Dokumen tersebut membahas tentang pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan. Ia menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter bangsa dengan menanamkan nilai-nilai seperti yang terdapat dalam Pancasila. Dokumen juga membedakan antara karakter dengan temperamen dan menjelaskan unsur-unsur yang membentuk karakter seperti kejujuran dan kerjasama.
2. Pengantar
Pada dasarnya karakter bangsa dimaknai
sebagai sikap mental yang menjadi ciri suatu
bangsa.
Sikap mental yang menjadi karakter bangsa
terefleksi pada cara berfikir, berkata dan
bertindak pada suatu bangsa.
Dengan demikian, karakter bangsa adalah
sesuatu yang melekat pada eksistensi suatu
bangsa. Karakter bangsa bukan sesuatu yang
dipertunjukkan pada bangsa lain tetapi secara
nyata dapat dinilai keberadaannya oleh bangsa-
bangsa lain.
3. Pengantar
Quraish Shihab membedakan karakter dengan
temperamen.
Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup
seseorang. Ia dibangun oleh
pengetahuan, pengalaman serta penilaian
terhadap pengalaman itu. Ia bukan saja nalar
tetapi gabungan dari nalar, kesadaran moral dan
kesucian jiwa.
Temperamen adalah corak reaksi seseorang
terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari
dalam. Ia berhubungan erat dengan kondisi
biopsikologi seseorang sehingga sangat sulit
diubah karena ia dipengaruhi oleh unsur hormon
4. Pengantar
Josephson Institute membagi atas 5 (lima) pilar
karakter yakni :
Trustworthiness (dapat dipercaya),
Respect (menghormati orang lain),
Fairness (adil),
Caring (perhatian terhadap orang lain),
Citizenship (kewargaan).
6. Pengantar
Unsur dari Respect adalah :
menghargai terhadap sesama,
toleran terhadap perbedaan,
perilaku yang baik,
bertutur kata yang sopan,
peka terhadap perasaan orang lain,
menahan amarah
tidak menyakiti orang lain.
7. Pengantar
Komponen dari Fairness adalah :
berpikiran terbuka,
mau mendengar orang lain,
senang berbagi,
tidak memanfaatkan orang lain,
tidak menyalahkan orang lain
mengikuti aturan main.
8. Pengantar
Caring memiliki unsur seperti :
baik hati,
suka berterima kasih,
pemaaf,
penolong
peduli penderitaan orang lain.
9. Pengantar
Citizenship memiliki komponen yakni:
terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan
kenegaraan,
bekerjasama didalam komunitas,
semangat berbagi dilingkungan tempat kerja dan
tempat tinggal,
mentaati hukum,
menghormati petugas hukum dan birokrasi
melestarikan lingkungan.
10. Pengantar
Contoh karakter bangsa yang kuat di dunia
adalah bangsa Jepang. Meski pernah mendapat
serangan bom atom pada perang dunia kedua
(1945) yang menewaskan ribuan
penduduknya, dalam waktu relatif singkat mampu
bangkit dan sekarang menjadi negara maju.
Kunci keberhasilan kebangkitan bangsa Jepang
adalah sikap altruistik masyarakatnya yang lebih
mengedepankan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi atau golongan. Sikap
tersebut dipandu dengan manajamen yang
dikenal Restorasi Meiji.
11. Kebijakan Nasional
Untuk menjadi bangsa Indonesia yang tangguh
dan kompetitif dalam tataran interaksi global,
pembangunan karakter bangsa dirasakan telah
menjadi kebutuhan bangsa Indonesia.
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2015 telah mengamanahkan visi
bangsa Indonesia yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan
berorientasi IPTEK berdasarkan Pancasila dan
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Karena itu, maka disusun Kebijakan Nasional
12. Kebijakan Nasional
Sebenarnya bangsa Indonesia memiliki Pancasila
yang dapat dikembangkan untuk membangun
karakter bangsa.
Pancasila dapat disebut sebagai warisan genius
bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai pedoman karakter bangsa
Indonesia digali dari nilai-nilai yang sudah lama
berkembang ditengah masyarakat yang
mayoritas beragama Islam.
Namun permasalahan adalah tidak sepenuhnya
menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
yang memiliki spirit Bhinneka Tunggal Ika atau
toleransi terhadap pluralitas.
13. Karakter Melalui Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu wahana
pembentukan karakter bangsa. Melalui
pendidikan, sosialisasi kebudayaan
terinternalisasi pada diri individu peserta didik.
Karena itu, sangat erat kaitan antara pendidikan
dan kebudayaan. Pendidikan tidak bisa steril dari
kebudayaan karena dapat menyebabkan peserta
didik tercerabut dari akan budaya masyarakatnya
sendiri.
Masyarakat yang tidak mengenal kekayaan
budayanya sendiri akan cenderung merasa asing
didalam menjalani kehidupannya.
14. Karakter Melalui Pendidikan
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai
pendidikan nilai, moral, budi pekerti, watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik atau
buruk dan benar atau salah.
Pendidikan karakter dilaksanakan didalam satuan
pendidik.
Prof. Sapriya membagi atas tiga dimensi
pendidikan karakter yakni dimensi
kurikuler, dimensi sosio kultural, dan dimensi
birokrasi.
15. Karakter Melalui Pendidikan
Di lembaga pendidikan, peran guru sangat besar
dalam pembentukan karakter bangsa bagi peserta
didik dengan cara membudayakan Pancasila guna
memacu peningkatan sumber daya manusia.
Bidang pendidikan yang relevan dengan
pembentukan karakter seperti bidang agama, sosial
dan budaya. Strategi yang harus dilakukan dengan
cara mengintegrasikan semua sumber daya sosial
dan budaya, semua elemen bangsa, semua unsur
penyelenggara negara dan unsur pimpinan bangsa
disesuaikan dengan peran dan kedudukan masing-
masing.
Untuk membangun karakter bangsa bukan hanya
tugas bagi guru di pendidikan formal tetapi juga pada
pendidikan informal.
16. Karakter Melalui Pendidikan
Sri Sultan Hamengkubowono X dalam Kongres
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Senin
7/5) mengungkapkan bahwa pendidikan dan
pengajaran merupakan dua proses satu nafas,
memiliki keterkaitan yang berbeda kadarnya
dengan kebudayaan.
Pendidikan memerdekakan nurani, pengajaran
memerdekakan pikiran. Meski begitu pengajaran
dapat dikatakan sebagai bagian dari pendidikan
secara umum, karena ilmu yang diajarkan dan
dipelajari merupakan alat pendidikan.
Perlu ditunjukkan keterpaduan hubungan antara
pengajaran, pendidikan dan kebudayaan.
17. Karakter Melalui Pendidikan
Mengacu pada tipologi Fitjrof Capra mengenai
“Kembali pada Paradigma Kebudayaan” dikenal
dua tipe yakni:
tipe struktural dan
tipe kultural.
18. Karakter Melalui Pendidikan
Tipe struktural dapat dianalogikan dengan struktur
kereta api bergerbong panjang yang berjalan diatas
rel tunggal. Jika modernitas masyarakat dunia
diletakkan pada garis kontinum, sesuai perspektif dan
teori-teori modernisasi, maka masyarakat tradisional
dan semi modern di Timur adalah gerbong-gerbong
belakang yang mengekor jejak gerbong-gerbong
masyarakat modern Barat yang ada dibagian depan.
Ketiga gerbong masyarakat Barat telah berkiblat ke
kebudayaan Timur (berbalik arah), masyarakat
tradisional dan semi-modern Timur berada di gerbong
belakang justru tetap mengarah ke modernisasi ala
Barat. Dengan kata lain, masyarakat Timur harus ter-
Baratkan sepenuhnya dulu, untuk kemudian berbalik
ke paradigma kebudayaan Timur, jika masih tersisa
waktu.
19. Karakter Melalui Pendidikan
Tipe Kultural dapat dianalogikan dengan Pesta
Olahraga Olimpiade. Dalam Olimpiade, terbuka
kedudukan olahraga dan peserta adalah sama
(kompetisi-koeksistensi), tetapi masing-masing
tipe olahraga memiliki ciri-ciri tertentu yang
dipengaruhi oleh ciri-ciri alamiah manusia,
misalnya ukuran badan atau karakter kultural
tertentu.
Jika paradigma kembali ke kebudayaan ditandai
dengan kuatnya minat masyarakat dunia pada
olahraga berranah esoterik-spiritual ke-Timuran,
secara teoritis dan idealnya peluang atlet Timur
merajai Olimpiade lebih terbuka dibanding atlet
Barat. Namun bisa jadi tanggapan empiris
masyarakat Timur boleh jadi sebaliknya.
20. Karakter Melalui Pendidikan
Mereka yang berpostur badan rata-rata kecil-
pendek lebih aktif mengembangkan olahraga
basket ketimbang mendirikan padepokan pencak
silat, maka hampir dipastikan orang Timur
kesulitan mencatatkan prestasi di arena
Olimpiade.
Namun sebaliknya bila mau mengembangkan
padepokan pencak silat maka kemungkinan
orang Timur mencatatkan prestasi gemilang di
Olimpiade sangat terbuka. Karena dasar-dasar
pencak silat ada di Timur.
Oleh karena itu, kita sekarang ini sesungguhnya
tengah mengalami krisis identitas.