Buku ini membahas kontribusi muslimah dalam berbagai aspek kehidupan berdakwah sesuai dengan tahapan-tahapan (maratibul amal) yang ditetapkan oleh Islam. Pada setiap tahapan tersebut dijelaskan peran penting muslimah, mulai dari perbaikan diri, pembangunan keluarga Islam, pendidikan masyarakat, pembelaan tanah air Muslim, dan reformasi pemerintahan. Karakter muslimah yang ideal dalam berkontribusi
2. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
Kontribusi Muslimah
dalam Mihwar Daulah
Judul Buku : Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
Penulis : Sumaryatin Zarkasyi
Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : Jumadatas Tsaniyah 1431 H/Juni 2010
Tebal Buku : xxiv + 176 halaman
Sejak dakwah Islam lahir pada tahun pertama kenabian, sejak
saat itu pulalah peran muslimah dimulai. Maka kita pun
mendapatkan hadits kedua Imam Bukhari menjadi bukti
kontribusi pertama muslimah dalam dakwah. Saat Rasulullah
tiba di rumah dari gua Hira dengan pengalaman spiritualnya
yang luar biasa, beliau masih dalam ketakutan. Satu hal yang
wajar sebab beliau baru saja bertemu dengan makhluk yang
tidak biasa beliau lihat. Lebih dari itu beliau mendapatkan
tanggungjawab besar sebagai nabi.
Dalam kondisi seperti itulah beliau berkata: "Zammilunii...
zammilunii..." (Selimuti aku, selimut aku..). Khadijah
mengerti. Ia melakukan perannya. Ia wanita pertama yang
telah berhasil menyemaikan dakwah yang saat itu baru
mengecambah agar tetap bertumbuh. Maka Khadijah tidak
hanya menyelimuti Rasulullah agar kondisi fisiknya
membaik. Lebih dari itu Khadijah memotivasi sang suami
agar yakin bahwa tidak ada hal yang salah pada dirinya.
Bersama Dakwah
3. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
"Jangan takut, demi Allah, Tuhan tidak akan membinasakan
engkau. Engkau selalu menyambung tali persaudaraan,
membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang
keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong
orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran."
Begitu pandainya Khadijah meyakinkan.
Tidak berhenti di situ. Khadijah juga membawa Rasulullah
kepada pamannya. Waraqah sang ahli kitab. Dari sanalah
keyakinan keduanya semakin mantab. Ya, Muhammad telah
menjadi Nabi. Maka sejak saat itu sejarah dakwah ditulis.
Namun ia telah ditulis dengan adanya peran muslimah.
Khadijah yang pertama kali percaya dan menjadi muslimah.
Khadijah ummul mukminin yang memberikan langkah awal
dan teladan pertama bagi kiprah muslimah berikutnya.
Kini kita hidup di era yang berbeda. Sejarah dakwah telah
berusia lebih dari empat belas abad sejak muslimah pertama
berperan menyokongnya. Kita kini hidup di abad modern
yang memiliki karakteristik zamannya sendiri. Banyak hal
yang telah berubah. Bahkan dakwah di masa modern ini pun
telah disusun sedemikian rupa dalam berbagai orbit atau
mihwar-nya. Sejak mihwar tandzimi, mihwar sya'bi, mihwar
muassasi, dan mihwar daulah yang tengah disambut dengan
berbagai persiapan dan strategi. Banyak hal yang berubah.
Namun tetap ada yang harus "abadi". Diantaranya adalah
kontribusi muslimah.
Bersama Dakwah
4. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
Ya, peran muslimah tidak boleh berhenti. Apapun
mihwarnya, di sana ada dan butuh peran muslimah. Apapun
zamannya, dakwah tetap menghajatkan kontribusi muslimah.
Pun dalam mihwar daulah nanti. Buku Kontribusi Muslimah
dalam Mihwar Daulah ini akan menjadi peta jalan (roadmap)
bagi para aktifis dakwah muslimah dalam memberikan
kontribusi terbaiknya di mihwar daulah.
Memahami Realitas Muslimah
Hal pertama yang perlu dilakukan aktifis dakwah muslimah
adalah introspeksi. Introspeksi nasib kaumnya. Memahami
realitas muslimah. Realitas muslimah sebagai pribadi, dalam
keluarga, dan realitas masyarakatnya. Secara jujur kita akan
menemukan kata kunci untuk menggambarkan realitas
muslimah masa kini: lemah!
Sebagai pribadi, banyak muslimah di negeri ini yang masih
mengalami kekeringan jiwa, tidak memahami tujuan
penciptaannya, dan dilanda keputusasaan. Pendek kata,
mereka masih jauh dari Islam. Disebutkan satu contoh dalam
buku ini, ketika Yusuf Islam (Dulu Cat Steven) memberikan
ceramah di Jakarta pada tahun 90-an, ia tidak menyangka
kalau negeri ini adalah berpenduduk mayoritas muslim. Ini
karena di jalan-jalan yang dilaluinya yang ia temukan justru
wanita-wanita yang tidak menutup aurat.
Realitas keluarga di Indonesia tidak jauh berbeda dari kondisi
di atas. Secara ekonomi banyak keluarga yang miskin secara
Bersama Dakwah
5. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
ekonomi dan bodoh secara pendidikan. Keduanya lalu
dipertahankan oleh keluarga-keluarga baru yang terbentuk
tanpa kesiapan yang memadai. Tidak siap membangun
keluarga, juga tidak siap mendidik anak-anak yang lahir
nantinya. Maka kemiskinan, kebodohan, ketidaksiapan itu
seperti telah menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan.
Lalu masyarakat. Ia juga tidak lebih baik dari keduanya.
Karena pada dasarnya masyarakat adalah bangunan besar dari
keluarga-keluarga yang tentu saja terdiri dari individu-
individu. Diantaranya adalah muslimah, yang bahkan
menjadi unsur terbesar pembentuk masyarakat. Realitasnya,
masyarakat kita saat ini telah terserang berbagai penyakit.
Mulai dari individualisme, hedonisme, sekuler, sampai
pornografi.
Realitas yang demikian, bagi aktifis dakwah muslimah,
seharusnya menjadi pemicu dan tantangan tersendiri untuk
meningkatkan kontribusinya dalam memperjuangkan Islam.
Realitas ini -yang jika dipahami dengan baik- akan
mendorong semakin kuatnya azzam untuk melakukan
perubahan dan perbaikan. Akan menjadi landasan mengapa
muslimah harus berkontribusi, terutama di mihwar daulah
nanti.
Peran Muslimah di Semua Maratibul Amal
Islam merupakan din yang syamil mutakamil. Ia melingkupi
seluruh aspek kehidupan. Maka kita akan mendapatkan
Bersama Dakwah
6. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
bahwa dalam setiap aspek kehidupan ini Islam telah
menyediakan aturannya; ada yang bersifat umum ada yang
detail. Pada saat Islam diaplikasikan dalam segala aspek
kehidupan itulah maka peradaban Islam yang gemilang akan
terwujud.
Sementara kini, dakwah tengah berjalan menuju ke sana. Ada
banyak konsep dalam tiap gerakan dakwah yang ditawarkan
lalu menjadi manhaj perjuangannya masing-masing. Namun,
kebertahapan adalah sebuah sunnatullah yang bisa didapatkan
intisarinya dalam Al-Qur'an dan hadits. Mungkin
pencapaiannya akan terasa lama. Tetapi inilah cara yang
efektif dan ditemukan dari dua pusaka Islam tersebut.
Formulasi tahapan perjuangan seperti ini disebut Hasan Al-
Banna sebagai maratibul amal. Seperti contoh yang diberikan
Khadijah dalam permulaan dakwah, aktifis dakwah muslimah
di era sekarang pun tidak boleh berdiam diri. Ia harus ambil
bagian dalam semua maratibul amal. Muslimah harus
berperan.
Pada Islahun Nafsi atau perbaikan diri sendiri akhwat
muslimah harus serius dalam melakukan siyasatun nafs.
Yaitu bagaimana agar unsur dalam diri dapat mengendalikan
unsur dalam diri lainnya. Potensi taqwa mengendalikan
potensi fujur. Potensi kebaikan mengalahkan potensi
keburukan. Lalu ia berkontribusi dalam upaya
memperbanyak muslimah lain melakukan ishlahun nafsi pula
dengan cara : pertama, menjadikan diri sebagai teladan.
Kedua, menginspirasi orang-orang terdekat, baik keluarga,
Bersama Dakwah
7. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
saudara, sahabat atau teman untuk melakukan ishlahun nafsi.
Ketiga, Berusaha tetap istiqamah dalam memperbaiki dirinya
dan mengajak orang terdekat untuk melakukan hal yang
sama. Proses ini harus terus dilakukan hingga kematian
menghentikan.
Pada Takwin Bait al-Muslim, muslimah juga memiliki
kontribusi. Ada istilah siyasatul usrah yang dipakai
Sumaryatin Zarkasyi di sini. Bagaimana agar muslimah bisa
mengatur rumah tangga, sementara suami tetap pemimpin
dalam keluarga. Maka kontribusi muslimah mewujud dalam
bentuk menjadi istri yang shalihah, menjadi anak yang
shalihah bagi orang tuanya, menjadi ummi madrasah bagi
anak-anaknya, yang mampu menjadi teladan bagi mereka
serta menjalankan peran taurits (pewarisan), baik pewarisan
ideologi, cita-cita, dan kebaikan.
Pada Irsyad Al-Mujtama', kontribusi muslimah yang perlu
dilakukan adalah menjadi daiyah dengan pemahaman metode
dan fiqih dakwah yang baik, berkhidmah melalui profesi dan
keilmuan di bidangnya untuk kemajuan masyarakat, dan
peduli serta terlibat dalam upaya penyelesaian problem-
problem pokok masyarakat terdekat. Mungkin tidak semua
akhwat muslimah berkesempatan melakukan semua
kontribusi itu. Misalnya khidmah keilmuan dan profesi. Ini
terutama bagi muslimah yang diamanahi profesi tertentu.
Bukan berarti lalu muslimah yang "profesi"-nya sebagai ibu
rumah tangga kurang kontributif. Bukan. Semua sesuai
dengan level dan kemampuan masing-masing. Namun, dalam
Bersama Dakwah
8. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
level apapun, akhwat muslimah harus mengukir tinta emas
dalam kehidupannya.
Pada Tahrirul Wathan, akhwat muslimah bisa memberikan
kontribusinya dalam bentuk pembelaan atas setiap jengkal
tanah kaum muslimin yang terzalimi dan berkontribusi dalam
mewujudkan kemerdekaan yang hakiki. Tentu dalam
kontribusi ini tidak otomatis sama dengan peran ikhwan.
Namun ia tetap memiliki komitmen dan kontribusi,
sebagaimana muslimah Palestina yang menanamkan jiwa
jihad dalam diri anak dan suaminya, bahkan ada sebagiannya
yang turut langsung terjun ke medan jihad melawan penjajah
Israel.
Pada Islahul Hukumah, akhwat muslimah pun perlu
berkontribusi. Muslimah harus menggunakan hak-hak
politiknya dalam memperbaiki pemerintahan. Apalagi fakta
berbicara bahwa wanita adalah pemilih terbesar yang
otomatis jumlah suaranya lebih menentukan siapa yang
berhak menjadi pemerintah. Setingkat lebih tinggi dari itu
adalah peran muslimah untuk turut melakukan tarbiyah
siyasiyah dan advokasi kepada masyarakat agar sadar politik
dan tergerak melakukan perbaikan. Lebih besar lagi
tanggungjawabnya di bidang ini, adalah ketika muslimah
berperan aktif dalam ranah publik dan politik. Tentu ini
membutuhkan kesiapan yang lebih besar pula.
Bersama Dakwah
9. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
Pada Siyasatu Ad-Daulah, ada dua kaidah penting yang
dikemukakan Ikhwan. Pertama, prinsip umum emansipasi
antara laki-laki dan perempuan, bahwa muslimah memiliki
peran yang tidak bisa dilakukan laki-laki, baik itu dalam
pengurusan rumah tangga maupun pendidikan anak.
Sedangkan dalam politik, sebagaimana wanita bukanlah jenis
kelamin di bawah laki-laki, ia pun memiliki hak politik yang
setara, dan berhak menempati posisi sebagai legislatif dan
jabatan-jabatan kepemimpinan tertentu. Maka dalam
maratibul amal ini kontribusi muslimah bisa mewujud dalam
kontribusi di berbagai organisasi dan lembaga profesi,
birokrat, termasuk legislatif. Intinya, muslimah perlu
berkontribusi semampunya, mengoptimalkan potensi-
potensinya dengan tetap mengambil jalan keseimbangan dan
keadilan bagi peran-perannya.
Lalu pada maratibul amal yang ketujuh, Ustadziyatu Al-Alam,
muslimah pun tetap dituntut kontribusinya. Pada tahapan
inilah ditegakkan kepemimpinan dunia dengan penyebaran
dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga tidak ada
lagi fitnah dan agama ini hanya menjadi milik Allah.
Karakter Muslimah di Mihwar Daulah
Sumaryatin Zarkasyi dalam buku Kontribusi Muslimah
dalam Mihwar Daulah ini menjelaskan Karakter Muslimah
di Mihwar Daulah pada bab 3. Karakter itu ada 5: Pertama,
Bertaqwa. Ini karakter umum yang mudah diuraikan karena
memang harus ada dalam mihwar apapun, kapan pun, di
Bersama Dakwah
10. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
manapun. Karakter kedua adalah sejahtera. Sejahtera di sini
menyangkut aspek ekonomi, kemananan fisik dan
kenyamanan psikologis.
Lalu cerdas. Karakter ketiga ini menuntut muslimah
membekali akalnya dengan hakikat yang benar, makna hidup
terbaik, dan pengetahuan yang benar. Akhwat muslimah juga
harus membekali akal pikirannya dengan sejarah Islam dan
berbagai pengetahuan modern.
Karakter keempat adalah berdaya. Sehingga muslimah bisa
memberikan kemanfaatan kepada diri, keluarga, masyarakat
dan negaranya secara seimbang. Karakter kelima, berbudaya.
Yakni dengan mewarnai budaya yang sudah ada agar menjadi
islami dan mengembangkan iklim bidaya yang lebih kondusif
bagi muslimah untuk memuliakan harkat dan martabatnya.
Agenda-agenda yang Perlu Diperhatikan Gerakan
Akhwat Muslimah
Pertama, agenda dakwah di kalangan muslimah yang harus
terus ditingkatkan. Sarana-sarana diperluas, secara sistemik
perlu upaya mengorganisir dakwah muslimah agar menjadi
lebih produktif. Dakwah muslimah harus mampu
menawarkan solusi dan tidak lagi bersifat monologis. Perlu
ada upaya pemberdayaan muslimah untuk mencapai keadilan
dan kesejehateraan dunia-akhirat.
Bersama Dakwah
11. Intisari Buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah
Kedua, agenda perlindungan terhadap perempuan, anak, dan
keluarga. Gerakan dakwah akhwat muslimah harus berupaya
menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan, membawa
seluruh anak-anak mencapai pendidikan dasar,
memberdayakan perempuan, mengurangi tingkat kematian
anak, meningkatkan kesehatan ibu, pemerataan
kesejahteraan, pemerataan akses sumber daya, pemerataan
penyadaran, dan pemerataan partisipasi aktif.
Akhirnya, semoga buku Kontribusi Muslimah dalam Mihwar
Daulah karya Sumaryatin Zarkasyi yang merupakan buku
ke-12 dari 100 Buku Pengokohan Tarbiyah ini bisa menjadi
peta jalan muslimah sehingga dapat turut berkontribusi secara
signifikan dalam upaya pergerakan dakwah menyongsong
mihwar daulah.
Bersama Dakwah