SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
Download to read offline
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa
pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat
dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan promosi kesehatan.
Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build Healthy
Public Policy). Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan
kesehatan. Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda
dari pembuat kebijakan disemua sektor pada semua level,
mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dan
menerima tanggung jawab atas lahirnya kebijakan-kebijakan mengenai
kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan
pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk
legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini
adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan,
pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang
lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk
memastikan ketersediaan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih
sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan
lingkungan yang lebih menyenangkan.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive
Environments). Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan
lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-
ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia,
bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan
untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk
memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam.
Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus menjadi tanggung
jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang
memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu
luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara
masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan
masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup
dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan
menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari
lingkungan yang berubah pesat. terutama di daerah teknologi, daerah
kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat esensial dan harus diikuti
dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi
kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang
dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan
untuk promosi kesehatan apa saja.
3. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (Strengthen Community
Actions). Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang
konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan,
merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya
manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan
kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem
yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah
kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus
akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan,
sebagaimana penggalangan dukungan.
4. Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills).
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial
melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan
pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini
meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih
dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan secara mandiri, dan untuk
membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan
masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri
mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan
kecelakaan. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat
kerja, dan semua lingkungan komunitas.
5. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services).
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan
dibagi diantara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan,
institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja
sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi
untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak
meningkat pada arah promosi kesehatan, disamping tanggung
jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan.
Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang
merupakan hal sensitif dan harus menghormati kebutuhan kultural.
Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk
kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor
kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik
yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan
perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana
perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus
membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan
kesehatan.
6. Bergerak ke masa depan (Moving Into The Future). Merawat,
kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam
mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua
yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara pria
dan wanita sebagai acuan utama.
Berdasarkan uraian hasil Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di
Ottawa tersebut secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Promosi Kesehatan
merupakan suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan
kendali atas kesehatannya dan meningkatkan status kesehatan mereka.
Dengan kata lain promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan
terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri.
Dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2013, Indikator Kinerja
Kegiatan Pusat Promosi Kesehatan telah ditetapkan 3 (tiga) indikator dalam
mencapai sasaran hasil program:
1. Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS
2. Persentase Desa Siaga Aktif
3. Jumlah Pos Kesehatan Desa Beroperasi
Adapun pencapaian target indikator selama periode tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014 sebagai berikut:
Tabel 1.1. Target dan Capaian Indikator 2010-2014
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014
T R C T R C T R C T R C T R C
Poskesdes yang Beroperasi 70 52.279 74,7% 72 52.85 73,4% 55.5 54.142 97,6% 57 54.731 96% 58.5 55.517 94.90%
Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS 50% 50,1% 100% 55%
53,9
%
98% 60% 56,5% 94,2% 65% 55% 84,7% 70% 56.60% 80.80%
Desa Siaga Aktif 15% 16% 100% 25%
32,3
%
100% 40% 65,3% 100% 67% 67,1% 100% 70% 65.30% 93.30%
Ket *) : Laporan Provinsi per 21 Januari 2015
Tabel diatas menunjukan pencapaian indikator kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
belum tercapai secara maksimal selama kurun waktu 2010 s.d. 2014.
2. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator tersebut
sebagai berikut :
1. Indikator lebih bersifat dampak khususnya PHBS sehingga sangat sulit
diukur
2. Kurangnya tanggung jawab nyata pemerintah daerah dalam
memprioritaskan upaya promotif preventif.
3. Keterbatasan tenaga promosi kesehatan yang ada di Puskesmas baik
dari aspek kuantitas maupun kualitas.
4. Alokasi pembiayaan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat
sangat terbatas.
5. Indikator kegiatan khususnya PHBS sangat dipengaruhi oleh berbagai
determinan diluar sektor kesehatan sehingga penanganannya
memerlukan dukungan lintas sektor.
6. Rendahnya pemahaman dan keterampilan masyarakat.
7. Kurangnya pemanfaatan dana DAK, BOK, Pajak Rokok dan sumber
pembiayaan lain yang dialokasikan Pemerintah Pusat untuk
pembiayaan promosi kesehatan di daerah.
3. Rencana Tindak Lanjut
Sehubungan dengan permasalahan-permasalah tersebut, tantangan ke
depan yang harus dilakukan oleh promosi kesehatan sebagai berikut:
1. Menetapkan indikator yang tidak bersifat impact
2. Mengoptimalkan upaya advokasi untuk menggalang komitmen
pemegang keputusan di daerah untuk memprioritaskan upaya promotif
dan preventif
3. Meningkatkan peran sektor lain dalam promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
4. Meningkatkan partisipasi serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan
5. Mengembangkan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat bidang
Kesehatan di Desa (UKBM)
6. Mengintensifkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan kepada
masyarakat.
7. Meningkatkan pembiayaan promosi kesehatan
BAB II
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET INDIKATOR
KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN
1. Arah Kebijakan
Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah
dijelaskan bahwa arah kebijakan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat
adalah :
1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan
lanjut usia yang berkualitas
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
5. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
6. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
7. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas
8. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas
farmasi dan alat kesehatan
9. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
10. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan
11. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
12. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi
13. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang
Kesehatan
14. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
2. Road Map Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan
tahun 2015 – 2019
 Tahap I (Tahun 2015 dan 2016) Fokus pada Penataan dan Penguatan
Penataan merupakan upaya untuk melakukan review atas berbagai hal yang
selama ini telah dilakukan terutama yang berhubungan dengan aspek internal,
diantaranya: SDM, Tata Kerja, dan Angggaran. Selain itu juga penataan juga
dimaksudkan untuk melihat kembali berbagai program kerja atau kegiatan
yang telah dilaksanakan. Dengan melakukan penataan ini diharapkan akan
terlihat kondisi kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini.
Setelah dilakukan penataan, langkah selanjutnya adalah dimulainya proses
penguatan. Konteks penguatan dalam hal ini adalah berbagai upaya yang
perlu segera dilakukan untuk memperkuat sumber daya yang ada, termasuk
juga memperkuat program kerja/kegiatan yang selama ini telah memberikan
dampak pada pencapaian sasaran/tujuan.
 Tahap II (Tahun 2017 dan 2018) Fokus pada Penguatan dan
Pengembangan
Memasuki tahun ketiga dimana telah berada pada tahap kedua dari road map,
dapat dijelaskan bahwa upaya penguatan pada tahap ini merupakan
kelanjutan dari penguatan pada tahap pertama. Dalam konteks ini, penguatan
diarahkan untuk dimulainya proses pengembangan. Pada tahap ini,
pemenuhan SDM baik dalam aspek kualitas dan kuantitas telah dapat
dipenuhi agar dapat menstimulus lahirnya inovasi dan kreatifitas (ide-ide baru)
yang sangat dibutuhkan dalam proses
pengembangan. Proses pengembangan lebih ditekankan pada perluasan
cakupan serta intensifikasi dan peningkatan program kerja/kegiatan.
Diharapkan pada tahap kedua ini, budaya perilaku sehat masyarakat sudah
semakin terbentuk, sehingga masyarakat dapat secara aktif dan sadar ikut
terlibat dalam upaya meningkatkan perilaku sehat.
 Tahap III (Tahun 2019) Fokus pada Pemantapan
Pada tahap ini diharapkan pengelolaan program kerja/kegiatan berwawasan
kesehatan telah dikelola secara terintegrasi. Selain itu, masyarakat dapat
dengan mudah dan cepat memperoleh berbagai informasi mengenai program
kerja/kegiatan yang dapat mendukung terciptanya budaya perilaku sehat.
Tabel 2.1 Road Map Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan tahun 2015 – 2019
FOKUS
TAHAP I (2015-2016) TAHAP II (2017-2018) TAHAP III (2019)
PENATAAN DAN
PENGUATAN
PENGUATAN DAN
PENGEMBANGAN
PEMANTAPAN
SASARAN
KEBIJAKAN
• Pembenahan data base mitra
yang ada dan kebijakan publik
berwawasan kesehatan serta
peningkatan mitra potensial
• Perluasan mitra di seluruh
wilayah
• Pengelolaan mitra kerja yang
profesional
• Pemenuhan kebutuhan tata
Kerja
• Pengembangan sistem informasi
yang cepat, tepat, dan akurat
• Pengelolaan sistem informasi
yang andal
• Kualitas SDM yang memadai • Pemenuhan SDM baik kualitas
dan kuantitas
• SDM profesional
• Ketersediaan anggaran untuk
program/kegiatan prioritas
• Ketersediaan Tata kerja yang
andal
• Meningkatkan fungsi
koordinasi lintas program
• Evaluasi efektifitas program
kerja yang telah berjalan
• Melakukan kajian terhadap
upaya pengembangan program
kerja
• Menjaga kesinambungan
jejaring kemitraan
• Membangun profil mitra dan
kebijakan publik berwawasan
kesehatan (direktori)
• Membangun jejaring kemitraan • Memanfaatkan teknologi
sistem informasi secara optimal
• Analisis kebutuhan sistem
Informasi
• Menyediakan sistem informasi
sesuai kebutuhan
• Melaksanakan manajemen
SDM berbasis kompetensi
• Identifikasi dan penyusunan
tata kerja (NSPK)
• Membentuk pokjanal UKBM
dan forum peduli kesehatan di
seluruh wilayah indonesia
• Membentuk pokjanal UKBM
dan forum peduli kesehatan di
seluruh wilayah indonesia
• Optimalisasi sumber daya
yang Ada
• Memperkuat perencanaan SDM
dan Meningkatkan peran diklat
• Membentuk pokjanal UKBM
dan forum peduli kesehatan di
seluruh wilayah indonesia
• Memastikan tata kerja yang ada
telah sesuai dengan best practice
3. Tujuan dan Sasaran
Selaras dengan sasaran Kementerian Kesehatan sebagaimana tertuang dalam
Perencanaan Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019 dan
menjawab tantangan kedepan dimana masih rendahnya cakupan rumah
tangga ber perilaku sehat, meningkatnya beban ganda dengan masalah PTM,
gizi, pembiayaan kesehatan melalui BPJS meningkat serta transisi demografi
dimana meningkatnya kelompok lansia, maka tujuan yang ditetapkan adalah :
 Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
 Meningkatnya pembiayaan kegiatan promotive dan preventif
 Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka sasaran dari Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah :
 Koordinasi, Sosialisasi, Advokasi, dalam rangka Peningkatan
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
 NSPK Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang
diterbitkan Adanya peran serta masyarakat untuk mendukung
pembangunan kesehatan.
 SDM yang ditingkatkan kapasitasnya di bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat.
 Bimbingan Teknis dan Evaluasi Promosi Kesehatan.
 Sistem Informasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
 Dukungan Layanan Manajemen
4. Strategi Utama Pencapaian Target
Berdasarkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, maka
perludisusun/ditetapkan 6 (enam) strategi utama dalam upaya pencapaian
fokus tersebut yaitu:
1. Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan;
2. Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan;
3. Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan antara lembaga
pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani;
4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE), upaya kesehatan berbasis masyarakat dan
pendidikan kesehatan masyarakat;
5. Peningkatan SDM promosi kesehatan; dan
6. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan.
Untuk melihat pelaksanaan strategi utama diatas, maka perlu ditetapkan 7
(tujuh) indikator kinerja kegiatan (IKK) sebagai ukuran atas pencapaian arah
kebijakan dalam RPJMN 2015-2019, yaitu:
1. Jumlah Kebijakan publik berwawasan kesehatan
2. Persentase kabupaten/kota yang telah memiliki kebijakan PHBS
3. Persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10%
untuk UKBM.
4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan
5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan.
6. Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada
masyarakat.
7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan
Tabel 2.2 Strategi Utama dan Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
dan Promosi Kesehatan tahun
Arah Kebijakan
RPJMN 2015-2019
Strategi Utama Indikator Kinerja Kegiatan
Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
1. Peningkatan advokasi kebijakan
pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pengembangan regulasi dalam rangka
promosi kesehatan
3. Penguatan gerakan masyarakat
dalam promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat melalui
kemitraan antara lembaga pemerintah
dengan swasta dan masyarakat
madani
4. Peningkatan pemberdayaan
masyarakat melalui komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE), upaya
kesehatan berbasis masyarakat dan
pendidikan kesehatan masyarakat
5. Peningkatan SDM promosi kesehatan
6. Pengembangan metode dan teknologi
promosi kesehatan
1. Kebijakan publik berwawasan
kesehatan
2. Persentase kabupaten/kota
yang telah memiliki kebijakan
PHBS
3. Persentase desa yang
memanfaatkan alokasi dana
desa minimal 10% untuk UKBM
4. Jumlah dunia usaha yang
memanfaatkan CSR-nya untuk
program kesehatan
5. Jumlah organisasi
kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung
kesehatan
6.Jumlah tema pesan dalam
komunikasi, informasi dan
edukasi kepada
masyarakat
7. Persentase Puskesmas yang
mampu melaksanakan Promosi
Kesehatan
5. Definisi Operasional
Adapun Definisi Operasional Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dan Promosi Kesehatan adalah:
1. Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan
 Direktorat Promosi Kesehatan
Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatanadalah jumlah
kebijakan yang dibuat sektoral (K/L) berupa Peraturan
Presiden/Peraturan Menteri/ Instruksi Menteri/Surat Edaran
Menteri/Surat Keputusan Bersama Menteri yang mendukung kesehatan
khususnya dalam upaya peningkatan perilaku sehat dan kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.
 Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatanjumlah kebijakan yang
dibuat oleh oleh Dinas Kesehatan Provinsi maupun sektoral berupa
Peraturan Gubernur, Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi yang
mendukung kesehatan.
 Dinas Kesehatan Kab./Kota
Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatanjumlah kebijakan yang
dibuat oleh oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun sektoral
berupa Peraturan Bupati, Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
yang mendukung kesehatan.
2. Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS (%) adalah
Persentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung
PHBS minimal 1 kebijakan baru pertahun (Kebijakan yang mendukung
kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan dalam bentuk Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat
Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada
tahun tersebut).
Indikator ini merupakan indikator kumulatif dimana kabupaten/kota yang
dihitung adalah kab./kota yang belum mengeluarkan kebijakan PHBS baru
dengan kenaikan sebesar 10% per tahun.
3. Persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10%
untuk UKBM adalah persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana
desa minimal 10% untuk UKBM dalam rangka pengembangan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif.
Indikator ini merupakan indikator kumulatif dimana persentase desa yang
dihitung adalah desa yang memanfaatkan alokasi dana desa untuk UKBM
dengan kenaikan sebesar 10% per tahun.
4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan
 Direktorat Promosi Kesehatan
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan
bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan
CSR-nya untuk program kesehatan.
 Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi yang
memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan.
5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya
untuk mendukung kesehatan.
 Direktorat Promosi Kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah
organisasi kemasyarakatan yang bekerjasama dengan
Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya
untuk mendukung program kesehatan.
 Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah
organisasi kemasyarakatan yang bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Provinsi yang memanfaatkan sumberdayanya untuk
mendukung program kesehatan.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah
organisasi kemasyarakatan yang bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang memanfaatkan sumberdayanya
untuk mendukung program kesehatan yang bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.
Indikator ini merupakan indikator kumulatif dimana jumlah organisasi
kemasyarakatan yang dihitung adalah organisasi kemasyaratan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk program kesehatan dengan
kenaikan sebesar 3 organisasi kemasyarakatan baru per tahun.
6. Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada
masyarakat adalah Jumlah pesan kesehatan prioritas yang disebarluaskan
oleh Direktorat kepada masyarakat melalui berbagai media.
Indikator ini merupakan indikator Pusat dimana pesan kesehatan yang
diedukasi kepada masyarakat disesuaikan dengan kebijakan kesehatan
yang prioritas pada tahun bersangkutan.
7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan
adalah Persentase Puskesmas yang melaksanakan Advokasi, Kemitraan,
Pemberdayaan Masyarakat (Individu, Keluarga dan Masyarakat) dan KIE
dalam upaya peningkatan pembedayaan masyarakat.
Tabel 2.3 Target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
1 Kebijakan Pubkik Berwawasan Kesehatan 3 3 3 3 3
2 Persentase Kabupaten/Kota yang telah memiliki
Kebijakan PHBS
40% 50% 60% 70% 80%
3 Pesentase Desa yang memanfaatkan alokasi dana
desa minimal 10%
10% 20% 30% 40% 50%
4 Jumlah Dunia Usaha yang memanfaatkan CSR-nya
untuk Program Kesehatan
4 8 12 16 20
5 Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung
kesehatan
3 6 9 12 15
6 Jumlah Tema pesan dalam komunikasi, informasi,
dan edukasi kepada masyarakat
10 10 10 10 10
Persetase Puskesmas yang mampu melaksanakan
Promosi Kesehatan
10% 20% 30% 40% 50%
Tabel 2.3 di atas menjelaskan bahwa penetapan indikator kinerja kegiatan (IKK)
dapat menjadi ukuran terhadap upaya pelaksanaan strategi utama dalam konteks
pencapaian arah kebijakan yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2015 - 2019. Agar
capaian kelima indikator (IKK) ini dapat diukur, perlu ditetapkan target tahunan
yang akan dicapai. Selanjutnya dalam konteks pencapaian target-target tersebut,
maka disusun kegiatan- kegiatan yang diperlukan.
Kegiatan-kegiatan ini akan dirangkum ke dalam rencana aksi nasional dan akan
menjadi acuan bagi seluruh pihak terkait baik ditingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota dan promosi kesehatan pada layanan kesehatan. Sehingga
rencana kerja yang akan disusun setiap tahunnya dapat lebih terarah dan
sistematis sesuai arah kebijakan RPJMN 2015-2019.
BAB III
RENCANA AKSI INDIKATOR KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAN PROMOSI KESEHATAN
Untuk memudahkan para pelaksana kegiatan promkes, maka perlu disusun
rencana aksi dari setiap indikator kegiatan sebagaimana telah diuraikan pada
BAB sebelumnya. Penyusunan rencana aksi merupakan bagian yang terpenting
karena akan mempermudah dalam proses penyusunan rencana kerja dan
anggaran yang dibutuhkan serta mempermudah dalam proses pemantauan dan
evaluasi. Secara umum kegiatan-kegiatan utama yang dapat dilakukan dalam
mencapai indikator kinerja kegiatan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
dan Promosi Kesehatan
No Indikator Kinerja Kegiatan Utama
Kegiatan
1 Kebijakan Publik Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan
Berwawasan Kesehatan Kesehatan dalam peningkatan Perilaku Sehat
Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan
di Provinsi
2 Persentase Kab/kota yang Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki
memiliki Kebijakan PHBS kebijakan PHBS
Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan
Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan
di Kab/Kota
3 Persentase Desa yang Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan
Memanfaatkan Alokasi untuk UKBM
Dana Desa minimal 10% Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum
untuk UKBM peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat
Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan
di Puskesmas
4 Jumlah dunia usaha yang Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di
memanfaatkan CSR-nya Bidang Kesehatan
untuk program kesehatan Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan
di Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas
5 Jumlah organisasi Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi
kemasyarakatan yang Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan
memanfaatkan sumber Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan
dayanya untuk di Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas
mendukung kesehatan
6 Jumlah tema pesan dalam KIE kepada Masyarakat melalui berbagai saluran
komunikasi, informasi dan Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan
edukasi kepada di Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas
7 Persentase Puskesmas Mendorong pembiayaan kegiatan Promosi Kesehatan
yang mampu dan Pemberdayaan Masyarakat melalui menu DAK
melaksanakan promosi
Kesehatan
Kegiatan-kegiatan utama tersebut diatas selanjutnya dituangkan dalam Rencana
Aksi Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat baik pada
level pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
1. Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan
Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi
kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama
diberbagai tingkatan.
a. Direktorat Promosi Kesehatan
1) Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Kesehaan dalam
peningkatan Perilaku Sehat
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan
Pada tahap ini merupakan langkah persiapan dalam setiap melakukan
advokasi kebijakan kesehatan, baik dilakukan secara sendiri maupun
oleh tim khusus. Penjajakan ini akan memberikan informasi penting
tentang berbagai permasalahan kesehatan yang dihapapi
masyarakat, faktor-faktor penyebabnya dan sumberdaya yang dapat
dimobiliasi untuk mendukung terwujudnya kebijakan publik
berwawasan kesehatan.
Langkah-langkah dalam penjajakan masalah dan isu advokasi
kesehatan:
 Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data tentang situasi kesehatan
masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan
kesehatan dan kebijakan anggaran kesehatan.
 Pengumpulan data primer
Data primer merupakan semua informasi yang belum tersaji dalam
tulisan, film, suara tetapi masih tersimpan di masing-masing
sumber data. Secara umum, pengelompokan jenis data dan
informasi primer yang perlu digali yaitu kondisi umum kesehatan
masyarakat; kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor
kesehatan dan sektor lain yang terkait; alokasi anggaran untuk
sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang terkat; semua data
dasar yang dibutuhkan untuk menghitung neraca kesehatan (Health
Account) serta kerugian ekonomis (Economic Loss) akibat penyakit
yang diderita masyarakat; data jumlah penduduk, demografi usia
produktif, upah dan pendapatan rerata penduduk dan angkatan
kerja, angka morbilitas, mortalitas dll; data etnografi kesehatan
penduduk; peta partisipasi masyarakat selama ini dalam program
pelayanan kesehatan; peta berbagai organisasi lokal yang bergerak
di sektor kesehatan atau yang berkaitan, serta akses pelayanan
kesehatan, akses informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat
serta data lain yang terkait.
b) Pengembangan Strategi Advokasi
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan strategi
advokasi adalah:
 Membentuk tim inti advokasi
Tim ini berperan untuk melakukan kajian advokasi, penentuan dari
isu strategis, perumusan sasaran advokasi, perancangan strategi
dan teknik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan
dukungan sumber daya yang dubutuhkan serta pemantauan
seluruh proses, hasil dan dampak advokasi.
 Menganalisis kebijakan publik
Setelah tim inti advokasi terbentu, tugas yang dilakukan oleh tim
adalah menganalisis kebijakan publik dengan tujuan untuk
menemukan masalah-masalah tertentu yang terdapat dalam satu
kebijakan publik dan membuka ruang bagi tindakan advokasi
bidang kesehatan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan
masyarakat. Seperti yang diketahui, masalah kesehatan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
ekonomi, pendidikan, sosial dan faktor-faktor lainnya yang terkait.
 Menetapkan isu strategis
Setelah tim inti advokasi menganalisis kebijakan publik, selanjutnya
menetapkan isu strategis dari advokasi kesehatan. Isu strategis
merupakan perumusan jawaban terhadap sejumlah pertanyaan
atau masalah kebijakan paling mendasar yang akan mempengaruhi
kerja-kerja advokasi selanjutnya. Tolak ukur isu strategis yang akan
diadvokasi adalah:
- Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan dan menjadi perhatian
masyarakat;
- Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang
dihadapi masyarakat;
- Masalah mendesak dan sangat penting untuk diberi perhatian
segera;
- Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Jika
dilakukan advokasi dan berhasil akan memberi dampak positif
pada perubahan kebijakan publik
 Merancang strategi dasar advokasi kesehatan
Selanjutnya tim inti advokasi menetapkan startegi dasar advokasi
yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan sasaran
advokasi serta menetapkan waktu pelaksanaan advokasi
 Pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi
Hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media
pendukung adalah:
- Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi, jenis) media massa
tersebut
- Ketahui dengan kelas siapa khalayak sasaran (segmen pemirsa,
pembaca, pelanggan) utama.
- Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berurusan dengan
media massa, tentukan pesan apa yang akan disampaikan, serta
mengetahui data dan fakta-fakta yang mendukungnya.
Sedangkan dalam mengemas isu advokasi untuk media massa
yang perlu diperhatikan adalah: Mengandung unsur berita, aktual
dan sesuai dengan isu advokasi
- Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang
- Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat
- Dilengkapi dengan bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis dll)
c) Pelaksanaan Advokasi
Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya
adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang
telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan
mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap
pengembangan dan penyusunan kebijakan publik berwawasan
kesehatan.
Tujuan :
- Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang
disampaikan oleh tim advokasi
- Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu
yang diangkat
Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan sumberdaya
dalam menyelesiakan isu yang diangkat
d) Pemantauan dan Evaluasi proses pembuatan dan implementasi
kebijakan publik berwawasan kesehatan
Pada tahap ini merupakan tahap pemantauan dan evaluasi proses
pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang dikembangkan pada level pusat maupun daerah.
Pusat selain melakukan pemantauan terhadap proses penyusunan
kebijakan publik di level pusat juga melakukan pemantauan dan
pemantapan advokasi pada level daerah dalam rangka percepatan
pencapaian indikator kinerja kegiatan.
Pada akhir tahun dilakukan evaluasi terhadap tahapan advokasi yang
dilakukan serta implementasi kebijakan publik yang telah dilakukan
pada 1 tahun sebelumnya.
2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Propinsi
Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi
kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang
Pengelolaan Advokasi. Diharapkan petugas promosi kesehatan
di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Advokasi
kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota.
a. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi
1) Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Kesehaan dalam
peningkatan Perilaku Sehat
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan
Pada tahap ini merupakan langkah persiapan dalam setiap melakukan
advokasi kebijakan kesehatan, baik dilakukan secara sendiri maupun
oleh tim khusus. Penjajakan ini akan memberikan informasi penting
tentang berbagai permasalahan kesehatan yang dihapapi
masyarakat, faktor-faktor penyebabnya dan sumberdaya yang dapat
dimobilisasi untuk mendukung terwujudnya kebijakan publik
berwawasan kesehatan.
Langkah-langkah dalam penjajakan masalah dan isu advokasi
kesehatan:
 Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data tentang situasi kesehatan
masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan
kesehatan dan kebijakan anggaran kesehatan.
 Pengumpulan data primer
Data primer merupakan semua informasi yang belum tersaji dalam
tulisan, film, suara tetapi masih tersimpan di masing-masing
sumber data. Secara umum, pengelompokan jenis data dan
informasi primer yang perlu digali yaitu kondisi umum kesehatan
masyarakat; kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor
kesehatan dan sektor lain yang terkait; alokasi anggaran untuk
sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang terkat; semua data
dasar yang dibutuhkan untuk menghitung neraca kesehatan (Health
Account) serta kerugian ekonomis (Economic Loss) akibat penyakit
yang diderita masyarakat; data jumlah penduduk, demografi usia
produktif, upah dan pendapatan rerata penduduk dan angkatan
kerja, angka morbilitas, mortalitas dll; data etnografi kesehatan
penduduk; peta partisipasi masyarakat selama ini dalam program
pelayanan kesehatan; peta berbagai organisasi lokal yang bergerak
di sektor kesehatan atau yang berkaitan, serta akses pelayanan
kesehatan, akses informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat
serta data lain yang terkait.
b) Pengembangan Strategi Advokasi
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan strategi
advokasi adalah:
 Membentuk tim inti advokasi
Tim ini berperan untuk melakukan kajian advokasi, penentuan dari
isu strategis, perumusan sasaran advokasi, perancangan strategi
dan teknik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan
dukungan sumber daya yang dubutuhkan serta pemantauan
seluruh proses, hasil dan dampak advokasi.
 Menganalisis kebijakan publik
Setelah tim inti advokasi terbentu, tugas yang dilakukan oleh tim
adalah menganalisis kebijakan publik dengan tujuan untuk
menemukan masalah-masalah tertentu yang terdapat dalam satu
kebijakan publik dan membuka ruang bagi tindakan advokasi
bidang kesehatan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan
masyarakat. Seperti yang diketahui, masalah kesehatan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
ekonomi, pendidikan, sosial dan faktor-faktor lainnya yang terkait.
 Menetapkan isu strategis
Setelah tim inti advokasi menganalisis kebijakan publik, selanjutnya
menetapkan isu strategis dari advokasi kesehatan. Isu strategis
merupakan perumusan jawaban terhadap sejumlah pertanyaan
atau masalah kebijakan paling mendasar yang akan mempengaruhi
kerja-kerja advokasi selanjutnya. Tolak ukur isu strategis yang akan
diadvokasi adalah:
- Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan dan menjadi perhatian
masyarakat;
- Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang
dihadapi masyarakat;
- Masalah mendesak dan sangat penting untuk diberi perhatian
segera;
- Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Jika
dilakukan advokasi dan berhasil akan memberi dampak positif
pada perubahan kebijakan publik
 Merancang strategi dasar advokasi kesehatan
Selanjutnya tim inti advokasi menetapkan startegi dasar advokasi
yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan sasaran
advokasi serta menetapkan waktu pelaksanaan advokasi
 Pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi
Hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media
pendukung adalah:
- Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi, jenis) media massa
tersebut
- Ketahui dengan kelas siapa khalayak sasaran (segmen pemirsa,
pembaca, pelanggan) utama.
- Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berurusan dengan
media massa, tentukan pesan apa yang akan disampaikan, serta
mengetahui data dan fakta-fakta yang mendukungnya.
Sedangkan dalam mengemas isu advokasi untuk media massa
yang perlu diperhatikan adalah:
- Mengandung unsur berita, aktual dan sesuai dengan isu
advokasi
- Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang
- Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat
- Dilengkapi dengan bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis dll)
c) Pelaksanaan Advokasi
Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya
adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang
telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan
mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap
pengembangan dan penyusunan kebijakan publik berwawasan
kesehatan.
Tujuan :
- Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang
disampaikan oleh tim advokasi
- Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu
yang diangkat
- Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan
sumberdaya dalam menyelesiakan isu yang diangkat
d) Pemantauan dan Evaluasi proses pembuatan dan implementasi
kebijakan publik berwawasan kesehatan
Pada tahap ini merupakan tahap pemantauan dan evaluasi proses
pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang dikembangkan propinsi maupun kabupaten/kota.
Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi selain melakukan
pemantauan terhadap proses penyusunan kebijakan publik di level
propinsi juga melakukan pemantauan dan pemantapan advokasi pada
level kabupaten/kota dalam rangka percepatan pencapaian indikator
kinerja kegiatan.
Pada akhir tahun dilakukan evaluasi terhadap tahapan advokasi yang
dilakukan serta implementasi kebijakan publik yang telah dilakukan
pada 1 tahun sebelumnya.
2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kab/Kota
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Provinsi melakukan peningkatan
kapasitas tenaga promosi kesehatan di Kabupaten/kota dengan
memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Advokasi.
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Kesehaan dalam
peningkatan Perilaku Sehat
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan
Pada tahap ini merupakan langkah persiapan dalam setiap melakukan
advokasi kebijakan kesehatan, baik dilakukan secara sendiri maupun
oleh tim khusus. Penjajakan ini akan memberikan informasi penting
tentang berbagai permasalahan kesehatan yang dihapapi
masyarakat, faktor-faktor penyebabnya dan sumberdaya yang dapat
dimobiliasi untuk mendukung terwujudnya kebijakan publik
berwawasan kesehatan.
Langkah-langkah dalam penjajakan masalah dan isu advokasi
kesehatan:
 Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data tentang situasi kesehatan
masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan
kesehatan dan kebijakan anggaran kesehatan.
 Pengumpulan data primer
Data primer merupakan semua informasi yang belum tersaji dalam
tulisan, film, suara tetapi masih tersimpan di masing-masing
sumber data. Secara umum, pengelompokan jenis data dan
informasi primer yang perlu digali yaitu kondisi umum kesehatan
masyarakat; kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor
kesehatan dan sektor lain yang terkait; alokasi anggaran untuk
sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang terkat; semua data
dasar yang dibutuhkan untuk menghitung neraca kesehatan (Health
Account) serta kerugian ekonomis (Economic Loss) akibat penyakit
yang diderita masyarakat; data jumlah penduduk, demografi usia
produktif, upah dan pendapatan rerata penduduk dan angkatan
kerja, angka morbilitas, mortalitas dll; data etnografi kesehatan
penduduk; peta partisipasi masyarakat selama ini dalam program
pelayanan kesehatan; peta berbagai organisasi lokal yang bergerak
di sektor kesehatan atau yang berkaitan, serta akses pelayanan
kesehatan, akses informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat
serta data lain yang terkait.
b) Pengembangan Strategi Advokasi
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan strategi
advokasi adalah:
 Membentuk tim inti advokasi
Tim ini berperan untuk melakukan kajian advokasi, penentuan dari
isu strategis, perumusan sasaran advokasi, perancangan strategi
dan teknik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan
dukungan sumber daya yang dubutuhkan serta pemantauan
seluruh proses, hasil dan dampak advokasi.
 Menganalisis kebijakan publik
Setelah tim inti advokasi terbentu, tugas yang dilakukan oleh tim
adalah menganalisis kebijakan publik dengan tujuan untuk
menemukan masalah-masalah tertentu yang terdapat dalam satu
kebijakan publik dan membuka ruang bagi tindakan advokasi
bidang kesehatan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan
masyarakat. Seperti yang diketahui, masalah kesehatan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
ekonomi, pendidikan, sosial dan faktor-faktor lainnya yang terkait.
 Menetapkan isu strategis
Setelah tim inti advokasi menganalisis kebijakan publik, selanjutnya
menetapkan isu strategis dari advokasi kesehatan. Isu strategis
merupakan perumusan jawaban terhadap sejumlah pertanyaan
atau masalah kebijakan paling mendasar yang akan mempengaruhi
kerja-kerja advokasi selanjutnya. Tolak ukur isu strategis yang akan
diadvokasi adalah:
- Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan dan menjadi perhatian
masyarakat;
- Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang
dihadapi masyarakat;
- Masalah mendesak dan sangat penting untuk diberi perhatian
segera;
- Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Jika
dilakukan advokasi dan berhasil akan memberi dampak positif
pada perubahan kebijakan publik
 Merancang strategi dasar advokasi kesehatan
Selanjutnya tim inti advokasi menetapkan startegi dasar advokasi
yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan sasaran
advokasi serta menetapkan waktu pelaksanaan advokasi
 Pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi
Hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media
pendukung adalah:
- Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi, jenis) media massa
tersebut
- Ketahui dengan kelas siapa khalayak sasaran (segmen pemirsa,
pembaca, pelanggan) utama.
- Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berurusan dengan
media massa, tentukan pesan apa yang akan disampaikan, serta
mengetahui data dan fakta-fakta yang mendukungnya.
Sedangkan dalam mengemas isu advokasi untuk media massa
yang perlu diperhatikan adalah:
- Mengandung unsur berita, aktual dan sesuai dengan isu
advokasi
- Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang
- Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat
- Dilengkapi dengan bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis dll)
c) Pelaksanaan Advokasi
Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya
adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang
telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan
mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap
pengembangan dan penyusunan kebijakan publik berwawasan
kesehatan.
Tujuan :
- Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang
disampaikan oleh tim advokasi
- Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu
yang diangkat
- Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan
sumberdaya dalam menyelesiakan isu yang diangkat
d) Pemantauan dan Evaluasi proses pembuatan dan implementasi
kebijakan publik berwawasan kesehatan
Pada tahap ini merupakan tahap pemantauan dan evaluasi proses
pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang dikembangkan kabupaten/kota. Promosi Kesehatan
di Dinas Kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan terhadap
proses penyusunan kebijakan publik di level kab./kota
Pada akhir tahun dilakukan evaluasi terhadap tahapan advokasi yang
dilakukan serta implementasi kebijakan publik yang telah dilakukan
pada 1 tahun sebelumnya.
2. Persentase kabupaten/kota yang telah memiliki kebijakan PHBS
Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana
aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas
utama di berbagai tingkatan.
a. Direktorat Promosi Kesehatan
1) Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penggalangan Komitmen dalam rangka mendorong Kebijakan PHBS
Pada tahap ini, pusat melakukan penggalangan komitmen kab./kota
untuk mendorong keluarnya kebijakan PHBS. Sasaran adalah kepala
dinas kesehatan sesuai dengan target sasaran kabupaten/kota yang
telah ditetapkan. Sebelumnya Pusat melakukan penjajakan masalah
kesehatan dan menganalisis masalah kesehatan dengan membuat
matriks permasalahan kesehatan setiap kabupaten/kota.
b) Pembinaan Teknis Advokasi di Kab/Kota
Dalam rangka percepatan pencapaian indikator kinerja kegiatan,
Pusat melakukan pembinaan teknis advokasi di kabupaten/kota.
Pembinaan teknis dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman
dan membantu petugas promosi kesehatan dalam melakukan proses
advokasi.
c) Pemantauan dan evaluasi kebijakan PHBS
Pemantuan dilakukan untuk melihat bagaimana proses advokasi
kebijakan PHBS dilaksanakan secara nasional. Selain itu juga
dilakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan advokasi dan
implementasi kebijakan PHBS yang telah dikeluarkan secara
nasional.
2) Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan
Tahapan kegiatan dalam pengembangan model intervensi adalah:
a) Pengembangan konsep model intervensi
Pada tahap ini, pusat mengembangkan model intervensi promosi
kesehatan berdasarkan permasalahan kesehatan dengan
menggunakan strategi promosi kesehatan dengan tujuan agar suatu
daerah dapat mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi
dengan metode promosi kesehatan. Sebelum mengembangkan
model intervensi ini, Pusat melakukan kajian terhadap isu masalah
kesehatan.
b) Pelaksanaan Uji Coba
Setelah mengembangkan konsep model intervensi, Pusat
melaksanakan uji coba model intervensi. Pemilihan lokasi uji coba
sesuai dengan permasalahan kesehatan yang diintervensi terjadi.
Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tahun yang sama dengan
pengembangan model intervensi.
c) Pembinaan Implementasi Model Intervensi Promosi Kesehatan
Pembinaan dilakukan setelah model intervensi promosi kesehatan
dilaksanakan oleh daerah. Pembinaan dilakukan dalam rangka
meningkatkan pemahaman serta pendampingan petugas daerah
dalam melaksanakan model intervensi promosi kesehatan.
d) Evaluasi Implementasi Model Intervensi Promosi Kesehatan
Pada tahap ini pusat melakukan evaluasi terhadap model
implementasi yang telah dilaksanakan oleh daerah pada tahun
sebelumnya. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah konsep yang
telah dikembangkan oleh pusat dapat membantu daerah dalam
menghadapi permasalahan kesehatannya.
3) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Propinsi
Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi
kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang
Pengelolaan Advokasi. Diharapkan petugas promosi kesehatan
di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Advokasi
kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota.
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi
1) Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penggalangan Komitmen dalam rangka mendorong Kebijakan PHBS
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan Propinsi melakukan
penggalangan komitmen kab./kota sasaran untuk mendorong
keluarnya kebijakan PHBS. Sasaran adalah kepala dinas kesehatan
serta promosi kesehatan kabupaten/kota sasaran sesuai dengan
target sasaran kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Berdasarkan
matriks permasalahan kesehatan yang dikeluarkan pusat, promosi
kesehatan propinsi mendorong dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
mengeluarkan kebijakan PHBS.
b) Pemantapan advokasi pada Kab/Kota yang telah diadvokasi
Pemantapan advokasi dilakukan dalam rangka pemantauan proses
pelaksanaan advokasi dan pendampingan sampai dengan keluarnya
kebijakan PHBS.
d) Evaluasi kebijakan PHBS
Promosi Kesehatan Propinsi melakukan evaluasi terhadap
implementasi kebijakan PHBS yang telah dikeluarkan oleh
kebupaten/kota yang berdampak kepada meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat di propinsi dan khususnya di kabupaten/kota
tersebut.
2) Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan
Tahapan kegiatan dalam pengembangan model intervensi adalah:
a) Pelaksanaan Model Intervensi
Implementasi Model Intervensi oleh Promosi Kesehatan Propinsi
mengacu kepada konsep model intervensi yang telah dikembangkan
pusat. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah:
- Pemilihan wilayah implementasi
- Penentuan jadwal berdasarkan tahapan kegiatan yang akan
dilakukan
- Sosialisasi model intervensi yang akan dilakukan
- Pelaksanaan kegiatan berdasarkan tahapan yang telah ditetapkan
- Membuat laporan implementasi model intervensi promosi
kesehatan
3) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kab./Kota
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Provinsi melakukan peningkatan
kapasitas tenaga promosi kesehatan di kabupaten/kota dengan
memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Advokasi.
c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penetapan isu advokasi PHBS
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan isu
advokasi PHBS yang akan dkeluarkan kebijakannya. Hal ini mengacu
kepada matriks permasalahan kesehatan yang telah dikeluarkan oleh
pusat dan kebijakan yang telah dikeluarkan.
b) Pengembangan Strategi Advokasi
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan menetapkan strategi dasar
advokasi yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan waktu
pelaksanaan advokasi serta pemilihan dan penggunaan media
pendukung advokasi.
c) Pelaksanaan Advokasi
Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya
adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang
telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan
mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap
pengembangan dan penyusunan kebijakan PHBS.
Tujuan :
- Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang
disampaikan
- Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu
yang diangkat
- Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan
sumberdaya dalam menyelesaikan isu yang diangkat
3. Persentase Desa yang Memanfaatkan Alokasi Dana Desa minimal 10% untuk
UKBM
Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi
kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama
di berbagai tingkatan.
a. Direktorat Promosi Kesehatan
1) Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan untuk UKBM
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pelaksanaan advokasi penggunaan Dana Desa untuk UKBM
Pelaksanaan advokasi merupakan pertemuan lintas sektor
(Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas) di level pusat untuk
mendorong keluarnya kebijakan penggunaan dana desa untuk UKBM.
Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah no. 22 tahun
2015 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah no. 60 tahun
2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, dimana penentuan prioritas penggunaan dana
desa beserta pedoman umum penggunaannya oleh Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi setelah
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga Pemerintah
Nonkementerian.
b) Penggalangan Komitmen dalam rangka mendorong Kebijakan PHBS
Pada tahap ini, pusat melakukan penggalangan komitmen
kabupaten/kota untuk mendorong keluarnya kebijakan teknis
Penggunaan Dana Desa yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten. Sasaran adalah Bupati, kepala dinas kesehatan sesuai
dengan target sasaran kabupaten yang telah ditetapkan.
c) Pembinaan Teknis Advokasi di Kab/Kota
Dalam rangka percepatan pencapaian indikator kinerja kegiatan,
Pusat melakukan pembinaan teknis advokasi di kabupaten/kota.
Pembinaan teknis dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman
dan membantu petugas promosi kesehatan dalam melakukan proses
advokasi.
d) Pemantauan dan evaluasi kebijakan Dana Desa
Pemantuan dilakukan untuk melihat bagaimana proses advokasi
kebijakan Dana Desa dilaksanakan secara nasional. Selain itu juga
dilakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan advokasi dan
implementasi kebijakan penggunaan dana desa secara nasional
dalam hubungannya dengan aktifnya kegiatan pemberdayaan
masyarakat di desa.
2) Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan
dalam peningkatan perilaku sehat
Tahapan kegiatan dalam Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM
atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat adalah:
a) Koordinasi Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Pusat
Merupakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan di level
pusat (Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan) untuk
pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b) Pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang telah
terbentuk
Pada tahap ini, pusat melakukan pembinaan teknis pada
pokjanal/forum peduli kesehatan yang sudah terbentuk agar dapat
aktif yang ditandai dengan adanya rencana operasional kegiatan.
4) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi
Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi
kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang
Pengelolaan Advokasi. Diharapkan petugas promosi kesehatan
di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Advokasi
kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota.
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi
1) Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan untuk UKBM
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pelaksanaan advokasi penggunaan Dana Desa untuk UKBM
Pelaksanaan advokasi merupakan pertemuan dengan BPMPD tingkat
propinsi dan Kabupaten, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten untuk
penggalangan komitmen sektoral terkait penggunaan dana desa
untuk UKBM.
b) Pendampingan teknis penyelesaian pedoman teknis kebijakan dana
desa minimal 10% untuk UKBM
Promosi Kesehatan Propinsi mendampingi secara teknis proses
advokasi promosi kesehatan kabupaten kepada bupati untuk
mengeluarkan kebijakan prioritas penggunaan dana desa dengan
muatan UKBM. Selain itu memberikan bimbingan teknis untuk proses
advokasi yang dilakukan oleh petugas promosi kesehatan
di Puskesmas terhadap kepala desa dalam proses perencanaan dana
desa melalui musrenbangdes dan forum desa.
c) Pemantauan kebijakan Dana Desa
Pemantuan dilakukan untuk melihat bagaimana proses advokasi
kebijakan Dana Desa dilaksanakan pada propinsi serta membuat
laporan kepada pusat yang berisi penggunaan dana desa untuk
setiap desa berdasarkan laporan dari promosi kesehatan
di kabupaten.
2) Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan
dalam peningkatan perilaku sehat
Tahapan kegiatan dalam Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM
atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat adalah:
a) Koordinasi Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Propinsi
Merupakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan di level
propinsi untuk pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
b) Pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang telah
terbentuk
Pada tahap ini, propinsi melakukan pembinaan teknis pada
pokjanal/forum peduli kesehatan pada di propinsi yang sudah
terbentuk agar dapat aktif yang ditandai dengan adanya rencana
operasional kegiatan serta mendorong terbentuknya pokjanal Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif di Kab./Kota pada provinsi yang
bersangkutan.
c) Pemantauan pelaksanaan kegiatan aktivasi Kelompok Kerja
Operasional UKBM atau forum Peduli Kesehatan
Promosi Kesehatan propinsi melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan koordinasi, pembinaan yang telah dilakukan
serta membuat laporan kepusat tentang kelompok kerja operasional
UKBM atau forum peduli kesehatan yang terbentuk pada tahun yang
bersangkutan dilampirkan dengan rencana oparasional kegiatannya.
3) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kabupaten/Kota
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Propinsi melakukan peningkatan
kapasitas sebagai berikut:
- Sasaran: tenaga promosi kesehatan di kabupaten/kota, dengan
memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Advokasi..
- Sasaran: tenaga puskesmas, dengan memberikan Pelatihan Promosi
Kesehatan di Puskesmas serta Pelatihan Komunikasi Perubahan
Perilaku
- Sasaran: Bidan/Kader di UKBM, dengan memberikan Orientasi
Pemberdayaan Masyarakat.
c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan untuk UKBM
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pelaksanaan advokasi penggunaan Dana Desa untuk UKBM
Pada tahap ini merupakan proses advokasi yang dilakukan oleh
promosi kesehatan di kabupaten kepada bupati dan BPMPD terkait
penggunaan dana desa. Proses advokasi secara intens sampai
dengan keluarnya kebijakan kepala daerah kabupaten tentang
kebijakan penggunaan dana desa.
b) Pendapingan teknis kepada Petugas Promosi Kesehatan
di Puskesmas
Pada tahap ini, promosi kesehatan kabupaten meberikan pemahaman
teknis kepada promosi kesehatan di puskesmas tentang kegiatan
pemberdayaan masyarakat di Desa. Petugas Puskesmas diharapkan
dapat melakukan advokasi kepada kepala desa dan tenaga
pendamping di tentang penggunaan dana desa untuk UKBM yang
didukung dengan kebijakan kepala daerah kabupaten tentang
prioritas penggunaan dana desa.
2) Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan
dalam peningkatan perilaku sehat
Tahapan kegiatan dalam Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM
atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat adalah:
a) Koordinasi Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat
Kab./Kota
Merupakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan di level
kabupaten/kota untuk pemantauan perkembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
b) Penggalangan Komitmen pemegang kepentingan
Promosi Kesehatan melakukan penggalangan komitmen pemangku
kepentingan untuk membentuk kelompok kerja operasional UKBM
yang belum terbentuk dalam rangka meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
c) Pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang telah
terbentuk
Pada tahap ini, kabupaten bersama melakukan pembinaan teknis
pada pokjanal/forum peduli kesehatan pada di kabupaten/kota yang
sudah terbentuk agar dapat aktif yang ditandai dengan adanya
rencana operasional kegiatan.
d) Pemantauan pelaksanaan kegiatan aktivasi Kelompok Kerja
Operasional UKBM atau forum Peduli Kesehatan
Promosi Kesehatan kabupaten melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan penggalangan komitmen, koordinasi,
pembinaan yang telah dilakukan serta membuat laporan kepusat
tentang kelompok kerja operasional UKBM atau forum peduli
kesehatan yang terbentuk pada tahun yang bersangkutan dilampirkan
dengan rencana oparasional kegiatannya.
4) Refreshing Tenaga Kader UKBM
Merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kader dalam pengembangan UKBM. Refreshing dilakukan oleh
Puskesmas kepada kader-kader UKBM di lingkungannya.
4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
Dalam rangka pencapaian indikator ini, perlu disusun rencana aksi kegiatan baik
untuk level pusat, provinsi, maupun di tingkat kabupaten/kota.
a. Direktorat Promosi Kesehatan.
1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan
Tahapan kegiatan dalam melakukan kerjasama adalah:
a) Penetapan kriteria dunia usaha/perusahaan yang berpotensi untuk
menjalin kerjasama dalam program kesehatan.
Penetapan kriteria ini akan menjadi acuan bagi seluruh pihak sehingga
dapat menjadi rambu/prasyarat perlu tidaknya kerja sama dilakukan
sehingga terhindar dari munculnya masalah yang bersifat
kontraproduktif terhadap keberlangsungan program-program
kesehatan.
b) Pendataan terhadap seluruh perusahaan yang memliki kepedulian
terhadap program kesehatan, baik pada skala nasional maupun lokal.
c) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran calon mitra
Setelah mendapatkan data seluruh perusahaan yang memiliki
kepedulian terhadap program kesehatan, selanjutnya dirumuskan
tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra.
d) Penggalangan Komitmen dengan Dunia Usaha potensial
Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan
ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak
bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan
kemitraan.Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam
bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya
dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah
menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan
menggunakan media penyampai gagasan. Penyiapan bentuk/format
kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
e) Merumuskan rencana kerjasama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis,
kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana
kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan
acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik
merumuskan rencana kerjasama adalah:
 Kejelasan Tujuan
 Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan
 Kejelasan Alokasi Sumber Daya
 Kejelasan Waktu Pelaksanaan
Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam
merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama.
f) Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan
dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan
proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau
pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang
penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-
kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai
kerjasama (kemitraan).
g) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha baik
di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk
mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b)
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara Cross Sectional pada saat-saat tertentu setelah
program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat
dari sisi perkembangan lingkungan strategis.Alat untuk pemantauan
dan evaluasi adalah sistem informasi
2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi
Penyiapan tenaga promosi kesehatan untuk peningkatan kemampuan
aspek komunikasi dalam konteks menjalin kerjasama dengan dunia
usaha.
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi.
1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan
Tahapan kegiatan dalam melakukan kerjasama adalah:
a) Pendataan terhadap seluruh perusahaan yang memliki kepedulian
terhadap program kesehatan.
Pendataan dilakukan selain memiliki kepedulian terhadap program
kesehatan, juga harus sesuai dengan kriteria calon mitra yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
b) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran calon mitra
Setelah mendapatkan data seluruh perusahaan yang memiliki
kepedulian terhadap program kesehatan, selanjutnya dirumuskan
tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra.
c) Penggalangan Komitmen dengan Dunia Usaha potensial
Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan
ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak
bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan
kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam
bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja.Kesepakatan sebaiknya
dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah
menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan
menggunakan media penyampai gagasan. Penyiapan bentuk/format
kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
d) Merumuskan rencana kerjasama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis,
kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana
kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan
acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik
merumuskan rencana kerjasama adalah:
 Kejelasan Tujuan
 Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan
 Kejelasan Alokasi Sumber Daya
 Kejelasan Waktu Pelaksanaan
Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam
merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama.
e) Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan
dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan
proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau
pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang
penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-
kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai
kerjasama (kemitraan).
f) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha baik
di tingkat Propinsi
Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk
mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b)
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah
program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
berakhirnya program kemitraan.Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat
dari sisi perkembangan lingkungan strategis.Alat untuk pemantauan
dan evaluasi adalah sistem informasi
2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kabupaten/Kota
Penyiapan tenaga promosi kesehatan di tingkat kabupaten/kota dalam
aspek keterampilan berkomunikasi kepada perusahaan-perusahaan
sehingga program-program kesehatan dapat dipahami secara baik
c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan
Tahapan kegiatan dalam melakukan kerjasama adalah:
a) Pendataan terhadap seluruh perusahaan yang memliki kepedulian
terhadap program kesehatan.
Pendataan dilakukan selain memiliki kepedulian terhadap program
kesehatan, juga harus sesuai dengan kriteria calon mitra yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
b) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran calon mitra
Setelah mendapatkan data seluruh perusahaan yang memiliki
kepedulian terhadap program kesehatan, selanjutnya dirumuskan
tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra.
c) Penggalangan Komitmen dengan Dunia Usaha potensial
Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan
ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak
bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan
kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam
bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya
dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah
menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan
menggunakan media penyampai gagasan.Penyiapan bentuk/format
kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
d) Merumuskan rencana kerjasama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis,
kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana
kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan
acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik
merumuskan rencana kerjasama adalah:
 Kejelasan Tujuan
 Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan
 Kejelasan Alokasi Sumber Daya
 Kejelasan Waktu Pelaksanaan
Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam
merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama.
e) Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan
dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan
proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau
pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang
penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-
kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai
kerjasama (kemitraan).
f) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha baik
di tingkat Kabupaten/Kota.
Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk
mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b)
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah
program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat
dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan
dan evaluasi adalah sistem informasi
5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan
Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi
kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama
di berbagai tingkatan.
a. Direktorat Promosi Kesehatan.
1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi Kemasyarakatan di Bidang
Kesehatan.
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Penetapan kriteria organisasi kemasyarakatan yang berpotensi untuk
menjalin kerjasama dalam program kesehatan.
Penetapan kriteria organisasi kemasyarakatan dimaksudkan untuk
menjaring organisasi kemasyarakatan yang akan bekerjasama dengan
kementerian kesehatan, dengan tujuan pelaksanaan kerjasama
khususnya dibidang kesehatan dapat berjalan dengan efektif.
b) Pengklasifikasian ruang lingkup program kesehatan yang selama ini
dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan
Pada tahap ini, pusat melakukan analisis atas hasil evaluasi terhadap
program kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini oleh organisasi
kemasyarakatan yang selanjutnya menetapkan ruang lingkup program
kesehatan yang akan dilaksankanakan berikutnya sesuai dengan arah
kebijakan Kementerian Kesehatan.
c) Pertemuan dengan organisasi kemasyarakatan potensial untuk tingkat
nasional.
Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan
ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak
bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan
kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam
bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya
dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah
menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan
menggunakan media penyampai gagasan. Penyiapan bentuk/format
kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
d) Merumuskan rencana kerjasama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis,
kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana
kerjasama. Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan
acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik
merumuskan rencana kerjasama adalah:
 Kejelasan Tujuan
 Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan
 Kejelasan Alokasi Sumber Daya
 Kejelasan Waktu Pelaksanaan
Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam
merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama.
e) Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan
dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan
proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.
Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah
sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-kesepakatan yang telah
dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan).
f) Pembinaan Teknis pada Organisasi Kemasyarakatan yang telah
bekerjsama
Pemberian bimbingan teknis secara berkesinambungan kepada ormas-
ormas bidang kesehatan baik secara nasional maupun lokal sehingga
ormas-ormas dapat melaksanakan program-program kesehatan secara
efektif sesuai sasaran yang diharapkan.
g) Evaluasi pelaksanaan program-program kesehatan yang dilakukan oleh
ormas baik untuk tingkat pusat, propinsi, maupun Kabupaten/Kota.
Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk
mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b)
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah
program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat
dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan
dan evaluasi adalah sistem informasi.
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi.
1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi Kemasyarakatan di Bidang
Kesehatan.
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pendataan terhadap organisasi kemasyarakatan sesuai dengan kriteria
calon mitra sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan.
b) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran dari para calon mitra
Setelah mendapatkan data seluruh organisasi kemasyarakatan yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan,
selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan
dari para calon mitra.
c) Penggalangan Komitmen dengan Organisasi Kemasyarakatan
potensial
Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan
ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak
bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan
kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam
bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya
dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah
menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan
menggunakan media penyampai gagasan.Penyiapan bentuk/format
kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
d) Merumuskan rencana kerjasama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis,
kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana
kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan
acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik
merumuskan rencana kerjasama adalah:
 Kejelasan Tujuan
 Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan
 Kejelasan Alokasi Sumber Daya
 Kejelasan Waktu Pelaksanaan
Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam
merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama.
e) Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan
dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan
proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau
pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang
penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-
kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai
kerjasama (kemitraan).
f) Pembinaan Teknis pada Organisasi Kemasyarakatan yang telah
bekerjsama
Pemberian bimbingan teknis secara berkesinambungan kepada ormas-
ormas bidang kesehatan di tingkat propinsi sehingga ormas-ormas
dapat melaksanakan program-program kesehatan secara efektif sesuai
sasaran yang diharapkan.
g) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan organisasi
kemasyarakatan.
Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk
mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b)
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara Cross Sectional pada saat-saat tertentu setelah
program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat
dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan
dan evaluasi adalah sistem informasi.
c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi Kemasyarakatan di Bidang
Kesehatan.
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
h) Pendataan terhadap organisasi kemasyarakatan sesuai dengan kriteria
calon mitra sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan.
i) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran dari para calon mitra
Setelah mendapatkan data seluruh organisasi kemasyarakatan yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan,
selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan
dari para calon mitra.
j) Penggalangan Komitmen dengan Organisasi Kemasyarakatan
potensial
Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan
ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak
bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan
kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam
bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya
dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah
menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan
menggunakan media penyampai gagasan.Penyiapan bentuk/format
kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
k) Merumuskan rencana kerjasama
Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis,
kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana
kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan
acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik
merumuskan rencana kerjasama adalah:
 Kejelasan Tujuan
 Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan
 Kejelasan Alokasi Sumber Daya
 Kejelasan Waktu Pelaksanaan
Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam
merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama.
l) Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan
dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan
proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau
pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang
penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-
kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai
kerjasama (kemitraan).
m) Pembinaan Teknis pada Organisasi Kemasyarakatan yang telah
bekerjsama
Pemberian bimbingan teknis secara berkesinambungan kepada
ormas-ormas bidang kesehatan di tingkat propinsi sehingga ormas-
ormas dapat melaksanakan program-program kesehatan secara
efektif sesuai sasaran yang diharapkan.
n) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan organisasi
kemasyarakatan.
Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk
mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai,
(b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah
program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat
apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif
dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk
pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi.
6. Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada
masyarakat
Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana
aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas
utama di berbagai tingkatan.
a. Direktorat Promosi Kesehatan
1) KIE kepada Masyarakat melalui berbagai Saluran Media
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pengembangan Strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi Kesehatan merupakan proses perencanaan,
taktik dan cara yang akan digunakana untuk menyampaikan pesan
kesehatan melalui saluran/media tertentu yang diharapkan dapat
mendukung pembangunan kesehatan. Pusat mengembangkan
strategi komunikasi berdasarkan isu permasalahan kesehatan yang
berkembang. Sebelum menetapkan strategi komunikasi yang akan
digunakan secara nasional, pusat melakukan ujicoba terhadap
strategi komunikasi yang dibuat.
b) Pelaksananaan KIE Kesehatan kepada Masyarakat melalui berbagai
saluran media
Tahap ini merupakan tahap penyebarluasan informasi dan edukasi
kepada masyarakat luas melalui berbagai saluran media.
2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi
Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi
kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang
Pengelolaan Media. Diharapkan petugas promosi kesehatan di propinsi
dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Media kepada petugas
promosi kesehatan di kabupaten/kota.
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
1) KIE kepada Masyarakat melalui berbagai Saluran Media
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pelaksananaan KIE Kesehatan kepada Masyarakat melalui berbagai
saluran media
Berdasarkan strategi komunikasi yang sudah dibuat oleh pusat,
daerah mengembangkan media sesuai dengan spesifik lokal daerah.
2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kabupaten Kota
Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Provinsi melakukan peningkatan
kapasitas tenaga promosi kesehatan di kabupaten/kota dengan
memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Pengelolaan Media.
c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) KIE kepada Masyarakat melalui berbagai Saluran Media
Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
sebagai berikut:
a) Pelaksananaan KIE Kesehatan kepada Masyarakat melalui berbagai
saluran media
Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota mengembangkan media KIE
sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada dan
mengembangkan media sesuai dengan spesifik local dan selanjutnya
melaksanakan KIE kepada masyarakat melalui berbagi saluran
media.
7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585 tahun 2007, kegiatan
promosi kesehatan di puskesmas terbagi atas:
a) Promosi Kesehatan di Dalam Gedung
b) Promosi Kesehatan di Luar Gedung (Kunjungan Rumah, Pemberdayaan
Masyarakata berjenjang dan Pengorganisasian Masyarakat)
c) Pemantauan dan Evaluasi
Berdasarkan hal tersebut diatas maka arah kegiatan Promosi Kesehatan di
Puskesmas tahun 2015 – 2019 adalah:
a) Penyebarluasan Informasi di dalam dan luar gedung Puskesmas
b) Refreshing atau Orientasi Kader oleh Petugas Puskesmas
c) Kunjungan Rumah dalam Upaya Kesehatan Perorangan
d) Promosi Kesehatan untuk Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
- Pembinaan oleh Petugas Puskesmas kepada Bidan, Kader Desa, Toma
dan Toga
- Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Pertemuan Desa
- Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Survey Mawas Diri serta
Pengolahan dan Analisis Data Hasil SMD
- Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Musyawarah Masyarakat Desa
e) Advokasi kepada Kepala Desa/Lurah dalam rangka Penggunaan Dana Desa
untuk Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan
f) Penggalangan Kemitraan dengan Dunia Usaha dan Ormas Potensial di
tingkat Kecamatan
g) Pengembangan Intervensi Promosi Kesehatan spesifik lokal
h) Pelaksanaan Kampanye Hidup Sehat ke Sekolah
i) Pembinaan UKS/Dokter Kecil
j) Monitoring
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang
merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama di berbagai
tingkatan.
a. Direktorat Promosi Kesehatan
Pada level pusat, upaya yang dilakukan adalah untuk mendorong
pembiayaan kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas melalui anggaran
BOK
b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi
Promosi Kesehatan Provinsi melakukan bimbingan teknis ke Dinas
Kesehatan Kab./Kota terkait pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan
Promosi Kesehatan di Puskesmas
c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Mendorong agar Kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas menjadi
prioritas dalam penyusunan perencanaan dan anggaran dengan
sumberdana melalui BOK.
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Dalam siklus manajemen, pemantauan dan evaluasi merupakan unsur penting
yang memberi input balik bagi perencanaan, karena evaluasi dapat menilai kinerja
sebuah organisasi dalam satu kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut diharapkan arah program dan kebijakan yang dituangkan ke dalam
kegiatan akan mampu memenuhi tujuan organisasi dan keinginan pemangku
kepentingan.
Sehingga untuk memperoleh hasil yang diinginkan maka pemantauan dan evaluasi
harus dilakukan secara terintegrasi sejak perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi yang
sifatnya terintegrasi ini akan dapat menyimpulkan secara utuh, berhasil tidaknya
suatu kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing fungsi yang berperan.
Konsistensi dan komitmen sejak dari perencanaan, penganggaran,
pengorganisasian, dan pelaksanaan program/kegiatan, penting untuk dipahami
oleh para evaluator. Evaluator bertugas untuk mendeteksi berbagai kekurangan
dan penyimpangan yang ada, yang dapat diidentifikasi melalui pemantauan
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, serta evaluasi terhadap program
dan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Pemantauan dan Evaluasi merupakan komponen perencanaan yang sangat
penting, sebagai alat (Tools) yang mengontrol kinerja perencanaan yang dilakukan
di suatu wilayah terntentu. Suatu program dan kegiatan pada dasarnya memiliki
tujuan umum dan rencana aksi yang saling terkait. Oleh karena itu, diperlukan
pemantauan dan evaluasi, sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal.
Pemantauan dan evaluasi mengekstraksi informasi yang relevan dari masa lalu,
aktivitas yang sedang dilakukan saat ini yang dapat dijadikan feedback untuk
program, kegiatan dan rencana aksi dimasa yang akan datang. Pemantauan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan selama proses perencanaan tersebut
dilakukan. Pemantauan merupakan suatu proses kegiatan reviu terhadap
keberhasian tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan
yang dilakukan pada akhir proses perencanaan, yaitu melakukan review terhadap
output, outcome dan kesesuaian tujuan dengan capaian hasil dari pelaksanaan
program, kegiatan, dan rencana aksi.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk (a) mendapatkan informasi
mengenai perkembangan pelaksanaan program/kegiatan/rencana aksi yang
direalisasikan berdasarkan perencanaan; (b) mengidentifikasi dan
menginventarisasi permasalahan dari aspek teknis maupun administrasi serta
upaya pemecahan yang akan/telah dilakukan; (c) mengevaluasi hasil pelaksanaan
program/kegiatan/rencana aksi khususnya berkaitan dengan visi, misi, tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja (Performance Indicators) merupakan ukuran mengenai masukan,
keluaran, hasil dan dampak dari kegiatan yang dilakukan. Adapun jenis indikator
kinerja yang digunakan meliputi :
1. Indikator kuantitatif, yaitu suatu indikator yang berupa angka atau
persentase. Hal ini digunakan untuk mengukur penilaian terhadap
signifikansi outcome dari suatu kegiatan yang membutuhkan data baik dalam
angka mupun persentase.
2. Indikator kualitatif, menyatakan penilaian yang bersifat kualitatif berupa
pengertian tentang perubahan yang terjadi, yaitu :
a. Mengukur persepsi
b. Menggambarkan perubahan perilaku
Tingkat ukuran kinerja yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan, meliputi 4 (empat) hal, yaitu :
1. Indikator dampak (impact). Indikator ini emnunjukkan pengaruh, baik positif
maupun negatif yang ditimbulkan akibat pelaksanaan kegiatan yang telah
dilaksanakan.
2. Indikator hasil (outcome). Indikator ini digunakan untuk mengukur capaian
dari berbagai kegiatan dalam suatu program yang telah selesai
dilaksanakan. Indikator ini mencerminkan berfungsinya keluaran berbagai
kegiatan pada jangka menengah.
3. Indikator keluaran (output). Indikator ini digunakan untuk mengukur keluaran
yang langsung dihasilkan dari suatu pelaksanaan kegiatan, baik fisik maupun
nonfisik.
4. Indikator masukan (input). Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya yang
dipergunakan seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material dan
masukan lain yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Tabel 4.1 Contoh Instrumen Pemantauan dan Evaluasi
No Uraian Keterangan
1 Arah Kebijakan
2 Sasaran
3 Kegiatan
4 Instrumen:
Data yang dibutuhkan
Metode yang digunakan
Sumber data
5 Teknis analisis
Tabel 4.2 Contoh Lembar kerja monitoring dan evaluasi
No Uraian Hasil Pemantauan dan Evaluasi
1 Program
2 Sasaran
3 Kegiatan
4 Lokasi
5 Volume
6 Uraian hasil implementasi kegiatan
7 Penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan
8 Permasalahan pada saat pelaksanaan
kegiatan
9 Penyelesaian masalah pada saat
pelaksanaan kegiatan
10 Kesesuaian implementasi dengan
perencanaan
11 Kesesuaian implementasi kegiatan dengan
visi, misi, tujuan dan sasaran
12 Rekomendasi
BAB V
PENUTUP
Rencana Aksi Nasional Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
merupakan pedoman bagi semua pihak dalam melakukan pembangunan
kesehatan dan gizi masyarakat di Indonesia. Koordinasi dan sinkronisasi program
promosi kesehatan antara para pemangku kepentingan merupakan kunci
keberhasilan terlaksananya Rencana Aksi Nasional Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Diperlukan komitmen bersama antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat
untuk menciptakan Generasi Bangsa yang berkualitas melalui pembangunan
kesehatan dan gizi masyarakat.
Dengan adanya Rencana Aksi Nasional Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat menyusun program
dan kegiatan secara terintegrasi dan berkesinambungan sehingga peningkatan
kesehatan masyarakat dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil
yang optimal. Dukungan dari berbagai pihak, baik Lembaga di tingkat Nasional,
pihak swasta maupun Lembaga Internasional sangat diharapkan, karena dengan
banyaknya dukungan dan kerjasama yang lebih baik, maka upaya pembangunan
dan peningkatan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri dapat cepat
terwujud.

More Related Content

Similar to RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf

Langkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmdLangkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmdNova Ci Necis
 
ppt kel promkes 3.pdf
ppt kel promkes 3.pdfppt kel promkes 3.pdf
ppt kel promkes 3.pdfpejuangnurse
 
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptxPrinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptxRafliAidillah1
 
Contoh askep komunitas
Contoh askep komunitasContoh askep komunitas
Contoh askep komunitasDwi Yulien
 
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdfBahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdfayusthea1
 
Penerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan KesehatanPenerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan KesehatanMuhammad Idham Rahman
 
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptxPrinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptxAndrianSenoputra
 
Tamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.ppt
Tamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.pptTamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.ppt
Tamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.pptTamrinlaTaangi
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatTini Wartini
 
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1desyanggraini10
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangantitisdwina
 
Phbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembanganPhbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembanganHarris Clp
 
Primary health care (prin)
Primary health care (prin)Primary health care (prin)
Primary health care (prin)Ainur
 

Similar to RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf (20)

60781876 promosi-kesehatan
60781876 promosi-kesehatan60781876 promosi-kesehatan
60781876 promosi-kesehatan
 
Langkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmdLangkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmd
 
ppt kel promkes 3.pdf
ppt kel promkes 3.pdfppt kel promkes 3.pdf
ppt kel promkes 3.pdf
 
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptxPrinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
 
Contoh askep komunitas
Contoh askep komunitasContoh askep komunitas
Contoh askep komunitas
 
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdfBahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
 
Penerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan KesehatanPenerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
Penerapan Promosi dan Pendidikan Kesehatan
 
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptxPrinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer dan SKN 2020.pptx
 
Tamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.ppt
Tamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.pptTamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.ppt
Tamrin.; Strategi pendekatan promosi kesehatan.ppt
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
 
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02
 
Makalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakatMakalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakat
 
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02
 
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1
Contohlaporankomunitas 130104080011-phpapp02-1
 
Promosi kesehatan nasional
Promosi kesehatan nasional Promosi kesehatan nasional
Promosi kesehatan nasional
 
pedoman-pelayanan-ukp.docx
pedoman-pelayanan-ukp.docxpedoman-pelayanan-ukp.docx
pedoman-pelayanan-ukp.docx
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
 
Phbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembanganPhbs pedoman pengembangan
Phbs pedoman pengembangan
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
 
Primary health care (prin)
Primary health care (prin)Primary health care (prin)
Primary health care (prin)
 

Recently uploaded

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 

Recently uploaded (12)

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 

RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN.pdf

  • 1.
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan promosi kesehatan. Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti: 1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build Healthy Public Policy). Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan disemua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dan menerima tanggung jawab atas lahirnya kebijakan-kebijakan mengenai kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan ketersediaan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan. 2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environments). Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio- ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus menjadi tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara
  • 3. masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat. terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. 3. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (Strengthen Community Actions). Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. 4. Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skills). Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan secara mandiri, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas.
  • 4. 5. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services). Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi diantara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah promosi kesehatan, disamping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan harus menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan. 6. Bergerak ke masa depan (Moving Into The Future). Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan utama. Berdasarkan uraian hasil Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa tersebut secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Promosi Kesehatan merupakan suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali atas kesehatannya dan meningkatkan status kesehatan mereka. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri.
  • 5. Dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2013, Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Promosi Kesehatan telah ditetapkan 3 (tiga) indikator dalam mencapai sasaran hasil program: 1. Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS 2. Persentase Desa Siaga Aktif 3. Jumlah Pos Kesehatan Desa Beroperasi Adapun pencapaian target indikator selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut:
  • 6. Tabel 1.1. Target dan Capaian Indikator 2010-2014 Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 T R C T R C T R C T R C T R C Poskesdes yang Beroperasi 70 52.279 74,7% 72 52.85 73,4% 55.5 54.142 97,6% 57 54.731 96% 58.5 55.517 94.90% Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS 50% 50,1% 100% 55% 53,9 % 98% 60% 56,5% 94,2% 65% 55% 84,7% 70% 56.60% 80.80% Desa Siaga Aktif 15% 16% 100% 25% 32,3 % 100% 40% 65,3% 100% 67% 67,1% 100% 70% 65.30% 93.30% Ket *) : Laporan Provinsi per 21 Januari 2015 Tabel diatas menunjukan pencapaian indikator kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan belum tercapai secara maksimal selama kurun waktu 2010 s.d. 2014.
  • 7. 2. Permasalahan Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator tersebut sebagai berikut : 1. Indikator lebih bersifat dampak khususnya PHBS sehingga sangat sulit diukur 2. Kurangnya tanggung jawab nyata pemerintah daerah dalam memprioritaskan upaya promotif preventif. 3. Keterbatasan tenaga promosi kesehatan yang ada di Puskesmas baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. 4. Alokasi pembiayaan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat sangat terbatas. 5. Indikator kegiatan khususnya PHBS sangat dipengaruhi oleh berbagai determinan diluar sektor kesehatan sehingga penanganannya memerlukan dukungan lintas sektor. 6. Rendahnya pemahaman dan keterampilan masyarakat. 7. Kurangnya pemanfaatan dana DAK, BOK, Pajak Rokok dan sumber pembiayaan lain yang dialokasikan Pemerintah Pusat untuk pembiayaan promosi kesehatan di daerah. 3. Rencana Tindak Lanjut Sehubungan dengan permasalahan-permasalah tersebut, tantangan ke depan yang harus dilakukan oleh promosi kesehatan sebagai berikut: 1. Menetapkan indikator yang tidak bersifat impact 2. Mengoptimalkan upaya advokasi untuk menggalang komitmen pemegang keputusan di daerah untuk memprioritaskan upaya promotif dan preventif 3. Meningkatkan peran sektor lain dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan 4. Meningkatkan partisipasi serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan 5. Mengembangkan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan di Desa (UKBM)
  • 8. 6. Mengintensifkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan kepada masyarakat. 7. Meningkatkan pembiayaan promosi kesehatan
  • 9. BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET INDIKATOR KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN 1. Arah Kebijakan Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah dijelaskan bahwa arah kebijakan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah : 1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia yang berkualitas 2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat 3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas 5. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 6. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas 7. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas 8. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan 9. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan 10. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan 11. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat 12. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi 13. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan 14. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
  • 10. 2. Road Map Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan tahun 2015 – 2019  Tahap I (Tahun 2015 dan 2016) Fokus pada Penataan dan Penguatan Penataan merupakan upaya untuk melakukan review atas berbagai hal yang selama ini telah dilakukan terutama yang berhubungan dengan aspek internal, diantaranya: SDM, Tata Kerja, dan Angggaran. Selain itu juga penataan juga dimaksudkan untuk melihat kembali berbagai program kerja atau kegiatan yang telah dilaksanakan. Dengan melakukan penataan ini diharapkan akan terlihat kondisi kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini. Setelah dilakukan penataan, langkah selanjutnya adalah dimulainya proses penguatan. Konteks penguatan dalam hal ini adalah berbagai upaya yang perlu segera dilakukan untuk memperkuat sumber daya yang ada, termasuk juga memperkuat program kerja/kegiatan yang selama ini telah memberikan dampak pada pencapaian sasaran/tujuan.  Tahap II (Tahun 2017 dan 2018) Fokus pada Penguatan dan Pengembangan Memasuki tahun ketiga dimana telah berada pada tahap kedua dari road map, dapat dijelaskan bahwa upaya penguatan pada tahap ini merupakan kelanjutan dari penguatan pada tahap pertama. Dalam konteks ini, penguatan diarahkan untuk dimulainya proses pengembangan. Pada tahap ini, pemenuhan SDM baik dalam aspek kualitas dan kuantitas telah dapat dipenuhi agar dapat menstimulus lahirnya inovasi dan kreatifitas (ide-ide baru) yang sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan. Proses pengembangan lebih ditekankan pada perluasan cakupan serta intensifikasi dan peningkatan program kerja/kegiatan. Diharapkan pada tahap kedua ini, budaya perilaku sehat masyarakat sudah semakin terbentuk, sehingga masyarakat dapat secara aktif dan sadar ikut terlibat dalam upaya meningkatkan perilaku sehat.
  • 11.  Tahap III (Tahun 2019) Fokus pada Pemantapan Pada tahap ini diharapkan pengelolaan program kerja/kegiatan berwawasan kesehatan telah dikelola secara terintegrasi. Selain itu, masyarakat dapat dengan mudah dan cepat memperoleh berbagai informasi mengenai program kerja/kegiatan yang dapat mendukung terciptanya budaya perilaku sehat. Tabel 2.1 Road Map Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan tahun 2015 – 2019 FOKUS TAHAP I (2015-2016) TAHAP II (2017-2018) TAHAP III (2019) PENATAAN DAN PENGUATAN PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN SASARAN KEBIJAKAN • Pembenahan data base mitra yang ada dan kebijakan publik berwawasan kesehatan serta peningkatan mitra potensial • Perluasan mitra di seluruh wilayah • Pengelolaan mitra kerja yang profesional • Pemenuhan kebutuhan tata Kerja • Pengembangan sistem informasi yang cepat, tepat, dan akurat • Pengelolaan sistem informasi yang andal • Kualitas SDM yang memadai • Pemenuhan SDM baik kualitas dan kuantitas • SDM profesional • Ketersediaan anggaran untuk program/kegiatan prioritas • Ketersediaan Tata kerja yang andal • Meningkatkan fungsi koordinasi lintas program • Evaluasi efektifitas program kerja yang telah berjalan • Melakukan kajian terhadap upaya pengembangan program kerja • Menjaga kesinambungan jejaring kemitraan • Membangun profil mitra dan kebijakan publik berwawasan kesehatan (direktori) • Membangun jejaring kemitraan • Memanfaatkan teknologi sistem informasi secara optimal • Analisis kebutuhan sistem Informasi • Menyediakan sistem informasi sesuai kebutuhan • Melaksanakan manajemen SDM berbasis kompetensi • Identifikasi dan penyusunan tata kerja (NSPK) • Membentuk pokjanal UKBM dan forum peduli kesehatan di seluruh wilayah indonesia • Membentuk pokjanal UKBM dan forum peduli kesehatan di seluruh wilayah indonesia • Optimalisasi sumber daya yang Ada • Memperkuat perencanaan SDM dan Meningkatkan peran diklat • Membentuk pokjanal UKBM dan forum peduli kesehatan di seluruh wilayah indonesia • Memastikan tata kerja yang ada telah sesuai dengan best practice
  • 12. 3. Tujuan dan Sasaran Selaras dengan sasaran Kementerian Kesehatan sebagaimana tertuang dalam Perencanaan Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019 dan menjawab tantangan kedepan dimana masih rendahnya cakupan rumah tangga ber perilaku sehat, meningkatnya beban ganda dengan masalah PTM, gizi, pembiayaan kesehatan melalui BPJS meningkat serta transisi demografi dimana meningkatnya kelompok lansia, maka tujuan yang ditetapkan adalah :  Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat  Meningkatnya pembiayaan kegiatan promotive dan preventif  Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka sasaran dari Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah :  Koordinasi, Sosialisasi, Advokasi, dalam rangka Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.  NSPK Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang diterbitkan Adanya peran serta masyarakat untuk mendukung pembangunan kesehatan.  SDM yang ditingkatkan kapasitasnya di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.  Bimbingan Teknis dan Evaluasi Promosi Kesehatan.  Sistem Informasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat  Dukungan Layanan Manajemen 4. Strategi Utama Pencapaian Target Berdasarkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, maka perludisusun/ditetapkan 6 (enam) strategi utama dalam upaya pencapaian fokus tersebut yaitu: 1. Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan; 2. Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan;
  • 13. 3. Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan antara lembaga pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani; 4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), upaya kesehatan berbasis masyarakat dan pendidikan kesehatan masyarakat; 5. Peningkatan SDM promosi kesehatan; dan 6. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan. Untuk melihat pelaksanaan strategi utama diatas, maka perlu ditetapkan 7 (tujuh) indikator kinerja kegiatan (IKK) sebagai ukuran atas pencapaian arah kebijakan dalam RPJMN 2015-2019, yaitu: 1. Jumlah Kebijakan publik berwawasan kesehatan 2. Persentase kabupaten/kota yang telah memiliki kebijakan PHBS 3. Persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10% untuk UKBM. 4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan 5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan. 6. Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat. 7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan
  • 14. Tabel 2.2 Strategi Utama dan Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan tahun Arah Kebijakan RPJMN 2015-2019 Strategi Utama Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan 3. Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan antara lembaga pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani 4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), upaya kesehatan berbasis masyarakat dan pendidikan kesehatan masyarakat 5. Peningkatan SDM promosi kesehatan 6. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan 1. Kebijakan publik berwawasan kesehatan 2. Persentase kabupaten/kota yang telah memiliki kebijakan PHBS 3. Persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10% untuk UKBM 4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan 5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 6.Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat 7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan
  • 15. 5. Definisi Operasional Adapun Definisi Operasional Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan adalah: 1. Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan  Direktorat Promosi Kesehatan Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatanadalah jumlah kebijakan yang dibuat sektoral (K/L) berupa Peraturan Presiden/Peraturan Menteri/ Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri/Surat Keputusan Bersama Menteri yang mendukung kesehatan khususnya dalam upaya peningkatan perilaku sehat dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.  Dinas Kesehatan Provinsi Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatanjumlah kebijakan yang dibuat oleh oleh Dinas Kesehatan Provinsi maupun sektoral berupa Peraturan Gubernur, Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi yang mendukung kesehatan.  Dinas Kesehatan Kab./Kota Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatanjumlah kebijakan yang dibuat oleh oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun sektoral berupa Peraturan Bupati, Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang mendukung kesehatan. 2. Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS (%) adalah Persentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru pertahun (Kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun tersebut). Indikator ini merupakan indikator kumulatif dimana kabupaten/kota yang dihitung adalah kab./kota yang belum mengeluarkan kebijakan PHBS baru dengan kenaikan sebesar 10% per tahun.
  • 16. 3. Persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10% untuk UKBM adalah persentase desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10% untuk UKBM dalam rangka pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Indikator ini merupakan indikator kumulatif dimana persentase desa yang dihitung adalah desa yang memanfaatkan alokasi dana desa untuk UKBM dengan kenaikan sebesar 10% per tahun. 4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan  Direktorat Promosi Kesehatan Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan.  Dinas Kesehatan Provinsi Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan.  Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan. 5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan.  Direktorat Promosi Kesehatan Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah organisasi kemasyarakatan yang bekerjasama dengan
  • 17. Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.  Dinas Kesehatan Provinsi Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah organisasi kemasyarakatan yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.  Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah organisasi kemasyarakatan yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan. Indikator ini merupakan indikator kumulatif dimana jumlah organisasi kemasyarakatan yang dihitung adalah organisasi kemasyaratan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk program kesehatan dengan kenaikan sebesar 3 organisasi kemasyarakatan baru per tahun. 6. Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat adalah Jumlah pesan kesehatan prioritas yang disebarluaskan oleh Direktorat kepada masyarakat melalui berbagai media. Indikator ini merupakan indikator Pusat dimana pesan kesehatan yang diedukasi kepada masyarakat disesuaikan dengan kebijakan kesehatan yang prioritas pada tahun bersangkutan. 7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan adalah Persentase Puskesmas yang melaksanakan Advokasi, Kemitraan, Pemberdayaan Masyarakat (Individu, Keluarga dan Masyarakat) dan KIE dalam upaya peningkatan pembedayaan masyarakat.
  • 18. Tabel 2.3 Target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET 2015 2016 2017 2018 2019 1 Kebijakan Pubkik Berwawasan Kesehatan 3 3 3 3 3 2 Persentase Kabupaten/Kota yang telah memiliki Kebijakan PHBS 40% 50% 60% 70% 80% 3 Pesentase Desa yang memanfaatkan alokasi dana desa minimal 10% 10% 20% 30% 40% 50% 4 Jumlah Dunia Usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk Program Kesehatan 4 8 12 16 20 5 Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 3 6 9 12 15 6 Jumlah Tema pesan dalam komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat 10 10 10 10 10 Persetase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan 10% 20% 30% 40% 50% Tabel 2.3 di atas menjelaskan bahwa penetapan indikator kinerja kegiatan (IKK) dapat menjadi ukuran terhadap upaya pelaksanaan strategi utama dalam konteks pencapaian arah kebijakan yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2015 - 2019. Agar capaian kelima indikator (IKK) ini dapat diukur, perlu ditetapkan target tahunan yang akan dicapai. Selanjutnya dalam konteks pencapaian target-target tersebut, maka disusun kegiatan- kegiatan yang diperlukan. Kegiatan-kegiatan ini akan dirangkum ke dalam rencana aksi nasional dan akan menjadi acuan bagi seluruh pihak terkait baik ditingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dan promosi kesehatan pada layanan kesehatan. Sehingga rencana kerja yang akan disusun setiap tahunnya dapat lebih terarah dan sistematis sesuai arah kebijakan RPJMN 2015-2019.
  • 19. BAB III RENCANA AKSI INDIKATOR KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN Untuk memudahkan para pelaksana kegiatan promkes, maka perlu disusun rencana aksi dari setiap indikator kegiatan sebagaimana telah diuraikan pada BAB sebelumnya. Penyusunan rencana aksi merupakan bagian yang terpenting karena akan mempermudah dalam proses penyusunan rencana kerja dan anggaran yang dibutuhkan serta mempermudah dalam proses pemantauan dan evaluasi. Secara umum kegiatan-kegiatan utama yang dapat dilakukan dalam mencapai indikator kinerja kegiatan sebagai berikut : Tabel 3.1 Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan No Indikator Kinerja Kegiatan Utama Kegiatan 1 Kebijakan Publik Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Berwawasan Kesehatan Kesehatan dalam peningkatan Perilaku Sehat Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi 2 Persentase Kab/kota yang Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki memiliki Kebijakan PHBS kebijakan PHBS Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kab/Kota 3 Persentase Desa yang Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan Memanfaatkan Alokasi untuk UKBM Dana Desa minimal 10% Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum untuk UKBM peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas 4 Jumlah dunia usaha yang Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di memanfaatkan CSR-nya Bidang Kesehatan untuk program kesehatan Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas 5 Jumlah organisasi Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi kemasyarakatan yang Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan memanfaatkan sumber Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan dayanya untuk di Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas mendukung kesehatan 6 Jumlah tema pesan dalam KIE kepada Masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi, informasi dan Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan edukasi kepada di Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas 7 Persentase Puskesmas Mendorong pembiayaan kegiatan Promosi Kesehatan yang mampu dan Pemberdayaan Masyarakat melalui menu DAK melaksanakan promosi Kesehatan
  • 20. Kegiatan-kegiatan utama tersebut diatas selanjutnya dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat baik pada level pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. 1. Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama diberbagai tingkatan. a. Direktorat Promosi Kesehatan 1) Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Kesehaan dalam peningkatan Perilaku Sehat Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan Pada tahap ini merupakan langkah persiapan dalam setiap melakukan advokasi kebijakan kesehatan, baik dilakukan secara sendiri maupun oleh tim khusus. Penjajakan ini akan memberikan informasi penting tentang berbagai permasalahan kesehatan yang dihapapi masyarakat, faktor-faktor penyebabnya dan sumberdaya yang dapat dimobiliasi untuk mendukung terwujudnya kebijakan publik berwawasan kesehatan. Langkah-langkah dalam penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan:  Pengumpulan data sekunder Data sekunder merupakan data tentang situasi kesehatan masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan kesehatan dan kebijakan anggaran kesehatan.  Pengumpulan data primer Data primer merupakan semua informasi yang belum tersaji dalam tulisan, film, suara tetapi masih tersimpan di masing-masing sumber data. Secara umum, pengelompokan jenis data dan informasi primer yang perlu digali yaitu kondisi umum kesehatan
  • 21. masyarakat; kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait; alokasi anggaran untuk sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang terkat; semua data dasar yang dibutuhkan untuk menghitung neraca kesehatan (Health Account) serta kerugian ekonomis (Economic Loss) akibat penyakit yang diderita masyarakat; data jumlah penduduk, demografi usia produktif, upah dan pendapatan rerata penduduk dan angkatan kerja, angka morbilitas, mortalitas dll; data etnografi kesehatan penduduk; peta partisipasi masyarakat selama ini dalam program pelayanan kesehatan; peta berbagai organisasi lokal yang bergerak di sektor kesehatan atau yang berkaitan, serta akses pelayanan kesehatan, akses informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat serta data lain yang terkait. b) Pengembangan Strategi Advokasi Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan strategi advokasi adalah:  Membentuk tim inti advokasi Tim ini berperan untuk melakukan kajian advokasi, penentuan dari isu strategis, perumusan sasaran advokasi, perancangan strategi dan teknik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan dukungan sumber daya yang dubutuhkan serta pemantauan seluruh proses, hasil dan dampak advokasi.  Menganalisis kebijakan publik Setelah tim inti advokasi terbentu, tugas yang dilakukan oleh tim adalah menganalisis kebijakan publik dengan tujuan untuk menemukan masalah-masalah tertentu yang terdapat dalam satu kebijakan publik dan membuka ruang bagi tindakan advokasi bidang kesehatan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan masyarakat. Seperti yang diketahui, masalah kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan faktor-faktor lainnya yang terkait.  Menetapkan isu strategis
  • 22. Setelah tim inti advokasi menganalisis kebijakan publik, selanjutnya menetapkan isu strategis dari advokasi kesehatan. Isu strategis merupakan perumusan jawaban terhadap sejumlah pertanyaan atau masalah kebijakan paling mendasar yang akan mempengaruhi kerja-kerja advokasi selanjutnya. Tolak ukur isu strategis yang akan diadvokasi adalah: - Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan dan menjadi perhatian masyarakat; - Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang dihadapi masyarakat; - Masalah mendesak dan sangat penting untuk diberi perhatian segera; - Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Jika dilakukan advokasi dan berhasil akan memberi dampak positif pada perubahan kebijakan publik  Merancang strategi dasar advokasi kesehatan Selanjutnya tim inti advokasi menetapkan startegi dasar advokasi yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan sasaran advokasi serta menetapkan waktu pelaksanaan advokasi  Pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi Hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media pendukung adalah: - Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi, jenis) media massa tersebut - Ketahui dengan kelas siapa khalayak sasaran (segmen pemirsa, pembaca, pelanggan) utama. - Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berurusan dengan media massa, tentukan pesan apa yang akan disampaikan, serta mengetahui data dan fakta-fakta yang mendukungnya. Sedangkan dalam mengemas isu advokasi untuk media massa yang perlu diperhatikan adalah: Mengandung unsur berita, aktual dan sesuai dengan isu advokasi - Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang
  • 23. - Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat - Dilengkapi dengan bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis dll) c) Pelaksanaan Advokasi Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap pengembangan dan penyusunan kebijakan publik berwawasan kesehatan. Tujuan : - Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang disampaikan oleh tim advokasi - Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu yang diangkat Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan sumberdaya dalam menyelesiakan isu yang diangkat d) Pemantauan dan Evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan Pada tahap ini merupakan tahap pemantauan dan evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan yang dikembangkan pada level pusat maupun daerah. Pusat selain melakukan pemantauan terhadap proses penyusunan kebijakan publik di level pusat juga melakukan pemantauan dan pemantapan advokasi pada level daerah dalam rangka percepatan pencapaian indikator kinerja kegiatan. Pada akhir tahun dilakukan evaluasi terhadap tahapan advokasi yang dilakukan serta implementasi kebijakan publik yang telah dilakukan pada 1 tahun sebelumnya. 2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Propinsi Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang Pengelolaan Advokasi. Diharapkan petugas promosi kesehatan
  • 24. di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Advokasi kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota. a. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi 1) Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Kesehaan dalam peningkatan Perilaku Sehat Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan Pada tahap ini merupakan langkah persiapan dalam setiap melakukan advokasi kebijakan kesehatan, baik dilakukan secara sendiri maupun oleh tim khusus. Penjajakan ini akan memberikan informasi penting tentang berbagai permasalahan kesehatan yang dihapapi masyarakat, faktor-faktor penyebabnya dan sumberdaya yang dapat dimobilisasi untuk mendukung terwujudnya kebijakan publik berwawasan kesehatan. Langkah-langkah dalam penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan:  Pengumpulan data sekunder Data sekunder merupakan data tentang situasi kesehatan masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan kesehatan dan kebijakan anggaran kesehatan.  Pengumpulan data primer Data primer merupakan semua informasi yang belum tersaji dalam tulisan, film, suara tetapi masih tersimpan di masing-masing sumber data. Secara umum, pengelompokan jenis data dan informasi primer yang perlu digali yaitu kondisi umum kesehatan masyarakat; kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait; alokasi anggaran untuk sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang terkat; semua data dasar yang dibutuhkan untuk menghitung neraca kesehatan (Health Account) serta kerugian ekonomis (Economic Loss) akibat penyakit yang diderita masyarakat; data jumlah penduduk, demografi usia produktif, upah dan pendapatan rerata penduduk dan angkatan
  • 25. kerja, angka morbilitas, mortalitas dll; data etnografi kesehatan penduduk; peta partisipasi masyarakat selama ini dalam program pelayanan kesehatan; peta berbagai organisasi lokal yang bergerak di sektor kesehatan atau yang berkaitan, serta akses pelayanan kesehatan, akses informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat serta data lain yang terkait. b) Pengembangan Strategi Advokasi Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan strategi advokasi adalah:  Membentuk tim inti advokasi Tim ini berperan untuk melakukan kajian advokasi, penentuan dari isu strategis, perumusan sasaran advokasi, perancangan strategi dan teknik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan dukungan sumber daya yang dubutuhkan serta pemantauan seluruh proses, hasil dan dampak advokasi.  Menganalisis kebijakan publik Setelah tim inti advokasi terbentu, tugas yang dilakukan oleh tim adalah menganalisis kebijakan publik dengan tujuan untuk menemukan masalah-masalah tertentu yang terdapat dalam satu kebijakan publik dan membuka ruang bagi tindakan advokasi bidang kesehatan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan masyarakat. Seperti yang diketahui, masalah kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan faktor-faktor lainnya yang terkait.  Menetapkan isu strategis Setelah tim inti advokasi menganalisis kebijakan publik, selanjutnya menetapkan isu strategis dari advokasi kesehatan. Isu strategis merupakan perumusan jawaban terhadap sejumlah pertanyaan atau masalah kebijakan paling mendasar yang akan mempengaruhi kerja-kerja advokasi selanjutnya. Tolak ukur isu strategis yang akan diadvokasi adalah: - Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan dan menjadi perhatian masyarakat;
  • 26. - Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang dihadapi masyarakat; - Masalah mendesak dan sangat penting untuk diberi perhatian segera; - Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Jika dilakukan advokasi dan berhasil akan memberi dampak positif pada perubahan kebijakan publik  Merancang strategi dasar advokasi kesehatan Selanjutnya tim inti advokasi menetapkan startegi dasar advokasi yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan sasaran advokasi serta menetapkan waktu pelaksanaan advokasi  Pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi Hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media pendukung adalah: - Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi, jenis) media massa tersebut - Ketahui dengan kelas siapa khalayak sasaran (segmen pemirsa, pembaca, pelanggan) utama. - Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berurusan dengan media massa, tentukan pesan apa yang akan disampaikan, serta mengetahui data dan fakta-fakta yang mendukungnya. Sedangkan dalam mengemas isu advokasi untuk media massa yang perlu diperhatikan adalah: - Mengandung unsur berita, aktual dan sesuai dengan isu advokasi - Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang - Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat - Dilengkapi dengan bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis dll) c) Pelaksanaan Advokasi Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan
  • 27. mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap pengembangan dan penyusunan kebijakan publik berwawasan kesehatan. Tujuan : - Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang disampaikan oleh tim advokasi - Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu yang diangkat - Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan sumberdaya dalam menyelesiakan isu yang diangkat d) Pemantauan dan Evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan Pada tahap ini merupakan tahap pemantauan dan evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan yang dikembangkan propinsi maupun kabupaten/kota. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi selain melakukan pemantauan terhadap proses penyusunan kebijakan publik di level propinsi juga melakukan pemantauan dan pemantapan advokasi pada level kabupaten/kota dalam rangka percepatan pencapaian indikator kinerja kegiatan. Pada akhir tahun dilakukan evaluasi terhadap tahapan advokasi yang dilakukan serta implementasi kebijakan publik yang telah dilakukan pada 1 tahun sebelumnya. 2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kab/Kota Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Provinsi melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di Kabupaten/kota dengan memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Advokasi. b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1) Advokasi dalam rangka Kebijakan Publik Berwawasan Kesehaan dalam peningkatan Perilaku Sehat Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan
  • 28. Pada tahap ini merupakan langkah persiapan dalam setiap melakukan advokasi kebijakan kesehatan, baik dilakukan secara sendiri maupun oleh tim khusus. Penjajakan ini akan memberikan informasi penting tentang berbagai permasalahan kesehatan yang dihapapi masyarakat, faktor-faktor penyebabnya dan sumberdaya yang dapat dimobiliasi untuk mendukung terwujudnya kebijakan publik berwawasan kesehatan. Langkah-langkah dalam penjajakan masalah dan isu advokasi kesehatan:  Pengumpulan data sekunder Data sekunder merupakan data tentang situasi kesehatan masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, kebijakan pembangunan kesehatan dan kebijakan anggaran kesehatan.  Pengumpulan data primer Data primer merupakan semua informasi yang belum tersaji dalam tulisan, film, suara tetapi masih tersimpan di masing-masing sumber data. Secara umum, pengelompokan jenis data dan informasi primer yang perlu digali yaitu kondisi umum kesehatan masyarakat; kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait; alokasi anggaran untuk sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang terkat; semua data dasar yang dibutuhkan untuk menghitung neraca kesehatan (Health Account) serta kerugian ekonomis (Economic Loss) akibat penyakit yang diderita masyarakat; data jumlah penduduk, demografi usia produktif, upah dan pendapatan rerata penduduk dan angkatan kerja, angka morbilitas, mortalitas dll; data etnografi kesehatan penduduk; peta partisipasi masyarakat selama ini dalam program pelayanan kesehatan; peta berbagai organisasi lokal yang bergerak di sektor kesehatan atau yang berkaitan, serta akses pelayanan kesehatan, akses informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat serta data lain yang terkait.
  • 29. b) Pengembangan Strategi Advokasi Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan strategi advokasi adalah:  Membentuk tim inti advokasi Tim ini berperan untuk melakukan kajian advokasi, penentuan dari isu strategis, perumusan sasaran advokasi, perancangan strategi dan teknik yang akan digunakan, penyiapan dan penggalangan dukungan sumber daya yang dubutuhkan serta pemantauan seluruh proses, hasil dan dampak advokasi.  Menganalisis kebijakan publik Setelah tim inti advokasi terbentu, tugas yang dilakukan oleh tim adalah menganalisis kebijakan publik dengan tujuan untuk menemukan masalah-masalah tertentu yang terdapat dalam satu kebijakan publik dan membuka ruang bagi tindakan advokasi bidang kesehatan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan masyarakat. Seperti yang diketahui, masalah kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan faktor-faktor lainnya yang terkait.  Menetapkan isu strategis Setelah tim inti advokasi menganalisis kebijakan publik, selanjutnya menetapkan isu strategis dari advokasi kesehatan. Isu strategis merupakan perumusan jawaban terhadap sejumlah pertanyaan atau masalah kebijakan paling mendasar yang akan mempengaruhi kerja-kerja advokasi selanjutnya. Tolak ukur isu strategis yang akan diadvokasi adalah: - Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan dan menjadi perhatian masyarakat; - Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang dihadapi masyarakat; - Masalah mendesak dan sangat penting untuk diberi perhatian segera;
  • 30. - Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Jika dilakukan advokasi dan berhasil akan memberi dampak positif pada perubahan kebijakan publik  Merancang strategi dasar advokasi kesehatan Selanjutnya tim inti advokasi menetapkan startegi dasar advokasi yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan sasaran advokasi serta menetapkan waktu pelaksanaan advokasi  Pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi Hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media pendukung adalah: - Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi, jenis) media massa tersebut - Ketahui dengan kelas siapa khalayak sasaran (segmen pemirsa, pembaca, pelanggan) utama. - Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum berurusan dengan media massa, tentukan pesan apa yang akan disampaikan, serta mengetahui data dan fakta-fakta yang mendukungnya. Sedangkan dalam mengemas isu advokasi untuk media massa yang perlu diperhatikan adalah: - Mengandung unsur berita, aktual dan sesuai dengan isu advokasi - Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang - Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat - Dilengkapi dengan bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis dll) c) Pelaksanaan Advokasi Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap pengembangan dan penyusunan kebijakan publik berwawasan kesehatan. Tujuan :
  • 31. - Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang disampaikan oleh tim advokasi - Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu yang diangkat - Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan sumberdaya dalam menyelesiakan isu yang diangkat d) Pemantauan dan Evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan Pada tahap ini merupakan tahap pemantauan dan evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan yang dikembangkan kabupaten/kota. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan terhadap proses penyusunan kebijakan publik di level kab./kota Pada akhir tahun dilakukan evaluasi terhadap tahapan advokasi yang dilakukan serta implementasi kebijakan publik yang telah dilakukan pada 1 tahun sebelumnya. 2. Persentase kabupaten/kota yang telah memiliki kebijakan PHBS Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama di berbagai tingkatan. a. Direktorat Promosi Kesehatan 1) Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penggalangan Komitmen dalam rangka mendorong Kebijakan PHBS Pada tahap ini, pusat melakukan penggalangan komitmen kab./kota untuk mendorong keluarnya kebijakan PHBS. Sasaran adalah kepala dinas kesehatan sesuai dengan target sasaran kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Sebelumnya Pusat melakukan penjajakan masalah kesehatan dan menganalisis masalah kesehatan dengan membuat matriks permasalahan kesehatan setiap kabupaten/kota. b) Pembinaan Teknis Advokasi di Kab/Kota
  • 32. Dalam rangka percepatan pencapaian indikator kinerja kegiatan, Pusat melakukan pembinaan teknis advokasi di kabupaten/kota. Pembinaan teknis dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan membantu petugas promosi kesehatan dalam melakukan proses advokasi. c) Pemantauan dan evaluasi kebijakan PHBS Pemantuan dilakukan untuk melihat bagaimana proses advokasi kebijakan PHBS dilaksanakan secara nasional. Selain itu juga dilakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan advokasi dan implementasi kebijakan PHBS yang telah dikeluarkan secara nasional. 2) Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan Tahapan kegiatan dalam pengembangan model intervensi adalah: a) Pengembangan konsep model intervensi Pada tahap ini, pusat mengembangkan model intervensi promosi kesehatan berdasarkan permasalahan kesehatan dengan menggunakan strategi promosi kesehatan dengan tujuan agar suatu daerah dapat mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi dengan metode promosi kesehatan. Sebelum mengembangkan model intervensi ini, Pusat melakukan kajian terhadap isu masalah kesehatan. b) Pelaksanaan Uji Coba Setelah mengembangkan konsep model intervensi, Pusat melaksanakan uji coba model intervensi. Pemilihan lokasi uji coba sesuai dengan permasalahan kesehatan yang diintervensi terjadi. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tahun yang sama dengan pengembangan model intervensi. c) Pembinaan Implementasi Model Intervensi Promosi Kesehatan Pembinaan dilakukan setelah model intervensi promosi kesehatan dilaksanakan oleh daerah. Pembinaan dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman serta pendampingan petugas daerah dalam melaksanakan model intervensi promosi kesehatan. d) Evaluasi Implementasi Model Intervensi Promosi Kesehatan
  • 33. Pada tahap ini pusat melakukan evaluasi terhadap model implementasi yang telah dilaksanakan oleh daerah pada tahun sebelumnya. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah konsep yang telah dikembangkan oleh pusat dapat membantu daerah dalam menghadapi permasalahan kesehatannya. 3) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Propinsi Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang Pengelolaan Advokasi. Diharapkan petugas promosi kesehatan di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Advokasi kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota. b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi 1) Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penggalangan Komitmen dalam rangka mendorong Kebijakan PHBS Pada tahap ini, Promosi Kesehatan Propinsi melakukan penggalangan komitmen kab./kota sasaran untuk mendorong keluarnya kebijakan PHBS. Sasaran adalah kepala dinas kesehatan serta promosi kesehatan kabupaten/kota sasaran sesuai dengan target sasaran kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Berdasarkan matriks permasalahan kesehatan yang dikeluarkan pusat, promosi kesehatan propinsi mendorong dinas kesehatan kabupaten/kota untuk mengeluarkan kebijakan PHBS. b) Pemantapan advokasi pada Kab/Kota yang telah diadvokasi Pemantapan advokasi dilakukan dalam rangka pemantauan proses pelaksanaan advokasi dan pendampingan sampai dengan keluarnya kebijakan PHBS. d) Evaluasi kebijakan PHBS Promosi Kesehatan Propinsi melakukan evaluasi terhadap implementasi kebijakan PHBS yang telah dikeluarkan oleh kebupaten/kota yang berdampak kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di propinsi dan khususnya di kabupaten/kota tersebut.
  • 34. 2) Pengembangan Model Intervensi Promosi Kesehatan Tahapan kegiatan dalam pengembangan model intervensi adalah: a) Pelaksanaan Model Intervensi Implementasi Model Intervensi oleh Promosi Kesehatan Propinsi mengacu kepada konsep model intervensi yang telah dikembangkan pusat. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah: - Pemilihan wilayah implementasi - Penentuan jadwal berdasarkan tahapan kegiatan yang akan dilakukan - Sosialisasi model intervensi yang akan dilakukan - Pelaksanaan kegiatan berdasarkan tahapan yang telah ditetapkan - Membuat laporan implementasi model intervensi promosi kesehatan 3) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kab./Kota Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Provinsi melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di kabupaten/kota dengan memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Advokasi. c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1) Advokasi dalam rangka Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penetapan isu advokasi PHBS Pada tahap ini, Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan isu advokasi PHBS yang akan dkeluarkan kebijakannya. Hal ini mengacu kepada matriks permasalahan kesehatan yang telah dikeluarkan oleh pusat dan kebijakan yang telah dikeluarkan. b) Pengembangan Strategi Advokasi Pada tahap ini, Promosi Kesehatan menetapkan strategi dasar advokasi yang berisi tentang tahapan advokasi, menetapkan waktu pelaksanaan advokasi serta pemilihan dan penggunaan media pendukung advokasi. c) Pelaksanaan Advokasi Setelah pengembangan strategi advokasi, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan advokasi yang mengacu kepada rencana yang
  • 35. telah dibuat. Pelaksanaan advokasi merupakan kegiatan pertemuan mulai dari penggalangan komitmen sampai dengan tahap pengembangan dan penyusunan kebijakan PHBS. Tujuan : - Adanya pemahaman dari pimpinan tentang pentingnya isu yang disampaikan - Adanya komitmen tertulis atas dukungan pimpinan terhadap isu yang diangkat - Adanya kesiapan pimpinan untuk memberikan dukungan sumberdaya dalam menyelesaikan isu yang diangkat 3. Persentase Desa yang Memanfaatkan Alokasi Dana Desa minimal 10% untuk UKBM Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama di berbagai tingkatan. a. Direktorat Promosi Kesehatan 1) Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan untuk UKBM Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Pelaksanaan advokasi penggunaan Dana Desa untuk UKBM Pelaksanaan advokasi merupakan pertemuan lintas sektor (Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas) di level pusat untuk mendorong keluarnya kebijakan penggunaan dana desa untuk UKBM. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah no. 22 tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah no. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dimana penentuan prioritas penggunaan dana desa beserta pedoman umum penggunaannya oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, Menteri
  • 36. Dalam Negeri dan Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga Pemerintah Nonkementerian. b) Penggalangan Komitmen dalam rangka mendorong Kebijakan PHBS Pada tahap ini, pusat melakukan penggalangan komitmen kabupaten/kota untuk mendorong keluarnya kebijakan teknis Penggunaan Dana Desa yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten. Sasaran adalah Bupati, kepala dinas kesehatan sesuai dengan target sasaran kabupaten yang telah ditetapkan. c) Pembinaan Teknis Advokasi di Kab/Kota Dalam rangka percepatan pencapaian indikator kinerja kegiatan, Pusat melakukan pembinaan teknis advokasi di kabupaten/kota. Pembinaan teknis dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan membantu petugas promosi kesehatan dalam melakukan proses advokasi. d) Pemantauan dan evaluasi kebijakan Dana Desa Pemantuan dilakukan untuk melihat bagaimana proses advokasi kebijakan Dana Desa dilaksanakan secara nasional. Selain itu juga dilakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan advokasi dan implementasi kebijakan penggunaan dana desa secara nasional dalam hubungannya dengan aktifnya kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa. 2) Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat Tahapan kegiatan dalam Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat adalah: a) Koordinasi Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Pusat Merupakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan di level pusat (Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan) untuk pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. b) Pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang telah terbentuk Pada tahap ini, pusat melakukan pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang sudah terbentuk agar dapat aktif yang ditandai dengan adanya rencana operasional kegiatan.
  • 37. 4) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang Pengelolaan Advokasi. Diharapkan petugas promosi kesehatan di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Advokasi kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota. b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi 1) Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan untuk UKBM Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Pelaksanaan advokasi penggunaan Dana Desa untuk UKBM Pelaksanaan advokasi merupakan pertemuan dengan BPMPD tingkat propinsi dan Kabupaten, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten untuk penggalangan komitmen sektoral terkait penggunaan dana desa untuk UKBM. b) Pendampingan teknis penyelesaian pedoman teknis kebijakan dana desa minimal 10% untuk UKBM Promosi Kesehatan Propinsi mendampingi secara teknis proses advokasi promosi kesehatan kabupaten kepada bupati untuk mengeluarkan kebijakan prioritas penggunaan dana desa dengan muatan UKBM. Selain itu memberikan bimbingan teknis untuk proses advokasi yang dilakukan oleh petugas promosi kesehatan di Puskesmas terhadap kepala desa dalam proses perencanaan dana desa melalui musrenbangdes dan forum desa. c) Pemantauan kebijakan Dana Desa Pemantuan dilakukan untuk melihat bagaimana proses advokasi kebijakan Dana Desa dilaksanakan pada propinsi serta membuat laporan kepada pusat yang berisi penggunaan dana desa untuk setiap desa berdasarkan laporan dari promosi kesehatan di kabupaten. 2) Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat Tahapan kegiatan dalam Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat adalah:
  • 38. a) Koordinasi Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Propinsi Merupakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan di level propinsi untuk pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. b) Pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang telah terbentuk Pada tahap ini, propinsi melakukan pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan pada di propinsi yang sudah terbentuk agar dapat aktif yang ditandai dengan adanya rencana operasional kegiatan serta mendorong terbentuknya pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Kab./Kota pada provinsi yang bersangkutan. c) Pemantauan pelaksanaan kegiatan aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum Peduli Kesehatan Promosi Kesehatan propinsi melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan koordinasi, pembinaan yang telah dilakukan serta membuat laporan kepusat tentang kelompok kerja operasional UKBM atau forum peduli kesehatan yang terbentuk pada tahun yang bersangkutan dilampirkan dengan rencana oparasional kegiatannya. 3) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kabupaten/Kota Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Propinsi melakukan peningkatan kapasitas sebagai berikut: - Sasaran: tenaga promosi kesehatan di kabupaten/kota, dengan memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Advokasi.. - Sasaran: tenaga puskesmas, dengan memberikan Pelatihan Promosi Kesehatan di Puskesmas serta Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku - Sasaran: Bidan/Kader di UKBM, dengan memberikan Orientasi Pemberdayaan Masyarakat. c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1) Advokasi dalam rangka Dana Desa yang dimanfaatkan untuk UKBM Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut:
  • 39. a) Pelaksanaan advokasi penggunaan Dana Desa untuk UKBM Pada tahap ini merupakan proses advokasi yang dilakukan oleh promosi kesehatan di kabupaten kepada bupati dan BPMPD terkait penggunaan dana desa. Proses advokasi secara intens sampai dengan keluarnya kebijakan kepala daerah kabupaten tentang kebijakan penggunaan dana desa. b) Pendapingan teknis kepada Petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas Pada tahap ini, promosi kesehatan kabupaten meberikan pemahaman teknis kepada promosi kesehatan di puskesmas tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa. Petugas Puskesmas diharapkan dapat melakukan advokasi kepada kepala desa dan tenaga pendamping di tentang penggunaan dana desa untuk UKBM yang didukung dengan kebijakan kepala daerah kabupaten tentang prioritas penggunaan dana desa. 2) Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat Tahapan kegiatan dalam Aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum peduli kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat adalah: a) Koordinasi Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Kab./Kota Merupakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan di level kabupaten/kota untuk pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. b) Penggalangan Komitmen pemegang kepentingan Promosi Kesehatan melakukan penggalangan komitmen pemangku kepentingan untuk membentuk kelompok kerja operasional UKBM yang belum terbentuk dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. c) Pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan yang telah terbentuk Pada tahap ini, kabupaten bersama melakukan pembinaan teknis pada pokjanal/forum peduli kesehatan pada di kabupaten/kota yang
  • 40. sudah terbentuk agar dapat aktif yang ditandai dengan adanya rencana operasional kegiatan. d) Pemantauan pelaksanaan kegiatan aktivasi Kelompok Kerja Operasional UKBM atau forum Peduli Kesehatan Promosi Kesehatan kabupaten melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan penggalangan komitmen, koordinasi, pembinaan yang telah dilakukan serta membuat laporan kepusat tentang kelompok kerja operasional UKBM atau forum peduli kesehatan yang terbentuk pada tahun yang bersangkutan dilampirkan dengan rencana oparasional kegiatannya. 4) Refreshing Tenaga Kader UKBM Merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kader dalam pengembangan UKBM. Refreshing dilakukan oleh Puskesmas kepada kader-kader UKBM di lingkungannya. 4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan Dalam rangka pencapaian indikator ini, perlu disusun rencana aksi kegiatan baik untuk level pusat, provinsi, maupun di tingkat kabupaten/kota. a. Direktorat Promosi Kesehatan. 1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan Tahapan kegiatan dalam melakukan kerjasama adalah: a) Penetapan kriteria dunia usaha/perusahaan yang berpotensi untuk menjalin kerjasama dalam program kesehatan. Penetapan kriteria ini akan menjadi acuan bagi seluruh pihak sehingga dapat menjadi rambu/prasyarat perlu tidaknya kerja sama dilakukan sehingga terhindar dari munculnya masalah yang bersifat kontraproduktif terhadap keberlangsungan program-program kesehatan. b) Pendataan terhadap seluruh perusahaan yang memliki kepedulian terhadap program kesehatan, baik pada skala nasional maupun lokal. c) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran calon mitra Setelah mendapatkan data seluruh perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap program kesehatan, selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra.
  • 41. d) Penggalangan Komitmen dengan Dunia Usaha potensial Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan.Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan menggunakan media penyampai gagasan. Penyiapan bentuk/format kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan. e) Merumuskan rencana kerjasama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik merumuskan rencana kerjasama adalah:  Kejelasan Tujuan  Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan  Kejelasan Alokasi Sumber Daya  Kejelasan Waktu Pelaksanaan Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. f) Pelaksanaan Kerjasama Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan- kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan).
  • 42. g) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara Cross Sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis.Alat untuk pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi 2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi Penyiapan tenaga promosi kesehatan untuk peningkatan kemampuan aspek komunikasi dalam konteks menjalin kerjasama dengan dunia usaha. b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi. 1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan Tahapan kegiatan dalam melakukan kerjasama adalah: a) Pendataan terhadap seluruh perusahaan yang memliki kepedulian terhadap program kesehatan. Pendataan dilakukan selain memiliki kepedulian terhadap program kesehatan, juga harus sesuai dengan kriteria calon mitra yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. b) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran calon mitra Setelah mendapatkan data seluruh perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap program kesehatan, selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra. c) Penggalangan Komitmen dengan Dunia Usaha potensial Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja.Kesepakatan sebaiknya
  • 43. dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan menggunakan media penyampai gagasan. Penyiapan bentuk/format kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan. d) Merumuskan rencana kerjasama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik merumuskan rencana kerjasama adalah:  Kejelasan Tujuan  Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan  Kejelasan Alokasi Sumber Daya  Kejelasan Waktu Pelaksanaan Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. e) Pelaksanaan Kerjasama Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan- kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan). f) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha baik di tingkat Propinsi Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
  • 44. berakhirnya program kemitraan.Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis.Alat untuk pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi 2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kabupaten/Kota Penyiapan tenaga promosi kesehatan di tingkat kabupaten/kota dalam aspek keterampilan berkomunikasi kepada perusahaan-perusahaan sehingga program-program kesehatan dapat dipahami secara baik c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan Tahapan kegiatan dalam melakukan kerjasama adalah: a) Pendataan terhadap seluruh perusahaan yang memliki kepedulian terhadap program kesehatan. Pendataan dilakukan selain memiliki kepedulian terhadap program kesehatan, juga harus sesuai dengan kriteria calon mitra yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. b) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran calon mitra Setelah mendapatkan data seluruh perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap program kesehatan, selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra. c) Penggalangan Komitmen dengan Dunia Usaha potensial Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan menggunakan media penyampai gagasan.Penyiapan bentuk/format kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan. d) Merumuskan rencana kerjasama
  • 45. Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik merumuskan rencana kerjasama adalah:  Kejelasan Tujuan  Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan  Kejelasan Alokasi Sumber Daya  Kejelasan Waktu Pelaksanaan Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. e) Pelaksanaan Kerjasama Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan- kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan). f) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha baik di tingkat Kabupaten/Kota. Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi 5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
  • 46. Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama di berbagai tingkatan. a. Direktorat Promosi Kesehatan. 1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan. Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Penetapan kriteria organisasi kemasyarakatan yang berpotensi untuk menjalin kerjasama dalam program kesehatan. Penetapan kriteria organisasi kemasyarakatan dimaksudkan untuk menjaring organisasi kemasyarakatan yang akan bekerjasama dengan kementerian kesehatan, dengan tujuan pelaksanaan kerjasama khususnya dibidang kesehatan dapat berjalan dengan efektif. b) Pengklasifikasian ruang lingkup program kesehatan yang selama ini dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan Pada tahap ini, pusat melakukan analisis atas hasil evaluasi terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini oleh organisasi kemasyarakatan yang selanjutnya menetapkan ruang lingkup program kesehatan yang akan dilaksankanakan berikutnya sesuai dengan arah kebijakan Kementerian Kesehatan. c) Pertemuan dengan organisasi kemasyarakatan potensial untuk tingkat nasional. Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan menggunakan media penyampai gagasan. Penyiapan bentuk/format kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan.
  • 47. d) Merumuskan rencana kerjasama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama. Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik merumuskan rencana kerjasama adalah:  Kejelasan Tujuan  Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan  Kejelasan Alokasi Sumber Daya  Kejelasan Waktu Pelaksanaan Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. e) Pelaksanaan Kerjasama Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan. Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan). f) Pembinaan Teknis pada Organisasi Kemasyarakatan yang telah bekerjsama Pemberian bimbingan teknis secara berkesinambungan kepada ormas- ormas bidang kesehatan baik secara nasional maupun lokal sehingga ormas-ormas dapat melaksanakan program-program kesehatan secara efektif sesuai sasaran yang diharapkan. g) Evaluasi pelaksanaan program-program kesehatan yang dilakukan oleh ormas baik untuk tingkat pusat, propinsi, maupun Kabupaten/Kota. Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah
  • 48. berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi. b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi. 1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan. Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Pendataan terhadap organisasi kemasyarakatan sesuai dengan kriteria calon mitra sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. b) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran dari para calon mitra Setelah mendapatkan data seluruh organisasi kemasyarakatan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan, selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra. c) Penggalangan Komitmen dengan Organisasi Kemasyarakatan potensial Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan menggunakan media penyampai gagasan.Penyiapan bentuk/format kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan. d) Merumuskan rencana kerjasama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama.
  • 49. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik merumuskan rencana kerjasama adalah:  Kejelasan Tujuan  Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan  Kejelasan Alokasi Sumber Daya  Kejelasan Waktu Pelaksanaan Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. e) Pelaksanaan Kerjasama Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan- kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan). f) Pembinaan Teknis pada Organisasi Kemasyarakatan yang telah bekerjsama Pemberian bimbingan teknis secara berkesinambungan kepada ormas- ormas bidang kesehatan di tingkat propinsi sehingga ormas-ormas dapat melaksanakan program-program kesehatan secara efektif sesuai sasaran yang diharapkan. g) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan. Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara Cross Sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi.
  • 50. c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1) Kerjasama Dalam Negeri dengan Organisasi Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan. Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: h) Pendataan terhadap organisasi kemasyarakatan sesuai dengan kriteria calon mitra sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. i) Merumuskan tujuan kemitraan dan peran dari para calon mitra Setelah mendapatkan data seluruh organisasi kemasyarakatan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan, selanjutnya dirumuskan tujuan kemitraan dan peran yang diharapkan dari para calon mitra. j) Penggalangan Komitmen dengan Organisasi Kemasyarakatan potensial Tujuan dari langkah ini adalah dapat diperolehnya kesepakatan dan ikatan antara pihak yang berinisiatif dengan pihak-pihak yang diajak bermitra, untuk bersama-sama mendukung pelaksanaan gagasan kemitraan. Hasil dari langkah ini sebaiknya tidak dinyatakan dalam bentuk lisan atau ucapan-ucapan saja. Kesepakatan sebaiknya dinyatakan dan dirumuskan dalam bentuk perjanjian tertulis atau nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Langkah menumbuhkan kesepakatan ini dilakukan melalui advokasi dengan menggunakan media penyampai gagasan.Penyiapan bentuk/format kerjasama yang akan disepakati dengan perusahaan. k) Merumuskan rencana kerjasama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis, kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama.Rencana kerjasama ini sangat penting, karena merupakan acuan bagaimana mencapai tujuan-tujuan kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan ditentukan dengan baik merumuskan rencana kerjasama adalah:  Kejelasan Tujuan
  • 51.  Kejelasan dan Sinkronisasi Kegiatan  Kejelasan Alokasi Sumber Daya  Kejelasan Waktu Pelaksanaan Selain keempat hal tersebut di atas, yang juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. l) Pelaksanaan Kerjasama Sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, kegiatan-kegiatan dilaksanakan.Kerap kali sebagai tanda dimulainya kegiatan-kegiatan proyek kemitraan dilakukan semacam peresmian atau pencanangan.Acara ini tidak sekedar bersifat seremonial, tetapi yang penting adalah sebagai pengingat kembali atas kesepakatan- kesepakatan yang telah dicapai dan peneguhan tekad untuk memulai kerjasama (kemitraan). m) Pembinaan Teknis pada Organisasi Kemasyarakatan yang telah bekerjsama Pemberian bimbingan teknis secara berkesinambungan kepada ormas-ormas bidang kesehatan di tingkat propinsi sehingga ormas- ormas dapat melaksanakan program-program kesehatan secara efektif sesuai sasaran yang diharapkan. n) Evaluasi atas pelaksanaan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan. Pemantauan dilakukan selama program kemitraan berlangsung untuk mengetahui dengan segera : (a) kemajuan-kemajuan yang dicapai, (b) penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara cross sectional pada saat-saat tertentu setelah program kemitraan berjalan beberapa waktu, termasuk setalah berakhirnya program kemitraan. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah program kemitraan (khususnya strateginya) masih efektif dilihat dari sisi perkembangan lingkungan strategis. Alat untuk pemantauan dan evaluasi adalah sistem informasi.
  • 52. 6. Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat Untuk mencapai Indikator Kinerja Kegiatan ini, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama di berbagai tingkatan. a. Direktorat Promosi Kesehatan 1) KIE kepada Masyarakat melalui berbagai Saluran Media Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Pengembangan Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi Kesehatan merupakan proses perencanaan, taktik dan cara yang akan digunakana untuk menyampaikan pesan kesehatan melalui saluran/media tertentu yang diharapkan dapat mendukung pembangunan kesehatan. Pusat mengembangkan strategi komunikasi berdasarkan isu permasalahan kesehatan yang berkembang. Sebelum menetapkan strategi komunikasi yang akan digunakan secara nasional, pusat melakukan ujicoba terhadap strategi komunikasi yang dibuat. b) Pelaksananaan KIE Kesehatan kepada Masyarakat melalui berbagai saluran media Tahap ini merupakan tahap penyebarluasan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas melalui berbagai saluran media. 2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Provinsi Pada tahap ini, Pusat melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di propinsi dengan memberikan pelatihan TOT tentang Pengelolaan Media. Diharapkan petugas promosi kesehatan di propinsi dapat menjadi pengajar Pelatihan Pengelolaan Media kepada petugas promosi kesehatan di kabupaten/kota. b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: 1) KIE kepada Masyarakat melalui berbagai Saluran Media Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut:
  • 53. a) Pelaksananaan KIE Kesehatan kepada Masyarakat melalui berbagai saluran media Berdasarkan strategi komunikasi yang sudah dibuat oleh pusat, daerah mengembangkan media sesuai dengan spesifik lokal daerah. 2) Peningkatan Kapasitas Tenaga Promosi Kesehatan di Kabupaten Kota Pada tahap ini, Promosi Kesehatan di Provinsi melakukan peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di kabupaten/kota dengan memberikan pelatihan tentang Pengelolaan Pengelolaan Media. c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1) KIE kepada Masyarakat melalui berbagai Saluran Media Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sebagai berikut: a) Pelaksananaan KIE Kesehatan kepada Masyarakat melalui berbagai saluran media Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota mengembangkan media KIE sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada dan mengembangkan media sesuai dengan spesifik local dan selanjutnya melaksanakan KIE kepada masyarakat melalui berbagi saluran media. 7. Persentase Puskesmas yang mampu melaksanakan Promosi Kesehatan Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585 tahun 2007, kegiatan promosi kesehatan di puskesmas terbagi atas: a) Promosi Kesehatan di Dalam Gedung b) Promosi Kesehatan di Luar Gedung (Kunjungan Rumah, Pemberdayaan Masyarakata berjenjang dan Pengorganisasian Masyarakat) c) Pemantauan dan Evaluasi Berdasarkan hal tersebut diatas maka arah kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas tahun 2015 – 2019 adalah: a) Penyebarluasan Informasi di dalam dan luar gedung Puskesmas b) Refreshing atau Orientasi Kader oleh Petugas Puskesmas c) Kunjungan Rumah dalam Upaya Kesehatan Perorangan d) Promosi Kesehatan untuk Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
  • 54. - Pembinaan oleh Petugas Puskesmas kepada Bidan, Kader Desa, Toma dan Toga - Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Pertemuan Desa - Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Survey Mawas Diri serta Pengolahan dan Analisis Data Hasil SMD - Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Musyawarah Masyarakat Desa e) Advokasi kepada Kepala Desa/Lurah dalam rangka Penggunaan Dana Desa untuk Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan f) Penggalangan Kemitraan dengan Dunia Usaha dan Ormas Potensial di tingkat Kecamatan g) Pengembangan Intervensi Promosi Kesehatan spesifik lokal h) Pelaksanaan Kampanye Hidup Sehat ke Sekolah i) Pembinaan UKS/Dokter Kecil j) Monitoring Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dibuat rencana aksi kegiatan yang merupakan pentahapan kegiatan berdasarkan aktivitas utama di berbagai tingkatan. a. Direktorat Promosi Kesehatan Pada level pusat, upaya yang dilakukan adalah untuk mendorong pembiayaan kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas melalui anggaran BOK b. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Promosi Kesehatan Provinsi melakukan bimbingan teknis ke Dinas Kesehatan Kab./Kota terkait pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas c. Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Mendorong agar Kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas menjadi prioritas dalam penyusunan perencanaan dan anggaran dengan sumberdana melalui BOK.
  • 55. BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI Dalam siklus manajemen, pemantauan dan evaluasi merupakan unsur penting yang memberi input balik bagi perencanaan, karena evaluasi dapat menilai kinerja sebuah organisasi dalam satu kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut diharapkan arah program dan kebijakan yang dituangkan ke dalam kegiatan akan mampu memenuhi tujuan organisasi dan keinginan pemangku kepentingan. Sehingga untuk memperoleh hasil yang diinginkan maka pemantauan dan evaluasi harus dilakukan secara terintegrasi sejak perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi yang sifatnya terintegrasi ini akan dapat menyimpulkan secara utuh, berhasil tidaknya suatu kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing fungsi yang berperan. Konsistensi dan komitmen sejak dari perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, dan pelaksanaan program/kegiatan, penting untuk dipahami oleh para evaluator. Evaluator bertugas untuk mendeteksi berbagai kekurangan dan penyimpangan yang ada, yang dapat diidentifikasi melalui pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, serta evaluasi terhadap program dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pemantauan dan Evaluasi merupakan komponen perencanaan yang sangat penting, sebagai alat (Tools) yang mengontrol kinerja perencanaan yang dilakukan di suatu wilayah terntentu. Suatu program dan kegiatan pada dasarnya memiliki tujuan umum dan rencana aksi yang saling terkait. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan dan evaluasi, sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal. Pemantauan dan evaluasi mengekstraksi informasi yang relevan dari masa lalu, aktivitas yang sedang dilakukan saat ini yang dapat dijadikan feedback untuk program, kegiatan dan rencana aksi dimasa yang akan datang. Pemantauan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan selama proses perencanaan tersebut dilakukan. Pemantauan merupakan suatu proses kegiatan reviu terhadap keberhasian tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan
  • 56. yang dilakukan pada akhir proses perencanaan, yaitu melakukan review terhadap output, outcome dan kesesuaian tujuan dengan capaian hasil dari pelaksanaan program, kegiatan, dan rencana aksi. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk (a) mendapatkan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan program/kegiatan/rencana aksi yang direalisasikan berdasarkan perencanaan; (b) mengidentifikasi dan menginventarisasi permasalahan dari aspek teknis maupun administrasi serta upaya pemecahan yang akan/telah dilakukan; (c) mengevaluasi hasil pelaksanaan program/kegiatan/rencana aksi khususnya berkaitan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja (Performance Indicators) merupakan ukuran mengenai masukan, keluaran, hasil dan dampak dari kegiatan yang dilakukan. Adapun jenis indikator kinerja yang digunakan meliputi : 1. Indikator kuantitatif, yaitu suatu indikator yang berupa angka atau persentase. Hal ini digunakan untuk mengukur penilaian terhadap signifikansi outcome dari suatu kegiatan yang membutuhkan data baik dalam angka mupun persentase. 2. Indikator kualitatif, menyatakan penilaian yang bersifat kualitatif berupa pengertian tentang perubahan yang terjadi, yaitu : a. Mengukur persepsi b. Menggambarkan perubahan perilaku Tingkat ukuran kinerja yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan, meliputi 4 (empat) hal, yaitu : 1. Indikator dampak (impact). Indikator ini emnunjukkan pengaruh, baik positif maupun negatif yang ditimbulkan akibat pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan. 2. Indikator hasil (outcome). Indikator ini digunakan untuk mengukur capaian dari berbagai kegiatan dalam suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Indikator ini mencerminkan berfungsinya keluaran berbagai kegiatan pada jangka menengah.
  • 57. 3. Indikator keluaran (output). Indikator ini digunakan untuk mengukur keluaran yang langsung dihasilkan dari suatu pelaksanaan kegiatan, baik fisik maupun nonfisik. 4. Indikator masukan (input). Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya yang dipergunakan seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material dan masukan lain yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Tabel 4.1 Contoh Instrumen Pemantauan dan Evaluasi No Uraian Keterangan 1 Arah Kebijakan 2 Sasaran 3 Kegiatan 4 Instrumen: Data yang dibutuhkan Metode yang digunakan Sumber data 5 Teknis analisis Tabel 4.2 Contoh Lembar kerja monitoring dan evaluasi No Uraian Hasil Pemantauan dan Evaluasi 1 Program 2 Sasaran 3 Kegiatan 4 Lokasi 5 Volume 6 Uraian hasil implementasi kegiatan 7 Penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan 8 Permasalahan pada saat pelaksanaan kegiatan 9 Penyelesaian masalah pada saat pelaksanaan kegiatan 10 Kesesuaian implementasi dengan perencanaan 11 Kesesuaian implementasi kegiatan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran 12 Rekomendasi
  • 58. BAB V PENUTUP Rencana Aksi Nasional Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan pedoman bagi semua pihak dalam melakukan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat di Indonesia. Koordinasi dan sinkronisasi program promosi kesehatan antara para pemangku kepentingan merupakan kunci keberhasilan terlaksananya Rencana Aksi Nasional Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Diperlukan komitmen bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat untuk menciptakan Generasi Bangsa yang berkualitas melalui pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat. Dengan adanya Rencana Aksi Nasional Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat menyusun program dan kegiatan secara terintegrasi dan berkesinambungan sehingga peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil yang optimal. Dukungan dari berbagai pihak, baik Lembaga di tingkat Nasional, pihak swasta maupun Lembaga Internasional sangat diharapkan, karena dengan banyaknya dukungan dan kerjasama yang lebih baik, maka upaya pembangunan dan peningkatan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri dapat cepat terwujud.