SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
No.
Masalah yang
telah
diidentifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah
Analisis eksplorasi
penyebab masalah
1 Kemampuan
berpikir tingkat
tinggi siswa
dalam
menyelesaikan
soal HOTS
masih rendah.
Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel:
1. Dalam penelitian Intan (2020), dituliskan
hasil survei PISA 2012 yang menyatakan
bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam
mengerjakan soal HOTS (Higher Order
Thinking Skills) sangat rendah. Hal tersebut
disebabkan karena kurang terlatihnya siswa
dalam mengerjakan soal HOTS dan siswa
hanya dibiasakan untuk mengingat bukan
menguasai konsep.
Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/342311473
2. Widana, Wayan (2020) menyatakan dalam
hasil penelitiannya bahwa rendahnya
kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah kontekstual merupakan dampak
dari rendahnya kemampuan guru dalam
mengembangkan soal HOTS.
Sumber :
https://www.semanticscholar.org/paper/The-
Effect-of-Digital-Literacy-on-the-Ability-of-to-
Widana/e4d3252e9571f54b473a8eeae853db8c
9d7b0742
3. Pada hasil penelitian Agustika (2020),
diperoleh terdapat 53 siswa (62%) siswa
mengalami kendala pada proses membuat
atau membentuk kalimat matematika. Hal
ini berimplikasi pada simpulan bahwa
kemampuan berpikir HOTS siswa masih
rendah.
Sumber:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIS
D/article/view/25336
Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy
Manalu, S.Si):
1. Berdasarkan hasil pengamatan dan
evaluasi, kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS masih kurang
karena kemampuan numerasi dasarnya
yang juga rendah seperti operasi matematika
dasar untuk perkalian, pembagian
penjumlahan dan pengurangan masih salah.
Selain itu, siswa cenderung tidak
mengembangkan konsep dasar dari materi
yang telah disampaikan guru sehingga cara
1. Kurang terlatihnya
siswa dalam
mengerjakan soal
HOTS.
2. Siswa hanya
dibiasakan untuk
mengingat bukan
menguasai konsep.
3. Rendahnya
kemampuan guru
mengembangkan soal
HOTS. Penggunaan
soal HOTS hanya
terbatas pada materi-
materi tertentu, yaitu
program linear,
aplikasi turunan,
aplikasi trigonometri
dan peluang.
4. Siswa mengalami
kendala pada proses
membuat atau
membentuk kalimat
matematika.
5. Kemampuan numerasi
dasar siswa seperti
operasi matematika
dasar untuk
pembagian, perkalian,
penjumlahan dan
pengurangan masih
kurang.
6. Siswa tidak
mengembangkan
konsep dasar yang
telah disampaikan
guru, sehingga
kemampuan berpikir
kritis siswa tidak
berkembang dengan
baik.
berpikir kritis siswa tidak berkembang
dengan baik.
2. Guru masih terbatas dalam memberikan
soal-soal HOTS pada materi tertentu yaitu
pada materi program linear, aplikasi
turunan, aplikasi trigonometri dan peluang.
Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah
(Rugun D.S Tampubolon, M.Pd):
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan
supervisi, kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS masih rendah karena
guru belum sepenuhnya melatih berpikir kritis
siswa dalam proses pembelajaran. Dalam
memberikan stimulus pada penyampaian
materi, guru masih membiasakan dengan kata
”apa” bukan ”bagaimana” dan belum mendorong
siswa secara optimal untuk bertanya atau
menemukan permasalahan.
Sumber Wawancara Kepada Pakar:
Nama : Juniar Saragih, M.Pd
Profesi : Konsultan Pendidikan
1. Kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal
HOTS masih rendah karena siswa terbiasa
dengan soal LOTS
2. Siswa menerima sepenuhnya informasi dari
guru dan tidak berusaha mencari informasi
dari sumber lain atau berusaha untuk
mengembangkan konsep/materi yang telah
diajarkan guru sehingga siswa tidak terbiasa
untuk berpikir kritis atau berpikir tingkat
tinggi.
7. Logika penalaran siswa
masih kurang sehingga
tidak mampu
memahami mengenai
permasalahan yang
harus diselesaikan
pada soal HOTS
tersebut.
8. Siswa kesulitan dalam
memanipulasi rumus
atau materi yang sudah
diajarkan guru terkait
penyelesaian dari soal
HOTS tersebut.
9. Siswa terbiasa
diberikan soal LOTS
atau soal dengan
tingkat taksonomi C1 –
C3.
10.Guru belum optimal
mendorong siswa
untuk bertanya atau
membimbing siswa
menemukan dan
mengkomunikasikan
permasalahan dari
stimulus yang
diberikan guru pada
proses pembelajaran.
2 Kemampuan
guru dalam
menggunakan
teknologi yang
sesuai dengan
materi ajar
masih kurang
Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel:
1. Menurut Rahmita (2017), salah satu faktor
yang membuat para guru tidak
menggunakan IT sebagai media dalam
pembelajaran adalah minimnya
pengetahuan guru dibidang IT yang
disebabkan oleh kurangnya pelatihan
tentang IT dan tidak adanya upaya guru
dalam meningkatkan kompetensi yang
dimilikinya.
Sumber:
https://jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/4
573
2. Kurniawan, dkk (2020), dalam hasil
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
beberapa masalah pada penggunaan
teknologi dalam pembelajaran, yaitu: 1)
penggunaan teknologi informasi dan
1. Minimalnya
pengetahuan guru
pada bidang IT
(informasi teknologi)
yang disebabkan oleh
kurangnya pelatihan
dan tidak adanya
upaya dari guru itu
sendiri untuk
meningkatkan
kemampuannya.
2. Persiapan sarana dan
prasarana untuk
penggunaan IT
membutuhkan waktu
yang banyak, sehingga
proses pembelajaran
komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran
dapat menguras waktu yang cukup banyak
sehingga proses pembelajaran kurang
efektif karea harus menyiapkan sarana dan
prasarana seperti menyiapkan laptop,
menghubungkan dengan infokus dan
menyiapkan media pembelajaran berbasis
Teknologi lainnya.
Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/341
138202_problematika_guru_dalam_menggunak
an_teknologi_informasi_dan_komunikasi_tik
3. Naufal (2018), dalam penelitiannya
menyatakan bahawa sebagian guru-guru
sudah menggunakan teknologi dalam media
pembelajarannya namun hanya terbatas
yaitu pada penggunaan powerpoint sebagai
media visual matematika. Tentunya sebagai
media presentasi, perangkat lunak ini
merupakan media yang tepat. Akan tetapi,
menjadi seorang guru matematika,
diperlukan lebih dari hanya kemampuan
presentasi, melainkan kemampuan untuk
mengajar. Oleh sebab itu, penguasaan
Power Point tidaklah cukup bagi guru
matematika dikarenakan tingkat akurasi
visual Power Point masih jauh dari kata tepat.
Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/330
752378_upaya_peningkatan_kemampuan_guru
_matematika_sma_dalam_memvisualisasikan_
materi_ajar_dengan_menggunakan_website_des
mos
Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy
Manalu, S.Si):
1. Guru sudah mampu menggunakan teknologi
secara umum, namun masih sulit untuk
menentukan teknologi yang cocok/sesuai
dengan materi ajar.
2. Terkadang sarana dan prasarana seperti
laptop, wifi/internet tidak mendukung.
Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah
(Rugun D.S Tampubolon, M.Pd):
Sekolah sudah memiliki sarana prasarana yang
sarat dengan teknologi seperti IFP (Image
Focussing Plate) sebagai pengganti papan
tulis/white board konvensional dan free wifi.
Namun sarana dan prasarana tersebut akan
dapat berguna dengan baik jika guru mau
berlatih dan mengeksplore kemampuannya
dirasakan kurang
efektif.
3. Guru sudah merasa
cukup dengan
penggunaan slide
power point sebagai
teknologi dalam proses
pembelajaran
meskipun tingkat
akurasi visualnya
dalam menyajikan
materi matematika
yang berkarakteristik
abstrak masih jauh
dari kata tepat.
4. Keterbatasan
pengetahuan guru
dalam menentukan
teknologi yag cocok
atau sesuai dengan
karakteristik materi
yang akan diajarkan
yag diharapkan dapat
membuat proses
pembelajaran
berlagsung efektif dan
menarik.
5. Terkadang sarana dan
prasarana seperti
laptop,
wifi/internet/kuota
data tidak mendukung.
6. Kemampuan guru
belum mumpuni dalam
menemukan atau
mencipta media
pembelajaran berbasis
teknologi sehingga
dapat terlaksana
proses pembelajaran
matematika yang
kreatif dan menarik.
7. Kemauan guru belum
maksimal untuk
mengeksplore
pengetahuan dan
kemampuannya dalam
pemanfaatan setiap
dalam pemanfaatan sarana/prasarana
teknologi tersebut untuk menunjang proses
pembelajaran.
Sumber Wawancara Kepada Pakar:
Nama : Juniar Saragih, M.Pd
Profesi : Konsultan Pendidikan
Guru belum mampu mengembangkan
kemampuannya dalam menemukan atau
mencipta media pembelajaran berbasis
teknologi sehingga dapat menyajikan
pembelajaran yang kreatif dan menarik.
sarana/prasarana
teknologi yang tersedia
di sekolah.
3 Guru belum
malaksanakan
model
pembelajaran
innovatif secara
optimal.
Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel:
1. Menurut Remeja (2019), beberapa hambatan
yang dialami guru dalam menerapkan model
pembelajaran saintifik yaitu: 1) materi yang
sulit tidak sesuai dengan pengetahuan awal
peserta didik, 2) peserta didik kurang percaya
diri dalam menyatakan pendapat, 3) guru
kesulitan mengatur alokasi waktu.
Sumber:
https://jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/1
3324
2. Menurut Zaenal (2022) dalam hasil
penelitiannya, menyatakan bahwa 40% guru
tidak yakin mampu menerapkan model
pembelajaran saintifik. Efikasi atau
kepercayaan diri guru paling rendah terletak
pada tahap mendorong siswa untuk bertanya
berdasarkan hasil observasi dan mendorong
siswa untuk menalar atau menanya. Faktor-
faktor penyebab kendala guru dalam
mendorong siswa bertanya adalah bahwa
guru tidak tahu harus menggunakan teknik-
teknik tertentu untuk meningkatkan
kemampuan siswa bertanya dan guru tidak
tahu cara meningkatkan kemampuannya
menggunakan ternik-teknik tersebut. Hal ini
menunjukkan rendahnya pengetahuan
tentang beragam teknik bertanya untuk
membimbing siswa. Sebagian besar guru
masih belum memahami teknik-teknik dalam
menerapkan kurikulum 2013 khususnya
dalam menerapkan model pembelajaran
saintifik.
Sumber:
https://adoc.pub/efikasi-guru-mipa-smp-
dalam-menerapkan-pendekatan-saintifik.html
Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy
Manalu, S.Si):
1. Kurangnya
pengetahuan dasar
siswa terlebih pada
pembelajaran advance
materi sehingga guru
ragu untuk
menerapkan model
saintifik pada proses
pembelajaran.
2. Karakter siswa yang
tidak mendukung
dalam penggunaan
model pembelajaran
innovatif seperti
kepercayaan diri siswa
yang masih rendah
dalam menyampaikan
pendapat.
3. Guru kesulitan
mengatur alokasi
waktu, karena model
pembelajaran innovatif
yang berpusat pada
siswa membutuhkan
waktu yang lebih
banyak.
4. Efikasi atau
kepercayaan diri guru
masih kurang dalam
melaksanakan
beberapa tahapan dari
model pembelajaran
saintifik, seperti:
mendorong siswa
untuk bertanya atau
membimbing siswa
dalam proses
Model pembelajaran innovatif yang digunakan
belum optimal karena memerlukan waktu yang
lebih dan sulit menyesuaikan dengan
karakteristik materi dan siswa.
Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah
(Rugun D.S Tampubolon, M.Pd):
Model pembelajaran innovatif sudah cukup
dilaksanakan dengan baik. Beberapa guru ada
yang sudah mencoba setiap model pembelajaran
saintifik seperti inquiri, DL, PBL dan PJBL
namun terkadang aktivitas yang dilakukan
tidak sesuai dengan tahapan atau sintaks yang
seharusnya sehingga tidak termanfaatkan
secara optimal untuk mendukung pembelajaran
yang kreatif dan innovatif.
Sumber Wawancara Kepada Pakar:
Nama : Juniar Saragih, M.Pd
Profesi : Konsultan Pendidikan
1. Guru masih jarang menggunakan model PBL
dan PJBL dalam proses pembelajaran
matematika karena terkendala sulitnya
menemukan masalah kontekstual atau
proyek yang akan dibuat siswa terkait
dengan materi matematika SMA yang sarat
dengan karakteristik abstrak.
2. Banyak hal yang harus diperhatikan guru
dalam mempersiapkan rancangan
pembelajaran menggunakan model innovatif,
seperti pengelolaan waktu, kelas dan
kemampuan profesional guru.
pembelajaran student-
center.
5. Pengetahuan guru
dalam memahami
teknik-teknik dalam
menerapkan
pembelajaran saintifik
masih kurang.
6. Guru masih kesulitan
menentukan soal-soal
kontekstual atau
proyek matematika
materi SMA yang akan
ditugaskan terkait
dengan model
pembelajaran PBL dan
PJBL.
4 Kemampuan
literasi
numerasi siswa
masih rendah.
Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel:
1. Menurut Nurfadilah (2015) menyatakan
dalam penelitiannya bahwa kemampuan
literasi numerasi peserta didik memiliki
hubungan dengan kecemasan matematika
yang dimiliki oleh peserta didik.
Sumber:
http://repository.upi.edu/18239/
2. Maskanur Rezky (2022) menyatakan bahwa
subjek dengan kemampuan rendah masih
belum bisa memahami makna dari suatu
masalah yang disajikan sehingga berakibat
belum memenuhi capaian indiaktor dalam
kemampuan literasi numerasi.
Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/362
395824_kemampuan_literasi_numerasi_siswa_
dalam_menyelesaikan_soal_konteks_sosial_bud
aya_pada_topik_geometri_jenjang_smp
1. Tingginya kecemasan
siswa sehingga
berdampak siswa sulit
memahami soal literasi
numerasi.
2. Kemampuan penalaran
siswa memahami
masalah yang disajikan
dengan basis literasi
numerasi masih
rendah.
3. Guru belum
membiasakan proses
pembelajaran berbasis
literasi numerasi.
4. Guru membutuhkan
waktu yang cukup
Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy
Manalu):
1. Kemampuan literasi numerasi siswa masih
kurang karena guru juga belum
membiasakan pembelajaran atau
memberikan soal-soal berbasis literasi
numerasi disebabkan membutuhkan waktu
yang lebih.
2. Siswa masih kesulitan menyelesaikan soal
literasi numerasi karena siswa tidak
memahami maksud soal, tidak tahu
konsep/materi yang terkait, malas membaca
soal cerita atau yang narasinya panjang dan
merasa tidak bisa atau sudah bisa tanpa
mengerjakan.
Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah
(Rugun D.S Tampubolon, M.Pd):
Guru perlu menyiapkan waktu khusus secara
berkala namun rutin untuk memberikan soal-
soal matematika berbasis literasi numerasi.
Sumber Wawancara Kepada Pakar:
Nama : Juniar Saragih, M.Pd
Profesi : Konsultan Pendidikan
1. Kemampuan dasar literasi numerasi siswa
masih rendah.
2. Kemampuan penalaran siswa masih kurang.
3. Siswa tidak dilatih dengan aktivitas literasi
sehingga ada kecenderungan malas
membaca.
banyak untuk
mengembangkan soal-
soal literasi numerasi.
5. Siswa cenderung malas
membaca soal
matematika yang
disajikan dalam
kalimat cerita atau
dengan narasi yang
panjang.
6. Siswa cenderung tidak
memahami
materi/konsep
matematika yang
terkait pada soal
literasi numerasi.
7. Siswa kesulitan
mengubah kalimat
cerita menjadi
persamaan atau
kalimat matematika.
8. Paradigma siswa
bahwa soal literasi
numerasi pastilah sulit
sehingga siswa
langsung merasa tidak
bisa sebelum mencoba
untuk mengerjakan.
9. Siswa tidak dilatih
dengan aktivitas
literasi secara umum
sehingga kurang
tertarik dalam
membaca.

More Related Content

Similar to LK 1.2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH FINAL.pdf

3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf
3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf
3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf
smkn 1 batam
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdf
AbdulAziz641391
 
LK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdf
LK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdfLK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdf
LK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdf
koes5
 
Lk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docx
Lk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docxLk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docx
Lk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docx
JunaiHunter
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
NurulyDybala1
 
LK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptx
LK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptxLK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptx
LK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptx
Tiara338326
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docx
DewiLadjimDewi
 
Rofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptx
Rofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptxRofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptx
Rofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptx
SMPITNURHASAN
 

Similar to LK 1.2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH FINAL.pdf (20)

3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf
3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf
3.1 Menyusun Best Practices- Doni Permana.pdf
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Abdul Aziz.pdf
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices_Bagas Eko Wibowo.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices_Bagas Eko Wibowo.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices_Bagas Eko Wibowo.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices_Bagas Eko Wibowo.pdf
 
LK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdf
LK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdfLK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdf
LK. 1.2 INDRI AVISHA S_AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA.pdf
 
Proposal baru
Proposal baruProposal baru
Proposal baru
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Lk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docx
Lk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docxLk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docx
Lk. 2.1 ekplorasi alternatif solusi - Copy.docx
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices FATHIA.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices FATHIA.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices FATHIA.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices FATHIA.pdf
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
Makalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwantoMakalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwanto
 
1.2 Pewarisan Sifat.docx
1.2 Pewarisan Sifat.docx1.2 Pewarisan Sifat.docx
1.2 Pewarisan Sifat.docx
 
1.2 Pewarisan Sifat.docx
1.2 Pewarisan Sifat.docx1.2 Pewarisan Sifat.docx
1.2 Pewarisan Sifat.docx
 
Proposal skripsi amir IKIP Mataram 2016
Proposal skripsi amir IKIP Mataram 2016Proposal skripsi amir IKIP Mataram 2016
Proposal skripsi amir IKIP Mataram 2016
 
LK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptx
LK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptxLK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptx
LK 2.1 PPT HENDRA PURWANTO.pptx
 
LK. 3.1 Penyusunan Hasil best practice Anton Nugraha 2.pdf
LK. 3.1 Penyusunan Hasil best practice Anton Nugraha 2.pdfLK. 3.1 Penyusunan Hasil best practice Anton Nugraha 2.pdf
LK. 3.1 Penyusunan Hasil best practice Anton Nugraha 2.pdf
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMK.docx
 
Rofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptx
Rofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptxRofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptx
Rofiqul Irfan Bahroni_LK 2.2 Eksplorasi Alternaatif Solusi.pptx
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices 1.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices 1.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices 1.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices 1.pdf
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Recently uploaded (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 

LK 1.2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH FINAL.pdf

  • 1. LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah No. Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah 1 Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam menyelesaikan soal HOTS masih rendah. Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Dalam penelitian Intan (2020), dituliskan hasil survei PISA 2012 yang menyatakan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam mengerjakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena kurang terlatihnya siswa dalam mengerjakan soal HOTS dan siswa hanya dibiasakan untuk mengingat bukan menguasai konsep. Sumber: https://www.researchgate.net/publication/342311473 2. Widana, Wayan (2020) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kontekstual merupakan dampak dari rendahnya kemampuan guru dalam mengembangkan soal HOTS. Sumber : https://www.semanticscholar.org/paper/The- Effect-of-Digital-Literacy-on-the-Ability-of-to- Widana/e4d3252e9571f54b473a8eeae853db8c 9d7b0742 3. Pada hasil penelitian Agustika (2020), diperoleh terdapat 53 siswa (62%) siswa mengalami kendala pada proses membuat atau membentuk kalimat matematika. Hal ini berimplikasi pada simpulan bahwa kemampuan berpikir HOTS siswa masih rendah. Sumber: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIS D/article/view/25336 Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy Manalu, S.Si): 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS masih kurang karena kemampuan numerasi dasarnya yang juga rendah seperti operasi matematika dasar untuk perkalian, pembagian penjumlahan dan pengurangan masih salah. Selain itu, siswa cenderung tidak mengembangkan konsep dasar dari materi yang telah disampaikan guru sehingga cara 1. Kurang terlatihnya siswa dalam mengerjakan soal HOTS. 2. Siswa hanya dibiasakan untuk mengingat bukan menguasai konsep. 3. Rendahnya kemampuan guru mengembangkan soal HOTS. Penggunaan soal HOTS hanya terbatas pada materi- materi tertentu, yaitu program linear, aplikasi turunan, aplikasi trigonometri dan peluang. 4. Siswa mengalami kendala pada proses membuat atau membentuk kalimat matematika. 5. Kemampuan numerasi dasar siswa seperti operasi matematika dasar untuk pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan masih kurang. 6. Siswa tidak mengembangkan konsep dasar yang telah disampaikan guru, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa tidak berkembang dengan baik.
  • 2. berpikir kritis siswa tidak berkembang dengan baik. 2. Guru masih terbatas dalam memberikan soal-soal HOTS pada materi tertentu yaitu pada materi program linear, aplikasi turunan, aplikasi trigonometri dan peluang. Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah (Rugun D.S Tampubolon, M.Pd): Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan supervisi, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS masih rendah karena guru belum sepenuhnya melatih berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran. Dalam memberikan stimulus pada penyampaian materi, guru masih membiasakan dengan kata ”apa” bukan ”bagaimana” dan belum mendorong siswa secara optimal untuk bertanya atau menemukan permasalahan. Sumber Wawancara Kepada Pakar: Nama : Juniar Saragih, M.Pd Profesi : Konsultan Pendidikan 1. Kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal HOTS masih rendah karena siswa terbiasa dengan soal LOTS 2. Siswa menerima sepenuhnya informasi dari guru dan tidak berusaha mencari informasi dari sumber lain atau berusaha untuk mengembangkan konsep/materi yang telah diajarkan guru sehingga siswa tidak terbiasa untuk berpikir kritis atau berpikir tingkat tinggi. 7. Logika penalaran siswa masih kurang sehingga tidak mampu memahami mengenai permasalahan yang harus diselesaikan pada soal HOTS tersebut. 8. Siswa kesulitan dalam memanipulasi rumus atau materi yang sudah diajarkan guru terkait penyelesaian dari soal HOTS tersebut. 9. Siswa terbiasa diberikan soal LOTS atau soal dengan tingkat taksonomi C1 – C3. 10.Guru belum optimal mendorong siswa untuk bertanya atau membimbing siswa menemukan dan mengkomunikasikan permasalahan dari stimulus yang diberikan guru pada proses pembelajaran. 2 Kemampuan guru dalam menggunakan teknologi yang sesuai dengan materi ajar masih kurang Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Menurut Rahmita (2017), salah satu faktor yang membuat para guru tidak menggunakan IT sebagai media dalam pembelajaran adalah minimnya pengetahuan guru dibidang IT yang disebabkan oleh kurangnya pelatihan tentang IT dan tidak adanya upaya guru dalam meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Sumber: https://jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/4 573 2. Kurniawan, dkk (2020), dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah pada penggunaan teknologi dalam pembelajaran, yaitu: 1) penggunaan teknologi informasi dan 1. Minimalnya pengetahuan guru pada bidang IT (informasi teknologi) yang disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan tidak adanya upaya dari guru itu sendiri untuk meningkatkan kemampuannya. 2. Persiapan sarana dan prasarana untuk penggunaan IT membutuhkan waktu yang banyak, sehingga proses pembelajaran
  • 3. komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran dapat menguras waktu yang cukup banyak sehingga proses pembelajaran kurang efektif karea harus menyiapkan sarana dan prasarana seperti menyiapkan laptop, menghubungkan dengan infokus dan menyiapkan media pembelajaran berbasis Teknologi lainnya. Sumber: https://www.researchgate.net/publication/341 138202_problematika_guru_dalam_menggunak an_teknologi_informasi_dan_komunikasi_tik 3. Naufal (2018), dalam penelitiannya menyatakan bahawa sebagian guru-guru sudah menggunakan teknologi dalam media pembelajarannya namun hanya terbatas yaitu pada penggunaan powerpoint sebagai media visual matematika. Tentunya sebagai media presentasi, perangkat lunak ini merupakan media yang tepat. Akan tetapi, menjadi seorang guru matematika, diperlukan lebih dari hanya kemampuan presentasi, melainkan kemampuan untuk mengajar. Oleh sebab itu, penguasaan Power Point tidaklah cukup bagi guru matematika dikarenakan tingkat akurasi visual Power Point masih jauh dari kata tepat. Sumber: https://www.researchgate.net/publication/330 752378_upaya_peningkatan_kemampuan_guru _matematika_sma_dalam_memvisualisasikan_ materi_ajar_dengan_menggunakan_website_des mos Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy Manalu, S.Si): 1. Guru sudah mampu menggunakan teknologi secara umum, namun masih sulit untuk menentukan teknologi yang cocok/sesuai dengan materi ajar. 2. Terkadang sarana dan prasarana seperti laptop, wifi/internet tidak mendukung. Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah (Rugun D.S Tampubolon, M.Pd): Sekolah sudah memiliki sarana prasarana yang sarat dengan teknologi seperti IFP (Image Focussing Plate) sebagai pengganti papan tulis/white board konvensional dan free wifi. Namun sarana dan prasarana tersebut akan dapat berguna dengan baik jika guru mau berlatih dan mengeksplore kemampuannya dirasakan kurang efektif. 3. Guru sudah merasa cukup dengan penggunaan slide power point sebagai teknologi dalam proses pembelajaran meskipun tingkat akurasi visualnya dalam menyajikan materi matematika yang berkarakteristik abstrak masih jauh dari kata tepat. 4. Keterbatasan pengetahuan guru dalam menentukan teknologi yag cocok atau sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan yag diharapkan dapat membuat proses pembelajaran berlagsung efektif dan menarik. 5. Terkadang sarana dan prasarana seperti laptop, wifi/internet/kuota data tidak mendukung. 6. Kemampuan guru belum mumpuni dalam menemukan atau mencipta media pembelajaran berbasis teknologi sehingga dapat terlaksana proses pembelajaran matematika yang kreatif dan menarik. 7. Kemauan guru belum maksimal untuk mengeksplore pengetahuan dan kemampuannya dalam pemanfaatan setiap
  • 4. dalam pemanfaatan sarana/prasarana teknologi tersebut untuk menunjang proses pembelajaran. Sumber Wawancara Kepada Pakar: Nama : Juniar Saragih, M.Pd Profesi : Konsultan Pendidikan Guru belum mampu mengembangkan kemampuannya dalam menemukan atau mencipta media pembelajaran berbasis teknologi sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang kreatif dan menarik. sarana/prasarana teknologi yang tersedia di sekolah. 3 Guru belum malaksanakan model pembelajaran innovatif secara optimal. Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Menurut Remeja (2019), beberapa hambatan yang dialami guru dalam menerapkan model pembelajaran saintifik yaitu: 1) materi yang sulit tidak sesuai dengan pengetahuan awal peserta didik, 2) peserta didik kurang percaya diri dalam menyatakan pendapat, 3) guru kesulitan mengatur alokasi waktu. Sumber: https://jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/1 3324 2. Menurut Zaenal (2022) dalam hasil penelitiannya, menyatakan bahwa 40% guru tidak yakin mampu menerapkan model pembelajaran saintifik. Efikasi atau kepercayaan diri guru paling rendah terletak pada tahap mendorong siswa untuk bertanya berdasarkan hasil observasi dan mendorong siswa untuk menalar atau menanya. Faktor- faktor penyebab kendala guru dalam mendorong siswa bertanya adalah bahwa guru tidak tahu harus menggunakan teknik- teknik tertentu untuk meningkatkan kemampuan siswa bertanya dan guru tidak tahu cara meningkatkan kemampuannya menggunakan ternik-teknik tersebut. Hal ini menunjukkan rendahnya pengetahuan tentang beragam teknik bertanya untuk membimbing siswa. Sebagian besar guru masih belum memahami teknik-teknik dalam menerapkan kurikulum 2013 khususnya dalam menerapkan model pembelajaran saintifik. Sumber: https://adoc.pub/efikasi-guru-mipa-smp- dalam-menerapkan-pendekatan-saintifik.html Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy Manalu, S.Si): 1. Kurangnya pengetahuan dasar siswa terlebih pada pembelajaran advance materi sehingga guru ragu untuk menerapkan model saintifik pada proses pembelajaran. 2. Karakter siswa yang tidak mendukung dalam penggunaan model pembelajaran innovatif seperti kepercayaan diri siswa yang masih rendah dalam menyampaikan pendapat. 3. Guru kesulitan mengatur alokasi waktu, karena model pembelajaran innovatif yang berpusat pada siswa membutuhkan waktu yang lebih banyak. 4. Efikasi atau kepercayaan diri guru masih kurang dalam melaksanakan beberapa tahapan dari model pembelajaran saintifik, seperti: mendorong siswa untuk bertanya atau membimbing siswa dalam proses
  • 5. Model pembelajaran innovatif yang digunakan belum optimal karena memerlukan waktu yang lebih dan sulit menyesuaikan dengan karakteristik materi dan siswa. Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah (Rugun D.S Tampubolon, M.Pd): Model pembelajaran innovatif sudah cukup dilaksanakan dengan baik. Beberapa guru ada yang sudah mencoba setiap model pembelajaran saintifik seperti inquiri, DL, PBL dan PJBL namun terkadang aktivitas yang dilakukan tidak sesuai dengan tahapan atau sintaks yang seharusnya sehingga tidak termanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembelajaran yang kreatif dan innovatif. Sumber Wawancara Kepada Pakar: Nama : Juniar Saragih, M.Pd Profesi : Konsultan Pendidikan 1. Guru masih jarang menggunakan model PBL dan PJBL dalam proses pembelajaran matematika karena terkendala sulitnya menemukan masalah kontekstual atau proyek yang akan dibuat siswa terkait dengan materi matematika SMA yang sarat dengan karakteristik abstrak. 2. Banyak hal yang harus diperhatikan guru dalam mempersiapkan rancangan pembelajaran menggunakan model innovatif, seperti pengelolaan waktu, kelas dan kemampuan profesional guru. pembelajaran student- center. 5. Pengetahuan guru dalam memahami teknik-teknik dalam menerapkan pembelajaran saintifik masih kurang. 6. Guru masih kesulitan menentukan soal-soal kontekstual atau proyek matematika materi SMA yang akan ditugaskan terkait dengan model pembelajaran PBL dan PJBL. 4 Kemampuan literasi numerasi siswa masih rendah. Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: 1. Menurut Nurfadilah (2015) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kemampuan literasi numerasi peserta didik memiliki hubungan dengan kecemasan matematika yang dimiliki oleh peserta didik. Sumber: http://repository.upi.edu/18239/ 2. Maskanur Rezky (2022) menyatakan bahwa subjek dengan kemampuan rendah masih belum bisa memahami makna dari suatu masalah yang disajikan sehingga berakibat belum memenuhi capaian indiaktor dalam kemampuan literasi numerasi. Sumber: https://www.researchgate.net/publication/362 395824_kemampuan_literasi_numerasi_siswa_ dalam_menyelesaikan_soal_konteks_sosial_bud aya_pada_topik_geometri_jenjang_smp 1. Tingginya kecemasan siswa sehingga berdampak siswa sulit memahami soal literasi numerasi. 2. Kemampuan penalaran siswa memahami masalah yang disajikan dengan basis literasi numerasi masih rendah. 3. Guru belum membiasakan proses pembelajaran berbasis literasi numerasi. 4. Guru membutuhkan waktu yang cukup
  • 6. Sumber Wawancara Kepada Guru (Heppy Manalu): 1. Kemampuan literasi numerasi siswa masih kurang karena guru juga belum membiasakan pembelajaran atau memberikan soal-soal berbasis literasi numerasi disebabkan membutuhkan waktu yang lebih. 2. Siswa masih kesulitan menyelesaikan soal literasi numerasi karena siswa tidak memahami maksud soal, tidak tahu konsep/materi yang terkait, malas membaca soal cerita atau yang narasinya panjang dan merasa tidak bisa atau sudah bisa tanpa mengerjakan. Sumber Wawancara Kepada Kepala Sekolah (Rugun D.S Tampubolon, M.Pd): Guru perlu menyiapkan waktu khusus secara berkala namun rutin untuk memberikan soal- soal matematika berbasis literasi numerasi. Sumber Wawancara Kepada Pakar: Nama : Juniar Saragih, M.Pd Profesi : Konsultan Pendidikan 1. Kemampuan dasar literasi numerasi siswa masih rendah. 2. Kemampuan penalaran siswa masih kurang. 3. Siswa tidak dilatih dengan aktivitas literasi sehingga ada kecenderungan malas membaca. banyak untuk mengembangkan soal- soal literasi numerasi. 5. Siswa cenderung malas membaca soal matematika yang disajikan dalam kalimat cerita atau dengan narasi yang panjang. 6. Siswa cenderung tidak memahami materi/konsep matematika yang terkait pada soal literasi numerasi. 7. Siswa kesulitan mengubah kalimat cerita menjadi persamaan atau kalimat matematika. 8. Paradigma siswa bahwa soal literasi numerasi pastilah sulit sehingga siswa langsung merasa tidak bisa sebelum mencoba untuk mengerjakan. 9. Siswa tidak dilatih dengan aktivitas literasi secara umum sehingga kurang tertarik dalam membaca.