SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Struktur Keruangan Desa dan
Kota
A. Desa
1. Definisi Desa
Definisi Desa menurut para ahli
a. Bintarto (1983)
Desa sebagai hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya.
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Desa didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
2. Perkembangan dan Unsur-unsur Desa
a. Perkembangan Desa
Menurut Suparmini (2012:10) perkembangan desa
berdasarkan potensinya dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut
1) Desa dengan Potensi Tinggi
Desa dengan potensi tinggi adalah desa yang
memiliki lahan pertanian subur, topografi datar tidak
miring, dilengkapi dengan fasilitas irigasi teknis.
Desa dengan potensi tinggi merupakan perpaduan
antara sumber daya alam berupa potensi tanah subur
dan didukung kondisi topografi dengan sumber daya
manusia. Sumber daya alam yang didukung oleh
pengelolaan yang optimal, dapat digunakan sebagai
modal pengembangan desa
.
2) Desa dengan potensi Sedang
Desa dengan potensi sedang adalah desa
yang memiliki lahan pertanian agak subur, irigasi
sebagian teknis, sebagian non teknis, dan
topografi tidak rata. Dengan Potensi demikian,
suatu desa dapat berkembang tetapi lambat
3) Desa dengan potensi rendah
Desa dengan potensi rendah memiliki lahan
pertanian tidak subur, topografi berbukit,
sumber air sulit, dan pengairan sawah
bergantung pada curah hujan. Suatu desa
dengan potensi seperti ini merupakan hambatan
dalam pembangunan dan sulit berkembang
Maju atau berkembangnya suatu desa
bergantung pada beberapa faktor, seperti:
1) Potensi yang dimiliki oleh desa
2) Interkasi antara desa dan kota, serta
3) Lokasi desa terhadap wilayah yang maju di
sekitarnya.
Unsur-unsur Desa
Menurut Suparmini (2012:11) unsur-unsur
desa adalah sebagai berikut
1) Daerah
2) Penduduk
3) Tata Kehidupan
3. Karakteristik Desa
a. Sistem Pertanian Tradisional
b. Mata Pencaharian di sektor pertanian
c. Perbandingan penduduk dengan Luas lahan
d. Hubungan kekerabatan yang masih kuat
e. Corak Kehidupan bersifat Gameinschaft
f. Gotong royong yang kuat
g. Tetua kampung memegang peranan penting
h. Masyarakat desa memegang norma agama dan
sosial
Sementara karakteristik desa menurut Direktorat
Jenderal Pembangunan Desa diantara sebagai
berikut.
a. Perbandingan lahan dengan penduduk cukup
besar
b. Lapangan pekerjaan dominan di sektor pertanian
c. Hubungan kekerabatan masih kuat
d. Masyarakat masih berpegang teguh pada tradisi
e. Gotong royong masih kuat
f. Hubungan antarpenduduk akrab
4. Klarifikasi Perkembangan Desa
Fungsi desa dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai bentuk pemerintahan terkecil di
Indonesia dan sebagai Hinterland dalam tinjauan
fenomena geosfer. Hiterland merupakan daerah
belakang yang mendukung berbagai kegiatan
wilayah kota supaya kebutuhannya tetap
terpenuhi.
Dengan segala potensi dan daya upaya,
pemerintah desa harus dapat melaksanakan
fungsi administratif, melakukan sosialisasi
program pembangunan, melakukan inovasi
program, dan sebagainya.
a. Desa sebagai Wilayah Hinterland Kota
Fungsi kota berdasarkan wilayah Hinterland
diantaranya
1) Sumber Bahan Pangan bagi Wilayah Kota
2) Desa sebagai Penyedia Tenaga Kerja
3) Desa Memiliki Potensi Alam
b. Desa berdasarkan perkembangannya
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa dan Kelurahan, Perkembangan Desa
dan dapat diklarifikaskan menjadi tiga yaitu
1) Desa Swadaya
merupakan wilayah pedesaan yang sebagian besar
penduduknya memenuhi kebutuhan dengan cara
mengadakan sendiri
Ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut
a) Penduduknya jarang dan terikat adat isitadat
b) Tingkat pendidikan rendah
c) Produktivitas tanah rendah dan sumber air sulit
d) Kegiatan penduduk bergantung pada alam
e) Topografi berupa pegunungan, perbukitan, atau
kepulauan
f) Mata pencaharian penduduk dominan petani atau
nelayan
g) Sulit menerima perubahan dari luar
h) Lokasi terpencil sehingga sarana penghubung kurang
berkembang
2) Desa Swakarya
Desa swakarya lebih maju dibandingkan desa swadaya.
Masyrakat desa swakarya memenuhi kebutuhan secara
mandiri dan sudah mulai menjual kelebihan hasil produksi
pertanian ke wilayah lainnya.
Ciri-ciri desa swakarya
a) Adanya perubahan adat istiadat
b) Sedikit demi sedikit lapangan pekerjaan mulai bertambah’
c) Pemerintah desa dapat berkembang baik
d) Mata pencaharian mengalami diversivikasi
e) Mendapat pengaruh dari laur sehingga cara berpikir mulai
berubah
f) Kelebihan hasil produksi sebagian digunakan memenuhi
kebutuhan dan sebagian dijual
g) Tidak bergantung pada bantuan pemerintah. Bantuan
pemerintah sebagai stimulan saja
3) Desa Swasembada atau desa maju
Merupakan desa yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan
semua potensi yang ada di desanya secara optimal.
Ciri-ciri desa swasembada
a) Adat isitiadat sudah mulai memudar
b) Adat isitiadat berkaitan dengan kegiatan ekonomi sudah tidak
berpengaruh
c) Lembaga sosial dan ekonomi sudah mulai berkembang
d) Berbagai perlengkapan modern digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya
e) Lokasi desa dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan, kabupaten,
atau provinsi
f) Kebutuhan pokok dapat disedikan secara mandiri
g) Mata pencaharian penduduk sangat beragam, seperti nelayan,
pedagang, dan jasa
h) Tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi
i) Intraksi dengan wilayah sekitarnya lancar karena jaringan transportasi
dan komuniksi tersedia
j) Gotong royong masyarakat masih tinggi
5. Permasalahan dan Pembangunan Desa
a. Permasalahan Desa
Permasalahan di desa adalah sebagai berikut
 Kaitannya dengan kondisi Gegrafi
 Kaitanya dengan kondisi masyarakat
 Kaitannya dengan Pemerintahan dan kelembagaan
b. Upaya Pembangunan Desa
 Menempatkan penduduk desa dengan kedudukan
sebagai warga desa yang sebenarnya
 Mengusahakan supya corak kehidupan penduduk
desa dapat meningkat
Mengusahakan supaya penduduk desa dapat lebih
kreatif, inovatif, dinamis, dan fleksibel daam
menghadapi tantangan yang ada
c. Unsur-unsur Pembangunan Desa
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan supaya
pembangunan desa berhasil, yaitu sebagai
berikut
 Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan
 Timbulnya gagasan dan ide baru dari
masyarakat mengenai kondisi kehidupan yang
akan dihadapi di masa mendatang
 Menggunakan teknologi tepat guna untuk
menunjang berbagai kegiatan ekonomi di desa
B. Kota
1. Pengertian Kota
Secara umum kota adalah tempat
bermukimnya warga kota, tempat
bekerja, tempat kegiatan dalam
bidang ekonomi, pemerintah dan
lain-lain.
Menurut para Ahli
 Menurut Bintarto
kota diartikan sebagai suatu
sistim jaringan kehidupan yang
ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan
diwarnai dengan strata ekonomi
yang heterogen dan bercorak
materialistis atau
dapat pula diartikan sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan non
alami dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup
besar dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan
dengan daerah dibelakangnya
 Menurut Arnold Tonybee
kota tidak hanya merupakan
pemukiman khusus tetapi
merupakan suatu kekomplekan
yang khusus dan setiap kota
menunjukkan perwujudan
pribadinya masing-masing.
 Menurut Max Weber
Kota adalah suatu tempat
yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di
pasar lokal
 Menurut Louis Wirth
Kota adalah pemukiman
yang relatif besar, padat dan
permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya.
2. Karakteristik Kota
a) Karakteristik Fisik Kota
 Bangunan
 Pusat Perekonomian
 Pusat Pemerintahan
 Pusat Pendidikan dan
Kesehatan
 Alun-alun di pusat Kota
b) Karakteristik Sosial Kota
 Mata Pencaharian
Nonagraris
Intensitas penggunaan
lahan yang tinggi kecil
kemungkinan ada wilayah
yang bersifat pertanian
 Kondisi Masyarakat
Heterogen
Banyak penduduk dari
berbagai wilayah datang
ke kota dengan berbagai
tujuan sehingga memiliki
karakteristik sendiri yang
telah terbentuk dari
daerah asal.
 Masyarakat bersifat
Individualis
Masyarakt kota cedering
lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri
dibandingkan
kepentingan bersama
 Hubungan sosial bersifat
Gesselchaft
Hubungan sosial
antaranggota masyarakat
sebatas pada bidang-
bidang tertentu
Misalnya hubungan
antara rekan kerja, atasan
dan bawahan
 Segresi Keruangan
Segresi merupakan
pemisahan yang dapat
menimbulkan kompleks
kompleks tertentu.
Contohnya : perumahan
pegawai negeri sipil,
perumahan elit, kampung
arab, kampung pecinaan
 Tidak Terikat Norma
Agama dan Sosial
Interaksi masyarakat kota
dengan dunia luar sangat
luas, sehingga budaya
baru dapat memengaruhi
kehidupan
3. Klarifikasi Kota
Menurut Suparmini (2012:21)
kota dapat diklarifikasikan
berdasarkan
 JUMLAH PENDUDUKNYA :
1) Kota Kecil : antara 20.000-100.000
jiwa
2) Kota Sedang : antara 100.000-
500.000 jiwa
3) Kota Besar : antara 500.000-
1.000.000 jiwa
4) Metropolitan : antara 1.000.000-
5.000.000
5) Megapolitan : lebih dari 5.000.000
 TINGKAT PERKEMBANGANNYA :
1) Tingkat Eopolis : suatu wilayah
yang berkembang menjadi kota
baru.
2) Tingkat Polis : suatu kota yang
masih memiliki sifat agraris.
3) Tingkat Metropolis : suatu kota
besar yang perekonomiannya
sudah mengarah ke industri.
4) Tingkat Megapolis : suatu wilayah
perkotaan yang terdiri atas
beberapa metropolis yang
berdekatan lokasinya sehingga
membentuk jalur perkotaan yang
sangat besar.
5) Tingkat Tryanopolis : suatu kota
yang kehidupannya sudah
dipenuhi dengan kerawanan
sosial,seperti kemacetan lalu
lintas dan tingkat kriminalitas
yang tinggi,
6) Tingkat Nekropolis : suatu kota
yang berkembang menuju
keruntuhan,
 FUNGSINYA :
1) Kota Pusat Produksi : kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat
produksi atau pemasok,baik yang
berupa bahan mentah,barang
setengah jadi maupun barang
jadi.
Contoh kota : Surabaya, Gresik,
Bontang.
2) Kota Pusat Perdagangan ( Centre
of Trade and Commerce) : kota
yang memiliki fungsi sebagai
pusat perdagangan, baik untuk
domestik maupun Internasional,
Contoh kota : Hongkong, Jakarta,
Singapore.
3) Kota Pusat Pemerintahan (Political
Capital) : kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat
pemerintahan atau sebagai Ibu
Kota Negara.
4) Kota Pusat Kebudayaan (Cultural
Centre) : kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat kebudayaan.
Contoh kota : Yogyakarta dan
Surakarta.
 SEJARAH PERTUMBUHANNYA ;
1) Kota yang berawal dari pusat
Pertambangan,
contoh kota : Balik Papan,
Bontang, Cepu dan
Tembangapura.
2) Kota yang berawal dari pusat
Perkebunan,
contoh kota : Bogor, Bandung,
Subang.
3) Kota yang berawal dari pusat
administrasi atau kerajaan ,
contoh kota : Surabaya,
Yogyakarta, Jakarta, Cirebon.
4. Pengaruh Perkembangan
Kota
Menurut Branch
perkembangan suatu kota
(1995) secara umum sangat
dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi internal
dan eksternal.
Faktor internal yang
mempengaruhi kota yaitu:
1. Keadaan geografis
mempengaruhi fungsi dan
bentuk fisik kota. Kota yang
berfungsi sebagai simpul
distribusi, misalnya terletak
di simpul jalur transportasi,
dipertemuan jalur
transportasi regional atau
dekat pelabuhan.
2. Tapak (site) merupakan
faktor kedua yang
mempengaruhi
perkembangan suatu kota.
Salah satu yang
dipertimbangkan dalam
kondisi tapak adalah
topografi, kota yang
berlokasi di dataran rata
akan mudah berkembang
kesemua arah, sedangkan
yang berlokasi di
pegunungan biasanya
mempunyai kendala
topografi. Kondisi tapak
lainnya berkaitan dengan
kondisi geologis. Daerah
patahan geologis biasanya
dihindari oleh
perkembangan kota.
.
3. Fungsi kota juga
merupakan faktor yang
mempengaruhi
perkembangan kota. Kota
yang mempunyai banyak
fungsi biasanya secara
ekonomi akan lebih kuat
dan akan berkembang
lebih pesat dari pada kota
yang berfungsi tunggal,
misalnya kota
pertambangan, kota yang
berfungsi sebagai pusat
perdagangan, biasanya
juga berkembang lebih
pesat dari pada kota
berfungsi lainnya
4. Sejarah dan kebudayaan
dari kota, mempengaruhi
karakter dan sifat
masyarakat kota. Kota
yang sejarahnya
direncana sebagai ibukota
kerajaan akan berbeda
dengan perkembangan
awal tumbuh secara
organis. Kepercayaan dan
kultur masyarakat juga
dapat mempengaruhi
daya perkembangan.
5. Unsur-unsur umum
seperti jaringan jalan,
penyediaan air bersih dan
jaringan penerangan
listrik berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat
luas. Ketersediaan unsur-
unsur umum akan
menarik perkembangan
kota ke arah tertentu.
Faktor eksternal yang
mempengaruhi
perkembangan kota yaitu:
1. Kota sebagaimana
biasanya mempunyai
fungsi primer dan
sekunder yang tidak
terlepas dari keterkaitan
dengan daerah lain
apakah itu dipandang
secara makro (nasional
dan internasional),
maupun secara mikro
regional dengan daerah
atau wilayah yang ada di
sekitarnya, dimana
keterkaitan ini akan
menimbulkan arus
pergerakan orang dan
barang yang tinggi
memasuki kota secara
kontinuitas.
2. Kota dengan fungsinya
yang sedemikian rupa
akan merupakan daya
tarik yang sangat kuat,
sehingga menarik
urbanisasi yang masuk ke
kota tersebut dengan
segala harapan yang
terkandung dalam
pikirannya masing-
masing, karena kota
adalah tempat
terkonsentrasinya
kegiatan.
3. Kerterkaitan yang sangat
kuat tersebut akan
menuntut sarana dan
prasarana transportasi
yang lancar. Semakin
baiknya sarana
transportasi ke kota, akan
semakin berkembang
kota tersebut, baik
transportasi udara, laut
dan darat karena
perkembangan kota
adalah juga merupakan
keterjangkauan
transportasinya seperti
pendapat Yunus (1999)
bahwa apabila suatu kota
mempunyai jaringan
transportasi yang baik
maka akan tercipta nilai
lahan.
C. Struktur Ruang Desa dan Kota
1. Struktur Ruang Desa
a) Pola Permukiman Pedesaan
 Pola Terpusat
• Bentuk perkampungan
memusat merupakan bentuk
perkampungan yang
mengelompok (agglomerated
rural settlement). Pola seperti
ini banyak ditemui di daerah
pegunungan yang biasanya
dihuni oleh penduduk yang
berasal dari satu keturunan,
sehingga merupakan satu
keluarga atau kerabat.
Jumlah rumah umumnya
kurang dari 40 rumah yang
disebut dusun (hamlet) atau
lebih dari 40 rumah bahkan
ratusan yang dinamakan
kampung (village).
 Pola Tersebar
Merupakan bentuk
perkampungan yang
terpencar menyendiri
(disseminated rural
settlement). Biasanya
perkampungan seperti
ini hanya merupakan
farmstead, yaitu sebuah
rumah petani terpencil
tetapi lengkap dengan
gudang alat mesin,
penggilingan gandum,
lumbung, kandang
ternak, dan rumah
petani.
Perkampungan
terpencar di Indonesia
jarang ditemu. Pola
seperti Ini umumnya
terdapat di Negara
eropa barat, Amerika
serikat, kanada,
Australia, dan
sebagainya.
 Pola Linier atau
memanjang
Bentuk perkampungan
linier merupakan bentuk
perkampungan yang
memanjang mengikuti
jalur jalan raya, alur
sungai, dan garis pantai.
Biasanya pola
perkampungan seperti ini
banyak ditemui di daerah
pedataran, terutama di
dataran rendah. Pola ini
digunakan masyarakat
dengan maksud untuk
mendekati prasarana
transportasi
(jalan dan sungai) atau
untuk mendekati lokasi
tempat bekerja seperti
nelayan di sepanjang
pinggiran pantai.
 Pola Mengelilingi Pusat
Fasilitas Tertentu
Bentuk perkampungan
seperti ini umumnya
kita temui di daerah
dataran rendah,yang
didalamnya banyak
terdapat fasilitas-
fasilitas umum yang
dimanfaatkan
penduduk setempat
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Fasilitas tersebut
misalnya, mata air,
danau, waduk dan
fasilitas lain.
b. Penggunaan lahan untuk
kegiatan ekonomi
Penggunaan lahan desa
untuk kegiatan ekonomi
terdiri atas lahan
pertanian, perkebunan,
perikanan, perdagangan,
perternakan, dan
kehutanan. Pola
penggunaan lahan di desa
didominasi oleh kegiatan
pertanian, baik pertanian
tradisional maupun yang
telah menggunakan
teknologi modern
Penggunaan lahan untuk
kegiatan ekonomi
dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Pertanian Berpindah
Merupakan sistem
pertanian dengan cara
berpindah-pindah. Sistem
pertanian ini dilakukan
oleh penduduk desa yang
masih tradisional dan
menggunakan alat
sederhana. Lahan
diperoleh dengan cara
menebang atau
membakar hutan. Sistem
lahan berpindah bisa
dilakukan dengan
ketentuan lahan masih
luas, lahan milik bersama,
dan penduduk masih
jarang
2. Pertanian Menetap
Pertanian menetap
dilakukan lebih maju,
teratur, irigasi teknik,
pemupukan,
pemeliharaan, dan
menggunakan alat yang
sederhana maupun
modern.
Pertanian dalam arti luas
tidak hanya meliputi
kegiatan cocok tanam,
tetapi juga perkebunan
Sedangkan pertanian dalam
arti sempit merupakan
kegiatan bercocok tanam
2. Struktur Ruang Kota
Menurut kivell dalam
Yusran(2006:28) kegiatan
utama yang berperan dalam
perkembangan kota, yaitu
sebgai berikut.
1. Perdagangan, memiliki
kebutuhan tenaga kerja dan
konsumen yang spesifik dan
berhubungan dengan
kegiatan lain
2. Industri, memiliki kebutuhan
yang dekat dengan kota
untuk alasan kebutuhan
tenaga kerja,pelayanan
transpor, dan pasar
3. Permukiman, sebagai
penggunaan lahan terbesar
suatu kota
Teori struktur ruang wilayah
kota sebagai berikut
a. Teori Konsentris
Dikembangkan oleh E.W
Burgess (1925), menyatakan
bahwa suatu kota akan
terdiri atas zona –zona yang
konsentris dan masing-
masing zona sekaligus
mencerminkan tipe
penggunaan lahan yang
berbeda. Tipe penggunaan
lahan tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1) Daerah Pusat Kegiatan
(central bussiness district)
merupakan pusat semua
kegiatan sosial, ekonomi,
politik, budaya, teknologi,
dan informasi
2) Zona Peralihan (transition
zone) merupakan daerah
yang mengalami
penurunan kualitas
lingkungan akibat
aktivitas kota
3) Zona perumahan para
pekerja (zone of working
men’s homes), daerah ini
banyak ditempati oleh
pekerja yang
berpenghasilan rendah
yang ditandai adanya
rumah berukuran kecil,
kontrakan atau kos
4) Zona permukiman yang
lebih baik (zone of better
residencesi),
daerah ini merupakan
kompleks perumahan
penduduk dengan tingkat
ekonomi menengah ke
atas
5) Zona para penglaju (zone
of commuters), daerah ini
merupakan hiterland atau
daerah perbatasan desa
dan kota
b. Teori Ketinggian
Bangunan
Teori ini diusulkan oleh
Bergell (1955). Bergell
berpendapat bahwa
ketinggian bangunan di
wilayah kota perlu
diperhatikan. Variabel ini
menjadi perhatian bagi
negara maju, karena
berkaitan dengan hak
setiap orang menikmati
sinar matahari dari
tempat tertentu
c. Teori Sektor
Teori ini di kemukakan
oleh Hoyt (1939). Teori
sektor membagi wilayah
menjadi lima, yaitu
sebagai berikut
1) Daerah Pusat Kota atau
CBD, terdiri atas pusat
ekonomi, sosial,
pemerintahan, dan
budaya
2) Zone of wholesale light
manufacturing terdiri atas
industri kecil dan
perdagangan
3) Zona permukiman
kelas rendah merupakan
tempat tinggal bagi
pekerja industri di kota
dengan penghasilan
rendah
4) Zona permukiman
kelas menengah
merupakan daerah yang
ditinggali oleh penduduk
dengan penghasilan tinggi
5) Zona permukiman kelas
tinggi, yaitu
permukiman golongan
atas.
d. Teori Inti Ganda atau
Pusat kegiatan banyak
Teori ini dikembangkan
pertama kali oleh C.D
Harris dan F.L Ullmann
(1945). Mereka
beranggapan bahwa
dalam ekspresi
keruangan yang hanya
ada satu pusat kegiatan
saja
3. Pola Ruang Kota
a. Pola Sentralisasi
Merupakan pola
persebaran penggunaan
lahan ruang wilayah kota
yang cenderung
mengelompok pada
suatu lokasi utama.
b. Pola Desentralisasi
Merupakan pola
persebaran penggunaan
lahan ruang wilayah kota
yang cenderung
menjauhi pusat kota
dikarena kepadatan
penduduk, tidak
tersedianya lahan
kosong, harga yang
mahal, dan lainnya.
c. Pola Nukleasi
merupakan pola
persebaran kegiatan kota
yang mirip dengan pola
penyebaran sentralisasi.
Namun, skala ukurannya
lebih kecil dengan pusat
kota atau inti kota berada
di daerah utama
d. Pola Segresi
Merupakan pola yang
saling terpisah
berdasarkan pembagian
aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan lainnya.
Adapun urutan pola
segresi ruang kota adalah
sebagai berikut
1) Pusat kota merupakan
pusat kegiatan
penduduk suburban
,urban, dan rural area
2) Suburban merupakan
area tempat tinggl
penglaju atau Commuter
yang lokasinya tidak
terlalu jauh dari pusat
kota
3) Suburban fringe adalah
wilayah yang
mengelilingi daerah
suburban yang menjadi
peralihan kota ke desa
4) Urban fringe adalah
wilayah perbatasan
antara kota dan desa
dengan sifat yang mirip
dengan wilayah kota
dalam hal gaya hidup,
perilaku, dan lainnya
5) Rural urban fringe
merupakan daerah jalur
yang terletak diantara
desa dan kota
6) Rural adalah wilayah
perdesaan yang letaknya
jauh dari kota
4. Pembagian Wilayah Kota
a. Kota berdasarkan segi
Fisiografis
Kota ditimbulkan karena
unsur fisiogarafis,
artinya karena
setlemnent yang dipilih
manusia pada mulanya
selalu memeperhatikan
topografi daerah, tanah
dan iklim serta
kesuburan tanahnya.
Kota ditinjau dari unsur
morfologi, yaitu
ketampakan yang
memiliki ciri khas
sebuah kota.
Ciri-ciri suatu kota adalah
bangunan berupa gedung,
industri, permukiman, jaringan
jalan kompleks, dan lainnya.
Kota ditinjau dari morfologinya
diartikan sebagai suatu
wilayah dengan karakteristik
penggunaan lahan nonagraris.
Tata guna lagan yang
didominasi oleh bangunan
b. Kota berdasarkan Segi Ekonomi
Struktur penduduk kota dilihat
dari segi ekonomi dapat dilihat
dari berbagai jenis mata
pencahariaan penduduk kota.
Jenisa mata pencahariaan
penduduk kota yang ada yaitu
diluar bidang pertanian sepeti
perdagangan, kepegawaian,
jasa dan industry.
Interaksi kota dalam bidang
ekonomi terlihata dengan
adanya lapangan perdagangan,
transportasi, dan komunikasi.
Tingkat harga barang relative
sama, sehingga masing-masing
kota dapat tukar menukar
berbagai barang kebutuhan
yang diperlukan. Sedangkan
kegiatan produksi, kegiatan
konsumsi, dan kegiatan
perdagangan di kota juga lebih
teratur. Misalnya, terdapat
pasar-pasar , bank-bank,
stasiun dan lain-lain yang
banyak dapat memasukkan
uang bagi kota yang dapat
diperguanakan untuk
pembiayaan pemeliharaan
kota.
Daerah slum / slums adalah
daerah yang sifatnya kumuh
tidak beraturan yang
terfapat di kota atau
perkotaan. Daerah slum
umumnya dihuni oleh
orang-orang yang memiliki
penghasilan sangat rendah,
terbelakang, pendidikan
rendah, jorok, dan lain
sebagainya. Di jakarta dan
sekitarnya banyak terdapat
daerah slum baik di tengah
maupun pinggiran kota.
Berikut ini adalah ciri-ciri
daerah slum :
1. Demoralisasi tinggi
2. Emosi warga tidak stabil
3. Miskin dan berpenghasilan
rendah
4. Daya beli rendah
5. Kotor, jorok, tidak sehat
dan tidak beraturan
6. Warganya adalah migran
urbanisasi yang migrasi
dari desa ke kota
7. Fasilitas publik sangat
tidak memadai
8. Warga slum yang bekerja
kebanyakan adalah
pekerja kasar dan
serabutan
9. Bangunan rumah
kebanyakan gubuk / gubug
dan rumah semi
permanen
c. Kota Berdasarkan Segi Sosial
Kota sebagi ciri sosial dapat
dikemukakan debagai
berikut:
- Pelapisan sosial kota.
Perbedaan tingkat
pendidikan dan stratus
sosial dapat menimbulkan
suatu keadaan yang
heterogen. Heterogenitas
tersebut dapat berlanjut
dan memacu adanya
persiangan, lebih-lebih
apabila jumlah penduduk di
koata semakin bertambah
banyak, dan dengan adanya
sekolah-sekolah yang
beraneka ragam terjadilah
pelbagai spesialisasi di
bidang keterampilan
maupun bidang jenis mata
pencahariaan.
- Individualisme, perbedaan
status sosial ekonomi
maupun cultural dapat
menumbuhkan sifat
“individualisme”sifat
kegotong royongan yang
murni sudah jaranga dapat
dijumpai di kota.
- Toleransi sosial. Kesibuak
masing –masing warga kota
dalam tempo yang cukup
tinggi dapat mengurangi
perhatiannya kepada
sesamanya. Apabila ini
berlebihan maka mereka
mampu akan mempunyai
sifat tak acuh atau kurang
mempunyai toleransi sosial
- Jarak sosial. Kepadatan penduduk
di kota-kota memang pada
umumnya sapat dikatakan cukup
tinggi. Biasanya sudah melebihi
10.000 orang/km persegi. Jadi
secara fisik di jalan, di pasar, di
took, di bioskop, dan di tempat
yang lain warga kota berdekatan
tetapi dari segi sosial berjauhan,
karena perbedaan kebutuhan dan
kepentingan.
- Penilaian sosial. Perbedaan
status, perbedaan kepentingan,
dab situasi kondisi kehidupan
kota memepunyai pengaruh
terhasap sistem penilaian yang
berbeda mengenai gejala-gejaa
yang timbul di kota. Penilaian
dapat didasarkan pada latar
belakang pendidikan, dan pada
latar belakang filsafat.
d. Kota Berdasarkan Segi Teknologi
Kota merupakan tempat utama di
sebuah daerah yang mengadopsi
canggihnya tekhnologi.
Tekhnologi sangat berperan
dalam setiap aktivitas masyarakat
di sebuah perkotaan. Hampir
semua aktivitas terdapat peran
tekhnologi di dalamnya.
Komunikasi dan transportasi yang
merupakan kegiatan vital sudah
sangat diprmudahkan oleh
tekhnolgi. Tekhnologi di
perkotaan tidak hanya berperan
untuk komunikasi, transportasi
dan industry saja, akan tetapi
dalam hal kesehatan masyarakat
perkotaan sudah memanfaatkan
penemuan-penemuan dari
tekhnologi.
e. Kota berdasarkan Segi
Budaya
Budaya merupakan
sebuah hasil dari kegiatan
manusia yang dilakukan
terus menerus dalam
jangka waktu yang lama,
sehingga telah berakarar
di lingkungan masyarakat.
Kebudayaan di kota
tentunya lebih kompleks
di bandingkan dengan
daerah perdesaan, karena
kota merupakan daerah
sentral kegiatan dimana
dapat menarik semua
lapisan masyarakat baik
berasasal dari daerah
tersebut.
Interaksi Desa Dan Kota
Interaksi wilayah (Spatial
Interaction) adalah hubungan timbal
balik yang saling mempengaruhi
antara dua wilayah atau lebih,
yang dapat melahirkan gejala,
kenampakkan dan permasalahan
baru, secara langsung maupun tidak
langsung, sebagai contoh antara kota
dan desa.
interaksi antar wilayah memiliki tiga
prinsip pokok sebagai berikut :
1. Hubungan timbal – balik terjadi
antara dua wilayah atau lebih
2. Hubungan timbal balik
mengakibatkan proses pengerakan
yaitu :
 Pergerakan manusia (Mobilitas
Penduduk)
 Pergerakan informasi atau gagasan,
misalnya : informasi IPTEK, kondisi
suatu wilayah
 Pergerakan materi / benda, misalnya
distribusi bahan pangan, pakaian,
bahan bangunan dan sebagainya
3. Hubungan timbal balik menimbulkan
gejala, kenampakkan dan
permasalahan baru yang bersifat
positif dan negatif, sebagai contoh :
 kota menjadi sasaran urbanisasi
 terjadinya perkawinan antar suku
dengan budaya yang berbeda
Interaksi desa dan kota
secara terjadi karena ada
faktor pendorong dan
faktor penarik.
Faktor Pendorong dan
Faktor penarik adalah
sebagai berikut :
Faktor Pendorong Faktor Penarik
Pengangguran Kesempatan Kerja
Pelayanan sosial
miskin
Pelayanan sosial bagus
Kehidupan sosial
miskin
Kehidupan sosail bagus
Kurangnya kebebasan Longgarnya kebebasan
Peran Kota dalam
pembagunan desa
a. Pusat perbelanjaan
b. Sebagai pusat
pelayanan yang lebih
tinggi
c. Pusat pemasaran
produk pedesaan
d. Pusat penyediaan
kebutuhan pertanian
e. Pusat pengelolaam
hasil panen
f. Penyerap tenaga kerja
g. Pusat teknologi dan
informasi
Peran desa alam
pembangunan kota
a. Sumber bahan pangan
b. Pusat rekreasi bagi
penduduk kota
c. Penyedia tenaga kerja
d. Konsumen hasil
produk perkotaan
e. Sebagai wilayah
pendukung dan mitra
pembangunan kota
Faktor yang mempengaruhi interaksi
desa-kota
a. Wilayah yang saling
melengkapi (Regional
Complementary)
Adanya Perbedaan
sumber daya
menyebabkan interaksi
yang saling melengkapi
antar wilayah
b. Kesempatan
melakukan intervensi
(Intervening
Opportunity)
Adanya wilayah lain
yang melemahkan
interaksi antar wilayah
(Interkasi A-B
melemah karena C)
c. Kemudahan
Perpindahan Ruang
(Spatial Transfer Ability)
Adanya kemudahan
dalam ruang (sumber
daya pengganti) apabila
sumber daya yang
diharapkan minus,
maka dapat digunakan
sumber daya pengganti,
menyebabkan
kelemahan interaksi
dengan wilayah lain `
Teori Interaksi
1. Teori Gravitasi
Teori ini dikemukakan
oleh W.J.Reily dalam
geografi untuk
mengetahui interaksi
antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya.
Nilai interaksi antara
satu wilayah dengan
wilayah lainnya dapat
dihitung dengan
menggunakan rumus :
Contoh soal:
Misalnya ada 3 buah
wilayah A, B, dan C,
dengan data sebagai
berikut.
(1) Jumlah penduduk
wilayah A = 20.000 jiwa,
B = 20.000 jiwa, dan C =
30.000 jiwa.
(2) Jarak antara A ke B =
50 km, dan B ke C = 100
km.
Teori Titik Henti
Teori ini memberikan
gambaran tentang perkiraan
posisi garis batas yang
memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan dari dua kota
atau wilayah yang berbeda
jumlah dan komposisi
penduduknya. Teori Titik Henti
juga dapat digunakan dalam
memperkirakan penempatan
lokasi industry atau pusat
pelayanan masyarakat.
Penempatan dilakukan di
antara dua wilayah yang
berbeda jumlah penduduknya
agar terjangkau oleh
penduduk setiap wilayah.
Contoh soal:
Kota A memiliki jumlah
penduduk 20.000 jiwa,
sedangkan kota B
30.000 jiwa. Jarak
antara kedua kota
tersebut adalah 100
kilometer. Di manakah
lokasi pusat
perdagangan yang tepat
dan strategis agar
terjangkau oleh
penduduk setiap kota
tersebut?

More Related Content

Similar to Struktur Desa dan Kota

Interaksi keruangan desa dan kota
Interaksi keruangan desa dan kotaInteraksi keruangan desa dan kota
Interaksi keruangan desa dan kotaniarohania1
 
Pola keruangan desa dan kota
Pola keruangan desa dan kotaPola keruangan desa dan kota
Pola keruangan desa dan kotaQadrul Fahmi
 
pegertian kota
pegertian kotapegertian kota
pegertian kotarahayu ayu
 
Hand out geo_desa_kota
Hand out geo_desa_kotaHand out geo_desa_kota
Hand out geo_desa_kotawind10
 
POLA KERUANGAN DESA (1).pptx
POLA KERUANGAN DESA (1).pptxPOLA KERUANGAN DESA (1).pptx
POLA KERUANGAN DESA (1).pptxMARSIH4
 
Strategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulStrategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulnurulaulia_
 
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptxBAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptxDahlia26
 
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptxanifahrizki6
 
interaksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kotainteraksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kotaabdulshabirmarhadi
 
Handout Geografi Desa Kota UPI
Handout Geografi Desa Kota UPIHandout Geografi Desa Kota UPI
Handout Geografi Desa Kota UPIAulia Nofrianti
 
Pola Keruangan Desa Kota.ppt
Pola Keruangan Desa Kota.pptPola Keruangan Desa Kota.ppt
Pola Keruangan Desa Kota.pptsuyatnoyatno10
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongRessy Octaviani
 
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptxTugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptxXIMIPA414GalangMuham
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanSeptian Muna Barakati
 

Similar to Struktur Desa dan Kota (20)

Interaksi keruangan desa dan kota
Interaksi keruangan desa dan kotaInteraksi keruangan desa dan kota
Interaksi keruangan desa dan kota
 
Pola keruangan desa dan kota
Pola keruangan desa dan kotaPola keruangan desa dan kota
Pola keruangan desa dan kota
 
Isd bab 7
Isd bab 7Isd bab 7
Isd bab 7
 
Desa
DesaDesa
Desa
 
pegertian kota
pegertian kotapegertian kota
pegertian kota
 
DESA KOTA.pptx
DESA KOTA.pptxDESA KOTA.pptx
DESA KOTA.pptx
 
Hand out geo_desa_kota
Hand out geo_desa_kotaHand out geo_desa_kota
Hand out geo_desa_kota
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
 
POLA KERUANGAN DESA (1).pptx
POLA KERUANGAN DESA (1).pptxPOLA KERUANGAN DESA (1).pptx
POLA KERUANGAN DESA (1).pptx
 
Strategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulStrategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurul
 
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptxBAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
 
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
 
interaksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kotainteraksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kota
 
Handout Geografi Desa Kota UPI
Handout Geografi Desa Kota UPIHandout Geografi Desa Kota UPI
Handout Geografi Desa Kota UPI
 
ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7
 
Struktur spasial desa dan kota
Struktur spasial desa dan kotaStruktur spasial desa dan kota
Struktur spasial desa dan kota
 
Pola Keruangan Desa Kota.ppt
Pola Keruangan Desa Kota.pptPola Keruangan Desa Kota.ppt
Pola Keruangan Desa Kota.ppt
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
 
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptxTugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
Tugas 11 GEO_NURVANIDA_XIIA4_23.pptx
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 

Recently uploaded

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

Struktur Desa dan Kota

  • 1. Struktur Keruangan Desa dan Kota A. Desa 1. Definisi Desa Definisi Desa menurut para ahli a. Bintarto (1983) Desa sebagai hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Desa didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
  • 2. 2. Perkembangan dan Unsur-unsur Desa a. Perkembangan Desa Menurut Suparmini (2012:10) perkembangan desa berdasarkan potensinya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut 1) Desa dengan Potensi Tinggi Desa dengan potensi tinggi adalah desa yang memiliki lahan pertanian subur, topografi datar tidak miring, dilengkapi dengan fasilitas irigasi teknis. Desa dengan potensi tinggi merupakan perpaduan antara sumber daya alam berupa potensi tanah subur dan didukung kondisi topografi dengan sumber daya manusia. Sumber daya alam yang didukung oleh pengelolaan yang optimal, dapat digunakan sebagai modal pengembangan desa .
  • 3. 2) Desa dengan potensi Sedang Desa dengan potensi sedang adalah desa yang memiliki lahan pertanian agak subur, irigasi sebagian teknis, sebagian non teknis, dan topografi tidak rata. Dengan Potensi demikian, suatu desa dapat berkembang tetapi lambat 3) Desa dengan potensi rendah Desa dengan potensi rendah memiliki lahan pertanian tidak subur, topografi berbukit, sumber air sulit, dan pengairan sawah bergantung pada curah hujan. Suatu desa dengan potensi seperti ini merupakan hambatan dalam pembangunan dan sulit berkembang
  • 4. Maju atau berkembangnya suatu desa bergantung pada beberapa faktor, seperti: 1) Potensi yang dimiliki oleh desa 2) Interkasi antara desa dan kota, serta 3) Lokasi desa terhadap wilayah yang maju di sekitarnya. Unsur-unsur Desa Menurut Suparmini (2012:11) unsur-unsur desa adalah sebagai berikut 1) Daerah 2) Penduduk 3) Tata Kehidupan
  • 5. 3. Karakteristik Desa a. Sistem Pertanian Tradisional b. Mata Pencaharian di sektor pertanian c. Perbandingan penduduk dengan Luas lahan d. Hubungan kekerabatan yang masih kuat e. Corak Kehidupan bersifat Gameinschaft f. Gotong royong yang kuat g. Tetua kampung memegang peranan penting h. Masyarakat desa memegang norma agama dan sosial
  • 6. Sementara karakteristik desa menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Desa diantara sebagai berikut. a. Perbandingan lahan dengan penduduk cukup besar b. Lapangan pekerjaan dominan di sektor pertanian c. Hubungan kekerabatan masih kuat d. Masyarakat masih berpegang teguh pada tradisi e. Gotong royong masih kuat f. Hubungan antarpenduduk akrab
  • 7. 4. Klarifikasi Perkembangan Desa Fungsi desa dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai bentuk pemerintahan terkecil di Indonesia dan sebagai Hinterland dalam tinjauan fenomena geosfer. Hiterland merupakan daerah belakang yang mendukung berbagai kegiatan wilayah kota supaya kebutuhannya tetap terpenuhi. Dengan segala potensi dan daya upaya, pemerintah desa harus dapat melaksanakan fungsi administratif, melakukan sosialisasi program pembangunan, melakukan inovasi program, dan sebagainya.
  • 8. a. Desa sebagai Wilayah Hinterland Kota Fungsi kota berdasarkan wilayah Hinterland diantaranya 1) Sumber Bahan Pangan bagi Wilayah Kota 2) Desa sebagai Penyedia Tenaga Kerja 3) Desa Memiliki Potensi Alam b. Desa berdasarkan perkembangannya Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan, Perkembangan Desa dan dapat diklarifikaskan menjadi tiga yaitu
  • 9. 1) Desa Swadaya merupakan wilayah pedesaan yang sebagian besar penduduknya memenuhi kebutuhan dengan cara mengadakan sendiri Ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut a) Penduduknya jarang dan terikat adat isitadat b) Tingkat pendidikan rendah c) Produktivitas tanah rendah dan sumber air sulit d) Kegiatan penduduk bergantung pada alam e) Topografi berupa pegunungan, perbukitan, atau kepulauan f) Mata pencaharian penduduk dominan petani atau nelayan g) Sulit menerima perubahan dari luar h) Lokasi terpencil sehingga sarana penghubung kurang berkembang
  • 10. 2) Desa Swakarya Desa swakarya lebih maju dibandingkan desa swadaya. Masyrakat desa swakarya memenuhi kebutuhan secara mandiri dan sudah mulai menjual kelebihan hasil produksi pertanian ke wilayah lainnya. Ciri-ciri desa swakarya a) Adanya perubahan adat istiadat b) Sedikit demi sedikit lapangan pekerjaan mulai bertambah’ c) Pemerintah desa dapat berkembang baik d) Mata pencaharian mengalami diversivikasi e) Mendapat pengaruh dari laur sehingga cara berpikir mulai berubah f) Kelebihan hasil produksi sebagian digunakan memenuhi kebutuhan dan sebagian dijual g) Tidak bergantung pada bantuan pemerintah. Bantuan pemerintah sebagai stimulan saja
  • 11. 3) Desa Swasembada atau desa maju Merupakan desa yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan semua potensi yang ada di desanya secara optimal. Ciri-ciri desa swasembada a) Adat isitiadat sudah mulai memudar b) Adat isitiadat berkaitan dengan kegiatan ekonomi sudah tidak berpengaruh c) Lembaga sosial dan ekonomi sudah mulai berkembang d) Berbagai perlengkapan modern digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya e) Lokasi desa dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan, kabupaten, atau provinsi f) Kebutuhan pokok dapat disedikan secara mandiri g) Mata pencaharian penduduk sangat beragam, seperti nelayan, pedagang, dan jasa h) Tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi i) Intraksi dengan wilayah sekitarnya lancar karena jaringan transportasi dan komuniksi tersedia j) Gotong royong masyarakat masih tinggi
  • 12. 5. Permasalahan dan Pembangunan Desa a. Permasalahan Desa Permasalahan di desa adalah sebagai berikut  Kaitannya dengan kondisi Gegrafi  Kaitanya dengan kondisi masyarakat  Kaitannya dengan Pemerintahan dan kelembagaan b. Upaya Pembangunan Desa  Menempatkan penduduk desa dengan kedudukan sebagai warga desa yang sebenarnya  Mengusahakan supya corak kehidupan penduduk desa dapat meningkat Mengusahakan supaya penduduk desa dapat lebih kreatif, inovatif, dinamis, dan fleksibel daam menghadapi tantangan yang ada
  • 13. c. Unsur-unsur Pembangunan Desa Unsur-unsur yang perlu diperhatikan supaya pembangunan desa berhasil, yaitu sebagai berikut  Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan  Timbulnya gagasan dan ide baru dari masyarakat mengenai kondisi kehidupan yang akan dihadapi di masa mendatang  Menggunakan teknologi tepat guna untuk menunjang berbagai kegiatan ekonomi di desa
  • 14. B. Kota 1. Pengertian Kota Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Menurut para Ahli  Menurut Bintarto kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya  Menurut Arnold Tonybee kota tidak hanya merupakan pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap kota menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing.
  • 15.  Menurut Max Weber Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal  Menurut Louis Wirth Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. 2. Karakteristik Kota a) Karakteristik Fisik Kota  Bangunan  Pusat Perekonomian  Pusat Pemerintahan  Pusat Pendidikan dan Kesehatan  Alun-alun di pusat Kota b) Karakteristik Sosial Kota  Mata Pencaharian Nonagraris Intensitas penggunaan lahan yang tinggi kecil kemungkinan ada wilayah yang bersifat pertanian  Kondisi Masyarakat Heterogen Banyak penduduk dari berbagai wilayah datang ke kota dengan berbagai tujuan sehingga memiliki karakteristik sendiri yang telah terbentuk dari daerah asal.
  • 16.  Masyarakat bersifat Individualis Masyarakt kota cedering lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan bersama  Hubungan sosial bersifat Gesselchaft Hubungan sosial antaranggota masyarakat sebatas pada bidang- bidang tertentu Misalnya hubungan antara rekan kerja, atasan dan bawahan  Segresi Keruangan Segresi merupakan pemisahan yang dapat menimbulkan kompleks kompleks tertentu. Contohnya : perumahan pegawai negeri sipil, perumahan elit, kampung arab, kampung pecinaan  Tidak Terikat Norma Agama dan Sosial Interaksi masyarakat kota dengan dunia luar sangat luas, sehingga budaya baru dapat memengaruhi kehidupan
  • 17. 3. Klarifikasi Kota Menurut Suparmini (2012:21) kota dapat diklarifikasikan berdasarkan  JUMLAH PENDUDUKNYA : 1) Kota Kecil : antara 20.000-100.000 jiwa 2) Kota Sedang : antara 100.000- 500.000 jiwa 3) Kota Besar : antara 500.000- 1.000.000 jiwa 4) Metropolitan : antara 1.000.000- 5.000.000 5) Megapolitan : lebih dari 5.000.000  TINGKAT PERKEMBANGANNYA : 1) Tingkat Eopolis : suatu wilayah yang berkembang menjadi kota baru. 2) Tingkat Polis : suatu kota yang masih memiliki sifat agraris. 3) Tingkat Metropolis : suatu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri. 4) Tingkat Megapolis : suatu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. 5) Tingkat Tryanopolis : suatu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi dengan kerawanan sosial,seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang tinggi, 6) Tingkat Nekropolis : suatu kota yang berkembang menuju keruntuhan,
  • 18.  FUNGSINYA : 1) Kota Pusat Produksi : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok,baik yang berupa bahan mentah,barang setengah jadi maupun barang jadi. Contoh kota : Surabaya, Gresik, Bontang. 2) Kota Pusat Perdagangan ( Centre of Trade and Commerce) : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun Internasional, Contoh kota : Hongkong, Jakarta, Singapore. 3) Kota Pusat Pemerintahan (Political Capital) : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan atau sebagai Ibu Kota Negara. 4) Kota Pusat Kebudayaan (Cultural Centre) : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh kota : Yogyakarta dan Surakarta.  SEJARAH PERTUMBUHANNYA ; 1) Kota yang berawal dari pusat Pertambangan, contoh kota : Balik Papan, Bontang, Cepu dan Tembangapura. 2) Kota yang berawal dari pusat Perkebunan, contoh kota : Bogor, Bandung, Subang. 3) Kota yang berawal dari pusat administrasi atau kerajaan , contoh kota : Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Cirebon.
  • 19. 4. Pengaruh Perkembangan Kota Menurut Branch perkembangan suatu kota (1995) secara umum sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kota yaitu: 1. Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya terletak di simpul jalur transportasi, dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan. 2. Tapak (site) merupakan faktor kedua yang mempengaruhi perkembangan suatu kota. Salah satu yang dipertimbangkan dalam kondisi tapak adalah topografi, kota yang berlokasi di dataran rata akan mudah berkembang kesemua arah, sedangkan yang berlokasi di pegunungan biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya berkaitan dengan kondisi geologis. Daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh perkembangan kota. .
  • 20. 3. Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota. Kota yang mempunyai banyak fungsi biasanya secara ekonomi akan lebih kuat dan akan berkembang lebih pesat dari pada kota yang berfungsi tunggal, misalnya kota pertambangan, kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, biasanya juga berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi lainnya 4. Sejarah dan kebudayaan dari kota, mempengaruhi karakter dan sifat masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncana sebagai ibukota kerajaan akan berbeda dengan perkembangan awal tumbuh secara organis. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga dapat mempengaruhi daya perkembangan.
  • 21. 5. Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih dan jaringan penerangan listrik berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas. Ketersediaan unsur- unsur umum akan menarik perkembangan kota ke arah tertentu. Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan kota yaitu: 1. Kota sebagaimana biasanya mempunyai fungsi primer dan sekunder yang tidak terlepas dari keterkaitan dengan daerah lain apakah itu dipandang secara makro (nasional dan internasional), maupun secara mikro regional dengan daerah atau wilayah yang ada di sekitarnya, dimana keterkaitan ini akan menimbulkan arus pergerakan orang dan barang yang tinggi memasuki kota secara kontinuitas.
  • 22. 2. Kota dengan fungsinya yang sedemikian rupa akan merupakan daya tarik yang sangat kuat, sehingga menarik urbanisasi yang masuk ke kota tersebut dengan segala harapan yang terkandung dalam pikirannya masing- masing, karena kota adalah tempat terkonsentrasinya kegiatan. 3. Kerterkaitan yang sangat kuat tersebut akan menuntut sarana dan prasarana transportasi yang lancar. Semakin baiknya sarana transportasi ke kota, akan semakin berkembang kota tersebut, baik transportasi udara, laut dan darat karena perkembangan kota adalah juga merupakan keterjangkauan transportasinya seperti pendapat Yunus (1999) bahwa apabila suatu kota mempunyai jaringan transportasi yang baik maka akan tercipta nilai lahan.
  • 23. C. Struktur Ruang Desa dan Kota 1. Struktur Ruang Desa a) Pola Permukiman Pedesaan  Pola Terpusat • Bentuk perkampungan memusat merupakan bentuk perkampungan yang mengelompok (agglomerated rural settlement). Pola seperti ini banyak ditemui di daerah pegunungan yang biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan, sehingga merupakan satu keluarga atau kerabat. Jumlah rumah umumnya kurang dari 40 rumah yang disebut dusun (hamlet) atau lebih dari 40 rumah bahkan ratusan yang dinamakan kampung (village).
  • 24.  Pola Tersebar Merupakan bentuk perkampungan yang terpencar menyendiri (disseminated rural settlement). Biasanya perkampungan seperti ini hanya merupakan farmstead, yaitu sebuah rumah petani terpencil tetapi lengkap dengan gudang alat mesin, penggilingan gandum, lumbung, kandang ternak, dan rumah petani. Perkampungan terpencar di Indonesia jarang ditemu. Pola seperti Ini umumnya terdapat di Negara eropa barat, Amerika serikat, kanada, Australia, dan sebagainya.
  • 25.  Pola Linier atau memanjang Bentuk perkampungan linier merupakan bentuk perkampungan yang memanjang mengikuti jalur jalan raya, alur sungai, dan garis pantai. Biasanya pola perkampungan seperti ini banyak ditemui di daerah pedataran, terutama di dataran rendah. Pola ini digunakan masyarakat dengan maksud untuk mendekati prasarana transportasi (jalan dan sungai) atau untuk mendekati lokasi tempat bekerja seperti nelayan di sepanjang pinggiran pantai.
  • 26.  Pola Mengelilingi Pusat Fasilitas Tertentu Bentuk perkampungan seperti ini umumnya kita temui di daerah dataran rendah,yang didalamnya banyak terdapat fasilitas- fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas tersebut misalnya, mata air, danau, waduk dan fasilitas lain.
  • 27. b. Penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi Penggunaan lahan desa untuk kegiatan ekonomi terdiri atas lahan pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan, perternakan, dan kehutanan. Pola penggunaan lahan di desa didominasi oleh kegiatan pertanian, baik pertanian tradisional maupun yang telah menggunakan teknologi modern Penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Pertanian Berpindah Merupakan sistem pertanian dengan cara berpindah-pindah. Sistem pertanian ini dilakukan oleh penduduk desa yang masih tradisional dan menggunakan alat sederhana. Lahan diperoleh dengan cara menebang atau membakar hutan. Sistem lahan berpindah bisa dilakukan dengan ketentuan lahan masih luas, lahan milik bersama, dan penduduk masih jarang
  • 28. 2. Pertanian Menetap Pertanian menetap dilakukan lebih maju, teratur, irigasi teknik, pemupukan, pemeliharaan, dan menggunakan alat yang sederhana maupun modern. Pertanian dalam arti luas tidak hanya meliputi kegiatan cocok tanam, tetapi juga perkebunan Sedangkan pertanian dalam arti sempit merupakan kegiatan bercocok tanam
  • 29. 2. Struktur Ruang Kota Menurut kivell dalam Yusran(2006:28) kegiatan utama yang berperan dalam perkembangan kota, yaitu sebgai berikut. 1. Perdagangan, memiliki kebutuhan tenaga kerja dan konsumen yang spesifik dan berhubungan dengan kegiatan lain 2. Industri, memiliki kebutuhan yang dekat dengan kota untuk alasan kebutuhan tenaga kerja,pelayanan transpor, dan pasar 3. Permukiman, sebagai penggunaan lahan terbesar suatu kota Teori struktur ruang wilayah kota sebagai berikut a. Teori Konsentris Dikembangkan oleh E.W Burgess (1925), menyatakan bahwa suatu kota akan terdiri atas zona –zona yang konsentris dan masing- masing zona sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda. Tipe penggunaan lahan tersebut diantaranya sebagai berikut : 1) Daerah Pusat Kegiatan (central bussiness district) merupakan pusat semua kegiatan sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi, dan informasi
  • 30. 2) Zona Peralihan (transition zone) merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas kota 3) Zona perumahan para pekerja (zone of working men’s homes), daerah ini banyak ditempati oleh pekerja yang berpenghasilan rendah yang ditandai adanya rumah berukuran kecil, kontrakan atau kos 4) Zona permukiman yang lebih baik (zone of better residencesi), daerah ini merupakan kompleks perumahan penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke atas 5) Zona para penglaju (zone of commuters), daerah ini merupakan hiterland atau daerah perbatasan desa dan kota
  • 31. b. Teori Ketinggian Bangunan Teori ini diusulkan oleh Bergell (1955). Bergell berpendapat bahwa ketinggian bangunan di wilayah kota perlu diperhatikan. Variabel ini menjadi perhatian bagi negara maju, karena berkaitan dengan hak setiap orang menikmati sinar matahari dari tempat tertentu c. Teori Sektor Teori ini di kemukakan oleh Hoyt (1939). Teori sektor membagi wilayah menjadi lima, yaitu sebagai berikut 1) Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan, dan budaya 2) Zone of wholesale light manufacturing terdiri atas industri kecil dan perdagangan 3) Zona permukiman kelas rendah merupakan tempat tinggal bagi pekerja industri di kota dengan penghasilan rendah 4) Zona permukiman kelas menengah merupakan daerah yang ditinggali oleh penduduk dengan penghasilan tinggi
  • 32. 5) Zona permukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan atas. d. Teori Inti Ganda atau Pusat kegiatan banyak Teori ini dikembangkan pertama kali oleh C.D Harris dan F.L Ullmann (1945). Mereka beranggapan bahwa dalam ekspresi keruangan yang hanya ada satu pusat kegiatan saja
  • 33. 3. Pola Ruang Kota a. Pola Sentralisasi Merupakan pola persebaran penggunaan lahan ruang wilayah kota yang cenderung mengelompok pada suatu lokasi utama. b. Pola Desentralisasi Merupakan pola persebaran penggunaan lahan ruang wilayah kota yang cenderung menjauhi pusat kota dikarena kepadatan penduduk, tidak tersedianya lahan kosong, harga yang mahal, dan lainnya.
  • 34. c. Pola Nukleasi merupakan pola persebaran kegiatan kota yang mirip dengan pola penyebaran sentralisasi. Namun, skala ukurannya lebih kecil dengan pusat kota atau inti kota berada di daerah utama d. Pola Segresi Merupakan pola yang saling terpisah berdasarkan pembagian aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya. Adapun urutan pola segresi ruang kota adalah sebagai berikut 1) Pusat kota merupakan pusat kegiatan penduduk suburban ,urban, dan rural area 2) Suburban merupakan area tempat tinggl penglaju atau Commuter yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pusat kota 3) Suburban fringe adalah wilayah yang mengelilingi daerah suburban yang menjadi peralihan kota ke desa
  • 35. 4) Urban fringe adalah wilayah perbatasan antara kota dan desa dengan sifat yang mirip dengan wilayah kota dalam hal gaya hidup, perilaku, dan lainnya 5) Rural urban fringe merupakan daerah jalur yang terletak diantara desa dan kota 6) Rural adalah wilayah perdesaan yang letaknya jauh dari kota 4. Pembagian Wilayah Kota a. Kota berdasarkan segi Fisiografis Kota ditimbulkan karena unsur fisiogarafis, artinya karena setlemnent yang dipilih manusia pada mulanya selalu memeperhatikan topografi daerah, tanah dan iklim serta kesuburan tanahnya. Kota ditinjau dari unsur morfologi, yaitu ketampakan yang memiliki ciri khas sebuah kota.
  • 36. Ciri-ciri suatu kota adalah bangunan berupa gedung, industri, permukiman, jaringan jalan kompleks, dan lainnya. Kota ditinjau dari morfologinya diartikan sebagai suatu wilayah dengan karakteristik penggunaan lahan nonagraris. Tata guna lagan yang didominasi oleh bangunan b. Kota berdasarkan Segi Ekonomi Struktur penduduk kota dilihat dari segi ekonomi dapat dilihat dari berbagai jenis mata pencahariaan penduduk kota. Jenisa mata pencahariaan penduduk kota yang ada yaitu diluar bidang pertanian sepeti perdagangan, kepegawaian, jasa dan industry. Interaksi kota dalam bidang ekonomi terlihata dengan adanya lapangan perdagangan, transportasi, dan komunikasi. Tingkat harga barang relative sama, sehingga masing-masing kota dapat tukar menukar berbagai barang kebutuhan yang diperlukan. Sedangkan kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan perdagangan di kota juga lebih teratur. Misalnya, terdapat pasar-pasar , bank-bank, stasiun dan lain-lain yang banyak dapat memasukkan uang bagi kota yang dapat diperguanakan untuk pembiayaan pemeliharaan kota.
  • 37. Daerah slum / slums adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terfapat di kota atau perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-orang yang memiliki penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan rendah, jorok, dan lain sebagainya. Di jakarta dan sekitarnya banyak terdapat daerah slum baik di tengah maupun pinggiran kota. Berikut ini adalah ciri-ciri daerah slum : 1. Demoralisasi tinggi 2. Emosi warga tidak stabil 3. Miskin dan berpenghasilan rendah 4. Daya beli rendah 5. Kotor, jorok, tidak sehat dan tidak beraturan 6. Warganya adalah migran urbanisasi yang migrasi dari desa ke kota 7. Fasilitas publik sangat tidak memadai 8. Warga slum yang bekerja kebanyakan adalah pekerja kasar dan serabutan 9. Bangunan rumah kebanyakan gubuk / gubug dan rumah semi permanen
  • 38. c. Kota Berdasarkan Segi Sosial Kota sebagi ciri sosial dapat dikemukakan debagai berikut: - Pelapisan sosial kota. Perbedaan tingkat pendidikan dan stratus sosial dapat menimbulkan suatu keadaan yang heterogen. Heterogenitas tersebut dapat berlanjut dan memacu adanya persiangan, lebih-lebih apabila jumlah penduduk di koata semakin bertambah banyak, dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka ragam terjadilah pelbagai spesialisasi di bidang keterampilan maupun bidang jenis mata pencahariaan. - Individualisme, perbedaan status sosial ekonomi maupun cultural dapat menumbuhkan sifat “individualisme”sifat kegotong royongan yang murni sudah jaranga dapat dijumpai di kota. - Toleransi sosial. Kesibuak masing –masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada sesamanya. Apabila ini berlebihan maka mereka mampu akan mempunyai sifat tak acuh atau kurang mempunyai toleransi sosial
  • 39. - Jarak sosial. Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya sapat dikatakan cukup tinggi. Biasanya sudah melebihi 10.000 orang/km persegi. Jadi secara fisik di jalan, di pasar, di took, di bioskop, dan di tempat yang lain warga kota berdekatan tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan. - Penilaian sosial. Perbedaan status, perbedaan kepentingan, dab situasi kondisi kehidupan kota memepunyai pengaruh terhasap sistem penilaian yang berbeda mengenai gejala-gejaa yang timbul di kota. Penilaian dapat didasarkan pada latar belakang pendidikan, dan pada latar belakang filsafat. d. Kota Berdasarkan Segi Teknologi Kota merupakan tempat utama di sebuah daerah yang mengadopsi canggihnya tekhnologi. Tekhnologi sangat berperan dalam setiap aktivitas masyarakat di sebuah perkotaan. Hampir semua aktivitas terdapat peran tekhnologi di dalamnya. Komunikasi dan transportasi yang merupakan kegiatan vital sudah sangat diprmudahkan oleh tekhnolgi. Tekhnologi di perkotaan tidak hanya berperan untuk komunikasi, transportasi dan industry saja, akan tetapi dalam hal kesehatan masyarakat perkotaan sudah memanfaatkan penemuan-penemuan dari tekhnologi.
  • 40. e. Kota berdasarkan Segi Budaya Budaya merupakan sebuah hasil dari kegiatan manusia yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga telah berakarar di lingkungan masyarakat. Kebudayaan di kota tentunya lebih kompleks di bandingkan dengan daerah perdesaan, karena kota merupakan daerah sentral kegiatan dimana dapat menarik semua lapisan masyarakat baik berasasal dari daerah tersebut.
  • 41. Interaksi Desa Dan Kota Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa. interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut : 1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih 2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :  Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk)  Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu wilayah  Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian, bahan bangunan dan sebagainya 3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :  kota menjadi sasaran urbanisasi  terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda
  • 42. Interaksi desa dan kota secara terjadi karena ada faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor Pendorong dan Faktor penarik adalah sebagai berikut : Faktor Pendorong Faktor Penarik Pengangguran Kesempatan Kerja Pelayanan sosial miskin Pelayanan sosial bagus Kehidupan sosial miskin Kehidupan sosail bagus Kurangnya kebebasan Longgarnya kebebasan
  • 43. Peran Kota dalam pembagunan desa a. Pusat perbelanjaan b. Sebagai pusat pelayanan yang lebih tinggi c. Pusat pemasaran produk pedesaan d. Pusat penyediaan kebutuhan pertanian e. Pusat pengelolaam hasil panen f. Penyerap tenaga kerja g. Pusat teknologi dan informasi Peran desa alam pembangunan kota a. Sumber bahan pangan b. Pusat rekreasi bagi penduduk kota c. Penyedia tenaga kerja d. Konsumen hasil produk perkotaan e. Sebagai wilayah pendukung dan mitra pembangunan kota
  • 44. Faktor yang mempengaruhi interaksi desa-kota a. Wilayah yang saling melengkapi (Regional Complementary) Adanya Perbedaan sumber daya menyebabkan interaksi yang saling melengkapi antar wilayah
  • 45. b. Kesempatan melakukan intervensi (Intervening Opportunity) Adanya wilayah lain yang melemahkan interaksi antar wilayah (Interkasi A-B melemah karena C)
  • 46. c. Kemudahan Perpindahan Ruang (Spatial Transfer Ability) Adanya kemudahan dalam ruang (sumber daya pengganti) apabila sumber daya yang diharapkan minus, maka dapat digunakan sumber daya pengganti, menyebabkan kelemahan interaksi dengan wilayah lain `
  • 47. Teori Interaksi 1. Teori Gravitasi Teori ini dikemukakan oleh W.J.Reily dalam geografi untuk mengetahui interaksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Nilai interaksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
  • 48. Contoh soal: Misalnya ada 3 buah wilayah A, B, dan C, dengan data sebagai berikut. (1) Jumlah penduduk wilayah A = 20.000 jiwa, B = 20.000 jiwa, dan C = 30.000 jiwa. (2) Jarak antara A ke B = 50 km, dan B ke C = 100 km.
  • 49. Teori Titik Henti Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industry atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
  • 50. Contoh soal: Kota A memiliki jumlah penduduk 20.000 jiwa, sedangkan kota B 30.000 jiwa. Jarak antara kedua kota tersebut adalah 100 kilometer. Di manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh penduduk setiap kota tersebut?