Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kota dan desa menurut para ahli, perbedaan antara kota dan desa, serta hubungan antara kota dan desa meliputi proses urbanisasi, faktor-faktor urbanisasi, dan dampaknya terhadap morfologi kota.
1. PENGERTIAN KOTA MENURUT PARA AHLI
Prof. Drs. R.Bintarto :
Kotaadalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yangtinggi, strata sosial
yang heterogen, dancorak kehidupan yang materialistik.
Arnold Tonybee :
Kotatidak hanya merupakan pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekanyang khusus dan
setiap kota menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing
.MaxWebber :
Kotaadalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhanekonominya dipasar
loka
l.Louis Wirt :
Kotaadalah pemukiman yang relatif besar, padatdanpermanen, dihuni oleh orang-orangyang heterogen
kedudukan sosialnya.
2. PERBEDAAN DESAdanKOTA
Menurut Sutarjo Kartohadikusumo, Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bermukim sutau masyarakat yang berkuasa dan masyarakat tersebut mengadakan pemerintah
sendiri.
Unsure-unsur dalam desa meliputi :
a.Daerah (lingkungan geografis)
b.Penduduk, yang meliputi berbagai hal tentang kependudukan seperti : jumlah, persebaran,
mata pencaharian dll
c.Tata kehidupan, meliputi segala hal yang yang menyangkut seluk beluk kehidupan
masyarakat desa.
Sedangkan pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering di
istilahkan dengan kampung,yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,yang
di huni sekelompok masyrakat di mana sebagian besar mata pencaharianya sebagai petani
sedangkan secara atmininistrastif desa adalah yang terdiri dari satu atau lebih atau dusun di
gabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atao berhak mengatur rumah
tangga sendiri (otonomi).
SYARAT-SYARAT DESA
Mempunyai wilayah, Adanya penduduk, Mempunyai pemerintahan, Berada langsung di
bawah camat, Mempunyai kebiasaan-kebiasaan pergaulan sendiri.
FUNGSI DESA
Fungsi Desa sebagai :
sumber bahan pangan, penghasilan bahan mentah, penghasil tenaga kerja, pusat-pusat
industri kecil.
CIRI-CIRI MASYARAKAT DESA
a. Kehidupan tergantung pada alam
b. Toleransi sosialnnya kuat
c. Adat-istiadat dan norma agama kuat
d. Kontrol sosialnya didasarkan pada hokum informal
e. Hubungan kekerabatan didasarkan pada Gemeinssehaft (paguyuban)
f. Pola pikirnya irrasional
g. Struktur perekonomian penduduk bersifat agraris.
B. KOTA
Menurut MENTERI DALAM NEGERI RI NO. 4/1980
1.KOTA adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah
2. KOTA adalah lingkungan kehidupan yang mempunayi cirri non-agraris
3. Secara GEOGRAFIS, KOTA adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-
unsur alami dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang
heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.
CIRI FISIK KOTA
Adanya sarana ekonomi, Gedung pemerintahan, Alun-alun, Tempat parker, Sarana rekreasi,
Sarana olah raga, Komplek perumahan.
CIRI MASYARKAT KOTA
Ciri Masyarakat Kota
- Adanya keanekaragaman penduduk
- Sikap penduduk bersifat individualistik
- Hubungan sosial bersifat Gesselsehaft (Patembayan)
- Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk komplek-komplek tertentu
- Norma agama tidak ketat
- Pandangan hidup kota lebih rasional
C. Hubungan desa dengan kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu
sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang
erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung
pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur
mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis
pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan.
Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini
biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di
sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen
mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan
perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi,
pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang
mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena
itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin
menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti:
(i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah
atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran
dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti
misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan.
Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi
4. kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang
sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan
produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut
kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi,
oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya
dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a). Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling
membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi
merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b) Sebab-sebab Urbanisasi
1.) Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya
(Push factors)
2.) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap
dikota (pull factors)
• Hal – hal yang termasuk push factor antara lain :
a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat
sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama,
kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain
dikota.
Hal – hal yang termasuk pull factor antara lain :
a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah
untuk mendapatkan penghasilan
b. Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi
industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau
untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
5. HUBUNGAN MORFOLOGIdan URBANISASI
Proses urbanisasi menghasilkan wajah morfologi kota yang sangat beragam.
Keberagaman tersebut terbentuk dari berbagai wajah yang sering dikatakan dualistic, yaitu
bentuk yang modern dan tradisional, bersifat kekotaan dan pedesaan, terencana teratur dan
tidak terencana tidak teratur, kualitas tinggi dan kumuh. Kegiatan ekonomi yang berada di
dalam status resmi dalam suatu aturan dan sering disebut mewakili golongan mampu
dikategorikan sebagai sektor formal, sedang yang diluar aturan yang sering disebut mewakili
golongan kurang mampu disebut sebagai sector informal. Proses modernisasi telah
menciptakan perkembangan yang bergerak vertical sehingga banyak kelompok masyarakat
yang masih berada dalam posisi tradisional membentuk kontinum yang sangat beragam.
Namun dipihak lain terjadi juga proses pekembangan horizontal artinya segmen informal
makin banyak atau berinvolusi yaitu dengan masuknya migrant dari pedesaan, dan makin cepat
bertambah banyak manakala kondisi ekonomi terpuruk. Proses perkembangan ekonomi
masyarakat yang didominasi kegiatan ekonomi lemah sector informal mempunyai hubungan
dengan eksistensi kampong kota sebagai morfologi kota yang informal. Proses pembanguan
morfologi kota yang secara terencana tersebut ternyata makin menciptakan kesenjangan ruang
kota. Hal tersebut karena disamping pembangunan yang pesat ruang-ruang kota yang
terencana, perkembangan ruang-ruang kota yang tidak terencana juga berkembang makin
pesat, keadaan tersebut menghasilkan proses segregasi sosio spatial.
· Pembangunan dari bawah
Pada masa reformasi, kritik-kritik masa lalu bermuara menjadi proses revolusi cara
pandang baru yang menjadi arah pembangunan mendatang, maka paradigm baru pembangunan
secara singkat dikatakan sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan artinya untuk menjaga keberadaan hidup manusia yang berkelanjutan dibumi
yang penuh kearifan dan kebijaksanaan dalam mengelola bumi untuk membahagiakan umat
manusia dengan kesejahteraan, yang dapat tercapai apabila tujuan pembangunan sesuai dengan
kaidah-kaidah ekologi kehidupan yang serasi dan seimbang antara kebutuhan materiil dan non
materiil. Paradigm pembangunan merupakan cara pandang dalam membentuk negara kesatuan
dari bawah. Secara wilayah maka berarti menghargai kedudukan dan peran daerah, yaitu
meletakkan daerah sebagai penentu Negara kesatuan atau pembangunan nasional. Secara
demokratif, artinya mempunyai kebebasan berpendapat, yang berarti pula menghargai semua
pendapat dalam pluralitas wilayah.
Paradigma pembangunan dari bawah tidak dapat disamakan atau terjerumus kepada
pembangunan liberal model masyarakat barat. Pembangunan dari bawah juga bertentangan
dengan persatuan dan kesatuan yang dibentuk secara sentralitas, otoriter oleh kekuatan atas dan
disebarkan serta diseragamkan ke bawah ke seluruh wilayah. Paradigm dari bawah atau secara
wilayah adalah desentralisasi, pembangunan nasional yang bersandar kepada pemberdayaan
kekuatan local, atau kekuatan bawah. Hal tersebut berarti membutuhkan pemberdayaan
masyarakat bawah, pedesaan, sector pertanian, kota-kota kecil, menengah, dalam proses
modernisasi yang benar. Membangun masyarakat urban secara kewilayahan melalui paradigma
pembangunan dari bawah dapat dilakukan melalui proses terbentuknya kehidupan agropolitan
baik secara ekonomi yaitu pengembangan atau modernisasisektor pertanian dan ekonomi
pedesaan lainnya, maupun pengembangan masyarakat desa atau masyarakat bawah melalui
proses pemberdayaan.
6. · Sektor pendidikan, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan wilayah
Sektor pendidikan menjadi kunci pada proses pengembangan wilayah yang didukung
oleh masyarakat local. Semua kegiatan paradigm pembangunan wilayah pada intinya adalah
kegiatan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Tiga elemen dasar
pengembangan wilayah adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan
atau teknologi, jadi sumber daya yang kedua tersebut sangat menentukan dalam pengembangan
wilayah dan sektor pendidikan sebagai industry sumber daya manusia harus berada dalam
konsep pengembangan wilayah. Pengembanganwilayah pedesaan akan terletak kepada
pengembangan konsep pendidikan di kabupaten yang terintegrasi dengan konsep atau visi
pengembangan wilayahnya. Proses pengembangan prasarana, promosi investasi dan lain-lain
sebagai usaha menarik investor ke daerah pedesaan harus dibarengi dengan konsep pendidikan
yang mendukung pembangunan tersebut.
· Dari pedesaan ke perkotaan
Kelemahan wilayah pedesaan akan terus menciptakan kesenjangan desa kota dan
proses kemiskinan selanjutnya akan mengalir ke kota dengan migrasi akibat push factor karena
makin langkanya sumber kehidupan di desa. Proses urbanisasi melalui arus migrasi tersebut
menempatkan kota-kota besar dalamproses selektif sosio spasial yang menciptakan kemiskinan
kota, kesenjangan yang rawan terhadap kelompok yang dikategorikan sebagai sector informal
dan pseudo urbanisasi (urbanisasi semu).
· Perkotaan di pedesaan
Kekuatan urban yang tumbuh dipedesaan terjadi dalam sejarah perkembangan wilayah
dalam bentuk yang bermacam-macam, Alain Garnier (1984) mengkategorikan dalam beberapa
bentuk semi urbanisasi, yaitu sub urbanisasi sebagi ekstensi kota ke pedesaan, peri urbanisasi
sebagai kekuatankota yang masuk ke pedesaan yang jauh dari kota induk dan rurbanisasi
sebagai kekuatan perkotaan yang tumbuh dari kekuatan pedesaan. Kekuatan urban didukung
kekuatan local genius yang secara historic lahir dari masyarakat agraris merupakan modal dasar
yang dapat dikembangkan. Yang menjadi pelajaran penting dari definisi rurbanisasi adalah
bahwa kekuatan local pedesaan dapat menumbuhkan perkembangan kota sebagai kekuatan
modernisasi atau kemajuan.
· Urbanisasi dan morfologi kota
Terbentuknya kota merupakan proses modernisasi atau hasil kemajuan suatu
masyarakat atau bangsa. Kekuatan kelompok masyarakat ternyata merupakan potensi utama
dalam proses pembangunan kota. Perkembangan kota maupun pembangunan kota akan
ditentukan oleh masrakatnya melalui wakil-wakilnya taukelompok yang dipercayainya yaitu
kelompok elit. Dalam perkembangan masyarakat yang makin modern maka kekuatan
masyarakat akan menentukan dan mengontrol kekuatan elit tersebut. Oleh karena itu
pemberdayaan masyarakat merupakan modal utama bagi terbentuknya proses modernisasi
yang merupakan masyarakat urban yang berhasil.
Kekuatan urbanisasi negara-negara maju terbentuk dalam sejarah perkembangan
teknologi yang terbentuk dari masyarakat mereka sendiri yang berpuncak pada revolusi
industri. Sumber daya local budaya maupun teknologi tradisional sebagai local genius dan
proses berkembangnya masyarakat bawah dan petani akan mampu membentuk proses
urbanisasi yang kuat, artinya pengembangan atau memajukan sektor pertanian dan pedesaan
7. akan memacu proses pemberdayaan masyarakat yang bersifat urban dan berakar dari
masyarakat tradisional agraris di wilayah pedesaan yang pada akhirnya akan membentuk
system perkotaan yang kuat. Konsep urbanisasi dari bawah atau dari pedesaan yang
berorientasi ke local resource (inward oriented) merupakan konsep agropolitan yang tangguh
yang menopang kota besar dan menjadi pembentuk kota metropolitan dalam proses orientasi
keluar (outward oriented). Pemberdayaan masyarakat bahwa sebagai bagian dalam proses
modernisasi akan membentuk kekuatan pembangunan kota yang tangguh. Kota-kota besar,
menengah dan kecil terus berkembang saling mendukung menjalin kekuatan sinergik
membentuk kekuatan wilayah urbanisasi yang mampu menggerakkan kekuatan pertanian dan
sumber-sumber local lainnya ke dalam proses industrialisasi dan berorienstasi keluar.
· Pengertian kota dan urbanisasi
Pemahaman arti kota akan meliputi dua aspekbesar yang satu sama lain tidak dapat
dipisahkan. Pertama adalah aspek fisik (terbangun dengan alam) sebagai wujud ruang dengan
elemen-elemennya dan yang kedua adalah aspek manusia sebagai subjek pembangunan dan
penggunaan ruang kota. Kota adalah tempat bermukim manusia dengan segala kehidupannya,
maka kota adalah bagian dari human settlement, yang mana menyangkut ruang dan manusia
yang hidup di dalamnya. Permukiman pedesaan yang padat tidak dapat disamakan dengan
pemukiman kota, karena masyarakatnya relative homogeny. Dengan demikian, aspek social,
ekonomi, politik (kelembagaan) dan budaya itulah yang membedakan kota dan desa.
Urbanisasi yaitu suatau proses perubahan kehidupan dan tempat bagi terwujudnya masyarakat
dan bentuk perkotaan (urban). Urbanisasi selanjutnya didefinisikan sebagai suatu proses
terbentuknya kehidupan perkotaan yang berbeda dengan kehidupan pedesaan, dalam konteks
ekonomi, social dan mentalitas masyarakatnya. Proses urbanisasi dengan produk-produknya
merupakan hasil bentuk pembangunan itu sendiri dari seluruh aspek kehidupan dan fisik
lingkungan serta pada berbagai skala, yang mencakup dari lingkungan pemukiman, kota,
regional, nasional, dan internasional.