1. Penelitian ini menguji pengaruh sistem manajemen dan komunikasi kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja guru di Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem manajemen dan komunikasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja guru, dengan pengaruh sistem manajemen 70,9% dan sistem komunikasi 13,87%. Secara simultan, pengaruhnya 84,3%.
3
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
JURNAL TESIS_SUAIDAH.docx
1. 1
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN
OPTIMALISASI KINERJA GURU DI GUGUS SEKOLAH III PURWOSARI KABUPATEN
PASURUAN
Suaidah
Abstrak
Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola sekolah tidak akan terlepas dari kemampuannya dalam
melaksanakan fungsi dan peran sebagai kepala sekolah. Dengan kemampuan manajemen kepala sekolah yang
baik, maka guru juga meningkatkan kinerja dengan kinerja yang baik. Selain membentuk sistem manajemen
yang baik, kepala sekolah harus bisa memiliki kemampuan dalam komunikasi yang baik untuk dapat
menyampaikan, mengarahkan, membimbing, menjelaskan tujuan dan bekerja sama dengan guru. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh sistem manajemen terhadap peningkatan optimalisasi kinerja guru di
Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji t yaitu t-hitung yang dihasilkan sebesar
12,356 yang lebih besar dari t-tabel 1,997 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 5% yaitu 0,000. Besar
pengaruh yang dihasilkan dari sistem manajemen terhadap peningkatan optimalisasi kinerja guru adalah 70,90%;
(2) terdapat pengaruh secara signifikan sistem komunikasi terhadap peningkatan optimalisasi kinerja guru di
Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji t yaitu t-hitung yang dihasilkan sebesar
3,067 yang lebih besar dari t-tabel 1,997 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 5% yaitu 0,003. Besar
pengaruh yang dihasilkan dari etos kerja guru terhadap hasil belajar siswa adalah 13,87%; dan (3) terdapat
pengaruh secara simultan antara sistem manajemen dan komunikasi terhadap optimalisasi kinerja guru di Gugus
Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji F yaitu diperoleh F-hitung yang dihasilkan
sebesar 192,114 yang lebih besar dari F-tabel dengan nilai signifikasi 0,000 di bawah 5%. Besar pengaruh yang
dihasilkan dari sistem manajemen dan komunikasi terhadap optimalisasi kinerja guru adalah 84,30%.
Kata kunci: Sistem Manajemen, Sistem Komunikasi, Kinerja Guru
PENDAHULUAN
Guru merupakan salah satu bagian terpenting dalam
lembaga pendidikan. Kehadiran guru sebagai pengajar
sangat dinanti dalam proses pendidikan untuk
menghasilkan generasi penerus bangsa yang cemerlang,
bermoral serta menjadi kunci keberhasilan dari pelayanan
pendidikan di sekolah. Hal tersebut bisa dicermati dari
tugas utama dan fungsi guru sebagai pengajar. Tugas
pokok dan fungsi guru berdasarkan Permendikbud
Nomor 15 Tahun 2018 yang salah satunya antara lain
mendidik, membimbing dan melatih peserta didik
Kinerja seorang guru dapat dilihat dan diukur
berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Kinerja guru dapat
dikatakan baik apabila kerjanya berkualitas, jumlah atau
kuantitas pekerjaan yang dikerjakan serta ketepatan
waktu dalam mengerjakan pekerjaan tersebut, efektifitas
dalam menyelesaikan tugas, kemandirian guru dalam
melakukan kerjanya, serta komitmen kerja (Bernardin
dalam Robbins, 2016). Dalam meningkatkan kinerja guru
diperlukan optimalisasi terhadap kinerja guru untuk
mewujudkan kompetensi guru yang berkualitas dan baik.
Dengan kinerja guru yang optimal maka akan
memberikan dampak positif terhadap siswa dan lembaga
pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut
Sedarmayanti dalam Hasibuan (2000:126) antara lain (1)
sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja);
(2) pendidikan; (3) keterampilan; (4) manajemen
kepemimpinan; (5) tingkat penghasilan; (6) gaji dan
kesehatan; (7) jaminan social; (8) iklim kerja; (9) sarana
pra sarana; (10) teknologi; (11) kesempatan berprestasi.
Mulyasa (2005:14) juga berpendapat bahwa ada beberapa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang
salah satunya adalah manajemen atau gaya
kepemimpinan kepala sekolah yang diartikan bahwa
dengan hal yang berkaitan dengan sistemyang diterapkan
oleh pimpinan untuk mengelola dan memimpin serta
mengendalikan tenaga pendidikan. Berdasarkan pendapat
di atas, diketahui bahwa pengelolaan atau manajemen
seorang pemimpin yaitu kepala sekolah adalah hal yang
penting untuk dapat meningkatkan atau mengoptimalkan
kinerja guru. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari
dkk. (2021) menunjukkan bahwa: (1) manajemen kepala
sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru di SD Negeri
Kecamatan Tanjung Raja; (2) profesionalisme guru tidak
berpengaruh terhadap kinerja guru di SD Negeri
Kecamatan Tanjung Raja; (3) manajemen sekolah dan
profesionalisme guru secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap kinerja guru di SD Negeri Tanjung
Raja.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa
manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah berperan
penting dalam mempengaruhi kinerja guru. hal ini di
karenakan kepala sekolah bertanggung jawab atas
manajemen pendidikan secara mikro, yang secara
2. 2
langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat
1 PP 28 Th. 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya, dan pendayagunan serta pemeliharaaan sarana
dan prasarana.
Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola
sekolah tidak akan terlepas dari kemampuannya dalam
melaksanakan fungsi dan peran sebagai kepala sekolah.
Dengan sistem manajemen yang baik yang diterapkan
oleh kepala sekolah akan mampu menjadi pendorong
motivasi guru untuk dapat berprestasi melakukan
pekerjaannya dengan baik. Dengan kemampuan
manajemen kepala sekolah yang baik, maka guru juga
meningkatkan kinerja dengan kinerja yang baik dan
apabila guru dapat berprestasi maka akan mempengaruhi
sistem belajar mengajar di kelas yang diharapkan dapat
menciptakan peserta didik yang berkualitas dan
kemudian akan meningkatkan kualitas sekolah. Lebih
lanjut Mulyasa (2006:103) berpendapat bahwasannya
seorang kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja
sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran
yang menentukan dalam pengelolaan manajemen
sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat
dipengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen
tersebut menurut Terry dan Rue (2010) dapat dibagi
menjadi empat bagian yaitu planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (pergerakan),
dan controlling (pengontrolan). Dalam rangka melakukan
peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif,
memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang progam sekolah (Mulyasa,
2013). Berdasarkan pernyataan Mulyasa, bahwa tugas
kepala sekolah sebagai manajer adalah memberikan
kesempatan kepada para guru untuk dapat meningkatkan
kemampuan profesinya yang akhirnya berfungsi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Selain membentuk sistem manajemen yang baik,
kepala sekolah juga memerlukan kemampuan dalam
komunikasi yang baik, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Prijosaksono dan Sembel (1999:45) bahwa kesuksesan
seorang manajer tidak akan pernah diperoleh tanpa
penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif, sebab
tanpa keterampilan tersebut, seorang manajer tidak dapat
membangun sebuah teamwork yang solid. Menurut
Effendy (2006:5) komunikasi adalah proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung
melalui media.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui
bahwa jika suatu organisasi ingin berjalan dengan baik
maka harus memiliki sistem komunikasi yang baik
terutama kepala sekolah yang merupakan pemimpin di
sekolah. Komunikasi memegang peran penting dalam
suatu interaksi antara kepala sekolah dengan guru. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2007:13), yang
menjelaskan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin
(leader) dapat dilihat dari kepribadian, pengetahuan
terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah,
kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan
berkomunikasi. Berdasarkan hal tersebut membuktikan
bahwa peran kepala sekolah dalam memiliki
keterampilan komunikasi sangat merupakan hal yang
penting.
Selain kepala sekolah, guru juga harus memiliki
keterampilan dalam berkomunikasi dengan baik. Hal ini
digunakan untuk berinteraksi dengan teman sejawat
untuk bisa saling bertukar pikiran dan bekerja sama serta
yang paling penting guru juga harus dapat berkomunikasi
dengan para siswa. Keterampilan komunikasi guru
diperlukan untuk bisa menyampaikan materi dengan
mudah kepada siswa, selain itu guru juga bisa terbuka
dan berinteraksi dengan siswa, dengan sistem kedekatan
interaksi dengan siswa maka guru akan lebih mudah
dalam mengajar dan mendidik siswanya. Jalaluddin
(1996) menyebutkan bahwa komunikasi yang efektif
ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan
hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan. Semakin efektif
komunikasi yang dibina di sekolah, maka semakin baik
pula kerjasama antar warga sekolah sehingga dapat
meningkatkan kinerja guru.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, penelitian
yang dilakukan oleh Sumali (2019) menunjukkan bahwa
komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
guru dengan nilai korelasi sebesar 0,703 yang artinya
memiliki pengaruh yang kuat dengan koefisien
determinasi sebesar 49,4%. Peran komunikasi
diperlihatkan sebagai upaya dalam mempengaruhi untuk
memotivasi anggota organisasi dalam mewujudkan
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya (Natajaya,
dkk., 2013). Tujuan komunikasi organisasi ialah
membangun rasa saling percaya dan bertukar fikiran serta
pengalaman yang mereka dapatkan untuk tujuan
memajukan organisasi tersebut sesuai rencana awal.
Berbagai pengalaman yang didapat anggota organisasi
tersebut dapat membawa iklim positif untuk saling
bertukar ide, fikiran, kritik dan saran yang membangun
organisasi tersebut (Fadilah, dkk., 2014).
METODE
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif
yang dilakukan untuk menguji pengaruh variabel X
(sistem manajemen dan komunikasi) terhadap Y
(optimalisasi kinerja guru). Sedangkan untuk
menganalisis pengaruh masing-masing variabel
3. 3
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda.
Instrumen yang digunakan yaitu lembar angket sistem
manajemen, sistem komunikasi, dan kinerja guru.
Penyebaran angket diberikan pada populasi guru di Gugus
Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan tahun ajaran
2021/2022 yaitu UPT Satuan Pendidikan SDN Sengon I,
UPT Satuan Pendidikan SDN Sengon II, UPT Satuan
Pendidikan SDN Sumbersuko I, UPT Satuan Pendidikan
SDN Sumbersuko II, UPT Satuan Pendidikan SDN
Pucangsari I, UPT Satuan Pendidikan SDN Pucangsari II,
UPT Satuan Pendidikan SDN Sukodermo, dan UPT
Satuan Pendidikan SDN Kayoman dengan total jumlah
guru sebanyak 72 orang pendidik.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan program IBM SPSS version 21.0 for
windows. Analisis statistik yang digunakan untuk analisis
data adalah uji instrument data yang meliputi uji validitas
(menggunakan signifikansi 5%) dan uji reliabilitas; uji
asumsi klasisk yang meliputi uji normalitas
(menggunakan signifikansi 5%), uji multikolinearitas
(menggunakan nilai Tolerance> 0,1 atau nilai VIF yang
dihasilkan < 10), dan uji heteroskedastisitas
(menggunakan signifikansi 5%); dan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk uji hipotesis dilakukan
dengan uji t yang berfungsi untuk menguji signifikan
pengaruh secara parsial pengaruh sistem manajemen dan
komunikasi terhadap peningkatan optimalisasi kinerja
guru dan uji F yang berfungsiuntukmengetahui pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN
Pada uji normalitas nilai hitung dari uji Kolmogorov
Smirnov adalah 0,968 dengan tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal. Berdasarkan pengujian untuk
variabel sistem manajemen diperoleh nilai t-hitung
sebesar 12,356; sedangkan nilai t-tabel adalah sebesar
1,997 yang artinya t-hitung lebih besar dari t-tabel. Pada
pengujian untuk variabel sistem komunikasi diperoleh
nilai t-hitung sebesar 3,067; sedangkan nilai t-tabel
adalah sebesar 1,997 yang artinya t-hitung lebih besar
dari t-tabel; sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem
manajemen (X1) dan komunikasi (X2) secara parsial dapat
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Pada uji
regresi linier berganda didapatkan koefisien regresi pada
konstanta sebesar 3,670; koefisien sistem manajemen
sebesar 0,827 dan koefisien regresi pada variabel sistem
komunikasi sebesar 0,178. Sehingga didapatkan
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 3,670 + 0,827 X1 + 0,178 X2
Penentuan variabel yang lebih dominan dalam
mempengaruhi kinerja guru dapat dilihat dari nilai
Unstandardized Coefficients Beta atau koefisien yang
lebih besar. Jika dibandingkan antara variabel sistem
manajemen dan komunikasi, berdasarkan nilai yang
diperoleh dari nilai Unstandardized Coefficients Beta
koefisien sistem manajemen sebesar 0,827 dan koefisien
regresi pada variabel sistem komunikasi sebesar 0,178,
sehingga yang memberikan pengaruh lebih besar
terhadap kinerja guru adalah variabel sistemmanajemen.
Pada uji F didapatkan nilai F hitung yang sebesar
192,114 dengan nilai signifikansi p= 0,000 lebih kecil
dari 5%. Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan antara sistem manajemen dan
komunikasi terhadap peningkatan optimalisasi kinerja
guru. Besarnya pengaruh variabel model keterampilan
manajerial dan keterampilan sosial kepala sekolah
terhadap profesionalisme guru dapat dilihat dari koefisien
determinasi (R-square) sebesar 0,848 menunjukkan
bahwa sistem manajemen dan komunikasi memberikan
pengaruh terhadap peningkatan optimalisasi kinerja guru
sebesar 84,30% sedangkan sisanya 15,70% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain selain variabel sistem manajemen
dan komunikasi.
PEMBAHASAN
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel sistem manajemen memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap kinerja guru di Gugus
Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik sistem
manajemen kepala sekolah, maka kinerja guru juga akan
semakin baik atau meningkat. Nilai t-hitung pada
variabel sistem manajemen (X1) adalah sebesar 12,356;
lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,997 dengan tingkat
signifikansi 0,000 kurang dari 5% yang berarti sistem
manajemen (X1) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru (Y).
Berdasarkan hasil uji Sumbangan Relatif (SR) dan
Sumbangan Efektif (SE) menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh sistem manajemen (X1) terhadap kinerja guru
(Y) adalah sebesar 70,9%. Sehingga hipotesis ada
pengaruh sistem manajemen terhadap kinerja guru dapat
diterima. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
signifikansi variabel kompetensi guru lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,000; yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima
yang artinya ada pengaruh positif yang signifikan dari
sistemmanajemen (X1) terhadap hasil kinerja guru (Y).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh El-Faradis (2016) yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh kompetensi manajerial terhadap
kinerja guru. Besar pengaruh kompetensi manajerial
kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
adalah sebesar 65,7% dan sisanya dipengaruh oleh
variable lain. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
(2018) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan manajemen berbasis sekolah
terhadap kinerja guru. Berdasarkan hasil-hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pentingnya peran, fungsi
dan tugas kepala sekolah dalam memanajemen sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Keberhasilan
pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola
4. 4
(memanajemen) tenaga kependidikan dan sumber daya
yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan
salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja guru (Rachmawati,
2013:20). Sebagaimana menurut Supardi (2016:50)
bahwa salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru adalah perilaku manajemen. Perilaku
manajemen di sini berhubungan dengan bagaimana
seorang manajer mengelola lembaga yang dipimpinnya.
Dalam hal ini seorang manajer mempunyai peran yang
menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil
tidaknya tujuan sekolah dapat mempengaruhi bagaimana
kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan (Terry
dan Rue, 2010:9).
Selain keterampilan manajerial, juga diperlukan
keterampilan sosial untuk dapat meningkatkan
profesionalisme guru. Dalam Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
social adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan
masyarakat sekitar. Keterampilan hubungan manusia
dalam organisasi pendidikan adalah kemapuan kepala
sekolah untuk bekerja sama, berkomunikasi dengan
personel sekolah dalam rangka menciptakan suasana
saling percaya terhadap program sekolah dan dapat
memberikan motivasi untuk meningkatkan unjuk kerja
guru dan profesionalisme guru.
Berdasarkan hasil uji spss pada penelitian ini juga
menunjukkan bahwa variabel sistem komunikasi
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja guru di Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten
Pasuruan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
semakin baik sistem komunikasi, maka kinerja guru juga
akan semakin baik atau meningkat. Nilai t-hitung pada
variabel sistem komunikasi (X2) adalah sebesar 3,067;
lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,997 dengan tingkat
signifikansi 0,003 kurang dari 5% yang berarti sistem
komunikasi (X2) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru (Y).
Berdasarkan hasil uji Sumbangan Relatif (SR) dan
Sumbangan Efektif (SE) menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh sistem komunikasi (X2) terhadap kinerja guru
(Y) adalah sebesar 13,87%. Sehingga hipotesis ada
pengaruh sistem komunikasi terhadap kinerja guru dapat
diterima. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
signifikansi variabel sistem komunikasi lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,003; yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima
yang artinya ada pengaruh positif yang signifikan dari
sistemkomunikasi (X2) terhadap hasil kinerja guru (Y).
Berdasarkan hasil pengambilan data dari
penyebaran angket diketahui bahwa sistem komunikasi
yang terjadi di Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten
Pasuruan dapat dikatakan sudah cukup baik. Komunikasi
vertikal seperti komunikasi ke bawah (dari kepala
sekolah ke guru), komunikasi ke atas (dari guru ke kepala
sekolah); komunikasi horizontal (komunikasi antar guru)
semuanya dapat berjalan dengan baik. Hal ini penting
karena jika hanya salah satu saja yang baik maka sistem
sekolah tidak akan bisa berjalan secara maksimal
sehingga tujuan tidak dapat tercapai. Komunikasi vertical
(komunikasi ke bawah) yaitu komunikasi ke bawah
dilakukan oleh kepala sekolah seperti kepala sekolah
dalam menyampaikan informasi, dijelaskan dengan
bahasa yang mudah dipahami, jelas dan tidak ambigu;
memberikan penjelasan dan pengarahan kepada guru
tentang pekerjaan yang harus dilakukan dengan bahasa
yang mudah dipahami; memberikan motivasi kepada
guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan
kinerja; melakukan evaluasi; dan memberikan umpan
balik atas pekerjaan yang dilakukan oleh guru. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Moedjono (2002:170-171)
menjelaskan bahwa komunikasi bagi seorang pemimpin
memiliki beberapa peran antara lain pimpinan dalam
berkomunikasi mampu melibatkan anggota organisasinya
dalam pengambilan keputusan, bertindak sebagai seorang
penyalur yang komunikatif untuk menyertakan anggota
dalam kegiatan organisasi, bertanggung jawab untuk
memudahkan koordinasi organisasi internal dan
mendapatkan kerjasama yang baik, harus memiliki
kepiawaian di dalam melakukan komunikasi, baik
komunikasi verbal dan non verbal, dalam berkomunikasi
pimpinan harus selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada karyawannya agar tercapai tujuan
bersama.
Komunikasi vertical (komunikasi ke atas) yaitu
komunikasi ke atas dilakukan guru ketika berkomunikasi
kepada kepala sekolah yakni seperti menyampaikan
informasi mengenai perkembangan dan permasalahan
peserta didik, menyampaikan kritik, atau saran dan
pendapat kepada kepala sekolah dengan bahasa yang
sopan, berkonsultasi atau bertukar pendapat dengan
kepala sekolah tentang pekerjaan, melaporkan
perencanaan pembelajaran kepada kepala sekolah.
Komunikasi horizontal yang dilakukan oleh antar guru di
Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan yakni
seperti terjalin kerjasama dan saling tolong menolong jika
ada masalah atau dalam menyelesaikan permasalahan,
bertukar informasi dengan guru lain baik mengenai
informasi perkembangan pendidikan, peserta didik
ataupun kemampuan, bertukar pikiran atau pendapat
dalam rangka perkembangan peserta didik, saling
membantu terkait tugas yang kurang dimengerti ataupun
saling bekerja sama mengatasi siswa yang bermasalah.
Menurut Pace dan Faules (2013:195), fungsi komunikasi
horizontal antara lain untuk mengkoordinasikan
penugasan kerja; berbagi informasi mengenai rencana
dan kegiatan; untuk memecahkan masalah; untuk
memperoleh pemahaman bersama; untuk mendamaikan,
berunding, dan menengahi perbedaan; untuk
menumbuhkan dukungan antar persona. Sehingga, dalam
prakteknya, bentuk komunikasi horizontal dapat
dikategorikan sebagai kerja sama, konsultasi, rapat kerja,
kritik dan saran, motivasi.
Selain itu komunikasi yang berjalan di Gugus
Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan juga berjalan
secara terbuka seperti tidak adanya rasa canggung antara
guru dan kepala sekolah, kepala sekolah mau menerima
5. 5
kritik dan saran yang disampaikan oleh guru, transparan,
dan saling terbuka. Komunikasi juga berjalan setara dan
saling mendukung seperti kepala sekolah dapat bersikap
lapang dada jika keputusannya kurang disetujui oleh guru
begitupun sebaliknya, guru dapat berlapang dada ketika
pendapat atau sarannya tidak terpilih, saling menghargai
pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Devito (1997:259) bahwa
komunikasi interpersonal dalam pandangan Humanistic
mengandung unsur-unsur seperti keterbukaan, empati,
sikap mendukung, sikap posiif dan kesetaraan.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang meunjukkan hasll yang serupa dengan
penelitiian ini seperti pada Penelitian yang dilakukan
Ayuningrum (2021) diperoleh hasil bahwa pengaruh
komunikasi terhadap kinerja guru adalah 3,337 dengan
nilai t hitung > t tabel (3,337 > 1,989) dan sig < 0,05
(0,001<0,005) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi
dengan kinerja guru. Sedangkan pengaruh komunikasi
dan motivasi secara bersama-sama terhada kinerja guru
sebesar 95,570 dengan nilai F hitung > F tabel
(95,570>3,108 dan nilai sig < 0,05 atau 0,000 < 0,005.
Uji Anova dapat diperoleh nilai F hitung >f tabel yaitu
95,570 > 3,108 dan nilai sig <0,05 atau 0,000 < 0,005.
Sehingga komunikasi dan motivasi berpengaruh
signifikan secara bersama-sama terhadapo kinerja guru
pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa
pentingnya komunikasi di dalamsuatu organisasi sekolah
untuk dapat menyampaikan informasi, menyamakan
persepsi, sebagai bentuk persuasive atau bujukan atau
mempengaruhi, untuk mendidiik, dan memberi tahu. Hal
ini sesuai dengan penjelasan Husein (2002:7) bahwa
fungsi komunikasi antara lain untuk menyampaikan
informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur
(to entertain), mempengaruhi (to influence).
Komunikasi memberikan informasi dan
menyampaikan informasi, sangat diperlukan karena
perilaku menerima informasi merupakan perilaku
alamiah. Dengan menerima informasi yang benar, maka
akan tercipta rasa aman dan tenteram. Informasi akurat
diperlukan untuk bahan dalampembuatan keputusan bagi
pihak sekolah. Setiap organisasi memerlukan koordinasi
atau komunikasi agar bagian-bagian dari organisasi
tersebut dapat bekerja menurut ketentuannya dan tidak
mengganggu bagian lain. Proses dan pola komunikasi
merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordinasi
dan mengarahkan kegiatan ke tujuan dan sasaran
organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu
pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi
maka organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Jadi,
komunikasi dalam suatu organisasi mempunyai peranan
sentral dalam memelihara dan mengembangkan
organisasi tersebut.
Selanjutnya Berdasarkan hasil uji ANOVA
diperoleh hasil F hitung sebesar 192,114 dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 yang berarti
Ho ditolak, Ha diterima sehingga dapat diartikan bahwa
ada pengaruh secara simultan antara sistem manajemen
dan komunikasi terhadap optimalisasi kinerja guru di
Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi dapat
diketahui bahwa nilai koefisien determinasi Adjusted R-
square yang dihasilkan sebesar 0,843 yang menunjukkan
bahwa sistem manajemen dan komunikasi memberikan
pengaruh terhadap peningkatan optimalisasi kinerja guru
sebesar 84,30% sedangkan sisanya 15,70% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain selain variabel sistem manajemen
dan komunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah di
Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten Pasuruan
berperan penting dalam mempengaruhi kinerja guru. hal
ini di karenakan kepala sekolah bertanggung jawab atas
manajemen pendidikan secara mikro, yang secara
langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat
1 PP 28 Th. 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya, dan pendayagunan serta pemeliharaaan sarana
dan prasarana.
Berdasarkan hasil penyebaran angket sistem
manajemen terlihat bahwa kepala sekolah dapat
dikatakan memiliki sistem manajemen yang baik. Hal ini
dapat dilihat dari hasil angket pada tiap indikator berada
pada kategori sangat baik. Indikator tersebut terdiri dari
kemampuan merencanakan, kemampuan
mengorganisasikan, kemampuan dalam memimpin, serta
kemampuan dalam mengendalikan. Indikator-indikator
tersebut sesuai dengan langkah-langkah manajemen
menurut Komariah (2014:93-95) bahwa bahwa proses
manajemen secara umum mengikuti langkah-langkah
antara lain merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil
penelitian terdahulu yang juga memperoleh hasil serupa.
Penelitian Taryaman (2018) diperoleh nilai F-hitung
sebesar 3,4334 lebih besar dari nilai F-tabel sebesar
2,0129. Dari nilai tersebut dapat ditarik kesimpulan
statistik bahwa H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
variabel manajemen pembelajaran terhadap kinerja guru
dalam mewujudkan prestasi belajar siswa MTs Al-
Ma’arif Cilageni. Nilai koefisien determinasi R2 sebesar
0,2005 yang juga menunjukkan besarnya kontribusi
variabel manajemen pembelajaran terhadap kinerja guru
dalam mewujudkan prestasi belajar siswa MTs Al-
Ma’arif Cilageni sebesar 20,05 %; sedangkan sisanya
sebesar 0,8588 atau sebesar 85,88 % dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini yang
diduga mempengaruhi kinerja guru dan prestasi belajar
siswa adalah adanya tugas dan fungsi guru, tanggung
jawab guru dalam melaksanakan pekerjaanya, kerjasama
antar guru dan tenaga kependidikan serta prakarsa guru
dalam bekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dkk (2020)
diperoleh bahwa: (1) Secara parsial Kepemimpinan
Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Guru di
SMA/SMK Muhammadiyah Pekanbaru. Hasil penelitian
menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,787, hal
6. 6
ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah
dapat menjelaskan Kinerja Guru sebesar 0,620 atau 62%.
Secara parsial komunikasi internal berpengaruh terhadap
Kinerja Guru di SMA/SMK Muhammadiyah Pekanbaru.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0.796, hal ini menunjukkan bahwa Komunikasi
Internal dapat menjelaskan Kinerja guru sebesar 0.633
atau 63,3%. Secara bersamaan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Komunikasi Internal berpengaruh terhadap
Kinerja Guru di SMA/SMK Muhammadiyah Pekanbaru.
Hasil uji korelasi berganda menunjukkan nilai koefisien
korelasi sebesar 0.898, hal ini menunjukkan bahwa
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Komunikasi Internal
secara bersamaan dapat menjelaskan Kinerja Guru
sebesar 0.807 atau 80.7%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan di atas
menunjukkan bahwa pentingnya peranan kepala sekolah
dalam melakukan manajemen sekolah dalam
mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja menurut Sedarmayanti dalam
Hasibuan (2000:126) antara lain (1) sikap mental
(motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja); (2)
pendidikan; (3) keterampilan; (4) manajemen
kepemimpinan; (5) tingkat penghasilan; (6) gaji dan
kesehatan; (7) jaminan social; (8) iklim kerja; (9) sarana
pra sarana; (10) teknologi; (11) kesempatan berprestasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
manajemen kepemimpinan merupakan salah faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja guru
Dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, bagi
guru di sekolah membutuhkan adanya dorongan
semangat dan motivasi dari pimpinan mereka, sebab hal
ini merupakan modal yang penting sehingga hampir
setiap tindakan dan kebijakan yang diambil/dilakukan
oleh seorang pemimpin mempunyai dampak yang positif
dan negatif bagi bawahan yang dipimpinnya. Seorang
pemimpin yang baik harus selalu dapat memotivasi
bawahannya sedemikian rupa sehingga dalam
melaksanakan tugasnya, guru akan memiliki efektivitas
kerja yang lebih tinggi dan diharapkan mampu
membuahkan hasil yang memuaskan, baik bagi sekolahan
maupun bagi pendidik (guru) itu sendiri. Kepala sekolah
bertugas mengembangkan struktur organisasi formal
kelembagaan sekolah dengan menempatkan personalia
yang sesuai dengan kebutuhan, serta menempatkan guru
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kepala
sekolah sebagai pemimpin dalam melakukan tugasnya
sebagai manajer harus dapat melakukan perencanaan,
mengkoordinasi, memimpin, melakukan pengendalian
dan pengawasan. Dalam melakukan tugas-tugas tersebut
diperlukan adanya keterampilan komunikasi untuk dapat
berinteraksi dengan guru dan karyawan, menyampaikan
tugas, arahan, memberikan saran, dan mempengaruhi
para guru dan karyawan untuk taat dalam mematuhi
peraturan serta bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Tanpa adanya komunikasi, akan sulit untuk dalam
melakukan tugas-tugas tersebut karena perlunya adalah
pemahaman antara yang memberikan arahan dengan
yang diberikan perintah. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Effendy (2006:5) bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak
langsung melalui media. Kotler (2000:551), menjelaskan
bahwa “dalam prosesnya, komunikasi terdiri dari
beberapa unsur, yaitu pengirim pesan (komunikator),
pesan yang dikirimkan, saluran komunikasi yang
digunakan (media), orang yang dituju (komunikan), efek
yang ditimbulkan (respon), dan timbal balik (feedback)”.
Seorang komunikator harus mampu mengusahakan agar
pesan yang disampaikan benar-benar dipahami oleh
komunikan.
Keberhasilan komunikasi adalah bagian terpenting
untuk mewujudkan peningkatan kinerja organisasi
pendidikan. Komunikasi merupakan hal penting dan
sangat diperlukan, baik oleh manusia maupun organisasi.
Setiap organisasi memerlukan kegiatan komunikasi di
dalamnya, yang lebih dikenal dengan komunikasi
organisasi. Organisasi tak hanya diperlukan dalam
perusahaan, pendidikan pun memerlukan adanya
organisasi di dalamnya. Organisasi pendidikan serta
komunikasi organisasi memiliki manajemen dan
keterkaitan satu sama lain. Sesuai dengan pendapat
Irianta dan Syaripudin (2013:48), yang menyatakan
bahwa dalam manajemen organisasi pendidikan terdapat
manajemen komunikasi organisasi. Oleh karena itu,
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mutu
pengelolaan organisasi pendidikan, komunikasi yang
bermutu menjadi bagian penting. Pendidikan yang
bermutu antara lain ditopang juga dengan komunikasi
yang bermutu yang terjadi dan dilakukan organisasi
institusi pendidikan.
Komunikasi memegang peranan penting tanpa
komunikasi organisasi akan tidak berfungsi dalam
menjalankan tujuan awal organisasi. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sistem manajemen dan
komunikasi secara positif dan signifikan bersama-sama
dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan
optimalisasi kinerja guru di Gugus Sekolah III Purwosari
adalah sebesar 84,30%. Besarnya pengaruh yang
ditimbulkan menunjukkan bahwa kemampuan kepala
sekolah dalam memiliki sistem manajemen dan
komunkasi yang baik tidak dapat dipisahkan untuk dapat
memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Rostikawati dan
Maulana (2020) yang menunjukan bahwa komunikasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru sebesar
45,1%. Hasil serupa juga diperoleh oleh Ariyanti (2016)
yang menunjukkan terdapat pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap kinerja guru sebesar 0,509 aau
50,9%.
Kepala sekolah harus bisa memiliki kemampuan
dalam komunikasi yang baik untuk dapat menyampaikan,
mengarahkan, membimbing, menjelaskan tujuan dan
bekerja sama dengan guru. Komunikasi memegang peran
penting dalam suatu interaksi antara kepala sekolah
dengan guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa
(2007:13), yang menjelaskan bahwa kepala sekolah
sebagai pemimpin (leader) dapat dilihat dari kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
7. 7
sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan
kemampuan berkomunikasi. Berdasarkan hal tersebut
membuktikan bahwa peran kepala sekolah dalam
memiliki keterampilan komunikasi sangat merupakan hal
yang penting. Hal ini di karenakan komunikasi dalam
organisasi pendidikan berfungsi untuk menghubungkan,
memberi dan mengirim informasi pada karyawan, berupa
informasi penting mengenai aktivitas organisasi untuk
mengkondisikan pusat aktivitas dalam berbaik pekerjaan
yang dipertanggung jawabkan pada kepala sekolah ini
ditujukan untuk mempertimbangkan pengambilan
keputusan yang sesuai dengan aktivitas lembaga
pendidikan tersebut.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
(1) terdapat pengaruh sistem manajemen terhadap
peningkatan optimalisasi kinerja guru di Gugus Sekolah
III Purwosari Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji t
yaitu t-hitung yang dihasilkan sebesar 12,356 yang lebih
besar dari t-tabel 1,997 dengan tingkat signifikan lebih
kecil dari 5% yaitu 0,000. Besar pengaruh yang dihasilkan
dari sistem manajemen terhadap peningkatan optimalisasi
kinerja guru adalah 70,90%; (2) terdapat secara signifikan
sistem komunikasi terhadap peningkatan optimalisasi
kinerja guru di Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten
Pasuruan, dilihat dari hasil uji t yaitu t-hitung yang
dihasilkan sebesar 3,067 yang lebih besar dari t-tabel
1,997 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 5% yaitu
0,003. Besar pengaruh yang dihasilkan dari etos kerja
guru terhadap hasil belajar siswa adalah 13,87%; dan (3)
terdapat pengaruh secara simultan antara sistem
manajemen dan komunikasi terhadap optimalisasi kinerja
guru di Gugus Sekolah III Purwosari Kabupaten
Pasuruan, dilihat dari hasil uji F yaitu diperoleh F-hitung
yang dihasilkan sebesar 192,114 yang lebih besar dari F-
tabel dengan nilai signifikasi 0,000 di bawah 5%. Besar
pengaruh yang dihasilkan dari sistem manajemen dan
komunikasi terhadap optimalisasi kinerja guru adalah
84,30%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat diberikan
saran antara lain sistem manajemen dan komunikasi
sangat penting untuk meningkatkan kinerja guru sehingga
kepala sekolah harus selalu meningkatkan dan
memperbaiki sistem manajemen sekolah dan sistem
komunikasi agar dapat meningkatkan kinerja guru; dan
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru selain
sistemmanajemen dan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Meva. 2016. Pengaruh Komuikasi Interpersonal
terhadap Kinerja Guru dan Motivasi Kerja Sebagai
Variabel Intervening [tesis]. Jakarta (ID): Universitas
Terbuka.
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Eds 5.
Jakarta: Professional Books.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori
dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
Hasanah, N.Z, Firdaus, M., Rasyid, A. (2020). Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Komunikasi
Internal Terhadap Kinerja Guru di SMA/SMK
Muhammadiyah Pekanbaru. Jurnal Ilmu
Komunikasi, FISIP Universitas Riau. Vol. 9, No. 2:
432-447.
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bina Aksara.
Husein, Umar. 2002. Metodologi Penelitian, Untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Jalaluddin, Rakhmat. 1996. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Komariah, Aan. 2014. Manajemen Sekolah dalam
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Kotler, Philip. 2000. Prinsip – Prinsip Pemasaran
Manajemen, Jakarta: Prenhalindo.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Yang Di Sempurnakan.
Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
sebuah panduan praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan Dan Implentasi
Pemikiran Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2013. Komunikasi
Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Terj. Deddy Mulyana. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Puspitasari, Y., Tobari, dan Kesumawati, N. (2021).
Pengaruh Manajemen Kepala Sekolah Dan
Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru.
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
8. 8
Pendidikan (JMKSP, Program Pascasarjana,
Universitas PGRI Palembang). Vol. 6, No. 1: 88-99.
Robbins, Stephen P. and Coulter, Mary. 2016.
Manajemen, Jilid 1 Edisi 13, Alih Bahasa: Bob
Sabran Dan Devri Bardani P. Jakarta: Erlangga.
Rostikawati, Dian dan Maulana, H. San Ridwan. (2020).
Pengaruh Komunikasi dan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Guru pada SMK Islamiyah Ciputat. Jurnal
Ekonomi Efektif, Researchgate. Vol. 2, No. 3.
Sumali, Ahmad. (2019). Pengaruh Komunikasi dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru SDN Parakan
– Tangerang Selatan. Jurnal Ilmiah Manajemen
Sumber Daya Manusia (Jenius). Vol. 2, No 3.
Supardi, D. 2016. Kinerja Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Taryaman, Cecep. (2018). Pengaruh Manajemen Sekolah
terhadap Kinerja Guru dalam Mewujudkan Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Khazanah Akademia, Program
Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas
Garut. Vol. 02., No. 01: 29-38.
Terry, George R. dan Rue. Leslie W. 2010. Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.