Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
MODUL III SENI BUDAYA KB 4: PEMBELAJARAN PENGETAHUAN ESTETIKA TARI
1. 104
MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 4 : PEMBELAJARAN
PENGETAHUAN ESTETIKA TARI
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Selamat pagi. Mengamati objek merupakan kegiatan yang biasa kita
lakukan. Banyak sekali pertanyaan yang ada dibenak ketika kita sebagai
seorang guru dihadapkan pada persoalan estetika tari dalam konteks
pembelajaran. misalnya program pembelajaran yang bagaimana yang
harus menjadi pengalaman siswa yang efektif dan efisien? Bagaimana cara
capaian yang akan dihasilkan dalam hal kompetensi siswa? mengapa
pembelajaran tari harus menarik? Faktor-faktor apa saja yang harus
menjadi pertimbangan? bagaimana cara membuat tari yang menarik?
bagaimana cara menemukan kelebihan atau kekurangan tari yang dilihat?
Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab apabila seseorang menguasai
konsep dan prinsip-prinsip estetika yang penerapannya dapat digunakan
untuk menikmati tari, mengkritisi tari bahkan untuk membuat karya tari.
Karena dengan menguasai konsep dan prinsip-prinsip estetika seseorang
akan mengetahui tentang apa keindahan, mengapa indah dan bagaimana
cara menemukan bahkan menciptakan keindahan karya seni dan tari.
2. Relevansi
Pada KB 4 ini, kegiatan pembelajaran diharapkan tidak hanya dapat
memberikan wawasan tentang estetika namun juga para guru dapat
menganalisis 4 rumpun model pembelajaran dari Bruce Joyce and Marsha
Weil (model pemrosesan informasi, interaksi sosial, personal, dan prilaku)
serta mampu mengimplementasikan beberapa model dari setiap rumpun
pada pembelajaran tari dengan materi estetika tari.
2. 105
3. Petunjuk Belajar
Pokok bahasan kali ini, akan memfokuskan kepada Model Pembelajaran
yang cocok dalam mata pelajaran Seni Budaya pada materi Seni Tari dan
Unsur-unsur Estetika dalam tari. Manfaatnya jika Anda menguasai materi
ini, Anda akan dapat menjadi seorang pendidik yang mampu memilih
dan menerapkan model pembelajaran mana yang cocok untuk mata
pelajaran seni budaya khususnya pada materi seni tari, serta mampu
menjelaskan unsur-unsur estetika yang ada pada tari. Oleh karena itu,
kegiatan belajar tidak hanya difokuskan kepada membaca materi yang
telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif memgamati dan mengkritisi
materi tari video yang disediakan, mengerjakan tugas dan tes formatif
dalam kegiatan belajar 4 ini.
SELAMAT BELAJAR.
B. INTI
1. Capaian pembelajaran mata kuliah
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta akan mampu menganalisis model
Pembelajaran estetika Seni Tari.
2. Sub capaian pembelajaran mata kuliah
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta akan mampu :
1. Menganalisis jenis model pembelajaran aktif dan implementasinya dalam
pembelajaran tari
2. Menjelaskan estetika dalam tari
3. Pokok-pokok materi
1. Model pembelajaran aktif dan implementasinya dalam pembelajaran tari
2. Unsur-unsur estetika dalam tari
3. 106
Pembahasan pertama difokuskan pada pembahasan model pembelajaran. Materi ini
akan membantu Anda dalam memilih dan menerapkan Model Pembelajaran mana
yang cocok dalam mata pelajaran Seni Budaya khususnya pada materi Seni Tari.
Oleh karena itu, Unduh dan simak baik-baik:
1. Model Pembelajaran
“Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan, serta
waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien” (Atwi Suparman,
97:157). Tentunya menjadi seorang pendidik yang memiliki kompetensi pedagogik
kita harus mengetahui salahsatunya tentang model-model pembelajaran khususnya
yang dapat kita implementasikan dalam pembelajaran tari.
Oleh karena itu, secara khusus pada pertemuan ini kita akan membahas tentang
model-model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Setiap model
pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang
dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Istilah model Pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara
lain:
a. Rasional teoritik yang logis, disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
4. 107
b. Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang
luas dan menyeluruh, dilandasi teori pembelajaran yang jelas, serta praktik
pelaksanaannya.
c. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
d. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajaran, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya;
e. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.
2. Model pengolahan informasi (Information Processing Models)
Keluarga model ini titik penekanannya ialah pada bagaimana orang mengolah
stimulus dari lingkungan, mengorganisasikan data, mendapatkan pengertian
mengenai masalah dan konsep-konsep umum, serta memecahkan masalah
menggunakan lambang verbal dan non-verbal. Keluarga model ini juga
menekankan pada kreativitas atau keterampilan intelektual di samping strategi-
strategi khusus untuk berfikir kreatif dan berfikir ilmiah. Model-model
pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini bertolak dari prinsip-prinsip
pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongan-dorongan
internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
keluarnya serta pengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Kelompok
model ini menekankan pada peserta didik agar memilih kemampuan untuk
memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah
yang memiliki kemampuan dalam memproses informasi. Adapun model-modelnya
adalah :
No. Model Tokoh Tujuan
1.
Model pencapaian
konsep
(concept
attainment)
Jerome Bruner
Dirancang untuk
mengembangkan dan
menganalisis konsep dengan
menggunakan pola nalar
induktif.
5. 108
2.
Model berfikir
induktif
(inductive thinking)
Hilda Taba
Dirancang untuk
mengembangkan proses
mental induktif dan penalaran
atau pembentukan teori.
3.
Model latihan
penelitian
(inqury training)
Richard Suchman
Dirancang untuk
membelajarkan siswa dalam
menghadapi penalaran kausal,
lebih fasih dan tepat dalam
mengajukan pertanyaan,
membentuk konsep, serta
hipotesis.
4.
Model penelitian
ilmiah
(scientific inquiry)
Joseph J. Schwab
Dirancang untuk
pembelajaran sistem
penelitian dari suatu disiplin
ilmu, tetapi diharapkan juga
memiliki efek dalam kawasan
lain.
5.
Model
pengembangan
intelek
(developing
intellect)
Jean Piaget, Irving
Sigel, Edmund,
Sulivand, dkk.
Dirancang untuk
meningkatkan perkembangan
intelektual, terutama
penalaran logis, tetapi juga
dapat diterapkan pada
perkembangan sosial.
6.
Model penata
lanjutan
(advance organizer)
David Ausubel
Dirancang untuk
meningkatkan efisiensi
kemampuan pemrosesan
informasi untuk menyerap
dan mengaitkan bidang-
bidang pengetahuan.
7.
Model memorisasi
(memorization)
Harry Lorayne &
Jerry Lucas
Dirancang untuk
meningkatkan daya ingat
siswa.
2. Model personal (Personal Models)
Keluarga model-model ini mempunyai kerangka referensi perkembangan
pribadi. Penekanannya pada proses individu dalam membangun dan
mengorganisasikan realitasnya. Dengan kata lain model ini diarahkan kepada
organisasi internal individu dengan lingkungan. Jadi fokusnya adalah membantu
pribadi individu mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan
lingkungannya, dan memandang dirinya sebagai pribadi yang capable. Rumpun
model personal bertolak dari pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu.
6. 109
Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat
memahami diri sendiri dengan baik , sanggup memikul tanggung jawab untuk
pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih
memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggung jawab atas tujuannya.
Contoh model-model dari rumpun ini adalah :
No. Model Tokoh Tujuan
1. Model non direktif Carl Rogers
Memberikan tekanan pada
pembentukan kemampuan
dalam perkembangan pribadi
dalam arti kesadaran diri,
pemahaman diri,
kemandirian, dan mengenal
konsep diri.
2.
Model latihan
kesadaran
Fritz Perls &
William Scuhtz
Meningkatkan kemampuan
individu peserta didik untuk
mengeksplorasi diri dan
kesadaran diri.
3.
Model sistem-
sistem konseptual
David Hunt
Meningkatkan kompleksivitas
dan keluwesan pribadi.
4.
Model pertemuan
kelas
William Glasser
Menekankan pada
perkembangan pemahaman
diri dan tanggung jawab
kepada diri sendiri serta
kelompok sosial.
3. Model interaksi sosial
Rumpun model-model interaksi sosial ini penekanannya adalah pada
hubungan individu dengan masyarakatnya atau antara individu dengan individu
lainnya. Model ini bertolak dari anggapan tentang hakekat manusia yang
memberi prioritas pada hubungan sosial serta perlunya menciptakan suatu
masyarakat yang lebih baik. Kenyataan bahwa negosiasi sosial adalah suatu hal
yang amat penting bagi kehidupan manusia sehingga memerlukan suatu
7. 110
perbaikan akan kemampuan kemampuan individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Perbaikan proses social demokratis perlu untuk melakukan perbaikan
masyarakat itu dalam arti luas. Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini
menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa.
Model pembelajaran rumpun interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok,
yaitu (a) masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan
melalui kesepakatanm-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan
menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu
dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya
secara build-in dan terus menerus.
Adapun model-model pembelajarannya adalah,
No. Model Tokoh Tujuan
1.
Model investigasi
kelompok
Herbert Telen &
John Dewey
Mengembangkan
keterampilan untuk
partisipasi dalam proses
sosial yang demokratis
melalui penekanan yang
dikombinasikan pada
keterampilan antar pribadi
(kelompok) dan
keterampilan-keterampilan
penentuan akademik.
2.
Model inkuiri
sosial
Byron Massiales
& Benjamin Cox
Menekankan pada
pemecahan masalah sosial,
terutama melalui penemuan
sosial dan penalaran logis.
3.
Model latihan
laboratoris
Bethel Maine
Menekankan pada
perkembangan keterampilan
antar pribadi dan kelompok
melalui kesadaran dan
keluwesan pribadi.
4.
Model penelitian
yurisprudensial
Donald Olever &
James P. Shaver
Dirancang untuk
pembelajaran kerangka acuan
yurisprudensial sebagai cara
berpikir dan penyelesaian isu-
isu sosial.
5.
Model bermain
peran
Fainie Shafel &
George Fhafel
Dirancang untuk
mempengaruhi peserta didik
8. 111
agar menemukan nilai-nilai
pribadi dan sosial.
6.
Model simulasi
sosial
Sarene Bookock
& Harold
Dirancang untuk membantu
peserta didik agar mengalami
bermacam-macam proses dan
kenyataan sosial serta untuk
menguji pemerolehan konsep
keterampilan perbuatan dan
keputusan
4. Model behavior
Keluarga model-model modifikasi tingkah laku ini penekanannya adalah atas
usaha-usaha menciptakan sistem yang efisien bagi kegiatan kegiatan belajar dan
modifikasi (shaping) tingkah laku dengan manipulasi penguatan
(reinforcement).Model modifikasi tingkah laku mengenal perubahan perubahan
tingkah laku lalu itu mengutamakan perubahan-perubahan eksternal tingkah laku
pebelajar beserta deskripsinya berupa tingkah laku yang visible.Ke dalam
keluarga model ini diwakili oleh model operant conditioning (Operant
Conditioning Model). Model ini biasanya digunakan secara luas untuk mencapai
bermacam tujuan.Dapat pula dipergunakan sebagai komplementer terhadap
model-model lainnya.Dalam memilih berbagai model biasanya guru
menggunakan strategi modifikasi tingkah laku dengan tidak disengaja. Rumpun
model system perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang
memungkinkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan
manipulalsi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga
terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian
pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka
mengkomunikaksikan keberhasilan. Adapun model-modelnya adalah,
No. Model Tokoh Tujuan
1.
Managemen
kontingensi
B.F. Skinner
Menekankan pada
kemampuan memahami
fakta-fakta, konsep, dan
keterampilan.
2. Kontrol diri B.F. Skinner
Menekankan pada
pengendalian prilaku dan
9. 112
keterampilan sosial dalam
mengontrol dirinya.
3. Relaksasi
Rimm, Masters, &
Wolfe
Menekankan pada tujuan
pribadi (mengurangi
ketegangan dan
kecemasan).
4.
Pengurangan
ketegangan
Rimm, Masters, &
Wolfe
Menitik beratkan pada
pengalihan pada
kesantaian dari
kecemasan dalam situasi
sosial
5.
Latihan Asertif
desensitas
Wolfe, Lazarus, &
Salter
Berorientasi pada
ekspresi perasaan secara
langsung dan spontan
dalan situasi sosial.
6. Latihan langsung
Gagne,
Smith & Smith
Menekankan pada pola-
pola prilaku
dan keterampilan pada
diri peserta didik.
Berikut ini beberapa contoh model pembelajaran dari rumpun model pembelajaran
tertentu, yang bisa dijadikan alternatif dalam mengimplementasikannya pada
materi seni tari, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan kondusif.
a. Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa
(Hamdayama, 2014: 31).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri.
Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkari siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalaui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
10. 113
menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari :
1) Orientasi
2) Merumuskan masalah
3) Mengajukan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Menguji hipotesis
6) Merumuskan kesimpulan
Contoh Kegiatan pembelajaran di kelas :
• Kegiatan Awal (15 menit)
Guru menyampaikan apersepsi, motivasi, dan tujuan pembelajaran. Siswa
diajak melihat video tari tradisional yang diperlihatkan oleh guru. Siswa dan
guru bertanya jawab seputar materi tari tradisional Indonesia. Siswa dibuat
berkelompok oleh guru.
• Kegiatan Inti (50 menit )
Siswa menerima materi tentang macam-macam tari tradisional di Indonesia.
Secara berkelompok siswa mengelompokkan tari tradisional berdasarkan asal
daerahnya. Siswa diajak membahas hasil kerja dan menyimpulkan macam-
macam tari tradisional Indonesia dan ciri-ciri tari tradisional di Indonesia. Siswa
dan guru menyusun rubrik penilaian.
• Kegiatan Akhir (15 menit)
11. 114
Siswa dan guru melakukan refleksi, siswa mendapatkan tugas untuk
mengklasifikasikan tari tradisional berdasarkan pola garapannya.
b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah atau juga pemecahan masalah
/problem solving yang ada pada rumpun personal/ pribadi, adalah menyodorkan
masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok,
strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa
dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari
informasi, dan membuat artefak sebagai laporan mereka (Yamin, 2013: 81).
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran
yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang
terjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa
12. 115
kemasyarakanatan.
Implementasi model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
tari :
1) Mengarahkan peserta didik ke permasalahannya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tari pada materi tari tradisional
Indonesia, dan hal-hal penting lainnya, dan memotivasi peserta didik untuk ikut
terlibat dalam kegiatan problem solving yang dipilih sendiri.
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahannya.
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang tepat guna
melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan penjelasan dan solusi.
4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibits
Guru membantu peserta didik dalam mencernakan dan mempersiapkan artefak
sebagai laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi karya
dengan orang lain.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses problem solving
Guru membantu peserta didik untuk merefleksikan investigasinya dan proses-
proses yang mereka gunakan.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting
dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan jelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus
dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa
pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat
siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan,
13. 116
pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat
maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan,
tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua
pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota
kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok,
waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (195) mengemukakan
dua alas an. Pertama, beberapa hasil oenelitian membuktikan bahwa pemggunaan
pembelajaran kooperatif Japat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan cemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan Jiri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mernpunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan
semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu
terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan
14. 117
yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif
motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif
elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan
kepada kelompok memungkinkan setiap angota kelompok akan saling membantu.
Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk
memperjuankan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setap siswa akan saling
membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana setiap
anggota kelompok menginginkan semuanya memperolah keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi
antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir
mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan
berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan
kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran kooperatif
adalah:
• Pembelajaran secara kelompok
• Didasarkan pada manajemen kooperatif
• Kemauan untuk bekerja sama
• Keterampilan bekerja sama
15. 118
Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif :
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah
ini:
1) Prinsip Ketergantungan Positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas
tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok.
Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin
bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan
tugasnya, dan semua ini memeriukan Kerja sama yang baik dari masing-masing
anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih,
diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap
anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap
individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi
penilaian kelompok harus sama.
3) Interaksi Tatop Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka sating memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-
masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Partisipasi dan Komunikasi
Rembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartistpasi aktif
dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka
16. 119
dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan
kooperatif, guru perlu tnembekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi,
misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara
menyatakan ketidaksetuuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna.
Implementasi model pembelajaran kooperatif pada materi seni tari :
Prosedur Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,
yaitu :
1) Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses .penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap
ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru
memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada
awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, curah pendapat, tanya jawab,
penayangan gambar, pemutaran video, diskusi, yang dipimpin oleh guru. Pada saat
penyajian materi teori di kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok. Guru pada tahapan ini memaparkan materi
teori tentang tari sesuai dengan RPP yang ada, misalnya materi tentang pengertian
tari, jenis tari, unsur utama dan pendukung tari, bentuk, tema, nilai estetis, ragam
gerak tari, musik iringan, level, dan pola lantai dalam tari.
2) Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk membagi seluruh jumlah siswa menjadi
beberapa kelompok, lalu masing-masing kelompok harus belajar dan membahas
materi yang telah diberikan. Pembagian kelompok juga sangat efektif untuk materi
17. 120
Praktek tari di kelas. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau
etnik. Fungsi kelompok dalam hal ini adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok
agar bekerja dengan baik dan optimal.
3) Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes
atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes
individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir
setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah
nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota
kelompok. Kuis bisa dilakukan untuk mengambil nilai siswa secara individual,
dengan memberikan soal-soal berupa materi-materi teori tentang tari yang telah
diberikan kepada siswa. Sedangkan tes kelompok dapat dilakukan untuk
mengambil nilai praktek tari siswa.
4) Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap
paling menonjol atau kelompok paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut
diharapkan dapat memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivitasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan
prestasi mereka. Pada tahap ini guru memberi arahan kepada siswa untuk saling
memberikan penilaian kelompok satu dengan yang lain. Penilaian ini bisa dijadikan
acuan untuk mencari mana yang merupakan kelompok favorit, dan guru juga
mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai paling tinggi sesuai dengan
kriteria penilaian untuk mengapresiasi hasil kerja kelompok siswa dalam kelas.
d. Model Pembelajaran Kontekstual
18. 121
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk.dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya mener.ima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinta CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat rnemahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam kontek CTL,
bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarung kehidupan nyata.
Pola dan Tahapan Pembalajaran CTL :
Dapat dicontohkan jika guru akan memberikan materi tentang tari tradisional
dan tari kreasi. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk
memahami karakteristik tari tradisi dan tari kreasi. Untuk mencapai kompetensi
tersebut dirumuskan indikator hasil belajar berikut.
• Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri tari tradisional dan tari kreasi
• Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis tari tradisional dan tari kreasi
19. 122
• Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik tari tradisional dan tari kreasi
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru
melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti berikut ini.
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke sanggar tari A dan kelompok
3 dan 4 ke sanggar tari B.
Melalui observasi, siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
dapatkan dan pelajari di sanggar tari tersebut.
3) Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke sanggar tari sesuai dengan pembagian tugas
kelompok.
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka dapatkan dan pelajari di sanggar sesuai
dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
lain.
4) Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan observasi terkait penemuan
yang mereka dapatkan di sanggar sesuai dengan indikator hasil belajar yang
dicapai.
5) Guru menugaskan siswa membuat ulasan tentang pengalaman belajar
mereka di sanggar tari.
20. 123
e.Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM)
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan
yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses
pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan
hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di
Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu
menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada
perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke
seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan. Dengan demikian pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak, mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif dan optimal (Hamdayama, 2014: 42).
Implementasi model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran tari :
1) Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif
dalam pembelajaran tari. Misalnya dengan diskusi kelompok tentang tari
tradisional atau berkunjung langsung ke sanggar tari tradisional.
2) Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Misalnya guru
menyiapkan beberapa foto dan video tentang tari-tari tradisional yang ada di
Indonesia.
3) Guru memberikan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa
diberikan tugas melakukan pengamatan langsung ke sanggar tari tradisional dan
menulis laporan dengan kata-kata mereka sendiri.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Diskusi dan menjawab pertanyaan
seputar materi tari tradisional.
5) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
6) Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalaman yang pernah mereka alami
21. 124
sendiri.
7) Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus menerus. Guru
memantau kerja siswa, dan memberikan umpan balik.
Pembahasan kedua difokuskan kepada materi unsur-unsur estetika dalam
tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada siswa tentang
unsur-unsur estetika yang terdapat dalam tari. Oleh karena itu, Unduh dan simak
baik-baik:
• Seluruh materi dari file Powerpoint.
• Materi Unsur-unsur Estetika dalam pdf
2. Estetika dalam Tari
Pernahkan Anda melihat tari dan sangat kagum atau takjub?. Atau
sebaliknya, melihat tari tetapi merasa bosan dan tidak senang?. Nah. pembahasan
kegiatan belajar 4 ini, akan memberikan penjelasan kepada Anda, mengenai
estetika dalam unsur-unsur tari yang menyebabkan tari terlihat indah dan menarik,
sehingga menyenangkan apabila dilihat.
Pembahasan Estetika kali ini difokuskan kepada pembahasan estetika.
Estetika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang membahas tentang keindahan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip estetika dapat digunakan untuk bekal bagi
koreografer dalam membuat koreografi, sehingga koreografi menarik dari sisi
bentuk, namun juga bermanfaat bagi orang lain, karena kandungan pesan yang
bermakna dari elemen-elemen koreografi. Oleh karena itu, pembahasan kali ini,
difokuskan kepada estetika elemen tari yang berkontibusi besar kepada keindahan
koreografi.
Telah disebutkan bahwa estetika merupakan cabang dari filsafat yang
mengkaji tentang keindahan. Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah. Dalam
bahasa Yunani philosophia (philos=cinta, Sophia=kebijaksanaan) jadi philosophia
berarti cinta pada kebijaksanaan. Berfilsafat, merupakan kegiatan pengetahuan dan
kehendak yang merupakan kenyataan yang pertama dialami secara langsung oleh
manusia. Dalam sudut pandang ini, seluruh filsafat adalah penjelasan tentang
22. 125
kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang terdalam. Dalam arti yang
lebih luas, titik awal filsafat adalah seluruh pengetahuan tentang kenyataan yang
mendahului penelitian filosofis (Bagus, 1996:243). Kegiatan manusia yang
menyentuh akar-akarnya yang terdalam ini yang mendasari filsafat memiliki
banyak ruang lingkup kajian. Ruang lingkup kajian filsafat meliputi seluruh
persoalan manusia yang dikelompokkan menjadi enam persoala(Gie:1983:7-10 ),
yaitu:
a. Persoalan metafisik (eksistensi, keberadaan).
Persoalan metafisik mempersoalkan hakikat dan sifat dasar dari eksistensi alam
sekitar, adanya Tuhan, manusia dengan segala persoalannya, jalan pikiran, dan
realita kehidupannya.
b. Persoalan epistemologi (pengetahuan).
Persoalan epistemologi mengupas tentang sumber dan batas pengetahuan
manusia termasuk persoalan cara seseorang memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui akal atau indera.
c. Persoalan metodologis (metode).
Persoalan metodologis lebih berkaitan dengan metode-metode untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
d. Persoalan logis (logika).
Persoalan logis berhubungan erat dengan proses penalaran yang tepat. Adakah
kriteria tertentu yang dapat menjamin bahwa kesimpulan atau tindakan yang
diambil seseorang sudah tepat dalam mengatasi persoalan.
e. Persoalan etis (etika, moralitas).
Persoalan etis tentang perilaku manusia yang berhubungan dengan moral, dan
susila. Ukuran-ukuran tertentu untuk menilai tingkah laku manusia, serta
dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
f. Persoalan estetis (estetika, keindahan).
Persoalan estetis memerlukan penelaahan yang lebih terperinci, karena
mencakup kajian yang luas, yaitu: nilai estetis, pengalaman estetis, perilaku
pencipta seni (seniman), dan seni itu sendiri.
23. 126
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Estetika merupakan
salah satu kajian persolan dalam Filsafat. Istilah Estetika sebagai filsafat keindahan
diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) dalam buku
Aesthetica yang mengupas tentang estetika sebagai ilmu pengetahuan inderawi.
Istilah estetika untuk pertama kali dikemukakan oleh Baumgarten yang berasal dari
bahasa Yunani asthetis yang berarti penerapan, persepsi, atau pengalaman
(Hartoko, 1995: 15).
Kajian estetika dikemukakan oleh Gie (1983:11-13 ) meliputi 4 hal,
yaitu :
a. Nilai estetis
Persoalan yang muncul adalah sesuatu yang berkenaan dengan hakikat estetis
(keindahan) yaitu apakah sifat keindahan itu?, bagaimana sifat keindahan itu?,
subjektif atau objektif?, bagaimana peran keindahan dalam kehidupan
manusia?, bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
b. Pengalaman estetis
Pengalaman estetis membahahas pengalaman seseorang dalam hubungannya
dengan sesuatu objek/ kejadian yang indah. Permasalahan yang timbul adalah
bagaimana ciri-ciri pengalaman estetis?, mengapa objek seni/kejadian dapat
menimbulkan pengalaman estetis?, gejala- gejala atau faktor apakah yang dapat
mengganggu/merupakan rintangan dalam pengalaman estetis tersebut?
c. Perilaku pencipta seni (seniman)
Beberapa persoalan yang dikaji antara lain, siapakah seniman itu?, Di mana
letak perbedaan antara seniman dan pengrajin?, bagaimana proses penciptaan
sebuah benda seni?, apakah ada hubungan kepribadian antara pencipta seni
dengan hasil karyanya?
d. Seni itu sendiri
Persoalan yang dikaji adalah adakah kriteria tertentu untuk menetapkan sebuah
hasil karya sebagai benda bernilai seni?, mana yang lebih penting? bentuk atau
makna karya seni?, apakah ada hubungan antara karya seni dengan agama,
filsafat dan ilmu.
24. 127
Pada awal pertumbuhannya, empat ruang lingkup kajian estetika tersebut
digunakan untuk mengkaji keindahan alam dan seni, namun pada
perkembangannya ruang lingkup kajiannya terfokus kepada keindahan seni. Seni
menjadi objek kajian estetika karena seni dianggap lebih dinamis, menarik untuk
dikaji karena seni merupakan hasil kreatifitas manusia yang selalu berkembang
setiap saat. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka (Gie:1983) mengemukakan
ruang lingkup kajian Estetika tari meliputi kajian tentang (a) nilai estetis; (b)
pengalaman estetis; (c) perilaku seniman; dan (d) seni.
Mengkaji keindahan atau estetika tari harus dimulai dari langkah mengerti
benar jenis tari yang diamati. Berdasarkan jenis tari yang diamati, selanjutnya
dilakukan kajian (a) nilai estetis tari; (b) pengalaman estetis; (c) kaitan antara
perilaku seniman dengan karyanya; serta (d) tari yang diamati.
(d) Nilai estetis dalam tari
Persoalan pertama dalam estetika adalah nilai estetis. Nilai estetis tari
adalah kualitas yang melekat pada tari. Indikator kualitas apabila tari memiliki
sifat- sifat yang penting dan bermutu yang disebut dengan sifat keindahan. Secara
umum seni dikatakan indah apabila menimbulkan rasa puas. Dari sudut pandang
yang berbeda seni dikatakan indah apabila di dalam seni memiliki sifat-sifat indah.
Sifat keindahan bermacam-macam Gie (1996: 27) menjelaskan ada tiga pasang
kategori keindahan, yaitu kategori agung dan kategori elok, kategori kosmis dan
kategori tragis, serta kategori indah dan kategori jelek. Berdasarkan pendapat
tersebut tari yang dianggap memiliki sifat keindahan apabila:
(1) dapat membangkitkan perasaan takjub, megah, dahsyat dan keanggunan.
Zeising dalam Gie (1996:28) yang menimbulkan rasa takjub bagi orang yang
mengamati seni karena sifat impresive, majestic, glorious, dalam karya seni
termasuk dalam kategori agung;
(2) dapat membangkitkan perasaan mengesankan, hebat, keren termasuk dalam
kategori elok;
25. 128
(3) dapat membangkitkan perasaan menggelikan hati termasuk dalam kategori
komis. Contoh tari kategoni ini, dapat Anda lihat dalam tautan Tari Dwimuko
karya Didik Nini Thowok di https://www.youtube.com/ watch?v=BV28fJezUwU
(4) dapat membangkitkan perasaan sedih termasuk dalam kategori tragis;
(5) dapat membangkitkan perasaan senang termasuk dalam kategori indah;
(6) dapat membangkitkan perasaan negatif misalnya keadaan kacau balau, mual,
jijik termasuk dalam kategori jelek. Kemampuan tari menimbulkan persaan
negatif dianggap mempunyai nilai estetis karena dapat membangkitkan emosi
negatif seperti ide tarinya.
Dalam pembelajaran tari, sifat keindahan yang ada di dalam tari perlu
dilatihkan agar siswa memiliki kesadaran bahwa yang membangkitkan perasaan
pada waktu mengamati tari adalah kualitas elemen-elemen tari, diantaranya dari
gerak, desain lantai, musik, rias dan konstum, cerita, dan elemen tari lainnya bukan
bersumber dari tanggapan atau selera penonton.
(e) Pengalaman estetis
Persoalan yang kedua dalam estetika adalah pengalaman estetis.
Pengalaman estetis dalam tari adalah perasaan puas pada waktu penonton melihat
tari. Pengalaman estetis ini tidak diperoleh dengan sendirinya. Pengalaman estetis
akan diperoleh seseorang apabila dalam mengamati tari dalam kondisi pikiran
yang jernih, sehat fisik, dan berperasaan tenang, sehingga dapat konsentrasi dalam
mengamati tari. Mengamati tari harus tanpa pamrih, terbebas dari pikiran-pikiran
praktis, misalnya mememikirkan nilai ekonomi dari tari yang amati, atau pikiran
yang teknis dan kritis. Pengalaman estetis terjadi dalam diri seseorang karena
responsnya terhadap tari yang diamati, setelah proses mencerap, merenungkan dan
menikmati tari. Oleh karena itu, kegiatan mengamati tari dalam pembelajaran tari
perlu dikondisikan situasi yang dapat membantu siswa untuk dapat berkonsentrasi,
sehingga siswa dapat mencerap, merenungkan, menikmati, menanggapi dan
selanjutnya memperoleh pengalaman estetik tari yang diamati. Kondisi pikiran,
perasaan dan mental yang sehat merupakan syarat seseorang untuk dapat
memperoleh pengalaman estetis dalam menikmati tari. Di dalam menikmati tari
26. 129
pengalaman lain yang dapat diperoleh adalah pengalaman religius. Pengalaman
religius adalah adalah perasaan kagum terhadap kebesaran dan kuasa Tuhan.
Kondisi ini akan dapat dialami oleh penonton tari manakala menikmati tari yang
mengandung nilai religi.
(f) Perilaku seniman
Persoalan yang ketiga dalam estetika adalah perilaku seniman. Seniman
tari dikategorikan menjadi dua, yaitu seniman pencipta yang disebut koreografer
dan seniman pelaku yaitu penari. Tari merupakan hasil daya cipta koreografer
yang diungkapkan melalui media gerak. Tari sebagai pernyataan daya cipta
manusia tidak dapat terlepas pikiran, sikap, dan perilaku seniman penciptanya
dalam menanggapi dan bereaksi terhadap sesuatu. Tari merupakan perwujudan
nilai-nilai yang dihayati seniman dalam lingkungan sosio budaya masyarakat yang
kemudian diekspresikan dan dikomunikasikan oleh koreografer dengan media
gerak kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk dan gaya tari biasanya
mencerminkan karakteristik koreografernya.
Koreografer dan penari dalam melakukan tugasnya memerlukan kreatifitas.
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam tari bahkan dapat dikatakan
nyawa dari bagi koregrafer maupun penari. Namun, ada perbedaan antara kreatifitas
yang harus dimiliki oleh koreografer dan penari. Kreatifitas dalam diri koregrafer
adalah kemampuan menghasilkan koreografi yang inovatif dan bermanfaat dalam
kehidupan orang lain. Kreatifitas dalam diri penari adalah kemampuan
menginterpretasikan tari dan menyatakan tarian dari kehebatan penari dalam hal
teknis gerak, rasa musikal dan kemampuan menghayati karakter tari maupun
karakter gerak tari, sehingga menghasilkan penampilan tari yang menarik. Oleh
karena itu, koreografi dan penari merupakan sumber keindahan tari.
(1) Koreografi sebagai sumber keindahan tari :
Koreografi yang indah dari aspek bentuk, struktur dan isinya akan
menimbulkan berbagai perasaan yang dialami oleh penonton, misalnya perasaan
takjub, mengesankan, menggelikan, menyenangkan, sedih, bahkan perasaan
27. 130
negatif atau perasaan lain yang ingin diciptakan oleh koreografer melalui hasil
karyanya. Berbagai perasaan tersebut dapat dirasakan oleh penonton karena adanya
sifat-sifat indah dalam bentuk struktur tari.
Monroe Bearsley menjelaskan bahwa karya seni ciri bentuk karya seni yang
indah apabila memiliki sifat: (a) kesatuan; (b) kerumitan; (c) kesungguhan.
Kesatuan (unity) berarti karya seni yang tersusun baik atau sempurna bentuknya.
Kerumitan (complexity), berarti karya seni yang tidak sederhana sekali, namun
kaya dengan isi atau unsur- unsur yang saling berlawanan atau yang mengandung
perbedaan-perbedaan halus. Kesungguhan (intensity) berarti karya seni memiliki
kualitas tertentu yang menonjol, bukan sekedar sesuatu yang kosong, ada ” so
something” di dalam karya seni tersebut ( Gie: 1996: 4).
Murgianto(2004:56) mengemukakan bahwa kriteria keindahan bentuk seni tari
adalah (a) kesatuan; (b) variasi; (c) pengulangan; dan (d) klimaks. Kesatuan dan
variasi mengandung pengertian bahwa setiap karya seni harus disusun dari
berbagai unsur. Unsur pokok dan pendukung tari dipadukan sedemikian rupa,
sehingga membentuk kesatuan yang utuh sesuai dengan tema tarinya.
Pengertian pengulangan adalah menampilkan kembali unsur-unsur seni tari yang
telah ditampilkan sebelumnya, ditujukan untuk mempertegas isi atau tema.
Pengulangan dapat membantu menegaskan maksud koreografi, namun sebuah
koreografi yang terlalu banyak menampilkan pengulangan unsur-unsurnya akan
terasa membosankan. Pengertian klimaks di dalam koreografi adalah bagian yang
paling menarik dan sangat penting dari sebuah tari. Cara untuk membuat klimaks
di dalam tari, diantaranya dengan cara: meningkatkan emosional, menampilkan
jumlah penari maksimal, adegan perang, dan adegan mengharukan.
Parker mengemukakan ciri umum keindahan bentuk karya seni apabila
memiliki asas (a) kesatuan; (b) tema ; (c) variasi menurut tema; (d) keseimbangan;
(e) perkembangan; dan (f) tata jenjang. Secara khusus Elisabeth R Hayes
mengemukakan keindahan tari apabila memiliki sifat-sifat (a) kesatuan antar
elemen tari; (b) variasi; (c) repetisi; (d) kontras; (e) transisi; (f) berkelanjutan; (g)
klimaks; (h) keseimbangan; dan (i) harmoni.
28. 131
Koreografi yang indah dari aspek isi dan maknanya akan memberikan manfaat
bagi penonton. Nilai pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai religi, nilai
kemanusiaan misalnya cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian toleransi
memberikan manfaat bagi khalayak.
(2) Penari sebagai sumber keindahan tari :
Koreografi yang indah bukan satu-satunya sumber keindahan tari. Penari
juga merupakan sumber keindahan tari. Seindah apapun garapan bentuk dan
strukstur dalam koregrafi, apabila tidak dinyatakan oleh penari yang hebat maka
koreografi tidak dapat tampil sempurna. Penari yang hebat adalah penari yang dapat
mengekspresikan tari yang sedang dibawakan.
Penari dalam tari primitif dan tari rakyat kehebatannya terletak pada inner
dynamis (semangat dari dalam hati) serta kesungguhannya ketika menari, penari
melakukan gerakan dengan sepenuh hati sehingga tujuan religi atau tujuan lainnya
dalam menari dapat tercapai.
Penari untuk jenis tari tontonan kehebatannya terletak kepada kemampuan
teknis bergerak yang benar (wiraga), rasa musikal dalam menari (wirama), atau
kemampuan menghayati dan mengekpresikan karakter tari atau karakter tokoh
(wirasa), sehingga dapat mengekpresikan tari seperti ide dasar tari.
Sumber keindahan tari dari koregrafi dan penari tersebut dinyatakan dalam
gambar. Cermati baik-baik gambar 4.1 berikut ini:
29. 132
Gambar 4.1 Sumber keindahan tari berasal dari koreografi, maupun dari
Penari (Kusumawardani, 2010:52)
(g) Seni
Seni merupakan persoalan yang keempat atau persoalan yang terakhir dalam
estetika. Persoalan tentang seni mempertanyakan apakah seni itu, bagaimana
penggolongan seni, nilai-nilai dari karya seni, lalu manakah yang lebih penting
anatra bentuk dan isi dalam karya seni, serta hubungan seni dan dengan agama dan
filsafat. Melalui pengkajian persoalan seni ini, akan mempermudah mengenali jenis
karya seni melalui konstruksi dari elemen-elemen seninya.
Kajian estetika tari dari aspek bentuk dan isi sama pentingnya ditujukan
untuk jenis-jenis tari baik tradisional maupun tari non tradisional. Tari tradisional
pada umumnya merupakan ekpresi budaya komunal dari suatu masyarakat etnis
tertentu yang mencerminkan religi, alam pemikiran maupun kebiasaan hidup. Oleh
karena itu, jenis tari trasional menarik apabila dikaji secara mendalam kandungan
30. 133
nilai-nilai estetikanya dari aspek isi. Nilai religius, nilai sosial, nilai kehidupan
dan nilai estetika tari lainnya dalam tari tradisional diungkapkan kepada orang
lain, agar orang lain dapat mengenali simbol-simbol di dalam tari dan
mengapresiasi nilai-nilai dalam tari tradisional. Oleh karena itu, menemukan
nilai keindahan dalam jenis tari tradisional yaitu: tari primitif, tari, rakyat dan
tari klasik menjadi sangat penting.
Faktor-faktor estetika dalam tari tradisional dapat diamati dari beberapa
aspek, yaitu dari koreografinya, penarinya atau dari simbol-simbol yang
dihadirkan dalam tarian itu. Salah satu contoh estetika tari tradisional, yaitu tari
Srimpi. Tari Srimpi adalah tari klasik milik istana Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Jogjakarta. Karakteristik tarian ini adalah ditarikan oleh empat orang
penari putri dengan kostum dan rias serba kembar. Penari yang berjumlah empat
terkait dengan pandangan kosmologi Jawa dan dengan simbol-simbol kehidupan
dalam masyarakat Jawa. Tari Srimpi tampaknya mempunyai latar belakang analogi
dengan tubuh manusia yang diciptakan dari empat sari kehidupan alam, yaitu api,
angin, air dan tanah yang berada di empat penjuru arah mata angin. Menurut religio
mistik Jawa, keberadaan empat penjuru arah mata angin atau keblat papat (bahasa
Jawa), senantiasa terintegrasi dengan pusatnya yang disebut dengan pancer
(bahasa Jawa). Makna yang terkandung dalam tari Srimpi berkaitan dengan
simbol-simbol kehidupan dalam alam pikiran kaum ningrat Jawa, bahwa manusia
dianggap sebagai mikrokosmos dan keberadaan raja Jawa adalah sebagai pusat
segalanya yang harus dapat menjadi panutan, oleh karena itu pementasan tari
Srimpi pada upacara ritual kenegaraan di kedua istana harus dihadiri oleh seorang
raja, karena raja sebagai saksi tunggal yang berperan sebagai titik kelima atau
pusat atau pancer (Bambang Pudjasworo, 1984). Penari srimpi yang berjumlah
empat dan pementasanannya harus dihadiri oleh raja pada upara ritual kenegaraan
di istana. Formasi dan posisi penari selalu dalam jumlah genap dan terlihat
seimbang bila ditelaah sangat erat hubungannya dengan cita-cita kehidupan
orang Jawa, bahwa dalam kehidupan manusia tidak bisa lepas dari unsur api, angin,
air dan tanah, oleh karena itu manusia harus mengupayakan keharmonisan dalam
kehidupan, senantisa mewujudkan keseimbangan antara dunia mikrokosmos dan
31. 134
dunia makrokosmos. Keindahan tari srimpi tidak hanya terdapat dalam
koreografinya, namun juga dari nilai kehidupan tentang hidup yang harus selaras
dan harmonis dengan alam semesta. Konsep ini secara universal bermanfaat bagi
siapa saja yang menyaksikan tarian itu.
Konsep keindahan bentuk tari relevan untuk menelaah jenis tari yang
berfungsi untuk tontonan atau pertunjukan yang latar belakang penciptaannya
didasari oleh keinginan koreografer menciptakan koreografi yang indah, baik dalam
jenis tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern maupun tari
kontemporer. Tari jenis tersebut, dikatakan indah apabila memenuhi kriteria
keindahan bentuk seni yang melihat kualitas tari karena perpaduan antar elemen
dalam membentuk karya tari dan mutu artistik organisasi seluruh elemen
pembangun karya tari. Namun demikian, estetika jenis tari berfungsi untuk
tontonan atau pertunjukan bukan berarti steril dari nilai-nilai estetika lainnya.
Dalam kenyataan jenis tari yang berfungsi untuk tontonan atau pertunjukan dalam
jenis tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern maupun tari
kontemporer banyak yang memiliki nilai estetis lainnya. Penciptaan tari yang
berkaitan erat dengan latar belakang budaya, social, politik dan kondisi
lingkungan, sejarah atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh seniman maupun
masyarakat, pada umumnya memiliki nilai-nilai estetika, misalnya nilai
pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai religi, nilai kemanusiaan misalnya
cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian toleransi memberikan manfaat bagi
khalayak. Penciptaan tari yang mencurahkan perhatiannya kepada tema, narasi,
kontekstualitas gagasan, dan motivasi untukmengekpresikan emosi keindahan dan
keberhasilannya apabila dapat membangkitkan rasa haru, sedih, kasihan , empati
, simpati penonton melalui koreografinya.
Selamat. Anda telah membaca seluruh materi, untuk lebih memahami materi
tentang model pembelajaran dan unsur-unsur estetika dalam tari, silahkan unduh
dan baca rangkuman dalam file pdf berikut berikut ini: