SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
1 
FUNGSI PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH 
Oleh : A. Kurniawan 
PENDAHULUAN 
Upaya membangun mutu pendidikan terus dilakukan. Baik oleh pemerintah maupun pihak 
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dalam usaha memenuhi kebutuhan dan tuntutan 
masyarakat terhadap mutu pendidikan. Sekaligus sebagai respon terhadap perubahan kehidupan yang 
sangat cepat di era globalisasi. Dengan harapan mutu lulusan pendidikan dapat bersaing dalam 
pemenuhan kebutuhan kerja, dan memberikan kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakatnya. 
Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun mutu pendidikan 
adalah penerapan manajemen mutu terpadu di sekolah. Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai 
organisasi yang memberikan layanan jasa pendidikan kepada siswa dan masyarakat. Sehingga 
manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sebagai proses pengelolaan sekolah yang berfokus kepada 
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan siswa dan masyarakat. Upaya pembaharuan yang dilakukan 
pemerintah tidak akan membuahkan hasil jika tidak ada upaya yang sama dari pihak sekolah. 
Penyelenggaran manajemen mutu terpadu di sekolah membutuhkan kerjasama kepala sekolah, guru 
dan karyawan sebagai pelaksana utama. 
Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun mutu pendidikan 
adalah penerapan manajemen mutu terpadu di sekolah. Penyelenggaran manajemen mutu terpadu di 
sekolah membutuhkan kerjasama kepala sekolah, guru dan karyawan sebagai pelaksana utama. 
Komitmen masyarakat dan sekolah amatlah penting dalam kebersamaan merencanakan dan 
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta melakukan perbaikan terus 
menerus dalam mencapai pendidikan yang bermutu. Namun fungsi manajemen tidak hanya berhenti 
pada tahap pelaksanaan, tetapi masih ada tahap pengontrolan/pengawasan. Pengontrolan/pengawasan 
berada pada tahap akhir fungsi manajemen, yang diperlukan agar fungsi -fungsi manajemen yang lain 
dapat berjalan sesuai dengan tugasnya. 
Pada pendidikan formal fungsi pengotrolan/pengawasan ditugaskan pada jabatan pengawas 
sekolah. Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan yang diangkat untuk menunjang 
penyelenggaraan pendidikan dalam meningkatkan kualitasnya. Sebagai penunjang penyelenggaraan 
pendidikan tentunya pengawas memiliki peran dan kontribusi yang penting. Termasuk juga dalam 
pelaksanaan manajemen mutu terpadu. 
Pengawas sekolah merupakan pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan 
manajerial pada sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan. Tanggung jawab pengawas sekolah 
adalah tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dibinanya. Sedangkan manajemen mutu terpadu 
adalah cara mengelola lembaga pendidikan dengan perbaikan yang dilakukan terus menerus atas jasa, 
manusia, produk, dan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para 
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. 
Dalam penerapan manajemen mutu terpadu peran pengawas dapat diimplikasikan berdasarkan 
delapan kompetensi pengawas dari pemikiran Wiles & Bondi yaitu sebagai pengembang siswa, 
pengembang kurikulum, spesialis pembelajaran, pekerja hubungan manusiawi, pengembang staf, 
pengembang administrator, manajer perubahan, dan evaluator. 
Dewasa ini dengan adanya perkembangan masyarakat terutama masyarakat Indonesia dan 
perkembangan pendidikan dari sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini tentu menjadi kewajiban dan 
tanggung jawab para pemimpin pada umumnya dan kepala sekolah pada khususnya yang juga turut 
serta mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan tersebut ada tiga aspek yaitu, perubahan 
dalam tujuan yang mana tujuan tersebut mengubah tujuan pendidikan dan mengubah luasnya
tanggungjawab para pemimpin pendidikan. Hal ini juga mengubah bagaimana sifat-sifat kepemimpinan 
yang harus dijalankan sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
Ketika Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, pendidikan Indonesia bersifat sentralisasi 
maksudnya adalah segala sesuatunya seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah murid, buku-buku 
pelajaran, cara mengajar dan sebagainya telah ditetapkan dan diselenggarakan oleh pemerintah sentral. 
Sementara kewajiban kapala sekolah dan para guru hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan oleh 
pemerintah. 
Namun setelah penjajahan berakhir dan Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan telah 
didesentralisasikan kepada daerah-daerah yaitu masyarakat diikutsertakan dalam usaha pendidikan. Di 
sisi lain, tanggungjawab kepala sekolah dan para guru semakin luas yaitu disamping mengatur jalannya 
sekolah juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Bahkan kepala 
sekolah dan para guru berkewajiban untuk membangkitkan semangat kinarja antara staf guru, pegawai 
sekolah ataupun kepala sekolah itu sendiri untuk bekerja lebih baik, membangun dan memelihara 
kekeluargaan, kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai sekolah dan muridmuridnya. 
Hingga saat ini tugas kepala sekolah dan para guru makin dikembangkan seperti yang telah di 
jabarkan di atas tadi masih banyak lagi seperti mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana 
sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya, memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan para 
guru dan para pegawainya. Semua ini merupakan tugas kepala sekolah dan para guru sebagai bagian 
dari fungsi supervisi (pengawasan) yang menjadi kewajibannya sebagai pemimpin pendidikan. 
Keberadaan supervisi dalam pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan karena supervise 
merupakan aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah 
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang 
berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan 
mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa 
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang 
lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam 
supervisi adalah bantuan kepada guru. 
2 
KONSEP MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PENDIDIKAN 
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada 
ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan pegawai lainnya untuk dapat menunjang 
aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Nitisemito (1996:11) 
mengemukakan manajemen personalia adalah manajemen yang mengkhususkan diri dalam bidang 
personalia atau dalam bidang kepegawaian. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan 
bentuk pengakuan pentingnya anggota organisasi (personil) sebagai sumber daya yang dapat 
mendukung tercapainya tujuan organisasi, pelaksanaan fungsi, dan kegiatan organisasi untuk menjamin 
bahwa mereka dipergunakan secara efektif dan adil demi kepentingan organisasi, indivi du, dan 
masyarakat (Tim Pakar Manajemen Pendidikan, 2003:68-69). 
Hal ini merupakan wujud pengakuan akan peranan penting MSDM dalam organisasi, tantangan 
pengelolaan sumber daya manusia (SDM) secara efekif, dan perkembangan cabang ilmu pengetahuan 
dan profesionalisasi dalam bidang MSDM. Kemajuan teknologi menciptakan pekerjaan baru dan 
mempercepat menghilangnya pekerjaan. Collingridge dan Ritchie (1979:1) berpendapat MSDM 
merupakan bagian pekerjan manajemen yang berhubungan dengan manusia, baik sebagai 
perseorangan maupun sebagai kelompok, dan dengan sumbangannya pada efektivitas organisasi.
MSDM merupakan suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, 
penilaian, dan pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi . Samsudin 
(2006:23) mengemukakan hal-hal yang berkenaan dengan MSDM adalah: 
1. Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai kebijakan SDM dengan 
3 
perencanaan, 
2. Tanggung jawab pengelolaan SDM tidak lagi menjadi tanggung jawab manajer khusus, tetapi 
manajemen secara keseluruhan, 
3. Adanya perubahan dari hubungan serikat pekerja manajemen menjadi hubungan manajemen 
karyawan, 
4. Terdapat aksentuasi pada komitmen untuk melatih para manajer agar dapat berperan optimal 
sebagai penggerak dan fasilitator. 
Tujuan MSDM adalah memperbaiki kontribusi produktif pegawai terhadap organisasi dengan 
cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial. Tujuan MSDM mencerminkan strategi 
manajer dan menyeimbangkan tantangan organisasi, fungsi SDM, dan orang-orang yang terpengaruh. 
Secara umum tujuan MSDM mencakup empat aspek yaitu tujuan sosial, tujuan organisasional, 
tujuan fungsional, dan tujuan individual. 
1. Tujuan sosial MSDM adalah agar organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap 
kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya (Samsudin, 
2006:30). Organisasi menghasilkan output bagi kelompok tertentu di masyarakat. Organisasi 
sekolah dalam hal ini peserta didik dan alumni diharapkan dapat meningkatkan kualitas 
masyarakat dan membantu memecahkan masalah sosial. Implementasi tujuan sosial dalam 
bidang bidang pendidikan khususnya sekolah adalah program Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan 
program bakti sosial. 
Bentuk nyata dari kegagalan suatu organisasi mengkaitkan pencapaian tujuannya dengan 
pencapaian tujuan masyarakat secara luas yang tercermin dalam dua wujud yaitu masyarakat 
akan kehilangan kepercayaan terhadap organisasi sekolah dan sebagai akibat hilangnya 
kepercayaan tersebut masyarakat tidak lagi memberikan dukungannya kepada kebijaksanaan 
dan kegiatan organisasi tersebut. 
2. Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai 
tujuannya. Bagian MSDM dibentuk untuk membantu dalam mewujudkan tujuan organisasi. 
Personil sekolah didayagunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan 
sekolah. Efektifitas sekolah tergantung dengan efektifitas SDM yang ada di sekolah. Kunci 
kelangsungan berjalannya organisasi sekolah terletak pada efektifitas kepala sekolah dal am 
membina dan memanfaatkan keahlian guru dan pegawai dengan berupaya meminimalkan 
kelemahan SDM. 
3. Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi SDM pada tingkat yang 
sesuai dengan kebutuhan organisasi (Samsudin, 2006:32). Sehingga kepala sekolah dalam hal ini 
berupaya meningkatkan pengelolaan guru dan pegawai dengan cara memberikan pelayanan 
konsultasi yang tepat, mengelola program rekrutmen yang efektif, pelatihan, dan mampu 
menguji realitas ketika guru dan pegawai mengemukakan gagasan baru untuk mengembangkan 
sekolah. 
4. Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi yang akan dicapai melalui 
aktivitasnya dalam organisasi (Samsudin, 2006:32). Apabila tujuan organisasi dan tujuan pribadi 
tidak sesuai maka dapat dimungkinkan pegawai akan memilih untuk menarik diri dari organisasi. 
Kepala sekolah harus pula terfokus pada pencapaian kesesuaian pencapaian tujuan dengan 
guru, dengan mengkaji pengetahuan, kemampuan, kebutuhan, dan minat guru di sekolah.
Collingridge dan Ritchie (1979:2) mengemukakan organisasi berusaha menciptakan kondisi 
dimana setiap pegawai terdorong untuk memberi sumbangan sebaik mungkin bagi efektifitas organisasi. 
Hal ini penting bagi kepala sekolah karena sekolah tidak dapat efektif dan efisien yang maks imal tanpa 
kerja sama penuh dari guru dan pegawai. 
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan 
efisien sehingga tercapai tujuan bersama, organisasi, karyawan, dan masyarakat (Gary, 2003). Sehingga 
MSDM memiliki kewajiban untuk memahami perubahan yang semakin komplek selalu terjadi di 
lingkungan organisasi, mengantisipasi perubahan tersebut baik perubahan ilmu pengetahuan dan 
teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai mempengaruhi organisasi akibat informasi 
yang berkembang cepat. 
Salah satu hal yang penting dalam Manajemen di bidang Pendidikan adalah yang berkaitan 
dengan Personil/Sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu Pendidik seperti 
guru maupun tenaga Kependidikan seperti tenaga administratif. Intensitas dunia pendidikan 
berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu perbedaan penting antara lembaga 
pendidikan/organisasi sekolah dengan organisasi lainnya, ini sejalan dengan pernyataan Sergiovanni 
(1987:134) yang menyatakan bahwa: ”Perhaps the most critical difference between the school and most 
other organization is the human intensity that characterize its work. School are human organization in 
the sense that their products are human and their processes require the sosializing of humans”. 
Ini menunjukan bahwa masalah sumberdaya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam 
proses pe ndidikan/pembelajaran. Hal ini juga berarti bahwa mengelola sumberdaya manusia 
merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan/pembelajaran di 
sekolah. 
Sumberdaya manusia dalam konteks manajemen adalah ”people who are ready, willing, and 
able to contribute to organizational goals (Wherther and Davis, 1993:635). Oleh karena itu Sumberdaya 
Manusia dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan memerlukan pengelolaan dan 
pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kinerja mereka agar dapat memberi sumbangan 
bagi pencapaian tujuan. Meningkatnya kinerja Sumber Daya Manusia akan berdampak pada semakin 
baiknya kinerja organisasi dalam menjalankan perannya di masyarakat. 
Meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia memerlukan pengelolaan yang sistematis dan 
terarah, agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini 
berarti bahwa manajemen Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting untuk 
keberhasilan perusahaan, besar atau kecil, apapun jenis industrinya (Schuller and Jackson, 1997:32). 
Aspek Manajemen Sumberdaya Manusia menduduki posisi penting dalam suatu 
perusahaan/organisasi karena setiap organisasi terbentuk oleh orang-orang, menggunakan jasa mereka, 
mengembangkan keterampilan mereka, mendorong mereka untuk berkinerja tinggi, dan menjamin 
mereka untuk terus memelihara komitmen pada organisasi merupakan faktor yang sangat penting 
dalam pencapaian tujuan organisasi (De Cenzo&Robbin, 1999:8). Menurut Barney 
(Bagasatwa,(ed),2006:12) system Sumber Daya Manusia dapat mendukung keunggulan kompetitif 
secara terus menerus melalui pengembangan kompetensi SDM dalam organisasi. 
4 
RESPON PENDIDIKAN TERHADAP MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 
Secara skematis adanya saling ketergantungan antara pendidikan dengan perkembangan bisnis 
dalam merespon kebutuhan sumber daya manusia yang unggul mampu menampilkan kinerja yang 
bermutu. Konsep learning organization berkenaan dengan berbagai upaya untuk Melaksanakan
pembelajaran secara terorganisasi, sehingga bisa mencapai suatu tujuan yang diharapkan, terutama 
dalam membentuk kematangan pribadi dan dalam masyarakat. 
Dengan demikian sesungguhnya learning organization adalah untuk meningkatkan kemampuan 
sumber daya manusia dalam berorganisasi, sehingga tercipta sinergi kelembagaan yang berkelanjutan. 
Nilai-nilai individu teintegrasi pada budaya organisasi yang beradab dan bermartabat dengan didukung 
oleh suatu komitmen yang kuat terhadap visi yang diyakini bersama. Dimana proses belajar tersebut 
berorientasi pada kebutuhan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sesuai dengan 
adanya tuntutan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. 
Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara dan strategi, 
diantanya adalah sebagai berikut : 
1. Melalui pre service education 
2. Melalui in service education 
Keunggulan mutu sumberdaya manusia akan ditandai oleh sinergi antara keluasan penguasaan ilmu 
pengetahuan dan ketrampilan memanfaatkan teknologi informasi, yang diwujudkan dalam perilaku 
keseharian secara nyata. Maka hal ini akan mendorong organisasi untuk meraih competitive advantages 
and comvarative advantages. 
Dalam persaingan global yang semakin ketat dewasa ini, peran pendidikan dalam manjemen 
sumber daya manusia bahwa pendidikan semakin penting dalam rangka human invesment. Dimana 
organisasi akan membutuhkan kehadiran sumber daya manusia produktif, kreatif, inovatif dan 
profesional. Dengan demikian maka harus diciptakan strategi pedagogik untuk mewujudkan suasana 
kondusif yakni competitive intelegence dan memenangkan komptesisi bisnis global melalui kerjasama 
kemitraan dalam sebuah kolaborasi networking. 
Dalam membangun networking bisnis pada saat sekarang, persaingan justru dilakukan di dalam 
wadah kerja sama. Dengan kata lain pendidikan dan pelatihan merupakan salah sau langkah stratejik 
untuk meningkatkan mutu kinerja sumber daya manusia agar mampu merespon tantangan dunia bisinis, 
khusunya melalui peningkatan produktivitas individu dan kelompok. Proses belajar dalam 
mengantisipasi perubahan dan perkembangan bisnis, bukan semata-mata melalui jalur pendidikan 
formal pada berbagai jenjang pendidikan, melainkan lebih cenderung pada proses learning dalam 
praktik bisnis. 
Dalam upaya untuk menjalankan manajemen sumber daya manusia yang lebih efektif, ada 
banyak gagasan baru yang diperkenalkan kedalam sistem sekolah, disertai dengan revisi terhadap 
gagasan lama yang sudah dijalankan sekian lama. Sebuah gagasan atau proses yang saat ini banyak 
menyita perhatian adalah manajemen mutu terpadu di sekolah. Setiap proses yang bisa 
mengembangkan manajemen sumber daya manusia di sebuah sekolah, pada akhirnya akan mampu 
mengembangkan kemampuan belajar para siswa. 
5 
KONSEP MUTU PENDIDIKAN 
Mutu merupakan konteks yang dinamis, wujudnya dapat berupa kepuasan. Kepuasan ini dapat 
dilihat dari dua sisi, pertama dari sisi produsen dan yang kedua dari sisi pengguna. Mutu bersifat dinamis 
karena ukuran kepuasan akan selalu berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan waktu dan 
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Itulah sebabnya, konsep mutu harus dikaitkan dengan 
upaya perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan (continuous qual ity improvement). Dari sisi 
produsen mutu dapat digambarkan sebagai sesuatu hasil yang telah sesuai atau melebihi dari apa yang 
ada dalam perencanaan program. Program perencanaan dimaksud meliputi input, proses, dan 
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau output. Namun mutu atau kepuasan dari sisi produsen 
belum tentu sama dengan mutu atau kepuasan menurut pelanggan.
Dikatakan bermutu menurut pelanggan apabila program-program, kegiatan, dan hasil yang 
dicapai telah sesuai atau melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan itu sendiri. Menyiasati agar ada 
relevansi antara mutu yang dimaksud oleh pelanggan, dalam hal ini sekolah, maka harus ada kerja sama 
antara sekolah dengan pihak pengguna pendidikan dalam penentuan dan pembuatan program-program 
kegaitan yang akan dilaksanakan di sekolah. 
Pengukuran mutu dari sisi produsen (sekolah) disebut quality in fact sedangkan pengukuran 
mutu dari sisi pelanggan disebut sebagai quality in perception. Adapun standar yang dipakai pengukuran 
quality in fact adalah standar proses dan pelayanan, yakni yang sesuai dengan spesifikasi dalam 
perencanaan, cocok dengan tujuan dan dilaksanakan dengan tanpa kesalahan (zero defect) atau 
mengerjakan sesuatu yang benar sejak pertama dan seterusnya (right first time and every time). Standar 
yang digunakan untuk pengukuran quality in perception adalah standar pelanggan, yakni kepuasan 
pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan (Hari Suderadjat, 2005 : 2). 
Mutu merupakan suatu keadaan yang esensi dalam segala hal , termasuk dalam dunia 
pendidikan. Karena pendidikan di sekolah yang tidak bermutu lambat laun akan mati ditinggalkan 
pelanggannya dan kalah bersaing oleh penyelenggara pendidikan yang bermutu. Mengingat esensinya 
masalah mutu, ditegaskan oleh Syafaruddin (2005 : 34) bahwa : “Konsep sekolah bermutu (unggul) perlu 
ada dalam konsep setiap kepala sekolah.” Memandang mutu pendidikan tidak bisa serta merta hanya 
dilihat dari sisi mutu lulusannya saja, karena yang paling penting justru harus mempertanyakan proses 
meningkatkan mutu lulusan. Jelasnya, hal-hal yang dapat dan berpengaruh terhadap mutu lulusan 
adalah suatu proses dan fasilitas-fasilitas pendukungnya dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. 
Proses yang dimaksud tiada lain berupa layanan yang diberikan kepada pelanggan pendidikan, 
baik kepada siswa sebagai pelanggan utama yang menerima layanan pendidikan dan pembelajaran, 
maupun orang tua dan masyarakat sebagai pengguna hasil pendidikan. Dalam upaya mencapai lulusan 
yang bermutu tentu harus melalui tahap proses yang bermutu, yakni memberikan layanan pendidikan 
dengan mengerahkan segala sumber daya sebagai pendukungnya, baik sumber daya material maupun 
nonmaterial. 
Sejalan dengan itu, Syafaruddin (2002 : 37) menjelaskan sebagai berikut : Tuntutan terhadap 
pelayanan terbaik juga menjadi perhatian manajemen mutu terpadu, tak terkecuali dalam pendidikan. 
Sekolah-sekolah pada dewasa ini tidak hanya cukup menawarkan program studi dengan kurikulum 
tertentu, orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan tetapi, sekolah juga harus menyediakan alat-alat 
belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses 
pembelajaran dan pengajaran. Gedung sekolah yang bagus diisi dengan sarana dan fasilitas belajar yang 
baik dan fungsional, tempat bermain pelajar, serta pelayanan yang prima terhadap pelajar, guru, orang 
tua, dan masyarakat. Situasi dan kondisi sekolah yang kondusif akan memberikan kontribusi positif bagi 
mutu proses dan mutu produk (lulusan) sekolah. 
Sesuai dengan gambaran tersebut di atas dapat dikatakan bahwa layanan pendidikan mencakup 
dimensi proses dan dimensi sarana prasarana. Proses berupa pelaksanaan pembelajaran, metode, 
komunikasi, motivasi, dan sebagainya. Sarana prasarana berupa alat-alat pembelajaran, gedung, dan 
lingkunang sekolah yang kondusif. Bermutu atau tidaknya proses dan sarana prasarana pendidikan 
sebagai indikator dalam layanan pendidikan dapat dibandingkan dengan standar yang tertuang dalam 
PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang di dalamnya mencakup standar isi, standar 
proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, 
dan standar pengelolaan. Apabila sarana prasarana, dan proses yang dilakukan telah sesuai denga 
rencana dan harapan pelanggan, maka layanan pendidikan dapat memuaskan produsen maupun 
pelanggan. Dengan kata lain, layanan pendidikan yang bermutu adalah layanan pendidikan yang sesuai 
dengan rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta dapat memenuhi harapan dan 
kebutuhan pelanggan. 
6
Satu hal yang sangat mendasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan 
mutu layanan pendidikan. Samtono (http//sma1-sltg.sch.id/modules.php?name=News&new_topic=2) 
menjelaskan bahwa : “Untuk mendapatkan standar mutu merupakan suatu keharusan menggunakan 
konsep manajemen yang menggunakan pendekatan mutu, yang kemudian kita kenal dengan istilah 
‟manajemen mutu‟.” Ada lima dimensi yang diarahkan untuk mutu layanan pendidikan sebagaimana 
dikemukakan oleh Zeitham, Parasuraman, dan Berry dalam Media Informasi Pendidikan 
(http//Google.pakguruonline) sebagai berikut : 
1. Tangibles, yaitu berkaitan dengan penampilan fisik lembaga, peralatan, pegawai dan sarana 
7 
komunikasi. 
2. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan sebagaimana yang dijanjikan, terpercaya, 
akurat, dan konsisten. 
3. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan dengan 
cepat. 
4. Assurance (kombinasi dari courtery competence,, credibility, scurity), yaitu kemampuan staf 
lembaga untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan melalui rasa hormat dan pengetahuan 
yang mereka miliki. 
5. Empathy (kombinasi dari acess, communication, understanding the customer), yaitu perhatian staf 
lembaga yang diberikan kepada pelanggan secara individu. 
Indikator untuk mengukur dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan sebagaimana tersebut di 
atas dapat mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, juga harus memperhatikan kriteria-kriteria 
pendidikan yang baik, seperti dikemukakan dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 (2005 : 84) 
sebagai berikut : Program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik memiliki lima kriteria yang bisa 
disingkat dengan SMART (specific, measurable, achievebel, realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat 
digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator kinerja pendidikan yang terukur dan yang 
dapat dicapai sebagai target/sasaran masing-masing program. 
Sekolah sebagai suatu organisasi yang memberikan jasa layanan pendidikan, mempunyai tujuan 
yang diharapkan tercapai secara optimal. Itulah sebabnya, dilakukan berbagai upaya untuk 
meningkatkan mutu elemen-elemen yang ada di dalamnya. Secara umum unsur-unsur yang ada dalam 
organisasi sekolah ini terdiri dari tiga dimensi yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output ). 
1. Input, meliputi peserta didik, kurikulum, dana, data dan informasi, pendidik dan tenaga 
kependidikan, motivasi belajar, kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan, sararan dan 
prasarana, serta lingkungan. 
2. Proses, meliputi lama waktu belajar dan mengikuti pendidikan, kesempatan mengikuti 
pembelajaran, efektivitas pembelajaran, mutu proses pembelajaran, metode dan strategi 
pembelajaran. 
3. Output, meliputi jumlah siswa yang lulus atau naik kelas, nilai ujian, jumlah siswa yang bekerja dan 
diteriama pada lapangan kerja, peran serta lulusan dalam pembangunan dan kehidupan 
bermasyarakat. 
Dari unsur-unsur tersebut di atas yang berkenaan dengan mutu layanan pendidikan adalah 
unsur masukan (input) dan unsur proses. Sedangkan mutu lulusan merupakan hasil dari layanan 
pendidikan yang bermutu, perwujudannya dari unsur proses yang bermutu dengan didukung input yang 
bermutu. Dengan kata lain, mutu layanan pendidikan diperoleh dari hasil pengelolaan input dan proses 
pendidikan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu. 
Dalam implementasi pelaksanaan manajemen mutu, yakni untuk meningkatkan mutu 
pendidikan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu total (TQM) yang dikemukakan oleh 
Henster dan Brunel (Samtono, http//sma1-sltg.sch.id) sebagai berikut : 
1. Kepuasan pelanggan.
Dalam manajemen mutu total diperlukan konsep tentang mutu dan pelanggan. Mutu tidak hanya 
bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh 
pelanggan. Pelanggan itu meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan 
diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan 
ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk memuaskan para 
pelanggan. 
8 
2. Respek terhadap setiap orang. 
Di sekolah setiap personel sekolah dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas 
tersendiri yang unik. Dengan demikian warga sekolah merupakan sumber daya sekolah yang paling 
berharga. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi 
kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan. 
3. Manajemen berdasarkan fakta. 
Sekolah bermutu berorientasi pada fakta, yakni setiap keputusan yang diambil selalu berdasarkan 
pada data-data dan bukan berdasarkan pada perasaan. 
Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini, pertama prioritisasi yaitu suatu konsep bahwa 
perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, 
berdasarkan data sekolah dapat memfokuskan usahanya pada situasi atau kegiatan tertentu yang 
dianggap paling penting. Konsep kedua, variasi atau vitabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat 
memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem 
organisasi. 
Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang 
dilakukan. 
4. Perbaikan berkesinambungan. 
Untuk mencapai kesuksesan setiap sekolah harus melakukan proses secara sistematis dalam 
melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-do- 
check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan 
hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. 
PENGERTIAN KONSEP MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH 
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi yang terdiri dari komponen kepala sekolah, guru, 
karyawan, siswa, kurikulum, sarana pra sarana, dan lingkungan. Sebagai suatu organisasi, maka sekolah 
memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan melibatkan segala sumber daya, serta berbagai aktivitas yang 
dikoordinir oleh kepala sekolah sebagai pemimpin. Kegiatan untuk menggerakkan semua komponen 
secara teratur untuk mencapai tujuan sering disebut sebagai manajemen. 
Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai upaya sekelompok orang yang bertugas 
mengarahkan aktivitas orang lain kearah tujuan yang akan dicapai. Dalam konteks sekolah, manajemen 
adalah upaya yang dilakukan pimpinan sekolah untuk mengarahkan aktivitas semua komponen yang ada 
ke arah tujuan yang telah ditetapkan. 
Manajemen mutu terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) 
dipopulerkan oleh Peter dan Waterman pada tahun 1982 (Usman, 2011: 567). menjelaskan bahwa 
manajemen mutu terpadu sebagai budaya organisasi yang ditentukan dan didukung oleh pencapaian 
kepuasan pelanggan secara terus menerus melalui sistem terintegrasi yang terdiri dari bermacam alat, 
teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan perbaikan terus menerus dalam proses organisasi diharapkan 
akan menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu tinggi. 
Manajemen Mutu Terpadu atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu 
pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk 
(1994, dalam Yunus, 2003) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa pula
sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu 
harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan 
sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi 
kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang. 
Berbeda pemikiran, Edward Sallis (2006) menyatakan manajemen mutu terpadu sebagai sebuah 
filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis 
kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para 
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Sedangkan Fandy Tjiptono & Anastasia Diana 
(1995) menjelaskan manajemen mutu terpadu sebagai suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan 
daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. 
Pendapat para ahli walaupun dilihat sekilas berbeda tetapi memiliki satu kesamaan, yang 
bermuara pada satu definisi kesimpulan. Manajemen mutu terpadu adalah cara mengelola lembaga 
pendidikan dengan perbaikan yang dilakukan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan 
dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk 
masa yang akan datang. 
Goetsch dan Davis (1994) dalam Fariadi, (2010) mengungkapkan sepuluh karakteristik 
Manajemen Mutu Terpadu atau TQM yaitu sebagai berikut : 
1. Fokus Pada Pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal 
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan 
kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas 
manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 
2. Obsesi Terhadap Kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas adalah 
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus 
terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. 
3. Pendekatan Ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk 
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang 
berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan 
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark ), memantau prestasi, dan melaksanakan 
perbaikan. 
4. Komitmen jangka Panjang. TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu 
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat 
penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. 
5. Kerja sama Team (Teamwork). Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan 
dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok 
lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. 
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan 
7. Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu 
sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus 
menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat. 
8. Pendidikan dan Pelatihan. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan 
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, 
yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam 
perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. 
9. Kebebasan Yang Terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam 
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini 
dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan 
terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan 
pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun 
9
demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian 
yang terencana dan terlaksana dengan baik. 
10. Kesatuan Tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki 
kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun 
hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen 
dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja. 
11. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan 
merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan 
karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. 
Selanjutnya Hensler dan Brunell (Usman, 2011: 572) menjelaskan empat prinsip utama dalam 
manajemen mutu terpadu, antara lain: 
1. Kepuasan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuain dengan spesifikasi tertentu, melainkan 
10 
mutu ditentukan oleh pelanggan. Sebagai unit layanan jasa, maka pelanggan sekolah adalah: 
1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 
2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, 
pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik 
diperguruan tinggi maupun dunia usaha). 
2. Respek terhadap setiap orang. Dalam sekolah bermutu, setiap orang dianggap memiliki potensi dan 
merupakan aset atau sumber daya yang paling bernilai. 
3. Manajemen berdasarkan fakta. Setiap keputusan yang dibuat selalu berdasarkan fakta, bukan pada 
perasaan atau ingatan semata. 
4. Perbaikan terus menerus. Agar dapat mencapai sukses sekolah perlu melakukan proses sistematis 
dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah 
KOMPONEN MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH 
Komponen manajemen terpadu dijelaskan oleh West-Burnham (1997), dalam Usman, (2011: 
576) terdiri dari empat komponen yaitu: 
1. Prinsip-prinsip. Hal-hal yang harus dilakukan warga sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, 
sasaran dan policy sekolah. Peranan kepala sekolah sebagai pimpinan sangat menentukan. 
2. Proses. Upaya yang dilakukan warga sekolahuntuk memuaskan pelanggannya. 
3. Pencegahan. Upaya sekolah untuk menghindari kesalahan sejak awal. Pencegahan lebih baik 
dilakukan perbaikan. 
4. Manusia. Warga sekolah yang bekerja secara sinergi dalam suatu manajemen kolegial serta lebih 
menekankan pada pentingnya hubungan manusiawi. 
Sedangkan Sallis (2003, dalam Usman, 2011: 577) berpendapat lain, Sallis menyatakan 
komponen mutu terdiri dari: 
1. Kepemimpinan dan strategi. Meliputi komitmen, kebijakan mutu, analisis organisasi, misi dan 
rencana strategis, serta kepemimpinan. 
2. Sistem dan prosedur. Meliputi efisiensi administratif, pemaknaan data, ISO 9001, dan biaya. 
3. Kerja tim. Meliputi pemberdayaan, memanaj diri sendiri, kelompok, alat mutu yang digunakan. 
4. Asesmen diri sendiri. Meliputi assesmen sendiri, monitoring dan evaluasi, survei kebutuhan 
pelanggan, dan pengujian standar. 
Keempat komponen tersebut dipengaruhi dan mempengaruhi oleh: 1) lingkungan pendidikan, 2) 
pertanggungjawaban, 3) perubahan kultur/budaya, 4) pihak-pihak yang peduli dan pelanggan. 
Manajemen mutu memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengubah cara-cara 
tradisional menjadi sekolah yang memiliki mutu tinggi, integritas tinggi terhadap aturan, dan komitmen
dari semua level (bawah, tengah, atas). Sebab cara tradisional akan mengalami kesulitan dalam 
pengembangan dan perubahan akibat kekakuan dalam setiap keputusan serta kesulitan dalam 
mengatasi rintangan. Namun dalam mencapainya dibutuhkan sumber daya manusia yang memil iki 
rancangan masa depan, melakukan inovasi dan mau melangkah maju mencapai visi dan misi sekolah. 
Dalam hal ini kepala sekolah selaku pimpinan merupakan kunci yang menjadi motor penggerak dalam 
memelihara serta memperkuat proses peningkatan mutu secara terus menerus. 
Sebelum melaksanakan manajemen mutu terpadu, terlebih dahulu harus diperhatikan delapan 
elemen mutu Sashkin dan Kiser (1993, Usman 2011: 586) yang penting dalam melaksanakan manajemen 
mutu terpadu, antara lain: 1) informasi mutu harus digunakan untuk meningkatkan mutu, 2) otoritas 
harus seimbang dengan tanggung jawab, 3) tersedia hadiah atas keberhasilan, 4) kerja sama menjadi 
basis bukan persaingan, 5) warga sekolah harus aman dalam bekerja, 6) harus tersedia iklim 
keterbukaan, 7) gaji/upah harus adil, dan 8) warga sekolah harus merasa memiliki. 
Dengan mengetahui elemen mutu diharapkan penerapan dapat berjalan lancar. Sesuai langkah-langkah 
penerapan manajemen mutu terpadu menurut Goetsh dan Davis seperti yang telah 
11 
dikemukakan sebelumnya. 
FUNGSI MANAJEMEN PADA PENDIDIKAN 
Secara umum, ada empat fungsi manajemen yang sering orang menyebutnya “POAC”, yaitu 
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Dua fungsi yang pertama dikategorikan sebagai 
kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa 
dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu 
fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak 
tercapainya proses yang efektif dan efisien. 
1. Fungsi Perncanaan (Planning) 
Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksana untuk dilaksanakan. Dengan 
demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam 
pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan 
jangka menengah dan di atas perencanaan jangka panjang dan menengah ini, pemimpin pun harus 
menentukan perencanaan jangka pendek. 
Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus 
dikerjakan terebih dahulu dan secara bertahap, serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya 
sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk 
menyempurnakan langkah selanjutnya. 
Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah 
ditetapkan, rencana yang harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan 
pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Oleh karena itu 
perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan 
situasi dan kondisi baru secepat mungkin. 
Perencanaan adalah proses dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. 
Perbedaan pelaksanaan adalah hasil tipe dan tingkat perencanaan yang berbeda pula. Perencanaan 
dalam organisasi adalah esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih 
dibanding fungsifungsi manajemen lainnya. Fungsi -fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan 
pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan-keputusan perencanaan. 
Salah satu aspek yang juga penting dalam perencanaan adalah pembuatan keputusan (making 
decision), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu 
masalah tertentu.
Ada empat tahapan dalam perencanaan, yaitu: (a). Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan 
(b). Merumuskan tujuan saat ini. (c). Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan. (d). 
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. 
12 
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) 
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM) 
dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan untuk menjal ankan rencana yang telah 
ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan. 
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan 
organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek 
utama proses susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. 
Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan 
sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur 
formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Pembagian kerja 
adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggungjawab dalam 
melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu 
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. 
Ada beberapa pengertian organisasi antara lain, seperti yang diinventarisir oleh Ritha F. 
Dalimunthe dalam (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1236/1/manajemenritha. pdf) 
yaitu: (a). Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber 
daya yang ada. (b). Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatankegiatannya, dan pada tiap 
kelompok diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota 
kelompok. (c). Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan para 
karyawan. (d). Cara para manajer membagi tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen 
mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tersebut. 
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal mengelompokan 
dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai 
dengan efisien. Ada beberapa aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu : a). Bagan organisasi 
formal; b). Pembagian kerja; c). Departementalisasi; d) Rantai perintah atau kesatuan perintah; e). 
Tingkat-tingkat hiraki manajemen f). Saluran Komunikasi; dan g). Rentang manajemen dan kelompok 
informal yang dapat dihindarkan. 
Proses pengorganisasian terdiri dari tiga tahap, yaitu : (a). Perincian seluruh pekerjaan yang 
harus dilaksanakan setiap individu dalam mencapai tujuan organisasi, (b). Pembagian beban pekerjaan 
menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan oleh setiap individu. 
Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu 
ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu. (c). Pengadaan 
dan pengembangan mekanisme kerja sehingga ada koordinasi pekerjaan para anggota organisasi 
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para 
anggota organisasi memahami tujuan organisasi dan mengurangi ketidak efisiensian dan konflik. 
3. Fungsi Pengarahan (Actuating) 
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan 
agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian 
tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena 
disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu 
sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. 
Ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam melakukan pengarahan 
yaitu : (a). Prinsip mengarah kepada tujuan. (b). Prinsip keharmonisan dengan tujuan. (c). Prinsip
kesatuan komando. Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan 
maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari 
prinsip-prinsip di atas. 
Cara-cara pengarahan yang dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh Ritha F. Dalimunthe 
13 
berupa: 
a. Orientasi 
Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat 
dilakukan dengan baik. 
b. Perintah 
Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan 
atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. 
c. Delegasi wewenang 
Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang 
dimilikinya kepadabawahannya. 
4. Fungsi Pengawasan (Controlling) 
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi 
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang 
dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah 
digariskan semula. Controlling (pengawasan) ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh 
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai 
rencana yang ditetapkan (Ulbert Silalahi,2000). 
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi 
dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual 
dengan standar yang telah ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur 
signifikan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua 
sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna 
mencapai sasaran perusahaan (Bedjo Siswanto,1991). 
Pengawasan (controlling) dapat diartikan sebagai proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang 
yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan 
pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (M. Manullang,1998) 
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pengawasan dimaksudkan 
untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan 
sekaligus melakukan tindakan-tindakan perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang 
sudah direncanakan. 
Dengan demikian kegiatan controlling mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan 
yang ditentukan dalam rencana. Diantara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengawasan 
(controlling) mempunyai peran yang sangat penting dalam fungsi perencanaan menetapkan tentang apa 
yang harus dicapai pada periode tertentu, sedangkan dalam pengawasan (controlling) berusaha untuk 
mengevaluasi apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dan kalau tidak dapat dicapai faktor 
penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan (corretive action). 
Oleh karena itu betapa eratnya hubungan antara perencanaan dan pengawasan. Dalam 
perencanaan aktivitas organisasi, tujuan utama dan sasaran serta metode untuk mencapainya 
ditetapkan dengan jelas. Dalam controlling mengukur kemajuan kearah tujuan tersebut dan 
memungkinkan pimpinan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat 
pada waktunya untuk melakukan tindakan sebelum penyimpangan menjadi lebih jauh.
Dengan perkataan lain pengawasan dan penelitian diperlukan untuk menjamin bahwa 
pelaksanaan program kerja tidak terlalu menyimpang dari rencana dan jika tidak ada penyimpangan, 
maka itu dapat diterima secara rasional dan efisien. 
Dapat kita tarik kesimpulan bahwa fungsi controlling merupakan suatu proses untuk mengawasi 
segala kegiatan tertuju pada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai serta 
merupakan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan segala kegiatan progam kerja yang sesuai dengan 
rencana yang telah ditetapkan. 
Kata “pengawasan” sering berkonotasi tidak menyenangkan, karena dianggap mengecam 
kebebasan dan otonomi pribadi, padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin 
tercapainya tujuan, sehingga tugas manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan 
organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. 
Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreativitas dan 
sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi sendiri, sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi 
dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan. 
Dari berbagai batasan pengawasan (controlling), bahwa tujuan utama dari pengawasan ialah 
mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat merealisasikan tujuan 
utama, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan 
instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelamahan serta kesulitan-kesulitan 
yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil 
tindakan untuk memperbaikinya baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang. 
Dalam proses pengawasan lebih banyak meliputi tindakan mencari sumber kesulitan dan 
14 
mengoreksinya. Oleh sebab itu, tujuan fungsi control antara lain adalah : 
1) Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. 
2) Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan. 
3) Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan datang, sedang atau mungkin 
terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. 
4) Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya. 
5) Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan 
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan control dilakukan sebelum 
terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan 
dengan tindakan control sesudah terjadi penyimpangan (representative control). Control suatu sistem 
akan menjadi efektif apabila : 
1) Keluaran yang sesungguhnya diukur dengan tepat dan dibandingkan dengan keluaran yang 
diinginkan. 
2) Keputusan-keputusan tindakan yang diperlukan dilaksanakan. 
3) Umpan balik informasi cukup cepat untuk mengadakan perbaikan-perbaikan sebelum faktor-faktor 
dalam proses menjadi tidak sesuai dengan perbaikan-perbaikan yang dibuat 
PENGERTIAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MSDM 
Banyak ahli di bidang manajemen mengemukakan pandangannya tentang pengertian dari 
pengawasan, salah satunya Schermerhorn. Pengawasan menurut Schermerhorn seperti yang dikutip 
Ernie Tisnawati dan Kurniawan, adalah suatu proses dalam menetapkan kinerja dan pengambilan 
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah 
ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert yang juga dikutip oleh Ernie 
Tisnawati dan Kurniawan menyataka bahwa control is the process of ensuring that actual activities 
conform the plannedactivities.
Menurut Sondang P. Siagian, pengawasan adalah Proses pengamatan pelaksanaan seluruh 
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai 
dengan rencana yang telah ditentukan. Edang menurut Suyanto, pengawasan adalah segala usaha atau 
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau 
kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. 
Sedikit berbeda dengan pengertian di atas, Sadali Samsudin mendefenisikan pengawasan SDM 
sebagai suatu kegiatan manajemen dalam mengadakan pengamatan terhadap – sekurang-kurangnya – 
tujuh aspek, yaitu: (1) sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, (2) sumber daya manusia yang 
benar-benar dibutuhkan organisasi, (3) pasaran sumber daya manusia yang ada dan memungkinkan, (4) 
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dan yang ada di pasaran tenaga kerja, (5) kemampuan 
individual dari setiap sumber daya manusia dalam organisasi, (6) upaya meningkatkan kemampuan 
sumber daya manusia dalam organisasi, dan (7) semangat kerja sumber daya manusia, dan sebagainya. 
Dengan memperhatikan berbagai aspek dalam pengawasan sumber daya manusia ini, perlu 
adanya suatu tolok ukur atau penetapan standar minimal yang memungkinkan ketercapaian sasaran-sasaran 
pada tiap aspeknya dengan baik dan terkendali. Menurut Sadali Samsudin, ketentuan standar 
minimal tersebut antara lain sebagai berikut: 
a. Jumlah personil yang harus ada dalam organisasi atau perusahaan yang bersangkutan untuk 
15 
mencapai sasaran yang ingin dicapai. 
b. Kualitas kemampuan tenaga kerja yang bagaimana yang harus mengisi berbagai bagian dalam 
organisasi dengan segala jenis latar belakang pendidikannya. 
c. Sasaan apa saja pada tiap bagian yang ingin dicapai dan keterkaitan antara bagian-bagian tersebut 
sehingga dalam mencapai sasaran organisasi dapat dilakukan secara sistematis. 
d. Pola karier dari para karyawan dalam organisasi yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi 
kerja, dan sebagainya. 
Pengawasan adalah tanggung jawab pimpinan , tapi karena tidak mungkin pimpinan melakukan 
semuanya maka pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan. Disamping itu pengawasan harus 
bisa mengukur objek apa yang telah dicapai , menilai pelaksanaan serta mengadakan /menyarankan 
tindakan perbaikan atau penyesuaian yang dipandang perlu, disamping itu pengawasan harus bisa 
mengevaluasi diri tentang apa yang telah dicapainya ( inspeksi diri ). 
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan 
menjamin bahwa tugas / pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, 
kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah ( aturan ) yang diberikan. 
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen , disamping fungsi perencanaan, 
pengorganisasian dan pelaksanaan. Jenis jenis pengawasan sebagai berikut: 
1. Pengawasan Intern dan Ekstern 
Pengawasan Intern, pengawasan yang dilakukan oleh orang dari badan atau unit ataupun instansi di 
dalam lingkungan unit tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau 
pengawasan melekat (built in control). 
Pengawasan Ekstern, pengawasan yang dilakukan di luar dari badan/unit/instansi tersebut. UUD 
1945 pasal 23E: “Untuk memeriksa pegnelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara 
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yg bebas dan mandiri 
2. Pengawasan Preventif (sebelum kegiatan dilaksanakan) dan Represif (setelah kegiatan 
dilaksanakan) 
3. Pengawasan Aktif (dekat) dan Pasif 
Pengawasan aktif merupakan jenis pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yg 
bersangkutan, sedangkan Pengawasan pasif Melakukan penelitian dan pengujian terhadap surat - 
surat pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti -bukti penerimaan dan pengeluaran.
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan kebenaran materiil mengenai 
maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid). 
Pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) adalah 
pemeriksaan pengeluarkan apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluwarsa, dan hak itu 
terbukti kebenarannya; 
Pengawasan kebenaran materiil mengenai maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah 
pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran 
tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin. 
Namun, perlu diingat bahwa inti dari pengawasan bukan hanya sebatas pada penilaian berkaitan 
dengan berjalan atau tidaknya rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi termasuk tindakan koreksi 
yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan 
pencapaian tujuan dari waktu ke waktu. 
Sementara itu, yang dimaksud dengan pengendalian manajeman adalah semua usaha 
perusahaan yang mencakup metode, prosedur dan strategi perusahaan yang mengacu pada efisiensi 
dan efektivitas operasional perusahaan (organisasi), agar dipatuhinya kebijakan manjemen serta 
tercapainya tujuan perusahaan (organisasi). Adanya pengendalian ini dalam rangka mencapai 
keefektifan dan keefisiensian kinerja dari organisasi yang dalam pembahasan ini berkenaan dengan 
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan dari organisasi. sementara itu, pengendalian dalam 
kaitannya dengan akuntansi didefinisikan sebagai hubungan antara prosedur dan system yang berkaitan 
dengan pencapaian tujuan perusahaan (organisasi). 
Ernie Tisnawati dan Kurniawan dalam bukunya yang berjudul Pengantar Manajeman cenderung 
menyamakan atau menyandingkan antara pengawasan dengan pengendalian dari suatu organisasi 
dalam satu pembahasan. Artinya, pengawasan dan pengendalian adalah satu hal yang memiliki dua sisi. 
Di atas pun telah disebutkan bahwa adanta ditetapkannya standar minimal adalah untuk memungkinkan 
ketercapaian sasaran-sasaran pada tiap aspeknya dengan baik dan terkendali. Jadi, dalam pengawasan 
ada pengendalian, begitu pun sebaliknya. 
16 
TUJUAN DARI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 
Griffin menyebutkan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan ini, seperti yang dikutip 
Ernie Tisnawati dan Kurniawan. Keempat tujuan tersebut adalah adaptasi lingkungan, meminimalkan 
kegagalan, meminimalkan kegagalan, dan mengantisipasi kompleksitas dari organisasi itu sendiri. 
A. Adaptasi Lingkungan 
Organisasi akan tetap solid jika organisasi tersebut dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang 
terjadi di lingkungan organisasi baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. 
B. Meminimalisir Kegagalan 
Semisal dalam suatu perusahaan. Ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi, perusahaan 
berharap agar kegagalan seminimal mungkin. 
C. Meminumkan Biaya 
Selain bertujuan untuk meminimalisir kegagalan, pengawasan juga mempunyai tujuan untuk 
meminimumkan biaya. Pengawasan melalui penetapan standar tertentu dalam meminimumkan 
kegagalan dalam produksi. 
D. Antisispasi Kompleksitas Organisasi 
Tentunya tiap organisasi ingin selalu bergerak maju, yakni semakin berkembang. Berkembangnya 
suatu organisasi tentu akan membawa dampak pada semakin kompleks masalah yang akan 
dihadapi. Jika hal tersebut tidak diatasi, maka sudah dapat dipastikan organisasi tersebut akan 
terpuruk di saat kemajuan telah di depan mata. Oleh karena itu, pengawasan jelas memiliki 
peranan penting untuk menjamin bahwa kompleksitas tersebut dapat diantisipasi dengan baik.
Selain dari pendapat di atas, ada juga ahli yang mengemukakan tujuan dari pengendalian dan 
pengawasan adalah sebagai berikut : 
1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan perintah /aturan yang berlaku 
2. Menertibkan koordinasi kegiatan. Kalau pelaksana pengawasan banyak, jangan ada objek 
pengawasan dilakukan berulang-ulang, sebaliknya ada objek yang tak pernah tersentuh 
pengawasan 
3. Mencegah pemborosan dan penyimpangan, Karena pengawasan mempunyai prinsip untuk 
melindungi masyarakat, maka pemborosan dana yang ditanggung masyarakat harus dicegah oleh 
penyimpangan yang dilakukan pihak kedua. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas 
barang dan jasa yang dihasilkan. Tujuan akhir suatu pekerjaan yang professional adalah terciptanya 
kepuasan masyarakat 
4. Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi. Jika barang atau jasa yang 
dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat, maka masyarakat tidak saja percaya 
pada pemberi jasa, tapi juga pada institusi yang memberikan perlindungan pada masyarakat dan 
akhirnya percaya pula pada kepemimpinan organisasi 
5. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak 
6. Memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar tidak 
17 
terulang kembali kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru 
7. Mengetahui penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana awal (planning) terarah 
kepada sasarannya dan sesuai dengan yang direncanakan 
8. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase/tingkat pelaksanaan) 
9. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan 
PENGENDALIAN (KONTROL) DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN 
Menurut Ricard L. daft, terdapat tiga pengendalian yang berkaitan dengan organisasional, yaitu 
pengendalian umpan maju, pengendalian yang berkesinambungan, dan pengendalian umpan balik. 
A. Pengendalian Umpan Maju 
Pengendalian yang berusaha mengidentifikasikan dan mencegah penyimpangan-penyimpangan 
sebelum mereka muncul. Maksudnya, pengendalian ini berfokus pada sumber daya manusia, 
materi, dan keuangan yang masuk ke organiasasi. Tujuannya adalah memastikan bahwa kualitas 
masukan cukup tinggi untuk mencegah masalah-masalah ketika organisasi melaksanakan tugas-tugasnya. 
Pengendalian ini juga sering disebut pengendalian preliminer atau preventif. 
B. Pengendalian yang Berkesinambungan 
Pengendalian yang mengawasi aktifitas karyawan yang dilakukan terus menerus untuk memastikan 
mereka konsisten dengan standar-standar kinerja. Pengendalian yang berkesinambungan juga 
meliputi pengendalian diri lewat individu-individu yang mengadakan pengendalian yang 
berskesinambungan atas perilaku mereka sendiri dikarenakan nilai dan sikap pribadi. 
C. Pengendalian Umpan Balik 
Pengendalian ini juga sering disebut dengan pengendalian pascatindakan atau hasil. Pengendalian 
ini berfokus pada hasil-hasil organisasi khususnya, kualitas dari produk akhir atau layanan. 
Dalam bidang pendidikan, pengendalian (kontrol) berfungsi agar proses manajemen pendidikan 
tetap terarah dan tidak ada penyimpangan-penyimpangan. Secara lebih rinci fungsi pengendalian 
(kontrol) sebagai berikut : 
1. Mencegah penyimpangan program 
Program pendidikan yang ditetapkan berdasarkan perencanaan yang overall, harus 
membuahkan
18 
hasil. Hasil seuai dengan yang dicapai tujuan yang telah dulu ditetapkan. 
2. Meningkatkan keuletan kerja 
To rise working skill. Kontrol dapat berfungsi mengangkat atau meningkatkan keterampilan 
kerja. 
3. Memperoleh feet-back 
To get feet-back. Kontrol berfungsi memperoleh umpan balik. Maksudnya karena kontrol maka 
administrator pendidikan yang melaksanakan kontrol akan memperoleh pengalaman dan 
penemuan-penemuan yang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk penyempurnaan kgiatan 
kontrol. 
4. Mengajak secara mendidik 
To apply direct and indirect, effective and efficient, persuasive and educative the purpose of 
controll. Kontrol berfungsi penerapan. Dengan kontrol adminstrator pendidikan menerapkan 
secara langsung dan tidak langsung, secara efektif dan efisien, ajakan yang bersifat mendidik 
kepada para personil program untuk memahami untuk maksud dan tujuan kegiatan yang 
dilakukan. 
5. Mengukur seberapa jauh pencapaian program pendidikan 
To measure to what extant the determined programhas been achieve to decide the follow up. 
Kontrol berfungsi untuk mengukur, seberapa jauh program yang sudah ditentukan telah 
tercapai. Ini penting untuk menetapkan tindak lanjut berkenaan dengan rencana dan program 
kerja berikutnya. 
Selanjutnya Mochler dalam Stoner James, A. F. (1988) menetapkan empat langkah dalam proses 
pengendalian, yaitu sebagai berikut: 
1. Menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi. 
2. Mengukur prestasi kerja. 
3. Menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat. 
4. Mengambil tindakan koreksi. 
Sedangkan Stoner James, A. F. dan Wankel, Charles (1988) mengelompokkan jenis-jenis metode 
pengendalian dalam empat jenis, yaitu: 
1. Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control) 
Menurut konsep pengendalian, suatu tindakan bisa diambil bila sumberdaya manusia, bahan 
dankeuangan diseleksi dan tersedia dalam jenis, jumlah dan mutu yang tepat. 
2. Pengendalian Kemudi (Steering Control) atau Pengawasan Umpan Maju (Freeforward Control) 
Metode ini dibentuk untuk mendeteksi penyimpangan dari beberapa standar atau tujuan 
tertentu dan memungkinkan pengambilan tindakan koreksi di depan. Bila pemimpin melihat 
adanya penyimpangan dia dimungkinkan untuk melakukan koreksi, sekalipun kegiatan belum 
selesai dilakukan. Pengendalian ini efektif bila pemimpin pada waktu yang tepat dapat 
memperoleh informasi yang akurat. 
3. Pengendalian Secara Skrining atau Pengendalian Ya/Tidak (Screening or Yes/No Control) 
Metode ini sangat luas digunakan karena mampu melakukan penelitian ganda, ketika 
pengmanan terhadap resiko tindakan manajer sangat diperhatikan. Metode ini fungsional bila 
prosedur dan syarat-syarat tertentu disepakati sebelum melakukan kegiatan. 
4. Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Control)
Metode pengendalian digunakan untuk melihat adanya penyimpangan arah dan tujuan 
perusahaan setelah kegiatan selesai. Pengendalian ini hamper mirip dengan evaluasi yang waktu 
Pelaksanaan 
19 
RUANG LINGKUP ATAU SASARAN PENGAWASAN 
1. Sumber daya 
2. Prosesnya yang mempunyai prosedur tetap dengan standar dan cara kerja yang baik. 
3. Hasil ( out put ) baik secara kualitatif dan kuantitatif . 
4. Aturan lain yang ditetapkan. 
Pengawasan itu merupakan suatu cost item , artinya memerlukan biaya yang besar dari awal 
sampai akhir (kesimpulan ). Karena itu sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaan dana dan material, 
dengan dana yang tersedia, metode yang baik serta peralatan yang efektif, pemecahan masalah yang 
tidak pilih kasih, bisa mencapai sasaran yang luas. Janganlah suatu objek (produk / sediaan ) dilakukan 
pengawasan berulang-ulang disuatu atau beberapa tempat dalam waktu yang lama, sebaliknya banyak 
objek lain yang tak tersentuh pengawasan . 
FUNGSI PENGAWASAN 
1. Eksplanasi, pengawasan menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil 
kebijakan publik dan program yang dicanangkan berbeda. 
2. Akuntansi, pengawasan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akuntansi atas 
perubahan sosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlahkebijakan publik dari 
waktu ke waktu. 
3. Pemeriksaan, pengawasan membantu menentukan apakah sumberdaya dan pelayanan yang 
dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada 
mereka. Dan 
4. Kepatuhan, pengawasan bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari para administrator 
program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, 
instansi pemerintah dan atau lembaga profesional. 
JENIS-JENIS PENGAWASAN 
Adapun jenis-jenis pengawasan adalah sebagai berikut: 
1. Pengawasan Intern dan Ekstern 
a. Pengawasan Intern, pengawasan yang dilakukan oleh orang dari badan atau unit ataupun 
instansi di dalam lingkungan unit tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung 
atau pengawasan melekat (built in control). 
b. Pengawasan Ekstern, pengawasan yang dilakukan di luar dari badan/unit/instansi tersebut. UUD 
1945 pasal 23E: “Untuk memeriksa pegnelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara 
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yg bebas dan mandiri. 
2. Pengawasan Preventif (sebelum kegiatan dilaksanakan) dan Represif (setelah kegiatan 
dilaksanakan) 
3. Pengawasan Aktif (dekat) dan Pasif 
a. Pengawasan aktif merupakan jenis pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yg 
bersangkutan.
b. Pengawasan pasif Melakukan penelitian dan pengujian terhadap surat-surat 
20 
pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti -bukti penerimaan dan pengeluaran. 
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan kebenaran materiil mengenai 
maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid). 
Fungsi Pengawasan sangatlah penting dalam pelaksanaan manajemen sebuah organisasi. 
Terlebih pada instansi pendidikan, pengawasan sangat diperlukan untuk menjamin bahwa fungsi -fungsi 
pada manajemen yang telah dikonsepkan berjalan pada jaulur semestinya. Fungsi Pengawasan 
merupakan proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua 
pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Pengawasan 
adalah tanggung jawab pimpinan, tapi karena tidak mungkin pimpinan melakukan semuanya maka 
pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan. 
Dalam melakukan proses pengawasan tidak bisa terlepas dari karakteristik dari fungsi kontroling 
sebagai berikut: 
1. Kontroling adalah akhir fungsi, fungsi tersebut dilakukan sekali yang dibuat dalam konformitas 
dengan rencana. 
2. Kontroling adalah fungsi yang meluas, berarti itu dilakukan oleh manajer pada semua tingkatan 
dan dalam semua jenis masalah. 
3. Kontroling adalah melihat ke depan, karena kontrol yang efektif tidak mungkin tanpa masa lalu 
dikontrol. Mengontrol selalu melihat ke masa depan sehingga tindak lanjut dapat dibuat bila 
diperlukan. 
4. Kontroling adalah proses dinamis, karena mengendalikan memerlukan mengambil metode 
reviewal, perubahan harus dibuat sedapat mungkin. 
Kontroling terkait dengan perencanaan, Perencanaan dan Pengendalian adalah dua fungsi 
inseperabel manajemen. Tanpa perencanaan, pengendalian adalah latihan berarti dan tanpa 
mengontrol, perencanaan tidak berguna. Perencanaan mengandaikan mengendalikan dan mengontrol 
perencanaan berhasil. 
LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES PENGAWASAN 
Dalam pengawasan, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya: 
a. Penetapan standar dan metode penilaian kinerja. 
Idealnya, tujuan yang hendak dicapai suatu organisasi sebaiknya ditetapkan dengan jelas dan 
lengkap pada saat perencanaan dilakukan. Terdapat tiga alasan mengapa tujuan harus jelas, yaitu: 
1) sering kali tujuan terlalu bersifat umum sehingga sulit untuk dinilai saat implementasi 
dilakukan, 
2) berdasarkan alasan pertama tersebut, sebaiknya tujuan yang ditetapkan memuat standar 
yang lebih jelas dinyatakan, dan 
3) kejelasan dan kelengkapan tujuan memudahkan manajemen untuk melakukan komunikasi 
dalam organisasi, termasuk juga menentukan metode yang akan digunakan dalam 
mengevaluasi standar yang telah ditetapkan. 
Manajemen akan lebih mudah menjelaskan kepada seluruh pihak dalam organisasi jika tujuan 
organisasi dirumuskan dengan jelas. 
b. Penilaian kinerja 
Yang dimaksud dengan penilaian kinerja adalah upaya untuk membandingkan kinerja yang dicapai 
dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan semula. Penilaian kinerja merupakan sebuah
proses yang berkelanjutan dan terus menerus dalam beberapa kegiatan yang hanya dapat dilihat 
kualitas pekerjaannya saat akhir dari kegiatan tersebut. 
21 
c. Penilaian apakah kinerja memenuhi standar atau tidak 
Secara garis besar, ada kemungkinan hasil penilaian yang diambil dariperbandingan antara kinerja 
dan standar, yaitu: 
Kinerja > Standar, di mana dalam kondisi ini organisasi mencapai kinerja yang terbaik karena 
berada di atas standar yang ditetapkan. 
Kinerja = Standar, artinya organisasi mencapai kinerja yang baik, namun pada tingkat yang 
paling minimum karena kinerjanya sama dengan standar. 
Kinerja < Standar, berarti dalam kondisi ini organisasi mencapai kinerja yang buruk atau tidak 
sesuai dengan yang diharapkan karena berada di bawah standar. 
d. Pengambilan tidakan koreksi. 
Dari tahap sebelumnya, melalui perbandingan antara kinerja dengan standar, dapat diperoleh 
informasi dari proses pengawasan yang telah dilakukan. Ketika kinerja di bawah standar berarti 
organisasi mendapatkan maslah. Oleh karena itu organisasi kemudian perlu melakukan 
pengendalian, yaitu dengan mencari jawaban mengapa masalah tersebut terjadi, yaitu kinerja di 
bawah standar, kemudian perusahaan melakukan tindakan untuk mengoreksi masalah tersebut. 
PENGERTIAN SUPERVISI (PENGAWASAN) DALAM PENDIDIKAN 
Secara morfologis (bentuk kata/istilah) supervisi berasal dari bahasa inggris supervision yang 
terdiri dari kata “super” yang bararti di atas dan “visi” yang berarti melihat atau meninjau. Berdasarkan 
semantic (bahasa/istilah) supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan 
kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan pada mutu mengajar dan belajar 
pada khususnya. Dilihat dari istilahnya supervise ini masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan 
pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi 
diatas, pimpinan–terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan 
pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan 
tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi 
dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian 
yang perlu diperbaiki 
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berecana untuk 
memperbaiki pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan 
mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang 
efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya). Dalam “Dictionary of 
Education”, Good Carter, memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas -petugas sekolah 
dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk 
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan 
pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode pengajar dan evaluasi pengajaran. 
Menurut Purwanto (2009: 76) Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan 
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara 
efektif. 
Burton dalam bukunya, “Supervision a Social Process”, yang dikutip Purwanto (2009: 76) sebagai 
berikut: “Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and improving co-operatively 
all factors which affect child growth and development”. (Supervisi adalah layanan tehknis 
terutama bertujuan untuk mempelajari dan meningkatkan kebersamaan semua faktor yang 
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak).
Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan 
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan 
standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin 
bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.” (Robert J. 
Mockler). 
Boardman mengemukakan pendapatnya mengenai supervisi atau pengawasan pendidikandapat 
dirumuskan sebagai usaha untuk mendorong mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan guru-guru 
secara berkesinambungan disuatu sekolah, baik secara individu, maupun secara kelompok, didalam 
pengertian yang lebih baik dan tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka 
dapat lebih mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara 
berkesinambungan menuju partisipasi yang cerdas dalam kehidupan masyarakat demokratis modern. 
Sementara menurut Neagley dan Evans (Purwanto, 2009: 76) dalam bukunya : “Hand book for 
Effective Superfission of Intructions”, mengemukakan seperti berikut: “ the term supervision is used to 
describe those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the 
conditions which surround the learning and growth of pupils and teachers”. Istilah pengawasan ialah 
digunakan untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan yang terutama dan secara langsung berkaitan 
dengan mempelajari dan memperbaiki kondisi yang mengelilingi pembelajaran dan pertumbuhan murid 
dan guru. Dengan perkataan lain setiap layanan kepada guru-guru yang menghasilkan perbaikan 
intruksional belajar dan kurikulum disebut supervisi. 
Di sisi lain ada pendapat Mark mengenai supervisi atau pengawasan dalam pendidikan adalah 
bahwa nilai supervise ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang 
direfleksikan pada perkembangan para siswa. 
Menurut Oteng Sutisna mengawasi ialah " proses dengan ...melihat apakah apa yang terjadi itu 
22 
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya". 
Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala bentuk bantuan dari para 
pemimpin sekolah yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah 
lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang di maksud yaitu berupa 
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti 
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan 
pengajaran. Selain itu juga ada pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajaryang baik, 
cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya. 
Dari beberapa definisi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan diatas dapat diketahui 
bahwa atasan mempunyai wewenang memberi pengarahan atau bimbingan kepada guru-guru tidak 
terbatas pada kegiatan administrator saja, semua atasan atau administrator yang senior lainnya dapat 
memberi bantuan pada proses pelaksanaan belajar mengajar yang dititik beratkan pada situasi 
belajarnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang 
direncanakan untuk membantu para guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan 
pekerjaan mereka secara efektif. 
TUJUAN DAN FUNGSI SUPERVISI (PENGAWASAN) DALAM PENDIDIKAN 
Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervisi dilakukan dengan 
cara dan metode yang benar, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisor 
dalam melaksanakan tugasnya.
23 
a) Tujuan Umum Supervisi pendidikan 
Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu 
mengajar pada khususnya, meliputi : 
- menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, 
hambatan, dan ketidakadilan 
- mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, 
hambatan, dan ketidakadilan 
- mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik 
- menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi 
- meningkatkan kelancaran operasi organisasi 
- meningkatkan kinerja organisasi 
- memberikan opini atas kinerja organisasi 
- mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja 
yang ada 
b) Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan 
Meliputi : 
- Membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan 
perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya. 
- Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan- kebutuhan dan 
kesulitankesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya. 
- Memperbesar kesanggupan guru-guru untuk memperlengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya 
menjadi anggota masyrakat yang efektif. 
- Membantu guru-guru mengadakan diagnose secara kritis aktivitas-aktivitasnya, serta kesulitan-kesulitan 
mengajar dan belajar murid-muridnya, dan menolong mereka merencanakan 
perbaikan. 
- Membantu guru-guru untuk dapat menilai aktivitasaktivasnya dalam rangka tujuan 
perkembangan anak didiknya. 
- Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat 
mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai keefektivan 
program yang disusun. 
- Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam 
bidang profesi (keahlianya). 
- Membantu guru-guru untuk dapat lebih memamfaatkan pengalaman-pengalamannya sendiri. 
- Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah simpati 
dan kesediaan masyarakat untuk menyokong sekolah. 
- Memperkenalkan guru-guru atau karyawan baru kepada situasi sekolah profesinya. 
- Melindungi guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan kritikkritik 
yang tak sehat dari masyarkat. 
- Mengembangkan “profesionalisme esprit e corps” guru-guru. 
Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol untuk melihat 
apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah di gariskan. 
Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat penting, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan 
hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Pada tahap pengawasan tersebut, justru dapat 
mempengaruhi proses perencanaan manajemen yang akan datang, karena dengan pengawasan berarti 
dilakukannya evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan yang terjadi agar dapat diperbaiki
pada proses manajemen ke depan. Karena itu, pengawasan harus dilakukan sebaik-baiknya agar tujuan 
yang dicapai dapat direalisasikan. 
Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, 
komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayagunakan rencana 
pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu 
rencana pendidikan. Pada fungsi komparator bermaksud membandingkan antara hasil pengukuran dan 
perencanaan pendidikan yang telah dikembangkan sebelumnya. Fungsi activator dimaksudkan untuk 
mengarahkan tindakan manajerial bilamana terjadi suatu perubahan dalam pelaksanaan sistem 
pendidikan. 
Fungsi-fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan dapat dilihat dari berbagai bidang, 
24 
yaitu sebagai berikut : 
1. Dalam Bidang Kepemimpinan 
- Menyusun rencana dan policy bersama 
- Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan. 
- Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan 
persoalanpersoalan. 
- Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada 
anggota kelompok. 
- Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan. 
- Membagi wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi 
dan kecakapan masing-masing. 
- Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok. 
- Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani 
mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama. 
2. Dalam Hubungan Kemanusiaan 
- Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan 
pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun anggota kelompoknya. 
- Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti 
dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis dan lain sebagainya. 
- Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis. 
- Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan sesama manusia. 
- Menghilangkan rasa curiga antara sesama anggota kelompok. 
3. Dalam Pembinaan Proses Kelompok 
- Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan 
masingmasing. 
- Menimbulkan dan memelihara sikap percaya antar anggota kelompok maupun antar anggota 
dan pimpinan. 
- Memupuk saling tolong menolong sesama anggota. 
- Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok. 
- Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat di antara 
anggota kelompok. 
- Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemua-pertemuan lainnya. 
4. Dalam Bidang Administrasi Personal 
- Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu 
pekerjaan.
- Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan 
25 
kemampuan masing-masing. 
- Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil 
maksimal. 
5. Dalam Bidang Evaluasi 
- Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci. 
- Menguasai dan memiliki norma atau ukuran yang akan di gunakan sebagai nkriteria penilaian. 
- Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperolah data yang lengkap, benar, dan 
dapat diukur menurut norma-norma yang ada. 
- Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang 
kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan. 
Secara umum fungsi supervisi atau pengawasan adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini adalah 
beberapa pendapat para ahli mengenai fungsi-fungsi supervisi (pengawas) dalam pendidikan menurut 
para ahli : 
1. Ayer Fred A, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada sebaik-baiknya 
sehingga ada perbaikan. 
2. Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program pendidikan 
melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki. 
3. W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah 
menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar. 
4. Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anakanak. 
5. Swearingan, mengatakan bahwa fungsi pengawasan ada 8, yaitu sebagai berikut: 
a) Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah. 
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti 
perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin 
menyebar, diantaranya adalah uasaha tiap guru, uasaha-usaha sekolah, usaha-usaha 
pertumbuhan jabatan. 
b) Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah 
Yaitu melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan 
kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah. 
c) Memperluas Pengalaman 
Yaitu memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staff sekolah, sehingga 
setiap anggota staff semakin hari semakin bertambah pengalaman dalam hal mengajarnya. 
d) Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif 
Yaitu kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang 
dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri. 
e) Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu 
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-bahan 
pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya 
harus bersifat menyeluruh dan kontinyu. 
f) Menganalisa Situasi Belajar 
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang member kemungkinan bagi guru 
dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan. 
g) Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf 
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka mengembangkan 
pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
26 
h) Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan 
Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan 
nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri. 
Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam 
Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab 
dan wewenang penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan, 
penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan. 
6. T.H. Briggs, fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan merupakan alat untuk 
mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. 
7. Menurut Anwar, fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan adalah menetapkan masalah 
yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi, menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum 
memberikan pelayanan kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai 
usaha mensurvai seluruh sistem yang ada, memberikan solusi terhadap hasil inspeksi yang telah di 
survei, penilaian, latihan dan pembinaan atau pengembangan. 
8. Sedangkan Nawawi (1983) menegaskan bahwa " pengawasan ...berarti kegiatan mengukur tingkat 
efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha 
mencapai tujuan". Selanjutnya dikemukakan fungsi pengawasan antara lain: 
a) Memperoleh data yang telah diolah dapat dijadikan dasar bagi usaha perbaikan dimasa yang 
akan datang. 
b) Memperoleh cara bekerja yang paling efisien dan efektif atau yang paling tepat dan paling 
berhasil sebagai cara yang terbaik untuk mencapai tujuan. 
c) Memperoleh data tentang hambatan-hambatan dan kesukaran-kesukaran yang dihadapi agar 
dapat dikurangi atau dihindari. 
d) Memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan usaha pengembangan 
organisasi dan personil dalam berbagai bidang. 
e) Mengetahui seberapa jauh tujuan telah dicapai. 
9. Menurut Robert J. Mockler fungsi dari pengawasan pada manajerial sebuah instansi pendidikan 
adalah: 
1. Menghindari terjadinya penyimpangan program 
Dengan dilakukan pengawasan, maka program pendidikan yang ditetapkan pada awal 
manajemen dapat berjalan berdasarkan perencanaan yang over all. 
2. Meningkatkan kualitas kerja 
Dengan menerapkan kontrol manajemen, berarti juga menerapkan fungsi pengawasan kerja, 
yang berdampak pada peningkatan kualitas kerja 
3. Memperoleh umpan balik (feed back) 
Lewat kontrol manajemen yang dilakukan, maka administrator pendidikan yang melaksanakan 
kontrol akan memperoleh pengalaman dan penemuan-penemuan kasus yang dapat 
dipergunakan sebagai bahan evaluasi yang nantinya dilakukan penyempurnaan kegiatan kontrol. 
4. Mengajak secara mendidik 
Pengawasan manajemen juga dapat berfungsi sebagai terapan. Dengan control, adminstrator 
pendidikan dapat menerapkan secara langsung dan tidak langsung, secara efektif dan efisien, 
secara persuasif yang bersifat mendidik kepada para personil program untuk memahami untuk 
maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan. 
5. Mengukur seberapa jauh pencapaian program pendidikan 
Dengan mengetahui seberapa jauh tingkat ukur kemampuan dari manajemen yang diterapkan 
maka akan dapat dilakukan proses peningkatan pada tindak lanjut program manajemen 
selanjutnya.
10. Purwanto (2009) mengemukakan fungsi-fungsi supervise pendidikan yang sangat penting diketahui 
27 
oleh para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut: 
a. Dalam bidang kepemimpinan 
- Menyusun rencana dan polisi bersama 
- Mengikutesertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai-pegawai) dalam 
berbagai kegiatan, dll 
b. Dalam hubungan kemanusiaan 
- Memupuk rasa saling menghargai dan mengormati diantara sesama anggota kelompok dan 
sesame manusia 
- Menghilangkan rasa curiga mencurigai antara anggota kelompok, dll 
c. Dalam pembinaan proses kelompok 
- Mengenal masing-masing pribaadi anggota kelompok baik kelemahan maupun kemampuan 
masing-masing kelompok 
- Memupuk sikap dan kesediaan tolong menolong 
d. Dalam bidang administrasi personel 
- Memailih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu 
pekerjaan. 
- Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan 
kemampuan masing-masing. 
e. Dalam bidang evaluasi 
- Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci. 
- Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai 
kriteria penilaian. 
Dengan demikian, fungsi pengawasan ialah untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam 
organisasi, khususnya pada wilayah pendidikan akan diketahui melalui pengawasan apakah tingkat 
pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki ?, apakah perlu dilakukan perbaikan ?, 
dan lain sebagainya. 
TIPE-TIPE SUPERVISI ATAU PENGAWASAN DALAM PENDIDIKAN 
Regulasi pendidikan mengemukakan bahwa pemerintah dalam menjalankan supervisi pada 
tingkatan satuan pendidikan mempunyai dua objek sasaran, yaitu secara personal dan institusional. 
Secara personal, hal itu terlihat pada model supervisi yang menyebutkan bahwa pengawas bertugas 
membimbing dan melatih profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya di satuan 
pendidikan binaannya. 
Sedangkan secara institusional menyebutkan bahwa pengawas bertugas meningkatkan kualitas 
standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan. Sehubungan dengan hal itu, Burton dan Brueckner 
(Purwanto, 2009: 79) mengemukakan adanya lima tipe supervisi: 
a. Supervisi Sebagai Inspeksi 
b. Laissez Faire 
c. Coercive Supervision 
d. Training and Guidance (sebagai latihan dan bimbingan) 
e. Kepengawasan yang Demokratis 
Selanjut nya Supardi menguraikan kelima tipe supervise tersebut sebagai berikut : 
1. Tipe Inspeksi
Tipe ini merupakan tipe supervisi yang mewajibkan supervisor turun melihat langsung hal -hal yang 
dikerjakan targer supervisi. Kegiatan supervisi yang menggunkan tipe ini, apabila target supervisi 
melakukan dalam aktifitas kerjanya, supervisor dapat menginformasikannya secara langsung 
kepada target supervisi agar langsung menyadari kesalahannya dalam proses untuk mencapai 
tujuan pendidikan sekolah. 
Ketika pengawas menjalankan tipe ini, maka yang harus diperhatikan adalah: 
a. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi maupun keluarga. 
b. Supervisi hendaknya tidak kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi 
28 
bawahannya. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil, mendesak. 
c. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya. 
d. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari 
bawaannya. 
Dalam administrasi dan kepemimpinan otokratis, supervisi berarti inspeksi. Inspeksi bukanlah suatu 
pengawasan yang berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki cara dan 
daya kerja sebagai pembimbing dan pengajar. Inspeksi dijalankan terutama dimaksud untuk 
meneliti/mengawasi apakah guru atau bawahan menjalankan apa-apa yang telah diinstruksikan dan 
ditentukan oleh atasan atau tidak, sampai dimana guru-guru atau bawahan menjalankan tugas-tugas 
yang telah diberikan atau ditentukan atasannya. Jadi, inspeksi berarti kegiatan-kegiatan 
mencari kesalahan. Inilah cirri-ciri kepengawasan yang khas yang berlaku pada zaman kolonial dulu. 
Inspeksi merupakan tipe kepengawasan otokratis. 
2. Tipe Laisses Faire 
Tipe ini target supervisi diberikan kebebasan dalam menjalankan aktifitasnya. Sebab yang 
dutamakan dalam supervisi model ini adalah hasil akhir sehingga supervisor tidak begitu intens 
dalam memfokuskan proses kerja yang dilaksanakan target supervisi. Selain itu apabila kita 
menggunakan tipe inii, pengawas tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang 
yang disupervisi. Pengawas juga diharuskan memberikan argumentasi atau alasan yang 
rasional tentang tindakan-tindakan serta instruksinya. Hendaknya tidak menonjolkan jabatan atau 
kekuasaannya agar tidak menghambat kreativitas bawahannya. 
Kepengawasan yang bertipe Laissez Faire sesungguhnya kepengawasan yang sama sekali tidak 
konstruktif. Kepengawasan ini membiarkan guru-guru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa 
diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka 
sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dan dengan cara yang mereka hendaki masing-masing. 
3. Tipe Coersive 
Tipe coersive (paksaan) pengawas dalam melaksanakan tugasnya turut campur dalam 
mengembangkan pendidiknya. Tipe supervisi seperti ini diperuntukan bagi para pendidik dan 
tenaga kependidikan yang masih lemah dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya. Tipe 
seperti ini “terpaksa” dilakukan karena pendapat seorang pengawas. 
Tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi, tipe ini bersifat pemaksaan kehendak/ otoriter, segala 
sesuatu yang dianggap baik oleh pengawas harus diikuti. Namun untuk pelaksanaan hal -hal yang 
bersifat awal, seperti untuk guru-guru yang baru mulai belajar mengajar tipe ini cukup baik. 
4. Tipe Training and Guidance 
Tipe training and guidance (pelatihan dan pendampingan) merupakan tipe supervisi yang 
menekankan keefektifan target supervisi. Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan berbasis kepada
pengembangan minat dan bakat target supervisi. Tipe training and guidance ini cocok digunakan 
apabila target supervisi masih belum berpengalaman dalam melaksanakan tugas keprofesian 
pendidikan. 
Tipe ini dapat diterapkan kepada target supervisi yang telah berpengalaman. Agar tipe training and 
guidance ini dapat dijalankan secara efektif, maka supervisor hendaknya juga menyiapkan berbagai 
macam sikap yang bersinergi dengan tugasnya. Menurut teori Kiyosaki, beberapa sikap yang 
dibutuhkan supervisor tersebut antara lain: 
 Supervisor hendaknya bersikap positif terhadap segala macam persepsi baik yang positif 
29 
maupun negatif kepada dirinya. 
 Supervisor dituntut untuk dapat memimpin organisasi profesi pengawas untuk dapat 
meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan dan pemantauan baik secara institusional 
(satuan pendidikan) maupun personal (pendidikan dan tenaga kependidikan). 
 Supervisor hendaknya memiliki sikap yang superl dalam berkomunikasi kepada segenap 
stakeholders pendidikan. Sikap yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam berkomunikasi 
akan memperlancar tugas supervisi. Sehinggak pencapaian target akan terealisasi dengan 
tepat. 
 Supervisor harus bersikap berani terhadap usaha intimidasi atau tekanan dari pihak lain 
dalam menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan. 
 Supervisor dituntut bertanggung jawab atas hasil supervisi terhadap satuan pendidikan 
yang dibinanya. Pertanggungjawaban atas hasil kerja merupakan indikasi bahwa supervisor 
melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik kepada satuan pendidikan yang 
dibinanya. 
Pada tipe ini, pengawas bertugas memberikan bimbingan dan pelatihan pada bawahan mengenai 
pelaksanaan kegiatan. Tipe ini lebih baik dari tipe kepengawasan terdahulu terutama untuk guru-guru 
yang baru mulai mengajar setelah keluar dari sekolah keguruan. Namun, kelemahannya 
adalah terkadang pemberian petunjuk dan bimbingan bersifat kolot dan cenderung statis. Sudah 
tidak sesuai lagi dengan perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat terjadi 
kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dengan supervisor itu sendiri. Dan bisa 
juga sebaliknya, pendapat supervisor bisa juga lebih maju, sedangkan pengetahuan yang diperoleh 
guru-guru dari sekolah guru masih bersifat konservatif. 
5. Tipe Demokratis 
Keterlibatan target supervisi sangat diandalkan dalam tipe supervisi demokratis. Hal utama yang 
ingin dituju adalah adanya kerjasama pembinaan antara supervisor dan target supervisor dan target 
supervisor. Langkah ini dilakukan agar target supervisi ikut merasakan sendiri terhadap program 
supervisi yang dijalankan kepadanya. Untuk itu, supervisor tidak boleh boleh bersifat otoriter dalam 
menjalankan kegiatan supervisi. Keseluruhan tipe supervisi demokratis ini difokuskan ke dalam 
satuan pendidikan meliputi manajemen kurikulum pembelajaran; kesiswaan; sarana prasarana; 
ketenagaan; keuangan; hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan khusus. 
Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam pelaksanaan supervisi. Pada tipe ini juga 
berlaku sistem pendistribusian dan pendelegasian. Dalam hal melakukan supervisi tidak lagi 
menjadi tugas seorang supervisor sendiri, melainkan pekerjaan-pekerjaan bersama yang 
dikoordinasikan. 
Ciri-ciri dari pelaksanaan supervisi yang demokratis adalah: 
a. Pengawasan dijalankan secara gotong-royong atau kooperatif, tidak ditangan seorang raja, yaitu 
kepala sekolah 
b. Pengawasan dijalankan terang-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu guru-guru, tidak 
secara sembunyi-sembunyi seperti pengawasan polisi resersir.
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah

More Related Content

What's hot

Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah DasarPentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah DasarIntan Irawati
 
Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip PembelajaranTeknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip PembelajaranJesicaDinna
 
Landasan pengembangan kurikulum drs. dadang sukirman, m.pd.
Landasan pengembangan kurikulum   drs. dadang sukirman, m.pd.Landasan pengembangan kurikulum   drs. dadang sukirman, m.pd.
Landasan pengembangan kurikulum drs. dadang sukirman, m.pd.ntotmbol
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018Zakki Nurul Amin
 
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanPengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanSherly Anggraini
 
Manajemen Sarana dan Prasana Pendidikan
Manajemen Sarana dan Prasana PendidikanManajemen Sarana dan Prasana Pendidikan
Manajemen Sarana dan Prasana Pendidikanreni_hapsari
 
196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2
196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2
196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2Sunrise James
 
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKANKEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKANMuhamad Yogi
 
Husna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docxHusna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docxAsmaulHusna660274
 
ppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptxppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptxDipahLestari
 
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini Mitha Ye Es
 
Pengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikanPengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikanHanapi Hasan
 
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara IndonesiaPancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara IndonesiaEko Priyanto
 
AKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptx
AKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptxAKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptx
AKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptxIqbalNurzeha
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bk7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bkkomisariatimmbpp
 
Mengatasi masa depan melalui pendidikan
Mengatasi masa depan melalui pendidikanMengatasi masa depan melalui pendidikan
Mengatasi masa depan melalui pendidikanAi Nurlailiah
 
Bu mulyani permasalahan kelompok dan pelaksanaanya
Bu mulyani   permasalahan kelompok dan pelaksanaanyaBu mulyani   permasalahan kelompok dan pelaksanaanya
Bu mulyani permasalahan kelompok dan pelaksanaanyaOetari Oetari
 
Mekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Mekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di SekolahMekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Mekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di SekolahArmadira Enno
 

What's hot (20)

Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah DasarPentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
 
Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip PembelajaranTeknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Teknologi Pendidikan, Teori Belajar, dan Prinsip – Prinsip Pembelajaran
 
Landasan pengembangan kurikulum drs. dadang sukirman, m.pd.
Landasan pengembangan kurikulum   drs. dadang sukirman, m.pd.Landasan pengembangan kurikulum   drs. dadang sukirman, m.pd.
Landasan pengembangan kurikulum drs. dadang sukirman, m.pd.
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanPengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
 
Manajemen Sarana dan Prasana Pendidikan
Manajemen Sarana dan Prasana PendidikanManajemen Sarana dan Prasana Pendidikan
Manajemen Sarana dan Prasana Pendidikan
 
196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2
196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2
196758844 makalah-kepemimpinan-pdf-2
 
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKANKEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
 
Husna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docxHusna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docx
 
ppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptxppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptx
 
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
Pendekatan dalam bimbingan perkembangan anak usia dini
 
Alat identifikasi anak luar biasa
Alat identifikasi anak luar biasaAlat identifikasi anak luar biasa
Alat identifikasi anak luar biasa
 
Pengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikanPengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikan
 
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara IndonesiaPancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
 
AKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptx
AKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptxAKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptx
AKSI NYATA PERUNDUNGAN PRESENTASI MATERI.pptx
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bk7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bk
 
Mengatasi masa depan melalui pendidikan
Mengatasi masa depan melalui pendidikanMengatasi masa depan melalui pendidikan
Mengatasi masa depan melalui pendidikan
 
Bu mulyani permasalahan kelompok dan pelaksanaanya
Bu mulyani   permasalahan kelompok dan pelaksanaanyaBu mulyani   permasalahan kelompok dan pelaksanaanya
Bu mulyani permasalahan kelompok dan pelaksanaanya
 
Mekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Mekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di SekolahMekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Mekanisme Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
 

Similar to Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah

Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu SekolahFungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu SekolahPuspawijaya Putra
 
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahKepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahRachma Wati
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdfadhanoorfedy2
 
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demakLaporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demakAziz Zindani
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPuspawijaya Putra
 
Tugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepalaTugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepalaSepti C-phe
 
Transformasi kepsek iklim guru
Transformasi kepsek  iklim guruTransformasi kepsek  iklim guru
Transformasi kepsek iklim guruChaing Saing
 
makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL
makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL
makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL GINA AMRIL
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanMohd Khoeirul Fahmi Hamid
 
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )ErdinHidayat
 
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docx
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docxJURNAL TESIS_SUAIDAH.docx
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docxaidasuaidah
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahKemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahsman 2 mataram
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahKemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahsman 2 mataram
 
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...muhamadrusdi4
 

Similar to Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah (20)

Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu SekolahFungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
 
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahKepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
 
Peran guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidikPeran guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidik
 
Paparan visi
Paparan visiPaparan visi
Paparan visi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demakLaporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen   demak
Laporan observasi manajemen sekolah di mts nurul ulum mranggen demak
 
Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
 
Tugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepalaTugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepala
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Mkalah menejemen ok
Mkalah menejemen okMkalah menejemen ok
Mkalah menejemen ok
 
Transformasi kepsek iklim guru
Transformasi kepsek  iklim guruTransformasi kepsek  iklim guru
Transformasi kepsek iklim guru
 
makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL
makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL
makalah manajemen sekolah-GINA AMRIL
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
 
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
 
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docx
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docxJURNAL TESIS_SUAIDAH.docx
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docx
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahKemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolah
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahKemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolah
 
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
 

More from Puspawijaya Putra

Tugas merangkum pada pembelajarn fisika
Tugas merangkum pada pembelajarn fisikaTugas merangkum pada pembelajarn fisika
Tugas merangkum pada pembelajarn fisikaPuspawijaya Putra
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPuspawijaya Putra
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPuspawijaya Putra
 
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan LensaRefraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan LensaPuspawijaya Putra
 
Pemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi Alternatif
Pemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi AlternatifPemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi Alternatif
Pemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi AlternatifPuspawijaya Putra
 
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TLPROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TLPuspawijaya Putra
 

More from Puspawijaya Putra (8)

Tugas merangkum pada pembelajarn fisika
Tugas merangkum pada pembelajarn fisikaTugas merangkum pada pembelajarn fisika
Tugas merangkum pada pembelajarn fisika
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
 
Karakteristik Awan
Karakteristik AwanKarakteristik Awan
Karakteristik Awan
 
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan LensaRefraksi  Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
Refraksi Oleh Permukaan Lengkung dan Lensa
 
Refraksi Cahaya
Refraksi CahayaRefraksi Cahaya
Refraksi Cahaya
 
Pemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi Alternatif
Pemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi AlternatifPemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi Alternatif
Pemanfatan Sampah Kota Sebagai Sumber Energi Alternatif
 
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TLPROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 

Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah

  • 1. 1 FUNGSI PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH Oleh : A. Kurniawan PENDAHULUAN Upaya membangun mutu pendidikan terus dilakukan. Baik oleh pemerintah maupun pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dalam usaha memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan. Sekaligus sebagai respon terhadap perubahan kehidupan yang sangat cepat di era globalisasi. Dengan harapan mutu lulusan pendidikan dapat bersaing dalam pemenuhan kebutuhan kerja, dan memberikan kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakatnya. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun mutu pendidikan adalah penerapan manajemen mutu terpadu di sekolah. Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai organisasi yang memberikan layanan jasa pendidikan kepada siswa dan masyarakat. Sehingga manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sebagai proses pengelolaan sekolah yang berfokus kepada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan siswa dan masyarakat. Upaya pembaharuan yang dilakukan pemerintah tidak akan membuahkan hasil jika tidak ada upaya yang sama dari pihak sekolah. Penyelenggaran manajemen mutu terpadu di sekolah membutuhkan kerjasama kepala sekolah, guru dan karyawan sebagai pelaksana utama. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun mutu pendidikan adalah penerapan manajemen mutu terpadu di sekolah. Penyelenggaran manajemen mutu terpadu di sekolah membutuhkan kerjasama kepala sekolah, guru dan karyawan sebagai pelaksana utama. Komitmen masyarakat dan sekolah amatlah penting dalam kebersamaan merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta melakukan perbaikan terus menerus dalam mencapai pendidikan yang bermutu. Namun fungsi manajemen tidak hanya berhenti pada tahap pelaksanaan, tetapi masih ada tahap pengontrolan/pengawasan. Pengontrolan/pengawasan berada pada tahap akhir fungsi manajemen, yang diperlukan agar fungsi -fungsi manajemen yang lain dapat berjalan sesuai dengan tugasnya. Pada pendidikan formal fungsi pengotrolan/pengawasan ditugaskan pada jabatan pengawas sekolah. Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan yang diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dalam meningkatkan kualitasnya. Sebagai penunjang penyelenggaraan pendidikan tentunya pengawas memiliki peran dan kontribusi yang penting. Termasuk juga dalam pelaksanaan manajemen mutu terpadu. Pengawas sekolah merupakan pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan. Tanggung jawab pengawas sekolah adalah tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dibinanya. Sedangkan manajemen mutu terpadu adalah cara mengelola lembaga pendidikan dengan perbaikan yang dilakukan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Dalam penerapan manajemen mutu terpadu peran pengawas dapat diimplikasikan berdasarkan delapan kompetensi pengawas dari pemikiran Wiles & Bondi yaitu sebagai pengembang siswa, pengembang kurikulum, spesialis pembelajaran, pekerja hubungan manusiawi, pengembang staf, pengembang administrator, manajer perubahan, dan evaluator. Dewasa ini dengan adanya perkembangan masyarakat terutama masyarakat Indonesia dan perkembangan pendidikan dari sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini tentu menjadi kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin pada umumnya dan kepala sekolah pada khususnya yang juga turut serta mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan tersebut ada tiga aspek yaitu, perubahan dalam tujuan yang mana tujuan tersebut mengubah tujuan pendidikan dan mengubah luasnya
  • 2. tanggungjawab para pemimpin pendidikan. Hal ini juga mengubah bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dijalankan sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketika Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, pendidikan Indonesia bersifat sentralisasi maksudnya adalah segala sesuatunya seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah murid, buku-buku pelajaran, cara mengajar dan sebagainya telah ditetapkan dan diselenggarakan oleh pemerintah sentral. Sementara kewajiban kapala sekolah dan para guru hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun setelah penjajahan berakhir dan Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan telah didesentralisasikan kepada daerah-daerah yaitu masyarakat diikutsertakan dalam usaha pendidikan. Di sisi lain, tanggungjawab kepala sekolah dan para guru semakin luas yaitu disamping mengatur jalannya sekolah juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Bahkan kepala sekolah dan para guru berkewajiban untuk membangkitkan semangat kinarja antara staf guru, pegawai sekolah ataupun kepala sekolah itu sendiri untuk bekerja lebih baik, membangun dan memelihara kekeluargaan, kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai sekolah dan muridmuridnya. Hingga saat ini tugas kepala sekolah dan para guru makin dikembangkan seperti yang telah di jabarkan di atas tadi masih banyak lagi seperti mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya, memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan para guru dan para pegawainya. Semua ini merupakan tugas kepala sekolah dan para guru sebagai bagian dari fungsi supervisi (pengawasan) yang menjadi kewajibannya sebagai pemimpin pendidikan. Keberadaan supervisi dalam pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan karena supervise merupakan aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru. 2 KONSEP MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PENDIDIKAN Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan pegawai lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Nitisemito (1996:11) mengemukakan manajemen personalia adalah manajemen yang mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau dalam bidang kepegawaian. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bentuk pengakuan pentingnya anggota organisasi (personil) sebagai sumber daya yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi, pelaksanaan fungsi, dan kegiatan organisasi untuk menjamin bahwa mereka dipergunakan secara efektif dan adil demi kepentingan organisasi, indivi du, dan masyarakat (Tim Pakar Manajemen Pendidikan, 2003:68-69). Hal ini merupakan wujud pengakuan akan peranan penting MSDM dalam organisasi, tantangan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) secara efekif, dan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan profesionalisasi dalam bidang MSDM. Kemajuan teknologi menciptakan pekerjaan baru dan mempercepat menghilangnya pekerjaan. Collingridge dan Ritchie (1979:1) berpendapat MSDM merupakan bagian pekerjan manajemen yang berhubungan dengan manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok, dan dengan sumbangannya pada efektivitas organisasi.
  • 3. MSDM merupakan suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, dan pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi . Samsudin (2006:23) mengemukakan hal-hal yang berkenaan dengan MSDM adalah: 1. Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai kebijakan SDM dengan 3 perencanaan, 2. Tanggung jawab pengelolaan SDM tidak lagi menjadi tanggung jawab manajer khusus, tetapi manajemen secara keseluruhan, 3. Adanya perubahan dari hubungan serikat pekerja manajemen menjadi hubungan manajemen karyawan, 4. Terdapat aksentuasi pada komitmen untuk melatih para manajer agar dapat berperan optimal sebagai penggerak dan fasilitator. Tujuan MSDM adalah memperbaiki kontribusi produktif pegawai terhadap organisasi dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial. Tujuan MSDM mencerminkan strategi manajer dan menyeimbangkan tantangan organisasi, fungsi SDM, dan orang-orang yang terpengaruh. Secara umum tujuan MSDM mencakup empat aspek yaitu tujuan sosial, tujuan organisasional, tujuan fungsional, dan tujuan individual. 1. Tujuan sosial MSDM adalah agar organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya (Samsudin, 2006:30). Organisasi menghasilkan output bagi kelompok tertentu di masyarakat. Organisasi sekolah dalam hal ini peserta didik dan alumni diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan membantu memecahkan masalah sosial. Implementasi tujuan sosial dalam bidang bidang pendidikan khususnya sekolah adalah program Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan program bakti sosial. Bentuk nyata dari kegagalan suatu organisasi mengkaitkan pencapaian tujuannya dengan pencapaian tujuan masyarakat secara luas yang tercermin dalam dua wujud yaitu masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap organisasi sekolah dan sebagai akibat hilangnya kepercayaan tersebut masyarakat tidak lagi memberikan dukungannya kepada kebijaksanaan dan kegiatan organisasi tersebut. 2. Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Bagian MSDM dibentuk untuk membantu dalam mewujudkan tujuan organisasi. Personil sekolah didayagunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah. Efektifitas sekolah tergantung dengan efektifitas SDM yang ada di sekolah. Kunci kelangsungan berjalannya organisasi sekolah terletak pada efektifitas kepala sekolah dal am membina dan memanfaatkan keahlian guru dan pegawai dengan berupaya meminimalkan kelemahan SDM. 3. Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi SDM pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi (Samsudin, 2006:32). Sehingga kepala sekolah dalam hal ini berupaya meningkatkan pengelolaan guru dan pegawai dengan cara memberikan pelayanan konsultasi yang tepat, mengelola program rekrutmen yang efektif, pelatihan, dan mampu menguji realitas ketika guru dan pegawai mengemukakan gagasan baru untuk mengembangkan sekolah. 4. Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi yang akan dicapai melalui aktivitasnya dalam organisasi (Samsudin, 2006:32). Apabila tujuan organisasi dan tujuan pribadi tidak sesuai maka dapat dimungkinkan pegawai akan memilih untuk menarik diri dari organisasi. Kepala sekolah harus pula terfokus pada pencapaian kesesuaian pencapaian tujuan dengan guru, dengan mengkaji pengetahuan, kemampuan, kebutuhan, dan minat guru di sekolah.
  • 4. Collingridge dan Ritchie (1979:2) mengemukakan organisasi berusaha menciptakan kondisi dimana setiap pegawai terdorong untuk memberi sumbangan sebaik mungkin bagi efektifitas organisasi. Hal ini penting bagi kepala sekolah karena sekolah tidak dapat efektif dan efisien yang maks imal tanpa kerja sama penuh dari guru dan pegawai. MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan bersama, organisasi, karyawan, dan masyarakat (Gary, 2003). Sehingga MSDM memiliki kewajiban untuk memahami perubahan yang semakin komplek selalu terjadi di lingkungan organisasi, mengantisipasi perubahan tersebut baik perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai mempengaruhi organisasi akibat informasi yang berkembang cepat. Salah satu hal yang penting dalam Manajemen di bidang Pendidikan adalah yang berkaitan dengan Personil/Sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu Pendidik seperti guru maupun tenaga Kependidikan seperti tenaga administratif. Intensitas dunia pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu perbedaan penting antara lembaga pendidikan/organisasi sekolah dengan organisasi lainnya, ini sejalan dengan pernyataan Sergiovanni (1987:134) yang menyatakan bahwa: ”Perhaps the most critical difference between the school and most other organization is the human intensity that characterize its work. School are human organization in the sense that their products are human and their processes require the sosializing of humans”. Ini menunjukan bahwa masalah sumberdaya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pe ndidikan/pembelajaran. Hal ini juga berarti bahwa mengelola sumberdaya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan/pembelajaran di sekolah. Sumberdaya manusia dalam konteks manajemen adalah ”people who are ready, willing, and able to contribute to organizational goals (Wherther and Davis, 1993:635). Oleh karena itu Sumberdaya Manusia dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kinerja mereka agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan. Meningkatnya kinerja Sumber Daya Manusia akan berdampak pada semakin baiknya kinerja organisasi dalam menjalankan perannya di masyarakat. Meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia memerlukan pengelolaan yang sistematis dan terarah, agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini berarti bahwa manajemen Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan, besar atau kecil, apapun jenis industrinya (Schuller and Jackson, 1997:32). Aspek Manajemen Sumberdaya Manusia menduduki posisi penting dalam suatu perusahaan/organisasi karena setiap organisasi terbentuk oleh orang-orang, menggunakan jasa mereka, mengembangkan keterampilan mereka, mendorong mereka untuk berkinerja tinggi, dan menjamin mereka untuk terus memelihara komitmen pada organisasi merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi (De Cenzo&Robbin, 1999:8). Menurut Barney (Bagasatwa,(ed),2006:12) system Sumber Daya Manusia dapat mendukung keunggulan kompetitif secara terus menerus melalui pengembangan kompetensi SDM dalam organisasi. 4 RESPON PENDIDIKAN TERHADAP MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Secara skematis adanya saling ketergantungan antara pendidikan dengan perkembangan bisnis dalam merespon kebutuhan sumber daya manusia yang unggul mampu menampilkan kinerja yang bermutu. Konsep learning organization berkenaan dengan berbagai upaya untuk Melaksanakan
  • 5. pembelajaran secara terorganisasi, sehingga bisa mencapai suatu tujuan yang diharapkan, terutama dalam membentuk kematangan pribadi dan dalam masyarakat. Dengan demikian sesungguhnya learning organization adalah untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam berorganisasi, sehingga tercipta sinergi kelembagaan yang berkelanjutan. Nilai-nilai individu teintegrasi pada budaya organisasi yang beradab dan bermartabat dengan didukung oleh suatu komitmen yang kuat terhadap visi yang diyakini bersama. Dimana proses belajar tersebut berorientasi pada kebutuhan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sesuai dengan adanya tuntutan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara dan strategi, diantanya adalah sebagai berikut : 1. Melalui pre service education 2. Melalui in service education Keunggulan mutu sumberdaya manusia akan ditandai oleh sinergi antara keluasan penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan memanfaatkan teknologi informasi, yang diwujudkan dalam perilaku keseharian secara nyata. Maka hal ini akan mendorong organisasi untuk meraih competitive advantages and comvarative advantages. Dalam persaingan global yang semakin ketat dewasa ini, peran pendidikan dalam manjemen sumber daya manusia bahwa pendidikan semakin penting dalam rangka human invesment. Dimana organisasi akan membutuhkan kehadiran sumber daya manusia produktif, kreatif, inovatif dan profesional. Dengan demikian maka harus diciptakan strategi pedagogik untuk mewujudkan suasana kondusif yakni competitive intelegence dan memenangkan komptesisi bisnis global melalui kerjasama kemitraan dalam sebuah kolaborasi networking. Dalam membangun networking bisnis pada saat sekarang, persaingan justru dilakukan di dalam wadah kerja sama. Dengan kata lain pendidikan dan pelatihan merupakan salah sau langkah stratejik untuk meningkatkan mutu kinerja sumber daya manusia agar mampu merespon tantangan dunia bisinis, khusunya melalui peningkatan produktivitas individu dan kelompok. Proses belajar dalam mengantisipasi perubahan dan perkembangan bisnis, bukan semata-mata melalui jalur pendidikan formal pada berbagai jenjang pendidikan, melainkan lebih cenderung pada proses learning dalam praktik bisnis. Dalam upaya untuk menjalankan manajemen sumber daya manusia yang lebih efektif, ada banyak gagasan baru yang diperkenalkan kedalam sistem sekolah, disertai dengan revisi terhadap gagasan lama yang sudah dijalankan sekian lama. Sebuah gagasan atau proses yang saat ini banyak menyita perhatian adalah manajemen mutu terpadu di sekolah. Setiap proses yang bisa mengembangkan manajemen sumber daya manusia di sebuah sekolah, pada akhirnya akan mampu mengembangkan kemampuan belajar para siswa. 5 KONSEP MUTU PENDIDIKAN Mutu merupakan konteks yang dinamis, wujudnya dapat berupa kepuasan. Kepuasan ini dapat dilihat dari dua sisi, pertama dari sisi produsen dan yang kedua dari sisi pengguna. Mutu bersifat dinamis karena ukuran kepuasan akan selalu berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan waktu dan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Itulah sebabnya, konsep mutu harus dikaitkan dengan upaya perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan (continuous qual ity improvement). Dari sisi produsen mutu dapat digambarkan sebagai sesuatu hasil yang telah sesuai atau melebihi dari apa yang ada dalam perencanaan program. Program perencanaan dimaksud meliputi input, proses, dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau output. Namun mutu atau kepuasan dari sisi produsen belum tentu sama dengan mutu atau kepuasan menurut pelanggan.
  • 6. Dikatakan bermutu menurut pelanggan apabila program-program, kegiatan, dan hasil yang dicapai telah sesuai atau melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan itu sendiri. Menyiasati agar ada relevansi antara mutu yang dimaksud oleh pelanggan, dalam hal ini sekolah, maka harus ada kerja sama antara sekolah dengan pihak pengguna pendidikan dalam penentuan dan pembuatan program-program kegaitan yang akan dilaksanakan di sekolah. Pengukuran mutu dari sisi produsen (sekolah) disebut quality in fact sedangkan pengukuran mutu dari sisi pelanggan disebut sebagai quality in perception. Adapun standar yang dipakai pengukuran quality in fact adalah standar proses dan pelayanan, yakni yang sesuai dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan tujuan dan dilaksanakan dengan tanpa kesalahan (zero defect) atau mengerjakan sesuatu yang benar sejak pertama dan seterusnya (right first time and every time). Standar yang digunakan untuk pengukuran quality in perception adalah standar pelanggan, yakni kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan (Hari Suderadjat, 2005 : 2). Mutu merupakan suatu keadaan yang esensi dalam segala hal , termasuk dalam dunia pendidikan. Karena pendidikan di sekolah yang tidak bermutu lambat laun akan mati ditinggalkan pelanggannya dan kalah bersaing oleh penyelenggara pendidikan yang bermutu. Mengingat esensinya masalah mutu, ditegaskan oleh Syafaruddin (2005 : 34) bahwa : “Konsep sekolah bermutu (unggul) perlu ada dalam konsep setiap kepala sekolah.” Memandang mutu pendidikan tidak bisa serta merta hanya dilihat dari sisi mutu lulusannya saja, karena yang paling penting justru harus mempertanyakan proses meningkatkan mutu lulusan. Jelasnya, hal-hal yang dapat dan berpengaruh terhadap mutu lulusan adalah suatu proses dan fasilitas-fasilitas pendukungnya dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Proses yang dimaksud tiada lain berupa layanan yang diberikan kepada pelanggan pendidikan, baik kepada siswa sebagai pelanggan utama yang menerima layanan pendidikan dan pembelajaran, maupun orang tua dan masyarakat sebagai pengguna hasil pendidikan. Dalam upaya mencapai lulusan yang bermutu tentu harus melalui tahap proses yang bermutu, yakni memberikan layanan pendidikan dengan mengerahkan segala sumber daya sebagai pendukungnya, baik sumber daya material maupun nonmaterial. Sejalan dengan itu, Syafaruddin (2002 : 37) menjelaskan sebagai berikut : Tuntutan terhadap pelayanan terbaik juga menjadi perhatian manajemen mutu terpadu, tak terkecuali dalam pendidikan. Sekolah-sekolah pada dewasa ini tidak hanya cukup menawarkan program studi dengan kurikulum tertentu, orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan tetapi, sekolah juga harus menyediakan alat-alat belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran dan pengajaran. Gedung sekolah yang bagus diisi dengan sarana dan fasilitas belajar yang baik dan fungsional, tempat bermain pelajar, serta pelayanan yang prima terhadap pelajar, guru, orang tua, dan masyarakat. Situasi dan kondisi sekolah yang kondusif akan memberikan kontribusi positif bagi mutu proses dan mutu produk (lulusan) sekolah. Sesuai dengan gambaran tersebut di atas dapat dikatakan bahwa layanan pendidikan mencakup dimensi proses dan dimensi sarana prasarana. Proses berupa pelaksanaan pembelajaran, metode, komunikasi, motivasi, dan sebagainya. Sarana prasarana berupa alat-alat pembelajaran, gedung, dan lingkunang sekolah yang kondusif. Bermutu atau tidaknya proses dan sarana prasarana pendidikan sebagai indikator dalam layanan pendidikan dapat dibandingkan dengan standar yang tertuang dalam PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang di dalamnya mencakup standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, dan standar pengelolaan. Apabila sarana prasarana, dan proses yang dilakukan telah sesuai denga rencana dan harapan pelanggan, maka layanan pendidikan dapat memuaskan produsen maupun pelanggan. Dengan kata lain, layanan pendidikan yang bermutu adalah layanan pendidikan yang sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. 6
  • 7. Satu hal yang sangat mendasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan mutu layanan pendidikan. Samtono (http//sma1-sltg.sch.id/modules.php?name=News&new_topic=2) menjelaskan bahwa : “Untuk mendapatkan standar mutu merupakan suatu keharusan menggunakan konsep manajemen yang menggunakan pendekatan mutu, yang kemudian kita kenal dengan istilah ‟manajemen mutu‟.” Ada lima dimensi yang diarahkan untuk mutu layanan pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Zeitham, Parasuraman, dan Berry dalam Media Informasi Pendidikan (http//Google.pakguruonline) sebagai berikut : 1. Tangibles, yaitu berkaitan dengan penampilan fisik lembaga, peralatan, pegawai dan sarana 7 komunikasi. 2. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan sebagaimana yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten. 3. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan dengan cepat. 4. Assurance (kombinasi dari courtery competence,, credibility, scurity), yaitu kemampuan staf lembaga untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan melalui rasa hormat dan pengetahuan yang mereka miliki. 5. Empathy (kombinasi dari acess, communication, understanding the customer), yaitu perhatian staf lembaga yang diberikan kepada pelanggan secara individu. Indikator untuk mengukur dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan sebagaimana tersebut di atas dapat mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, juga harus memperhatikan kriteria-kriteria pendidikan yang baik, seperti dikemukakan dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 (2005 : 84) sebagai berikut : Program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik memiliki lima kriteria yang bisa disingkat dengan SMART (specific, measurable, achievebel, realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator kinerja pendidikan yang terukur dan yang dapat dicapai sebagai target/sasaran masing-masing program. Sekolah sebagai suatu organisasi yang memberikan jasa layanan pendidikan, mempunyai tujuan yang diharapkan tercapai secara optimal. Itulah sebabnya, dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu elemen-elemen yang ada di dalamnya. Secara umum unsur-unsur yang ada dalam organisasi sekolah ini terdiri dari tiga dimensi yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output ). 1. Input, meliputi peserta didik, kurikulum, dana, data dan informasi, pendidik dan tenaga kependidikan, motivasi belajar, kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan, sararan dan prasarana, serta lingkungan. 2. Proses, meliputi lama waktu belajar dan mengikuti pendidikan, kesempatan mengikuti pembelajaran, efektivitas pembelajaran, mutu proses pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran. 3. Output, meliputi jumlah siswa yang lulus atau naik kelas, nilai ujian, jumlah siswa yang bekerja dan diteriama pada lapangan kerja, peran serta lulusan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat. Dari unsur-unsur tersebut di atas yang berkenaan dengan mutu layanan pendidikan adalah unsur masukan (input) dan unsur proses. Sedangkan mutu lulusan merupakan hasil dari layanan pendidikan yang bermutu, perwujudannya dari unsur proses yang bermutu dengan didukung input yang bermutu. Dengan kata lain, mutu layanan pendidikan diperoleh dari hasil pengelolaan input dan proses pendidikan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu. Dalam implementasi pelaksanaan manajemen mutu, yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu total (TQM) yang dikemukakan oleh Henster dan Brunel (Samtono, http//sma1-sltg.sch.id) sebagai berikut : 1. Kepuasan pelanggan.
  • 8. Dalam manajemen mutu total diperlukan konsep tentang mutu dan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. 8 2. Respek terhadap setiap orang. Di sekolah setiap personel sekolah dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian warga sekolah merupakan sumber daya sekolah yang paling berharga. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan. 3. Manajemen berdasarkan fakta. Sekolah bermutu berorientasi pada fakta, yakni setiap keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada data-data dan bukan berdasarkan pada perasaan. Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini, pertama prioritisasi yaitu suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, berdasarkan data sekolah dapat memfokuskan usahanya pada situasi atau kegiatan tertentu yang dianggap paling penting. Konsep kedua, variasi atau vitabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. 4. Perbaikan berkesinambungan. Untuk mencapai kesuksesan setiap sekolah harus melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-do- check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. PENGERTIAN KONSEP MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH Sekolah merupakan suatu sistem organisasi yang terdiri dari komponen kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, kurikulum, sarana pra sarana, dan lingkungan. Sebagai suatu organisasi, maka sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan melibatkan segala sumber daya, serta berbagai aktivitas yang dikoordinir oleh kepala sekolah sebagai pemimpin. Kegiatan untuk menggerakkan semua komponen secara teratur untuk mencapai tujuan sering disebut sebagai manajemen. Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai upaya sekelompok orang yang bertugas mengarahkan aktivitas orang lain kearah tujuan yang akan dicapai. Dalam konteks sekolah, manajemen adalah upaya yang dilakukan pimpinan sekolah untuk mengarahkan aktivitas semua komponen yang ada ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen mutu terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) dipopulerkan oleh Peter dan Waterman pada tahun 1982 (Usman, 2011: 567). menjelaskan bahwa manajemen mutu terpadu sebagai budaya organisasi yang ditentukan dan didukung oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus menerus melalui sistem terintegrasi yang terdiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan perbaikan terus menerus dalam proses organisasi diharapkan akan menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu tinggi. Manajemen Mutu Terpadu atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994, dalam Yunus, 2003) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa pula
  • 9. sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang. Berbeda pemikiran, Edward Sallis (2006) menyatakan manajemen mutu terpadu sebagai sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Sedangkan Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (1995) menjelaskan manajemen mutu terpadu sebagai suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. Pendapat para ahli walaupun dilihat sekilas berbeda tetapi memiliki satu kesamaan, yang bermuara pada satu definisi kesimpulan. Manajemen mutu terpadu adalah cara mengelola lembaga pendidikan dengan perbaikan yang dilakukan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Goetsch dan Davis (1994) dalam Fariadi, (2010) mengungkapkan sepuluh karakteristik Manajemen Mutu Terpadu atau TQM yaitu sebagai berikut : 1. Fokus Pada Pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 2. Obsesi Terhadap Kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas adalah pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. 3. Pendekatan Ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark ), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. 4. Komitmen jangka Panjang. TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. 5. Kerja sama Team (Teamwork). Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. 6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan 7. Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat. 8. Pendidikan dan Pelatihan. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. 9. Kebebasan Yang Terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun 9
  • 10. demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. 10. Kesatuan Tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja. 11. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. Selanjutnya Hensler dan Brunell (Usman, 2011: 572) menjelaskan empat prinsip utama dalam manajemen mutu terpadu, antara lain: 1. Kepuasan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuain dengan spesifikasi tertentu, melainkan 10 mutu ditentukan oleh pelanggan. Sebagai unit layanan jasa, maka pelanggan sekolah adalah: 1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha). 2. Respek terhadap setiap orang. Dalam sekolah bermutu, setiap orang dianggap memiliki potensi dan merupakan aset atau sumber daya yang paling bernilai. 3. Manajemen berdasarkan fakta. Setiap keputusan yang dibuat selalu berdasarkan fakta, bukan pada perasaan atau ingatan semata. 4. Perbaikan terus menerus. Agar dapat mencapai sukses sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah KOMPONEN MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH Komponen manajemen terpadu dijelaskan oleh West-Burnham (1997), dalam Usman, (2011: 576) terdiri dari empat komponen yaitu: 1. Prinsip-prinsip. Hal-hal yang harus dilakukan warga sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, sasaran dan policy sekolah. Peranan kepala sekolah sebagai pimpinan sangat menentukan. 2. Proses. Upaya yang dilakukan warga sekolahuntuk memuaskan pelanggannya. 3. Pencegahan. Upaya sekolah untuk menghindari kesalahan sejak awal. Pencegahan lebih baik dilakukan perbaikan. 4. Manusia. Warga sekolah yang bekerja secara sinergi dalam suatu manajemen kolegial serta lebih menekankan pada pentingnya hubungan manusiawi. Sedangkan Sallis (2003, dalam Usman, 2011: 577) berpendapat lain, Sallis menyatakan komponen mutu terdiri dari: 1. Kepemimpinan dan strategi. Meliputi komitmen, kebijakan mutu, analisis organisasi, misi dan rencana strategis, serta kepemimpinan. 2. Sistem dan prosedur. Meliputi efisiensi administratif, pemaknaan data, ISO 9001, dan biaya. 3. Kerja tim. Meliputi pemberdayaan, memanaj diri sendiri, kelompok, alat mutu yang digunakan. 4. Asesmen diri sendiri. Meliputi assesmen sendiri, monitoring dan evaluasi, survei kebutuhan pelanggan, dan pengujian standar. Keempat komponen tersebut dipengaruhi dan mempengaruhi oleh: 1) lingkungan pendidikan, 2) pertanggungjawaban, 3) perubahan kultur/budaya, 4) pihak-pihak yang peduli dan pelanggan. Manajemen mutu memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengubah cara-cara tradisional menjadi sekolah yang memiliki mutu tinggi, integritas tinggi terhadap aturan, dan komitmen
  • 11. dari semua level (bawah, tengah, atas). Sebab cara tradisional akan mengalami kesulitan dalam pengembangan dan perubahan akibat kekakuan dalam setiap keputusan serta kesulitan dalam mengatasi rintangan. Namun dalam mencapainya dibutuhkan sumber daya manusia yang memil iki rancangan masa depan, melakukan inovasi dan mau melangkah maju mencapai visi dan misi sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah selaku pimpinan merupakan kunci yang menjadi motor penggerak dalam memelihara serta memperkuat proses peningkatan mutu secara terus menerus. Sebelum melaksanakan manajemen mutu terpadu, terlebih dahulu harus diperhatikan delapan elemen mutu Sashkin dan Kiser (1993, Usman 2011: 586) yang penting dalam melaksanakan manajemen mutu terpadu, antara lain: 1) informasi mutu harus digunakan untuk meningkatkan mutu, 2) otoritas harus seimbang dengan tanggung jawab, 3) tersedia hadiah atas keberhasilan, 4) kerja sama menjadi basis bukan persaingan, 5) warga sekolah harus aman dalam bekerja, 6) harus tersedia iklim keterbukaan, 7) gaji/upah harus adil, dan 8) warga sekolah harus merasa memiliki. Dengan mengetahui elemen mutu diharapkan penerapan dapat berjalan lancar. Sesuai langkah-langkah penerapan manajemen mutu terpadu menurut Goetsh dan Davis seperti yang telah 11 dikemukakan sebelumnya. FUNGSI MANAJEMEN PADA PENDIDIKAN Secara umum, ada empat fungsi manajemen yang sering orang menyebutnya “POAC”, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Dua fungsi yang pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak tercapainya proses yang efektif dan efisien. 1. Fungsi Perncanaan (Planning) Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksana untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka menengah dan di atas perencanaan jangka panjang dan menengah ini, pemimpin pun harus menentukan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terebih dahulu dan secara bertahap, serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya. Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana yang harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. Perencanaan adalah proses dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perbedaan pelaksanaan adalah hasil tipe dan tingkat perencanaan yang berbeda pula. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsifungsi manajemen lainnya. Fungsi -fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan-keputusan perencanaan. Salah satu aspek yang juga penting dalam perencanaan adalah pembuatan keputusan (making decision), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
  • 12. Ada empat tahapan dalam perencanaan, yaitu: (a). Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan (b). Merumuskan tujuan saat ini. (c). Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan. (d). Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. 12 2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan untuk menjal ankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggungjawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Ada beberapa pengertian organisasi antara lain, seperti yang diinventarisir oleh Ritha F. Dalimunthe dalam (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1236/1/manajemenritha. pdf) yaitu: (a). Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya yang ada. (b). Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatankegiatannya, dan pada tiap kelompok diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota kelompok. (c). Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan para karyawan. (d). Cara para manajer membagi tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai dengan efisien. Ada beberapa aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu : a). Bagan organisasi formal; b). Pembagian kerja; c). Departementalisasi; d) Rantai perintah atau kesatuan perintah; e). Tingkat-tingkat hiraki manajemen f). Saluran Komunikasi; dan g). Rentang manajemen dan kelompok informal yang dapat dihindarkan. Proses pengorganisasian terdiri dari tiga tahap, yaitu : (a). Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap individu dalam mencapai tujuan organisasi, (b). Pembagian beban pekerjaan menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan oleh setiap individu. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu. (c). Pengadaan dan pengembangan mekanisme kerja sehingga ada koordinasi pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi memahami tujuan organisasi dan mengurangi ketidak efisiensian dan konflik. 3. Fungsi Pengarahan (Actuating) Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam melakukan pengarahan yaitu : (a). Prinsip mengarah kepada tujuan. (b). Prinsip keharmonisan dengan tujuan. (c). Prinsip
  • 13. kesatuan komando. Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di atas. Cara-cara pengarahan yang dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh Ritha F. Dalimunthe 13 berupa: a. Orientasi Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. b. Perintah Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. c. Delegasi wewenang Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepadabawahannya. 4. Fungsi Pengawasan (Controlling) Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Controlling (pengawasan) ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai rencana yang ditetapkan (Ulbert Silalahi,2000). Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan (Bedjo Siswanto,1991). Pengawasan (controlling) dapat diartikan sebagai proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (M. Manullang,1998) Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan. Dengan demikian kegiatan controlling mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Diantara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengawasan (controlling) mempunyai peran yang sangat penting dalam fungsi perencanaan menetapkan tentang apa yang harus dicapai pada periode tertentu, sedangkan dalam pengawasan (controlling) berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dan kalau tidak dapat dicapai faktor penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan (corretive action). Oleh karena itu betapa eratnya hubungan antara perencanaan dan pengawasan. Dalam perencanaan aktivitas organisasi, tujuan utama dan sasaran serta metode untuk mencapainya ditetapkan dengan jelas. Dalam controlling mengukur kemajuan kearah tujuan tersebut dan memungkinkan pimpinan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan sebelum penyimpangan menjadi lebih jauh.
  • 14. Dengan perkataan lain pengawasan dan penelitian diperlukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan program kerja tidak terlalu menyimpang dari rencana dan jika tidak ada penyimpangan, maka itu dapat diterima secara rasional dan efisien. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa fungsi controlling merupakan suatu proses untuk mengawasi segala kegiatan tertuju pada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai serta merupakan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan segala kegiatan progam kerja yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kata “pengawasan” sering berkonotasi tidak menyenangkan, karena dianggap mengecam kebebasan dan otonomi pribadi, padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan, sehingga tugas manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreativitas dan sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi sendiri, sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan. Dari berbagai batasan pengawasan (controlling), bahwa tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat merealisasikan tujuan utama, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelamahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang. Dalam proses pengawasan lebih banyak meliputi tindakan mencari sumber kesulitan dan 14 mengoreksinya. Oleh sebab itu, tujuan fungsi control antara lain adalah : 1) Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. 2) Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan. 3) Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan datang, sedang atau mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. 4) Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya. 5) Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan control dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan tindakan control sesudah terjadi penyimpangan (representative control). Control suatu sistem akan menjadi efektif apabila : 1) Keluaran yang sesungguhnya diukur dengan tepat dan dibandingkan dengan keluaran yang diinginkan. 2) Keputusan-keputusan tindakan yang diperlukan dilaksanakan. 3) Umpan balik informasi cukup cepat untuk mengadakan perbaikan-perbaikan sebelum faktor-faktor dalam proses menjadi tidak sesuai dengan perbaikan-perbaikan yang dibuat PENGERTIAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MSDM Banyak ahli di bidang manajemen mengemukakan pandangannya tentang pengertian dari pengawasan, salah satunya Schermerhorn. Pengawasan menurut Schermerhorn seperti yang dikutip Ernie Tisnawati dan Kurniawan, adalah suatu proses dalam menetapkan kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert yang juga dikutip oleh Ernie Tisnawati dan Kurniawan menyataka bahwa control is the process of ensuring that actual activities conform the plannedactivities.
  • 15. Menurut Sondang P. Siagian, pengawasan adalah Proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Edang menurut Suyanto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Sedikit berbeda dengan pengertian di atas, Sadali Samsudin mendefenisikan pengawasan SDM sebagai suatu kegiatan manajemen dalam mengadakan pengamatan terhadap – sekurang-kurangnya – tujuh aspek, yaitu: (1) sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, (2) sumber daya manusia yang benar-benar dibutuhkan organisasi, (3) pasaran sumber daya manusia yang ada dan memungkinkan, (4) kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dan yang ada di pasaran tenaga kerja, (5) kemampuan individual dari setiap sumber daya manusia dalam organisasi, (6) upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam organisasi, dan (7) semangat kerja sumber daya manusia, dan sebagainya. Dengan memperhatikan berbagai aspek dalam pengawasan sumber daya manusia ini, perlu adanya suatu tolok ukur atau penetapan standar minimal yang memungkinkan ketercapaian sasaran-sasaran pada tiap aspeknya dengan baik dan terkendali. Menurut Sadali Samsudin, ketentuan standar minimal tersebut antara lain sebagai berikut: a. Jumlah personil yang harus ada dalam organisasi atau perusahaan yang bersangkutan untuk 15 mencapai sasaran yang ingin dicapai. b. Kualitas kemampuan tenaga kerja yang bagaimana yang harus mengisi berbagai bagian dalam organisasi dengan segala jenis latar belakang pendidikannya. c. Sasaan apa saja pada tiap bagian yang ingin dicapai dan keterkaitan antara bagian-bagian tersebut sehingga dalam mencapai sasaran organisasi dapat dilakukan secara sistematis. d. Pola karier dari para karyawan dalam organisasi yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kerja, dan sebagainya. Pengawasan adalah tanggung jawab pimpinan , tapi karena tidak mungkin pimpinan melakukan semuanya maka pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan. Disamping itu pengawasan harus bisa mengukur objek apa yang telah dicapai , menilai pelaksanaan serta mengadakan /menyarankan tindakan perbaikan atau penyesuaian yang dipandang perlu, disamping itu pengawasan harus bisa mengevaluasi diri tentang apa yang telah dicapainya ( inspeksi diri ). Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas / pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah ( aturan ) yang diberikan. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen , disamping fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. Jenis jenis pengawasan sebagai berikut: 1. Pengawasan Intern dan Ekstern Pengawasan Intern, pengawasan yang dilakukan oleh orang dari badan atau unit ataupun instansi di dalam lingkungan unit tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control). Pengawasan Ekstern, pengawasan yang dilakukan di luar dari badan/unit/instansi tersebut. UUD 1945 pasal 23E: “Untuk memeriksa pegnelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yg bebas dan mandiri 2. Pengawasan Preventif (sebelum kegiatan dilaksanakan) dan Represif (setelah kegiatan dilaksanakan) 3. Pengawasan Aktif (dekat) dan Pasif Pengawasan aktif merupakan jenis pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yg bersangkutan, sedangkan Pengawasan pasif Melakukan penelitian dan pengujian terhadap surat - surat pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti -bukti penerimaan dan pengeluaran.
  • 16. 4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan kebenaran materiil mengenai maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid). Pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) adalah pemeriksaan pengeluarkan apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluwarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya; Pengawasan kebenaran materiil mengenai maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin. Namun, perlu diingat bahwa inti dari pengawasan bukan hanya sebatas pada penilaian berkaitan dengan berjalan atau tidaknya rencana yang telah ditetapkan, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu. Sementara itu, yang dimaksud dengan pengendalian manajeman adalah semua usaha perusahaan yang mencakup metode, prosedur dan strategi perusahaan yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan (organisasi), agar dipatuhinya kebijakan manjemen serta tercapainya tujuan perusahaan (organisasi). Adanya pengendalian ini dalam rangka mencapai keefektifan dan keefisiensian kinerja dari organisasi yang dalam pembahasan ini berkenaan dengan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan dari organisasi. sementara itu, pengendalian dalam kaitannya dengan akuntansi didefinisikan sebagai hubungan antara prosedur dan system yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan (organisasi). Ernie Tisnawati dan Kurniawan dalam bukunya yang berjudul Pengantar Manajeman cenderung menyamakan atau menyandingkan antara pengawasan dengan pengendalian dari suatu organisasi dalam satu pembahasan. Artinya, pengawasan dan pengendalian adalah satu hal yang memiliki dua sisi. Di atas pun telah disebutkan bahwa adanta ditetapkannya standar minimal adalah untuk memungkinkan ketercapaian sasaran-sasaran pada tiap aspeknya dengan baik dan terkendali. Jadi, dalam pengawasan ada pengendalian, begitu pun sebaliknya. 16 TUJUAN DARI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Griffin menyebutkan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan ini, seperti yang dikutip Ernie Tisnawati dan Kurniawan. Keempat tujuan tersebut adalah adaptasi lingkungan, meminimalkan kegagalan, meminimalkan kegagalan, dan mengantisipasi kompleksitas dari organisasi itu sendiri. A. Adaptasi Lingkungan Organisasi akan tetap solid jika organisasi tersebut dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan organisasi baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. B. Meminimalisir Kegagalan Semisal dalam suatu perusahaan. Ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi, perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin. C. Meminumkan Biaya Selain bertujuan untuk meminimalisir kegagalan, pengawasan juga mempunyai tujuan untuk meminimumkan biaya. Pengawasan melalui penetapan standar tertentu dalam meminimumkan kegagalan dalam produksi. D. Antisispasi Kompleksitas Organisasi Tentunya tiap organisasi ingin selalu bergerak maju, yakni semakin berkembang. Berkembangnya suatu organisasi tentu akan membawa dampak pada semakin kompleks masalah yang akan dihadapi. Jika hal tersebut tidak diatasi, maka sudah dapat dipastikan organisasi tersebut akan terpuruk di saat kemajuan telah di depan mata. Oleh karena itu, pengawasan jelas memiliki peranan penting untuk menjamin bahwa kompleksitas tersebut dapat diantisipasi dengan baik.
  • 17. Selain dari pendapat di atas, ada juga ahli yang mengemukakan tujuan dari pengendalian dan pengawasan adalah sebagai berikut : 1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan perintah /aturan yang berlaku 2. Menertibkan koordinasi kegiatan. Kalau pelaksana pengawasan banyak, jangan ada objek pengawasan dilakukan berulang-ulang, sebaliknya ada objek yang tak pernah tersentuh pengawasan 3. Mencegah pemborosan dan penyimpangan, Karena pengawasan mempunyai prinsip untuk melindungi masyarakat, maka pemborosan dana yang ditanggung masyarakat harus dicegah oleh penyimpangan yang dilakukan pihak kedua. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan. Tujuan akhir suatu pekerjaan yang professional adalah terciptanya kepuasan masyarakat 4. Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi. Jika barang atau jasa yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat, maka masyarakat tidak saja percaya pada pemberi jasa, tapi juga pada institusi yang memberikan perlindungan pada masyarakat dan akhirnya percaya pula pada kepemimpinan organisasi 5. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak 6. Memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar tidak 17 terulang kembali kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru 7. Mengetahui penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana awal (planning) terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang direncanakan 8. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase/tingkat pelaksanaan) 9. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan PENGENDALIAN (KONTROL) DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN Menurut Ricard L. daft, terdapat tiga pengendalian yang berkaitan dengan organisasional, yaitu pengendalian umpan maju, pengendalian yang berkesinambungan, dan pengendalian umpan balik. A. Pengendalian Umpan Maju Pengendalian yang berusaha mengidentifikasikan dan mencegah penyimpangan-penyimpangan sebelum mereka muncul. Maksudnya, pengendalian ini berfokus pada sumber daya manusia, materi, dan keuangan yang masuk ke organiasasi. Tujuannya adalah memastikan bahwa kualitas masukan cukup tinggi untuk mencegah masalah-masalah ketika organisasi melaksanakan tugas-tugasnya. Pengendalian ini juga sering disebut pengendalian preliminer atau preventif. B. Pengendalian yang Berkesinambungan Pengendalian yang mengawasi aktifitas karyawan yang dilakukan terus menerus untuk memastikan mereka konsisten dengan standar-standar kinerja. Pengendalian yang berkesinambungan juga meliputi pengendalian diri lewat individu-individu yang mengadakan pengendalian yang berskesinambungan atas perilaku mereka sendiri dikarenakan nilai dan sikap pribadi. C. Pengendalian Umpan Balik Pengendalian ini juga sering disebut dengan pengendalian pascatindakan atau hasil. Pengendalian ini berfokus pada hasil-hasil organisasi khususnya, kualitas dari produk akhir atau layanan. Dalam bidang pendidikan, pengendalian (kontrol) berfungsi agar proses manajemen pendidikan tetap terarah dan tidak ada penyimpangan-penyimpangan. Secara lebih rinci fungsi pengendalian (kontrol) sebagai berikut : 1. Mencegah penyimpangan program Program pendidikan yang ditetapkan berdasarkan perencanaan yang overall, harus membuahkan
  • 18. 18 hasil. Hasil seuai dengan yang dicapai tujuan yang telah dulu ditetapkan. 2. Meningkatkan keuletan kerja To rise working skill. Kontrol dapat berfungsi mengangkat atau meningkatkan keterampilan kerja. 3. Memperoleh feet-back To get feet-back. Kontrol berfungsi memperoleh umpan balik. Maksudnya karena kontrol maka administrator pendidikan yang melaksanakan kontrol akan memperoleh pengalaman dan penemuan-penemuan yang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk penyempurnaan kgiatan kontrol. 4. Mengajak secara mendidik To apply direct and indirect, effective and efficient, persuasive and educative the purpose of controll. Kontrol berfungsi penerapan. Dengan kontrol adminstrator pendidikan menerapkan secara langsung dan tidak langsung, secara efektif dan efisien, ajakan yang bersifat mendidik kepada para personil program untuk memahami untuk maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan. 5. Mengukur seberapa jauh pencapaian program pendidikan To measure to what extant the determined programhas been achieve to decide the follow up. Kontrol berfungsi untuk mengukur, seberapa jauh program yang sudah ditentukan telah tercapai. Ini penting untuk menetapkan tindak lanjut berkenaan dengan rencana dan program kerja berikutnya. Selanjutnya Mochler dalam Stoner James, A. F. (1988) menetapkan empat langkah dalam proses pengendalian, yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi. 2. Mengukur prestasi kerja. 3. Menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat. 4. Mengambil tindakan koreksi. Sedangkan Stoner James, A. F. dan Wankel, Charles (1988) mengelompokkan jenis-jenis metode pengendalian dalam empat jenis, yaitu: 1. Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control) Menurut konsep pengendalian, suatu tindakan bisa diambil bila sumberdaya manusia, bahan dankeuangan diseleksi dan tersedia dalam jenis, jumlah dan mutu yang tepat. 2. Pengendalian Kemudi (Steering Control) atau Pengawasan Umpan Maju (Freeforward Control) Metode ini dibentuk untuk mendeteksi penyimpangan dari beberapa standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan pengambilan tindakan koreksi di depan. Bila pemimpin melihat adanya penyimpangan dia dimungkinkan untuk melakukan koreksi, sekalipun kegiatan belum selesai dilakukan. Pengendalian ini efektif bila pemimpin pada waktu yang tepat dapat memperoleh informasi yang akurat. 3. Pengendalian Secara Skrining atau Pengendalian Ya/Tidak (Screening or Yes/No Control) Metode ini sangat luas digunakan karena mampu melakukan penelitian ganda, ketika pengmanan terhadap resiko tindakan manajer sangat diperhatikan. Metode ini fungsional bila prosedur dan syarat-syarat tertentu disepakati sebelum melakukan kegiatan. 4. Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Control)
  • 19. Metode pengendalian digunakan untuk melihat adanya penyimpangan arah dan tujuan perusahaan setelah kegiatan selesai. Pengendalian ini hamper mirip dengan evaluasi yang waktu Pelaksanaan 19 RUANG LINGKUP ATAU SASARAN PENGAWASAN 1. Sumber daya 2. Prosesnya yang mempunyai prosedur tetap dengan standar dan cara kerja yang baik. 3. Hasil ( out put ) baik secara kualitatif dan kuantitatif . 4. Aturan lain yang ditetapkan. Pengawasan itu merupakan suatu cost item , artinya memerlukan biaya yang besar dari awal sampai akhir (kesimpulan ). Karena itu sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaan dana dan material, dengan dana yang tersedia, metode yang baik serta peralatan yang efektif, pemecahan masalah yang tidak pilih kasih, bisa mencapai sasaran yang luas. Janganlah suatu objek (produk / sediaan ) dilakukan pengawasan berulang-ulang disuatu atau beberapa tempat dalam waktu yang lama, sebaliknya banyak objek lain yang tak tersentuh pengawasan . FUNGSI PENGAWASAN 1. Eksplanasi, pengawasan menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program yang dicanangkan berbeda. 2. Akuntansi, pengawasan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlahkebijakan publik dari waktu ke waktu. 3. Pemeriksaan, pengawasan membantu menentukan apakah sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka. Dan 4. Kepatuhan, pengawasan bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi pemerintah dan atau lembaga profesional. JENIS-JENIS PENGAWASAN Adapun jenis-jenis pengawasan adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan Intern dan Ekstern a. Pengawasan Intern, pengawasan yang dilakukan oleh orang dari badan atau unit ataupun instansi di dalam lingkungan unit tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control). b. Pengawasan Ekstern, pengawasan yang dilakukan di luar dari badan/unit/instansi tersebut. UUD 1945 pasal 23E: “Untuk memeriksa pegnelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yg bebas dan mandiri. 2. Pengawasan Preventif (sebelum kegiatan dilaksanakan) dan Represif (setelah kegiatan dilaksanakan) 3. Pengawasan Aktif (dekat) dan Pasif a. Pengawasan aktif merupakan jenis pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yg bersangkutan.
  • 20. b. Pengawasan pasif Melakukan penelitian dan pengujian terhadap surat-surat 20 pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti -bukti penerimaan dan pengeluaran. 4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan kebenaran materiil mengenai maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid). Fungsi Pengawasan sangatlah penting dalam pelaksanaan manajemen sebuah organisasi. Terlebih pada instansi pendidikan, pengawasan sangat diperlukan untuk menjamin bahwa fungsi -fungsi pada manajemen yang telah dikonsepkan berjalan pada jaulur semestinya. Fungsi Pengawasan merupakan proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Pengawasan adalah tanggung jawab pimpinan, tapi karena tidak mungkin pimpinan melakukan semuanya maka pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan. Dalam melakukan proses pengawasan tidak bisa terlepas dari karakteristik dari fungsi kontroling sebagai berikut: 1. Kontroling adalah akhir fungsi, fungsi tersebut dilakukan sekali yang dibuat dalam konformitas dengan rencana. 2. Kontroling adalah fungsi yang meluas, berarti itu dilakukan oleh manajer pada semua tingkatan dan dalam semua jenis masalah. 3. Kontroling adalah melihat ke depan, karena kontrol yang efektif tidak mungkin tanpa masa lalu dikontrol. Mengontrol selalu melihat ke masa depan sehingga tindak lanjut dapat dibuat bila diperlukan. 4. Kontroling adalah proses dinamis, karena mengendalikan memerlukan mengambil metode reviewal, perubahan harus dibuat sedapat mungkin. Kontroling terkait dengan perencanaan, Perencanaan dan Pengendalian adalah dua fungsi inseperabel manajemen. Tanpa perencanaan, pengendalian adalah latihan berarti dan tanpa mengontrol, perencanaan tidak berguna. Perencanaan mengandaikan mengendalikan dan mengontrol perencanaan berhasil. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES PENGAWASAN Dalam pengawasan, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya: a. Penetapan standar dan metode penilaian kinerja. Idealnya, tujuan yang hendak dicapai suatu organisasi sebaiknya ditetapkan dengan jelas dan lengkap pada saat perencanaan dilakukan. Terdapat tiga alasan mengapa tujuan harus jelas, yaitu: 1) sering kali tujuan terlalu bersifat umum sehingga sulit untuk dinilai saat implementasi dilakukan, 2) berdasarkan alasan pertama tersebut, sebaiknya tujuan yang ditetapkan memuat standar yang lebih jelas dinyatakan, dan 3) kejelasan dan kelengkapan tujuan memudahkan manajemen untuk melakukan komunikasi dalam organisasi, termasuk juga menentukan metode yang akan digunakan dalam mengevaluasi standar yang telah ditetapkan. Manajemen akan lebih mudah menjelaskan kepada seluruh pihak dalam organisasi jika tujuan organisasi dirumuskan dengan jelas. b. Penilaian kinerja Yang dimaksud dengan penilaian kinerja adalah upaya untuk membandingkan kinerja yang dicapai dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan semula. Penilaian kinerja merupakan sebuah
  • 21. proses yang berkelanjutan dan terus menerus dalam beberapa kegiatan yang hanya dapat dilihat kualitas pekerjaannya saat akhir dari kegiatan tersebut. 21 c. Penilaian apakah kinerja memenuhi standar atau tidak Secara garis besar, ada kemungkinan hasil penilaian yang diambil dariperbandingan antara kinerja dan standar, yaitu: Kinerja > Standar, di mana dalam kondisi ini organisasi mencapai kinerja yang terbaik karena berada di atas standar yang ditetapkan. Kinerja = Standar, artinya organisasi mencapai kinerja yang baik, namun pada tingkat yang paling minimum karena kinerjanya sama dengan standar. Kinerja < Standar, berarti dalam kondisi ini organisasi mencapai kinerja yang buruk atau tidak sesuai dengan yang diharapkan karena berada di bawah standar. d. Pengambilan tidakan koreksi. Dari tahap sebelumnya, melalui perbandingan antara kinerja dengan standar, dapat diperoleh informasi dari proses pengawasan yang telah dilakukan. Ketika kinerja di bawah standar berarti organisasi mendapatkan maslah. Oleh karena itu organisasi kemudian perlu melakukan pengendalian, yaitu dengan mencari jawaban mengapa masalah tersebut terjadi, yaitu kinerja di bawah standar, kemudian perusahaan melakukan tindakan untuk mengoreksi masalah tersebut. PENGERTIAN SUPERVISI (PENGAWASAN) DALAM PENDIDIKAN Secara morfologis (bentuk kata/istilah) supervisi berasal dari bahasa inggris supervision yang terdiri dari kata “super” yang bararti di atas dan “visi” yang berarti melihat atau meninjau. Berdasarkan semantic (bahasa/istilah) supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan pada mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Dilihat dari istilahnya supervise ini masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan–terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berecana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya). Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas -petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode pengajar dan evaluasi pengajaran. Menurut Purwanto (2009: 76) Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Burton dalam bukunya, “Supervision a Social Process”, yang dikutip Purwanto (2009: 76) sebagai berikut: “Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors which affect child growth and development”. (Supervisi adalah layanan tehknis terutama bertujuan untuk mempelajari dan meningkatkan kebersamaan semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak).
  • 22. Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.” (Robert J. Mockler). Boardman mengemukakan pendapatnya mengenai supervisi atau pengawasan pendidikandapat dirumuskan sebagai usaha untuk mendorong mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan disuatu sekolah, baik secara individu, maupun secara kelompok, didalam pengertian yang lebih baik dan tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat lebih mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan menuju partisipasi yang cerdas dalam kehidupan masyarakat demokratis modern. Sementara menurut Neagley dan Evans (Purwanto, 2009: 76) dalam bukunya : “Hand book for Effective Superfission of Intructions”, mengemukakan seperti berikut: “ the term supervision is used to describe those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the conditions which surround the learning and growth of pupils and teachers”. Istilah pengawasan ialah digunakan untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan yang terutama dan secara langsung berkaitan dengan mempelajari dan memperbaiki kondisi yang mengelilingi pembelajaran dan pertumbuhan murid dan guru. Dengan perkataan lain setiap layanan kepada guru-guru yang menghasilkan perbaikan intruksional belajar dan kurikulum disebut supervisi. Di sisi lain ada pendapat Mark mengenai supervisi atau pengawasan dalam pendidikan adalah bahwa nilai supervise ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa. Menurut Oteng Sutisna mengawasi ialah " proses dengan ...melihat apakah apa yang terjadi itu 22 sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya". Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala bentuk bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang di maksud yaitu berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran. Selain itu juga ada pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajaryang baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya. Dari beberapa definisi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan diatas dapat diketahui bahwa atasan mempunyai wewenang memberi pengarahan atau bimbingan kepada guru-guru tidak terbatas pada kegiatan administrator saja, semua atasan atau administrator yang senior lainnya dapat memberi bantuan pada proses pelaksanaan belajar mengajar yang dititik beratkan pada situasi belajarnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. TUJUAN DAN FUNGSI SUPERVISI (PENGAWASAN) DALAM PENDIDIKAN Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervisi dilakukan dengan cara dan metode yang benar, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisor dalam melaksanakan tugasnya.
  • 23. 23 a) Tujuan Umum Supervisi pendidikan Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar pada khususnya, meliputi : - menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan - mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan - mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik - menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi - meningkatkan kelancaran operasi organisasi - meningkatkan kinerja organisasi - memberikan opini atas kinerja organisasi - mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada b) Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan Meliputi : - Membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya. - Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan- kebutuhan dan kesulitankesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya. - Memperbesar kesanggupan guru-guru untuk memperlengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya menjadi anggota masyrakat yang efektif. - Membantu guru-guru mengadakan diagnose secara kritis aktivitas-aktivitasnya, serta kesulitan-kesulitan mengajar dan belajar murid-muridnya, dan menolong mereka merencanakan perbaikan. - Membantu guru-guru untuk dapat menilai aktivitasaktivasnya dalam rangka tujuan perkembangan anak didiknya. - Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai keefektivan program yang disusun. - Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang profesi (keahlianya). - Membantu guru-guru untuk dapat lebih memamfaatkan pengalaman-pengalamannya sendiri. - Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah simpati dan kesediaan masyarakat untuk menyokong sekolah. - Memperkenalkan guru-guru atau karyawan baru kepada situasi sekolah profesinya. - Melindungi guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan kritikkritik yang tak sehat dari masyarkat. - Mengembangkan “profesionalisme esprit e corps” guru-guru. Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol untuk melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah di gariskan. Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat penting, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Pada tahap pengawasan tersebut, justru dapat mempengaruhi proses perencanaan manajemen yang akan datang, karena dengan pengawasan berarti dilakukannya evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan yang terjadi agar dapat diperbaiki
  • 24. pada proses manajemen ke depan. Karena itu, pengawasan harus dilakukan sebaik-baiknya agar tujuan yang dicapai dapat direalisasikan. Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayagunakan rencana pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu rencana pendidikan. Pada fungsi komparator bermaksud membandingkan antara hasil pengukuran dan perencanaan pendidikan yang telah dikembangkan sebelumnya. Fungsi activator dimaksudkan untuk mengarahkan tindakan manajerial bilamana terjadi suatu perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Fungsi-fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan dapat dilihat dari berbagai bidang, 24 yaitu sebagai berikut : 1. Dalam Bidang Kepemimpinan - Menyusun rencana dan policy bersama - Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan. - Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalanpersoalan. - Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok. - Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan. - Membagi wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-masing. - Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok. - Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama. 2. Dalam Hubungan Kemanusiaan - Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun anggota kelompoknya. - Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis dan lain sebagainya. - Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis. - Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan sesama manusia. - Menghilangkan rasa curiga antara sesama anggota kelompok. 3. Dalam Pembinaan Proses Kelompok - Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masingmasing. - Menimbulkan dan memelihara sikap percaya antar anggota kelompok maupun antar anggota dan pimpinan. - Memupuk saling tolong menolong sesama anggota. - Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok. - Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat di antara anggota kelompok. - Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemua-pertemuan lainnya. 4. Dalam Bidang Administrasi Personal - Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
  • 25. - Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan 25 kemampuan masing-masing. - Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal. 5. Dalam Bidang Evaluasi - Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci. - Menguasai dan memiliki norma atau ukuran yang akan di gunakan sebagai nkriteria penilaian. - Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperolah data yang lengkap, benar, dan dapat diukur menurut norma-norma yang ada. - Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan. Secara umum fungsi supervisi atau pengawasan adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai fungsi-fungsi supervisi (pengawas) dalam pendidikan menurut para ahli : 1. Ayer Fred A, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan. 2. Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki. 3. W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar. 4. Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anakanak. 5. Swearingan, mengatakan bahwa fungsi pengawasan ada 8, yaitu sebagai berikut: a) Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah. Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya adalah uasaha tiap guru, uasaha-usaha sekolah, usaha-usaha pertumbuhan jabatan. b) Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah Yaitu melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah. c) Memperluas Pengalaman Yaitu memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staff sekolah, sehingga setiap anggota staff semakin hari semakin bertambah pengalaman dalam hal mengajarnya. d) Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif Yaitu kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri. e) Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu. f) Menganalisa Situasi Belajar Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang member kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan. g) Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
  • 26. 26 h) Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri. Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenang penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan. 6. T.H. Briggs, fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. 7. Menurut Anwar, fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan adalah menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi, menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha mensurvai seluruh sistem yang ada, memberikan solusi terhadap hasil inspeksi yang telah di survei, penilaian, latihan dan pembinaan atau pengembangan. 8. Sedangkan Nawawi (1983) menegaskan bahwa " pengawasan ...berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan". Selanjutnya dikemukakan fungsi pengawasan antara lain: a) Memperoleh data yang telah diolah dapat dijadikan dasar bagi usaha perbaikan dimasa yang akan datang. b) Memperoleh cara bekerja yang paling efisien dan efektif atau yang paling tepat dan paling berhasil sebagai cara yang terbaik untuk mencapai tujuan. c) Memperoleh data tentang hambatan-hambatan dan kesukaran-kesukaran yang dihadapi agar dapat dikurangi atau dihindari. d) Memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan usaha pengembangan organisasi dan personil dalam berbagai bidang. e) Mengetahui seberapa jauh tujuan telah dicapai. 9. Menurut Robert J. Mockler fungsi dari pengawasan pada manajerial sebuah instansi pendidikan adalah: 1. Menghindari terjadinya penyimpangan program Dengan dilakukan pengawasan, maka program pendidikan yang ditetapkan pada awal manajemen dapat berjalan berdasarkan perencanaan yang over all. 2. Meningkatkan kualitas kerja Dengan menerapkan kontrol manajemen, berarti juga menerapkan fungsi pengawasan kerja, yang berdampak pada peningkatan kualitas kerja 3. Memperoleh umpan balik (feed back) Lewat kontrol manajemen yang dilakukan, maka administrator pendidikan yang melaksanakan kontrol akan memperoleh pengalaman dan penemuan-penemuan kasus yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi yang nantinya dilakukan penyempurnaan kegiatan kontrol. 4. Mengajak secara mendidik Pengawasan manajemen juga dapat berfungsi sebagai terapan. Dengan control, adminstrator pendidikan dapat menerapkan secara langsung dan tidak langsung, secara efektif dan efisien, secara persuasif yang bersifat mendidik kepada para personil program untuk memahami untuk maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan. 5. Mengukur seberapa jauh pencapaian program pendidikan Dengan mengetahui seberapa jauh tingkat ukur kemampuan dari manajemen yang diterapkan maka akan dapat dilakukan proses peningkatan pada tindak lanjut program manajemen selanjutnya.
  • 27. 10. Purwanto (2009) mengemukakan fungsi-fungsi supervise pendidikan yang sangat penting diketahui 27 oleh para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut: a. Dalam bidang kepemimpinan - Menyusun rencana dan polisi bersama - Mengikutesertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai-pegawai) dalam berbagai kegiatan, dll b. Dalam hubungan kemanusiaan - Memupuk rasa saling menghargai dan mengormati diantara sesama anggota kelompok dan sesame manusia - Menghilangkan rasa curiga mencurigai antara anggota kelompok, dll c. Dalam pembinaan proses kelompok - Mengenal masing-masing pribaadi anggota kelompok baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing kelompok - Memupuk sikap dan kesediaan tolong menolong d. Dalam bidang administrasi personel - Memailih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan. - Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing. e. Dalam bidang evaluasi - Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci. - Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian. Dengan demikian, fungsi pengawasan ialah untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam organisasi, khususnya pada wilayah pendidikan akan diketahui melalui pengawasan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki ?, apakah perlu dilakukan perbaikan ?, dan lain sebagainya. TIPE-TIPE SUPERVISI ATAU PENGAWASAN DALAM PENDIDIKAN Regulasi pendidikan mengemukakan bahwa pemerintah dalam menjalankan supervisi pada tingkatan satuan pendidikan mempunyai dua objek sasaran, yaitu secara personal dan institusional. Secara personal, hal itu terlihat pada model supervisi yang menyebutkan bahwa pengawas bertugas membimbing dan melatih profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya di satuan pendidikan binaannya. Sedangkan secara institusional menyebutkan bahwa pengawas bertugas meningkatkan kualitas standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan. Sehubungan dengan hal itu, Burton dan Brueckner (Purwanto, 2009: 79) mengemukakan adanya lima tipe supervisi: a. Supervisi Sebagai Inspeksi b. Laissez Faire c. Coercive Supervision d. Training and Guidance (sebagai latihan dan bimbingan) e. Kepengawasan yang Demokratis Selanjut nya Supardi menguraikan kelima tipe supervise tersebut sebagai berikut : 1. Tipe Inspeksi
  • 28. Tipe ini merupakan tipe supervisi yang mewajibkan supervisor turun melihat langsung hal -hal yang dikerjakan targer supervisi. Kegiatan supervisi yang menggunkan tipe ini, apabila target supervisi melakukan dalam aktifitas kerjanya, supervisor dapat menginformasikannya secara langsung kepada target supervisi agar langsung menyadari kesalahannya dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah. Ketika pengawas menjalankan tipe ini, maka yang harus diperhatikan adalah: a. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi maupun keluarga. b. Supervisi hendaknya tidak kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi 28 bawahannya. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil, mendesak. c. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya. d. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawaannya. Dalam administrasi dan kepemimpinan otokratis, supervisi berarti inspeksi. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki cara dan daya kerja sebagai pembimbing dan pengajar. Inspeksi dijalankan terutama dimaksud untuk meneliti/mengawasi apakah guru atau bawahan menjalankan apa-apa yang telah diinstruksikan dan ditentukan oleh atasan atau tidak, sampai dimana guru-guru atau bawahan menjalankan tugas-tugas yang telah diberikan atau ditentukan atasannya. Jadi, inspeksi berarti kegiatan-kegiatan mencari kesalahan. Inilah cirri-ciri kepengawasan yang khas yang berlaku pada zaman kolonial dulu. Inspeksi merupakan tipe kepengawasan otokratis. 2. Tipe Laisses Faire Tipe ini target supervisi diberikan kebebasan dalam menjalankan aktifitasnya. Sebab yang dutamakan dalam supervisi model ini adalah hasil akhir sehingga supervisor tidak begitu intens dalam memfokuskan proses kerja yang dilaksanakan target supervisi. Selain itu apabila kita menggunakan tipe inii, pengawas tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi. Pengawas juga diharuskan memberikan argumentasi atau alasan yang rasional tentang tindakan-tindakan serta instruksinya. Hendaknya tidak menonjolkan jabatan atau kekuasaannya agar tidak menghambat kreativitas bawahannya. Kepengawasan yang bertipe Laissez Faire sesungguhnya kepengawasan yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan ini membiarkan guru-guru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dan dengan cara yang mereka hendaki masing-masing. 3. Tipe Coersive Tipe coersive (paksaan) pengawas dalam melaksanakan tugasnya turut campur dalam mengembangkan pendidiknya. Tipe supervisi seperti ini diperuntukan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan yang masih lemah dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya. Tipe seperti ini “terpaksa” dilakukan karena pendapat seorang pengawas. Tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi, tipe ini bersifat pemaksaan kehendak/ otoriter, segala sesuatu yang dianggap baik oleh pengawas harus diikuti. Namun untuk pelaksanaan hal -hal yang bersifat awal, seperti untuk guru-guru yang baru mulai belajar mengajar tipe ini cukup baik. 4. Tipe Training and Guidance Tipe training and guidance (pelatihan dan pendampingan) merupakan tipe supervisi yang menekankan keefektifan target supervisi. Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan berbasis kepada
  • 29. pengembangan minat dan bakat target supervisi. Tipe training and guidance ini cocok digunakan apabila target supervisi masih belum berpengalaman dalam melaksanakan tugas keprofesian pendidikan. Tipe ini dapat diterapkan kepada target supervisi yang telah berpengalaman. Agar tipe training and guidance ini dapat dijalankan secara efektif, maka supervisor hendaknya juga menyiapkan berbagai macam sikap yang bersinergi dengan tugasnya. Menurut teori Kiyosaki, beberapa sikap yang dibutuhkan supervisor tersebut antara lain:  Supervisor hendaknya bersikap positif terhadap segala macam persepsi baik yang positif 29 maupun negatif kepada dirinya.  Supervisor dituntut untuk dapat memimpin organisasi profesi pengawas untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan dan pemantauan baik secara institusional (satuan pendidikan) maupun personal (pendidikan dan tenaga kependidikan).  Supervisor hendaknya memiliki sikap yang superl dalam berkomunikasi kepada segenap stakeholders pendidikan. Sikap yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam berkomunikasi akan memperlancar tugas supervisi. Sehinggak pencapaian target akan terealisasi dengan tepat.  Supervisor harus bersikap berani terhadap usaha intimidasi atau tekanan dari pihak lain dalam menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan.  Supervisor dituntut bertanggung jawab atas hasil supervisi terhadap satuan pendidikan yang dibinanya. Pertanggungjawaban atas hasil kerja merupakan indikasi bahwa supervisor melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik kepada satuan pendidikan yang dibinanya. Pada tipe ini, pengawas bertugas memberikan bimbingan dan pelatihan pada bawahan mengenai pelaksanaan kegiatan. Tipe ini lebih baik dari tipe kepengawasan terdahulu terutama untuk guru-guru yang baru mulai mengajar setelah keluar dari sekolah keguruan. Namun, kelemahannya adalah terkadang pemberian petunjuk dan bimbingan bersifat kolot dan cenderung statis. Sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat terjadi kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dengan supervisor itu sendiri. Dan bisa juga sebaliknya, pendapat supervisor bisa juga lebih maju, sedangkan pengetahuan yang diperoleh guru-guru dari sekolah guru masih bersifat konservatif. 5. Tipe Demokratis Keterlibatan target supervisi sangat diandalkan dalam tipe supervisi demokratis. Hal utama yang ingin dituju adalah adanya kerjasama pembinaan antara supervisor dan target supervisor dan target supervisor. Langkah ini dilakukan agar target supervisi ikut merasakan sendiri terhadap program supervisi yang dijalankan kepadanya. Untuk itu, supervisor tidak boleh boleh bersifat otoriter dalam menjalankan kegiatan supervisi. Keseluruhan tipe supervisi demokratis ini difokuskan ke dalam satuan pendidikan meliputi manajemen kurikulum pembelajaran; kesiswaan; sarana prasarana; ketenagaan; keuangan; hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan khusus. Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam pelaksanaan supervisi. Pada tipe ini juga berlaku sistem pendistribusian dan pendelegasian. Dalam hal melakukan supervisi tidak lagi menjadi tugas seorang supervisor sendiri, melainkan pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Ciri-ciri dari pelaksanaan supervisi yang demokratis adalah: a. Pengawasan dijalankan secara gotong-royong atau kooperatif, tidak ditangan seorang raja, yaitu kepala sekolah b. Pengawasan dijalankan terang-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu guru-guru, tidak secara sembunyi-sembunyi seperti pengawasan polisi resersir.