1. Struktur Keruangan Desa dan
Kota
A. Desa
1. Definisi Desa
Definisi Desa menurut para ahli
a. Bintarto (1983)
Desa sebagai hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya.
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Desa didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
2. 2. Perkembangan dan Unsur-unsur Desa
a. Perkembangan Desa
Menurut Suparmini (2012:10) perkembangan desa
berdasarkan potensinya dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut
1) Desa dengan Potensi Tinggi
Desa dengan potensi tinggi adalah desa yang
memiliki lahan pertanian subur, topografi datar tidak
miring, dilengkapi dengan fasilitas irigasi teknis.
Desa dengan potensi tinggi merupakan perpaduan
antara sumber daya alam berupa potensi tanah subur
dan didukung kondisi topografi dengan sumber daya
manusia. Sumber daya alam yang didukung oleh
pengelolaan yang optimal, dapat digunakan sebagai
modal pengembangan desa
.
3. 2) Desa dengan potensi Sedang
Desa dengan potensi sedang adalah desa
yang memiliki lahan pertanian agak subur, irigasi
sebagian teknis, sebagian non teknis, dan
topografi tidak rata. Dengan Potensi demikian,
suatu desa dapat berkembang tetapi lambat
3) Desa dengan potensi rendah
Desa dengan potensi rendah memiliki lahan
pertanian tidak subur, topografi berbukit,
sumber air sulit, dan pengairan sawah
bergantung pada curah hujan. Suatu desa
dengan potensi seperti ini merupakan hambatan
dalam pembangunan dan sulit berkembang
4. Maju atau berkembangnya suatu desa
bergantung pada beberapa faktor, seperti:
1) Potensi yang dimiliki oleh desa
2) Interkasi antara desa dan kota, serta
3) Lokasi desa terhadap wilayah yang maju di
sekitarnya.
Unsur-unsur Desa
Menurut Suparmini (2012:11) unsur-unsur
desa adalah sebagai berikut
1) Daerah
2) Penduduk
3) Tata Kehidupan
5. 3. Karakteristik Desa
a. Sistem Pertanian Tradisional
b. Mata Pencaharian di sektor pertanian
c. Perbandingan penduduk dengan Luas lahan
d. Hubungan kekerabatan yang masih kuat
e. Corak Kehidupan bersifat Gameinschaft
f. Gotong royong yang kuat
g. Tetua kampung memegang peranan penting
h. Masyarakat desa memegang norma agama dan
sosial
6. Sementara karakteristik desa menurut Direktorat
Jenderal Pembangunan Desa diantara sebagai
berikut.
a. Perbandingan lahan dengan penduduk cukup
besar
b. Lapangan pekerjaan dominan di sektor pertanian
c. Hubungan kekerabatan masih kuat
d. Masyarakat masih berpegang teguh pada tradisi
e. Gotong royong masih kuat
f. Hubungan antarpenduduk akrab
7. 4. Klarifikasi Perkembangan Desa
Fungsi desa dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai bentuk pemerintahan terkecil di
Indonesia dan sebagai Hinterland dalam tinjauan
fenomena geosfer. Hiterland merupakan daerah
belakang yang mendukung berbagai kegiatan
wilayah kota supaya kebutuhannya tetap
terpenuhi.
Dengan segala potensi dan daya upaya,
pemerintah desa harus dapat melaksanakan
fungsi administratif, melakukan sosialisasi
program pembangunan, melakukan inovasi
program, dan sebagainya.
8. a. Desa sebagai Wilayah Hinterland Kota
Fungsi kota berdasarkan wilayah Hinterland
diantaranya
1) Sumber Bahan Pangan bagi Wilayah Kota
2) Desa sebagai Penyedia Tenaga Kerja
3) Desa Memiliki Potensi Alam
b. Desa berdasarkan perkembangannya
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa dan Kelurahan, Perkembangan Desa
dan dapat diklarifikaskan menjadi tiga yaitu
9. 1) Desa Swadaya
merupakan wilayah pedesaan yang sebagian besar
penduduknya memenuhi kebutuhan dengan cara
mengadakan sendiri
Ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut
a) Penduduknya jarang dan terikat adat isitadat
b) Tingkat pendidikan rendah
c) Produktivitas tanah rendah dan sumber air sulit
d) Kegiatan penduduk bergantung pada alam
e) Topografi berupa pegunungan, perbukitan, atau
kepulauan
f) Mata pencaharian penduduk dominan petani atau
nelayan
g) Sulit menerima perubahan dari luar
h) Lokasi terpencil sehingga sarana penghubung kurang
berkembang
10. 2) Desa Swakarya
Desa swakarya lebih maju dibandingkan desa swadaya.
Masyrakat desa swakarya memenuhi kebutuhan secara
mandiri dan sudah mulai menjual kelebihan hasil produksi
pertanian ke wilayah lainnya.
Ciri-ciri desa swakarya
a) Adanya perubahan adat istiadat
b) Sedikit demi sedikit lapangan pekerjaan mulai bertambah’
c) Pemerintah desa dapat berkembang baik
d) Mata pencaharian mengalami diversivikasi
e) Mendapat pengaruh dari laur sehingga cara berpikir mulai
berubah
f) Kelebihan hasil produksi sebagian digunakan memenuhi
kebutuhan dan sebagian dijual
g) Tidak bergantung pada bantuan pemerintah. Bantuan
pemerintah sebagai stimulan saja
11. 3) Desa Swasembada atau desa maju
Merupakan desa yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan
semua potensi yang ada di desanya secara optimal.
Ciri-ciri desa swasembada
a) Adat isitiadat sudah mulai memudar
b) Adat isitiadat berkaitan dengan kegiatan ekonomi sudah tidak
berpengaruh
c) Lembaga sosial dan ekonomi sudah mulai berkembang
d) Berbagai perlengkapan modern digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya
e) Lokasi desa dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan, kabupaten,
atau provinsi
f) Kebutuhan pokok dapat disedikan secara mandiri
g) Mata pencaharian penduduk sangat beragam, seperti nelayan,
pedagang, dan jasa
h) Tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi
i) Intraksi dengan wilayah sekitarnya lancar karena jaringan transportasi
dan komuniksi tersedia
j) Gotong royong masyarakat masih tinggi
12. 5. Permasalahan dan Pembangunan Desa
a. Permasalahan Desa
Permasalahan di desa adalah sebagai berikut
Kaitannya dengan kondisi Gegrafi
Kaitanya dengan kondisi masyarakat
Kaitannya dengan Pemerintahan dan kelembagaan
b. Upaya Pembangunan Desa
Menempatkan penduduk desa dengan kedudukan
sebagai warga desa yang sebenarnya
Mengusahakan supya corak kehidupan penduduk
desa dapat meningkat
Mengusahakan supaya penduduk desa dapat lebih
kreatif, inovatif, dinamis, dan fleksibel daam
menghadapi tantangan yang ada
13. c. Unsur-unsur Pembangunan Desa
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan supaya
pembangunan desa berhasil, yaitu sebagai
berikut
Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan
Timbulnya gagasan dan ide baru dari
masyarakat mengenai kondisi kehidupan yang
akan dihadapi di masa mendatang
Menggunakan teknologi tepat guna untuk
menunjang berbagai kegiatan ekonomi di desa
14. B. Kota
1. Pengertian Kota
Secara umum kota adalah tempat
bermukimnya warga kota, tempat
bekerja, tempat kegiatan dalam
bidang ekonomi, pemerintah dan
lain-lain.
Menurut para Ahli
Menurut Bintarto
kota diartikan sebagai suatu
sistim jaringan kehidupan yang
ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan
diwarnai dengan strata ekonomi
yang heterogen dan bercorak
materialistis atau
dapat pula diartikan sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan non
alami dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup
besar dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan
dengan daerah dibelakangnya
Menurut Arnold Tonybee
kota tidak hanya merupakan
pemukiman khusus tetapi
merupakan suatu kekomplekan
yang khusus dan setiap kota
menunjukkan perwujudan
pribadinya masing-masing.
15. Menurut Max Weber
Kota adalah suatu tempat
yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di
pasar lokal
Menurut Louis Wirth
Kota adalah pemukiman
yang relatif besar, padat dan
permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya.
2. Karakteristik Kota
a) Karakteristik Fisik Kota
Bangunan
Pusat Perekonomian
Pusat Pemerintahan
Pusat Pendidikan dan
Kesehatan
Alun-alun di pusat Kota
b) Karakteristik Sosial Kota
Mata Pencaharian
Nonagraris
Intensitas penggunaan
lahan yang tinggi kecil
kemungkinan ada wilayah
yang bersifat pertanian
Kondisi Masyarakat
Heterogen
Banyak penduduk dari
berbagai wilayah datang
ke kota dengan berbagai
tujuan sehingga memiliki
karakteristik sendiri yang
telah terbentuk dari
daerah asal.
16. Masyarakat bersifat
Individualis
Masyarakt kota cedering
lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri
dibandingkan
kepentingan bersama
Hubungan sosial bersifat
Gesselchaft
Hubungan sosial
antaranggota masyarakat
sebatas pada bidang-
bidang tertentu
Misalnya hubungan
antara rekan kerja, atasan
dan bawahan
Segresi Keruangan
Segresi merupakan
pemisahan yang dapat
menimbulkan kompleks
kompleks tertentu.
Contohnya : perumahan
pegawai negeri sipil,
perumahan elit, kampung
arab, kampung pecinaan
Tidak Terikat Norma
Agama dan Sosial
Interaksi masyarakat kota
dengan dunia luar sangat
luas, sehingga budaya
baru dapat memengaruhi
kehidupan
17. 3. Klarifikasi Kota
Menurut Suparmini (2012:21)
kota dapat diklarifikasikan
berdasarkan
JUMLAH PENDUDUKNYA :
1) Kota Kecil : antara 20.000-100.000
jiwa
2) Kota Sedang : antara 100.000-
500.000 jiwa
3) Kota Besar : antara 500.000-
1.000.000 jiwa
4) Metropolitan : antara 1.000.000-
5.000.000
5) Megapolitan : lebih dari 5.000.000
TINGKAT PERKEMBANGANNYA :
1) Tingkat Eopolis : suatu wilayah
yang berkembang menjadi kota
baru.
2) Tingkat Polis : suatu kota yang
masih memiliki sifat agraris.
3) Tingkat Metropolis : suatu kota
besar yang perekonomiannya
sudah mengarah ke industri.
4) Tingkat Megapolis : suatu wilayah
perkotaan yang terdiri atas
beberapa metropolis yang
berdekatan lokasinya sehingga
membentuk jalur perkotaan yang
sangat besar.
5) Tingkat Tryanopolis : suatu kota
yang kehidupannya sudah
dipenuhi dengan kerawanan
sosial,seperti kemacetan lalu
lintas dan tingkat kriminalitas
yang tinggi,
6) Tingkat Nekropolis : suatu kota
yang berkembang menuju
keruntuhan,
18. FUNGSINYA :
1) Kota Pusat Produksi : kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat
produksi atau pemasok,baik yang
berupa bahan mentah,barang
setengah jadi maupun barang
jadi.
Contoh kota : Surabaya, Gresik,
Bontang.
2) Kota Pusat Perdagangan ( Centre
of Trade and Commerce) : kota
yang memiliki fungsi sebagai
pusat perdagangan, baik untuk
domestik maupun Internasional,
Contoh kota : Hongkong, Jakarta,
Singapore.
3) Kota Pusat Pemerintahan (Political
Capital) : kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat
pemerintahan atau sebagai Ibu
Kota Negara.
4) Kota Pusat Kebudayaan (Cultural
Centre) : kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat kebudayaan.
Contoh kota : Yogyakarta dan
Surakarta.
SEJARAH PERTUMBUHANNYA ;
1) Kota yang berawal dari pusat
Pertambangan,
contoh kota : Balik Papan,
Bontang, Cepu dan
Tembangapura.
2) Kota yang berawal dari pusat
Perkebunan,
contoh kota : Bogor, Bandung,
Subang.
3) Kota yang berawal dari pusat
administrasi atau kerajaan ,
contoh kota : Surabaya,
Yogyakarta, Jakarta, Cirebon.
19. 4. Pengaruh Perkembangan
Kota
Menurut Branch
perkembangan suatu kota
(1995) secara umum sangat
dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi internal
dan eksternal.
Faktor internal yang
mempengaruhi kota yaitu:
1. Keadaan geografis
mempengaruhi fungsi dan
bentuk fisik kota. Kota yang
berfungsi sebagai simpul
distribusi, misalnya terletak
di simpul jalur transportasi,
dipertemuan jalur
transportasi regional atau
dekat pelabuhan.
2. Tapak (site) merupakan
faktor kedua yang
mempengaruhi
perkembangan suatu kota.
Salah satu yang
dipertimbangkan dalam
kondisi tapak adalah
topografi, kota yang
berlokasi di dataran rata
akan mudah berkembang
kesemua arah, sedangkan
yang berlokasi di
pegunungan biasanya
mempunyai kendala
topografi. Kondisi tapak
lainnya berkaitan dengan
kondisi geologis. Daerah
patahan geologis biasanya
dihindari oleh
perkembangan kota.
.
20. 3. Fungsi kota juga
merupakan faktor yang
mempengaruhi
perkembangan kota. Kota
yang mempunyai banyak
fungsi biasanya secara
ekonomi akan lebih kuat
dan akan berkembang
lebih pesat dari pada kota
yang berfungsi tunggal,
misalnya kota
pertambangan, kota yang
berfungsi sebagai pusat
perdagangan, biasanya
juga berkembang lebih
pesat dari pada kota
berfungsi lainnya
4. Sejarah dan kebudayaan
dari kota, mempengaruhi
karakter dan sifat
masyarakat kota. Kota
yang sejarahnya
direncana sebagai ibukota
kerajaan akan berbeda
dengan perkembangan
awal tumbuh secara
organis. Kepercayaan dan
kultur masyarakat juga
dapat mempengaruhi
daya perkembangan.
21. 5. Unsur-unsur umum
seperti jaringan jalan,
penyediaan air bersih dan
jaringan penerangan
listrik berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat
luas. Ketersediaan unsur-
unsur umum akan
menarik perkembangan
kota ke arah tertentu.
Faktor eksternal yang
mempengaruhi
perkembangan kota yaitu:
1. Kota sebagaimana
biasanya mempunyai
fungsi primer dan
sekunder yang tidak
terlepas dari keterkaitan
dengan daerah lain
apakah itu dipandang
secara makro (nasional
dan internasional),
maupun secara mikro
regional dengan daerah
atau wilayah yang ada di
sekitarnya, dimana
keterkaitan ini akan
menimbulkan arus
pergerakan orang dan
barang yang tinggi
memasuki kota secara
kontinuitas.
22. 2. Kota dengan fungsinya
yang sedemikian rupa
akan merupakan daya
tarik yang sangat kuat,
sehingga menarik
urbanisasi yang masuk ke
kota tersebut dengan
segala harapan yang
terkandung dalam
pikirannya masing-
masing, karena kota
adalah tempat
terkonsentrasinya
kegiatan.
3. Kerterkaitan yang sangat
kuat tersebut akan
menuntut sarana dan
prasarana transportasi
yang lancar. Semakin
baiknya sarana
transportasi ke kota, akan
semakin berkembang
kota tersebut, baik
transportasi udara, laut
dan darat karena
perkembangan kota
adalah juga merupakan
keterjangkauan
transportasinya seperti
pendapat Yunus (1999)
bahwa apabila suatu kota
mempunyai jaringan
transportasi yang baik
maka akan tercipta nilai
lahan.
23. C. Struktur Ruang Desa dan Kota
1. Struktur Ruang Desa
a) Pola Permukiman Pedesaan
Pola Terpusat
• Bentuk perkampungan
memusat merupakan bentuk
perkampungan yang
mengelompok (agglomerated
rural settlement). Pola seperti
ini banyak ditemui di daerah
pegunungan yang biasanya
dihuni oleh penduduk yang
berasal dari satu keturunan,
sehingga merupakan satu
keluarga atau kerabat.
Jumlah rumah umumnya
kurang dari 40 rumah yang
disebut dusun (hamlet) atau
lebih dari 40 rumah bahkan
ratusan yang dinamakan
kampung (village).
24. Pola Tersebar
Merupakan bentuk
perkampungan yang
terpencar menyendiri
(disseminated rural
settlement). Biasanya
perkampungan seperti
ini hanya merupakan
farmstead, yaitu sebuah
rumah petani terpencil
tetapi lengkap dengan
gudang alat mesin,
penggilingan gandum,
lumbung, kandang
ternak, dan rumah
petani.
Perkampungan
terpencar di Indonesia
jarang ditemu. Pola
seperti Ini umumnya
terdapat di Negara
eropa barat, Amerika
serikat, kanada,
Australia, dan
sebagainya.
25. Pola Linier atau
memanjang
Bentuk perkampungan
linier merupakan bentuk
perkampungan yang
memanjang mengikuti
jalur jalan raya, alur
sungai, dan garis pantai.
Biasanya pola
perkampungan seperti ini
banyak ditemui di daerah
pedataran, terutama di
dataran rendah. Pola ini
digunakan masyarakat
dengan maksud untuk
mendekati prasarana
transportasi
(jalan dan sungai) atau
untuk mendekati lokasi
tempat bekerja seperti
nelayan di sepanjang
pinggiran pantai.
26. Pola Mengelilingi Pusat
Fasilitas Tertentu
Bentuk perkampungan
seperti ini umumnya
kita temui di daerah
dataran rendah,yang
didalamnya banyak
terdapat fasilitas-
fasilitas umum yang
dimanfaatkan
penduduk setempat
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Fasilitas tersebut
misalnya, mata air,
danau, waduk dan
fasilitas lain.
27. b. Penggunaan lahan untuk
kegiatan ekonomi
Penggunaan lahan desa
untuk kegiatan ekonomi
terdiri atas lahan
pertanian, perkebunan,
perikanan, perdagangan,
perternakan, dan
kehutanan. Pola
penggunaan lahan di desa
didominasi oleh kegiatan
pertanian, baik pertanian
tradisional maupun yang
telah menggunakan
teknologi modern
Penggunaan lahan untuk
kegiatan ekonomi
dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Pertanian Berpindah
Merupakan sistem
pertanian dengan cara
berpindah-pindah. Sistem
pertanian ini dilakukan
oleh penduduk desa yang
masih tradisional dan
menggunakan alat
sederhana. Lahan
diperoleh dengan cara
menebang atau
membakar hutan. Sistem
lahan berpindah bisa
dilakukan dengan
ketentuan lahan masih
luas, lahan milik bersama,
dan penduduk masih
jarang
28. 2. Pertanian Menetap
Pertanian menetap
dilakukan lebih maju,
teratur, irigasi teknik,
pemupukan,
pemeliharaan, dan
menggunakan alat yang
sederhana maupun
modern.
Pertanian dalam arti luas
tidak hanya meliputi
kegiatan cocok tanam,
tetapi juga perkebunan
Sedangkan pertanian dalam
arti sempit merupakan
kegiatan bercocok tanam
29. 2. Struktur Ruang Kota
Menurut kivell dalam
Yusran(2006:28) kegiatan
utama yang berperan dalam
perkembangan kota, yaitu
sebgai berikut.
1. Perdagangan, memiliki
kebutuhan tenaga kerja dan
konsumen yang spesifik dan
berhubungan dengan
kegiatan lain
2. Industri, memiliki kebutuhan
yang dekat dengan kota
untuk alasan kebutuhan
tenaga kerja,pelayanan
transpor, dan pasar
3. Permukiman, sebagai
penggunaan lahan terbesar
suatu kota
Teori struktur ruang wilayah
kota sebagai berikut
a. Teori Konsentris
Dikembangkan oleh E.W
Burgess (1925), menyatakan
bahwa suatu kota akan
terdiri atas zona –zona yang
konsentris dan masing-
masing zona sekaligus
mencerminkan tipe
penggunaan lahan yang
berbeda. Tipe penggunaan
lahan tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1) Daerah Pusat Kegiatan
(central bussiness district)
merupakan pusat semua
kegiatan sosial, ekonomi,
politik, budaya, teknologi,
dan informasi
30. 2) Zona Peralihan (transition
zone) merupakan daerah
yang mengalami
penurunan kualitas
lingkungan akibat
aktivitas kota
3) Zona perumahan para
pekerja (zone of working
men’s homes), daerah ini
banyak ditempati oleh
pekerja yang
berpenghasilan rendah
yang ditandai adanya
rumah berukuran kecil,
kontrakan atau kos
4) Zona permukiman yang
lebih baik (zone of better
residencesi),
daerah ini merupakan
kompleks perumahan
penduduk dengan tingkat
ekonomi menengah ke
atas
5) Zona para penglaju (zone
of commuters), daerah ini
merupakan hiterland atau
daerah perbatasan desa
dan kota
31. b. Teori Ketinggian
Bangunan
Teori ini diusulkan oleh
Bergell (1955). Bergell
berpendapat bahwa
ketinggian bangunan di
wilayah kota perlu
diperhatikan. Variabel ini
menjadi perhatian bagi
negara maju, karena
berkaitan dengan hak
setiap orang menikmati
sinar matahari dari
tempat tertentu
c. Teori Sektor
Teori ini di kemukakan
oleh Hoyt (1939). Teori
sektor membagi wilayah
menjadi lima, yaitu
sebagai berikut
1) Daerah Pusat Kota atau
CBD, terdiri atas pusat
ekonomi, sosial,
pemerintahan, dan
budaya
2) Zone of wholesale light
manufacturing terdiri atas
industri kecil dan
perdagangan
3) Zona permukiman
kelas rendah merupakan
tempat tinggal bagi
pekerja industri di kota
dengan penghasilan
rendah
4) Zona permukiman
kelas menengah
merupakan daerah yang
ditinggali oleh penduduk
dengan penghasilan tinggi
32. 5) Zona permukiman kelas
tinggi, yaitu
permukiman golongan
atas.
d. Teori Inti Ganda atau
Pusat kegiatan banyak
Teori ini dikembangkan
pertama kali oleh C.D
Harris dan F.L Ullmann
(1945). Mereka
beranggapan bahwa
dalam ekspresi
keruangan yang hanya
ada satu pusat kegiatan
saja
33. 3. Pola Ruang Kota
a. Pola Sentralisasi
Merupakan pola
persebaran penggunaan
lahan ruang wilayah kota
yang cenderung
mengelompok pada
suatu lokasi utama.
b. Pola Desentralisasi
Merupakan pola
persebaran penggunaan
lahan ruang wilayah kota
yang cenderung
menjauhi pusat kota
dikarena kepadatan
penduduk, tidak
tersedianya lahan
kosong, harga yang
mahal, dan lainnya.
34. c. Pola Nukleasi
merupakan pola
persebaran kegiatan kota
yang mirip dengan pola
penyebaran sentralisasi.
Namun, skala ukurannya
lebih kecil dengan pusat
kota atau inti kota berada
di daerah utama
d. Pola Segresi
Merupakan pola yang
saling terpisah
berdasarkan pembagian
aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan lainnya.
Adapun urutan pola
segresi ruang kota adalah
sebagai berikut
1) Pusat kota merupakan
pusat kegiatan
penduduk suburban
,urban, dan rural area
2) Suburban merupakan
area tempat tinggl
penglaju atau Commuter
yang lokasinya tidak
terlalu jauh dari pusat
kota
3) Suburban fringe adalah
wilayah yang
mengelilingi daerah
suburban yang menjadi
peralihan kota ke desa
35. 4) Urban fringe adalah
wilayah perbatasan
antara kota dan desa
dengan sifat yang mirip
dengan wilayah kota
dalam hal gaya hidup,
perilaku, dan lainnya
5) Rural urban fringe
merupakan daerah jalur
yang terletak diantara
desa dan kota
6) Rural adalah wilayah
perdesaan yang letaknya
jauh dari kota
4. Pembagian Wilayah Kota
a. Kota berdasarkan segi
Fisiografis
Kota ditimbulkan karena
unsur fisiogarafis,
artinya karena
setlemnent yang dipilih
manusia pada mulanya
selalu memeperhatikan
topografi daerah, tanah
dan iklim serta
kesuburan tanahnya.
Kota ditinjau dari unsur
morfologi, yaitu
ketampakan yang
memiliki ciri khas
sebuah kota.
36. Ciri-ciri suatu kota adalah
bangunan berupa gedung,
industri, permukiman, jaringan
jalan kompleks, dan lainnya.
Kota ditinjau dari morfologinya
diartikan sebagai suatu
wilayah dengan karakteristik
penggunaan lahan nonagraris.
Tata guna lagan yang
didominasi oleh bangunan
b. Kota berdasarkan Segi Ekonomi
Struktur penduduk kota dilihat
dari segi ekonomi dapat dilihat
dari berbagai jenis mata
pencahariaan penduduk kota.
Jenisa mata pencahariaan
penduduk kota yang ada yaitu
diluar bidang pertanian sepeti
perdagangan, kepegawaian,
jasa dan industry.
Interaksi kota dalam bidang
ekonomi terlihata dengan
adanya lapangan perdagangan,
transportasi, dan komunikasi.
Tingkat harga barang relative
sama, sehingga masing-masing
kota dapat tukar menukar
berbagai barang kebutuhan
yang diperlukan. Sedangkan
kegiatan produksi, kegiatan
konsumsi, dan kegiatan
perdagangan di kota juga lebih
teratur. Misalnya, terdapat
pasar-pasar , bank-bank,
stasiun dan lain-lain yang
banyak dapat memasukkan
uang bagi kota yang dapat
diperguanakan untuk
pembiayaan pemeliharaan
kota.
37. Daerah slum / slums adalah
daerah yang sifatnya kumuh
tidak beraturan yang
terfapat di kota atau
perkotaan. Daerah slum
umumnya dihuni oleh
orang-orang yang memiliki
penghasilan sangat rendah,
terbelakang, pendidikan
rendah, jorok, dan lain
sebagainya. Di jakarta dan
sekitarnya banyak terdapat
daerah slum baik di tengah
maupun pinggiran kota.
Berikut ini adalah ciri-ciri
daerah slum :
1. Demoralisasi tinggi
2. Emosi warga tidak stabil
3. Miskin dan berpenghasilan
rendah
4. Daya beli rendah
5. Kotor, jorok, tidak sehat
dan tidak beraturan
6. Warganya adalah migran
urbanisasi yang migrasi
dari desa ke kota
7. Fasilitas publik sangat
tidak memadai
8. Warga slum yang bekerja
kebanyakan adalah
pekerja kasar dan
serabutan
9. Bangunan rumah
kebanyakan gubuk / gubug
dan rumah semi
permanen
38. c. Kota Berdasarkan Segi Sosial
Kota sebagi ciri sosial dapat
dikemukakan debagai
berikut:
- Pelapisan sosial kota.
Perbedaan tingkat
pendidikan dan stratus
sosial dapat menimbulkan
suatu keadaan yang
heterogen. Heterogenitas
tersebut dapat berlanjut
dan memacu adanya
persiangan, lebih-lebih
apabila jumlah penduduk di
koata semakin bertambah
banyak, dan dengan adanya
sekolah-sekolah yang
beraneka ragam terjadilah
pelbagai spesialisasi di
bidang keterampilan
maupun bidang jenis mata
pencahariaan.
- Individualisme, perbedaan
status sosial ekonomi
maupun cultural dapat
menumbuhkan sifat
“individualisme”sifat
kegotong royongan yang
murni sudah jaranga dapat
dijumpai di kota.
- Toleransi sosial. Kesibuak
masing –masing warga kota
dalam tempo yang cukup
tinggi dapat mengurangi
perhatiannya kepada
sesamanya. Apabila ini
berlebihan maka mereka
mampu akan mempunyai
sifat tak acuh atau kurang
mempunyai toleransi sosial
39. - Jarak sosial. Kepadatan penduduk
di kota-kota memang pada
umumnya sapat dikatakan cukup
tinggi. Biasanya sudah melebihi
10.000 orang/km persegi. Jadi
secara fisik di jalan, di pasar, di
took, di bioskop, dan di tempat
yang lain warga kota berdekatan
tetapi dari segi sosial berjauhan,
karena perbedaan kebutuhan dan
kepentingan.
- Penilaian sosial. Perbedaan
status, perbedaan kepentingan,
dab situasi kondisi kehidupan
kota memepunyai pengaruh
terhasap sistem penilaian yang
berbeda mengenai gejala-gejaa
yang timbul di kota. Penilaian
dapat didasarkan pada latar
belakang pendidikan, dan pada
latar belakang filsafat.
d. Kota Berdasarkan Segi Teknologi
Kota merupakan tempat utama di
sebuah daerah yang mengadopsi
canggihnya tekhnologi.
Tekhnologi sangat berperan
dalam setiap aktivitas masyarakat
di sebuah perkotaan. Hampir
semua aktivitas terdapat peran
tekhnologi di dalamnya.
Komunikasi dan transportasi yang
merupakan kegiatan vital sudah
sangat diprmudahkan oleh
tekhnolgi. Tekhnologi di
perkotaan tidak hanya berperan
untuk komunikasi, transportasi
dan industry saja, akan tetapi
dalam hal kesehatan masyarakat
perkotaan sudah memanfaatkan
penemuan-penemuan dari
tekhnologi.
40. e. Kota berdasarkan Segi
Budaya
Budaya merupakan
sebuah hasil dari kegiatan
manusia yang dilakukan
terus menerus dalam
jangka waktu yang lama,
sehingga telah berakarar
di lingkungan masyarakat.
Kebudayaan di kota
tentunya lebih kompleks
di bandingkan dengan
daerah perdesaan, karena
kota merupakan daerah
sentral kegiatan dimana
dapat menarik semua
lapisan masyarakat baik
berasasal dari daerah
tersebut.
41. Interaksi Desa Dan Kota
Interaksi wilayah (Spatial
Interaction) adalah hubungan timbal
balik yang saling mempengaruhi
antara dua wilayah atau lebih,
yang dapat melahirkan gejala,
kenampakkan dan permasalahan
baru, secara langsung maupun tidak
langsung, sebagai contoh antara kota
dan desa.
interaksi antar wilayah memiliki tiga
prinsip pokok sebagai berikut :
1. Hubungan timbal – balik terjadi
antara dua wilayah atau lebih
2. Hubungan timbal balik
mengakibatkan proses pengerakan
yaitu :
Pergerakan manusia (Mobilitas
Penduduk)
Pergerakan informasi atau gagasan,
misalnya : informasi IPTEK, kondisi
suatu wilayah
Pergerakan materi / benda, misalnya
distribusi bahan pangan, pakaian,
bahan bangunan dan sebagainya
3. Hubungan timbal balik menimbulkan
gejala, kenampakkan dan
permasalahan baru yang bersifat
positif dan negatif, sebagai contoh :
kota menjadi sasaran urbanisasi
terjadinya perkawinan antar suku
dengan budaya yang berbeda
42. Interaksi desa dan kota
secara terjadi karena ada
faktor pendorong dan
faktor penarik.
Faktor Pendorong dan
Faktor penarik adalah
sebagai berikut :
Faktor Pendorong Faktor Penarik
Pengangguran Kesempatan Kerja
Pelayanan sosial
miskin
Pelayanan sosial bagus
Kehidupan sosial
miskin
Kehidupan sosail bagus
Kurangnya kebebasan Longgarnya kebebasan
43. Peran Kota dalam
pembagunan desa
a. Pusat perbelanjaan
b. Sebagai pusat
pelayanan yang lebih
tinggi
c. Pusat pemasaran
produk pedesaan
d. Pusat penyediaan
kebutuhan pertanian
e. Pusat pengelolaam
hasil panen
f. Penyerap tenaga kerja
g. Pusat teknologi dan
informasi
Peran desa alam
pembangunan kota
a. Sumber bahan pangan
b. Pusat rekreasi bagi
penduduk kota
c. Penyedia tenaga kerja
d. Konsumen hasil
produk perkotaan
e. Sebagai wilayah
pendukung dan mitra
pembangunan kota
44. Faktor yang mempengaruhi interaksi
desa-kota
a. Wilayah yang saling
melengkapi (Regional
Complementary)
Adanya Perbedaan
sumber daya
menyebabkan interaksi
yang saling melengkapi
antar wilayah
46. c. Kemudahan
Perpindahan Ruang
(Spatial Transfer Ability)
Adanya kemudahan
dalam ruang (sumber
daya pengganti) apabila
sumber daya yang
diharapkan minus,
maka dapat digunakan
sumber daya pengganti,
menyebabkan
kelemahan interaksi
dengan wilayah lain `
47. Teori Interaksi
1. Teori Gravitasi
Teori ini dikemukakan
oleh W.J.Reily dalam
geografi untuk
mengetahui interaksi
antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya.
Nilai interaksi antara
satu wilayah dengan
wilayah lainnya dapat
dihitung dengan
menggunakan rumus :
48. Contoh soal:
Misalnya ada 3 buah
wilayah A, B, dan C,
dengan data sebagai
berikut.
(1) Jumlah penduduk
wilayah A = 20.000 jiwa,
B = 20.000 jiwa, dan C =
30.000 jiwa.
(2) Jarak antara A ke B =
50 km, dan B ke C = 100
km.
49. Teori Titik Henti
Teori ini memberikan
gambaran tentang perkiraan
posisi garis batas yang
memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan dari dua kota
atau wilayah yang berbeda
jumlah dan komposisi
penduduknya. Teori Titik Henti
juga dapat digunakan dalam
memperkirakan penempatan
lokasi industry atau pusat
pelayanan masyarakat.
Penempatan dilakukan di
antara dua wilayah yang
berbeda jumlah penduduknya
agar terjangkau oleh
penduduk setiap wilayah.
50. Contoh soal:
Kota A memiliki jumlah
penduduk 20.000 jiwa,
sedangkan kota B
30.000 jiwa. Jarak
antara kedua kota
tersebut adalah 100
kilometer. Di manakah
lokasi pusat
perdagangan yang tepat
dan strategis agar
terjangkau oleh
penduduk setiap kota
tersebut?