SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Pembangunan Karakter Bangsa
     (Bagian Pertama)
         Muslimin B. Putra
     Dosen STIA Paris Makassar
Pengantar
 Pada dasarnya karakter bangsa dimaknai
  sebagai sikap mental yang menjadi ciri suatu
  bangsa.
 Sikap mental yang menjadi karakter bangsa
  terefleksi pada cara berfikir, berkata dan
  bertindak pada suatu bangsa.
 Dengan demikian, karakter bangsa adalah
  sesuatu yang melekat pada eksistensi suatu
  bangsa. Karakter bangsa bukan sesuatu yang
  dipertunjukkan pada bangsa lain tetapi secara
  nyata dapat dinilai keberadaannya oleh bangsa-
  bangsa lain.
Pengantar
 Quraish Shihab membedakan karakter dengan
  temperamen.
 Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup
  seseorang. Ia dibangun oleh
  pengetahuan, pengalaman serta penilaian
  terhadap pengalaman itu. Ia bukan saja nalar
  tetapi gabungan dari nalar, kesadaran moral dan
  kesucian jiwa.
 Temperamen adalah corak reaksi seseorang
  terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari
  dalam. Ia berhubungan erat dengan kondisi
  biopsikologi seseorang sehingga sangat sulit
  diubah karena ia dipengaruhi oleh unsur hormon
Pengantar
Josephson Institute membagi atas 5 (lima) pilar
  karakter yakni :
 Trustworthiness (dapat dipercaya),
 Respect (menghormati orang lain),
 Fairness (adil),
 Caring (perhatian terhadap orang lain),
 Citizenship (kewargaan).
Pengantar
Komponen dari Trustworthiness yakni :
 jujur,
 tidak curang,
 mempunyai keberanian melakukan hal yang
  benar,
 membangun reputasi dan loyal.
Pengantar
Unsur dari Respect adalah :
 menghargai terhadap sesama,
 toleran terhadap perbedaan,
 perilaku yang baik,
 bertutur kata yang sopan,
 peka terhadap perasaan orang lain,
 menahan amarah
 tidak menyakiti orang lain.
Pengantar
Komponen dari Fairness adalah :
 berpikiran terbuka,
 mau mendengar orang lain,
 senang berbagi,
 tidak memanfaatkan orang lain,
 tidak menyalahkan orang lain
 mengikuti aturan main.
Pengantar
 Caring memiliki unsur seperti :
 baik hati,
 suka berterima kasih,
 pemaaf,
 penolong
 peduli penderitaan orang lain.
Pengantar
Citizenship memiliki komponen yakni:
 terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan
  kenegaraan,
 bekerjasama didalam komunitas,
 semangat berbagi dilingkungan tempat kerja dan
  tempat tinggal,
 mentaati hukum,
 menghormati petugas hukum dan birokrasi
 melestarikan lingkungan.
Pengantar
 Contoh karakter bangsa yang kuat di dunia
  adalah bangsa Jepang. Meski pernah mendapat
  serangan bom atom pada perang dunia kedua
  (1945) yang menewaskan ribuan
  penduduknya, dalam waktu relatif singkat mampu
  bangkit dan sekarang menjadi negara maju.
 Kunci keberhasilan kebangkitan bangsa Jepang
  adalah sikap altruistik masyarakatnya yang lebih
  mengedepankan kepentingan umum diatas
  kepentingan pribadi atau golongan. Sikap
  tersebut dipandu dengan manajamen yang
  dikenal Restorasi Meiji.
Kebijakan Nasional
 Untuk menjadi bangsa Indonesia yang tangguh
  dan kompetitif dalam tataran interaksi global,
  pembangunan karakter bangsa dirasakan telah
  menjadi kebutuhan bangsa Indonesia.
 Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang
  Rencana Pembangunan Jangka Panjang
  Nasional 2005-2015 telah mengamanahkan visi
  bangsa Indonesia yang tangguh, kompetitif,
  berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
  royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan
  berorientasi IPTEK berdasarkan Pancasila dan
  dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang
  Maha Esa.
 Karena itu, maka disusun Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional
 Sebenarnya bangsa Indonesia memiliki Pancasila
  yang dapat dikembangkan untuk membangun
  karakter bangsa.
 Pancasila dapat disebut sebagai warisan genius
  bangsa Indonesia.
 Pancasila sebagai pedoman karakter bangsa
  Indonesia digali dari nilai-nilai yang sudah lama
  berkembang ditengah masyarakat yang
  mayoritas beragama Islam.
 Namun permasalahan adalah tidak sepenuhnya
  menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
  yang memiliki spirit Bhinneka Tunggal Ika atau
  toleransi terhadap pluralitas.
Karakter Melalui Pendidikan
 Pendidikan adalah salah satu wahana
  pembentukan karakter bangsa. Melalui
  pendidikan, sosialisasi kebudayaan
  terinternalisasi pada diri individu peserta didik.
 Karena itu, sangat erat kaitan antara pendidikan
  dan kebudayaan. Pendidikan tidak bisa steril dari
  kebudayaan karena dapat menyebabkan peserta
  didik tercerabut dari akan budaya masyarakatnya
  sendiri.
 Masyarakat yang tidak mengenal kekayaan
  budayanya sendiri akan cenderung merasa asing
  didalam menjalani kehidupannya.
Karakter Melalui Pendidikan
 Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai
  pendidikan nilai, moral, budi pekerti, watak yang
  bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
  didik untuk memberikan keputusan baik atau
  buruk dan benar atau salah.
 Pendidikan karakter dilaksanakan didalam satuan
  pendidik.
 Prof. Sapriya membagi atas tiga dimensi
  pendidikan karakter yakni dimensi
  kurikuler, dimensi sosio kultural, dan dimensi
  birokrasi.
Karakter Melalui Pendidikan
 Di lembaga pendidikan, peran guru sangat besar
  dalam pembentukan karakter bangsa bagi peserta
  didik dengan cara membudayakan Pancasila guna
  memacu peningkatan sumber daya manusia.
 Bidang pendidikan yang relevan dengan
  pembentukan karakter seperti bidang agama, sosial
  dan budaya. Strategi yang harus dilakukan dengan
  cara mengintegrasikan semua sumber daya sosial
  dan budaya, semua elemen bangsa, semua unsur
  penyelenggara negara dan unsur pimpinan bangsa
  disesuaikan dengan peran dan kedudukan masing-
  masing.
 Untuk membangun karakter bangsa bukan hanya
  tugas bagi guru di pendidikan formal tetapi juga pada
  pendidikan informal.
Karakter Melalui Pendidikan
 Sri Sultan Hamengkubowono X dalam Kongres
  Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Senin
  7/5) mengungkapkan bahwa pendidikan dan
  pengajaran merupakan dua proses satu nafas,
  memiliki keterkaitan yang berbeda kadarnya
  dengan kebudayaan.
 Pendidikan memerdekakan nurani, pengajaran
  memerdekakan pikiran. Meski begitu pengajaran
  dapat dikatakan sebagai bagian dari pendidikan
  secara umum, karena ilmu yang diajarkan dan
  dipelajari merupakan alat pendidikan.
 Perlu ditunjukkan keterpaduan hubungan antara
  pengajaran, pendidikan dan kebudayaan.
Karakter Melalui Pendidikan
Mengacu pada tipologi Fitjrof Capra mengenai
  “Kembali pada Paradigma Kebudayaan” dikenal
  dua tipe yakni:
 tipe struktural dan
 tipe kultural.
Karakter Melalui Pendidikan
 Tipe struktural dapat dianalogikan dengan struktur
  kereta api bergerbong panjang yang berjalan diatas
  rel tunggal. Jika modernitas masyarakat dunia
  diletakkan pada garis kontinum, sesuai perspektif dan
  teori-teori modernisasi, maka masyarakat tradisional
  dan semi modern di Timur adalah gerbong-gerbong
  belakang yang mengekor jejak gerbong-gerbong
  masyarakat modern Barat yang ada dibagian depan.
 Ketiga gerbong masyarakat Barat telah berkiblat ke
  kebudayaan Timur (berbalik arah), masyarakat
  tradisional dan semi-modern Timur berada di gerbong
  belakang justru tetap mengarah ke modernisasi ala
  Barat. Dengan kata lain, masyarakat Timur harus ter-
  Baratkan sepenuhnya dulu, untuk kemudian berbalik
  ke paradigma kebudayaan Timur, jika masih tersisa
  waktu.
Karakter Melalui Pendidikan
 Tipe Kultural dapat dianalogikan dengan Pesta
  Olahraga Olimpiade. Dalam Olimpiade, terbuka
  kedudukan olahraga dan peserta adalah sama
  (kompetisi-koeksistensi), tetapi masing-masing
  tipe olahraga memiliki ciri-ciri tertentu yang
  dipengaruhi oleh ciri-ciri alamiah manusia,
  misalnya ukuran badan atau karakter kultural
  tertentu.
 Jika paradigma kembali ke kebudayaan ditandai
  dengan kuatnya minat masyarakat dunia pada
  olahraga berranah esoterik-spiritual ke-Timuran,
  secara teoritis dan idealnya peluang atlet Timur
  merajai Olimpiade lebih terbuka dibanding atlet
  Barat. Namun bisa jadi tanggapan empiris
  masyarakat Timur boleh jadi sebaliknya.
Karakter Melalui Pendidikan
 Mereka yang berpostur badan rata-rata kecil-
  pendek lebih aktif mengembangkan olahraga
  basket ketimbang mendirikan padepokan pencak
  silat, maka hampir dipastikan orang Timur
  kesulitan mencatatkan prestasi di arena
  Olimpiade.
 Namun sebaliknya bila mau mengembangkan
  padepokan pencak silat maka kemungkinan
  orang Timur mencatatkan prestasi gemilang di
  Olimpiade sangat terbuka. Karena dasar-dasar
  pencak silat ada di Timur.
 Oleh karena itu, kita sekarang ini sesungguhnya
  tengah mengalami krisis identitas.

More Related Content

What's hot

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflikdmaiia
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosialEl Ibrahimy
 
power point bela negara
power point bela negarapower point bela negara
power point bela negaraputrireza
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Daniel Arie
 
Birokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberBirokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberafifahdhaniyah
 
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...idasilfia
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaLestari Moerdijat
 
Konflik dalam kepempimpinan
Konflik dalam kepempimpinanKonflik dalam kepempimpinan
Konflik dalam kepempimpinanHafiza .h
 
Kelompok 11 masyarakat madani
Kelompok 11   masyarakat madaniKelompok 11   masyarakat madani
Kelompok 11 masyarakat madanidayurikaperdana19
 
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAPENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAdayurikaperdana19
 
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiPendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiAhmad Dahlan University
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaAdrian Ekstrada
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatRika Mouri
 

What's hot (20)

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosial
 
power point bela negara
power point bela negarapower point bela negara
power point bela negara
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
 
Birokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberBirokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weber
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
 
Makalah etika
Makalah etikaMakalah etika
Makalah etika
 
Konflik dalam kepempimpinan
Konflik dalam kepempimpinanKonflik dalam kepempimpinan
Konflik dalam kepempimpinan
 
Kelompok 11 masyarakat madani
Kelompok 11   masyarakat madaniKelompok 11   masyarakat madani
Kelompok 11 masyarakat madani
 
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAPENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
 
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiPendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Konsep Warga Negara
Konsep Warga NegaraKonsep Warga Negara
Konsep Warga Negara
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Konflik sosial
Konflik sosialKonflik sosial
Konflik sosial
 
Ppt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologiPpt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologi
 

Similar to Pembangunan karakter bangsa

Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraan
Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraanPengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraan
Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraanAdy Purnomo
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamAnang Sarbaini
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxReynaldi Wahyu
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Erik Kuswanto
 
Ilmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsaIlmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsamahbub mawardi
 
Ilmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsaIlmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsanaufal ammar
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Fandy Neta
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiAnang Sarbaini
 
PPT PKN kelompok 4.pptx
PPT PKN kelompok 4.pptxPPT PKN kelompok 4.pptx
PPT PKN kelompok 4.pptxAndini70675
 
Metopen Sonia
Metopen SoniaMetopen Sonia
Metopen Soniaregas12
 
DRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptx
DRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptxDRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptx
DRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptxZakhirWikan4
 
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsaRevitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsaDrs. HM. Yunus
 

Similar to Pembangunan karakter bangsa (20)

Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraan
Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraanPengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraan
Pengertian dan tujuan pendidikan kewarganegaraan
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
 
Kewarganegaraan
KewarganegaraanKewarganegaraan
Kewarganegaraan
 
Ilmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsaIlmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsa
 
Ilmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsaIlmu dan pembangunan karakter bangsa
Ilmu dan pembangunan karakter bangsa
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilai
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
PPT PKN kelompok 4.pptx
PPT PKN kelompok 4.pptxPPT PKN kelompok 4.pptx
PPT PKN kelompok 4.pptx
 
Krisis Pendidikan
Krisis PendidikanKrisis Pendidikan
Krisis Pendidikan
 
Metopen Sonia
Metopen SoniaMetopen Sonia
Metopen Sonia
 
Pengantar
Pengantar Pengantar
Pengantar
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
DRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptx
DRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptxDRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptx
DRIYARKARA _ Zakhir Wikan.pptx
 
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsaRevitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
 
Landasan kurikulum
Landasan kurikulumLandasan kurikulum
Landasan kurikulum
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 

More from Muslimin B. Putra

Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publikPengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publikPengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik
Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik  Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik
Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik Muslimin B. Putra
 
Alur pengaduan pelayanan publik
Alur pengaduan pelayanan publikAlur pengaduan pelayanan publik
Alur pengaduan pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Peran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersih
Peran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersihPeran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersih
Peran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersihMuslimin B. Putra
 
E government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikE government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Pelayanan publik partisipatif
Pelayanan publik partisipatifPelayanan publik partisipatif
Pelayanan publik partisipatifMuslimin B. Putra
 
Transparansi akuntabilitas pelayanan publik
Transparansi akuntabilitas pelayanan publikTransparansi akuntabilitas pelayanan publik
Transparansi akuntabilitas pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Budaya birokrasi pelayanan publik
Budaya birokrasi pelayanan publikBudaya birokrasi pelayanan publik
Budaya birokrasi pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Pola penyelenggaraan pelayanan publik
Pola penyelenggaraan pelayanan publikPola penyelenggaraan pelayanan publik
Pola penyelenggaraan pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasi
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasiPeran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasi
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasiMuslimin B. Putra
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi NegaraMuslimin B. Putra
 
Sumber sumber hukum administrasi
Sumber sumber hukum administrasiSumber sumber hukum administrasi
Sumber sumber hukum administrasiMuslimin B. Putra
 
Pelayanan Prima Pada Sektor Kesehatan
Pelayanan Prima Pada Sektor KesehatanPelayanan Prima Pada Sektor Kesehatan
Pelayanan Prima Pada Sektor KesehatanMuslimin B. Putra
 

More from Muslimin B. Putra (20)

Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publikPengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
 
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publikPengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
Pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik
 
Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik
Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik  Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik
Hakikat Hak Masyarakat Dalam Pelayanan Publik
 
Alur pengaduan pelayanan publik
Alur pengaduan pelayanan publikAlur pengaduan pelayanan publik
Alur pengaduan pelayanan publik
 
Peran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersih
Peran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersihPeran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersih
Peran pengawasan mewujudkan pemerintahan bersih
 
E government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikE government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publik
 
Pelayanan publik partisipatif
Pelayanan publik partisipatifPelayanan publik partisipatif
Pelayanan publik partisipatif
 
Kinerja pelayanan publik
Kinerja pelayanan publikKinerja pelayanan publik
Kinerja pelayanan publik
 
Transparansi akuntabilitas pelayanan publik
Transparansi akuntabilitas pelayanan publikTransparansi akuntabilitas pelayanan publik
Transparansi akuntabilitas pelayanan publik
 
Budaya birokrasi pelayanan publik
Budaya birokrasi pelayanan publikBudaya birokrasi pelayanan publik
Budaya birokrasi pelayanan publik
 
Pola penyelenggaraan pelayanan publik
Pola penyelenggaraan pelayanan publikPola penyelenggaraan pelayanan publik
Pola penyelenggaraan pelayanan publik
 
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasi
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasiPeran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasi
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan maladministrasi
 
Falsafah pelayanan publik
Falsafah pelayanan publikFalsafah pelayanan publik
Falsafah pelayanan publik
 
New public Service
New public ServiceNew public Service
New public Service
 
Pengawasan Pelayanan Publik
Pengawasan Pelayanan PublikPengawasan Pelayanan Publik
Pengawasan Pelayanan Publik
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
Sumber sumber hukum administrasi
Sumber sumber hukum administrasiSumber sumber hukum administrasi
Sumber sumber hukum administrasi
 
Pelayanan Prima Pada Sektor Kesehatan
Pelayanan Prima Pada Sektor KesehatanPelayanan Prima Pada Sektor Kesehatan
Pelayanan Prima Pada Sektor Kesehatan
 
New public management
New public managementNew public management
New public management
 

Pembangunan karakter bangsa

  • 1. Pembangunan Karakter Bangsa (Bagian Pertama) Muslimin B. Putra Dosen STIA Paris Makassar
  • 2. Pengantar  Pada dasarnya karakter bangsa dimaknai sebagai sikap mental yang menjadi ciri suatu bangsa.  Sikap mental yang menjadi karakter bangsa terefleksi pada cara berfikir, berkata dan bertindak pada suatu bangsa.  Dengan demikian, karakter bangsa adalah sesuatu yang melekat pada eksistensi suatu bangsa. Karakter bangsa bukan sesuatu yang dipertunjukkan pada bangsa lain tetapi secara nyata dapat dinilai keberadaannya oleh bangsa- bangsa lain.
  • 3. Pengantar  Quraish Shihab membedakan karakter dengan temperamen.  Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang. Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman serta penilaian terhadap pengalaman itu. Ia bukan saja nalar tetapi gabungan dari nalar, kesadaran moral dan kesucian jiwa.  Temperamen adalah corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari dalam. Ia berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang sehingga sangat sulit diubah karena ia dipengaruhi oleh unsur hormon
  • 4. Pengantar Josephson Institute membagi atas 5 (lima) pilar karakter yakni :  Trustworthiness (dapat dipercaya),  Respect (menghormati orang lain),  Fairness (adil),  Caring (perhatian terhadap orang lain),  Citizenship (kewargaan).
  • 5. Pengantar Komponen dari Trustworthiness yakni :  jujur,  tidak curang,  mempunyai keberanian melakukan hal yang benar,  membangun reputasi dan loyal.
  • 6. Pengantar Unsur dari Respect adalah :  menghargai terhadap sesama,  toleran terhadap perbedaan,  perilaku yang baik,  bertutur kata yang sopan,  peka terhadap perasaan orang lain,  menahan amarah  tidak menyakiti orang lain.
  • 7. Pengantar Komponen dari Fairness adalah :  berpikiran terbuka,  mau mendengar orang lain,  senang berbagi,  tidak memanfaatkan orang lain,  tidak menyalahkan orang lain  mengikuti aturan main.
  • 8. Pengantar  Caring memiliki unsur seperti :  baik hati,  suka berterima kasih,  pemaaf,  penolong  peduli penderitaan orang lain.
  • 9. Pengantar Citizenship memiliki komponen yakni:  terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan,  bekerjasama didalam komunitas,  semangat berbagi dilingkungan tempat kerja dan tempat tinggal,  mentaati hukum,  menghormati petugas hukum dan birokrasi  melestarikan lingkungan.
  • 10. Pengantar  Contoh karakter bangsa yang kuat di dunia adalah bangsa Jepang. Meski pernah mendapat serangan bom atom pada perang dunia kedua (1945) yang menewaskan ribuan penduduknya, dalam waktu relatif singkat mampu bangkit dan sekarang menjadi negara maju.  Kunci keberhasilan kebangkitan bangsa Jepang adalah sikap altruistik masyarakatnya yang lebih mengedepankan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan. Sikap tersebut dipandu dengan manajamen yang dikenal Restorasi Meiji.
  • 11. Kebijakan Nasional  Untuk menjadi bangsa Indonesia yang tangguh dan kompetitif dalam tataran interaksi global, pembangunan karakter bangsa dirasakan telah menjadi kebutuhan bangsa Indonesia.  Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2015 telah mengamanahkan visi bangsa Indonesia yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan berorientasi IPTEK berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Karena itu, maka disusun Kebijakan Nasional
  • 12. Kebijakan Nasional  Sebenarnya bangsa Indonesia memiliki Pancasila yang dapat dikembangkan untuk membangun karakter bangsa.  Pancasila dapat disebut sebagai warisan genius bangsa Indonesia.  Pancasila sebagai pedoman karakter bangsa Indonesia digali dari nilai-nilai yang sudah lama berkembang ditengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam.  Namun permasalahan adalah tidak sepenuhnya menerima dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang memiliki spirit Bhinneka Tunggal Ika atau toleransi terhadap pluralitas.
  • 13. Karakter Melalui Pendidikan  Pendidikan adalah salah satu wahana pembentukan karakter bangsa. Melalui pendidikan, sosialisasi kebudayaan terinternalisasi pada diri individu peserta didik.  Karena itu, sangat erat kaitan antara pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan tidak bisa steril dari kebudayaan karena dapat menyebabkan peserta didik tercerabut dari akan budaya masyarakatnya sendiri.  Masyarakat yang tidak mengenal kekayaan budayanya sendiri akan cenderung merasa asing didalam menjalani kehidupannya.
  • 14. Karakter Melalui Pendidikan  Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai pendidikan nilai, moral, budi pekerti, watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik atau buruk dan benar atau salah.  Pendidikan karakter dilaksanakan didalam satuan pendidik.  Prof. Sapriya membagi atas tiga dimensi pendidikan karakter yakni dimensi kurikuler, dimensi sosio kultural, dan dimensi birokrasi.
  • 15. Karakter Melalui Pendidikan  Di lembaga pendidikan, peran guru sangat besar dalam pembentukan karakter bangsa bagi peserta didik dengan cara membudayakan Pancasila guna memacu peningkatan sumber daya manusia.  Bidang pendidikan yang relevan dengan pembentukan karakter seperti bidang agama, sosial dan budaya. Strategi yang harus dilakukan dengan cara mengintegrasikan semua sumber daya sosial dan budaya, semua elemen bangsa, semua unsur penyelenggara negara dan unsur pimpinan bangsa disesuaikan dengan peran dan kedudukan masing- masing.  Untuk membangun karakter bangsa bukan hanya tugas bagi guru di pendidikan formal tetapi juga pada pendidikan informal.
  • 16. Karakter Melalui Pendidikan  Sri Sultan Hamengkubowono X dalam Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Senin 7/5) mengungkapkan bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan dua proses satu nafas, memiliki keterkaitan yang berbeda kadarnya dengan kebudayaan.  Pendidikan memerdekakan nurani, pengajaran memerdekakan pikiran. Meski begitu pengajaran dapat dikatakan sebagai bagian dari pendidikan secara umum, karena ilmu yang diajarkan dan dipelajari merupakan alat pendidikan.  Perlu ditunjukkan keterpaduan hubungan antara pengajaran, pendidikan dan kebudayaan.
  • 17. Karakter Melalui Pendidikan Mengacu pada tipologi Fitjrof Capra mengenai “Kembali pada Paradigma Kebudayaan” dikenal dua tipe yakni:  tipe struktural dan  tipe kultural.
  • 18. Karakter Melalui Pendidikan  Tipe struktural dapat dianalogikan dengan struktur kereta api bergerbong panjang yang berjalan diatas rel tunggal. Jika modernitas masyarakat dunia diletakkan pada garis kontinum, sesuai perspektif dan teori-teori modernisasi, maka masyarakat tradisional dan semi modern di Timur adalah gerbong-gerbong belakang yang mengekor jejak gerbong-gerbong masyarakat modern Barat yang ada dibagian depan.  Ketiga gerbong masyarakat Barat telah berkiblat ke kebudayaan Timur (berbalik arah), masyarakat tradisional dan semi-modern Timur berada di gerbong belakang justru tetap mengarah ke modernisasi ala Barat. Dengan kata lain, masyarakat Timur harus ter- Baratkan sepenuhnya dulu, untuk kemudian berbalik ke paradigma kebudayaan Timur, jika masih tersisa waktu.
  • 19. Karakter Melalui Pendidikan  Tipe Kultural dapat dianalogikan dengan Pesta Olahraga Olimpiade. Dalam Olimpiade, terbuka kedudukan olahraga dan peserta adalah sama (kompetisi-koeksistensi), tetapi masing-masing tipe olahraga memiliki ciri-ciri tertentu yang dipengaruhi oleh ciri-ciri alamiah manusia, misalnya ukuran badan atau karakter kultural tertentu.  Jika paradigma kembali ke kebudayaan ditandai dengan kuatnya minat masyarakat dunia pada olahraga berranah esoterik-spiritual ke-Timuran, secara teoritis dan idealnya peluang atlet Timur merajai Olimpiade lebih terbuka dibanding atlet Barat. Namun bisa jadi tanggapan empiris masyarakat Timur boleh jadi sebaliknya.
  • 20. Karakter Melalui Pendidikan  Mereka yang berpostur badan rata-rata kecil- pendek lebih aktif mengembangkan olahraga basket ketimbang mendirikan padepokan pencak silat, maka hampir dipastikan orang Timur kesulitan mencatatkan prestasi di arena Olimpiade.  Namun sebaliknya bila mau mengembangkan padepokan pencak silat maka kemungkinan orang Timur mencatatkan prestasi gemilang di Olimpiade sangat terbuka. Karena dasar-dasar pencak silat ada di Timur.  Oleh karena itu, kita sekarang ini sesungguhnya tengah mengalami krisis identitas.