Di materi ini insyaAllah akan membahas terkait Manajemen Wakaf Produktif Dengan Optimalisasi Peran BWI & Nadzir. Semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Link versi presentasi: https://www.academia.edu/68114274/_Makalah_Manajemen_Wakaf_Produktif_Dengan_O
2. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Wakaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu waqf yang berarti
menahan, menghentikan atau mengekang. Sedangkan menurut istilah ialah
menghentikan perpindahan milik suatu harta yang bermanfaat dan tahan lama
sehingga manfaat harta itu dapat digunakan untuk mencari keridhaan Allah
Ta’ala.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen wakaf produktif merupakan
sebuah pengelolaan wakaf dengan fungsi-fungsi manajemen secara produktif.
Manajemen Wakaf Produktif
3. Dalam perwakafan, pengelola wakaf atau
nadzir sangat membutuhkan manajemen
dalam menjalankan tugasnya.
Manajemen ini digunakan untuk mengatur
kegiatan pengelolaan wakaf, menghimpun
wakaf uang, dan menjaga hubungan baik
antara nadzir, wakif dan masyarakat.
Untuk itu, suatu hal yang penting adalah
nadzir menguasai prinsip prinsip
manajemen yang meliputi tahapan:
Fungsi manajemen,
Manajemen fundraising,
Manajemen pengembangan,
Manajemen pemanfaatan,
Manajemen pelaporan.
4. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
merupakan lembaga nasional bersifat
independen yang didirikan
berdasarkan lahirnya Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 (Wakaf).
Organisasi tersebut didirikan untuk
mendorong pengembangan dan
optimalisasi wakaf di Indonesia.
Nadzir adalah pihak yang menerima
harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai
dengan peruntukannya. Nadzir
berkewajiban mengerjakan segala
sesuatu yang layak untuk menjaga dan
mengelola harta wakaf. Nazhir adalah
pemimpin umum dalam wakaf.
Badan Wakaf Indonesia (BWI)
dan Nadzir
5. Kunci pengelolaan wakaf
terletak pada eksistensi
pengelola wakaf, terutama
nadzir dan tim kerja yang
solid untuk memaksimalkan
peran wakaf.
Apabila pengelolaan wakaf dilakukan secara professional,
maka tentunya akan banyak membantu untuk terus
tumbuh dan berkembang lebih baik lagi. Karena nadzir
memiliki peran dan pengaruh yang penting dalam
pengelolaan wakaf, maka dengan demikian hendaknya
dioptimalkan untuk mencapai level kinerja dan performa
yang terbaik, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih
signifikan dalam peran sosial terkait pengembangan wakaf.
Optimalisasi Peran BWI dan Nadzir
6. Amanah (dapat dipercaya),
Shiddiq (jujur),
Fathanah (cerdas),
Tablig (transparan).
Achmad Djunaidi dan kawan-kawan menjelaskan
bahwa parameter nadzir profesional adalah:
Terdidik dan tinggi moralitasnya,
Memiliki keterampilan yang unggul dan berdaya saing,
Memiliki kemampuan dalam melakukan pembagian kerja,
Dapat melaksanakan kewajiban serta memperoleh hak yang adil,
Memiliki standar operasional kerja yang jelas dan terarah.
Sedangkan dari ciri-ciri sumber dayanya adalah:
7. Tanggung Jawab. Tanpa adanya rasa tanggung jawab pada badan pengelola
atau nadzir, maka harta yang dipercayakan kepadanya akan terbengkalai dan
tidak terurus.
Efisien. Efisiensi di sini meliputi penggunaan biaya administrasi dan kegiatan
yang terkait dengan aspek pembiayaan dalam pengelolaan harta wakaf.
Rasional. Rasionalitas kebijakan dan pengambilan keputusan dalam
pengelolaan harta wakaf menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan, karena pola
pengelolaan yang didasarkan pada aspek irrasional, seperti kepercayaan yang
bersifat klinis dan emosional, maka akan menghambat laju perkembangan
wakaf secara umum.
Menurut Departemen Agama, Nadzir dapat dikatakan sebagai lembaga yang
amanah jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: