadi pemicu
munculnya perburukan pada pasien.
Saat menjalankan ibadah thawaf, sa’i atau perjalanan menuju jamarat
memerlukan kondisi fisik yang baik, karena menempuh jarak yang cukup
jauh dan berdesak desakan dengan Jemaah lainnya. Pada saat
melakukan ibadah ini hal yang paling sering terjadi adalah kelelahan,
terkadang muncul eksaserbasi akut ppok atau asma atau yang ekstrim
dapat terjadi serangan jantung, maka petugas kesehatan harus bisa
mengantisipasi dan memberikan pertolongan dengan segera bila terjadi
kegawat daruratan.
Jemaah haji Indonesia memiliki beragamnya latar belakang pendidikan,
sosial budaya serta kondisi fisik yang berbeda, keterbatasan waktu
perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat
wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina. Semua hal tersebut
merupakan risiko yang dapat berdampak terhadap kesehatan jemaah haji
Indonesia dan tenaga kesehatan dituntut untuk mampu melakukan
pendekatan edukasi, pencegahan dan tatalaksana kegawatdaruratan
sesuai keberagaman latar belakang tersebut.
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PERTOLONGAN GAWAT DARURAT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi.
Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang
tepat dan benar dapat berakibat fatal yang menyebabkan kecacatan atau
mengancam jiwa Jemaah haji.Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka
tenaga kesehatan harus membekali dirinya dengan kemampuan identifikasi
dan penanganan kondisi gawat darurat dalam menjalankan tugasnya di Arab
Saudi.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan melakukan
pertolongan gawat darurat selama bertugas di Arab Saudi sebagai Tim
Gerak Cepat ( TGC )
B. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan
1. Menjelaskan konsep pertolongan gawatdarurat
2. Menjelaskan gangguan Airway
3. Menjelaskan gangguan Breathing
4. Menjelaskan gangguan Circulation
5. Melakukan Resusitasi Jantung Paru
III. POKOK BAHASAN
Pokok bahasan pada modul ini:
1. Gangguan airway dan tatalaksana
2. Gangguan breathing dan tatalaksana
3. Gangguan circulation dan tatalaksana
4. Resusitasi jantung paru
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
IV. BAHAN BELAJAR
1. Flipchart
2. White board
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Inti 1
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat
c. Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang
belum dipahami.
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Modul Pelatihan PPIH 2017 3
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
A. Definisi dan konsep kegawatdaruratan
Gawat darurat adalah: Suatu keadan karena cidera atau bukan cidera
yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera.
Untuk tatalakasana gawat darurat petugas tim gerak cepat harus mampu
melakukan triase dengan baik. Triase adalah pemilihan penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi
yang diberikan berdasarkan prioritas ABC (Airway, Breathing, Circulation).
B. Jenis jenis kegawadaruratan airway
1. Obstruksi saluran nafas
2. Gagal proteksi saluran nafas
3. Edema mukosa (anafilaksis) atau aspirasi benda asing
Tanda pasien kritis pada gangguan airway dan atau breathing adalah
1. Henti nafas atau ancaman henti nafas (RR < 8X/menit atau >
30x/menit, Sp02 < 90 %),
2. Jalan nafas tersumbat atau terancam tersumbat, muncul suara stridor
3. Distress nafas (penggunaan otot bantu nafas, sulit bicara).
Bila terjadi gangguan pada airway maka yang pertama harus dinilai
adalah kelancaran jalan nafas, pemeriksaannya meliputi kemungkinan
adanya penyebab seperti obstruksi saluran nafas, edema mukosa saluran
nafas, fraktur wajah, atau penyebab lainnya. Tatalaksana yang diberikan
pada gangguan airway adalah mempertahankan jalan nafas terbuka
dengan baik pada semua. Membuka dan mempertahankan jalan nafas
dapat dilakukan dengan head tilt, chin lift, jaw thrust, evakuasi sumbatan,
pemasangan orofaring, pemasangan nasofaring, pemangan laryngeal
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
mask airway atau intubasi trakea sesuai kebutuhan pasien. Pasien yang
dapat bicara dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih
C. Jenis jenis kegawadaruratan breathing
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik
meliputi fungsi yang baik dari paru paru, dinding dada serta diafragma.
Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat sehingga organ yang
menyebabkan gangguan breathing, dapat diidentifikasi dengan cepat
pula. Gangguan breathing dapat disebabkan kondisi dibawah ini
diantaranya:
1. Pneumothorax
2. Trauma tulang iga (flail chest)
3. Efusi pleura, hemothorax
4. Asma eksaserbasi akut
5. PPOK eksaserbasi akut
6. Pneumonia
7. dll
Tanda pasien kritis pada gangguan airway dan atau breathing adalah
1. Henti nafas atau ancaman henti nafas (RR < 8X/menit atau >
30x/menit, Sp02 < 90 %), Peningkatan usaha nafas (nafas cepat,
penggunaan otot2 bantu nafas), Hipoxia atau fatigue (sianosis)
2. jalan nafas tersumbat atau terancam tersumbat, muncul suara stridor,
3. Distress nafas (penggunaan otot bantu nafas, sulit bicara).
Pada gangguan breathing tatalakasana yang diberikan adalah
pemberian oksigenasi, inhalasi dengan bronkodilator, posisi setengah
duduk, torakosentesis, pemasangan Water Seal Drainage (WSD) ,
atau ventilator mekanik sesuai penyebab
D. Jenis jenis kegawadaruratan circulation
1. Syok (takikardia, pemanjangan waktu pengisian kapiler, peningkatan
frekuensi nafas, penurunan tekanan darah)
Modul Pelatihan PPIH 2017 5
2. Perdarahan (hematesis, melena, perdarahan masif)
3. Sepsis
4. Gagal jantung dengan gangguan hemodinamik, gagal ginjal dengan
gangguan hemodinamik
Tanda kritis pada gangguan sirkulasi adalah
1. Henti jantung atau ancaman henti jantung (HR < 40x/menit atau HR >
140x/menit)
2. Akral dingin, sianosis
3. Waktu pengisian kapiler > 2 detik
4. Penurunan kesadaran
5. Perdarahan masif
Bila terjadi gangguan sirkulasi segera pasang IV Line, terapi diberikan
sesuai dengan penyebab, dapat diberikan loading cairan pada kasus
syok, pemberian diuretic pada gagal jantung dengan overload, transfuse
darah, obat-obat vasoaktif, inotropik sesuai kondisi yang diderita
E. Resusitasi jatung paru (RJP)
Upaya untuk mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru melalui
pemberian nafas buatan dan pijat jantung luar.
Langkah langka RJP
1. Tentukan tingkat kedaran (respon penderita), dengan memanggil,
menggoyang tubuh atau memberi rangsang nyeri
2. Bila penderita menjawab pertanyaan, berarti penderita sadar dan
keadaan baik
3. Bila tidak ada respon petugas bersiap melakukan RJP dan memanggil
bantuan
4. Posisi penderita dalam keadaan terlentang
5. Periksa denyut nadi pada carotis bila tidak ada, mulai pijat jantung
6. Selanjutnya berikan pernafasan
Modul Pelatihan PPIH 2017 6
Teknik resusitasi jantung paru
Penderita dibaringkan dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras
(lantai, papan, back board)
Posisi petugas berlutut segaris dengan dengan sisi bahu kanan pasien
Lokasi kompresi ditengah dada, tekan keras dan cepat dengan
kedalaman kurang lebih 5 cm dan frekuensi 100x/menit
Pijat jantung dilakukan bergantian dengan pemberian nafas buatan
dengan perbandingan 30:2
Guidelines untuk RJP ini mengacu pada guidelines ACLS
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
IDENTIFIKASI JEMAAH HAJI SAKIT BERAT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Berbagai macam penyakit dapat menyerang Jemaah haji saat menjalankan
ibadah haji. Berbagai penyakit ini berpotensi menjadi penyakit berat dan
mengancam jiwa bila tidak dikenali secara dini dan diberikan tatalaksana
dengan benar.Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, tenaga kesehatan
harus dibekali keterampilan untuk mengenali penyakit yang dapat
mengancam nyawa dan bagaimana tatalaksananya, sehingga bila ditemukan
kondisi seperti diatas dapat dilakukan tatalaksana dengan benar dan tepat
sehingga mortalitas dan morbiditas dapat dicegah.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan identifikasi
jemaah haji sakit berat.
B. Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi jemaah haji sakit berat atau yang berpotensi sakit
berat
2. Melakukan tatalaksana awal jemaah haji sakit berat
III. POKOK BAHASAN
Pokok bahasan pada modul ini 11 penyakit yang sering menyerang jemaah
haji dan dapat mengancam jiwa
1. Heat Stroke/ Frostbite
2. PPOK Eksaserbasi Akut
3. Asma Eksaserbasi Akut
4. Pneumonia berat
5. Penyakit jantung koroner
6. Gagal jantung
7. Gangguan irama jantung
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia
9. Stroke akut
10.Hipertensi emergensi
11.Penyakit menular (Mers-Co, dll)
IV. BAHAN BELAJAR
1. Flipchart
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Inti 1
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
• Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
• Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat
• Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang
belum dipahami.
Modul Pelatihan PPIH 2017 3
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
1. Heat Stroke/ Frostbite
Sengatan panas (heat stroke) merupakan kondisi emergensi yang
menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama
haji saat musim panas. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut
dengan berbagai komorbid, suhu yang tinggi (bisa lebih dari 45oC),
aktivitas fisik yang berat selama prosesi haji merupakan faktor risiko
terjadinya sengatan panas.Heat stroke didefinisikan peningkatan suhu
inti tubuh melebihi 40 oC disertai adanya disfungsi sistem saraf pusat
dan terjadi pada lingkungan dengan suhu yang tinggi.
Berikut faktor risiko terjadinya heat stroke
• Usia lanjut, diatas 65 tahun
• Penyakit Kronis (kardiovaskular atau hipertensi, Diabetes
mellitus, Penyakit liver, Penyakit ginjal atau penggunaan
diuretik)
• Obesitas
• Alkohol atau kokain
• Obat obat antikolinergik
Terapi heat stroke diawali dengan stabilisasi airway, breathing, dan
circulation. Morbiditas akan sangat menurun bila dapat dilakukan
pendinginan sesegera mungkin.
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
Bila menemukan pasien heat stroke:
• Pindahkan pasien ke ruangan sejuk dan terlindung dari
matahari, longgarkan pakaian pasien
• Semprotkan air dingin pada seluruh tubuh
• Berikan kantong es di lipatan tubuh seperti ketiak, lipat paha
• Bila pasien sadar berikan minum dalam jumlah banyak
• Pasang IV lines dan berikan loading infus NaCL 0,9%
2. PPOK Eksaserbasi Akut
Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang memiliki ciri-
ciri berupa gejala saluran pernafasan yang persisten dan terbatasnya
aliran udara masuk ke paru dikarenakan adanya kelainan pada saluran
pernafasan dan atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh paparan
partikel atau gas yang berbahaya.
Bila terjadi eksaserbasi akut PPOK dapat diberikan tatalaksana
• BerikanOksigenasi (target saturasi 88-92%)
• Inhalasi Short ActingB2 Agonis (SABA) dengan atau tanpa
antikolinergik kerja pendek
• Kortikosteroid sistemik
• Antibiotik, bila diindikasikan
• Antibiotik diberikan bila ada 3 tanda kardinal
a. Sesak meningkat.
b. Volume sputum meningkat
c. Sputum purulen
• Beberapa pasien memerlukan support ventilasi
3. Asma Eksaserbasi Akut
Asma eksaserbasi akut merupakan kondisi emergensi yang sering
terjadi di Arab saudi, yang berpotensi menimbulkan ancaman jiwa bila
tidak di tatalaksana dengan benar. Bila terjadi eksaserbasi akut dinilai
apakah eksaserbasi ringan/sedang, berat atau mengancam nyawa.
Modul Pelatihan PPIH 2017 5
Pada eksaserbasi ringan sedang berikan
• Oksigen dengan target SpO2: 93-95%,
• Inhalasi Short Acting B2 Agonis (SABA) dapat di ulang tiap 20
menit selama 1 jam
• Kortikosteroid sistemik 1 mg/kgbb bila diperlukan.
Pada eksaserbasi berat dan mengancam jiwa segera transfer ke fasilitas
kesehatan, sebelum di transfer berikan
• Oksigenasi target SpO2: 93-95%
• Inhalasi SABA+ Ipatropium bromida
• Kortikostetoid sistemik
• Nilai perlu tidaknya support ventilasi
4. Pneumonia berat
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, dapat mengganggu pertukaran oksigen dan
karbondioksida di paru-paru. Saat petugas curiga terjadi pneumonia
pada Jemaah maka petugas harus menentukan apakah derajat
pneumonianya. Pertolongan yang dapat dilakukan ditempat tugas
adalah memberikan oksigen, memberikan inhalasi bila terdapat
bronkospasme, atau bila diperlukan melakukan secure airway dengan
memasang intubasi/LMA
5. Penyakit jantung koroner (Sindrom Koroner Akut)
Suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis
perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat
iskemia miokard. Ditegakan secara tepat dan cepat berdasarkan 3
kriteria:
a) Gejala klinis berupa nyeri dada yang khas
b) Gambaran elektrokardiogram (EKG)
c) Evaluasi biokomia enzim jantung
Bila ditemukan SKA tanpa komplikasi, berikan terapi sebagai berikut
Modul Pelatihan PPIH 2017 6
• O2 2-5 L/menit
• Nitrat Short Acting Sub Lingual (bila nyeri dada dan TDS > 90
mmHg)
• Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi
• Clopidogrel 300 mg
• Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5
mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg
• Rujuk Segera
Bila ditemukan SKA dengan komplikasi edema paru, berikan terapi
sebagai berikut:
• O2 2-5 L/menit
• Nitrat Short Acting SL atau IV, (bila nyeri dada dan TDS > 90
mmHg)
• Furosemid 40-80 mg IV
• Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi
• Clopidogrel 300 mg
• Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5
mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg
• Rujuk segera
6. Gagal jantung
Gagal jantung akut kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan
tatalakasana segera. Bila terjadi gagal jantung akut berikan terapi
suplementasi 02 bila SpO2 < 90%. Kebanyakan pasien mengalami
sesak nafas akibat edema paru, sehingga pemberian diuretik intravena
secara cepat akan mengurangi gejala. Dosis diuretik yang dibetrikan
bisa sampai 2,5x dosis oral sebelumnya (bila pasien pengguna rutin
diuretik). Opiat dapat berguna pada pasien edema paru akut, karena
mengurangi sesak, mengurangi ansietas dan sebagai venodilator
Modul Pelatihan PPIH 2017 7
7. Gangguan irama jantung
Atrial fibrilasi merupakan gangguna irama jantung yang paling sering
terjadi dan memerlukan tatalaksana segera. Tatalaksana yang
diberikan sesuai guidelines tetapi disesuaikan dengan sumber daya
yang ada saat bertugas.
8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia
Krisis hiperglikemia merupakan kegawatan yang sering terjadi pada
pasien diabetes yang menjalani ibadah Haji. Krisis hiperglikemia dapat
berupa Ketoasidosis Diabetikum (KAD) atau Hiperosmolar
hiperglicemia State (HHS).
KAD ditandai dengan trias :
1) Hiperglikemia (GD > 250)
2) asidosis (HCO3 < 18)
3) ketosis (Keton positif)
Begitu masalah diagnosis KAD ditegakkan, segera pengelolaan
dimulai. Prinsip-prinsip pengobatan KAD adalah:
• Penggantian cairan dan garam yang hilang
Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 –
20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1–1,5 liter).
secara praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30
menit pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter
setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan
1–1,5 liter pada jam pertama, selanjutnya 250–500 ml/jam pada
jam berikutnya. Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status
hidrasi pasien dan penyakit yang mendasari
• Menekan lipolisis dengan pemberian insulin
• Mengatasi stress sebagai pencentus KAD
• Mengembalikan keadaan fisiologi normal
Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 –
Modul Pelatihan PPIH 2017 8
20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1–1,5 liter). secara
praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30 menit
pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam
sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan 1–1,5 liter pada
jam pertama, selanjutnya 250–500 ml/jam pada jam berikutnya.
Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status hidrasi pasien.
Hipoglikemia
Hipoglikemia berarti kadar glukosa darah di bawah normal yang
mampu menyebabkan munculnya tanda dan gejala, termasuk
terganggunya fungsi otak. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan
berdasarkan trias Whipple yang terdiri dari:
• Keluhan yang menunjukan adanya kadar glukosa plasma darah
yang rendah,
• Kadar glukosa darah yang rendah
• Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan setelah kadar glukosa
plasma meningkat
Tatalaksana
Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila pasien sadar berikan
10-20 gr glukosa oral (teh manis). Idealnya dalam bentuk tablet, jelli
atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar. Dalam kondisi emergensi pasien tidak sadar dapat diberikan
glukosa intravena D 40% 2 Flavon, selanjutnya dinilai sesuai
kebutuhan gula pasien
9. Stroke akut
Sroke akut merupakan kondisi emergensi yang cukup sering terjadi.
Pertimbangan kemungkinan ada stroke bila terdapat defisit neurologis
atau penurunan kesadaran pada pasien. Stroke secara garis besar
dibagi 2, stroke iskemik dan stroke perdarahan. Bila menemukan
Modul Pelatihan PPIH 2017 9
pasien terduga stroke maka petugas segera menilai airway, breathing
dan circulation memberikan penangan kegawatdaruratan yang sesuai,
kemudian merujuk pasien.
10.Hipertensi emergency
Berdasarkan JNC VII, krisis hipertensi dibagi dua yaitu hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi adalah TD>
180/120 Tanpa adanya kerusakan organ akut, sedangkan hipertensi
emergensi TD> 180/120 Dengan adanya kerusakan organ akut
(system saraf, jantung, ginjal). Hipertensi emergensi tekanan darah
harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan
menggunakan obat-obatan parenteral misalnya nicardipin dengan
dosis 5-15 mg/jam. Saat bertugas di lapangan seringkali tidak tersedia
obat-obatan parenteral seperti nicardipin, maka sebagai petugas
pertolongan yang dapat diberikan adalah berikan oksigen, obat oral
sublingual bila tidak ada kontraindikasi dan segera rujuk.
11.Penyakit menular (Mers-Co, dll)
MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome
Corona Virus.Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2012
di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok
virus Corona dan dapatmenimbulkan pneumonia berat akan tetapi
berbeda dari virus MERS-CoV. MERS-CoV adalah penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang
saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai berat.Gejalanya
adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya.
Bila pasiendicurigai menderita MersCoV maka diperlukan
tindakan pencegahan standar meliputi: Kebersihan tangan dan
penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari
kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk
secret pernapasan) dan kulit lecet atau luka.
Modul pelatihan PPIH 2017 1
VISITASI KE KLOTER
I. DESKRIPSI SINGKAT
Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan
kesehatan kepada jemaah untuk mengendalikan faktor risiko agar jemaah tersebut
dapatmeningkat kesadarannya, kemauan, dan kemampuan serta melibatkan Jemaah
haji dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan Jemaah dalam
menghadapi kondisi matra di tanah suci agar tetap sehat, mandiri serta istitho’ah
dalam menunaikan ibadah haji.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan visitasi ke kloter
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
1. Menjelaskan mekanisme visitasi
2. Melakukan visitasi
III.POKOK BAHASAN
Pokok bahasan dari modul ini yaitu :
1. Mekanisme visitasi
2. Visitasi
a. Visitasi ke kloter
b. Visitasi pada saat Armina
IV. BAHAN BELAJAR
1. Permenkes
2. Modul TKHI (Petugas Kloter)
Modul pelatihan PPIH 2017 2
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat
b. Memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
c. Memperkenalkan diri dan berkenalan dengan peserta
d. Memberikan apersepsi pembelajaran
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab salam,
b. Mempersiapkan diri menciptakan suasana belajar yang kondusif
c. Menyimak dan memperhatikan fasilitator
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pelayanan gizi di keluarga
b. Menyampaikan pokok bahasan 1 – 5
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum
dipahami.
C. Langkah 3: Penutup
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran.
b. Mengevaluasi pembelajaran secara umum
c. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
Modul pelatihan PPIH 2017 3
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Melakukan evaluasi bersama fasilitator terkait pembelajaran yang sudah
didapat
c. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
Pendahuluan
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan ibadah haji
disebutkan bahwa Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan
manajemen penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat
berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama
serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh
haji yang mabrur. Seiring dengan bertambahnya masa tunggu, tantangan dalam
pelayanan kesehatan haji setiap tahun terus berubah dan bertambah dengan
meningkatnya jumlah jemaah calon haji risiko tinggi dan disertai dengan
perbandingan jumlah tenaga kesehatan haji Indonesia dengan Jemaah yang belum
optimal , beragamnya latar belakang pendidikan, sosial budaya serta kondisi fisik dan
lingkungan Arab Saudi yang berbeda, adanya perbedaan musim (panas, dingin),
kelembaban udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya, keterbatasan
waktu perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di
Arafah maupun melontar jumrah di Mina. Semua hal tersebut merupakan risiko yang
dapat berdampak terhadap kesehatan jemaah haji Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas,Kesehatan haji dan umrah merupakan
Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap jemaah haji dan umrah serta pihak
petugas yang terkait, mulai dari perjalanan pergi, selama di Arab Saudi, pulang dari
Arab Saudi sampai dengan 2 (dua) minggu setelah tiba kembali ke tanah air.
Kesehatan matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik
di lingkungan darat, laut, maupun udara.
Modul pelatihan PPIH 2017 4
Sebagaimana diatur dalam Permenkes 61 Tahun 2013 tentang Kesehatan Matra,
maka pelayanan kesehatan haji masuk dalam lingkup kesehatan lapangan yakni
kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang
bersifat temporer pada lingkungan yang berubah. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa
pengaturan kesehatan matra dimaksudkan untuk mewujudkan upaya kesehatan
pada kondisi matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan terkoordinasi guna
menurunkan potensi risiko kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan
mengendalikan risiko kesehatan, dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan Jemaah haji dalam menurunkan risiko serta memelihara
kesehatan Jemaah dalam menghadapi kondisi matra di tanah suci agar tetap sehat,
mandiri serta istitho’ah dalam menunaikan ibadah haji.
Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan faktor risiko yang terjadi pada Jemaah
haji adalah dengan melakukan visitasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan haji
pada Jemaah haji.
Visitasi
Visitasi pada jemaah haji adalah upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi
kesehatan jemaah haji dan responnya serta bimbingan kesehatan di kelompok
terbang (kloter) yang dilakukan setiap saat agar tercapainya jemaah haji sehat.
Tujuan umum visitasi agar tercapainya jemaah haji sehat di kloter, sedangkan tujuan
khusus visitasi antara lain:
a. Terdeteksinya jemaah haji sakit secara dini untuk diobati, dirawat dan dirujuk
b. Terbangunnya komunikasi antar petugas di kloter
c. Terbangunnya komunikasi antara jemaah dan petugas.
Lokasi Visitasi yang dilakukan petugas kesehatan haji (PPIH Arab Saudi – Tim Gerak
Cepat) dilakukan di lokus Pemondokan Makkan dan Madinah, saat di Arofah,
Muzdalifah, Mina serta di bandara Jeddah atau Madinah. Sasaran visitasi adalah
seluruh jemaah haji, dengan prioritas jemaah haji risiko tinggi.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melakukan visitasi meliputi:
Modul pelatihan PPIH 2017 5
a. Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit atau problem kesehatan
lainnya)
b. Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, baik
pada diri jemaah, maupun kondisi lingkungan (jemaah lain atau tempat tinggal)
c. Tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatann sesuai
kebutuhan JH
d. Tindakan preventif dan promotif sesuai kondisi JH
Pelaksanaan visitasi dilakukan oleh Tim visitasi (TGC bersama Tim KKHI) secara
terjadwal dengan adanya kordinasi Petugas KKHI, sektor dan Kloter :
e. Pada saat pelayanan kllinik di sektor
▪ Dilakukan 4 kegiatan diatas terhadap jemaah yang datang berobat atau
konsultasi, diumumkan kepada karu karom yang ada anggotanya jemaah risti
untuk diantar ke sektor
▪ Disamping tindakan terhadap jemaah yang berobat tersebut, petugas juga
melakukan keempat tindakan tersebut diatas pada orang-orang sekamar atau
satu rombongan yang mengantar jemaah yang berobat
f. Visitasi ke kamar-kamar jemaah di pemondokan
Apabila ada jemaah haji yang tidak bisa mobilisasi ke sektor, maka Petugas
melakukan kunjungan ke kamar-kamar jemaah tersebut.
Bila mendekati Armina, Petugas mengidentifikasi jemaah haji risti yang dikunjungi
apakah dapat melakukan proses wukuf mengikuti kloternya dari Arofah, Muzdalifah
dan Armuna atau harus diusulkan safari wukuf oleh petugas kloternya. Saat
melakukan visitasi, petugas juga memantau faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kondisi jemaah, kondisi kamar hotel jemaah, situasi dan hubungan dengan rekan
jemaah sekamar, serta melakukan pemantauan terhadap kasus yang berpotensi
KLB.
g. Visitasi dengan rencana, adalah kegiatan visitasi yang dilakukan antara lain pada
jemaah haji yang sudah pulang perawatan dari KKHI untuk memantau pengobatan
jemaah haji dan kesinambungan pelayanan jemaah, memantau asuhan gizi jemaah
haji, kepatuhan minum obat serta pengendalian risiko jemaah risti di kloter.
Modul pelatihan PPIH 2017 6
h. Visitasi jemaah kloter di lokus Armuna (Arofah, Muzdalifah dan Mina). Tim Gerak
Cepat melakukan visitasi kunjungan mengikuti mobilisasi jemaah haji ke Arofah,
Muzdalifah dan Mina.
Indikator visitasi jemaah haji antara lain :
• jemaah sakit dini terdeteksi, diobati, dirawat dan jika perlu dirujuk ke KKHI
• terbangun komunikasi jemaah dan petugas kesehatan
• terbangun komunikasi antar petugas di kloter
• Setelah selesai melakukan visitasi, petugas menyusun laporan visitasi yang
dicatat dalam Buku Laporan Visitasi (terlampir)
Pengendalian Faktor Risiko saat visitasi
Pengendalian faktor risiko diupayakan dalam penyelenggaraan ibadah haji dengan
melakukan manajemen risiko dalam pelayanan dimulai dari identifikasi risiko, analisis
risiko dan evaluasi risiko. Petugas PPIH (KKHI dan sektor) dan TKHI berkoordinasi
untuk melakukan pengendalian faktor risiko jemaah haji di kloter. Beberapa upaya
yang dilakukan untuk pengendalian risiko antara lain:
1. Identifikasi Jemaah haji risiko tinggi (risti) dengan memberikan gelang risiko pada
Jemaah haji risti karena usia ≥60 tahun gelang warna hijau, risti karena usia ≥60
tahun dan dengan penyakit gelang warna kuning dan risti karena usia <60 tahun
dengan penyakit gelang warna merah.
2. Analisis risiko Jemaah haji dengan mengidentifikasi risiko di setiap lokus Jemaah
haji dan dilakukan penilaian risiko dengan menilai besarnya dampak dan peluang
terjadinya risiko tersebut.
3. Evaluasi risiko dengan membandingkan risiko dan menentukan prioritas masalah
dan upaya pengendalian serta pencegahannya untuk menurunkan dan
menghilangkan variabel atau faktor dalam rangka mencegah terjadinya penyakit,
kecacatan, dan/atau gangguan kesehatan serta melakukan pengobatan.
Modul pelatihan PPIH 2017 7
Matriks Pengendalian risiko pelayanan kesehatan haji di lokus
Lokus Bahaya Risiko Besarnya
Dampak
Peluang
terjadinya
Tingkat
risiko
Upaya Pengendalian &
pencegahan
Embark
asi
Higiene &
sanitasi
makanan
KLB
makanan
4
JH bisa tunda
sementara
3
2-5 tahun
yang lalu
15
Tinggi
Melakukan pengawasan
makanan
Promotif preventif PHBS
kepada JH
Pesaw
at
Penerbang
an lama >
8 jam
DVT 5
Kematian JH
Karena
sumbatan Otak
& pembuluh
darah Jantung
3
2-5 tahun
yang lalu
15
Sangat
tinggi
Promotif preventif,
Identifikasi JH potensi
risiko DVT
Melakukan senam
pencegahan DVT
Bandar
a
Penyakit2
karantina
Karantina
kesehatan
4
JH
membahayakan
yang terpapar,
penularan
kasus, karantina
3
2-5 tahun
yang lalu
12
Tinggi
Pengawasan JH sejak
dari awal keberangkatan
(di embarkasi),
pendampingan JH,
koordinasi
Makkah
pra
wukuf
Aktifitas
berlebihan,
Kelelahan
Perburuka
n kondisi
JH baik
yang risti
atau tidak,
Kematian
JH
5
Kematian JH
4
1 tahun
20
Sangat
Tinggi
Promotif preventif
Pengusulan safari wukuf
untuk JH risti gelang
merah, pemantauan
faktor risiko,
pengawasan JH risti
Makkah
pasca
wukuf
Tidak /Lupa
melakukan
pengawasa
n kasus
Terjadi
kasus
potensi
wabah
4
JH
membahayakan
yang terpapar,
penularan
kasus, karantina
3
2-5 tahun
yang lalu
12
Tinggi
Madina JH risti Terjadi 4 3 12 Promotif preventif, early
Modul pelatihan PPIH 2017 8
h tidak
didampingi
keluarga/
teman,
Karena
arbain
kegawatd
aruratan
Jemaah
saat
sendiri di
hotel
JH
membahayakan
yang terpapar,
penularan
kasus, karantina
2-5 tahun
yang lalu
Tinggi detection, pencegahan
Visitasi JH
Armuna Kondisi
matra
Armuna
Heat
stroke (sd
Tahun
2022
musim
panas),
Mers-CoV
5
Kematian JH
4
Setiap tahun
ada
20
Sangat
Tinggi
peningkatan
kemampuan adaptasi,
kebugaran JH,
pengawasan JH risti
dengan visitasi di lokus,
deteksi dini & evakuasi
JH risiko, pembatasan
mobilisasi JH risti (safari
wukuf )
Debark
asi
Kasus
/penyakit
potensial
wabah
Terjadi
Kejadian
yang
berpotensi
menular/
Wabah
(KLB)
4
JH
membahayakan
yang terpapar,
penularan
kasus, karantina
3
2-5 tahun
yang lalu
12
Tinggi
Promotif preventif, early
detection, pencegahan
Visitasi JH,
Koordinasi karu-karom
gejala JH yang berisiko
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
RUJUKAN DAN EVAKUASI JEMAAH HAJI SAKIT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Selama pelaksanaan ibadah haji sering terjadi kondisi gawat darurat yang
menyebabkan diperlukan rujukan dan evakusi jemaah haji ke sarana
kesehatan dengan fasilitas yang lebih baik. Keadaan gawat darurat dapat
terjadi dimana saja, baik di kloter, KKHI, terminal, tempat umum, tempat
ibadah atau saat ARMINA. Setelah diberikan pertolongan pertama beberapa
pasien perlu dilakukan evakuasi dan rujukan dengan cara yang benar.
Tenaga kesehatan harus mengetahui cara evakuasi dan rujukan yang benar
agar tidak menyebabkan perburukan kondisi pasien.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan rujukan dan
evakuasi jemaah sakit.
B. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep rujukan dan evakuasi jemaah haji sakit
2. Melakukan rujukan jemaah sakit
3. Melakukan evakuasi jemaah sakit
III. POKOK BAHASAN
1. Konsep rujukan dan evakuasi jemaah haji sakit
2. Alur mekanisme rujukan Melakukan rujukan dari :
a. Kloter ke KKHI
b. Kloter ke RSAS
c. KKHI ke RSAS
d. Terminal/tempat umum ke KKHI/RSAS
e. Armina ke KKHI atau RSAS
3. Melakukan evakuasi:
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
a. Evakuasi dengan alat (tandu, kursi roda, dll)
b. Evakuasi tanpa alat
IV. BAHAN BELAJAR
1. Flipchart,
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Inti 1
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat
c. Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang
belum dipahami.
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
Modul Pelatihan PPIH 2017 3
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
A. Konsep rujukan dan evakuasi jemaah haji sakit
B. Melakukan rujukan jemaah sakit
1. Kloter ke KKHI
Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
• Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
• Untuk kasus gawat darurat yang perlu dirujuk harus didampingi
petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
2. Kloter ke RSAS
Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
• Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
• Untuk kasus gawat darurat yang perlu dirujukharus didampingi
petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
3. KKHI ke RSAS
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
• Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
• Untuk kasus gawat darurat pasien yang perlu dirujuk harus
didampingi petugas medis/paramedis yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
4. Terminal/tempat umum ke KKHI/RSAS
Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
• Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
• Untuk kasus gawat darurat yang perlu harus didampingi
petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
5. Armina ke KKHI atau RSAS
Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
• Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
• Untuk kasus gawat darurat yang perlu di rujuk harus didampingi
petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
C. Melakukan evakuasi jemaah sakit
1. Evakuasi dengan alat (tandu, kursi roda, dll)
Modul Pelatihan PPIH 2017 5
Selama menjalankan tugas berbagai macam alat dapat digunakan
untuk membantu evakuasi dan rujukan, diantaranya kursi roda, tandu,
strecher, brankar, disesuaikan dengan peralatan yang tersedia dan
tempat tugas. Misal saat bertugas di MINA ketika mengawal jemaah
haji untuk melempar ke jamaarat, sebaiknya petugas membekali diri
dengan kursi roda.
2. Evakuasi tanpa alat
Jika saat melakukan evakuasi petugas tidak memiliki alat bantu, maka
petugas dapat menggunakan berbagai macam sumber daya yang ada
padanya misal dengan menggendong. Yang harus juga menjadi
perhatian adalah petugas tetap memperhatikan kemampuan dan
keselamatan diri, serta cara melakukan evakuasi yang benar agar tidak
menambah kecacatan pada pasien
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PENCATATAN DAN PELAPORAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu proses kegiatan. Selama menjalankan tugas sebagai tim gerak cepat,
petugas harus mampu melakukan pencatatan semua aktivitas yang dilakukan
kemudian membuat laporan dari aktivitasnya.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pencatatan dan
pelaporan kegiatan
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan
1. Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
III. POKOK BAHASAN
• Mekanisme pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan hasil
kegiatan
• Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
IV. BAHAN BELAJAR
1. Flipchart,
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Inti 1
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat
c. Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang
belum dipahami.
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
Pencatatan dan Pelaporan disektor
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
aktifitas dalam bentuk tulisan. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik,
atau gambar. Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan
Modul Pelatihan PPIH 2017 3
yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah
catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu
Membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a) Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor
Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b) Tanggal dan waktu.
c) Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d) Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan
g) Pengobatan dan atau tindakan
h) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i) Persetujuan tindakan bila perlu.
j) Nama dan Nomor telpone dokter Kloter
2. Jemaah Rawat Inap
Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara
lain:
a) Identitas Pasien (Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor
Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b) Tanggal dan waktu.
c) Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d) Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan
g) Pengobatan dan atau tindakan
h) Persetujuan tindakan bila perlu
i) Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j) Ringkasan pulang (discharge summary)
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
k) Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
l) Nama dan Nomor telphone dokter Kloter
3. Rujukan
Rujukan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Selama
pelaksanaan ibadah Haji sistem rujukan dapat dilakukan Kloter ke
sektor, KKHI atau RSAS dari sektor ke KKHI atau RSAS, dari Tempat
tugas di Lapangan (Terminal, tempat umum) ke Sektor, KKHI atau
RSAS, serta saat bertugas di ARMINA ke KKHI atau RSAS. Surat
pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat hal dibawah ini
a) Identitas pasien ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia,
Nomor Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b) Hasil pemeriksaan ( Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil
Pemeriksaan Penunjang) yang telah dilakukan
c) Diagnosa kerja
d) Terapi atau tindakan yang sudah diberikan
e) Tujuan dilakukannya rujukan
f) Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter
Pencatatan dan Pelaporan di ARMINA
Jenis pencatatan yang harus dilakukan oleh petugas TGC saat operasional di
ARMINA adalah Jemaah yang mengalami kondisi gawat darurat selama di
arafah, muzdalifah dan mina. Karena singkatnya masa operasional di ARMINA,
Format pencatatan dan pelaporan setidaknya harus memuat informasi
mengenaiidentitas, diagnosis dan tatalaksana serta tempat rujukan penanganan
kesehatan jemaah.
Pencatatan dan Pelaporan di Terminal/Tempat Umum/Tempat tugas lainnya
Prinsif pencatatan sama dengan saat bertugas di ARMINA Format pencatatan
dan pelaporan setidaknya harus memuat informasi mengenai identitas, diagnosis
dan tatalaksana serta tempat rujukan penanganan kesehatan jemaah.
Modul Pelatihan PPIH 2017 5
VII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
2. Kepmenkes RI No 1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan BPHI di Arab Saudi
3. Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
4. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Haji
5. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan, Pusat Kesehatan Haji, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2011
6. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementerian Agama RI,
Tahun 2015

More Related Content

What's hot

Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklist
Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklistPanduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklist
Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklistRizky Ferdiansyah
 
Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020
Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020
Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020ramadonatan
 
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Nurul Wulandari
 
Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayi
Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayiModul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayi
Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayiUwes Chaeruman
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalErinda Rinawati
 
Pengelolaan obat dan perbekkes haji
Pengelolaan obat dan perbekkes hajiPengelolaan obat dan perbekkes haji
Pengelolaan obat dan perbekkes hajirickygunawan84
 
Penatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia UteriPenatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia Uteripjj_kemenkes
 
1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx
1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx
1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptxAGUSTINA502762
 
Ppt penyuluhan haji
Ppt penyuluhan hajiPpt penyuluhan haji
Ppt penyuluhan hajiibnuanas3
 
Pmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan haji
Pmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan hajiPmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan haji
Pmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan hajiBadmanKadjim1
 
SOSIALISASI CODE RED.pptx
SOSIALISASI  CODE  RED.pptxSOSIALISASI  CODE  RED.pptx
SOSIALISASI CODE RED.pptxthemzlotta
 
Penyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasentaPenyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasentaNova Ci Necis
 
7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normalpjj_kemenkes
 
Memakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDMemakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDpjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklist
Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklistPanduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklist
Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklist
 
2 SPGDT
2 SPGDT2 SPGDT
2 SPGDT
 
PANDUAN CODE BLUE.pptx
PANDUAN CODE BLUE.pptxPANDUAN CODE BLUE.pptx
PANDUAN CODE BLUE.pptx
 
Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020
Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020
Modul Kolaborasi Profesi di Daker dan Sektor PPIH 2020
 
Safari wukuf
Safari wukufSafari wukuf
Safari wukuf
 
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
 
Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayi
Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayiModul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayi
Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayi
 
Modul 2 kb 1
Modul 2   kb 1Modul 2   kb 1
Modul 2 kb 1
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
 
Pengelolaan obat dan perbekkes haji
Pengelolaan obat dan perbekkes hajiPengelolaan obat dan perbekkes haji
Pengelolaan obat dan perbekkes haji
 
Modul tpp
Modul tppModul tpp
Modul tpp
 
Penatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia UteriPenatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia Uteri
 
1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx
1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx
1. PPT Kebijakan MKH pada Sosialisasi MKH.pptx
 
Ppt penyuluhan haji
Ppt penyuluhan hajiPpt penyuluhan haji
Ppt penyuluhan haji
 
Pmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan haji
Pmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan hajiPmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan haji
Pmk 09 2021 petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan haji
 
SOSIALISASI CODE RED.pptx
SOSIALISASI  CODE  RED.pptxSOSIALISASI  CODE  RED.pptx
SOSIALISASI CODE RED.pptx
 
Penyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasentaPenyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasenta
 
7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal7. askeb persalinan normal
7. askeb persalinan normal
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Memakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDMemakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APD
 

Similar to modul tgc

Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasapjj_kemenkes
 
Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1pjj_kemenkes
 
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene pjj_kemenkes
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Satuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhanSatuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhansuhardihardi14
 
KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Maskpjj_kemenkes
 
Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1
Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1
Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1Noor Dollah
 
Tata cara pertolongan kegawatdaruratan
Tata cara pertolongan kegawatdaruratanTata cara pertolongan kegawatdaruratan
Tata cara pertolongan kegawatdaruratanrickygunawan84
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normalREISA Class
 

Similar to modul tgc (20)

KLB
KLBKLB
KLB
 
Tkr dokter
Tkr dokterTkr dokter
Tkr dokter
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasa
 
Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1
 
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
 
Modul
ModulModul
Modul
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
 
Modul 2 kdk ii
Modul 2 kdk iiModul 2 kdk ii
Modul 2 kdk ii
 
Sap kejang demam
Sap kejang demamSap kejang demam
Sap kejang demam
 
Satuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhanSatuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
Postural Drainage
Postural DrainagePostural Drainage
Postural Drainage
 
KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
 
Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1
Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1
Kertas kerja Bina insan guru fasa 1 sem 1
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi DadaFisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
 
Satpel bronchitis AKPER PEMKAB MUNA
Satpel bronchitis AKPER PEMKAB MUNA Satpel bronchitis AKPER PEMKAB MUNA
Satpel bronchitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Tata cara pertolongan kegawatdaruratan
Tata cara pertolongan kegawatdaruratanTata cara pertolongan kegawatdaruratan
Tata cara pertolongan kegawatdaruratan
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
 

More from rickygunawan84

7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiahrickygunawan84
 
Pokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi KustaPokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi Kustarickygunawan84
 
Kebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmkKebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmkrickygunawan84
 
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh rickygunawan84
 
05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadarrickygunawan84
 
03. initial assessment
03. initial assessment03. initial assessment
03. initial assessmentrickygunawan84
 
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisirickygunawan84
 
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)rickygunawan84
 
Review formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnyaReview formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnyarickygunawan84
 
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konselingPpt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konselingrickygunawan84
 
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporanReview  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporanrickygunawan84
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...rickygunawan84
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...rickygunawan84
 
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)rickygunawan84
 
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)rickygunawan84
 
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)rickygunawan84
 
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)rickygunawan84
 
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...rickygunawan84
 

More from rickygunawan84 (20)

7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
 
Lo ko mpor
Lo ko mporLo ko mpor
Lo ko mpor
 
Pokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi KustaPokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi Kusta
 
Kebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmkKebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmk
 
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
 
05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar
 
03. initial assessment
03. initial assessment03. initial assessment
03. initial assessment
 
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
 
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
 
Review pb2 supervisi
Review   pb2 supervisiReview   pb2 supervisi
Review pb2 supervisi
 
Review formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnyaReview formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnya
 
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konselingPpt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konseling
 
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporanReview  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
 
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
 
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
 
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
 
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
 
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 

modul tgc

  • 1. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 SITUASI DAN KONDISI WILAYAH KERJA DI ARAB SAUDI DAN ARMINA I. DESKRIPSI SINGKAT Perbedaan cuaca yang ekstrim antara Arab Saudi dan Indonesia dapat memicu munculnya penyakit yang jarang ditemukan di Indonesia. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut dengan berbagai komorbiditas, suhu yang tinggi (saat musim panas) berkisar 40-50 oC, aktivitas fisik yang berat selama prosesi Haji merupakan faktor risiko munculnya berbagai eksaserbasi akut dari penyakit penyakit tertentu. Petugas kesehatan haji harus memahami dengan baik kondisi alam Arab Saudi dan situasi selama menjalankan ibadah haji agar dapat melakukan pertolongan dengan optimal II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina B. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskangambaran situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina III. POKOK BAHASAN Pokok bahasan pada modul ini Gambaran situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina IV. BAHAN BELAJAR 1. Flipchart, 2. Whiteboard 3. Alat tulis (ATK) 4. Materi Inti 1
  • 2. Modul Pelatihan PPIH 2017 2 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat c. Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat b. Menyampaikan pokok bahasan 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami. C. Langkah 3: Kesimpulan 1. Kegiatan Fasilitator a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Kegiatan Peserta a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam
  • 3. Modul Pelatihan PPIH 2017 3 VI. URAIAN MATERI Gambaran situasi dan kondisi wilayah kerja di Arab Saudi dan Armina Arab Saudi memiliki iklim gurun dengan cuaca yang cukup ekstrim, kelembaban udara yang rendah.Arab Saudi mengalami musim panas pada bulan Juni hingga Agustus, cuaca yang panas hingga 55°C, atau bahkan di beberapa daerah dapat mendekati angka 60°C.Namun ketika di bulan Desember atau Januari, biasanya dijumpai adalah musim dingin dengan suhu udara sampai 10°C. Maka, terutama bagi Jemaah yang telah berusia lanjut atau sensitif dengan cuaca yang terlalu panas atau terlalu dingin, permasalahan ini harus menjadi perhatian. Saat cuaca panas maka yang menjadi perhatian utama Jemaah dan petugas kesehatan adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan sengatan panas. Lakukan berbagai upaya untuk menghindari dehidrasi diantaranya • Hindari terik matahari langsung, terutama antara pukul 10 s.d 16 • Selalu pakai topi atau payung dan masker saat keluar hotel atau rumah • Gunakan pakaian yang cukup longgar, cerah dan menyerap keringat • Gunakan krim pelembab kulit saat keluar hotel atau kemah • Selalu membawa minum saat keluar kemah/hotel dan saat beribadah • Minum setiap jam sekali 200 cc, kecuali ada kontraindikasi • Sebelum memulai thawaf atau sa’i minum 2-3 gelas air • Perbanyak makan buah segar yang mengandung air • Hindari kopi dan teh, karena bersifat diuretik • Hindari rokok • Upayakan badan tetap segar dengan istirahat yang cukup Kondisi cuaca yang ekstrim dengan aktivitas fisik yang berat sering menjadi pemicu munculnya eksaserbasi akut berbagai penyakit kronik
  • 4. Modul Pelatihan PPIH 2017 4 yang diderita oleh Jemaah misal asma eksaserbasi akut, ppok eksaserbasi akut, komplikasi akut dari diabetes mellitus seperti hipoglikemia, krisis hiperglikemia dan sebagainya. Maka para Jemaah harus diedukasi untuk rutin periksa kesehatan dan tetap mengkonsumsi obat yang diminum sejak di tanah air. Selain itu para Jemaah harus menghindari terjadinya infeksi karena infeksi sering juga menjadi pemicu munculnya perburukan pada pasien. Saat menjalankan ibadah thawaf, sa’i atau perjalanan menuju jamarat memerlukan kondisi fisik yang baik, karena menempuh jarak yang cukup jauh dan berdesak desakan dengan Jemaah lainnya. Pada saat melakukan ibadah ini hal yang paling sering terjadi adalah kelelahan, terkadang muncul eksaserbasi akut ppok atau asma atau yang ekstrim dapat terjadi serangan jantung, maka petugas kesehatan harus bisa mengantisipasi dan memberikan pertolongan dengan segera bila terjadi kegawat daruratan. Jemaah haji Indonesia memiliki beragamnya latar belakang pendidikan, sosial budaya serta kondisi fisik yang berbeda, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina. Semua hal tersebut merupakan risiko yang dapat berdampak terhadap kesehatan jemaah haji Indonesia dan tenaga kesehatan dituntut untuk mampu melakukan pendekatan edukasi, pencegahan dan tatalaksana kegawatdaruratan sesuai keberagaman latar belakang tersebut.
  • 5. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat berakibat fatal yang menyebabkan kecacatan atau mengancam jiwa Jemaah haji.Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka tenaga kesehatan harus membekali dirinya dengan kemampuan identifikasi dan penanganan kondisi gawat darurat dalam menjalankan tugasnya di Arab Saudi. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan melakukan pertolongan gawat darurat selama bertugas di Arab Saudi sebagai Tim Gerak Cepat ( TGC ) B. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan 1. Menjelaskan konsep pertolongan gawatdarurat 2. Menjelaskan gangguan Airway 3. Menjelaskan gangguan Breathing 4. Menjelaskan gangguan Circulation 5. Melakukan Resusitasi Jantung Paru III. POKOK BAHASAN Pokok bahasan pada modul ini: 1. Gangguan airway dan tatalaksana 2. Gangguan breathing dan tatalaksana 3. Gangguan circulation dan tatalaksana 4. Resusitasi jantung paru
  • 6. Modul Pelatihan PPIH 2017 2 IV. BAHAN BELAJAR 1. Flipchart 2. White board 3. Alat tulis (ATK) 4. Materi Inti 1 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat c. Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat b. Menyampaikan pokok bahasan 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami. C. Langkah 3: Kesimpulan 1. Kegiatan Fasilitator a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
  • 7. Modul Pelatihan PPIH 2017 3 2. Kegiatan Peserta a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam VI. URAIAN MATERI A. Definisi dan konsep kegawatdaruratan Gawat darurat adalah: Suatu keadan karena cidera atau bukan cidera yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera. Untuk tatalakasana gawat darurat petugas tim gerak cepat harus mampu melakukan triase dengan baik. Triase adalah pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi yang diberikan berdasarkan prioritas ABC (Airway, Breathing, Circulation). B. Jenis jenis kegawadaruratan airway 1. Obstruksi saluran nafas 2. Gagal proteksi saluran nafas 3. Edema mukosa (anafilaksis) atau aspirasi benda asing Tanda pasien kritis pada gangguan airway dan atau breathing adalah 1. Henti nafas atau ancaman henti nafas (RR < 8X/menit atau > 30x/menit, Sp02 < 90 %), 2. Jalan nafas tersumbat atau terancam tersumbat, muncul suara stridor 3. Distress nafas (penggunaan otot bantu nafas, sulit bicara). Bila terjadi gangguan pada airway maka yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, pemeriksaannya meliputi kemungkinan adanya penyebab seperti obstruksi saluran nafas, edema mukosa saluran nafas, fraktur wajah, atau penyebab lainnya. Tatalaksana yang diberikan pada gangguan airway adalah mempertahankan jalan nafas terbuka dengan baik pada semua. Membuka dan mempertahankan jalan nafas dapat dilakukan dengan head tilt, chin lift, jaw thrust, evakuasi sumbatan, pemasangan orofaring, pemasangan nasofaring, pemangan laryngeal
  • 8. Modul Pelatihan PPIH 2017 4 mask airway atau intubasi trakea sesuai kebutuhan pasien. Pasien yang dapat bicara dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih C. Jenis jenis kegawadaruratan breathing Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru paru, dinding dada serta diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat sehingga organ yang menyebabkan gangguan breathing, dapat diidentifikasi dengan cepat pula. Gangguan breathing dapat disebabkan kondisi dibawah ini diantaranya: 1. Pneumothorax 2. Trauma tulang iga (flail chest) 3. Efusi pleura, hemothorax 4. Asma eksaserbasi akut 5. PPOK eksaserbasi akut 6. Pneumonia 7. dll Tanda pasien kritis pada gangguan airway dan atau breathing adalah 1. Henti nafas atau ancaman henti nafas (RR < 8X/menit atau > 30x/menit, Sp02 < 90 %), Peningkatan usaha nafas (nafas cepat, penggunaan otot2 bantu nafas), Hipoxia atau fatigue (sianosis) 2. jalan nafas tersumbat atau terancam tersumbat, muncul suara stridor, 3. Distress nafas (penggunaan otot bantu nafas, sulit bicara). Pada gangguan breathing tatalakasana yang diberikan adalah pemberian oksigenasi, inhalasi dengan bronkodilator, posisi setengah duduk, torakosentesis, pemasangan Water Seal Drainage (WSD) , atau ventilator mekanik sesuai penyebab D. Jenis jenis kegawadaruratan circulation 1. Syok (takikardia, pemanjangan waktu pengisian kapiler, peningkatan frekuensi nafas, penurunan tekanan darah)
  • 9. Modul Pelatihan PPIH 2017 5 2. Perdarahan (hematesis, melena, perdarahan masif) 3. Sepsis 4. Gagal jantung dengan gangguan hemodinamik, gagal ginjal dengan gangguan hemodinamik Tanda kritis pada gangguan sirkulasi adalah 1. Henti jantung atau ancaman henti jantung (HR < 40x/menit atau HR > 140x/menit) 2. Akral dingin, sianosis 3. Waktu pengisian kapiler > 2 detik 4. Penurunan kesadaran 5. Perdarahan masif Bila terjadi gangguan sirkulasi segera pasang IV Line, terapi diberikan sesuai dengan penyebab, dapat diberikan loading cairan pada kasus syok, pemberian diuretic pada gagal jantung dengan overload, transfuse darah, obat-obat vasoaktif, inotropik sesuai kondisi yang diderita E. Resusitasi jatung paru (RJP) Upaya untuk mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru melalui pemberian nafas buatan dan pijat jantung luar. Langkah langka RJP 1. Tentukan tingkat kedaran (respon penderita), dengan memanggil, menggoyang tubuh atau memberi rangsang nyeri 2. Bila penderita menjawab pertanyaan, berarti penderita sadar dan keadaan baik 3. Bila tidak ada respon petugas bersiap melakukan RJP dan memanggil bantuan 4. Posisi penderita dalam keadaan terlentang 5. Periksa denyut nadi pada carotis bila tidak ada, mulai pijat jantung 6. Selanjutnya berikan pernafasan
  • 10. Modul Pelatihan PPIH 2017 6 Teknik resusitasi jantung paru Penderita dibaringkan dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, papan, back board) Posisi petugas berlutut segaris dengan dengan sisi bahu kanan pasien Lokasi kompresi ditengah dada, tekan keras dan cepat dengan kedalaman kurang lebih 5 cm dan frekuensi 100x/menit Pijat jantung dilakukan bergantian dengan pemberian nafas buatan dengan perbandingan 30:2 Guidelines untuk RJP ini mengacu pada guidelines ACLS
  • 11. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 IDENTIFIKASI JEMAAH HAJI SAKIT BERAT I. DESKRIPSI SINGKAT Berbagai macam penyakit dapat menyerang Jemaah haji saat menjalankan ibadah haji. Berbagai penyakit ini berpotensi menjadi penyakit berat dan mengancam jiwa bila tidak dikenali secara dini dan diberikan tatalaksana dengan benar.Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, tenaga kesehatan harus dibekali keterampilan untuk mengenali penyakit yang dapat mengancam nyawa dan bagaimana tatalaksananya, sehingga bila ditemukan kondisi seperti diatas dapat dilakukan tatalaksana dengan benar dan tepat sehingga mortalitas dan morbiditas dapat dicegah. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan identifikasi jemaah haji sakit berat. B. Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi jemaah haji sakit berat atau yang berpotensi sakit berat 2. Melakukan tatalaksana awal jemaah haji sakit berat III. POKOK BAHASAN Pokok bahasan pada modul ini 11 penyakit yang sering menyerang jemaah haji dan dapat mengancam jiwa 1. Heat Stroke/ Frostbite 2. PPOK Eksaserbasi Akut 3. Asma Eksaserbasi Akut 4. Pneumonia berat 5. Penyakit jantung koroner 6. Gagal jantung 7. Gangguan irama jantung
  • 12. Modul Pelatihan PPIH 2017 2 8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia 9. Stroke akut 10.Hipertensi emergensi 11.Penyakit menular (Mers-Co, dll) IV. BAHAN BELAJAR 1. Flipchart 2. Whiteboard 3. Alat tulis (ATK) 4. Materi Inti 1 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator • Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas • Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat • Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat b. Menyampaikan pokok bahasan 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami.
  • 13. Modul Pelatihan PPIH 2017 3 C. Langkah 3: Kesimpulan 1. Kegiatan Fasilitator a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Kegiatan Peserta a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam VI. URAIAN MATERI 1. Heat Stroke/ Frostbite Sengatan panas (heat stroke) merupakan kondisi emergensi yang menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama haji saat musim panas. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut dengan berbagai komorbid, suhu yang tinggi (bisa lebih dari 45oC), aktivitas fisik yang berat selama prosesi haji merupakan faktor risiko terjadinya sengatan panas.Heat stroke didefinisikan peningkatan suhu inti tubuh melebihi 40 oC disertai adanya disfungsi sistem saraf pusat dan terjadi pada lingkungan dengan suhu yang tinggi. Berikut faktor risiko terjadinya heat stroke • Usia lanjut, diatas 65 tahun • Penyakit Kronis (kardiovaskular atau hipertensi, Diabetes mellitus, Penyakit liver, Penyakit ginjal atau penggunaan diuretik) • Obesitas • Alkohol atau kokain • Obat obat antikolinergik Terapi heat stroke diawali dengan stabilisasi airway, breathing, dan circulation. Morbiditas akan sangat menurun bila dapat dilakukan pendinginan sesegera mungkin.
  • 14. Modul Pelatihan PPIH 2017 4 Bila menemukan pasien heat stroke: • Pindahkan pasien ke ruangan sejuk dan terlindung dari matahari, longgarkan pakaian pasien • Semprotkan air dingin pada seluruh tubuh • Berikan kantong es di lipatan tubuh seperti ketiak, lipat paha • Bila pasien sadar berikan minum dalam jumlah banyak • Pasang IV lines dan berikan loading infus NaCL 0,9% 2. PPOK Eksaserbasi Akut Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang memiliki ciri- ciri berupa gejala saluran pernafasan yang persisten dan terbatasnya aliran udara masuk ke paru dikarenakan adanya kelainan pada saluran pernafasan dan atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh paparan partikel atau gas yang berbahaya. Bila terjadi eksaserbasi akut PPOK dapat diberikan tatalaksana • BerikanOksigenasi (target saturasi 88-92%) • Inhalasi Short ActingB2 Agonis (SABA) dengan atau tanpa antikolinergik kerja pendek • Kortikosteroid sistemik • Antibiotik, bila diindikasikan • Antibiotik diberikan bila ada 3 tanda kardinal a. Sesak meningkat. b. Volume sputum meningkat c. Sputum purulen • Beberapa pasien memerlukan support ventilasi 3. Asma Eksaserbasi Akut Asma eksaserbasi akut merupakan kondisi emergensi yang sering terjadi di Arab saudi, yang berpotensi menimbulkan ancaman jiwa bila tidak di tatalaksana dengan benar. Bila terjadi eksaserbasi akut dinilai apakah eksaserbasi ringan/sedang, berat atau mengancam nyawa.
  • 15. Modul Pelatihan PPIH 2017 5 Pada eksaserbasi ringan sedang berikan • Oksigen dengan target SpO2: 93-95%, • Inhalasi Short Acting B2 Agonis (SABA) dapat di ulang tiap 20 menit selama 1 jam • Kortikosteroid sistemik 1 mg/kgbb bila diperlukan. Pada eksaserbasi berat dan mengancam jiwa segera transfer ke fasilitas kesehatan, sebelum di transfer berikan • Oksigenasi target SpO2: 93-95% • Inhalasi SABA+ Ipatropium bromida • Kortikostetoid sistemik • Nilai perlu tidaknya support ventilasi 4. Pneumonia berat Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli, dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru-paru. Saat petugas curiga terjadi pneumonia pada Jemaah maka petugas harus menentukan apakah derajat pneumonianya. Pertolongan yang dapat dilakukan ditempat tugas adalah memberikan oksigen, memberikan inhalasi bila terdapat bronkospasme, atau bila diperlukan melakukan secure airway dengan memasang intubasi/LMA 5. Penyakit jantung koroner (Sindrom Koroner Akut) Suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard. Ditegakan secara tepat dan cepat berdasarkan 3 kriteria: a) Gejala klinis berupa nyeri dada yang khas b) Gambaran elektrokardiogram (EKG) c) Evaluasi biokomia enzim jantung Bila ditemukan SKA tanpa komplikasi, berikan terapi sebagai berikut
  • 16. Modul Pelatihan PPIH 2017 6 • O2 2-5 L/menit • Nitrat Short Acting Sub Lingual (bila nyeri dada dan TDS > 90 mmHg) • Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi • Clopidogrel 300 mg • Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5 mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg • Rujuk Segera Bila ditemukan SKA dengan komplikasi edema paru, berikan terapi sebagai berikut: • O2 2-5 L/menit • Nitrat Short Acting SL atau IV, (bila nyeri dada dan TDS > 90 mmHg) • Furosemid 40-80 mg IV • Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi • Clopidogrel 300 mg • Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5 mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg • Rujuk segera 6. Gagal jantung Gagal jantung akut kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan tatalakasana segera. Bila terjadi gagal jantung akut berikan terapi suplementasi 02 bila SpO2 < 90%. Kebanyakan pasien mengalami sesak nafas akibat edema paru, sehingga pemberian diuretik intravena secara cepat akan mengurangi gejala. Dosis diuretik yang dibetrikan bisa sampai 2,5x dosis oral sebelumnya (bila pasien pengguna rutin diuretik). Opiat dapat berguna pada pasien edema paru akut, karena mengurangi sesak, mengurangi ansietas dan sebagai venodilator
  • 17. Modul Pelatihan PPIH 2017 7 7. Gangguan irama jantung Atrial fibrilasi merupakan gangguna irama jantung yang paling sering terjadi dan memerlukan tatalaksana segera. Tatalaksana yang diberikan sesuai guidelines tetapi disesuaikan dengan sumber daya yang ada saat bertugas. 8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia Krisis hiperglikemia merupakan kegawatan yang sering terjadi pada pasien diabetes yang menjalani ibadah Haji. Krisis hiperglikemia dapat berupa Ketoasidosis Diabetikum (KAD) atau Hiperosmolar hiperglicemia State (HHS). KAD ditandai dengan trias : 1) Hiperglikemia (GD > 250) 2) asidosis (HCO3 < 18) 3) ketosis (Keton positif) Begitu masalah diagnosis KAD ditegakkan, segera pengelolaan dimulai. Prinsip-prinsip pengobatan KAD adalah: • Penggantian cairan dan garam yang hilang Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 – 20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1–1,5 liter). secara praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30 menit pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan 1–1,5 liter pada jam pertama, selanjutnya 250–500 ml/jam pada jam berikutnya. Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status hidrasi pasien dan penyakit yang mendasari • Menekan lipolisis dengan pemberian insulin • Mengatasi stress sebagai pencentus KAD • Mengembalikan keadaan fisiologi normal Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 –
  • 18. Modul Pelatihan PPIH 2017 8 20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1–1,5 liter). secara praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30 menit pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan 1–1,5 liter pada jam pertama, selanjutnya 250–500 ml/jam pada jam berikutnya. Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status hidrasi pasien. Hipoglikemia Hipoglikemia berarti kadar glukosa darah di bawah normal yang mampu menyebabkan munculnya tanda dan gejala, termasuk terganggunya fungsi otak. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan trias Whipple yang terdiri dari: • Keluhan yang menunjukan adanya kadar glukosa plasma darah yang rendah, • Kadar glukosa darah yang rendah • Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan setelah kadar glukosa plasma meningkat Tatalaksana Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila pasien sadar berikan 10-20 gr glukosa oral (teh manis). Idealnya dalam bentuk tablet, jelli atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar. Dalam kondisi emergensi pasien tidak sadar dapat diberikan glukosa intravena D 40% 2 Flavon, selanjutnya dinilai sesuai kebutuhan gula pasien 9. Stroke akut Sroke akut merupakan kondisi emergensi yang cukup sering terjadi. Pertimbangan kemungkinan ada stroke bila terdapat defisit neurologis atau penurunan kesadaran pada pasien. Stroke secara garis besar dibagi 2, stroke iskemik dan stroke perdarahan. Bila menemukan
  • 19. Modul Pelatihan PPIH 2017 9 pasien terduga stroke maka petugas segera menilai airway, breathing dan circulation memberikan penangan kegawatdaruratan yang sesuai, kemudian merujuk pasien. 10.Hipertensi emergency Berdasarkan JNC VII, krisis hipertensi dibagi dua yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi adalah TD> 180/120 Tanpa adanya kerusakan organ akut, sedangkan hipertensi emergensi TD> 180/120 Dengan adanya kerusakan organ akut (system saraf, jantung, ginjal). Hipertensi emergensi tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan menggunakan obat-obatan parenteral misalnya nicardipin dengan dosis 5-15 mg/jam. Saat bertugas di lapangan seringkali tidak tersedia obat-obatan parenteral seperti nicardipin, maka sebagai petugas pertolongan yang dapat diberikan adalah berikan oksigen, obat oral sublingual bila tidak ada kontraindikasi dan segera rujuk. 11.Penyakit menular (Mers-Co, dll) MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2012 di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan dapatmenimbulkan pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS-CoV. MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai berat.Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya. Bila pasiendicurigai menderita MersCoV maka diperlukan tindakan pencegahan standar meliputi: Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk secret pernapasan) dan kulit lecet atau luka.
  • 20. Modul pelatihan PPIH 2017 1 VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan kesehatan kepada jemaah untuk mengendalikan faktor risiko agar jemaah tersebut dapatmeningkat kesadarannya, kemauan, dan kemampuan serta melibatkan Jemaah haji dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan Jemaah dalam menghadapi kondisi matra di tanah suci agar tetap sehat, mandiri serta istitho’ah dalam menunaikan ibadah haji. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan visitasi ke kloter B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu 1. Menjelaskan mekanisme visitasi 2. Melakukan visitasi III.POKOK BAHASAN Pokok bahasan dari modul ini yaitu : 1. Mekanisme visitasi 2. Visitasi a. Visitasi ke kloter b. Visitasi pada saat Armina IV. BAHAN BELAJAR 1. Permenkes 2. Modul TKHI (Petugas Kloter)
  • 21. Modul pelatihan PPIH 2017 2 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat b. Memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas c. Memperkenalkan diri dan berkenalan dengan peserta d. Memberikan apersepsi pembelajaran 2. Kegiatan Peserta a. Menjawab salam, b. Mempersiapkan diri menciptakan suasana belajar yang kondusif c. Menyimak dan memperhatikan fasilitator B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pelayanan gizi di keluarga b. Menyampaikan pokok bahasan 1 – 5 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami. C. Langkah 3: Penutup 1. Kegiatan Fasilitator a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengevaluasi pembelajaran secara umum c. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Kegiatan Peserta
  • 22. Modul pelatihan PPIH 2017 3 a. Mencatat hal-hal yang penting b. Melakukan evaluasi bersama fasilitator terkait pembelajaran yang sudah didapat c. Membalas salam VI. URAIAN MATERI Pendahuluan Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan ibadah haji disebutkan bahwa Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji yang mabrur. Seiring dengan bertambahnya masa tunggu, tantangan dalam pelayanan kesehatan haji setiap tahun terus berubah dan bertambah dengan meningkatnya jumlah jemaah calon haji risiko tinggi dan disertai dengan perbandingan jumlah tenaga kesehatan haji Indonesia dengan Jemaah yang belum optimal , beragamnya latar belakang pendidikan, sosial budaya serta kondisi fisik dan lingkungan Arab Saudi yang berbeda, adanya perbedaan musim (panas, dingin), kelembaban udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina. Semua hal tersebut merupakan risiko yang dapat berdampak terhadap kesehatan jemaah haji Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut diatas,Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap jemaah haji dan umrah serta pihak petugas yang terkait, mulai dari perjalanan pergi, selama di Arab Saudi, pulang dari Arab Saudi sampai dengan 2 (dua) minggu setelah tiba kembali ke tanah air. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.
  • 23. Modul pelatihan PPIH 2017 4 Sebagaimana diatur dalam Permenkes 61 Tahun 2013 tentang Kesehatan Matra, maka pelayanan kesehatan haji masuk dalam lingkup kesehatan lapangan yakni kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat temporer pada lingkungan yang berubah. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa pengaturan kesehatan matra dimaksudkan untuk mewujudkan upaya kesehatan pada kondisi matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan terkoordinasi guna menurunkan potensi risiko kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan mengendalikan risiko kesehatan, dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan Jemaah haji dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan Jemaah dalam menghadapi kondisi matra di tanah suci agar tetap sehat, mandiri serta istitho’ah dalam menunaikan ibadah haji. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan faktor risiko yang terjadi pada Jemaah haji adalah dengan melakukan visitasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan haji pada Jemaah haji. Visitasi Visitasi pada jemaah haji adalah upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta bimbingan kesehatan di kelompok terbang (kloter) yang dilakukan setiap saat agar tercapainya jemaah haji sehat. Tujuan umum visitasi agar tercapainya jemaah haji sehat di kloter, sedangkan tujuan khusus visitasi antara lain: a. Terdeteksinya jemaah haji sakit secara dini untuk diobati, dirawat dan dirujuk b. Terbangunnya komunikasi antar petugas di kloter c. Terbangunnya komunikasi antara jemaah dan petugas. Lokasi Visitasi yang dilakukan petugas kesehatan haji (PPIH Arab Saudi – Tim Gerak Cepat) dilakukan di lokus Pemondokan Makkan dan Madinah, saat di Arofah, Muzdalifah, Mina serta di bandara Jeddah atau Madinah. Sasaran visitasi adalah seluruh jemaah haji, dengan prioritas jemaah haji risiko tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melakukan visitasi meliputi:
  • 24. Modul pelatihan PPIH 2017 5 a. Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit atau problem kesehatan lainnya) b. Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, baik pada diri jemaah, maupun kondisi lingkungan (jemaah lain atau tempat tinggal) c. Tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatann sesuai kebutuhan JH d. Tindakan preventif dan promotif sesuai kondisi JH Pelaksanaan visitasi dilakukan oleh Tim visitasi (TGC bersama Tim KKHI) secara terjadwal dengan adanya kordinasi Petugas KKHI, sektor dan Kloter : e. Pada saat pelayanan kllinik di sektor ▪ Dilakukan 4 kegiatan diatas terhadap jemaah yang datang berobat atau konsultasi, diumumkan kepada karu karom yang ada anggotanya jemaah risti untuk diantar ke sektor ▪ Disamping tindakan terhadap jemaah yang berobat tersebut, petugas juga melakukan keempat tindakan tersebut diatas pada orang-orang sekamar atau satu rombongan yang mengantar jemaah yang berobat f. Visitasi ke kamar-kamar jemaah di pemondokan Apabila ada jemaah haji yang tidak bisa mobilisasi ke sektor, maka Petugas melakukan kunjungan ke kamar-kamar jemaah tersebut. Bila mendekati Armina, Petugas mengidentifikasi jemaah haji risti yang dikunjungi apakah dapat melakukan proses wukuf mengikuti kloternya dari Arofah, Muzdalifah dan Armuna atau harus diusulkan safari wukuf oleh petugas kloternya. Saat melakukan visitasi, petugas juga memantau faktor risiko yang dapat mempengaruhi kondisi jemaah, kondisi kamar hotel jemaah, situasi dan hubungan dengan rekan jemaah sekamar, serta melakukan pemantauan terhadap kasus yang berpotensi KLB. g. Visitasi dengan rencana, adalah kegiatan visitasi yang dilakukan antara lain pada jemaah haji yang sudah pulang perawatan dari KKHI untuk memantau pengobatan jemaah haji dan kesinambungan pelayanan jemaah, memantau asuhan gizi jemaah haji, kepatuhan minum obat serta pengendalian risiko jemaah risti di kloter.
  • 25. Modul pelatihan PPIH 2017 6 h. Visitasi jemaah kloter di lokus Armuna (Arofah, Muzdalifah dan Mina). Tim Gerak Cepat melakukan visitasi kunjungan mengikuti mobilisasi jemaah haji ke Arofah, Muzdalifah dan Mina. Indikator visitasi jemaah haji antara lain : • jemaah sakit dini terdeteksi, diobati, dirawat dan jika perlu dirujuk ke KKHI • terbangun komunikasi jemaah dan petugas kesehatan • terbangun komunikasi antar petugas di kloter • Setelah selesai melakukan visitasi, petugas menyusun laporan visitasi yang dicatat dalam Buku Laporan Visitasi (terlampir) Pengendalian Faktor Risiko saat visitasi Pengendalian faktor risiko diupayakan dalam penyelenggaraan ibadah haji dengan melakukan manajemen risiko dalam pelayanan dimulai dari identifikasi risiko, analisis risiko dan evaluasi risiko. Petugas PPIH (KKHI dan sektor) dan TKHI berkoordinasi untuk melakukan pengendalian faktor risiko jemaah haji di kloter. Beberapa upaya yang dilakukan untuk pengendalian risiko antara lain: 1. Identifikasi Jemaah haji risiko tinggi (risti) dengan memberikan gelang risiko pada Jemaah haji risti karena usia ≥60 tahun gelang warna hijau, risti karena usia ≥60 tahun dan dengan penyakit gelang warna kuning dan risti karena usia <60 tahun dengan penyakit gelang warna merah. 2. Analisis risiko Jemaah haji dengan mengidentifikasi risiko di setiap lokus Jemaah haji dan dilakukan penilaian risiko dengan menilai besarnya dampak dan peluang terjadinya risiko tersebut. 3. Evaluasi risiko dengan membandingkan risiko dan menentukan prioritas masalah dan upaya pengendalian serta pencegahannya untuk menurunkan dan menghilangkan variabel atau faktor dalam rangka mencegah terjadinya penyakit, kecacatan, dan/atau gangguan kesehatan serta melakukan pengobatan.
  • 26. Modul pelatihan PPIH 2017 7 Matriks Pengendalian risiko pelayanan kesehatan haji di lokus Lokus Bahaya Risiko Besarnya Dampak Peluang terjadinya Tingkat risiko Upaya Pengendalian & pencegahan Embark asi Higiene & sanitasi makanan KLB makanan 4 JH bisa tunda sementara 3 2-5 tahun yang lalu 15 Tinggi Melakukan pengawasan makanan Promotif preventif PHBS kepada JH Pesaw at Penerbang an lama > 8 jam DVT 5 Kematian JH Karena sumbatan Otak & pembuluh darah Jantung 3 2-5 tahun yang lalu 15 Sangat tinggi Promotif preventif, Identifikasi JH potensi risiko DVT Melakukan senam pencegahan DVT Bandar a Penyakit2 karantina Karantina kesehatan 4 JH membahayakan yang terpapar, penularan kasus, karantina 3 2-5 tahun yang lalu 12 Tinggi Pengawasan JH sejak dari awal keberangkatan (di embarkasi), pendampingan JH, koordinasi Makkah pra wukuf Aktifitas berlebihan, Kelelahan Perburuka n kondisi JH baik yang risti atau tidak, Kematian JH 5 Kematian JH 4 1 tahun 20 Sangat Tinggi Promotif preventif Pengusulan safari wukuf untuk JH risti gelang merah, pemantauan faktor risiko, pengawasan JH risti Makkah pasca wukuf Tidak /Lupa melakukan pengawasa n kasus Terjadi kasus potensi wabah 4 JH membahayakan yang terpapar, penularan kasus, karantina 3 2-5 tahun yang lalu 12 Tinggi Madina JH risti Terjadi 4 3 12 Promotif preventif, early
  • 27. Modul pelatihan PPIH 2017 8 h tidak didampingi keluarga/ teman, Karena arbain kegawatd aruratan Jemaah saat sendiri di hotel JH membahayakan yang terpapar, penularan kasus, karantina 2-5 tahun yang lalu Tinggi detection, pencegahan Visitasi JH Armuna Kondisi matra Armuna Heat stroke (sd Tahun 2022 musim panas), Mers-CoV 5 Kematian JH 4 Setiap tahun ada 20 Sangat Tinggi peningkatan kemampuan adaptasi, kebugaran JH, pengawasan JH risti dengan visitasi di lokus, deteksi dini & evakuasi JH risiko, pembatasan mobilisasi JH risti (safari wukuf ) Debark asi Kasus /penyakit potensial wabah Terjadi Kejadian yang berpotensi menular/ Wabah (KLB) 4 JH membahayakan yang terpapar, penularan kasus, karantina 3 2-5 tahun yang lalu 12 Tinggi Promotif preventif, early detection, pencegahan Visitasi JH, Koordinasi karu-karom gejala JH yang berisiko
  • 28. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 RUJUKAN DAN EVAKUASI JEMAAH HAJI SAKIT I. DESKRIPSI SINGKAT Selama pelaksanaan ibadah haji sering terjadi kondisi gawat darurat yang menyebabkan diperlukan rujukan dan evakusi jemaah haji ke sarana kesehatan dengan fasilitas yang lebih baik. Keadaan gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik di kloter, KKHI, terminal, tempat umum, tempat ibadah atau saat ARMINA. Setelah diberikan pertolongan pertama beberapa pasien perlu dilakukan evakuasi dan rujukan dengan cara yang benar. Tenaga kesehatan harus mengetahui cara evakuasi dan rujukan yang benar agar tidak menyebabkan perburukan kondisi pasien. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan rujukan dan evakuasi jemaah sakit. B. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan konsep rujukan dan evakuasi jemaah haji sakit 2. Melakukan rujukan jemaah sakit 3. Melakukan evakuasi jemaah sakit III. POKOK BAHASAN 1. Konsep rujukan dan evakuasi jemaah haji sakit 2. Alur mekanisme rujukan Melakukan rujukan dari : a. Kloter ke KKHI b. Kloter ke RSAS c. KKHI ke RSAS d. Terminal/tempat umum ke KKHI/RSAS e. Armina ke KKHI atau RSAS 3. Melakukan evakuasi:
  • 29. Modul Pelatihan PPIH 2017 2 a. Evakuasi dengan alat (tandu, kursi roda, dll) b. Evakuasi tanpa alat IV. BAHAN BELAJAR 1. Flipchart, 2. Whiteboard 3. Alat tulis (ATK) 4. Materi Inti 1 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat c. Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat b. Menyampaikan pokok bahasan 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami. C. Langkah 3: Kesimpulan 1. Kegiatan Fasilitator
  • 30. Modul Pelatihan PPIH 2017 3 a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Kegiatan Peserta a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam VI. URAIAN MATERI A. Konsep rujukan dan evakuasi jemaah haji sakit B. Melakukan rujukan jemaah sakit 1. Kloter ke KKHI Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan • Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. • Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). • Untuk kasus gawat darurat yang perlu dirujuk harus didampingi petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 2. Kloter ke RSAS Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan • Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. • Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). • Untuk kasus gawat darurat yang perlu dirujukharus didampingi petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 3. KKHI ke RSAS
  • 31. Modul Pelatihan PPIH 2017 4 Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan • Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. • Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). • Untuk kasus gawat darurat pasien yang perlu dirujuk harus didampingi petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 4. Terminal/tempat umum ke KKHI/RSAS Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan • Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. • Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). • Untuk kasus gawat darurat yang perlu harus didampingi petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 5. Armina ke KKHI atau RSAS Sebelum melakukan rujukan petugas kesehatan harus melakukan • Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. • Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). • Untuk kasus gawat darurat yang perlu di rujuk harus didampingi petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. C. Melakukan evakuasi jemaah sakit 1. Evakuasi dengan alat (tandu, kursi roda, dll)
  • 32. Modul Pelatihan PPIH 2017 5 Selama menjalankan tugas berbagai macam alat dapat digunakan untuk membantu evakuasi dan rujukan, diantaranya kursi roda, tandu, strecher, brankar, disesuaikan dengan peralatan yang tersedia dan tempat tugas. Misal saat bertugas di MINA ketika mengawal jemaah haji untuk melempar ke jamaarat, sebaiknya petugas membekali diri dengan kursi roda. 2. Evakuasi tanpa alat Jika saat melakukan evakuasi petugas tidak memiliki alat bantu, maka petugas dapat menggunakan berbagai macam sumber daya yang ada padanya misal dengan menggendong. Yang harus juga menjadi perhatian adalah petugas tetap memperhatikan kemampuan dan keselamatan diri, serta cara melakukan evakuasi yang benar agar tidak menambah kecacatan pada pasien
  • 33. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 PENCATATAN DAN PELAPORAN I. DESKRIPSI SINGKAT Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses kegiatan. Selama menjalankan tugas sebagai tim gerak cepat, petugas harus mampu melakukan pencatatan semua aktivitas yang dilakukan kemudian membuat laporan dari aktivitasnya. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan Tujuan Khusus : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan 1. Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan 2. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan III. POKOK BAHASAN • Mekanisme pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan hasil kegiatan • Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan IV. BAHAN BELAJAR 1. Flipchart, 2. Whiteboard 3. Alat tulis (ATK) 4. Materi Inti 1 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator
  • 34. Modul Pelatihan PPIH 2017 2 a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat c. Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat b. Menyampaikan pokok bahasan 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami. C. Langkah 3: Kesimpulan 1. Kegiatan Fasilitator a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Kegiatan Peserta a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam VI. URAIAN MATERI Pencatatan dan Pelaporan disektor Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam bentuk tulisan. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, atau gambar. Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan
  • 35. Modul Pelatihan PPIH 2017 3 yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu Membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut: 1. Jemaah Rawat Jalan Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan : a) Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah) b) Tanggal dan waktu. c) Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit). d) Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis. e) Diagnosis f) Rencana penatalaksanaan g) Pengobatan dan atau tindakan h) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. i) Persetujuan tindakan bila perlu. j) Nama dan Nomor telpone dokter Kloter 2. Jemaah Rawat Inap Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara lain: a) Identitas Pasien (Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah) b) Tanggal dan waktu. c) Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit) d) Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis. e) Diagnosis f) Rencana penatalaksanaan g) Pengobatan dan atau tindakan h) Persetujuan tindakan bila perlu i) Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan j) Ringkasan pulang (discharge summary)
  • 36. Modul Pelatihan PPIH 2017 4 k) Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu. l) Nama dan Nomor telphone dokter Kloter 3. Rujukan Rujukan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Selama pelaksanaan ibadah Haji sistem rujukan dapat dilakukan Kloter ke sektor, KKHI atau RSAS dari sektor ke KKHI atau RSAS, dari Tempat tugas di Lapangan (Terminal, tempat umum) ke Sektor, KKHI atau RSAS, serta saat bertugas di ARMINA ke KKHI atau RSAS. Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat hal dibawah ini a) Identitas pasien ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah) b) Hasil pemeriksaan ( Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil Pemeriksaan Penunjang) yang telah dilakukan c) Diagnosa kerja d) Terapi atau tindakan yang sudah diberikan e) Tujuan dilakukannya rujukan f) Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter Pencatatan dan Pelaporan di ARMINA Jenis pencatatan yang harus dilakukan oleh petugas TGC saat operasional di ARMINA adalah Jemaah yang mengalami kondisi gawat darurat selama di arafah, muzdalifah dan mina. Karena singkatnya masa operasional di ARMINA, Format pencatatan dan pelaporan setidaknya harus memuat informasi mengenaiidentitas, diagnosis dan tatalaksana serta tempat rujukan penanganan kesehatan jemaah. Pencatatan dan Pelaporan di Terminal/Tempat Umum/Tempat tugas lainnya Prinsif pencatatan sama dengan saat bertugas di ARMINA Format pencatatan dan pelaporan setidaknya harus memuat informasi mengenai identitas, diagnosis dan tatalaksana serta tempat rujukan penanganan kesehatan jemaah.
  • 37. Modul Pelatihan PPIH 2017 5 VII. REFERENSI 1. Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis 2. Kepmenkes RI No 1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan BPHI di Arab Saudi 3. Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan 4. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji 5. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan, Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011 6. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementerian Agama RI, Tahun 2015